PENINGKATAN PROFESIONALME PAMONG BELAJAR SANGGAR KEGIATAN BELAJAR MELALUI BELAJAR MANDIRI
Oleh : Sudirman*
ABSTRAK Pamong Belajar (PB) sebagai ujung tombak Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dalam melaksanakan berbagai program pendidikan nonformal sesuai kebutuhan masyarakat masih banyak yang belum profesional. Pernyataan ini cukup beralasan, karena bila dikaitkan dengan tugas pokok PB di SKB sesuai Kepmenkowasbangpan No.25/Kep/MK Waspada/6/1999; seperti dalam hal melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar, Pengkajian dan Pengembangan Model pendidikan non formal masih banyak yang belum mampu melaksanakannya. Untuk meningkatkan kemampuan para PB agar menjadi tenaga yang profesional dalam bidang tugasnya, maka para PB tidak perlu harus menunggu adanya perintah atau tugas untuk belajar baru belajar sebagaimana yang selama ini dilakukan. Sebagai solusinya, kegiatan belajar mandiri dapat dijadikan sebagai pilihan guna meningkatkan profesionalisme para PB dalam bekerja di SKB. Kata Kunci : Profesional, belajar mandiri
pilihan-pilihan tindakan maupun sikap
PENDAHULUAN Pamong
Belajar
(PB)
sebagai
kearah
perbaikan.
Rumusan
dalam
sumber daya manusia yang bertugas di
pengembangan SDM bukan terpusat hanya
SKB
dikembangkan
pada peningkatan kemampuan saja, akan
kemampuannya agar dapat bekerja sejalan
tetapi juga menyangkut pemahaman dari
dengan tuntutan tugasnya di Sanggar
kemampuan tersebut. Efendi dalam Karsidi
Kegiatan
(2002), mengungkapkan kalau di dalam
perlu
terus
Belajar
Pengembangan
(SKB). daya
manusia
suatu
proses
termasuk peningkatan partisipasi manusia
peningkatan kemampuan manusia yang
melalui perluasan kesempatan berusaha
dalam hal ini PB agar mampu melakukan
atau peluang kerja.
(SDM)
sumber
Sedangkan
merupakan
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
pengembangan
SDM
di
dalamnya
127
SKB
merupakan
lembaga
PB adalah suatu profesi atau jabatan
pemerintah berupa Unit Pelaksana Teknis
fungsional yang diberikan kepada pegawai
Daerah (UPTD) dibawah Dinas Pendidikan
negeri sipil
yang bertugas membuat dan melaksanakan
melaksanakan program pendidikan pada
berbagai program pendidikan di bidang
jalur non-formal. Jabatan atau profesi
nonformal yang rancangannya disesuaikan
sebagai PB diberikan berdasarkan berbagai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.
pertimbangan yang tidak sama dengan
Dalam operasionalnya SKB dipimpin oleh
jabatan guru di sekolah. PB merupakan
seorang kepala, dibantu oleh tata usaha dan
salah satu tenaga pendidik nonformal yang
beberapa PB. Sasaran kerja SKB adalah
juga bagian dari komponen pendidikan
seluruh lapisan masyarakat yang ada di
paling berperan di SKB, terutama untuk
kabupaten maupun kota terutama yang
meningkatkan
membutuhkan
masyarakat. PB dikatakan sebagai ujung
pelayanan
di
bidang
pendidikan non formal dan informal
dan diberi tugas
kualitas
untuk
pendidikan
di
tombak, karena mereka selalu berada di
Guna meningkatkan kemampuan PB
garis depan yang selalu mengetahu segala
menjadi tenaga yang profesional maka
permasalahan yang dihadapi masyarakat
dengan program kegiatan belajar mandiri
dan sekaligus diharapkan dapat membantu
dapat
menemukan jalan pemecahannya.
menjadi
bagian
dari
pengembangan,
yang juga
bagian
pembangunan
dari
kegiatan merupakan
Peningkatan
profesionalisme
PB
manusia
SKB melalui belajar mandiri, di samping
Indonesia Proses pengembangan SDM
merupakan tugas dan wewenang Direktorat
melalui kegiatan belajar mandiri dapat
Jenderal
meningkatkan kompetensi bagi para PB
Informal,
sehingga dapat bekerja lebih profesional,
wewenang bersama kepala SKB dan Dinas
Dampak dari profesionalias PB tersebut
Pendidikan setempat atau dimana PB
selain dapat menyentuh bidang kehidupan
tersebut bekerja. Di samping kewajiban
PB itu sendiri dan lapisan masyarakat yang
lembaga
dijadikan sasaran kegiatan, yang tercermin
membantu meningkatkan profesionalisme
dalam pribadi mereka, baik dalam hal
para PB, PB itu sendiri juga diharapkan
pengambilan kebijakan maupun tindakan.
untuk
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
Pendidikan juga
para
selalu
Non-formal
menjadi
pemberi
siap
dan
tugas
tugas
dapat
dan dan
untuk
untuk
128
mengembangkan
atau
meningkatkan
sekaitan penyelesaian tugas pokoknya di
pengetahuan dan keterampilannya melalui
SKB masih kurang. Diantara kegiatan yang
belajar secara mandiri.
menjadi tugas pokok PB adalah seperti
Belajar mandiri merupakan bagian
dalam hal pembuatan karya tulis ilmiah
dari sistem pembelajaran dalam pendidikan
atau melakukan pengkajian, di samping
masyarakat,
kegiatan belajar mengajar (KBM) dan
yang
kegiatannya
dapat
dilakukan kapan saja dan dimana saja.
melakukan pengembangan model
Konsep kegiatan belajar mandiri oleh siapa
masih belum dibiasakan dan dilakukan
saja
secara
tersebut,
misalnya
seperti
yang
optimal.
Sementara
yang dalam
dilakukan oleh warga belajar maupun
perhitungan angka kredit pembuatan karya
sumber belajar seperti PB. Kegiatan belajar
tulis ilmiah/pengkajian mendapat jumlah
mandiri selain dilakukan dengan tatap
poin yang cukup besar. Tidak jarang
muka, juga
dapat dilakukan secara
dianatara PB yang merasa kesulutian untuk
perorangan atau sendiri-sendiri dengan
memenuhi sejumlah angka kredit yang
menggunakan modul maupun bahan-bahan
telah
bacaan lainnya. Dengan belajar mandiri,
dalam kenaikan pangkatnya.
hasilnya
selain
dapat
ditetapkan
sebagai
persayaratan
meningkatkan
Melihat kondisi PB semacam ini,
kompetensi PB juga dapat meningkatkan
maka perlu diberdayakan untuk aktif
kinerja sehingga menjadi lebih profesional
melakukan
dalam bekerja sesuai tugas pokoknya di
belajar mandiri, baik dengan cara belajar
SKB.
kelompok maupun perorangan melalui berbagai
PEMBAHASAN Rendahnya tingkat profesionalisme PB dalam bekerja tersebut berkaitan erat dengan kurangnya keterlibatan mereka dalam berbagai aktivitas baik di dalam maupun di luar SKB, terutama yang terkait dengan kegiatan belajar. Dari pengamatan di beberapa SKB menunjukkan kalau keterlibatan PB dalam berbagai aktivitas
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
berbagai
sumber
kegiatan
yang
ada
melalui
Dengan
membiasakan melakukan kegiatan belajar mandiri, PB memiliki pengetahuan dan keterampilan baru menuju perbaikan guna menjadikan PB yang lebih profesional. Sedangkan prinsip-prinsip yang dilakukan pada kegiatan belajar mandiri tentunya tetap mengacu kepada keberpihakan pada tugas pokok PB.
129
manusia, (2) moral; hal-hal yang berkaitan Pamong
Belajar
Sebagai
Tenaga
Pendidik Pendidikan Nonformal Pendidik tidak cukup hanya diartikan berdasarkan konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, akan tetapi harus juga
dipelajari
keterkaitannya
dengan
kualitas dan makna pendidikan, proses dan sarana,
serta
strategi
pelaksanaan
pendidikan itu dalam melayani kebutuhan masyarakat dan lingkungan, khususnya peserta didik. Pelayanan
pendidikan
kepada
masyarakat tidak cukup hanya melalui jalur formal saja, akan tetapi juga melalui nonformal dan informal. Oleh sebab itu seorang educatonist yang dalam hal ini PB harus benar-benar mengetahui istilah “one well versed in educational theory and
dengan ajaran
baik buruk mengenai
perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesuliaan, (3) fisik;
hal-hal yang
berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara liaría, dan (4) artistik; yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Peran PB dalam melaksanakan tugas pemimpin pendidikan, akan menghadapi sasaran internal dan eksternal. Internal terpokus pada rekan sesama PB, pegawai adminstrasi dan peserta didik atau warga belajar di SKB, sedangkan secara eksternal berkaitan dengan lingkungan masyarakat umum.
method; profesional educador”. Seorang
Rasional
PB selain harus profesional seperti dalam
Guna Peningkatan Profesionalisme
merancang dan melaksanakan program
Program Pengembangan
Alasan mendasar
perlu dilakukan
pendidikan, juga bisa menjadi pemimpin
pengembangan bagi PB melalui belajar
baik bagi dirinya sendiri maupun sebagai
mandiri adalah karena secara umum PB
pemimpin
yang
pendidikan
di
masyarakat.
ada
di
SKB
masih
memiliki
Sebagai pemimpin pendidikan PB harus
kompetensi yang rendah, terutama bila
mampu menanamkan, memajukan dan
dilihat dari sisi ranah kognitif
meningkatkan paling sedikit empat macam
psikomotor yang berkaitan dengan bidang
nilai, sebagaimana diungkapkan Sumidjo
tugasnya. Sementara kesempatan untuk
(1999) yaitu ; (1) mental; hal-hal yang
belajar melalui program
berkaitan dengan sikap batin dan watak
pemerintah
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
seperti
dan
yang diberikan pelatihan
yang
130
berkaitan dengan bidang tugas PB masih
(ayat 2) dan pasal 42. (ayat 1) Undang-
sangat terbatas. Disisi lain seiring dengan
undang R.I nomor 20 tahun 2003, tentang
tuntutan perkembangan zaman yang turut
Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu
mempengaruhi
dan
syarat inovasi yang dikembangkan adalah
perubahan kebutuhan di berbagai lapisan
benar secara konseptual (conceptually
masyarakat membuat PB untuk ikut terus
correct).
dapat
perkembangan
menyesuaikan
dengan
perkembangan yang ada. Kegiatan ini
Maksud Pengembangan PB melalui
dilakukan tanpa harus menunggu untuk
belajar mandiri
diberikan berbagai program pendidikan maupun pelatihan dari pemerintah dulu baru dapat berbuat. Dari kenyataan ini kiranya perlu dicari inovasi kegiatan pembelajaran yang efektif guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi para PB, sementara aktivitas mereka dalam bekerja di SKB tidak tergangu. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengejar ketertinggalan itu adalah dengan dilakukannya kegiatan pengembangan melalui belajar mandiri. Peluang melakukan kegiatan inovasi melalui
pengembangan
guna
meningkatkan profesionalisme PB ini tidak mendapatkan kesulitan karena adanya dukungan
berupa
(konstitusional).
landasan
Dukungan
hukum
pemerintah
yang diberikan melalui landasan hukum dan
berkaitan
dengan
pengembangan
tersebut diantaranya adalah isi pasal 26
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan
bahwa
yang
dimaksud
pengembangan SDM guna meningkatkan profesionlisme PB SKB melalu belajar mandiri adalah suatu inovasi pendidikan yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kualifikasi para PB sesuai tuntutan tugas dengan
tanpa
harus
meninggalkan
pekerjaannya. Pengertian pengembangan bagi PB ini dapat dikatakan sebagai program
dalam
jabatan
(in-service).
Artinya program ini tidak berlaku bagi PB dalam status yang sedang tidak aktif mejalankan tugas. Peningkatan
profesionalisme
PB
melalui belajar mandiri ditandai dengan ciri-ciri: (1) tidak menitikberatkan pada kegiatan tatap muka, tetapi pada belajar mandiri dalam bentuk tugas-tugas yang diintregasikan dengan tugas keseharian di SKB,
(2)
menerapkan
pendekatan
”collaborative action research” yaitu
131
mensinergikan antara teori ke dalam
pembahasan tentang suatu kegiatan belajar
praktek pelaksanakan tugas, (3) sumber
tertentu, PB diharapkan dapat menjadi
penilaian dipeoleh dari
pebelajar mandiri.
hasil kerja
berdasarkan bukti fisik yang ada, dan (4)
Dengan demikian dapat disimpulkan
teman sejawat dan kepala SKB merupakan
bahwa kegiatan belajar mandiri yang telah
salah satu sumber dan mitra belajar.
dilakukan PB, jelas bukan
saja sebagai
proses (metode), akan tetapi lebih jauh lagi Belajar mandiri sebagai proses dan
sebagai produk (tujuan).
produk Kegiatan
belajar
mandiri
yang
dikembangkan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai proses (metode) dan sebagai produk (tujuan). Pernyataan ini sejalan dengan yang diungkapkan Candy (1975), bahwa belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses maupun produk. Artinya belajar mandiri dapat dipandang sebagai metode atau tujuan. Belajar (metode),
mandiri
mengandung
sebagai
proses
makna
bahwa
belajar mandiri digunakan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan dimana PB
sebagai
pebelajar
diberikan
kemandirian yang relatif lebih besar dalam menentukan beberapa aspek seperti dalam peran, inisiatip dan pengambilan keputusan tentang hal-hal yang ingin dipelajari sesuai tugas pokoknya. Belajar (tujuan), setelah
mandiri sebagai produk
mengandung mengikuti
makna atau
bahwa
melakukan
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
Dengan diterapkan konsep belajar mandiri, PB diberi kebebasan untuk belajar yang seluas luasnya tanpa harus terikat dengan waktu dan tempat. Pernyataan ini cukup beralasan, karena di dalam kegiatan belajar
mandiri,
selalu
menekankan
pendekatan yang memperluas pengalaman PB untuk memperoleh pengetahuan dan mengontrol
segala
kelemahan
dan
kekuatan (melakukan intropeksi) terhadap dirinya. Proses kegiatan belajar mandiri selalu dikaitkan dengan masalah-masalah dan kebutuhan PB dalam melaksanakan tugas
pokoknya
pemecahannya.
serta
menemukan
Dalam
aplikasinya,
peningkatan profesionalisme PB melalui program pegembangan belajar mandiri diawali dengan mencari permasalahan atau kebutuhan yang dianggap paling mendesak untuk dipecahkan. Langkah berikutnya mencari solusi jalan pemecahan baik secara
sendiri-sendiri
maupun
132
berkelompok, baik dengan mencarai atau
yang dicanangkan pemerintah (Gerakan
mendayangkan sumber
Peningkatan
belajar msupun
Mutu
Pendidikan”
pada
tanpa sumber belajar. Sumber belajar dapat
tanggal 2 Mei 2002), (2)
mengembangkan
berbagai program dan peningkatan kualitas
kepemimpinan
partisipatif
dan
secara
mengalihkan
tanggung
sosialisasi
bertahap
pendidikan, terjalinnya kerja sama dengan
belajar
berbagai instansi terkait dalam pelaksanaan
kepada kelompok. Kegiatan ini didukung
program pendidikan, (3) tetap terjaganya
oleh pengembangan proses dan hubungan-
budaya gotong royong dan kekeluargaan,
hubungan
potensi SDM PB,
jawab
demokratis,
yang
dalam
pembelajarannya juga mengintegrasikan proses
replektif
dan
tindakan,
organisasi formal, informal dan profesi.
serta 2) Faktor Kelemahan dan Tantangan
menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan
rasa
percaya
diri
PB.(Trisnamansyah,1993). Faktor-Faktor
Pendukung observasi
dokumentasi
Faktor penghambat (kelemahan dan tantangan) dalam upaya meningkatkan profesionalisme
dan
PB
dan
menunjukkan
studi bahwa
rendah, (2) wawasan yang masih kurang, (3)
lulusan
dari
program
diselenggarakan
pendukung
mampu bersaing, (4)
penghambat
dalam
peningkatan profesionalisme PB di SKB
dan
melalui
pelaksanaan
belajar
belajar
mandiri mencakup; (1) kebanyakan para
beberapa faktor dominan yang menjadi dan
melalui
PB masih memiliki sikap mental yang
Penghambat Belajar Mandiri Hasil
dan (4) adanya
mandiri
dapat
SKB
prasarana
masih
kurang
kurangnya sarana
pendukung
tugas,
yang
(5)
dalam
kepercayaan
masyarakat yang masih rendah terhadap
diderskripsikan sebagai berikut :
produktifitas pendidikan nonformal, dan 1) Foktor Kekuatan dan Peluang Faktor kekuatan
dan
meningkatkan
dominan peluang kualitas
yang
menjadi
dalam
upaya
pendidikan
nonformal khusunya mencakup adanya; (1)
(6) budaya birokrasi dan produktifitas kerja yang juga rendah. Peran Kepala SKB dalam Peningkatan Profesi Pamong Belajar
gerakan peningkatan kualitas pendidikan
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
133
Peran
kepala
SKB
dalam
lebih tinggi dalam rangka menunjang
melaksanakan pembinaan terhadap PB
karier
sebagai tindak lanjut dari pendidikan dan
kemampuannya, dan (4) Memberikan
atau pelatihan dalam rangka peningkatan
perhatian dan pemecahan permasalah
profesi PB dapat dideskripsikan sebagai
yang
berikut:
dengan pelaksanaan tugasnya.
1) Melakukan
pembinaan
pengembangan
kreatifitas
mandiri
guna
dihadapi
meningkatkan
para
PB
sekaitan
dan serta
motivasi terhadap PB agar mau belajar secara
dan
memenuhi
Difusi
inovasi
Peningkatan
Profesionalisme PB Temuan
hasil
pengamatan
di
kebutuhan dan tuntutan tugas yang
beberapa SKB menunjukan bahwa difusi
dibebankan kepadanya.
inovasi pada upaya pengembangan
2) Kegiatan
pengembangan
peningkatan dilakuikan
profesi dengan
Memberikan
PB cara
:
PB
guna
agar dapat menjadi lebih profesional
yang
melalui belajar mandiri terjadi pada diri
(1)
perorangan atau individu-individu PB.
masukan-masukan
Saluran
komunikasi
yang
digunakan
dengan
selama proses difusi inovasi adalah melalui
pelaksanaan tugasnya dalam proses
saluran komunikasi antar pribadi dalam
pembelajaran,(2) menciptakan suatu
bentuk pertemuan, diskusi, kunjungan dan
iklim
seminal.
kepada
PB
yang
sekaitan
kondusif
sehingga
memungkinkan PB dapat bekerjasama
Tahapan keputusan adopsi difusi
untuk
inovasi oleh PB sejalan dengan pernyataan
memecahkan berbagai permasalahan
Rogers (1984) yang menjelaskan bahwa
yang dihadapi dalam kaitannya dengan
tahap keputusan adopsi inovasi terjadi
peningkatan kualitas pelayanan dan
dalam lima tahap, yaitu : (1) tahap
pendidikan kepada masyarakat. (3)
pencanangan, (2) tahap pencocokan, (3)
memberikan kesempatan yang seluas
tahap redefinisi/restrukturisasi, (4) tahap
luasnya
dengan
sesama
rekan
PB
kepada
para
PB
untuk
klarifikasi, dan (5) tahap rutinisasi. Hasil
mengembangkan
atau
melanjutkan
temuan di lapangan menunjukkan bahwa
pendidikan formalnya ke jenjang yang
sebenarnya proses difusi inovasi terjadi
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
134
pada diri PB melalui proses belajar yang
dilakukan
dilakukan
khusus untuk : (1)
secara
mandiri
baik
dari
dengan
menentukan
waktu
Membahas buku
lembaga terkait seperti BPPNFI, maupun
pedoman
perorangan seperti dari sesama PB, para
pokok dan rincian tugas berdasarkan
instruktur
melaksanakan
Kepmenkowasbangpan No. 25/Kep/MK.
kegiatan pembelajaran di SKB seperti
Waspan/6/1999. (2) Membahas tentang
salon kecantikan, perbengkelan, kerajinan
pelaksanaan jenis program pengajaran,
dan
juga
pengkajian dan pengembangan model yang
dilakukan PB melalui belajar sendiri lewat
akan dilaksanakan, (3) Membahas tentang
berbagai media seperti buku dan internet.
kompetensi
yang
lain-lain.
Di
telah
samping
itu
Tahap keputusan adopsi inovasi dari hasil
proses
melalui
belajar
mandiri
dilakukan baru sampai tahap klarifikasi
tentang
pelaksanakan
tugas
yang akan dikembangkan
sesuai jenis
keterampilan yang telah
dimiliki
guna
meningkatkan
profesionalisme PB
dan belum sampai rutinisasi. Secra rinci keputusan adopsi inovasi dapat dijelaskan
3) Tahap Redefinisi/Restrukturisasi;
sebagai berikut :
Redefinisi/Restukturisasi dilakukan dengan
cara
melakukan
kegiatan
pertemuan baik anatra sesama pamong,
1) Tahap Perancangan: Perancangan yang dilakukan PB
dengan para tutor yang bertugas di PKBM
didorong oleh adanya kebutuhan tentang
binaan SKB, maupun dengan instansi
adopsi inovasi pendidikan yang dapat
terkait.
mebantu PB yang sudah melaksanakan
tentang penysusunan bahan ajar, penulisan
tugas tapi masih ada yang belum mampu
karya
baik
pengembangan
menyusun,
melaksanakan
dan
Materi tulis
pertemuan
membahas
ilmiah/pengklajian
dan
model
serta
melakukan kegiatan belajar mengajar,
pengakreditasiannya. Kegiatan pertemuan
melakukan pengkajian dan pengembangan
dilakukan secara mitin dan terjadwal.
model pendidikan. 4) Tahap Klarifikasi; 2) Tahap Pencocokan; Upaya pencocokan kebutuhan akan model pendidikan alternatif yang inovatif
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
Klarifikasi dilakukan dengan cara melakukan uji coba. Kegiatan uji
135
coba yang dilakukan PB meliputi ; (1)
melakukan
penulisan karya tulis ilmiah yang
penyediaan fasilitas belajar bagi PB.
sekaligus
dipergunakan
kegiatan
motivasi
dan
untuk
Peningkatan profesionalisme melalui
mengikuti kegiatan lomba penulisan
program Pengembangan dengan belajar
karya ilmiah tingkat daerah maupun
mandiri, bertujuan untuk meningkatkan
tingkat nasional yang diselenggarakan
kreatifitas PB dan mencegah terjadinya
oleh BPPNFI wilayah regional I
perasaan patah semangat dan rasa tidak
Medan. (2) Pembentukan kelompok-
berdaya. Kegiatan semacam ini, bila
kelompok
mengadaptasi
belajar
baru
sesuai
pernyataan
Srinivasan
kebutuhan masyarakat, baik melalui
(1977:25), yaitu bertujuan untuk; (1)
wadah
memperkuat kemampuan PB dalam upaya
Pusat
Kegiatan
Belajar
Masyarakat (PKBM) lama maupun
pemecahan
yang baru.
belajar sepanjang hayat, (2) melengkapi
masalah
melalui
motivasi
PB dengan berbagai pengetahuan dan kemampuan agar menjadi lebih kreatif dan produktif,
KESIMPULAN Dari uraian yang digambarkan di atas,
dan
kemampuan
(3)
PB
mengembangkan dan
memperkuat
ada dua asumsi yang perlu diperhatikan
kesadaran diri secara positif, dalam bentuk
dalam meningkatkan profesionalisme PB.
pembelajaran dan pengenalan potensi diri.
Pertama, rendahnya profesionalisme PB
Secara umum dalam meningkatkan
disebabkan oleh rendahnya kompetensi
profesionalisme
yang juga dianggap sebagai akibat dari
mandiri, ada dua hal penting yang perlu
syndrom ketikberdayaan yang melekat
dilakukan PB; (1) mengikuti pendidikan
pada diri PB itu sendiri. Kedua, rendahnya
baik formal maupun nonformal, dan (2)
profesionalisme PB yang disebabkan oleh
kegiatan pendampingan. Dengan adanya
rendahnya kompetensi itu juga dianggap
penambahan
sebagai
bentuk
tersebut, akan dapat meningkatkan atau
pengelolaan atau pembinaan terhadap PB
mengembangkan kemampuan PB menjadi
yang
profesional sehingga dapat melaksanakan
konsekuensi kurang
baik,
dari terutama
dalam
PB
perlakuan
melalui
pada
belajar
hal-hal
tugas pokoknya dengan baik. Dari kedua
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
136
hal yang direkomendasikan tersebut dapat
Pendampingan
dijelaskan sebagai berikut:
dengan aspek yang dianggap belum atau kurang
1) Pendidikan Kegiatan pendidikan bagi PB baik formal maupun nonformal merupakan
dilakukan
dipahami
sekaitan
berkenaan dengan
pelaksanaan tugas pokoknya di SKB.. Keefektifan
dari
program
tuntutan riil yang harus dipenuhi sebagai
pengembangan melalui belajar mandiri
investasi sumberdaya manusia baik dalam
bagi PB SKB, bukan saja terletak pada
jangka pendek maupun jangka panjang.
seberapa besar peningkatan pengetahuan,
Investasi
mencakup
keterampilan dan perubahan sikap yang
peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dihasilkan dari belajar mandiri, akan tetapi
serta pelaksanaan tugas pamong secara
jugamembuat PB menjadi lebih profesional
terpogram.
di bidang tugasnya.
jangka
pendek
Sedangkan
untuk
jangka
panjang mencakup pelayanan pendidikan sekolah baik formal maupun nonformal sejalan dengan pelaksanaan tugas baik di SKB maupun di masyarakat.
2) Pendampingan Kegiatan
pendampingan
juga
merupakan suatu proses belajar bagi PB. Proses pendampingan lebih ditekankan pada unsur pembinaan agar mereka dapat menjalankan aktifitasnya secara mandiri. Proses
pendampingan
bukan
berarti
ketidakpercayaan kita terhadap inisiatif yang dilakukan oleh PB dalam bekerja, tetapi secara empiris bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui bangku sekolah tidak selamanya sejalan dengan tugas yang dihadapi oleh PB.
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
KEPUSTAKAAN BPPLSP Regional III. (2004) Model Pelatihan Pamong Belajat Ahli Berbasis Kompetensi. Ungaran : (http://www.bpplsp-jateng.com/elearning) Candy, Philip C. Independen Learning ; Some Ideas from Literatura, (http://www.brookes.ac.uk/service /ocsd/2learncth/independent.html} Chaeruman, Uwes Anis. (2007).Suatu Model Pendidikan dengan Sistem Belajar Mandiri. Jakarta ; Jurnal Teknodik. Knowless, Malcolm.S. (1975). SelfDirected Learning: A Guide for learners and teachers; Chicago : Association Press. Karsidi.
(2002). Pengembangan SDM Kepala Sekolah dalam Rangka
137
Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Bandung. Tesis Pascasarjana UPI. Miarso, Yusufhadi (1996). Konsep Dasar Pengembangan Sistem Belajar Mandiri. Bandung :Makalah pada Lokakarya P3G Tertulis. Pustekom. Sistem Belajar Mandiri; Dapatkah Diterapkan dalam Pola Belajar Konvensi. (http://pustekom.depdknas.go.id/in dex.php?pilih=hal&id=84) Rogers, Everett. (1983). Diffusion of Innovation. Canada ; The Free Press of Macmillan Publishing.Co.
*Dosen Jurusan PLS FIP Unimed
138