PENTINGNYA KHOTBAH TENTANG EKO-TEOLOGI (suatu analisa terhadap pokok-pokok eko-teologi dalam khotbah gereja Masehi Injili di Timor jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi tahun 2013) Oleh, Seviyana Tinenti NIM: 712010024
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi
Program studi Teologi
Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2015
PENTINGNYA KHOTBAH TENTANG EKO-TEOLOGI (suatu analisa terhadap pokok-pokok eko-teologi dalam khotbah gereja Masehi Injili di Timor jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi tahun 2013)
Abstrak Di dalam kehidupan bergereja,ibadah tidak dapat terlepas dari khotbah. Khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran. Di dalam gereja, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat,khotbah pun membantu umat Kristen dalam memahami kehendak Allah, selain itu khotbah mempunyai fungsi yang praktis dan beraneka ragam, atara lain sebagai jawaban kepada jemaat mengenai pergumulannya sehari-hari. Dalam penyampaian Firman Allah atau disebut dengan khotbah ada pokokpokok teologi yang diangkat, salah satunya yaitu pokok eko-teologi. Eko-teologi mempunyai pengertian sebagai hubungan timbal balik yang di hubungkan dengan Tuhan oleh mahluk hidup dan lingkungan hidup. Lingkungan hidup dapat memberikan manfaat kepada mahluk hidup tetapi sebaliknya lingkungan hidup juga mempunyai resiko kepada mahluk hidup, jika lingkungan hidup tidak dapat dipelihara dan dimanfaatkan secara bertanggung jawab. Sudah banyak masalah serius yang menunjukan dimensi global pencemaran lingkungan hidup. Salah satunya di lingkungan jemaat Ichtus PuildonKalabahi. Maka itu, jika manusia ingin menikmati hidup harus ada perubahan pemahaman, pandangan, sikap dan perilaku terhadap alam sehingga terjadinya keseimbangan baru. Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah dengan memberikan sosialisasi atau penyadaran bagi seluruh mahkluk hidup terkhususnya manusia. Gereja sebagai salah satu lembaga agama yang berperan penting dalam masyarakat perlu memunculkan pokok-pokok teologis yang berkaitan dengan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup melalui pengajaran yang dilakukan, salah satunya adalah dalam khotbah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengulas tentang pentingnya khotbah yang memunculkan pokok-pokok eko teologi dan memaparkan seberapa banyak pokok-pokok eko teologi yang sudah muncul dalam khotbah minggu pada tahun 2013 di jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan di paparkan hasilnya secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pokok-pokok eko teologi kurang di gunakan dalam khotbah di jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi. Ini terlihat dari data kumpulan khotbah selama tahun 2013 yang berjumlah 399 khotbah tetapi, hanya di jumpai 7 khotbah yang menggunakan pokok-pokok eko-teologi. Oleh karena tema besar khotbah dan ayat-ayat Alkitab telah di tentukan oleh Sinode GMIT dan juga karena pengkhotbah kurang mampu mengaktualisasikan khotbah dengan kebutuhan jemaat yang sebenarnya.
Kata kunci : Gereja, Khotbah, Ekologi dan jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi
PENTINGNYA KHOTBAH TENTANG EKO-TEOLOGI (suatu analisa terhadap pokok-pokok eko-teologi dalam khotbah gereja Masehi Injili di Timor jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi Tahun 2013)
Seviyana Tinenti 712010024
PENDAHULUAN Ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup contohnya manusia dengan lingkungannya1. Suatu konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup contohnya manusia dengan lingkungannya2. Lingkungan hidup memberikan manfaat pada mahluk hidup tetapi, sebaliknya lingkungan hidup juga mempunyai resiko kepada mahluk hidup jika lingkungan tidak dapat dipelihara dan dimanfaatkan secara bertanggung jawab. Manfaat dan resiko lingkungan itu berupa faktor hayati serta dapat bersifat alamiah atau buatan manusia3. Manfaat lingkungan hidup yaitu lingkungan hidup merupakan sumberdaya alam, maka mahluk hidup yang di dalam lingkungan tersebut dapat memanfaatkannya untuk mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan sebagai bahan produksi dan konsumsi 4. Sedangkan resiko lingkungan yaitu pemanasan global, banjir dan tanah longsor, perambahan hutan yang mengakibatkan hutan semakin sempit sehingga punahnya habitat satwa-satwa langkah, musim kemarau lebih luas sehingga mengakibatkan kekeringan, sungai dijadikan tempat pembuangan limbah pabrik maupun tempat pembuangan sampah masyarakat sekitar sehingga mengakibatkan keracunan dan penyakit akibat kotornya tempat tinggal mahluk hidup tersebut khususnya manusia. Ekologi jika dikaitan dengan pengalaman setiap orang secara tidak kasat mata, telah nmengalami sendiri bahwa alam sekarang ini sudah diambang kepunahan. Kepunahan bumi berarti kepunahan manusia sendiri, kepunahan diri kita yang hidup pada masa sekarang, maupun generasi yang akan datang. Ada banyak masalah serius yang menunjukan dimensi global 1
Soedjiran Resosoedarmo, Kuswata Kartawinata, Aprilani Soegiarto. Pengantar Ekologi. (Bandung: Remadja Karya CV, 1986) ,1. 2 Otto Soemarwato. Ekologi Lingkungan Hidup dan pembangunan, (Jakarta: Djambatan,1983),15. 3 Otto Soemarwato. Ekologi Lingkungan Hidup dan pembangunan,61. 4 Otto Soemarwato. Ekologi Lingkungan Hidup dan pembangunan,49.
1
pencemaran lingkungan hidup maka kalau manusia ingin menikmati hidup harus ada perubahan pemahaman, pandangan, sikap dan perilaku terhadap alam sehingga terjadinya keseimbangan baru yang semakin berkualitas demi lingkungan hidup yang indah, lestari dan berdaya hidup 5. Salah satu upaya yang di lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah dengan memberikan sosialisasi dan menyadarkan atau penyadaran bagi seluruh mahkluk hidup terkhususnya manusia. Selain pemerintah yang bertugas untuk mensosialisasikannya, lembagalembaga masyarakat dan agamapun harus mengambil bagian dalam tugas tersebut bilamana gereja adalah salah satunya. Gereja sebagai salah satu lembaga agama yang berperan penting dalam masyarakat perlu memunculkan pokok-pokok teologis yang berkaitan dengan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup melalui pengajaran yang dilakukan, salah satunya adalah dalam khotbah. Di dalam kehidupan bergereja, ibadah tidak dapat terlepas dari khotbah karena khotbah merupakan bagian terpenting dalam kebaktian gereja Protestan. Khotbah sebagai bagian terpenting dalam kebaktian tersebut merupakan pandangan dari Luther yang menganggap bahwa khotbah adalah bagian yang termulia dan terutama dari tiap-tiap kebaktian6. Khotbah yakni, memberitakan kabar kesukaan, dilakukan oleh seorang manusia dan ditujukkan kepada sesamanya. Bukanlah sebuah khotbah jika yang diberitakan bukanlah berita Injil, yaitu kebenaran Allah yang dinyatakan dalam Alkitab dan secara istimewa dinyatakan dalam Yesus Kristus, sehingga pesan selain itu bukanlah pengkhotbah melainkan pidato. Jadi hanyalah berita perihal kebenaran Allah yang disampaikan oleh seorang manusia kepada sesamanya, itu sajalah yang dinamakan khotbah7. Khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran. Di dalam gereja, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat. Khotbah pun membantu umat Kristen dalam memahami kehendak Allah. Selain itu khotbah mempunyai fungsi yang praktis dan beraneka ragam, atara lain menyampaikan Injil Tuhan, alat untuk membangun serta menyegarkan iman jemaat maupun memberi tuntunan dan jawaban kepada jemaat mengenai persoalan hidup sehari-hari. Khotbah pun memasuki suasana hidup jemaat, ketakutannya, harapan-harapannya, kegelisahannya serta mencoba menjawabnya melalui firman Tuhan.8 Sehingga khotbah tidak hanya menjelaskan isi Alkitab, tetapi juga anggota jemaat dengan konteks kehidupanya dalam pertemuan dengan firman Tuhan dan yang mengharapkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan pergumulan jemaat. Dengan demikian maka khotbah haruslah akrab dengan Alkitab dan konteks pendengar (jemaat). Dalam penyampaian Firman Allah atau disebut dengan khotbah ada pokok-pokok teologi yang diangkat. Pokok-pokok itu terkait dengan dogma dalam gereja yakni sebagai perumusan 5
Retnowati Wiranto. Sekapur Sirih Dari Dekan, (Salatiga, 16 Juli 2014) H. Rothlisberger. Homelitika(Ilmu Berkhotbah),(Jakarta :BPK Gunung Mulia,2013),9. 7 William Evans. Cara mempersiapkan Khhotbah, (Jakarta : BPK Gunung Mulia,2009),9-11. 8 E.P. Ginting. Khotbah dan pengkhotbah, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia,2003), 22. 6
2
akan kebenaran yang diyakini dan tentunya semua itu berdasarkan pada Alkitab yang memuat semua hal tentang hubungan Allah Tritunggal dengan ciptaan-Nya. Dogma yang dipegang oleh masing-masing gereja akan mempengaruhi pengajarannya dalam setiap pelayanan yang dilakukan karena dengan dogma maka pokok-pokok tentang kebenaran yang diyakini atau yang dipercaya, diserap dan di imani oleh warga jemaat. Pokok-pokok yang disampaikan dalam khotbah dilatarbelakangi oleh iman yang dipercayai sehingga pokok-pokok yang disampaikan dalam pengajaran dipahami begitu rupa sehingga menjadi identitas dari komunitas tersebut. Ada banyak pokok-pokok teologis yang dapat sampaikan dalam khotbah seperti kasih, perdamaian, pengharapan, berkat, sukacita, kesabaran, dosa, persaudaraan, akhir zaman, kelestarian alam, kesetaraan gender dan, hal-hal lain yang bertolak dari pengajaran Yesus sendiri dalam kitab-kitab Injil. Maka itu dalam berkhotbah atau dalam pengajaran yang dilakukan oleh gereja perlu untuk diperhatikan sesuai dengan pokok bahasan dokmatika yakni: ajaran tentang Allah, karya Allah sebagai pencipta, karya Allah sebagai pendamai, dan karya Allah sebagai penyelamat. Pokok-pokok bahasan dogmatika ini merampung pokok-pokok teologi yang luas termasuk di dalamnya ekologi(pokok eko teologi) sehingga ketika pengkhotbah berkhotbah mengenai karya Allah sebagai penciptaan, pendamai, dan penebus maka harus berhubungan dengan pokok-pokok teologi yang menyangkut dengan ekologi. Jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi berada pada kecamatan Teluk Mutiara yang ada di Kabupaten Alor, merupakan wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang termasuk wilayah kepulauan. Sehingga laut merupakan tempat mencari nafka sebagian besar masyarakat Kalabahi. Begitupun dengan kehidupan Jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi, ketika dilihat dari lokasi gereja merupakan pusat aktifitas dari jemaat karena lokasi tersebut tidak jauh dengan lokasi pasar Kadelang maupun tidak jauh dengan pantai dan hotel. Pada umumnya semua limbah dari lokasilokasi tersebut di buang ke pantai. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air, jemaat bergantung pada pantai yang mengalir di sekitar rumah jemaat. Adapula jemaat yang mengumpulkan pasir dari pantai tersebut untuk dijual atau pun digunakan sendiri untuk keperluan pembangunan. Berangkat dari fenomena yang terjadi di tempat ini maka gereja sebagai lembaga agama perlu bertindak untuk menyadarkan jemaat akan pentingnya kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, dalam pengajarannya terutama dalam khotbah, pemberitaan firman yang disampaikan sudah seharusnya menyadarkan jemaat dan mensosialisasikan lingkungan hidup yang sehat dan lestari. Menyampaikan injil merupakan tugas gereja, tetapi gereja tidak dapat menutup mata terhadap kelestarian lingkungan sehingga gereja harus terlibat dalam melestarikan lingkungan. Salah satunya adalah dengan menghadirkan pokok eko teologi dalam khotbah yang disampaikan. Berdasarkan uraian diatas, penulisan ini akan berfokus untuk menjelaskan pentingnya pokok-pokok eko teologi yang muncul dalam khotbah di jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi dan mendeskripsikan pokok-pokok eko teologi yang sudah muncul dalam khotbah minggu jemaat pada Ichtus Puildon-Kalabahi,dengan judul : PENTINGNYA KHOTBAH TENTANG EKOTEOLOGI (suatu analisa terhadap pokok-pokok eko-teologi dalam khotbah gereja Masehi Injili di Timor jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi Tahun 2013). Tulisan ini diharapkan dapat 3
memberi sumbangsih teoritis, untuk mengingatkan pengkhotbah agar dapat memunculkan pokok-pokok eko teologi kedalam khotbahnya dan tulisan ini dapat menolong pengkhotbah maupun jemaat untuk mengetahui pentingnya eko teologi dalam kehidupan mereka dan juga untuk meningkatkan rasa kepekaan terhadap lingkungan hidup. Penulisan ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam pelaksanaannya, metode ini dilakukan secara intensif dimana peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dan membuat laporan secara mendetail.9 Metode ini akan dipaparkan hasilnya dengan cara dekriptif yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah, yang diselidiki dengan menggambarkan /melukiskan keadaan obyek/subyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (fact finding). Tetapi pada tahap berikutnya metode ini harus diberi bobot yang lebih tinggi, sehingga tidak hanya sebatas pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi juga meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data tersebut.10 Metode diatas akan dilakukan dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam11 terhadap informan-informan kunci, yaitu 6 orang pemimpin ibadah minggu, antara lain 2 Pendeta, 1 Vikaris, dan 3 Tenaga Magang jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi. Selain itu teknik pengumpulan data berikutnya adalah mengumpulkan data-data dan dokumen-dokumen penting terkait judul penelitian dan melakukan analisa reflektif terhadap data-data tersebut secara mendetail guna menjawab masalah penelitian. TEORI Homelitika Homiletika berasal dari kata Yunani yaitu homilia, yang berarti suatu percakapan atau suatu ceramah. Homiletika diartikan sebagai ilmu pengetahuan atau ketrampilan dalam homilia, atau menguraikan hal tentang susunan khotbah-khotbah dan ceramah Kristen dengan cara mempersiapkan menurut ilmu pengetahuan dan menggunakan cara sehingga penyampainnya dapat berhasil. Maka itu homiletika adalah ketrampilan dan ilmu pengetahuan perihal berkhotbah. Sedangkan berkhotbah yaitu memberitakan kabar kesukaan, dilakukan oleh seseorang manusia dan ditunjukan kepada sesamanya12. Khotbah berasal dari kata homilein dan kata bendanya homilia. Homilein berarti berada bersama-sama, bergaul atau persekutuan, bercakap-cakap dan berbicara. Kemudian hari makin terinci artinya, yaitu bercakap-cakap atau berbicara dengan seseorang atau dengan beberapa 9
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D ( Bandung : Alfabeta,2011),13-14. Hadari, H. Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta : Gadja Mada University Press, 1983), 63. 11 Hadari H. Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial,137. 12 William Evans. Cara mempersiapkan Khhotbah (Jakarta : BPK Gunung Mulia,2009),9. 10
4
orang. Dalam ilmu teologi, percakapan yang dimaksud adalah pemberitaan Firman Tuhan. Dari sinilah istilah homilitika sebagai ilmu berkhotbah berasal, yang kemudian dalam arti yang luas menjadi teori pemberitaan Injil, mencakup kerygma (pengajaran) dan homilein. Kemudian terminology homelein dipergunakan untuk berkotbah. Homilia seperti ini berbeda dengan pidato filasafat atau pidato duniawi sejenis pidato kampanye. Artinya berkhotbah adalah menyampaikan firman Allah. Jadi homiletika adalah ketrampilan dan ilmu pengetahuan perihal berhotbah sehingga berkhotbah merupakan suatu kharisma13. Ada pula pengertian pengkhotbah yaitu orang yang dikhususkan oleh Allah untuk melakukan pemberitaan Injil, adalah orang yang menerima kebenaran dari pada Allah dan menyampaikan kebenaran itu kepada orang lain. Ia berbuat bersama-sama dengan Allah oleh karena manusia, dan berbuat bersama-sama dengan manusia oleh karena Allah. Kebenaran itu harus keluar dari watak dan kepribadian karena khotbah adalah bagian dari pada diri pengkhotbah, serta merupakan pelahiran seluruh hidup dan pengalamannya 14. Oleh karena itu, sebagai pengkotbah ia dituntut untuk hidup sesuai dengan khotbahnya. Seorang pengkotbah harus menjadi pola panutan dalam semua hal, maka itu separuh hidupnya haruslah menjadi khotbah. Sebab berkhotbah tidak saja melalui mimbar khotbah, segala tindak tanduk sehari-hari adalah juga kotbah. Sehingga orang tidak saja senang mendengarkan kotbah, tetapi juga senang menyaksikan bagaimana pengkhotbah hidup dan warga gereja dapat mencontohnya. Fungsi Khotbah Khotbah memiliki fungsi yang bersifat pendidikan, sosial, etis, dan politis. Pengkhotbah memberikan pengetahuan, cara beribadah, dan norma yang bersifat sosial dan etis di dalam sebuah komunitas. Pengkhotbah, yang juga dipahami sebagai seorang guru, menjadi pemimpin di dalam ibadah, pengajar di dalam peraturan etis, dan guru spiritual di dalam komunitasnya. Khotbah sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pengajaran. Di dalam gereja, khotbah menjadi alat seorang pemimpin dalam mengajar umat, khotbah pun membantu umat Kristen dalam memahami kehendak Allah. Dalam khotbah sendiri yang menjadi inti dari pengajaran ini adalah Injil, selain itu khotbah mempunyai fungsi yang praktis yang beraneka ragam, antara lain menyampaikan Injil Tuhan dan juga alat untuk membangun serta menyegarkan iman jemaat. Khotbah juga berfungsi untuk memberi tuntunan dan jawaban kepada jemaat mengenai persoalan hidup sehari-hari, khotbah memasuki suasana hidup mereka, ketakutannya, harapanharapannya, kegelisahannya serta mencoba menjawabnya melalui firman Tuhan15. Ada begitu banyak pergumulan jemaat, salah satu pergumulan jemaat yaitu pemeliharaan keutuhan ciptaan karena bagian esensial dari penghayatan iman Kristiani, alam semesta ini
13
E.P. Ginting. Khotbah dan pengkhotbah, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia,2003), 1-2. William Evans. Cara mempersiapkan Khhotbah (Jakarta : BPK Gunung Mulia,2009),10-11. 15 E P Ginting. Khotbah dan pengkhotbah, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia,2003), 22. 14
5
dikehendaki oleh Allah untuk menjadi rumah bersama segala mahluk hidup16. Oleh sebab itu gereja juga memiliki tanggung jawab untuk membangun kesadaran moral-religius masyarakat akan perlunya pelestarian lingkungan hidup, entah ciptaan yang bernafas (biotic or living beings) atau entah ciptaan material(abiotic or nonliving elements)17. Sehingga dalam hubungan khotbah dan ekologi, khotbah harus mampu menyampaikan pokok-pokok ekologi dalam khotbahnya sebagai suatu jawaban dari pergumulan jemaat. Hubungan khotbah dengan situasi jemaat Khotbah sendiri mempunyai keterkaitan atau hubungannya dengan situasi jemaat, karena khotbah merupakan alat pengembalaan (konseling) atau terapi spiritual bagi kelompok. Dengan demikian maka khotbah merupakan kesempatan untuk melakukan berbagai tujuan guna mendewasakan iman jemaat. Oleh karena itu pengkhhotbah perlu untuk memperhatikan dua hal dalam khotbah yakni, pertama: khotbah harus memenuhi persyaratan universal tentang khotbah yang baik. Dalam khotbah kita berbicara mengenai firman Tuhan, bukan uraian tentang Tuhan, tetapi perkataan dari Tuhan. Kedua: bagaimana kita mempertemukan firman dengan kehendak Tuhan yang universal itu dengan situasi yang particular, mempertemukan teks dengan konteks, mempertemukan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kehidupan yang nyata dengan jawaban-jawaban dari injil18. Sehingga khotbah tidak hanya menjelaskan isi Alkitab tetapi juga anggota jemaat dengan konteks kehidupanya dalam pertemuan dengan firman Tuhan dan yang mengharapkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan pergumulan jemaat. dengan demikian maka khotbah haruslah akrab dengan kedua teks khotbah, yakni Alkitab dan konteks pendengar (jemaat). Hubungan khotbah dengan pendengar Dalam menyusun khotbah,yang manjadi faktor utama adalah pendengar khotbah karena pendengar adalah sasaran utama dari khotbah yang akan disampaiakan, sehingga pengkhotbah perlu untuk memperhatikan. Misalnya apa saja yang mungkin menyebabkan para pendengar mudah mengingat-ingat dan menangkap maksud khotbah19. Selain itu, agar khotbah yang disampaikan mengena jemaat, pengkhotbah harus mengenal jemaatnya sehingga ia mengetahui keperluan rohani dan pergumulan jemaat yang akhirnya dapat dipenuhi melalui khotbahnya20. Khotbah dengan pokok-pokok penting dalam gereja Dalam hal penyampaian khotbah, pengkhotbah sebagai peyampai/penyalur pesan harus memperhatikan,beberapa hal yaitu Alkitab sebagai dasar, jemaat sebagai obyek dan satu hal yang 16
A Sunarko dan A Eddy Kristiyanto. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi (Tinjauan Teologis atas lingkungan Hidup), (Yogyakarta:Kanisius, 2008),180. 17 A Sunarko dan A Eddy Kristiyanto. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi (Tinjauan Teologis atas lingkungan Hidup),2008,196. 18 E P Ginting. Khotbah dan pengkhotbah, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia,2003), 22. 19 William Evans. Cara mempersiapkan Khotbah (Jakarta : BPK Gunung Mulia,2009),57. 20 S De Jong. Khotbah (persiapan, isi, bentuk),(Jakarta: BPK Gunung Mulia,1982),33.
6
perlu ntuk diperhatikan juga dalam khotbah adalah pokok-pokok pergumulan dalam gereja. Selain gereja sebagai persekutuan, tidak dapat dipungkiri juga bahwa gereja juga termasuk sebagai suatu institusi yang memiliki pergumulan-pergumulan, baik itu yang menyangkut dengan perkembangan pelayanan, pembangunan, pekabaran Injil dan lain-lain. Dengan demikian pengkhotbah perlu untuk melihat faktor-faktor tersebut sebagai penunjang dari persekutuan dalam gereja itu sendiri. Nilai-nilai Teologis dalam Khotbah Dalam berkhotbah atau dalam pengajaran yang dilakukan oleh gereja perlu untuk diperhatikan sesuai dengan pokok bahasan dokmatika yakni: ajaran tentang Allah, karya Allah sebagai pencipta, karya Allah sebagai pendamai, dan karya Allah sebagai penyelamat21. Dalam penyampaian Firman Allah atau disebut dengan Khotbah, ada nilai-nilai yang diangkat didalamnya. Nilai-nilai itu terkait dengan dogma dalam gereja, yakni sebagai perumusan akan kebenaran yang diyakini, yang tentunya semua itu berdasarkan pada Alkitab, yang memuat semua tentang Allah Tritunggal. Dengan dogma yang dipegang oleh masing-masing gereja, akan mempengaruhi pengajarannya dalam setiap pelayanan yang dilakukan karena dengan dogma nilai-nilai tentang kebenaran yang diyakini/yang dipercaya, diserap dan di imani oleh warga jemaat. Nilai-nilai yang disampaikan dalam khotbah dilatarbelakangi oleh iman yang dipercayai, sehingga nilai-nilai yang disampaikan dalam pengajaran, misalnya tentang penyataan Allah (kebenaran) yang dipahami begitu rupa sehingga menjadi identitas dari komonitas tersebut. Ada banyak nilai-nilai teologis yang bisa kita dapati dalam kitab-kitab injil, semuanya merupakan pengajaran dari Yesus sendiri, misalnya nilai-nilai teologis yang berkaitan dengan pengajaran dalam Kekristenan. Contohnya seperti hal kasih, perdamaian,pengharapan, berkat, sukacita, kesabaran, ekologi dan hal-hal lainya. Ekologi Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yang merupakan ahli biologi Jerman pada tahun 1969. Menyatakan bahwa ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan logos bersifat telaah atau studi. Oleh karena itu, ekologi adalah ilmu tentang rumah atau tempat tinggal mahluk, biasanya ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkunganya22. Setelah itu Kreb, pada tahun 1972 menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi-interaksi, penyebaran dan jumlah dari organisme. Definisi ini menyangkut distribusi (penyebaran) organisme. Hal ini menekankan bagaimana organisme itu berada di sana, bagaimana kedudukan fungsionalnya dalam ekosistem dan habitat tempat 21
Ebenhaizer Nuban Timo.(Sebagai Bahan Ajaran),39. Soedjiran Resosoedarmo, Kuswata Kartawinata, Aprilani Soegiarto. Pengantar Ekologi. (Bandung: Remadja Karya CV, 1986) ,1
22
7
tinggalnya. Hal ini merupakan ekologi fisiologis yang menekankan hubungan yang dinamik dari individu-individu pada lingkungan abiotiknya dan sumber alam lainnya23. Dari pendapat tersebut Anthonie Leewenhok, yang lebih dikenal sebagai penemu miskroskop pertama pada tahun 1700-an, mempelopori pengkajian rantai makanan dan pengaturan populasi, begitu juga Richard Gradley, seorang ahli botani menyatakan bahwa ia memahami produktivitas biologis, dimana ketiga hal diatas merupakan bidang yang penting dalam ekologi. Semua penemuan ini, di gabungkan sebagai suatu bidang ekologi dimulai sekitar tahun 1900, dan pada permulaannya dibedakan menjadi ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Setelah adanya paham komunitas biotis yang dikemukakan F. E Clements dan V. E Shelford, paham rantai makanan dan daur materi oleh Raymond Lideman dan G. E Hutchison dan pengkajian sistem danau oleh E. A Birge dan Chauncy Juday, semua definisi ahli diatas telah membantu meletakan dasar-dasar teori untuk perkembangan ekologi umum24. Ekologi masa kini menjadi sangat luas cakupannya, namun dapat digolongkan menurut bidang kajiannya yaitu yang pertama auteknologi, ekologi yang mempelajari suatu jenis species organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan yang kedua yaitu sinekologi, ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu dan juga ada pembagian menurut habitat dan menurut taksonomi25. Suatu organisme dimana pun ia berada tidak dapat hidup mandiri. Untuk kelangsungan hidupnya, suatu organisme akan bergantung pada kehadiran organisme lain dan sumber daya alam yang ada disekitarnya sebagai pemenuhan keperluan pangan, lindungan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan sebagainya. Hubungan antara suatu individu dengan lingkungannya sangat rumit dan sifatnya timbal balik26. Maka itu jika tidak adanya keseimbangan maka akan terjadi permasalahan lingkungan hidup. Adapula permasalahan lingkungan hidup disebut sebagai permasalahan ekologi, karena itu ekologi adalah salah satu komponen yang dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama dengan komponen lain untuk mendapatkan keputusan yang seimbang. Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal-balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Menurut pengertian di atas, suatu sistem terdiri atas komponenkomponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Oleh sebab itu, keseimbangan yang diciptakan oleh mahluk hidup kepada lingkungannya dengan baik maka keteraturan ekosistem itu pun akan terjaga27. Jika terjadi keseimbangan antara mahluk hidup dan lingkungan hidup maka ada manfaat yang dapat di peroleh mahluk hidup dari lingkungan hidup yaitu, mahluk hidup dapat 23
Dzaki Ramli.Ekologi.(Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan,1989),3. Dzaki Ramli.Ekologi.(Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan,1989),4. 25 Soedjiran Resosoedarmo, Kuswata Kartawinata, Aprilani Soegiarto. Pengantar Ekologi. (Bandung: Remadja Karya CV, 1986) ,4-5. 26 Soedjiran Resosoedarmo, Kuswata Kartawinata, Aprilani Soegiarto. Pengantar Ekologi. (Bandung: Remadja Karya CV, 1986) ,7. 27 Otto Soemarwato. Ekologi Lingkungan Hidup dan pembangunan, (Jakarta: Djambatan,1983),14-16. 24
8
mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan sebagai bahan produksi dan konsumsi. Sebagian dari sumberdaya itu dimiliki oleh perorangan dan badan tertentu, misalnya lahan dan sepetak hutan. Sebagian lagi sumberdaya itu merupakan milik umum, misalnya udara, sungai, pantai, laut dan ikan laut. Air misalnya, dapat dijadikan sebagai bahan konsumsi manusia sehari-hari yang mampu memberikan kesegaran kepada manusia waktu kehausan maupun air dijadikan sebagai produksi pertanian, perikanan.28 Masih banyak contoh lagi yang dapat ditemui dalam kehidupan manusia, dimana lingkungan hidup menjadi sumber daya alam bagi mahluk hidup. Tetapi jika tidak tercipta keseimbangan antara mahluk hidup dan lingkungan maka akan tercipta masalah lingkungan hidup yang berdampak kepada mahluk hidup yaitu apabila penggunaan sumber daya lingkungan hidup yang melampaui batas daya regenarasi atau asimilasi sumberdaya, lingkungan tersebut akan mengalami kerusakan dan juga dapat berdampak kepada kerusakan lingkungan yang lainnya. Misalnya pembuangan limbah yang melampui batas daya asimilasi sungai, akan mengganggu atau bahkan merusak sama sekali peruntukan air untuk proses produksi pabrik, produksi ikan, dan keperluan rumah tangga. Ataupun mahluk hidup (manusia) menangkap ikan dengan menggunakan racun hama atau dengan bahan peledak dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang besar dengan mudah dalm waktu yang singkat. Tetapi dengan cara ini, ikan yang kecil-kecil dan jenis mahluk hidup lain yang sebenarnya tidak ingin ditangkap dan dimanfaatkan ikut mati. Habitat ikan itupun mengalami kerusakan29. Kemerosotan tanah, penipisan sumber-sumber energi, perubahan cuaca dan masih banyak contoh lagi yang kita dapat temui dalam kehidupan kita, dimana lingkungan hidup menjadi resiko bagi mahluk hidup. Ekologi merupakan dasar untuk mempelajari ilmu lingkungan. Ilmu lingkungan dapat dianggap titik temu dari ilmu murni dan ilmu terapan. Jadi ilmu lingkungan adalah ekologi yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap makhluk hidup, yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Secarah sederhana ilmu lingkungan dapat disebut ekologi terapan (applied ecology), dimana manusia menerapkan asas dan konsep pokok ekologi dalam kehidupan untuk mengelola lingkungan hidup agar berada dalam keserasian dan keseimbangan dengan Tuhan Yang Maha Pencipta, sesama manusia maupun dengan lingkungan hidupnya. Hubungan keseimbangan antara Manusia, lingkungn hidup dan Tuhan ini, disebut sebagai eko-teologi30. Pengertian Eko-Teologi Eko-teologi adalah gabungan dari dua kata: ekologi dan teologi. Eko-teologi berarti percakapan mengenai hubungan timbal-balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya yang dihubungkan dengan iman kepada Allah di dalam Kristus. Eko-teologi merupakan bagian dari
28
Otto Soemarwato. Ekologi Lingkungan Hidup dan pembangunan,49. Otto Soemarwato. Ekologi Lingkungan Hidup dan pembangunan,51-52. 30 Dzaki Ramli.Ekologi.(Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan,1989),4 29
9
etika Kristen.31 Adapula disebut dengan sebutan etika lingkungan. Tugas khusus dari etika lingkungan yaitu untuk dapat mengembangkan asas-asas berkenaan dengan tindakan manusia terhadap dunia yang bukan manusia. Juga isu-isu peraktis yang mempengaruhi studi etika. Seperti kerumitan isu-isu lingkungan atau persoalan-persoalan etis yang berkaitan dengannya.32 Begitu banyak kerumitan isu-isu lingkungan atau persoalan-persoalan etis yang sadar maupun tidak sadar sedang dialami oleh kita manusia. Manusia adalah bagian dari alam dalam artinya, kita ikut serta dalam proses-proses biologis dan filosofis, sama seperti binatang dan mahluk hidup lainnya. Sebaliknya,manusia juga terpisah dari alam karena kita memiliki kesadaran dan sanggup mengambil keputusan secara sadar tentang cara mengubah alam di sekitar kita. Perdebatan yang sedang berlangsung dibidang etika lingkungan berkisar sekitar persoalan bagaimana kita sebagai manusia, seharusnya menilai dunia alam. Alam seringkali dinilai sebagai sumber yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi ada hal terpenting dari alam yang harus dipahami oleh manusia yaitu, alam sebenarnya memiliki nilai yang hakiki jika alam terbebas dari manusia atau kehadiran manusia sebagai subjek yang menilai alam.33 Ini berarti bahwa sebenarnya alam juga mempunyai hak-hak yang seharusnya dilindungi oleh manusia, di mana alam dijadikan sebagai sumber pencari nafkan atau sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia tetapi seharusnya alam dikelolah secarah bertanggung jawab oleh manusia, dengan memperhatikan hak-hak alam untuk tetap dapat lestari sehingga alam tetap dapat menghasilkan sumber daya alam untuk kebutuhan manusia dalam jangka waktu yang panjang. Jika kita manusia ingin menyelamatkan bumi dari kekosongan sumber daya alam akibat dikuras habis-habisan, maka itu merupakan sebuah keharusan teologis yang berarti sebuah panggilan iman. Salah satu pokok pembaharuan itu adalah dengan cara memformat ulang pandangan mengenai tempat manusia dalam alam. Douglas Jhin Hall, teolog dari Kanada menunjukan bahwa ada tiga kemungkinan berbicara tentang tempat manusia dan alam yaitu: yang pertama manusia di atas alam, ini merupakan pandangan Kristen tradisional dan konservatif. Pandangan ini muncul akibat penafsiran antroposentris yang menurut kesaksian Alkitab, bahwa manusia diciptakan seturut gambar Allah, menjadikan pijakan untuk menempatkan manusia sebagai tuan dan karena itu ia boleh menaklukan alam untuk kepentingan dan kesejahteraannya, sehingga manusia memperlakukan alam sebagai benda atau alat. Kemungkinan yang kedua yaitu, manusia di dalam alam atau manusia dianggap sebagai salah satu dari sekian banyak makhluk lain. Paham ini menegaskan bahwa Allah berdiam dalam segalah sesuatu dan segalah sesuatu berdiam di dalam Allah, posisi ini disebut paham biosentris. Pandangan ini memendekan nilai manusia dalam hubungan dengan ciptaan lain dan pemahaman ini cenderung bertumbuh ke arah pemujaan terhadap alam. Pemahan kedua ini merupakan penolakan terhadap pandangan pertama. 31
Ebenhaizer Nuban Timo. Seribu Wajah Mencengakan Bagi Allah(Menyelam ke Samudera God-Talk Kristen,(Hand Out dan Bahan Ajaran Pengantar Ilmu Teologi, Fakultas Teologi. UKSW),63. 32 Robert P Borron. Teologi dan Ekologi Buku Pegangan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006),75. 33 Robert P Borron. Teologi dan Ekologi Buku Pegangan,78.
10
Sedangkan paham yang ketiga yaitu manusia bersama dengan alam, pemahaman ini menganggap manusia sebagai makhluk yang didesain khusus oleh Allah untuk memberikan pertanggungjawaban kepada Allah, meskipun begitu manusia tidak lebih tinggi dari ciptaan lain, manusia diberi tanggung jawab oleh Allah dengan keutamaan untuk mengurus bumi dan ciptaan lain sebagaimana yang dilakukan Allah sendiri. Dalam pengertian mengurus termaksud di dalamnya sikap tanggung-jawab menyambut kehidupan, menghormati, menghargai aturan-aturan yang ada dan ritme-ritmenya, juga menjaga agar alam semesta tetap subur dan indah. Sedangkan manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupah Allah sebagai mana yang dirumuskan pemimpin Gereja di Konferensi Bumi di Rio de Janeiro 1992, artinya manusia berada di titik pusat tanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup bumi. Sehingga manusia adalah steward, pengurus bumi yang harus mempertanggung jawabkan pekerjaannya kepada Allah pemilik bumi. Dari ketiga pemahaman mengenai tempat alam dan manusia ini, sering dalam kehidupan bergereja khususnya dalam khotbah para pengkhotbah lebih banyak menekankan pokok-pokok teologis mengenai tempat manusia dan alam pada pemahaman yang pertama yaitu manusia di atas alam, perlu disadari bahwa kemungkinan pandangan tempat manusia dan alam tersebut menunjukan adanya keunggulan manusia atas alam, sehingga manusia semena-mena memperlakukan alam. Tetapi, tidak benar juga jika manusia memperlakukan alam dengan menggunakan paham ketiga karena bagi kaum feminis, tafsiran itu tetap saja tidak memuaskan oleh karena, mereka memahami manusia sebagai pengurus alam sangat bersifat antroposentrif, yakni bumi dan seluruh isinya ada untuk kebutuhan manusia atau dunia berpusat pada manusia. Manusia sebagai gambar Allah juga dipahami secara hirarkis, yakni menekankan keunggulan manusia atas alam. Pandangan tradisional ini harus ditinggalkan sebab itu merupakan salah satu simpul yang berakibat buruk bagi kerusakan lingkungan hidup maupun berbagai bentuk keterasingan manusia dari alam dan sesama. Maka itu manusia harus mempunyai pemahaman bahwa Tuhan Allah menciptakan bumi, tanah, air, pohon dan binatang-binatang bukan untuk keperluan manusia dan untuk melayani kesejahteraan manusia. Tetapi pada kenyataannya tiap-tiap ciptaan adalah untuk menceritakan kemuliaan Allah. Sehingga perlunya pandangan yang baru yaitu manusia bukan pemimpin atau pusat ciptaan melainkan sebagai salah satu bagian dari Allah. Di dalam alam manusia tidak hidup di antara benda-benda dan obyek mati tetapi manusia ada diantara ciptaan lain yang juga menjadi tempat berdiamnya Roh Allah, sehingga hidup menurut Roh itu di dalam keseluruhan realitas ciptaan34. Oleh karena itu bagi parah ahli lingkungan hidup menyatakan bahwa tidak akan adanya perubahan nyata dalam hubungan kita dengan alam kalau kita tidak mempertajam pemahaman kita bahwa sebenarnya manusia dan alam terkait satu sama lain35. Maka itu, teologi ekologis atau eko-teologi seharusnya kontekstual, artinya harus mengambil sikap untuk dapat 34
Ebenhaizer Nuban Timo. Seribu Wajah Mencengakan Bagi Allah(Menyelam ke Samudera God-Talk Kristen,(Hand Out dan Bahan Ajaran Pengantar Ilmu Teologi, Fakultas Teologi. UKSW),63-65 35 Robert P Borron. Teologi dan Ekologi Buku Pegangan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006),90.
11
membicarakan lingkungan hidup sebagaimana kita telah memperlakukan lingkungan kita36. Seperti yang telah dilakukan Allah, yang tertuang dalam Alkitab. Eko-Teologi dalam Alkitab Bumi dan semua isinya menempati tempat yang penting dalam kesaksian Alkitab. Ia disebut sebagai pentas di mana Allah mengikat perjanjian dengan manusia. Untuk maksud itu Allah menciptakan langit dan bumi serta mendandani keduanya dengan sangat manja dan mewah. Enam kali berturut-turut Allah memuji-muji keindahan dan kebaikan ciptaan yang bernama bumi dan langit itu. Jadi dalam hubungan dengan Allah, bumi adalah ciptaan milikNya (Kej. 1:1-2:25) yang Ia dandani dan rawat dengan saksama (Maz. 104). Alkitab dengan eksplisit menegaskan bahwa cinta kasih Allah terhadap bumi sangat-sangat besar, Allah tidak mau membiarkan bumi binasa, melainkan bertindak untuk menyelamatkanNya (Yoh. 3:16-17). Perhatian Allah yang besar terhadap bumi dan makhluk-makhluk non-manusia di dalamnya diwujudkan dengan kasat mata oleh Yesus Kristus yang adalah inkarnasi Allah. Bukan hanya manusia yang menyambut kelahiran Yesus. Binatang-binatang, juga bintang berada di dekat palungan untuk mengucapkan selamat datang kepada penciptanya. Dalam pengajaranNya Yesus menjadikan pengalaman burung, bunga bakung, pohon ara, biji gandum, ikan sebagai contoh. Ini menunjukan dengan sangat jelas apa yang ditegaskan Mazmur 19: “Langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya.” Waktu kematian Yesus di salib, gunung-gunung dan bumi gemetar ketakutan. Matahari pun sedih dan berduka sehingga untuk sesaat tidak ada cahaya yang dia pancarkan ke bumi. Alkitab berbicara tentang alam atau bumi bukan sebagai satu sistim yang otonom, tetapi relasional. Kesehatan dan keselamatan bumi adalah pemberian Allah, juga bergantung pada hubungannya dengan manusia. Manusia dan alam saling membutuhkan satu sama lain. Taman Eden membutuhkan manusia untuk diusahakan dan dirawat supaya dia tetap indah dan berfungsi baik, sedangkan manusia membutuhkan taman itu sebagai tempat mendapatkan makan dan berlindung. Kesehatan alam dan berbagai makhluk di dalamnya bergantung pada baik buruknya perlakuan manusia terhadap alam. Cinta kasih Allah kepada ciptaan tidak berpihak. Kepedulian Allah terhadap kelangsungan hidup manusia, juga ditunjukkan kepada makhluk hidup lain di bumi. Hal ini nampak secara demonstratif dalam kisah Air Bah pada jaman Nuh. Tuhan bukan hanya menyelamatkan manusia dari banjir besar itu. Allah menyuruh binatang-binatang dari berbagai jenis, masing-masing masuk ke dalam bahtera untuk dijaga hidupnya selama air bah. Juga ditegaskan bahwa setelah air bah Allah membuat perjanjian, bukan hanya dengan manusia tetapi juga dengan binatang-binatang (Kej. 9:9-13). Pelangi adalah tanda bagi perjanjian itu. Tanda itu masih tetap ada. Itu berarti perjanjian itu masih berlaku. Kepedulian Allah terhadap makhluk-makhluk lain terus berlanjut. Sebagimana Allah memberi hukum untuk melindungi hidup manusia, yakni jangan membunuh, Allah juga memberi 36
Robert P Borron. Teologi dan Ekologi Buku Pegangan,2006,1.
12
perintah yang sama untuk melindungi kelangsungan hidup binatang lain (Ul. 22:6). Allah juga melindungi hak hidup pohon (Ul. 20:19-20). Sebagaimana Tuhan memerintahkan manusia untuk beristrahat pada hari sabat (Kel. 20:8), Tuhan juga memerintahkan agar tanah jangan dikerjakan pada tahun sabat (Kel. 23:11). Sabat, begitu kata Jurgen Moltmann adalah pesta bagi seluruh ciptaan.37 Bait Allah tidak hanya menjadi tempat manusia bertemu Allah. Burung pipit pun diberi tempat oleh Allah di mezbah Allah (Mz. 84:4). Alam juga digambarkan Alkitab dan diakui oleh Allah sebagai yang bersikap responsif terhadap perlakuan hormat maupun tak layak kepadanya (Im. 18:25). Bahkan dalam banyak kesempatan Allah menjadikan alam sebagai saksi untuk janji yang Allah buat dengan manusia (Ul. 30:19).38 Contoh-contoh ini menunjukan bahwa Ekoteologi juga mempunyai tempat yang khusus dalam cinta kasih Allah, yang tertuang dalam Alkitab. TEMUAN LAPANGAN Gambaran umum Jemaat Ichtus Puildon Kalabahi-Alor Alor sering di artikan sebagai alam lestari dan orang ramah. Alor menyimpan daya tarik alam, budaya, dan sejarah yang diminati para petualang, peneliti, dan tentunya wisatawan. Meski akses masih terbatas (umumnya dari Kota Kupang dengan pesawat atau kapal laut) tetapi itu tidak menyurutkan minat untuk menjelajahi keistimewaan dan keindahannya. Salah satu keunikan pulau ini adalah ditemukannya banyak moko, padahal di Alor sejak awal masyarakatnya memang tidak pernah memproduksi moko, maka itu Alor dikenali sebagai Pulau 1.000 Moko. Sedangkan daya tarik alam seperti kekayaan bawa laut yang mengagumkan karena di bawah laut sekitar Alor setidaknya ada lebih dari 50 titik menyelam yang tersebar hingga Pulau Pantar, dari 50 titik meyelam, 20 di antaranya berkualitas prima dan termasuk terbaik di dunia. Karl Muller dalam bukunya “East of Bali”, menyebutkan bahwa Alor memiliki air laut yang bersih, biota laut yang beraneka ragam, dan terdapat titik-titik selam yang dapat dinikmati pada malam hari. Ia menyebut Alor sebagai taman laut kelas dunia. Di bandingkan alam laut yang mengagumkan, budaya Alor pun tak kalah hebatnya,di mana di daratan Pulau Alor berdiam beberapa suku tradisional dengan adat-istidat yang tidak banyak berubah sejak zaman batu, bahkan salah satunya masih menyimpan tradisi membuat pakaian dari kulit pohon (pakaian ka). Kekayaan budaya yang kedua yaitu di Pulau Alor ada puluhan bahasa dari suku yang mendiami kampung-kampungnya. Banyaknya bahasa di Alor telah ditelaah oleh peneliti bahasa mancanegara sejak tahun 1930-an. Alor termasuk salah satu dari 92 pulau terluar di Indonesia karena berbatasan dengan Timor Leste dan Selat Ombay di sebelah selatan. Alor adalah kepulauan yang dilintasi jalur pelayaran dagang internasional ke Samudera Pasifik. Wilayah Pulau Alor mempunyai ketinggian rata-rata
38
Ebenhaizer Nuban Timo Ebenhaizer Nuban Timo. Seribu Wajah Mencengakan Bagi Allah(Menyelam ke Samudera God-Talk Kristen,(Hand Out dan Bahan Ajaran Pengantar Ilmu Teologi, Fakultas Teologi. UKSW),4-5.
13
sekira 6 hingga 1700 meter di atas permukaan laut dengan iklim semiarid, yaitu terjadi pergantian musim yang periodenya tidak seimbang. Setiap tahun musim hujannya singkat selama 3–5 bulan dan musim kemaraunya panjang 7-8 bulan.39 Kondisi geografi Kabupaten Alor berkonfigurasi bergunung-gunung dan memberikan variasi iklim yang berbeda dan sangat menguntungkan bagi daerah dan masyarakat dalam pengembangan tanaman produksi. Usaha pertanian masyarakat di Alor cukup maju karena didukung persediaan air yang berlimpah. Infrastruktur irigasi pun dibangun secara rapih, mulai dari hulu bendungan hingga ke pintu-pintu air yang siap membagi ke lahan pertanian masyarakat. Dengan kondisi tanah yang subur karena termasuk tanah Vulkanik muda sehingga kaya unsur hara,ada beberapa tanaman yang dibudidayakan adalah: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kelapa, kopi, jambu mente, cengkeh, kemiri, pinang, vanili, kakao, pala, dan lada. Saat ini kabupaten Alor terdiri dari 17 kecamatan dengan rasio jenis kelamin laki-laki berjumlah 96.007 dan jenis-jenis kelamin perempuan berjumlah 100.606 jiwa dengan mata pecarian sebagai pegawai negri sipil(PNS), petani,pedagang dan yang terbesar sebagai nelayan.40 Ibukota Alor berada di Kalabahi. Nama kota Kalabahi diambil dari kata dalam bahasa Alor yang berarti pohon kesambi (Schleichera Oleosa. L) yang dulu banyak ditemukan di wilayah kota ini pada saat pemerintahan kolonial Belanda memindahkan pusat pemerintahan di Alor yaitu dari Alor Kecil ke Kalabahi pada tahun 1911.41 Dari 17 kecamatan yang ada di Alor, salah satunya yaitu kecamatan Teluk Mutiara. kecamatan Teluk Mutiara ini, layaknya sebuah teluk, di mana arus lautnya dikenal tenang sehingga menjadi tempat yang subur bagi aneka biota laut seperti ikan-ikan hias dan terumbu karang. Lumba-lumba sering dijumpai berenang dalam formasi tertentu di kawasan ini. Sekali setahun teluk ini juga dikunjungi oleh ikan paus yang bermigrasi dari lautan selatan. Sehingga kecamatan ini menjadi salah satu lokasi pariwisata, lokasi perdagangan, salah satu pemukiman terbesar di Alor dan yang tidak kalah penting yaitu Gereja Ichtus Puildon juga berlokasi di kecamatan Teluk Mutiara ini. Jemaat Ichtus Puildon adalah jemaat kota (kategorial 2) dalam lingkup Gereja Masehi Injili di Timor yang merupakan salah satu dari 29 Jemaat wilayah yang berada dalam pelayanan Klasis Alor Barat Laut, teritori Tribuana. Awal mula terbentuknya Jemaat Ichtus Puildon bermula dari peristiwa pindahnya SD GMIT Kabola dari Kopidil ke Jembatan Hitam pada tanggal 29-30 Juni 1953 yang ditandai dengan kebaktian yang dilakukan di asrama siswa. Dalam perkembangan selanjutnya peserta kebaktian yang melibatkan siswa SD GMIT Kabola dan keluarga yang beragama Kristen yang tinggal di wilayah Jembatan Hitam. Jemaat Ichtus Puildon sendiri berdiri pada tanggal 1 Juli 1953, nama Puildon secarah harifiah terdiri dari dua kata yaitu „Puil‟ artinya nama pohon IPi dan ‘Don’ artinya dekat dengan pasar. Jadi jika diartikan secarah letak maka Puildon adalah tempat bertemunya sejumlah komunitas masyarakat dari berbagai suku dan daerah dalam melakukan sejumlah aktifitas.42 Perkembangan jemaat Ichtus Puildon 39
http://www.indonesia.travel/id/destination/786/alor,16 Juni 2015 http://alorkab.bps.go.id/index.php,17 Juni 2015 41 http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Alor, 2 Juni 2015 42 Penias Obed Maro, Sejarah gereja Ichtus Puidon, (Kalabahi, 2012),1-2. 40
14
dimulai tahun 1966, sehingga pada tahun 1970 disepakati untuk membangun gedung ibadah yang baru. Peletakan batu pertama secarah simbolis dilaksanakan oleh Pdt.J A Adang S.Th dan dalam arahan peletakan batu pertama tersebut, Pdt. J A Adang S.Th menambahkan kata „Ichtus’ yang berarti Yesus Kristus Putra Allah Juruselamat, di depan kata „Puildon‟ sehingga jemaat ini dikenal hingga sekarang dengan nama „Ichtus Puildon‟43. Dengan berjalannya waktu jemaat Ichtus Puildon ini semakin berkembang, ini terlihat dari semakin banyaknya anggota jemaat. Sesuai dengan data jemaat tahun 2014 maka jemaat Ichtus Pulidon, terdiri dari 800 KK, yang terdiri dari 4 rayon yang memiliki 16 oikos, masing-masing rayon terdiri dari 4 oikos dan memiliki 160 Majelis,2 Pendeta, 1 Vikaris dan 3 Tenaga magang.44 Jadwal kegiatan yang dilakukan di Jemaat Ichtus Puildon Kalabahi-Alor Tahun 2013 Kegiatan yang dilaksanakan di dalam persekutuan jemaat Ichtus Puildon yakni meliputi bidang Koinonia, bidang Marturia, bidang Diakonia, bidang Oikonomia, dan bidang Liturgia. Untuk meningkatkan pemahaman jemaat agar dapat memahami kehendak Allah melalui Firman Tuhan maka itu sesuai dengan keputusan persidangan Majelis Jemaat No.05/KEP/GMIT/PMJIP/IV/2013 tentang program pelayanan (panca program) untuk bidang Marturia, diputuskan 30 kegiatan ibadah yang dibagi ke dalam tiga lingkup ibadah yaitu ibadah lingkup jemaat, ibadah lingkup Oikos dan ibadah lingkup kategorial. Dari ketiga lingkup ibadah ini,dibagi lagi ke dalam beberapa kegiatan ibadah yaitu yang pertama ibadah lingkup jemaat mencakup ibadah minggu, ibadah persiapan dan perjamuan kudus maupun ibadah hari raya gerejawi. Sedangkan lingkup yang kedua yaitu ibadah lingkup Oikos yang mencakup ibadah rumah tangga, ibadah bulan keluarga maupun ibadah Natal Oikos, dan lingkup yang ketiga yaitu ibadah lingkup kategorial yang mencakup ibadah kaum Bapak GMIT, Ibu GMIT, Pemuda dan Anak PAR, maupun pendalaman iman, katekese bagi para calon Baptis dan persiapan penerimaan sakramensakramen lainnya45. Adapun tujuan dari kegiatan bidang Marturia yaitu untuk peningkatan pemahaman dan penghayatan iman jemaat, maka itu diharapkan agar pemimpin ibadah dapat menerapkan fungsi khotbah sebagai pengajaran kepada jemaat. Sehingga ini menjadi wadah bagi pemimpin ibadah untuk dapat membantu jemaat Allah dalam mendalami kebenaran Firman Allah,menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injili dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya jemaat tidak mudah goyah,tetap setia, dan dari kegiatan Marturia ini juga diharapkan dapat menciptakan kesatuan antar jemaat dan pelayan, jemaat dengan jemaat, maupun menciptakan kesatuan dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam gereja melalui bidang Marturia. Dalam ibadah-ibadah dibidang Marturia ini, telah di tentukan pemimpin-pemimpin ibadah, yang bertugas untuk membawakan 43
Penias Obed Maro, Sejarah gereja Ichtus Puidon, (Kalabahi, 2012),3 Sekertaris Majelis Jemaat Harian (MJH), Statistik jemaat gereja Ichtus Puildon (Kalabahi 2014),22. 45 Sekertaris Majelis Jemaat Harian (MJH), Informasih realisasi program pelayanan dan anggaran pendapatan dan belanja Jemaat Ichtus Puildon (Kalabahi ,2013),1-5.
44
15
Firman atau yang disebut pengkhotbah. Seperti ibadah lingkup jemat pengkhotbahnya yaitu Pendeta, Vikaris dan Tenaga Magang, sedangkan untuk ibadah lingkup Oikos pengkhotbahnya yaitu Majelis dari masing-masing Oikos dan untuk ibadah dalam lingkup kategorial dipimpin oleh pengurus-pengurus kategorial, sedangkan untuk katekese bagi calon Baptis maupun sakramen-sakramen dipimpin oleh Pendeta dan Vikaris .46 Tema-tema Khotbah Minggu tahun 2013 di Jemaat Ichtus Puildon Kalabahi-Alor Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang hal mendasar dari sebuah khotbah, yang membantu jemaat mengerti maksud atau tujuan dari khotbah yang di sampaikan oleh pengkhotbah, oleh karena itu tema dalam sebuah khotbah sangatlah penting. Berikut ini adalah daftar tema mingguan khotbah di jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi pada bulan Januari tahun 2013 sampai dengan bulan Desember tahun 2013. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni
Juli Agustus September Oktober Nofember
Desember
Tema Berusaha menemukan jawaban Doamu, Sepotong kayu dari Tuhan, Menjaga hubungan baik dengan alam berarti menjaga hubungan baik dengan Tuhan, Memberi hidup kepada Tuhan Jangan melewatkan kesempatan yang baik, Hidup di hadapan Allah yang Mahatau,Kita yang pegang kunci Kerajaan Sorga, Menabur di tanah yang baik di tanah yang baik Sesuai kehendak Tuhan, Bersikap di atas kebenaran, Pewaris Kerajaan, Tidak ada yang sia-sia ketika bersama Tuhan, Keberhasilan karena anugerah Tuhan Berjaga-jagalah, Pemenang, Kedamaian yang sejati, Mengucap syukur karena kasih Allah Allah sangat mengasihi anak-anak kecil, Cinta kuat seperti maut, Baptisan adalah penyelamatan bagi pengampunan akan dosa manusia, Pelangi sehabis hujan Pedoman bertindak seorang Murit, Kebaikan menjadikan kita layak di tolong Tuhan, Jadilah Hamba yang bergaya Tuan, Dimana hartamu berada disitu hatimu, kekayaan yang membinasakan Jangan melewatkan kesempatan yang baik, Hidup di hadapan Allah yang Mahatau,Kita yang pegang kunci Kerajaan Sorga, Menabur di tanah yang baik Pergumulan pasti berlalu,Air kehidupan, Alat di tangan Tuhan, Berbuat kebaikan selama masih ada kesempatan Dosa mengubah hidup manusia, Biji gandum yang memberi hidup, hidupku makanan bagi orang lain, Manusia VS Alam Mulai dengan Firman, Kabar baik yang menyelamatkan keluargamu, Manusia biasa tetapi luar biasa, Domba atau Ular Manusia di ciptakan untuk merawat bukan merusak, Komitmen yang diuji, Bertahan hingga menang, Berbuat baik Masih sama saja atau sudah beda, Bertobat sudah, Ini lagu Maria mana lagumu, Tandanya adalah seorang bayi, Di Betlehem tidak ada tempat tetapi di Ichtus ada tempat
46
Sekertaris Majelis Jemaat Harian (MJH) , Informasih realisasi program pelayanan dan anggaran pendapatan dan belanja Jemaat Ichtus Puildon (Kalabahi ,2013),6
16
Tabel ini berisikan 52 tema khotbah mingguan, yang pernah disampaikan oleh pemimpinpemimpin ibadah di Jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi. Dari ke 52 tema khotbah dalam jangka waktu 1 tahun, hanya terdapat 7 tema khotbah yang memasukan pokok-pokok eko-teologi yaitu pada bulan Januari, Juli, Agustus, Sepetember dan pada bulan Oktober. Tulisan berwarna merah di dalam tabel adalah tema khotbah yang memasukan pokok-pokok eko-teologi. Sedangkan tulisan berwarna hitam di dalam tabel merupakan tema khotbah yang tidak memasukan pokokpokok teologi, yang berjumlah 45 tema khotbah. Tema-tema khotbah ini dibuat oleh pemimpinpemimpin khotbah minggu di jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi, sesuai dengan kemampuan pemimpin ibadah dalam membuat khotbah. Khotbah tidak terlepas dari ibadah Kristen, khotbah dibawakan oleh pemimpin-pemimpin ibadah atau yang disebut sebagai pengkhotbah. Khotbah dipakai sebagai salah satu cara untuk mengkomunikasikan pesan dalam Firman Tuhan atau kabar baik sesuai dengan kebutuhan jemaat masa kini atau menafsir secarah kontekstual sehingga khotbah bukan sekedar pemikiran dari pengkhotbah saja tetapi juga berdasarkan dengan teks Alkitab. Hal serupa seperti yang disampaikan oleh bapak MS (inisial) bahwa khotbah itu adalah tugas saya sebagai seorang pemimpin ibadah dan khotbah sebagai suatu sarana komunikasi Firman yang ada di dalam Alkitab dengan kebutuhan jemaat di gereja Ichtus Puildon47. Selama tahun 2013, Bapak MS (inisial) diberi kesempatan untuk memimpin ibadah minggu, yang berjumlah sembilan kali ibadah, adapun tema dan pokok-pokok teologis yang disampikan oleh Bapak MS (inisial) dalam khotbah minggu seperti berikut ini: Tema pertama‘Berusaha menemukan jawaban Doamu’, dengan memakai pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „pengharapan‟. Tema kedua ‘Sepotong kayu dari Tuhan’, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „Berkat’. Tema ketiga‟ Kebaikan menjadikan kita layak di tolong Tuhan’ pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „Berkat’. Tema keempat „keluarga adalah kekuatan’ pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „persaudaraan’. Tema kelima ‟Hidupku makanan bagi orang lain’, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „kasih’. Tema keenam‟Bertahan hingga menang’. pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu ‘Pengharapan’. Tema ketuju’Manusia diciptakan untuk merawat bukan merusak alam’ pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu ‘kelestarian alam’. Tema kedelapan‟ Hidup dari hal yang baik’ pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu ‘kasih’. Tema kesembilan ‟Menabur di tanah yang baik’ pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu ‘kelestarian alam’.48 Sedangkan khotbah Ekologi adalah penyampainan Firman Tuhan dengan memasukan salah satu pergumulan jemaat yaitu kelestarian alam, ke dalam khotbah yang dibawakan. Pergumulan jemaat Ichtus Puildon sangat bermacam-macam, salah satunya yaitu pergumulan jemaat untuk dapat menjaga kelestarian alam, karena ketika melihat lokasi gereja dan pekerjaan dari jemaat yang sebagian menjadi pedagang di pasar Kadelang yang terkenal sebagai pasar yang kotor, maka pokok ekoteologi adalah salah satu pergumulan jemaat Ichtus Puildon, 47
Hasil wawancara dengan Bapak MS (inisial), 18 Desember 2014 pukul 17.00 WIT Majelis jemaat harian( MJH) Ichtus Puildon, Kumpulan Khotbah Minggu, ( Kalabahi,2013). 48
17
sehingga saya mencoba memasukan pokok-pokok ekoteologi kedalam khotbah minggu yang saya bawakan,seperti pada minggu ke-tuju dan minggu ke-sembilan dengan tema Manusia diciptakan untuk merawat alam bukan merusak alam dan Menabur di tanah yang baik. Dari khotbah ini saya mengajak jemaat untuk menjaga kelestarian alam karena itu adalah tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada kita manusia .49 Menurut responden kedua yaitu Bapak KP (inisial), Manusia sangat bergantung dengan alam karena dari alam, segala kebutuhan makhluk hidup tercukupi, maka itu kelestarian alam harus tetap dijaga. Menghadapi kehidupan sekarang yang semakin individual menjadikan kesadaran untuk menjaga kelestarian alam adalah tugas pribadi seseorang, tergantung bagaimana seseorang menghayati pentingnya alam bagi dirinya sendiri, tetapi alangkah baiknya sebagai makhluk yang berhikmat untuk saling mengingatkan agar menjaga kelestarian alam secara bersama.50 Saling mengingatkan untuk menjaga kelestarian alam dapat dilakukan dengan berbagai hal baik dalam kegiatan formal maupun non formal51,seperti yang dilakukan oleh Bapak KP(inisial) dan Ibu OL(inisial) yang juga menggunakan khotbah minggu sebagai media untuk mengingatkan jemaatnya agar menjaga kelestarian lingkungan. Ini terbukti dengan adanya khotbah Bapak KP (inisial) pada tahun 2013 yang menggunakan pokok-pokok ekoteologi dalam khotbah minggunya sebanyak tiga kali khotbah dengan tema‟Air kehidupan’,‘Biji gandum yang memberi hidup’,dan Manusia vs Alam. Begitupun dengan Ibu OL (inisial) yang mempunyai tema khotbah „Domba atau ular’ dan ‘menjaga hubungan baik dengan alam berarti menjaga hubungan baik dengan Tuhan’. Ini adalah dua tema yang memasukan pokok-pokok ekoteologi dalam khotbah hari minggu .52 Sedangkan ada juga 13 khotbah dari Bapak KP (inisial) dan Ibu OL (inisial) yang tidak memasukan pokok ekoteologi, pada ibadah minggu tahun 2013 di jemaat Ichtus Puildon. Khotbah yang tidak memakai pokok ekoteologi dijabarkan seperti berikut ini: Tema pertama‘Sesuai kehendak Tuhan’, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „pengharapan‟. Tema kedua’ bersikap di atas kebenaran’ pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „keadilan’. Tema ketiga ‘Pewaris kerajaan’, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „berkat‟. Tema keempat ‘Tidak ada yang sia-sia ketika bersama Tuhan’, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „pengharapan‟. Tema kelima‘Keberhasilan karena anugerah Tuhan, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „berkat‟.Tema keenam‘Berjaga-jagalah, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „Kesabaran‟. Tema ketujuh‘Pemenang, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „akhir zaman’. Tema kedelapan‘kedamaian yang sejatih, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „sukacita‟. Tema kesembilan‘Mengucap syukur karena kasih Allah, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „Bersyukur‟. Tema kesepuluh ‘Allah sangat mengasihi anak-anak kecil, 49
Hasil wawancara dengan Bapak MS (inisial), 18 Desember 2014 pukul 17.00 WIT Hasil wawancara bapak KP(inisial) 22 Desember 2014 pukul 17.00 WIT 51 Hasil wawancara dengan Ibu OL (inisial), 23 Desember 2014 pukul 09.00 WIT 52 Majelis jemaat harian( MJH) Ichtus Puildon, Kumpulan Khotbah Minggu, ( Kalabahi,2013). 50
18
pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „Kasih‟. Tema kesebelas ‘Cinta Kuat Seperti Maut, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „kasih‟. Tema keduabelas‘Baptisan adalah penyelamatan bagi pengampunan akan dosa manusia, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „keselamatan‟.Tema ketigabelas ‘Pelangi sehabis hujan’, pokok teologis dari khotbah tersebut yaitu „pengharapan‟.53 Pemimpin ibadah minggu, mempunyai hikmat yang berbeda-beda dalam menafsir Firman Tuhan, tetapi sebagai pemimpin jemaat pasti mempunyai kesamaan dalam mengetahui pergumulan jemaatnya. Sesuai hasil wawancara dengan Ibu IM (inisial), Ibu LP (inisial), dan Ibu OLB (inisial) mengutarakan bahwa, salah satu pergumulan jemaat Ichtus Puildon saat ini adalah menjaga kelesatrian alam, sehingga pokok ekoteologi adalah salah satu pokok teologi yang harus dimasukan kedalam khotbah minggu, karena mengingat fungsi khotbah yaitu untuk menjawab pergumulan jemaat54. Tetapi ketika melihat bahan khotbah minggu yang dibawakan oleh Ibu IM (inisial) selama tahun 2013 yang berjumlah 8 kali khotbah, begitupun dengan Ibu LP (inisial) yang selama tahun 2013 membawakan 8 kali khotbah, sedangkan Ibu OLB (inisial) yang selama tahun 2013 membawakan 9 kali khotbah, ketika khotbah mereka digabungkan berjumlah 25 khotbah, tidak ditemukan khotbah yang membahas pokok ekoteologi55. Aspek-aspek Ekologi yang dibahas dalam khotbah Minggu di Jemaat Ichtus Puildon Kalabahi-Alor Tahun 2013 Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan yang demikian luas karena mencakup berbagai permasalahan yang berhubungan dengan komponen-komponen lingkungan hidup berupa makhluk hidup seperti manusia, flora, fauna serta jasad renik lainnya. Sehingga penggunaan pokok-pokok ekologi dalam khotbah sangat dibutuhkan, untuk membantu jemaat agar mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan lingkungan hidup yang sedang terjadi. Tetapi sayangnya selama tahun 2013, pemimpin-pemimpin ibadah minggu yang seharusnya mempunyai 52 kesempatan untuk berkhotbah atau menyampaikan Firman Tuhan, hanya memasukan pokok-pokok ekologi selama 7 kali dalam khotbah minggu mereka di jemaat Ichtus Puildon. Dari 7 khotbah minggu, adapun aspek-aspek ekologi yang ingin diajarkan oleh pemimpin-pemimpin ibadah kepada jemaat Ichtus Puildon yaitu khotbah dengan membahas tema ’Manusia diciptakan untuk merawat bukan merusak alam’mengajarkan jemaat untuk tidak membuang sampah sembarang dipantai karena tujuan manusia diciptakan bukan untuk merusak alam tetapi manusia diciptakan untuk merawan pantai yang ada. Tema kedua ‟Menabur di tanah yang baik’ menegur jemaat agar menjaga kebersihan pasar Kadelang karena pasar tersebut 53
Majelis jemaat harian( MJH) Ichtus Puildon, Kumpulan Khotbah Minggu, ( Kalabahi,2013). 54 Hasil wawancara Ibu OLB(inisial),ibu IM(inisial) dan Ibu LP (inisial), sesuai dengan waktu wawancara masing-masing 55 Majelis jemaat harian( MJH) Ichtus Puildon, Kumpulan Khotbah Minggu, ( Kalabahi,2013).
19
adalah tempat pencari navka bagi sebagian jemaat dan sebagai wadah untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari seluruh jemaat Ichtus Puildon,maka itu kebersihan pasar harus dijaga bersama seperti tanah yang baik pasti menghasilkan buah yang baik, begitupun pasar jika bersih maka akan banyak pengunjungnya yang menguntungkan penjual.56 Tema ketiga‟Air kehidupan’Mengingatkan kembali jemaat Ichtus Puildon untuk tidak membuang sampah di pantai, walaupun rumah mereka dekat dengan pantai, itu bukan menjadi alasan agar membuang sampah sembarangan karena air pantai tersebut masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari jemaat. Tema keempat‟Biji gandum yang memberi hidup’Memberi motivasi kepada seluruh jemaat untuk menjadikan rumah mereka sebagai rumah hijau dalam arti mempunyai pepohonan atau tanaman-tanaman hijua baik menanam pohonpohon rindang untuk berteduh ataupun tanaman-tanaman yang bisa dikonsusmsi. Tema kelima ‘Manusia vs Alam’memberi pengertian agar jemaat menyadari tugas dan tanggung jawab manusia terhadap alam,sehingga manusia tidak semena-mena memperlakukan alam yang mengakibatkan bencana alam yang sering terjadi seperti erosi maupun banjir di musim hujan.57 Tema keenam„Domba atau ular’menegur jemaat bahwa di dunia ini kita tidak bisa mempunyai dua karakter sekaligus,jemaat hanya bisa menjadi manusia yang baik yaitu domba yang tidak merusak alam atau menjadi manusia perusak yaitu ular yang mengambil pasir untuk kebutuhan pribadi sehingga membuat erosi. Tema ketuju‟ menjaga hubungan baik dengan alam berarti menjaga hubungan baik dengan Tuhan’ mengajarakan jemaat bahwa manusia dan alam itu mempunyai kedudukan yang sama, di mana dalam Alkitab mengajarkan manusia harus mengasihi sesama manusia sama seperti manusia mengasihi Allah, begitupun alam jika manusia mengasihi alam dengan contoh menanam pohon di pinggir pantai,maka manusia sudah mengasihi Allah.58 Sesuai dengan data ibadah di bidang Marturia, pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2013, ibadah yang dilakukan di Jemaat Ichtus Puildon-Kalabahi berjumlah 399 ibadah, yang di rangkum sebagai berikut: 1) Ibadah lingkup Jemaat yang terdiri dari: Ibadah minggu, selama tahun 2013 dilakukan sebanyak 52 ibadah, sedangkan ibadah persiapan dan perjamuan kudus 10 ibadah dan ibadah hari raya gerejawi dilakukan sebanyak 8 kali. Sehingga ibadah lingkup jemaat selama tahun 2013 berjumlah 70 ibadah. Yang bertugas memimpin ibadah lingkup jemaat yaitu Pendeta, Vikaris dan Tenaga Magang. Adapun pokok-pokok ekologi yang dimasukan kedalam khotbah sebanyak 7 kali oleh Pendeta KP (inisial) sebanyak 3 khotbah, Pendeta OL (Inisial) sebanyak 2 khotbah dan Vikaris MS (Inisial) sebanyak 2 khotbah ibadah minggu.
56
Hasil wawancara dengan Bapak MS (inisial), 18 Desember 2014 pukul 17.00 WIT Hasil wawancara bapak KP(inisial) 22 Desember 2014 pukul 17.00 WIT 58 Hasil wawancara dengan Ibu OL (inisial), 23 Desember 2014 pukul 09.00 WIT 57
20
2) Ibadah lingkup Oikos yang mencakup: Ibadah rumah tangga dilakukan sebanyak 104 ibadah di 16 Oikos, ibadah bulan keluarga sebanyak 16 Oikos,maupun ibadah Natal 4 Rayon. Sehingga ibadah lingkup Oikos selama tahun 2013 berjumlah 124 ibadah. Yang bertugas memimpin ibadah lingkup jemaat yaitu Majelis dari masing-masing Oikos. Dalam ibadah ini tidak ditemukan pokok-pokok ekologi yang dibawakan ke dalam khotbah lingkup Oikos. 3) Ibadah lingkup Kategorial yang terbagi atas: Ibadah kaum Bapak GMIT dilakukan sebanyak 26 ibadah, Ibu GMIT 26 ibadah, Pemuda 52 ibadah dan Anak PAR 52 ibadah, sedangkan pendalaman Iman dilakukan sebanyak 4 kali ibadah, Katakese 30,Baptis 15 kali ibadah. Sehingga ibadah lingkup Kategorial selama tahun 2013 berjumlah 205 ibadah. Yang bertugas memimpin ibadah lingkup kategorial yaitu dipimpin oleh pengurus-pengurus kategorial, sedangkan untuk katekese bagi calon Baptis maupun sakramen-sakramen dipimpin oleh Pendeta dan Vikaris. Dalam ibadah ini pun tidak didapatkan pokok-pokok ekologi dalam khotbah lingkup kategorial. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa khotbah pokok ekoteologi tidak menjadi salah satu pokok khotbah dalam jemaat Ichtus Puildon, ini terlihat dari ibadah dalam bidang Marturia yang berjumlah 399 ibadah pada tahun 2013, sedangkan pemimpin-pemimpin ibadah atau pengkhotbah hanya memasukan 7 pokok-pokok ekologi dalam khotbah. Adapun pokok-pokok teologi yang sering muncul dalam 399 ibadah dibidang Marturia di Jemaat Ichtus Puildon selama tahun 2013 yaitu seperti pokok teologi berkat, pengharapan, persaudaraan, kasih, keadilan, kesabaran, akhir zaman, sukacita, bersyukur, spiritual, kesetiaan, bersaksi, kerendahan hati dan perdamaian. ANALISA Pentingnya pokok-pokok Eko-teologi dalam khotbah Seorang teolog yang benama Douglas Jhin Hall, teolog dari Kanada ini menunjukan bahwa ada tiga kemungkinan berbicara tentang tempat manusia dan alam yaitu: yang pertama manusia di atas alam, ini merupakan pandangan Kristen tradisional dan konservatif. Pandangan ini muncul akibat penafsiran antroposentris yang menurut kesaksian Alkitab bahwa manusia diciptakan seturut gambar Allah menjadikan pijakan untuk menempatkan manusia sebagai tuan dan karena itu ia boleh menaklukan alam untuk kepentingan dan kesejahteraannya, sehingga manusia memperlakukan alam sebagai benda atau alat. Kemungkinan yang kedua yaitu, manusia di dalam alam atau manusia dianggap sebagai salah satu dari sekian banyak makhluk lain. Paham ini menegaskan bahwa Allah berdiam dalam segalah sesuatu dan segalah sesuatu berdiam di dalam Allah. Posisi ini disebut paham biosentris. Pandangan ini memendekan nilai manusia dalam hubungan dengan ciptaan lain dan pemahaman ini cenderung bertumbuh ke arah pemujaan terhadap alam. Pemahan kedua ini merupakan penolakan terhadap pandangan pertama. Sedangkan paham yang ketiga yaitu manusia bersama dengan alam, pemahaman ini menganggap
21
manusia sebagai makhluk yang didesain khusus oleh Allah untuk memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Meskipun begitu manusia tidak lebih tinggi dari ciptaan lain.59 Sesuai fenomena yang terjadi, jemaat Ichtus Puildon memposisikan dirinya, dengan menggunakan kemungkinan pertama, tentang kedudukan manusia di atas alam, sehingga jemaat Ichtus Puildon menganggap dirinya sebagai tuan atas alam. Akibatnya jemaat Ichtus Puildon semena-mena memperlakukan alam. Ini terlihat dari kerusakan yang terjadi di sekitar lokasi gereja Ichtus Puildon, di mana pantai menjadi tempat pembuangan sampah, maupun sebagai sumber alam untuk pengambilan pasir yang tidak bertanggung jawab oleh warga di sekitar pantai dan pasar Kadelang yang begitu kotor akibat sampah-sampah hasil jualan yang tidak terpakai lagi dan dibuang begitu saja di dalam lokasi pasar. Pentingnya perubahan pemahaman pokok-pokok Eko-teologi dalam khotbah Jika tidak adanya keseimbangan maka akan terjadi permasalahan lingkungan hidup karena suatu organisme di mana pun ia berada tidak dapat hidup mandiri. Untuk kelangsungan hidupnya, suatu organisme akan bergantung pada kehadiran organisme lain dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya untuk keperluan pangan, lindungan, pertumbuhan, perkembangbiakan, dan sebagainya. Hubungan antara suatu individu dengan lingkungannya sangat rumit dan sifatnya timbal balik. 60 Maka itu manusia tidak dapat memposisikan dirinya di atas alam atau memposisikan dirinya sebagai tuan atas alam, jika hal tersebut terjadi, maka seperti dengan yang sedang dialami oleh Jemaat Ichtus Puildon. Oleh karena itu kedudukan manusia dan alam menurut padangan Douglas Jhin Hall pada bagian kedua, yang menunjukan bahwa manusia di dalam alam atau manusia dianggap sebagai salah satu dari sekian banyak makhluk lain, perlu dilakukan karena kedudukan manusia setara alam. Dengan catatan manusia tidak boleh memposisikan alam sebagai tuan atau manusia tidak memuja alam. Tetapi manusia boleh menjaga alam dengan memakai cara yang bertanggung jawab seperti dengan pemahaman kedudukan manusia terhadap alam. Menurut pandangan Douglas Jhin Hall pada kedudukan ketiga yaitu menjaga alam sebagai bentuk pertanggung jawaban manusia terhadap Allah dengan menjaga alam. Bentuk pertanggung jawaban manusia terhadap Allah yaitu dengan cara manusia tidak membuang sampah sembarang di pantai maupun pasar, tidak mengambil pasir di pantai karena akan mengakibatakan erosi,menjaga kebersihan lingkungan gereja maupun lingkungan rumah jemaat dan berbagai bentuk kegiatan yang menunjukan bentuk tanggung jawab manusia terhadap alam.
59
Ebenhaizer Nuban Timo. Seribu Wajah Mencengakan Bagi Allah(Menyelam ke Samudera God-Talk Kristen,(Hand Out dan Bahan Ajaran Pengantar Ilmu Teologi, Fakultas Teologi. UKSW, 2014),64-65. 60 Soedjiran Resosoedarmo, Kuswata Kartawinata, Aprilani Soegiarto. Pengantar Ekologi. (Bandung: Remadja Karya CV, 1986) ,7.
22
Peran Pengkhotbah terhadap penggunaan pokok-pokok Eko-teologi dalam khotbah Warga geraja juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga alam, terutama pemimpinpemimpin ibadah yang membawakan khotbah, karena dari pemimpin-pemimpin ibadahlah warga jemaatnya memperoleh pemahaman tentang kedudukan manusia dan alam yang sebanarnya. Seperti dengan pernyataan parah ahli lingkungan hidup yang menyatakan bahwa tidak akan adanya perubahan nyata dalam hubungan kita dengan alam kalau kita tidak mempertajam pemahaman kita bahwa sebenarnya manusia dan alam terkait satu sama lain61. Maka itu, teologi ekologis atau eko-teologi seharusnya kontekstual, artinya harus mengambil sikap untuk dapat membicarakan lingkungan hidup sebagaimana kita telah memperlakukan lingkungan kita 62. Oleh sebab itu pengkhotbah harus lebih banyak berbicara mengenai pokok-pokok ekologi dalam khotbah, sehingga bisa merubah pemahaman jemaat yang tadinya sudah salah dalam hal kedudukan manusia diatas alam, yang mengakibatkan tindakan manusia terhadap alam juga salah, menjadi pemahaman jemaat yang benar, mengenai kedudukan manusia dan alam, yang berdampak baik pada terjadinya perubahan tindakan manusia terhadap alam. Dengan mengingat bahwa kehidupan terdiri dari Allah,manusia dan alam. Ketiga hal ini saling terkait satu sama lainnya sehingga tidak dapat untuk dipisahkan. Sesuai hasil penelitan di jemaat Ichtus Puildon, khotbah yang dibawakan oleh pemimpinpemimpin ibadah selama tahun 2013 berjumlah 399 khotbah dan dalam 399 khotbah tersebut hanya 7 khotbah yang memakai pokok-pokok ekologi. Dalam 7 khotbah tersebut pemimpin ibadah mengajak jemaat untuk menjaga kelestarian alam seperti tidak membuang sampah sembarang dipantai, menjaga kebersihan pasar Kadelang, untuk menjadikan rumah mereka sebagai rumah hijau dalam arti mempunyai pepohonan atau tanaman-tanaman hijau baik menanam pohon-pohon rindang untuk berteduh ataupun tanaman-tanaman yang bisa dikonsumsi, tidak mengambil pasir dipantai,menanam pohon. Pemimpin ibadah mengajak jemaat untuk jemaat menyadari tugas dan tanggung jawab manusia terhadap alam,sehingga manusia tidak semena-mena memperlakukan dan mengasihi alam seperti mengasihi Allah63. Melihat kerusakan lingkungan yang sedang terjadi di lingkungan gereja Ichtus PuildonKalabahi, maka penulis merasa 7 khotbah ini masih sangat kurang untuk menjawab pergumulan jemaat Ichtus Puildon karena dari ketujuh khotbah ini pemimpin ibadah atau pengkhotbah hanya mengingatkan jemaat tanpa memberi solusi atau jalan keluar kepada jemaat untuk mengatasi fenomena kerusakan lingkungan yang sedang terjadi. Contohnya pengkhotbah hanya mengajak jemaat untuk tidak membuang sampah sembarangan karena akan mengakibatkan banjir dan air pantai akan menjadi kotor tanpa mencoba memberikan solusi kepada jemaat agar mengumpulkan sampah-sampah organik untuk diolah kembali. Maka itu perlunya kesadaran ekoteologi yang bersifat instrumental, di mana khotbah menggunakan pokok-pokok ekoteologi, harus disesuaikan dengan perkembangan zaman atau kondisi jemaat Ichtus Puildon saat ini. 61
Robert P Borron. Teologi dan Ekologi Buku Pegangan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006),90. Robert P Borron. Teologi dan Ekologi Buku Pegangan,2006,1. 63 Majelis jemaat harian( MJH) Ichtus Puildon, Kumpulan Khotbah Minggu, ( Kalabahi,2013). 62
23
Pengkhotbah di jemaat Ichtus Puildon pun mengemukakan alasan mengapa kurang dan bahkan ada pengkhotbah yang tidak sama sekali memasukan pokok-pokok ekoteologi dalam khotbahnya, dengan alasan tema besar khotbah dan ayat-ayat Alkitab setiap bulan telah di tentukan oleh Sinode GMIT, sehingga menyulitkan pengkhotbah untuk memasukan pokokpokok ekoteologi dalam tema mingguan yang pengkhotbah buatkan untuk jemaat Ichtus Puildon. Tetapi menurut penulis, itu bukanlah suatu alasan yang tepat, untuk tidak memasukan pokokpokok ekoteologi dalam khotbah di jemaat Ichtus Puildon, karena seorang pengkhotbah sudah di bekali ketika dalam studi, maupun dengan hikmat dan itu merupakan tugas utama dari seorang pengkhotbah untuk mampu mengaktulisasikan Ayat Alkitab ataupun tema khotbah besar yang sudah di tentukan Sinode agar menjadi sebuah khotbah yang kontekstual dengan tema yang akan di bawakan, dimana tema tersebut disesuakan dengan kebutuhan jemaat yang di layani. Sehingga seorang pengkhotbah harus menyadari bahwa Ayat Alkitab bukan saja menuliskan tentang Allah dan Manusia tetapi juga menuliskan juga tentang Ekologi. KESIMPULAN Khotbah merupakan salah satu bagian dari liturgi dalam persekutuan, tapi seringkali khotbah dianggap sebagai tujuan dari persekutuan itu. Jemaat sering beranggapan bahwa khotbah adalah sebagai tujuan mereka pergi ke gereja dan dengan adanya khotbah jemaat berharap akan adanya kabar sukacita yang disampaikan oleh pengkhotbah. Jemaat Ichtus Puildon yang pada umumnya tergabung dari berbagai suku, dan golongan ini datang dengan kebutuhan dan pergumulan mereka sendiri dan berharap mereka menemukan jawabannya di gereja dalam khotbah yang disampaikan oleh pengkhotbah. Salah satu pergumulan jemaat Ichtus Puildon yaitu penyadaran tentang pentingnya menjaga kelesatarian lingkungan hidup karena lokasi tempat tinggal jemaat yang berada di dekat pasar dan pantai tersebut. Walaupun menyadari pentingnya menjaga kelestarian alam tetapi pemimpin-pemimpin ibadah kurang memasukan pokok-pokok ekoteologi dalam khotbah minggu di gereja Ichtus Puildon,tetapi lebih bersifat tindakan nyata yaitu membuat program-program kelesatarian alam. Meskipun demikian, pengajaran/khotbah pengkhotbah memiliki peran yang besar karena apa yang ia sampaikan di atas mimbar itu yang dianggap benar dan dilakukan atau diaplikasikan dalam kehidupan jemaat. Oleh karena itu pengkhotbah dalam menyampaikan pesan,kabar sukacita dari Alkitab juga perlu untuk memperhatikan obyek dari khotbah tersebut yakni jemaat dan gereja. Dalam upaya untuk tercapainya tujuan tersebut maka pengkhotbah sudah sepatutnya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mengaktualisasikan pergumulan jemaat melalui khotbah yang dibawakan. Memang sebagai manusia pengkhotbah tidak bisa menjawab seluruh pergumulan jemaat, tetapi seorang pengkhotbah dituntut untuk membawakan khotbah yang bisa menjawab setiap pergumulan jemaat, oleh karena itu seorang pengkhotbah sebelum membawakan khotbah harus terlebih dahulu mempunyai relasi yang baik dengan jemaat, agar pengkhotbah dapat mengaktualisasikan pergumulan jemaat di dalam khotbah yang dibawakan di dalam ibadah. Sehingga khotbah yang di bawakan bukan lagi bersifat abstrak tetapi khotbah yang kontekstual. Ini akan sangat membantu jemaat dalam pertumbuhan iman dan dengan 24
demikian tujuan dari khotbah pun dapat tersampaikan atau tercapai dan akhirnya jemaat pun dapat mengaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. SARAN Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang disampaikan kepada gereja yaitu sebagai salah satu lembaga agama, gereja sudah sepatutnya menjadi jawaban, bagi persoalan anggota jemaatnya termasuk menjaga kelestarian alam. Berhubungan dengan kerusakan alam yang semakin banyak terjadi, sebagai lembaga agama yang peduli dengan alam, perlu meningkatkan kelangsungan program-program penghijauan yang sudah ada dan juga semakin memperbanyak program-program penghijauan. Gereja pun harus memberikan penyadaran secarah langsung kepada jemaat, dengan cara mengajurkan kepada pemimpinpemimpin ibadah untuk semakin banyak memasukan pokok-pokok eko-teologi dalam khotbah, dengan menekankan pemahaman kedudukan manusia dan alam yang sebenarnya dan juga mampu memberikan solusi kepada jemaat untuk mengatasi fenomena kerusakan lingkungan yang sedang terjadi karena kelangsungan hidup kita manusia bergantung dengan alam di sekitar kita.
25
Daftar Pustaka:
Killinger, J. 2001. Dasar-Dasar Khotbah, Jakarta: BPK Gunung Mulia. De Jong,S. 1982. Khotbah( Persiapan, Isi dan Bentuk), Jakarta: BPK Gunung Mulia. M Paterson Robert. 2010. Alkitab sebagai Dasar Khotbah, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Rothlisberger,H. 2013. Homelitika (Ilmu Berkhotbah), Jakarta: BPK Gunung Mulia. Santoso Hasan. 2007. Homiletik (Prinsip dan Metode Berkhotbah),Malang: Literatur Saat. Soedarmon,R. 2006. Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Becker Dieter. 2001. Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Jongeneel J A B. 1983. Pembimbing Ke Dalam Dogmatika Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Nuban Timo,E. 2009. Aku Memahami Yang Aku Imani, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Komisi Liturgi KWI. 2011. Homelitik (Paduan Berkhotbah Efektif), Yogyakarta : Kanisius. Evans,W. 2009. Cara Mempersiapkan Khotbah, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Gintings, E P. 2003. Khotbah dan Pengkhotbah (Sebuah Pengantar Homelitika Masa Kini) , Jakarta: BPK Gunung Mulia. Nurnaningsih Hasan Sumiyati. 2015. Membuat Selat Ombay Berhenti Bergemuruh(KhotbahKhotbah Melati Di Bumi Kenari), Salatiga: Satya Wacana University Press. Pouw, P H. 1995. Uraian Singkat Tentang Homelitik Ilmu Berkhotbah, Bandung : Yayasan Kalam Hidup. Gintings, E P. 2013. Homelitika: Pengkhotbah dan Khotbahnya, Yogyakarta: Andi. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta, 2014. Van Niftrik, G C dan Boland B J. Dogmatika Masa Kini, Jakarta : BPK Gunung Mulia. Soemarwoto Otto.1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta : Djambatan. Wirakusumah Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas, Jakarta: UI Press.
26
Resosoedarmo Soedjiran, Kartawinata Kuswata, Soegiarto Aprilani. 1986. Pengantar Ekologi, Bandung: Remadja Karya CV. Borrong Robert P. 2001. Teologi dan Ekologi Buku Pegangan, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Sunarko A dan Eddy Kristiyanto A. 2008. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi, Yogyakarta: Kanisius. Nuban Timo,E. 2014. Seribu Wajah Mencengakan Bagi Allah (Menyelam ke Samudera GodTalk Kristen,(Hand Out dan Bahan Ajaran Pengantar Ilmu Teologi, Fakultas Teologi. UKSW. Ramli Dzaki.1989. Ekologi, Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Simon Silver Cheryl dan S Defries Ruth. 1992. Satu Bumi Satu Masa Depan(Perubahan Lingkungan Global Kita), Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Banawiratman J B, L Kana Nico, P Widyatmadja Josef dan Damanik Jayadi.1996. Iman Ekonomi dan Ekologi(Refleksi Lintas Ilmu dan Lintas Agama), Yogyakarta : Kanisius.
Narasumber: Wawancara dengan Bapak MS (inisial), 18 Desember 2014 pukul 17.00 WIT Wawancara dengan Ibu IM (inisial), 19 Desember 2014 pukul 09.00 WIT Wawancara dengan Ibu OLB (inisial), 20 Desember 2014 pukul 09.00 WIT Wawancara dengan Ibu LP (inisial), 20 Desember 2014 pukul 17.00 WIT Wawancara dengan bapak KP (inisial) 22 Desember 2014 pukul 17.00 WIT Wawancara dengan Ibu OL (inisial), 23 Desember 2014 pukul 09.00 WIT
27