STRATEGI PENGENDALIAN KEBISINGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO PENDENGARAN DENGAN METODE EX POST FACTO DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI POWER PLANT PT. TJIWI KIMIA PENULIS : Decky Susanto, ST Mahasiswa MMT-ITS, Jurusan Manajemen Industri Email :
[email protected] PENDAMPING : Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, M.App.SC. Ir. Sritomo Wignjosoebroto, MSc. Dosen ITS ABSTRAK Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional power plant. Coal Generation Power Plant PT. Tjiwi Kimia merupakan bagian terpenting dari pabrik Tjiwi Kimia karena sebagai pemasok utama uap dan listrik untuk proses produksi. Coal Generation Power Plant PT. Tjiwi kimia mempunyai dua generator 35MW, dibangun pada bulan Juni 1991. Kemudian di bulan Agustus 1994 dipasang generator ketiga sebesar 70 MW. Fasilitas ini dihubungkan dengan perusahaan listrik lokal untuk operasi secara parallel sejak bulan November 1996 dengan total kapasitas 140 MW dan total area 100.000 m2. Besarnya kapasitas produksi dan bertambahnya usia peralatan produksi dapat menyebabkan resiko kebisingan yang tinggi sehingga diperlukan analisis kebisingan agar tidak terjadi dampak terhadap lingkungan. Strategi pengendalian kebisingan dilakukan dengan mengukur intensitas suara, frekuensi suara dari data history kebisingan Industrial Safety Department dan secara langsung menggunakan alat integrating sound level meter tipe TES1353 kemudian dilakukan noise mapping dengan software cadna noise dose meter predictor type 7810 untuk melihat tingkat kebisingan tiap area. Dilakukan juga pengukuran dampak kebisingan didapat dari data kecelakaan kerja, data test audiogram, data klaim kesehatan dari Rumah Sakit Citra Medika Sidoarjo dan data hasil kuisioner skala likert yang disebarkan langsung terhadap karyawan. Pengolahan data menggunakan metode ex post facto untuk melihat data existing yang telah terjadi dengan bantuan program minitab versi 14 for windows dan metode metode analytical hierarchy process melakukan pembobotan terhadap semua faktor yang mempengaruhi kebisingan diselesaikan dengan progam expert choice. Pengambilan sample dilakukan secara acak sederhana dan dilakukan uji korelasi untuk melihat validitasnya. Hasil analisis data digunakan untuk mengetahui variabel yang perlu diprioritaskan sehingga perusahaan bisa mengambil langkah perbaikan. 1.
Pendahuluan Penurunan ketajaman pendengaran akibat kebisingan terjadi secara perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari oleh penderitanya, sehingga pada saat penderita mulai mengeluh kurang pendengaran, biasanya sudah dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan (irreversible).
Tanda-tanda mulai proses ketulian bisa dilihat dari peristiwa-peristiwa yang diuraikan berikut: Tidak mampu mendengar percakapan dalam lingkungan bising Telinga terasa mendengung (buzzing atau droning) setelah beberapa jam dalam berada dalam lingkungan bising. Terminologi kedokteran untuk telinga yang mendengung semacam ini, disebut tinnitus. Menurut OSHA derajat ketulian adalah sebagai berikut : Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dB, disebut tuli ringan Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dB, disebut tuli sedang Jika peningkatan ambang dengar antara 61 - 90 dB, disebut tuli berat Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB, disebut tuli sangat berat 2.
Analisis Data
Gambar 1. Alur Penelitian 3.
Metode Ex Post Facto Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut dengan after the fact artinya penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
4.
Metode Analytical Hierarchy Process Metode AHP dikembangkan pada awal tahun 1970-an oleh Thomas L.Saaty, seorang ahli matematika yang bekerja pada University of Pittburg, Amerika Serakat. Metode ini merupakan perangkat pengambilan keputusan untuk multi variabel yang mungkin terdiri dari faktor – faktor subyektif maupun obyektif. Metode ini mencoba mengobtimalkan faktor – faktor intuisi, pemikiran, pengalaman, pengetahuan, emosi dan rasa kedalam suatu proses yang sistematis. Menurut Saaty (2001), pada dasarnya AHP dikembangkan memperhatikan proses pengembangan pendapat manusia pada saat menghadapi permasalahan yang segera ingin dipecahkan. Selain itu AHP juga menghubungkan dengan pengujian validitas. 5.
Uji Korelasi Uji korelasi data bertujuan untuk mendeteksi kuisioner yang dibuat sehingga dapat mengukur variabel yang diinginkan, bukan variabel yang lainnya. Suatu item yang memiliki korelasi tinggi akan memiliki kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat sebagai korelasi sehingga untuk mengetahui validitas digunakan rumus korelasi product moment pearson adalah sebagai berikut: N XY X Y r xy = {N X 2 X }{N Y 2 Y } 2
2
dimana: r xy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, yang dikorelasikan. x = skor indikator penyusun variabel. y = skor total variabel N = jumlah responden Variabel dianggap valid apabila apabila r hasil positif dan r hasil > r tabel (0,1693). 6.
Noise Dose Meter Emisi kebisingan terjadi karena adanya sound pressure level pada area yang terjadi bunyi atau suara sehingga gelombang amplitudo dapat dibaca untuk megetahui perbedaaan tekanan suara yang terjadi. Pemetaan sound pressure terbaca dengan menggunakan integrating sound level meter tipe TES1353 dan digunakan noise dose meter untuk melihat variasi kebisingan yang terjadi tiap titik pengukuran di area tersebut. Kategori Area I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
Warna Indikator
Intensitas Suara (dBA) 95-96 94-95 93-94 92-93 91-92 90-91 89-90 88-89 87-88 86-87 85-86 84-85 83-84 82-83 81-82 80-81
Gambar 2. Kode Area Kebisingan
7.
Management Information System Pengintegrasian sistem informasi merupakan salah satu konsep kunci dari sistem informasi manajemen. Berbagai sistem dapat saling berhubungan satu dengan yang lain sesuai dengan keperluannya. Aliran informasi diantara sistem sangat bermanfaat bila data dalam file suatu sistem diperlukan oleh sistem yang lainnya atau output suatu sistem menjadi input bagi sistem lainnya. 8. 8.1
Pengolahan Data Data Pengukuran Kebisingan Boiler Area
2006
2007
2008
2009
Average
Boiler 1
84,8
84,8
84,9
85,1
84,9
Boiler 2
84,5
84,9
85,2
85,9
85,1
Boiler 3
82,3
82,5
83,2
84,0
83,0
Gambar 3. Data Kebisingan Boiler 8.2
Data Kebisingan Turbin Area
2006
2007
2008
2009
Average
Turbin 1
92,5
92,5
93,1
93,4
92,9
Turbin 2
92,4
92,5
93,2
94,1
93,1
Turbin 3
87,3
87,5
87,9
88,6
87,8
Gambar 4. Data Kebisingan Boiler 8.3
Data Noise Mapping
Gambar 5. Noise mapping rata-rata area boiler
Gambar 6. Noise mapping rata-rata area turbin
8.4
Umur Responden Bahwa dari 42 responden yang mengembalikan jawaban kuesioner, paling banyak berusia antara 31-40 tahun yaitu sebanyak 22 orang (52,4%), kemudian disusul responden yang berusia antara 41-50 tahun yaitu sebanyak 15 orang (35,7%), dan terakhir usia lebih dari 50 tahun sebanyak 5 orang(11,9%). 8.5
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden terbanyak pada tingkat SMA sebanyak 38 responden (90,5%), kemudian Diploma sebanyak 3 responden (7,1%), tingkat pendidikan S1 sebanyak 1 responden (2,4%). 8.6
Lama Bekerja Lama responden bekerja di Cogen terbanyak selama 16-20 tahun ada 26 responden (61,9%), kemudian selama 11-15 tahun ada 10 responden (23,8%), dan selama 6-10 tahun ada 4 responden (9,5%), dan selama lebih dari 20 tahun ada 2 responden (4,8%). 8.7
Data Pengukuran Kesehatan Pendengaran Tahun 2006 2006 Karyawan Area
2007
2008
Telinga Kiri
Telinga Kanan
Telinga Kiri
Telinga Kanan
Telinga Kiri
Telinga Kanan
Boiler 1
48,5
48,6
55,5
55,1
62,9
63,7
Boiler 2
49,1
49,6
55,6
56,3
61,7
62,4
Boiler 3
48,9
49,9
55,6
56,6
62,5
63,5
Turbin 1
49,4
50,1
56,8
57,5
62,0
63,1
Turbin 2
45,5
45,7
51,6
52,4
57,9
58,5
Turbin 3
32,4
32,8
38,4
38,7
42,5
43,1
Average
45,6
46,1
52,3
52,8
58,2
59,1
2006
2007
2008
Gambar 7. Data Kesehatan Pendengaran Karyawan 8.8
Data Kecelakaan Kerja Tahun 2006 terjadi kecelakaan sebesar 2 kejadian yang bervariasi keparahannya. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 3 kejadian bahkan di tahun 2008 menjadi 5 kejadian. Semua kejadian kecelakaan tersebut menurut korban bahwa penyebabnya karena dampak penurunan pendengaran.
Gambar 8. Data Kecelakaan tahun 2006 - 2008 8.9
Data Klaim Kesehatan Tahun 2006 terjadi sebesar 9 klaim kesehatan yang bervariasi keparahannya. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 12 klaim bahkan di tahun 2008 menjadi 16 klaim. Semua klaim tersebut menurut korban bahwa penyebabnya karena dampak penurunan pendengaran.
Gambar 9. Data Klaim Kesehatan Karyawan 8.10 Data Pembobotan Faktor Kebisingan
Gambar 10. Data Pembobotan Faktor Kebisingan Dari pembobotan semua faktor menyebabkan tingkat kebisingan mempengaruhi penurunan kesehatan pendengaran adalah faktor manusia. Bisa disebakan karena latar belakang pendidikan, umur, lama bekerja, lama terpapar kebisingan dan kedisiplinan memakai alat pelindung diri. 8.11 Perencanaan Knowledge Management Langkah prioritas yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah membuat program untuk memetakan tingkat kompetensi sumberdaya manusia agar bisa mengurangi resiko dampak kebisingan dengan membekali skill dan kedisiplinan yang tinggi. Program knowledge management dibuat untuk memudahkan kontrol perusahaan terhadap pengembangan training terhadap karyawan.
Gambar 11. Alur Program Knowledge Management 9 9.2
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisis data secara keseluruhan selama tahun 2006 sampai 2009 diperoleh grafik yang menunjukkan adanya peningkatan kebisingan di area boiler dan turbin serta peningkatan dampak kepada kesehatan pendengaran karyawan. Meskipun pada karyawan turbin 3 ada yang belum terlalu parah kesehatan pendengarannya karena relatif disiplin dalam memakai alat pelindung diri tetapi secara garis besar dampak kebisingan telah menjadikan karywan secara rata-rata menjadi tuli berat. Pada tahun 2006 rata-rata tingkat kebisingan boiler sebesar 83,8 dBA menjadi 85 dBA sedangkan pada area turbin rata-rata sebesar 90,8 dBA menjadi 92 dBA pada tahun 2009. Ini menunjukan bahwa kebisingan di Coal Generation Power Plant PT. Tjiwi Kimia harus segera dilakukan pengelolaan sistem terpadu untuk mengurangi tingkat kebisingan. Dalam hal dampak ternyata faktor manusia memperparah resiko terhadap kesehatan pendengaran. Data menyebutkan bahwa tingkat resiko ketulian karyawan boiler pada telinga kiri sebesar 62,4 dB atau tuli berat dan telinga kanan sebesar 63,2 juga tuli berat. Sedangkan pada karyawan turbin di telinga kiri sebesar 54,1 dB atau tuli sedang dan telinga kanan sebesar 54,9 juga tuli sedang. 9.3
Saran Saran yang dapat diberikan berkenaan dengan hasil penelitian ini adalah: a. Pengendalian Kebisingan dapat dilakukan terhadap : sumbernya dengan cara : desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan yang lainnya, Substitusi alat, Mengubah proses kerjaperjalanannya dengan cara : Jarak diperjauh, Akustik ruangan, Enclosure. penerimanya dengan cara : Alat pelindung telinga, Enclosure (misal dalam control room), Administrasi dengan rotasi dan mengubah scedule kerja. Pemilihan equipment / proses yang lebih sedikit menimbulkan bising. Dengan melakukan perawatan (Maintenance). Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik) b. Pengendalian secara administrative (Administrative control) dengan cara: Melakukan shift kerja. Mengurangi waktu kerja. Melakukan tranning. c. Langkah terakhir dalam pengendalian kebisingan adalah dengan menggunakan alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff dan helmet) dengan tegas.
d. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara medis yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur. e. Pendidikan dan motifasi. Semua pekerja yang berhak mengikuti program konservasi pendengaran, harus mendapatkan pendidikan dan training yang cukup setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak pada program pemeliharaan pendengaran. Pendidikan dan edukasi pada dasarnya sasarannya adalah perilaku pekerja 10. REFERENSI Alberti, P. (2001), Occupational hearing loss, 14th Edition, Lea and Febiger, Philadelphia, London. Tjiwi, (2008), Laporan Data Kecelakaan PT.Tjiwi Kimia, Industrial Safety Department, Sidoarjo. Tjiwi, (2008), Laporan Data Klaim Kesehatan Rumah Sakit Citra Medika, Industrial Safety Department, Sidoarjo. Tjiwi, (2000), Desain Layout Coal Generation Power Plant PT. Tjiwi Kimia, Engineering Department, Sidoarjo. Anonymous, (2000), Occupational Safety and Health Administration, Regulation Standart, Constitution Avenue, Washington, DC. Asfahl, Ray, C. (2001), Industrial Safety and Health Management, 5th Edition, Prentice Hall, Engel wood Cliff, New York. Iriawan, N. (2006), Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14, Penerbit Andi, Yogyakarta. Kavianian, (1999), “Occupational and Environmental Safety Engineering and Management”, Van Nostrad Reinhold, New York. Mcleod, Raymond, Jr., 2006, Management Information Systems, Prentice Hall, Edisi Kedelapan. Peters, C. Thom, J. McIntyre, E. Winters, M. Teschke, K. Davies, H. (2005), Noise and Hearing Loss in Musicians, School of Occupational and Environmental Hygiene, Vancouver. Ridwan, (2002), Skala Pengukuran Variabel-variable Penelitian, Alfabeta, Edisi Perdana. Bandung Saaty, T. L. (2001), Decission Making With Dependence and feedback : The Analytical Network Process, The Organization and Prioritization of Complexity, Vol. IX, Second Edition, RWS Publications, Pittburgh. Soepardi, E. Iskandar, N. (2001), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi 5, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Sudjana, (2001), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung. Sugiono, (2006), Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Supranto, J. (2000), Statistik : Teori dan Aplikasi, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta. Wright, A. (1999), Anatomy and Ultrastructure of The Human Ear, 6th Edition, Gleeson Basic sciences, Great Britain, Butterworth- Heinemann. Whitten, Bently, Dittmen, (2004), System Analysis and Design Method, McGraw Hill, New York.