KARYA TULIS
PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU (Saccharum officinarum)
Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis mengenai “Papan partikel dari ampas tebu (Saccharum officinarum)“. Tulisan ini membahas tentang pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan baku papan partikel. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan tambahan informasi dibidang biokomposit kayu. Akhirnya penulis tetap membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun dengan tujuan untuk menyempurnakan karya tulis ini.
Januari, 2009
Penulis
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................ii DAFTAR TABEL.............................................................................................iii DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv PENDAHULUAN ............................................................................................1 TEBU (Saccharum officinarum).......................................................................2 PERLAKUAN PERENDAMAN .....................................................................5 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................6 KESIMPULAN.................................................................................................10 REFERENSI .....................................................................................................10
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
1
Potensi Tebu di Sumatera Utara
3
2
Inventarisasi Beberapa Sumber Utama Bio-based Composite
3
3
Komponen Kimia Beberapa Serat Penting
4
4
Sifat Mekanis Beberapa Serat Penting
4
5
Dissolved sugar content of bagasse
6
6
Physical properties of board
6
7
Mechanical properties of board
8
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
No 1
Keterangan Ampas Tebu (Bagase)
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
Halaman 3
PENDAHULUAN Kondisi hutan Indonesia menunjukkan produktivitas yang semakin menurun, padahal kebutuhan kayu semakin meningkat. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan berbagai usaha antara lain efisiensi pemanfaatan kayu, pemanfaatan kayu secara total serta mencari alternatif melalui pengembangan teknologi pengolahan kayu dan bahan berlignoselulosa lainnya. Tebu merupakan salah satu komoditi pertanian yang mengandung unsur lignoselulosa sehingga berpotensi sebagai bahan baku dalam pembuatan papan partikel.
Walker (1993) mengemukakan bahwa ampas tebu merupakan sumber
alternatif utama dalam pembuatan papan partikel.
Menurut Rowell (1998),
berdasarkan inventarisasi beberapa sumber utama bio-based composite keberadaan bagase mencapai 75 juta ton berdasarkan berat keringnya. Selama ini pemanfaatan tebu masih terbatas pada industri pengolahan gula dengan hanya mengambil airnya, sedangkan ampasnya sekitar 35 - 40% dari berat tebu yang digiling hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar industri atau mungkin dibuang sehingga menjadi limbah. Atchinson (1985) dalam Walker (1993) mengemukakan bahwa terdapat perhitungan secara lengkap dari kegunaan ampas tebu untuk memproduksi papan serat dan papan partikel, adalah sebuah pemborosan sumber yang telah mempunyai harga ekonomi jika hanya sebagai bahan bakar untuk pabrik gula. Ampas tebu cocok sebagai produk pabrik terutama sekali pada medium padat. Melalui pembuatan papan partikel dari ampas tebu diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah dari tanaman tebu. Tebu memiliki kandungan zat ekstraktif terutama gula atau pati sehingga dapat menghambat proses perekatan dan akan menurunkan sifat papan partikel yang dihasilkan. Menurut Maloney (1993), zat ekstraktif berpengaruh terhadap konsumsi perekat, laju pengerasan perekat dan daya tahan papan partikel yang dihasilkannya. Perendaman partikel merupakan perlakuan yang cukup efektif untuk mengurangi kandungan zat ekstraktif.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
TEBU (Saccharum officinarum) Botani Tebu (Saccharum officinarum) Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri, sebab di dalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan (famili Graminae). Akar tanaman tebu adalah akar serabut dan tanaman ini termasuk dalam kelas monocotyledone (Supriyadi, 1992). Klasifikasi botani tanaman tebu adalah sebagai berikut (Slamet, 2004) : Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi : Agiospermae Kelas
: Monocotyledonae
Famili
: Poaceae
Genus
: Saccharum
Spesies
: Saccharum officinarum
Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi kurus, tidak bercabang, dan tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 meter atau lebih. Pada batangnya terdapat lapisan lilin yang berwarna putih keabu-abuan. Batangnya beruas-ruas dengan panjang ruas 10-30 cm. Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling (Penebar Swadaya, 2000). Tebu dapat hidup dengan baik pada ketinggian tempat 5 – 500 meter di atas permukaan laut (mdpl), pada daerah beriklim panas dan lembab dengan kelembaban > 70 %, hujan yang merata setelah tanaman berumur 8 bulan dan suhu udara berkisar antara 28 – 34 0C (Slamet, 2004). Ampas Tebu (Bagase) Ampas tebu (bagase) adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya dan banyak mengandung parenkim serta tidak tahan disimpan karena mudah terserang jamur. Istilah bagase (bagasse) ini mula-mula dipakai di negara Prancis untuk ampas dari perasan minyak zaitun (olive), lalu oleh Persatuan Teknisi Gula Internasional dipakai untuk residu hasil perasan tebu (Muliah, 1975 dalam Muharam, 1995).
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
Gambar 1. Ampas Tebu (Bagase) Ampas tebu merupakan hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu. Dimanfaatkan sebagai bahan bakar pabrik, bahan industri kertas, papan partikel dan media untuk budidaya jamur atau dikomposisikan untuk pupuk (Slamet, 2004). Potensi Tebu Potensi tebu di Sumatera Utara dan inventarisasi ampas tebu sebagai sumber bio-based composite disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Potensi Tebu di Sumatera Utara Perkebunan Rakyat Tahun
PTPN Produksi (Ton) SHS Tetes
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
1999
1915
18662
13848
73404
54103
2000
1746
9502
12640
57203
43021
2001
760
3235
11197
32151
45529
2002
760
3235
13875
45529
48856
Sumber : Badan Pusat Statistik (2002)
Volume ekspor tebu tahun 2000 adalah sebesar 43.793,00 ton dengan pemasukan $ 40.557,00 dari volume total perkebunan sebesar 2.913.543,93 ton dengan pemasukan total $ 1.253.985,07 (Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2000). Tabel 2. Inventarisasi Beberapa Sumber Utama Bio-based Composite No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber Serat Kayu Jerami Batang, tangkai Bagase Tebu Alang-alang Bambu Serabut Kapas Biji Papirus
Volume (Dry metric tons) 1.1750.000.000 1.145.000.000 970.000.000 75.000.000 30.000.000 30.000.000 15.000.000 8.000.000 5.000.000
Sumber : Rowell (1998)
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
Kandungan Tebu Bila tebu dipotong akan terlihat serat jaringan pembuluh (vascular bundle) dan sel parenkim serta terdapat cairan yang mengandung gula. Serat dan kulit batang sekitar 12,5% dari berat tebu. Ampas adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40% dari berat tebu yang digiling (Penebar Swadaya, 2000). Menurut Muliah (1975) dalam Muharram (1995), tanaman tebu umumnya menghasilkan 24-36% bagase tergantung pada kondisi dan macamnya. Bagase mengandung air 48-52% (rata-rata 50%), gula 2,5-6% (rata-rata 3,3 %), dan serat 44-48% (rata-rata 47,7%). Komponen kimia sabut dibandingkan dengan bahan baku serat lainnya ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Komponen Kimia Beberapa Serat Penting Serat Lignin (%) Tandan kosong sawit 19 Serat mesocarp sawit 11 Sabut 40-50 Pisang 5 Sisal 10-14 Daun nanas 12,7 Sumber : Sreekala et al (1997) dalam Hakim (2002)
Selulosa (%) 65 60 32-43 63-64 66-72 81,5
Hemiselulosa (%) 0,15-0,25 19 12 -
Sifat Mekanis Ampas Tebu Beberapa sifat mekanis serat-serat penting dapat ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Sifat Mekanis Beberapa Serat Penting Serat Kekuatan tarik (MPa) Pemanjangan (%) Tandan sawit 248 14 Mesocarp sawit 80 17 Sabut 140 25 Pisang 540 3 Sisal 580 4,3 Daun nanas 640 2,4 Sumber : Sreekala et al (1997) dalam Hakim (2002)
Kekerasan (MPa) 2.000 500 3.200 816 1.200 970
Atchinson (1985) dalam Walker (1993) mengemukakan bahwa terdapat perhitungan secara lengkap dari kegunaan ampas tebu untuk memproduksi papan serat dan papan partikel. Merupakan sebuah pemborosan sumber yang telah mempunyai harga ekonomi jika hanya sebagai bahan bakar untuk pabrik gula. Ampas tebu cocok sebagai produk pabrik terutama sekali pada medium padat.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
PERLAKUAN PERENDAMAN Gula atau zat ekstraktif lainnya dapat mengurangi keteguhan rekat karena dapat menghalangi perekat untuk bereaksi dengan komponen dalam dinding sel dari kayu seperti selulosa. Makin banyak zat ekstraktif dalam suatu kayu, maka makin banyak pula pengaruhnya terhadap keteguhan rekat. Salah satu cara untuk mengurangi zat ekstraktif ini adalah dengan cara perendaman (Sutigno, 2000). Maksud dari perlakuan pendahuluan adalah untuk mengurangi zat ekstraktif sehingga papan partikelnya akan lebih baik (Kliwon, 2002). Zat ekstraktif berpengaruh terhadap konsumsi perekat, laju pengerasan perekat dan daya tahan papan partikel yang dihasilkannya. Selain itu bahan ekstraktif yang dapat menguap dapat menyebabkan terjadinya blowing atau deliminasi pada proses pengempaan (Maloney, 1993). Perendaman partikel berpengaruh positif terhadap pengembangan papan partikel, yaitu semakin lama partikel kayu direndam di dalam air dingin semakin rendah pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan. Hal ini berhubungan dengan kadar ekstraktif yaitu dengan adanya perlakuan perendaman partikel kayu di dalam air dingin akan melarutkan sebagian zat ekstraktif yang mengakibatkan daya rekatnya lebih kuat (Kliwon, 2002). Perendaman dalam air dingin selama 24 jam sudah cukup untuk mengeluarkan dan melarutkan beberapa senyawaan dalam kayu. Kelarutan dengan air panas dapat menimbulkan hidrolisis beberapa lignin dan resin. Kelarutan dalam air panas tersebut akan menghasilkan asam organik bebas. Sifat tersebut menyebabkan bagian yang larut dalam air panas selalu lebih besar daripada dalam air dingin (Riyadi, 2004). Dengan menggunakan air panas, dapat larut zat-zat seperti getah, lilin, pektin, zat warna dan protein (Setyohadi, 2004). Kamil (1970) dalam Saputra (2004) menambahkan zat ekstraktif yang larut dalam air panas meliputi garam-garam anorganik, garam-garam organik, gula siklotol, gum pektin, galaktan, tanin, pigmen, polisakarida, dan komponen-komponen lain yang terhidrolisa. Hadi (1988) mengemukakan bahwa perendaman panas sangat berpengaruh positif terhadap stabilitas dimensi papan partikel. Perendaman selama dua jam merupakan perlakuan pendahuluan yang paling efisien karena papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi yang sama dengan perendaman panas selama tiga dan empat jam.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Gula Terlarut Table 5. Dissolved sugar content of bagasse Parameter
Particle treatment Cold water soaking (24 hours)
Hot water soaking (2 hours)
3.07
3.47
Dissolved sugar content (%)
Kadar ekstraktif (gula dan pati) yang terkandung dalam ampas tebu berkurang dengan adanya perlakuan perendaman. Sutigno (2000) menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mengurangi zat ekstraktif adalah dengan cara perendaman. Kadar ekstraktif terlarut untuk perlakuan perendaman panas lebih besar dari pada perendaman dingin. Riyadi (2004) menjelaskan bahwa kelarutan dengan air panas dapat menimbulkan hidrolisis beberapa lignin dan resin. Kelarutan ini akan menghasilkan asam organik bebas, sifat tersebut menyebabkan bagian yang terlarut dalam air panas selalu lebih besar dari pada kelarutan dalam air dingin.
B. Sifat Fisis Papan Partikel Table 6. Physical properties of board Particle treatment Parameter
Density (g/cm3) Moisture content (%) Water absorption 24 hours (%) Thickness swelling 24 hours (%)
Untreated
Cold water soaking (24 hours)
Hot water soaking (2 hours)
0.72 15.71 75.96 28.78
0.71 12.22 61.08 13.49
0.70 9.58 52.27 10.05
Kerapatan (Density) Nilai kerapatan hasil penelitian ini berkisar antara 0.70 - 0.72 g/cm3 dengan ratarata 0.71 g/cm3. Perlakuan perendaman menyebabkan penurunan nilai kerapatan, hal ini diduga karena dengan prendaman menyebabkan terjadinya kelarutan zat ekstraktif. Darmawan (1994) menjelaskan dalam kaitannya dengan kerapatan, maka zat ektraktif sangat berpengaruh terhadap kematangan perekat. Nilai kerapatan panil hasil penelitian belum mencapai sasaran yang diharapkan yaitu sebesar 0.8 g/cm3. Hal ini diduga akibat kondisi spring back sehingga tebal panil Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
yang dihasilkan tidak sesuai dengan target. Kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kayu (kerapatan kayu), besarnya tekanan kempa, jumlah partikel kayu dalam lapik, kadar perekat serta bahan tambahan lainnya ( Kelley 1997 dalam Sidabutar 2000). Nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 (0.4 - 0.9 g/cm3) dan SNI 03-2105-1996 (0.5 - 0.9 g/cm3).
Kadar Air (Moisture content) Nilai kadar air (KA) hasil penelitian ini berkisar antara 9.58 – 15.71% dengan rata-rata 12.64%.
Kadar air tanpa perlakuan perendaman lebih tinggi, hal ini
dikarenakan pati dan gula dalam ampas tebu bersifat higroskopis. Berkurangnya pati dan gula melalui perendaman membuat perekat lebih mudah masuk sehingga ikatan partikel dengan perekat lebih kuat akibatnya kadar airnya menjadi rendah. Nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 (5 – 13%) dan SNI 03-2105-1996 (<14%), kecuali papan partikel kontrol.
Daya Serap Air (Water absorption) Nilai daya serap air (DSA) hasil penelitian ini berkisar antara 52.27 – 75.96% dengan rata-rata 63.68%. Bila dibandingkan dengan kontrol, perlakuan perendaman menyebabkan penurunan nilai DSA, hal ini diduga karena perekat yang masuk kedalam rongga pada ampas tebu semakin banyak sehingga ikatan rekat antar partikel semakin kuat yang menyebabkan berkurangnya ruang kosong yang dapat dimasuki oleh air. Muharam (1995) mengemukakan bahwa kontak antar partikel semakin rapat, air akan sulit masuk kedalam papan partikel.
Pada papan dengan perlakuan
perendaman, penurunan kadar gula sebesar 3.07 - 3.47% berkontribusi positif terhadap penurunan kadar air sekitar 25%. Pengaruh ini belum terlalu signifikan dikarenakan adanya pengaruh faktor lain seperti perekat yang digunakan pada penelitian ini yaitu perekat urea formaldehida yang notabene adalah perekat untuk papan partikel tipe interior.
Pengembangan Tebal (Thickness swelling) Nilai pengembangan tebal (PT) hasil penelitian ini berkisar antara 10.05 – 28.78%
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
dengan rata-rata 18.05%. Riyadi (2004) mengemukakan bahwa pengembangan tebal diduga ada hubungannya dengan arbsorpsi air, karena semakin banyak air yang diserap dan memasuki struktur serat maka semakin besar perubahan dimensi yang dihasilkan. Nilai pengembangan tebal papan partikel untuk perlakuan perendaman dalam air panas selama 2 jam telah memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-1996 (maksimal 12%) sedangkan untuk papan kontrol dan perlakuan perendaman dalam air dingin selama 24 jam belum memenuhi standar. C. Sifat Mekanis Papan Partikel Table 7. Mechanical properties of board Particle treatment Untreated
Cold water soaking (24 hours)
Hot water soaking (2 hours)
Modulus of Rupture (kg/cm2)
79.65
98.82
118.79
Modulus of Elasticity (kg/cm2)
7548
8084
8909
Internal Bond (kg/cm2)
1.16
1.34
1.85
Screw holding power (kg)
23.55
26.85
28.40
Parameter
Keteguhan patah (Modulus of Rupture) Nilai keteguhan patah (MOR) hasil penelitian ini berkisar antara 79.65 – 118.79 kg/cm2 dengan rata-rata 99.22 kg/cm2.
Nilai MOR meningkat pada perlakuan
perendaman diduga karena zat ekstraktif yang terkandung didalam partikel ampas tebu telah larut dalam air sehingga daya rekat perekat semakin baik. Muharam (1995) mengemukakan bahwa semakin rapat dan semakin luasnya daerah kontak antar partikel akan menghasilkan kekuatan lembaran yang tinggi. Nilai keteguhan patah papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-1996 (minimal 80 kg/cm2) kecuali papan partikel kontrol. Keteguhan lentur (Modulus of Elasticity) Nilai keteguhan lentur (MOE) hasil penelitian ini berkisar antara 7548 – 8909 kg/cm2 dengan rata-rata 8228.5 kg/cm2. Nilai MOE belum memenuhi standar yang ditetapkan diduga karena partikel ampas tebu yang digunakan mengandung empulur. Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
Oey (1975) dalam Muharam (1995) mengemukakan bahwa empulur mengandung sel parenkim sampai 30%, serta empulur memiliki sifat yang tidak memberikan kekuatan sehingga menghasilkan kekuatan papan yang kurang baik.
Maloney (1993)
menyatakan bahwa nilai MOE dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat. Nilai keteguhan lentur papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini belum memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 (minimal 20,000 kg/cm2) dan SNI 03-21051996 (minimal 15,000 kg/cm2) kecuali papan partikel kontrol. Keteguhan rekat internal (Internal Bond) Nilai keteguhan rekat internal (IB) hasil penelitian ini berkisar antara 1.16 - 1.85 kg/cm2 dengan rata-rata 1.51 kg/cm2. Nilai IB semakin meningkat dengan perlakuan perendaman, hal ini diduga karena zat ektraktif yang berpengaruh pada daya rekat (glueability) dari perekat telah berkurang. Nilai keteguhan rekat internal papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-1996 (minimal 1.5 kg/cm2) kecuali papan partikel kontrol. Kuat Pegang Sekrup (Screw holding power) Nilai kuat pegang sekrup (KPS) hasil penelitian ini berkisar antara 23.55 – 28.40 kg dengan rata-rata 51.95 kg. Nilai KPS papan yang dihasilkan belum memenuhi standar yang disyaratkan dalam JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-1996 (minimal 30 kg). Hal ini dikarenakan ukuran partikel yang cukup panjang (+/- 3 cm) sehingga menyebabkan penggulungan partikel sehingga distribusi perekat dalam papan kurang merata. Maloney (1993) mengemukakan bahwa penggunaan partikel yang terlalu panjang cenderung membuat partikel saling menggulung sehingga distribusi perekat menjadi tidak merata.
KESIMPULAN 1. Perlakuan perendaman partikel berupa perendaman dingin selama 24 jam dan air panas selama 2 jam berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel yang dihasilkan.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
2. Papan partikel terbaik dari hasil penelitian ini adalah papan yang dihasilkan dari perlakuan perendaman partikel dalam air panas selama 2 jam.
REFERENSI Dinas Perkebunan. 2000. Data Statistik Perkebunan Sumatera Utara Tahun 2000. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara. Hakim, L. 2002. Pengembangan Teknologi Papan Komposit dari Limbah Batang Pisang pada Berbagai Variasi Konsentrasi NaOH. Skripsi Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Hadi, Y.S. 1988. Pengaruh Randaman Panas Partikel Kayu Terhadap Stabilitas Dimensi Papan Partikel Meranti Merah. Buletin Jurusan Teknologi Hasil Hutan. IPB. Bogor. Vol 2(1) : 16 – 24. Japanese Standard Association. 2003. Japanesse Industrial Standard Particle Board JIS A 5908. Japanese Standard Association. Jepang. Kliwon, S. 2002. Sifat Papan Partikel dari Kayu Mangium. Buletin Penelitian Hasil Hutan.Vol. 20 (3) : 195 – 206. Maloney, T.M. 1993. Modern Particleboard and Dry Process Fiberboard Manufacturing. Miller Freeman Inc. San Francisco. Muharam, A. 1995. Pengaruh Ukuran Partikel dan Kerapatan Lembaran Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Ampas Tebu. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Riyadi, C. 2004. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Serat dari Limbah Batang Pisang (Musa sp.) pada Berbagai Perlakuan Pendahuluan dan Kadar Parafin. Skripsi Departemen Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Rowell, R.M. 1998. The State of Art and Future Development of Bio-Based Composite Science and Technology Towards the 21st Century : Proceedings of The Fourth Pasific Rim Bio-Based Composites Symposium. 2-5 November 1998. Bogor. Sahputra, Y.F. 2004. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Partikel dan Kadar Perekat Terhadap Sifat Papan Partikel Tandan Kosong Kelapa Sawit. Skripsi
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Slamet. 2004. Tebu (Saccharum officinarum). http://warintek.progressio.or.id/ tebu/perkebunan/warintek/merintisbisnis/progressio.htm. [19 Oktober 2004]. Supriyadi, A. 1992. Rendemen Tebu : Liku-Liku Permasalahannya. Kanisius. Yogyakarta. Sutigno, P. 2000. Perekat dan Perekatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Penebar Swadaya. 2000. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan. Penebar Swadaya. Jakarta. Walker, J.C.F. 1993. Primary Wood Processing. Principles and Practice. Published by Chapman & Hall. London.
Apri Heri Iswanto : Papan Partikel Dari Ampas Tebu (Saccharum officinarum), 2009 USU e-Repository © 2009