Vol 1, Nomor. 1 April, Th. 2016
PENTINGNYA PENGETAHUAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN BAGI PENERJEMAH Roswani Siregar Universitas Al-Azhar Medan Abstrak Penerjemahan berperan penting dalam transfer pengetahuan diantara budaya, bahasa dan bangsa yang berbeda. Sebagai kegiatan untukmemindahkan pesan atau maksud yang terkandung dalam suatu bahasa ke dalam bahasa lain secara tepat dan wajar, pekerjaan penerjemahan menjadi kompleks. Oleh karena itu berbagai pendekatan dicetuskan untuk memahami proses penerjemahan, diantaranya adalah teori ideologi penerjemahan. Istilah domestikasi dan foreinisasi dalam penerjemahan merupakan dua istilah yang dikemukakan oleh Lawrence Venuti yang sering disebut sebagai ideologi atau strategi penerjemahan. Domestikasi adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi “keasingan” istilah dari bahasa sumber, sehingga pembaca merasa suatu terjemahan seperti bukan produk terjemahan. Sementara foreinisasi adalah sebaliknya, strategi ini lebih condong ke bahasa sumber dengan tujuan memperkenalkan istilah atau budaya asing kepada pembaca sasaran. Dalam prakteknya, penerjemah tidak lepas dari keduanya, namun kecondongan yang berbeda seringkali didasari oleh tujuan penerjemahan dan siapa pengguna terjemahan tersebut. Artikel ini mengemukakan gambaran ringkas tentang ideologi penerjemahan dan bagaimana pentingnya teori ini untuk meningkatkan kesadaran penerjemahan tentang dampak pilihan mereka terhadap hasil terjemahan. Kata kunci: ideologi, strategi, foreinisasi, domestikasi, penerjemahan Abstract Translation played a crucial role in the transfer of knowledge accross cultures, nations, and languages. In conveying the original tone and intent of a message from one language by taking account the cultural and language differences in target language, the translation become a complex task. Thus, for years some approaches were proposed to understand the process of translation. Domestication translation and foreignization translation are two terms in translation studies formulated by Lawrence Venuti. The first is refers to the translation strategy in which a transparent and fluent style is adopted in order to minimize the strangeness of the foreign text for target language (TL) reader. The second brings the foreign culture closer to that of the readers. In practice, the translator adhered to the both. Domestication and foreignization is an ideological one as the ethical choice for translators to make. This article suggests a quick overview of translation ideology, and how this theory contribute to increase the awareness of translation regarding their choice on their work. Keywords: ideology, strategy, foreignization, domestication, translation
informasi
1. Pendahuluan Kemajuan suatu bangsa tidak
dijembatani
antar
bangsa oleh
tentu
saja
kegiatan
terlepas dari kegiatan pertukaran ilmu
penerjemahan. Kegiatan penerjemahan
pengetahuan dengan bangsa lain yang
dapat dikatakan sudah berlangsung
dalam hal ini bahasa mengambil peran
hampir setua peradaban manusia.
penting informasi.
sebagai
media
Kegiatan
pertukaran
Meskipun kegiatan penerjemahan
pertukaran
sudah dilakukan sepanjang sejarah, 20
Vol 1, Nomor. 1 April, Th. 2016
namun tidak serta merta kegiatan
Secara sederhana penerjemahan
tersebut dipandang sebagai hal yang
dapat
sederhana.
pemindahan
Penerjemahan
sebatas
diartikan
sebagai
suatu
kegiatan
maksud
yang
mengalih bahasakan dari bahasa yang
terkandung dalam suatu bahasa ke
satu ke bahasa yang lain dan bukan pula
dalam
pekerjaan yang bisa dilakukan siapa
memperhatikan
saja
sehingga makna dapat dialihan secara
tanpa
dipelajari.
Sebagaimana
dikemukakan Luther dalam Simatupang art”.
Bagi
receptor
proses pengalihan makna dari bahasa
mempertimbangkan
sumber ke bahasa sasaran. Larson juga menyebutkan ”it is meaning which is
dari penulis aslinya.
being transferred and must be held
Penerjemah harus menguasai dan
constant. Only the form changes”. Dari
memahami aspek-aspek linguistik dan
pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa
ekstra linguistik dari kedua bahasa.
Larson
Aspek–aspek tersebut sangatlah berbeda
penerjemahan
yang berarti penggunaan istilah dalam
penggunaan
berbeda
istilah
dalam
berpendapat
bahwa
yang
mengalami perubahan bentuk dalam
dalam satu budaya dengan budaya lain,
sumber
”Larson
language.
mendefinisikan penerjemahan sebagai
kegiatan
aspek emosi, gaya dan nuansa budaya
bahasa
aspek
meaning of the source language into
setiap orang. Penerjemahan menjadi
pengalihbahasaan
berbagai
tetap
“translation consists of transferring the
namun tidak bisa begitu saja dimiliki
karena
dengan
Larson (1984:3) mengemukakan
Luther
penerjemahan memang sebuah seni,
kompleks
lain
utuh dengan bahasa yang terasa wajar.
(2000:3) bahwa “Translation is not everybody’s
bahasa
hanyalah
bentuknya.
Makna yang ada dalam bahasa sumber
dengan
ditransfer ke bahasa sasaran dan makna
bahasa
ini haruslah konstan.
sasaran. Pembaca adalah seorang yang Pendapat Larson tentang proses
pasif terhadap teks sumber,sehingga benar-benar
pengalihan makna dalam penerjemahan
memberikan atau menyampaikanamanat
ini sejalan dengan pandangan Newmark
teks sumber dengan jelas, akurat dan
(1988:5) yang mengemukakan “…it is
wajar.
rendering the meaning of a text into
2. Penerjemahan Sebagai Proses
another language in the way that the
penerjemah
harus
author intended the text”.Newmark 21
Vol 1, Nomor. 1 April, Th. 2016
menyebutkan
bahwa
dalam
proses
adalah
sebuah
usaha
untuk
penerjemahan, maksud si penulis teks
menyampaikan pesan yang terdapat
bahasa
dalam bahasa sumber ke dalam bahasa
sumber
haruslah
dapat
tersampaikan pada pembaca bahasa
sasaran secara sepadan.
sasaran. Bell
Jadi, (1993:5)
terjemahan
sebagai
penerjemahan
sedikitnya
mendefinisikan
melibatkan 2 bahasa yang dikenal
berikut:
dengan
...the
bahasa
sumber
(source
expression in another language (or
language) dan bahasa sasaran (target
target language) of what has been
language). Bahasa sumber dalam hal
expressed in another (source language)
ini adalah bahasa yang dipergunakan
preserving the semantic and stylistic
dalam
equivalences.
diterjemahkan,
Penerjemahan
adalah
bahan
(teks)
yang
akan
sementara
bahasa
pengungkapan sesuatu dalam bahasa
sasaran adalah bahasa yang dituju
lain akan apa yang sudah diungkapkan
dalam pengalihan makna.
dalam
suatu
bahasa
dengan
3. Masalah dalam Penerjemahan
mempertahankan padanan semantik dan
Kenyataannya, di dunia ini tidak
gaya bahasanya. Menurut penerjemahan
ada 2 bahasa yang persis sama. Larson Hoed
(1992:54),
adalah
menyebutkan
kegiatan
memiliki
bahwa
bentuk
setiap
bahasa
tersendiri
untuk
mengalihkan secara tertulis pesan dari
mengungkapkan suatu makna. Oleh
teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa
karena itu, makna dari suatu bahasa
lain.
yang
dapat direpresentasikan dalam bentuk
sumber
yang sangat berbeda pada bahasa lain.
Dalam
diterjemahkan
hal
ini
disebut
teks teks
(Tsu) dan bahasanya disebut bahasa
Maka
sumber (Bsu). Berkenaan dengan hasil
masalah dalam penerjemahan.
terjemahannya, teks yang disusun oleh
Dengan
penerjemah disebut teks sasaran (Tsa)
bahasa
menjadi
demikian
proses
penerjemahan menurut Larson meliputi
dan bahasanya disebut bahasa sasaran
tahap
(Bsa) (Hoed, 1992: 54). Pendapat-pendapat
kesenjangan
pemahaman
terhadap
makna
leksikal, struktur gramatikal, situasi dan di
atas
konteks
budaya
memperlihatkan bahwa penerjemahan
sumber;
tahap
22
dari
teks
bahasa
penganalisisan
teks
Vol 1, Nomor. 1 April, Th. 2016
tersebut untuk menentukan maknanya,
penerjemahan yang benardan berterima
dan tahap rekonstruksi makna tersebut
sangat tergantung pada faktor luar yang
dengan menggunakan leksikon dan
mempengaruhi pemilihan makna kata,
struktur gramatikal yang sesuai dalam
istilah, atau ungkapan yang kemudian
bahasa sasaran.
disebut sebagai unsur teks.
Salah satu cara dalam menghadapi
3. Ideologi Penerjemahan
kesulitan dalam menemukan padanan tersebut,
adalah
menghubungkan
yang
penerjemahan
Ideologi dipahami sebagai suatu
“benar”
prinsip yang dipercayai kebenarannya
dan
oleh sebuah komunitas dalam suatu
“berterima” dengan faktor luar (Hoed,
masyarakat.
2003:9). Oleh karena itu penerjemahan harus
memperhatikan
Barthes (1957) mengemukakan
aspek
bahwa
kesepadanan dan semua unsur yang ada di
dalamnya,
yakni
frase,
ideologi adalah mitos yang
sudah mantap dalam suatu masyarakat.
klausa,
Jadi, ideologi
paragraf, dan lain-lain, baik secara lisan
dalam
penerjemahan
dapat dipahami sebagai suatu prinsip
maupun tulisan.
yang dipercayai kebenarannya oleh Dalam
hal
meskipun
kesepadanan,
penerjemah
sebuah
sudah
komunitas
tentang
masih terbuka berbagai kemungkinan
penerjemahan.
pemakaian istilah yang lainnya untuk
disebabkan
penerjemahan
penerjemahan
sekedar
pertimbangan
pengalihbahasaan, tetapi usaha untuk
“berterima”.
berhasil
Konsep
teks,
pesan
Sebelum menerjemahkan, seorang
subjektif. Konsep ini tergantung pada luar
mengalihkan
sumber kepada audiens.
(2003:9) merupakan suatu konsep yang
di
siapa”
sebagaimana terkandung dalam teks
“benar” dan “berterima” menurut Hoed
faktor
“kepada
oleh
yang “benar” adalah penerjemahan yang
menghasilkan teks bahasa sasaran yang dan
didasari
penerjemahan itu dibuat. Penerjemahan
menemukan padanan yang tepat untuk “benar”
dalam
konsep benar-salah (correctness) dalam
hakekatnya
bukan
benar-salah
Menurut Nida dan Taber (1974:1),
memadankan istilah yang dimaksud. itu
suatu
masyarakat atau keyakinan mereka
menemukan padanan untuk satu istilah,
Hal
dalam
penerjemah harus mengetahui dua hal,
sehingga 23
Vol 1, Nomor. 1 April, Th. 2016
yakni untuk siapa dan untuk tujuan apa
dalam penerjemahan juga tergantung
dia
ini
pada “untuk siapa dan untuk tujuan apa
merupakan salah satu proses yang tidak
penerjemahan itu dilakukan” (Hoed.
dapat diabaikan dalam menerjemahkan
2003).
menerjemahkan.
Proses
karena dilakuan di awal proses yang
Ideologi
yang
digunakan
juga dapat dikatakan pada tahap analisis
penerjemah merupakan tarik-menarik
terhadap bahan terjemahan.
antara dua kutub yang berlawanan,
Selaras dengan itu, Hoed (2006 :
antara yang berorientasi pada BSu dan
mengemukakan
setelah
yang berorientasi pada BSa ( Venuti
mengetahui untuk siapa dan untuk
dalam Hoed, 2006: 84), yang oleh
tujuan apa, seorang penerjemah harus
Venuti dikemukakan dengan istilah
mengetahui
foreingnizing
67)
langkah-langkah
penerjemahan sebagai
bahwa
yang
prosedur
biasa
translation
domesticating
disebut
translation.
dan Berikut
adalah uraian mengenai kedua hal
penerjemahan.
Penerjemahan merupakan reproduksi
tersebut
pesan yang tekandung dalam TSu. Hoed
paparan Hoed (2006: 83-90).
(2006: 83) mengutip pernyataan Basnett
dengan
berlandaskan pada
Penerjemah dapat menggunakan
dan Lefevere bahwa apapun tujuannya,
penerjemahan
setiapreproduksi selalu dibayangi oleh
mendukung menyatakan tujuan dari
ideologi tertentu.
sebuah ideologi yang mereka sukai atau
Ideologi
dalam
sebagai
alat
untuk
penerjemahan
tidak di sukai, tetapi pada waktu yang
adalah prinsip atau keyakinan tentang
sama pembaca dapat memilih untuk
betul-salah
menerima atau menolak terjemahan
dan
baik-buruk
dalam
penerjemahan, yakni terjemahan seperti
tersebut.
apa yang terbaik bagi masyarakat
Dalam
ideologi
terdapat
dua
pembaca TSa atau terjemahan seperti
kutub yang berlawanan. Satu kutub
apa yang cocok dan disukai masyarakat
condong pada bahasa sumber sedangkan
tersebut.
demikian,
kutub yang lainnya condong pada
pesan,
bahasa sasaran. Penerjemah akan selalu
dengan demikian menjadi relatif pula.
dihadapkan pada dua pilihan tersebut.
Tidak ada terjemahan yang benar atau
Meminjam istilah Venuti dalam Hoed
salah secara
(2006:
keberhasilan
Dengan mengalihkan
mutlak. “Benar-salah”
24
84),
pilihan
untuk
Vol 1, Nomor. 1 April, Th. 2016
mempertahankan budaya atau istilah
semantik
asing berarti lebih cenderung ke bahasa
dalamDiagram-V Newmark.
sumber
disebut
(foreignization),
ini
digambarkan
jelas
foreignisasi
sedangkan
yang
cenderung menggunakan budaya bahasa sasaran disebut sebagai domestikasi (domestication). A. Foreinisasi Foreinisasiadalah
ideologi Dalam prakteknya, penerjemah yang
penerjemahan yang berorientasi pada
cenderung
bahasa sumber. Hal itu tercermin dari pernyataan Venuti
kata
berarti
harapan
Berikut
pembacayang
menganggap
penerjemah
TSu
The challenges and complexity we face in our personal lives and relationships, in our families, in our professional lives...(p3)
TSa
Tantangan dan kompleksitas yang kita hadapi dalam kehidupan dan hubunganhubungan pribadi, dalam keluarga, dalam kehidupan profesional...(p7)
selanjutnya,
menggunakan
dan
Covey yang menunjukkan foreinisasi.
kehadiran
masyarakat. proses
contohteks
buku “The 8th Habit” karya Stephen R.
kebudayaan tersebut bermanfaat bagi
Dalam
penerjemahan
terjemahan yang merupakan bagian dari
bahasa sumber atau bahasa pengarang karena
harfiah
semantik (semantic translation).
menginginkan kehadiran kebudayaan
asli
(word-for-word
penerjemahan
(faithful translation);
dan baik adalah yang sesuai dengan dan
kata
(literal translation); penerjemahan setia
bahwa
penerjemahan yang benar, berterima,
selera
demi
translation);
leading the reader to close to the Ini
foreinisasi
akan menerapkan metode penerjemahan
(1995) “...one is
trying to keep the author still while
author”.
menggunakan
metode
penerjemahan. Jenis penerjemahan yang cenderung pada bahasa sumber atau foreinisasi, metode yang dipilih tentu metode yang berorientasi pada bahasa sumber, yakni jenis penerjemahan setia dan
penerjemahan
semantik.
Jenis
TSu He suggested that I see the high officials in the banking hierarchy in
penerjemahan setia dan penerjemahan
25
Vol 1, Nomor. 1 April, Th. 2016
Bangladesh.(p8)
penerjemahan penerjemahan
TSa Dia menyarankan kepada saya untuk menemui pejabat yang lebih tinggi, di hirarki perbankan di Bangladesh. (p14)
dan
bebas idiomatik
penerjemahan
(free), (idiomatic), komunikatif
(communicative). Sebagai
contoh,
teks
ini
merupakan bagian dari buku “The 8th Habit” karya Stephen R. Covey yang
B. Domestikasi Domestikasi
adalah
ideologi
menunjukkan
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa
sasaran.
Meminjam
penerjemahan.
istilah I debated whether I should
TSu
Venuti (1995) bahw domestikasi “is
give her twenty cents,
trying to keep the reader still while
but...(p7)
leading the author to close to the reader”. Menurut ideologi domestikasi, bahwa
penerjemahan
yang
TSa
Saya bingung dan bertanyatanya apakah saya harus memberinya dua puluh sen, tetapi...
SL
..you see him makingenough money to send his kids to school.
TL
...anda melihat dia berhasil mengumpulkan uang yang banyak untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
benar,
berterima, dan baik adalah yang sesuai dengan selera dan harapan pembaca yang menginginkan teks terjemahan yang
sesuai
dengan
kebudayaan
masyarakat bahasa sasaran. Hasilnya, suatu terjemahan tidak terasa seperti terjemahan.
Oleh
karena
domestikasi
itu,
penerjemah bebas menentukan apa yang 4. Kesimpulan
diperlukan agar terjemahannya tidak
Penerjemahan
dirasakan sebagai karya asing bagi
merupakan
kegiatan pengalihan pesan atau makna
pembacanya. Bila dihubungkan dengan metode
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.
penerjemahan yang dikemukakan dalam
Dalam hal ini, penerjemah menjadi
Diagram-V Newmark, biasanya metode
seorang
yang
yang
pesan suatu teks bahasa sumber sebaik
berorientasi pada bahasa sasaran seperti
mungkin dipahami oleh pembaca dalam
penerjemahan
bahasa sasaran. Namun, pemahaman
dipilih
adalah
adaptasi
metode
(adaptation),
26
agen
yang
memungkinkan
Vol 1, Nomor. 1 April, Th. 2016
Newmark, Peter. 1981. Approaches to Translation. Oxford: Permagon Press __________(1988). A Textbook of Translation. Hertfordshire: Prentice Hall International Nida, E. A., & Taber, C. R. (1974). The theory and practice of translation. Leiden: Published for the United Bible Societies by E.J. Brill. Simatupang, Maurits.D.S. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Direktorat Jenderal PT Pendidikan Tinggi Departemen Pendidkan Nasional. Venuti, L.1995.The Transalator’s Invisibility. A History of Translation. London/New York: Routledge.
suatu pesan tentu saja dipengaruhi oleh aspek “benar” dan “berterima”.
Itu
sebabnya, pengalihan pesan atau makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran sedapat mungkin disesuaikan bentuknya hingga mencapai kesepadanan, serta diungkapkan dengan sewajar mungkin. Upaya mencapai
penerjemah aspek
“benar”
untuk dan
“berterima” yang terjadi di tingkat pikiran penerjemah ini disebut cara pandang atau ideologi. Kecenderungan menerjemahkan yang mempertahankan budaya atau istilah asing berarti lebih condong ke bahasa sumber disebut foreinisasi, sedangkan kecenderungan memilih menggunakan bahasa sasaran berarti condong ke budaya atau istilah bahasa sasaran disebut domestikasi. Penerjemah akan selalu dihadapkan pada dua pilihan tersebut. Daftar Pustaka Barthes, R. 1957. Mythologies. Paris: Seuil. Bell, Roger T., (1993). Translation and Translating : Theory and Practice, London: Longman, 2ed. Hoed, Beny. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya Larson, Mildred L. 1984. Meaning Based Translation, A Guide to Cross-language Equivalence. Lanham: University Press of America, Inc
27