1 2 3 Penulis Abd. Rohim H.S. Ririk Ratnasari Siti Yulaika Ida Darningsih Penyunting Endang Kurniawan Tim Review Dr. Petrus Purwadi,M.S. Drs. Burhanud...
Penulis Abd. Rohim H.S. Ririk Ratnasari Siti Yulaika Ida Darningsih Penyunting Endang Kurniawan Tim Review Dr. Petrus Purwadi,M.S. Drs. Burhanuddin,M.Hum Endah Madusari,M.Pd Suharti Mangindaan,S.S.
KATA PENGANTAR Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bahasa memiliki tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas guru bahasa, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam rangka memperbaiki mutu dan profesionalitas mereka, PPPPTK Bahasa berperan serta secara aktif dalam proyek Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU). Sebagai suatu lembaga yang dikelola secara profesional, PPPPTK Bahasa menyediakan program pendidikan dan pelatihan berkualitas yang sejalan dengan reformasi pendidikan serta tuntutan globalisasi yang tertuang dalam program Education for All (EFA). Selain itu, PPPPTK Bahasa meningkatkan kompetensi guru melalui penyediaan bahan ajar yang akan digunakan sebagai sarana untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Dalam menjawab amanat Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, PPPPTK Bahasa menyelenggarakan berbagai pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Pencapaian kompetensi tersebut dapat dilakukan melalui penggunaan bahan ajar yang telah disusun dalam kegiatan pelatihan di KKG dan MGMP. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diperlukan dan dapat dikirimkan ke PPPPTK Bahasa, Jalan Gardu, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta 12640, Telepon (021) 7271034, Faksimili (021) 7271032, dan email: [email protected] Jakarta, Maret 2010 Kepala Pusat,
Dr. Muhammad Hatta, M.Ed. NIP 19550720 198303 1 003
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Tujuan................................................................................................ 2 C. Alokasi Waktu.................................................................................... 2 D. Sasaran ............................................................................................. 3
BAB II KEBAHASAAN ...................................................................................... 4 A. Konsep Kebahasaan......................................................................... 4 1. Hakikat Bahasa............................................................................ 4 2. Fungsi Bahasa ............................................................................. 4 3. Ragam Bahasa ............................................................................ 4 B. Unsur-unsur Kebahasaan ................................................................. 6 1. Fonologi ....................................................................................... 6 2. Morfologi .................................................................................... 10 3. Sintaksis..................................................................................... 20 4. Semantik .................................................................................... 24 5. Kosakata .................................................................................... 29 BAB III KEBAHASAAN DALAM PEMBELAJARAN BERBAHASA............... 34 A. Kebahasaan dalam Pembelajaran Mendengarkan......................... 34 B. Kebahasaan dalam Pembelajaran Berbicara ................................. 35 C. Kebahasaan dalam Pembelajaran Membaca................................. 36 D. Kebahasaan dalam Pembelajaran Menulis .................................... 37 BAB IV PENELITIAN TINDAKAN KELAS KEBAHASAAN ...........................40 A. Pengertian PTK .......................................................................... 40 B. Tujuan PTK .................................................................................40 C. Empat Karakteristik PTK ............................................................ 40 D. Aktivitas PTK ............................................................................ . 41 E. Prosedur Pengembangan PTK .................................................. 41 BAB V RANGKUMAN ....................................................................................... 44 BAB VI PENILAIAN........................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50 GLOSARIUM...................................................................................................... 51
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia pada prinsipnya menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan kognitif, afektif, dan psikomotor para siswa agar mampu melakukan suatu tindakan. Begitu pula pada pembelajaran kebahasaan yang menunjukkan seluruh kegiatan pembelajaran direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai agar dikuasai oleh siswa. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran kebahasaan dilakukan secara terintegrasi dalam keempat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak dapat disampaikan dengan baik tanpa adanya dukungan kebahasaan karena antara yang satu dengan yang lainnya saling terkait. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran bahasa Indonesia dititikberatkan pada kegiatan yang berorientasi pada keterampilan berbahasa. Hal itu dimaksudkan agar para siswa memiliki kemampuan pemahaman dan penerapan tentang kebahasaan, sehingga mampu dan terampil dalam berbahasa Indonesia. Untuk mencapai kompetensi itu dibutuhkan seorang guru bahasa Indonesia yang kompeten. Seorang guru bahasa Indonesia yang kompeten harus menguasai materi kebahasaan dan dapat mengajarkannya kepada siswa secara intensif dan berkesinambungan. Guru bahasa Indonesia harus menguasai masalah kebahasaan bahasa Indonesia, sebab penguasaan masalah kebahasaan akan membekali seorang guru dalam mengenali dan meluruskan kesalahankesalahan masalah kebahasaan. Tanpa bekal tersebut, tentu seorang guru tidak dapat berbuat apa-apa dalam menghadapi kesalahan-kesalahan berbahasa yang diperbuat oleh siswa. Pembelajaran masalah kebahasaan hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lingkungan siswa. Pembelajaran masalah kebahasaan juga harus berorientasi pada kompetensi yang harus dikuasai siswa. Selain itu, pembelajaran masalah kebahasaan hendaknya disesuaikan dengan prinsip pembelajaran pada umumnya. Salah satu prinsip pembelajaran bahasa Indonesia adalah bahwa pembelajaran itu disampaikan secara terpadu. Keterpaduan itu tampak dalam berbagai hal, di antaranya keterpaduan ranah pembelajaran. Walaupun penekanan harus
Kebahasaan – KKG
1
diarahkan kepada segi penumbuhan psikomotor atau keterampilan berbahasa siswa, tetapi segi kognitif dan afektif tidak bisa diabaikan. Demikian juga dengan keterpaduan keterampilan berbahasa. Meskipun pembelajaran bahasa dimaksudkan agar siswa memiliki kompetensi berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia, namun kaidah-kaidah kebahasaan harus tetap diperhatikan. Fokus pembelajaran dapat diarahkan pada salah satu aspek keterampilan berbahasa, tetapi dalam pelaksanaannya keempat aspek keterampilan berbahasa itu diajarkan secara terpadu menjadi kesatuan yang utuh. Antara teori dan praktik ada perbandingan yang harmonis. Perbandingan tersebut tergantung pada kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, dan kondisi siswa. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, perlu diperhatikan beberapa hal sebelum seorang guru melaksanakan kegiatan pembelajaran. Beberapa hal yang perlu diperthatikan adalah sebagai berikut. Pertama, guru harus menguasai konsep-konsep materi kebahasaan, yaitu hakikat bahasa, fungsi bahasa, ragam bahasa, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosakata. Kedua, guru harus dapat memadukan pembelajaran kebahasaan ke dalam pembelajaran keterampilan berbahasa. Ketiga, guru harus dapat memilih masalah kebahasaan yang perlu diajarkan untuk meningkatkan kompetensi berbahasa siswa. B. Tujuan Setelah mempelajari modul suplemen ini, peserta KKG diharapkan dapat menguasai kompetensi yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut. 1.
Memahami konsep-konsep kebahasaan
2.
Memahami unsur-unsur kebahasaan yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosa kata (leksikon) bahasa Indonesia.
3.
Memahami pembelajaran kebahasaan yang dipadukan dalam pembelajaran keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
C. Alokasi Waktu Alokasi waktu yang digunakan untuk mempelajari modul ini dalam pelatihan adalah 4 jam pelajaran (4X50 menit).
Kebahasaan – KKG
2
D. Sasaran Modul ini ditujukan untuk guru-guru SD, peserta pelatihan di KKG bahasa Indonesia pada program BERMUTU
Kebahasaan – KKG
3
BAB II KEBAHASAAN A. Konsep Kebahasaan 1.
Hakikat Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem berupa lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu. (Abdul Chair, 1998: 1) 2.
Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat juga digunakan cara lain, misalnya dengan isyarat, lambang-lambang, gambar atau kode-kode tertentu lainnya. Namun, dengan menggunakan bahasa komunikasi dapat berlangsung lebih baik dan lebih sempurna. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Sesuai dengan kedudukannya, bahasa Indonesia berfungis sebagai: a) alat untuk menjalankan administrasi negara, b) alat pemersatu pelbagai suku bangsa di Indonesia, c) media untuk menampung kebudayaan nasional. (Abdul Chair, 1998: 2) 3.
Dialek dan Ragam Bahasa
Pada kenyataannya setiap bahasa dapat muncul dalam berbagai varian. Varian bahasa yang didasarkan pada pemakainya disebut sebagai dialek. Varian bahasa yang didasarkan pada pemakaiannya disebut sebagai ragam bahasa. Berdasarkan pengertian di atas, dalam bahasa Indonesia terdapat bermacammacam dialek. Beberapa dialek dalam bahasa Indonesia itu antara lain adalah sebagai berikut. 1. Dialek regional, yaitu berbagai bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari satu bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
Kebahasaan – KKG
4
2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja. 3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu. Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah. 4. Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata. Sedangkan ragam bahasa dalam bahasa Indonesia jumlahnya tak terbatas. Namun, pengelompokan ragam bahasa dapat dilakukan dengan memperhatikan pokok pembicaraan, perantara pembicaraan, dan hubungan antarpembicara. Berikut ini adalah contoh ragam bahasa Indonesia berdasarkan pokok pembicaraan dan hubungan antarpembicara. 1. Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi: a) b) c) d)
ragam undang-undang ragam jurnalistik ragam ilmiah ragam sastra
2. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas: A. ragam lisan, terdiri dari: a) ragam percakapan b) ragam pidato c) ragam kuliah d) ragam panggung B. ragam tulis, terdiri dari: a) ragam teknis b) ragam undang-undang c) ragam catatan d) ragam surat-menyurat Dalam kenyataannya, bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk: a) b) c) d)
komunikasi resmi wacana teknis pembicaraan di depan khalayak ramai pembicaraan dengan orang yang dihormati
Kebahasaan – KKG
5
B. Unsur-unsur Kebahasaan 1.
Fonologi
a.
Definisi Fonologi
Fonologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi ujaran suatu bahasa. Fonologi dapat dibagi atas dua bidang, yaitu: fonetik dan fonemik. Berikut penjelasan keduanya. Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tuturn. Fonetik mempelajari bagaimana menghasilkan bunyibunyi tersebut dengan alat ucap manusia. Sasaran fonetik adalah mempelajari segala macam bunyi ujaran yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap, dan bagaimana menghasilkan tiap-tiap bunyi itu dengan tepat menurut kebiasaan masyarakat bahasa itu. Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti. Satuan bunyi ujaran yang terkecil, yang dapat membedakan arti, disebut fonem (fon = bunyi, -ema = mengandung arti). Perhatikanlah pasangan kata /tari/ dan /dari/. Pada pasangan kata itu hanya ada satu bunyi yang berbeda, yaitu /t/ dan /d/. Meskipun hanya berbeda satu bunyi, kedua kata itu memiliki makna yang berbeda. Perbedaan makna itu disebabkan oleh keberadaan fonem /t/ dan /d/. Oleh sebab itu, /t/ dan /d/ dapat disebut sebagai fonem yang berbeda karena terbukti dapat membedakan makna. Bagaimana dengan /s/ dan /h/ apakah keduanya fonem yang berbeda? Untuk membuktikan keduanya fonem berbeda perhatikanlah pasangan kata /dasi/ dan /dahi/. Sekarang, carilah contoh pasangan kata yang dapat membuktikan bahwa /p/ dan /b/ adalah dua fonem yang berbeda. Benar, pasangan kata /puas/ dan /buas/ dapat membuktikan bahwa fonem /p/ berbeda dengan fonem /b/. b.
Pembentukan Bunyi Bahasa
Bunyi bahasa merupakan sebuah rangkaian bunyi yang dikeluarkan oleh penutur. Bunyi itu dipahami melalui proses mendengar. Seseorang mampu memahami bunyi bahasa yang didengarnya apabila bunyi itu keluar (terujar) dengan benar. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat: sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya. (Moeliono, AM. dan Soenjono Dardjowidjojo (peny.), 1988: 37)
Kebahasaan – KKG
6
Untuk menghasilkan bunyi bahasa yang benar, diperlukan: (1) alat bicara yang normal; (2) keterampilan dan kemampuan alat bicara dalam melakukan artikulasi; (3) kemampuan mengatur pernapasan untuk mengalirkan udara ke rongga tenggorokan, mulut, dan hidung. Untuk menghasilkan bunyi bahasa yang benar menurut kaidah bunyi bahasa, seorang penutur harus mengetahui artikulator (alat ucap) apa saja yang terlibat dalam proses artikulasi. Berikut ini adalah gambar alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi ujaran.
1. Bibir Atas (labium) 2. Bibir Bawah (labium) 3. Gigi Atas (dentum) 4. Gigi Bawah (dentum) 5. Gusi (alveolum) 6. Langit-Langit Keras (palatum) 7. Langit-Langit Lunak (velum) 8. Anak Tekak (uvula) 9. Ujung Lidah (apex) 10. Depan Lidah 11. Daun Lidah (laminum) 12. Tengah Lidah (medium) 13. Pangkal Lidah (dorsum) 14. Akar Lidah (radika) 15. Rongga Kerongkongan (pharynx) 16. Rongga Mulut 17. Rongga Hidung 18. Epiglotis 19. Pita Suara 20. Pangkal Tenggorokan (larynx) 21. Trakea c.
Vokal dan Konsonan
1)
Vokal
Vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan. Jenis dan macam vokal tidak bergantung pada kuat dan lembutnya getaran udara, tetapi bergantung pada posisi atau bentuk bibir, tinggi-rendahnya lidah, dan maju-mundurnya lidah. Yang termasuk fonem vokal dalam bahasa Indonesia ialah /a, i, u, e, o, ə/.
Kebahasaan – KKG
7
2)
Konsonan
Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paruparu mendapat halangan, entah seluruhnya atau sebagian. (Gorys Keraf, 1999: 25). Konsonan dapat dibedakan berdasarkan faktor-faktor berikut. a) Artikulator dan titik artikulasi b) Jenis halangan udara yang dijumpai c) Bergetar-tidaknya pita suara d) Jalan keluar udara dari rongga ujaran Yang termasuk fonem konsonan dalam bahasa Indonesia adalah /b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z d.
Diftong
Diftong adalah dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Misalnya, bunyi [au] dan [ai] pada kata-kata: pulau, harimau, bangau, ramai, pantai, dan lantai. Bila dua vokal berurutan itu diucapkan dalam satuan waktu yang berlainan, maka itu dua vokal berurutan itu bukanlah diftong. Contoh dua vokal berurutan yang tidak bisa disebut diftong terdapat pada katakata berikut, bunyi [au]dan [ai] dalam: kaum, laut, raut, mau, bait, kait, dan naik. (Gorys Keraf, 1999: 24). e.
Kluster, Deret Konsonan, dan Suku Kata
1)
Kluster
Kluster adalah konsonan rangkap yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa bunyi kluster, misalnya [tr], [pr], [kr], dan [gr], Kata yang berkluster dalam bahasa Indonesia, misalnya program, traktir, transfer, dan lain-lain. Jika mendapat imbuhan me- kluster tidak luluh, meskipun menurut kaidah bahasa Indonesia kata-kata yang diawali konsonan [k, p, t, s] luluh jika mendapat imbuhan me-. Misalnya, kata tari jika mendapat imbuhan me- menjadi menari, namun kata transfer jika mendapat imbuhan memenjadi mentransfer. Meskipun kata tari dan transfer diawali dengan bunyi konsonan [t], namun perlu diingat bahwa [tr] pada kata transfer adalah kluster. 2)
Deret Konsonan
Deret konsonan adalah dua buah konsonan yang letaknya berdampingan, tetapi tidak berada pada sebuah suku kata. Keduanya berada pada batas antara dua buah suku kata. Deret konsonan merupakan dua buah konsonan yang terletak pada suku kata yang berlainan. Kedua konsonan itu tidak diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Deret konsonan tampak pada bunyi
Kebahasaan – KKG
8
konsonan [k dan t] pada kata pakta, akta, dan bunyi konsonan [r dan t] pada kata arti dan harta. 3)
Suku Kata
Suku kata adalah satu ujaran terkecil dari sebuah kata . Sekurang-kurangnya satu suku kata terdiri dari satu vokal. Suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas. Contoh, kata datang. Kata ini diucapkan dalam dua hembusan napas, yaitu da- dan -tang. Oleh karena itu kata datang dikatakan terdiri atas dua suku kata: da- dan -tang. Dalam bahasa Indonesia ada dua jenis suku kata, yaitu suku kata terbuka dan suku kata tertutup. Suku kata terbuka adalah suku kata yang diakhiri dengan vokal, seperti suku kata ma- dan -ta pada kata mata, suku kata la- dan -ri pada kata lari. Suku kata tertutup adalah suku kata yang diakhiri dengan konsonan seperti suku kata -lam pada kata malam, dan suku kata –gus pada kata bagus. f.
Penyukuan dan Pemenggalan Kata
1)
Penyukuan
Istilah penyukuan kata dibedakan dari istilah pemenggalan kata. Penyukuan berhubungan pengucapan, sedangkan pemenggalan lebih berhubungan dengan penulisan. Penyukuan adalah proses mencari suku-suku kata. Dengan dasar itu, penyukuan terhadap kata-kata caplok, dengan, dan kenali adalah cap-lok, de-ngan, dan ke-na-li. 2)
Pemenggalan Kata
Pemenggalan itu diperlukan terutama apabila kita harus memisahkan sebuah kata dalam tulisan, terutama jika terjadi pergantian baris. Apabila kita ingin memenggal sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku-suku kata itu dengan tidak didahului atau diikuti oleh spasi. Pemberian tanda hubung tidak dibenarkan jika diletakkan di bawah akhir suku yang hendak dipisah. Suku kata atau imbuhan yang terdiri atas sebuah fonem tidak boleh dipenggal agar tidak terdapat satu huruf pada ujung atau awal baris. Pemenggalan dilakukan terhadap kata-kata yang berkedudukan sebagai kata dasar. Bila di tengah kata dasar ada dua vokal, pemenggalan dilakukan di antara dua vokal tersebut, contoh: ba-ik, sa-at, pu-ing. Bila di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal, maka pemenggalan dilakukan sebelum konsonan tersebut, contoh : si-kat, ja-lan, ha-nyut. Bila di tengah kata ada dua konsonan berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua fonem tersebut, contoh: pin-dah, lam-bat, cap-lok, tang-gung. Bila di tengah kata ada tiga
Kebahasaan – KKG
9
konsonan atau lebih yang berdekatan, maka pemenggalan dilakukan di antara konsonan pertama dan kedua, contoh: kon-trak, in-struksi, am-bruk, bang-krut. Pemenggalan pada kata berimbuhan dilakukan dengan cara memisahkan imbuhan dengan kata dasarnya, meskipun imbuhan itu mengalami perubahan bentuk, contoh: mem-be-lok, mem-ba-tu, pe-ngum-pul-an. Sisipan tidak dipenggal berdasarkan imbuhan karena sisipan dianggap bagian dari kata, contoh: ge-me-tar, ge-ri-gi, te-lun-juk. Pemenggalan pada kata kompleks, dilakukan dengan cara memisahkan unsurunsurnya atau di antara suku-suku kata tersebut. Contoh: kilometer = kilo-meter atau ki-lo-me-ter fotografi = foto-grafi atau fo-to-gra-fi g.
Fonem dan Grafem
Fonem adalah satuan terkecil dari bunyi bahasa yang membedakan arti. Contoh: pagi terdiri atas fonem /p/, /a/, /g/ dan /i/ = 4 fonem sangat terdiri atas fonem /s/, /a/, /ng/, /a/ dan /t/ = 5 fonem Grafem adalah pelambang fonem yang berbentuk huruf. Grafem berkaitan dengan huruf, sedangkan fonem berkaitan dengan bunyi. Seringkali represenasi tertulis kedua konsep ini sama. Misalnya untuk menyatakan benda yang dipakai untuk duduk yang bernama "kursi", kita menulis kata kursi yang terdiri dari grafem , , , <s>, dan , dan mengucapkannya pun /kursi/. Dari segi grafem kata kursi terdiri atas lima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima satuan. Akan tetapi, hubungan satu-lawan-satu seperti itu tidak selalu kita temukan. Kata ladang terdiri atas enam grafem, yakni , , , , , dan . Dari segi bunyinya perkaatan yang sama itu hanya terdiri atas lima fonem, yakni /l/, /a/, /d/, /a/, dan /ŋ/ karena grafem dan hanya mewakili satu fonem /ŋ/ saja. 2.