Taufiqurrahman, Peningkatan Profesionalisme Guru
197
PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PENGEMBANGAN MODEL MGMP YANG EFEKTIF PADA ERA GLOBALISASI DI PROPINSI BENGKULU
Taufiqurrahman Abstract: The main problem in this paper is how efforts to increase the professionalism of teachers through the development of effective models of MGMP in the era of globalization in Bengkulu province? The general objective of this paper is to describe the profile increased professionalism of teachers through the development of a model MGMP. Data source is the data/ information from the Regional Office of the Ministry of Religious Affairs Sector Mapenda Bengkulu Province, Ministry of National Education of Bengkulu province, MGMP board, books, journals, articles, scientific works and scientific papers, after the data collected were analyzed by data reduction techniques, display of data and drawing conclusion/verification. The results show that the professionalism of teachers through the development of a model MGMP pretty good but not optimalin the planning, implementation, and evaluation and supervision. Therefore, thepractitioner/observer of madrasah education, especially the head, and teachers can make use of container MGMP as an effort to increase professionalism so that educational goals will be realized and improved quality of education in Indonesia. Kata Kunci: Profesionalisme guru, Pengembangan MGMP, Era globalisasi A. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan. Dapat dilihat Pada kenyataannya, bahwa mutu pendidikan Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain. Tingkat Perkembangan Manusia atau HDI 2005 menempatkan Indonesia pada urutan ke 110, di bawah Vietnam (108), Thailand (73), Malaysia (61) dan Singapura (25). Untuk bidang pendidikan MIPA, TIMSS (the Third International Mathematics and Science Study) tahun 2000 menempatkan Indonesia pada urutan ke-34 untuk Matematika, di bawah Thailand (27), Malaysia (16) dan Singapura (1) dan urutan ke-32 untuk IPA, di bawah Thailand (24), Malaysia (21) dan Singapura (2). Kondisi lain adalah prestasi literasi membaca, Indonesia menempati urutan ke-39, di bawah Thailand (32), Argentina (35) dan Hongkong (6). Rendahnya mutu pendidikan disebabkan beberapa faktor diantaranya faktor SDM. Kualitas SDM salah satunya ditentukan oleh tingkat pendidikan 197
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
198
yang diperoleh (Alberty,2002 dan Djoyonegoro,1994), jika tingkat kualitas ini rendah, maka dalam menghadapi era globalisasi (AFTA, APEC, dan sejenisnya) akan kalah bersaing dengan SDM bangsa lain, sehingga menjadi budak di negerinya sendiri. Untuk menjawab tantangan rendahnya SDM dan mutu pendidikan agar terhindar dari menjadi budak di negeri sendiri, berbagai upaya telah dilakukan seiring terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan, setiap guru dituntut meningkatkan profesionalisme guru. Dengan kata lain, setiap guru harus meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru, baik kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial maupun profesional. Dengan kompetensi ini guru diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik serta mampu mengembangkan profesinya. (Tilaar, 2002) mengemukakan bahwa profesi guru bukanlah merupakan profesi yang sudah jadi. Guru perlu secara terus menerus mengubah diri karena pengalaman mendidik bukan merupakan pengalaman rutin. Guru merupakan pelaku dalam tindakan pedagogis, karena pedagogis dalam kehidupan terus menerus berubah, profesionalisme guru akan terus berubah. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang telekomunikasi dan informasi telah membuka peluang baru bagi strategi pengembangan pendidikan agama Islam, Dengan semakin maraknya internet, maka semakin memudahkan guru dan para pengelola pendidikan agama Islam (ustadz/kyai) untuk dapat mengakses literatur-literatur dan sumber-sumber pengetahuan dari seluruh penjuru dunia, sehingga mereka dapat dengan mudah memperluas dan memperdalam keilmuannya. Di samping itu, mereka juga dapat dengan mudah dan cepat mengadopsi strategi-strategi pembelajaran yang digunakan di lembaga-lembaga pendidikan dari berbagai negara. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang komputer juga memungkinkan para pendidik (guru agama Islam) untuk mengembangkan pola dan strategi pembelajarannya menggunakan media program-program komputer. Salah satu contoh konkrit adalah guru dapat merangkum materi pembelajaran yang diambil dari berbagai literatur dan
Taufiqurrahman, Peningkatan Profesionalisme Guru
199
berbagai sumber (televisi, internet, dan sebagainya), kemudian materi tersebut di susun dalam program khusus (misal: power point). Dengan demikian, dalam proses pembelajaran guru tinggal menayangkannya melalui proyektor (LCD) dan memberikan sedikit penjelasan. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menayangkan CD-CD pembelajaran yang sudah tersedia (haji & umroh, digital Al Qur'an, dan sebagainya) atau bahkan dengan CD buatan sendiri (shooting dengan handycamp) dengan setting dan materi yang sudah disesuaikan dengan pokok bahasannya. Dengan strategi tersebut, materi pelajaran dapat disampaikan secara kontekstual dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih tertarik (tidak bosan) untuk memperhatikan materi pembelajaran dan pada gilirannya akan menumbuhkan motivasi pada diri siswa untuk aktif mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Sementara itu, di bidang perkembangan kurikulum pendidikan nasional, penggunaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006 yang merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, juga memberikan peluang kepada guru untuk merekonstruksi strategi pengembangan pendidikan agama Islam. Peluang itu dapat dilihat pada prinsip-prinsip pengembangan dari kurikulum tersebut, yaitu : a) berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, b) beragam dan terpadu, c) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, d) relevan dengan kebutuhan kehidupan, e) menyeluruh dan berkesinambungan, f) belajar sepanjang hayat, dan g) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di atas, setiap satuan pendidikan memiliki kesempatan untuk mengarahkan dan mendisain program pembelajaran menuju kepada terbentuknya pribadi siswa yang utuh, termasuk di dalamnya adalah program pendidikan agama Islam. Di era globalisasi saat ini, pendidikan agama Islam dapat diarahkan kepada bagaimana mendidik para siswa (generasi muda Islam) agar mereka dapat menjadi orang modern di zamannya (tidak kalah dalam persaingan) tetapi memiliki rasa keimanan, ketakwaan, dan akhlak yang mulia. Berkaitan dengan hal tersebut di atas
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
200
tantangan yang dihadapi oleh para pendidik dalam mengembangkan Pendidikan Agama Islam di abad informasi dan globalisasi ini adalah "mampukah para pengelola pendidikan agama Islam memanfaatkan peluang yang telah diutarakan di depan?". dan "mampukah mereka mengatasi kendalakendala yang selama ini melilit proses pengembangan pendidikan agama Islam?" Selama ini, kendala-kendala yang masih melilit pada proses pengembangan pendidikan agama Islam antara lain adalah; (1) minimnya, sarana prasarana, literatur, sumber, dan media pembelajaran yang tersedia di setiap tingkat satuan pendidikan; (2) perubahan orientasi dan aspirasi masyarakat terhadap pentingnya pendidikan agama Islam sebagai akibat dari derasnya arus globalisasi; dan (3) rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) para pengelola pendidikan (khususnya guru). yang meliputi beberapa aspek, yaitu; (a) aspek keluasan dan kedalaman pengetahuan ilmu agama; (b) aspek penguasaan terhadap metodologi dan teknik penyampaian materi; (c) aspek penguasaan terhadap pengetahuan umum dan teknologi; dan (d) aspek keteladanan dan penghayatan terhadap ajaran agama. Untuk dapat mengatasi kendala-kendala tersebut, maka para guru agama Islam di zaman ini dituntut untuk memiliki kompetensi dan kualifikasi keilmuan dengan ciri-ciri sebagai berikut; a). Menguasai ilmu agama Islam secara luas dan mendalam serta menguasai perbedaan-perbedaan paham yang pernah ada di kalangan umat Islam mengenai berbagai masalah (politik, budaya, agama, dan sebagainya); b) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga dapat dijadikan teladan perilaku bagi siswa dan orang lain yang mengikutinya; c) Berwawasan global serta menguasai bahasa asing (arab & Inggris) agar memudahkan dalam memperluas wawasan keilmuannya dan selalu mengikuti perkembangan dunia; d) Mengikuti perkembangan dan kemajuan iptek sehingga dapat berkomunikasi secara lancar dengan warga masyarakat yang kini sudah terbiasa hidup sehari-hari dengan iptek; e) Menguasai ilmu berkomunikasi dan pengetahuan tentang strategi-strategi pembelajaran yang diperlukan untuk menyampaikan materi pembelajaran (CTL, PAKEM, dan sebagainya).
Taufiqurrahman, Peningkatan Profesionalisme Guru
201
Berdasarkan hal tersebut Program utama yang mendesak untuk dilaksanakan untuk peningkatan mutu pendidikan adalah perubahan pada proses pembelajaran di kelas. Perubahan tersebut akan sulit terwujud tanpa adanya peningkatan profesionalisme guru, karena guru memegang peranan penting dalam proses pendidikan, dengan rasio semakin tinggi profesionalisme guru diduga akan semakin tinggi mutu pembelajaran, semakin tinggi mutu pembelajaran akan semakin tinggi mutu pendidikan. Salah satu upaya yang perlu ditumbuh kembangkan untuk mengembangkan profesi tersebut adalah pembentukan gugus sekolah. Pada prinsipnya gugus sekolah adalah wadah sekelompok guru bidang tertentu dari wilayah tertentu. Misalnya tingkat kabupaten/kota sebagai tempat membicarakan dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi bersama. Misalnya para guru PAI membentuk kelompok guru PAI. Selanjutnya anggota kelompok tadi diharapkan mampu melakukan pembinaan profesional di sekolah masing-masing. Di SMP, SMA dikenal dengan istilah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sedangkan di SMK dikenal dengan istilah Musyawarah Guru Mata Diklat (MGMD). Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wadah yang cocok untuk pemberdayaan guru. MGMP adalah forum guru mata pelajaran yang berada pada tingkat kabupaten/kota/ kecamatan/madrasah. Menurut Direktorat Jenderal PAIS RI. (2009) Bahwa: Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI pada Sekolah Menengah Pertama disingkat MGMP PAI SMP dan pada Sekolah Menengah Atas disingkat MGMP PAI SMA/SMK adalah wadah kegiatan profesional bagi guru PAI SMP, SMA/SMK di tingkat Kabupaten yang terdiri dari sejumlah guru PAI dari sejumlah sekolah. Maksudnya adalah Anggotanya semua guru mata pelajara yang bersatus PNS dan non PNS sesuai dengan Dirjend Pendis RI. (2009). Sasaran MGMP adalah Guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah SMP, SMA/SMK. Berasal dari semua sekolah baik yang negeri maupun swasta. MGMP sebagai wadah profesi guru prinsip kerjanya dari, oleh, dan untuk guru. MGMP merupakan jaringan komunikasi profesi
yang dapat
dimanfaatkan untuk guru dalam mengembangkan profesinya. Melalui MGMP para guru dapat meningkatkan profesionalismenya dengan berdiskusi dan
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
202
mempraktekkan penyusunan program tahunan (prota), program semester (promes), analisis materi pelajaran, program satuan pengajaran, metode pembelajaran, alat evaluasi, bahan ajar, pembuatan dan pemanfaatan media pengajaran, berbagai masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran juga dapat ditangani dalam forum ini. MGMP sebagai tempat untuk meningkatkan profesionalisme guru, perlu dikelola oleh pengurus yang profesional. Pengurus profesonal adalah pengurus yang mengetahui dan mempraktekkan prinsip-prinsip manajemen. Dalam lingkup MGMP PAI SMP, SMA/SMK di Propinsi Bengkulu, pengurusnya
harus
mampu
berperan
sebagai
perencana
kegiatan,
pengorganisasian kegiatan, pemimpin kegiatan dan pengendalian kegiatan. MGMP PAI SMA/SMK dibentuk oleh para guru pendidikan agama Islam yang bertugas di lembaga pendidikan tingkat menengah atas baik negeri maupun swasta pada tahun 2003. lembaga tersebut berada dibawah naungan, Kementerian Agama, kepala sekolah dan Yayasan-yayasan sekolah. Dengan demikian peningkatan profesionalisme guru harus terus diupayakan sebagai akibat adanya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari mengajar (teaching) menjadi belajar (learning) dan dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran yang didominasi oleh kegiatan mengajar dengan peran guru mendominasi proses pembelajaran ternyata tidak efektif sebagai upaya peningkatan mutu (Depdiknas, 2003). Berdasarkan pemikiran di atas, maka dipandang perlu melaksanakan penelitian mengenai peningkatan profesionalisme guru melalui pengembangan model MGMP yang efektif pada era globalisasi di Propinsi Bengkulu. B. DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Peningkatan Profesionalisme Guru PAI Melalui Pengembangan MGMP Tulisan
ini
mengungkapkan
hasil
penelitian
peningkatan
Profesionalisme Guru PAI Melalui Pengembangan Model MGMP yang Efektif Pada Era Globalisasi di Provinsi Bengkulu, dengan contoh kasus pada 9 (Sembilan) wilayah kabupaten dan Kota. Dan peta mutu yang ditampilkan
Taufiqurrahman, Peningkatan Profesionalisme Guru
203
dalam tulisan ini adalah MGMP PAI SMA Kota Bengkulu, berikut ini adalah hasil yang ditemukan berdasarkan pemantauan di lapangan,
melalui cara;
dokumentasi, wawancara (interview), pengamatan, Serta buku-buku, artikel, juga tulisan- tulisan ilmiah. 2. Kepengurusan MGMP PAI SMA Kota Bengkulu Menurut informan yang kami terima bahwa Musyawarah Guru Mata Pelajaran PAI (MGMP) telah terbentuk mulai tanggal 7 Maret 2003, dan periode 2007-2010 dengan susunan kepengurusan sebagai berikut; 1)Ketua : Drs. Nur Alwi (GPAI SMAN 5 Kota Bengkulu); 2) Wakil Ketua: Tutu Halawiyah,S.Pd.i (GPAI SMAN 2 Kota Bengkulu); 3) Sekretaris: Ermen Fanseri, S.Ag (GPAI SMA Pembangunan); 4) Bendahara: Dra. Nienuk Samini (GPAI SMAN 3 Kota Bengkulu); 5) Bid. Humas: M.Mukti,S.Ag (GPAI SMAN 3 Kota Bengkulu); 6) Bid. Keorganisasian: Drs. Imlan Hartono (GPAI SMAN 6 Kota Bengkulu); 7) Bid. Pemberdayaan dan Usaha: Dra. Yenita(GPAI SMAN 6 Kota Bengkulu); 8) Bid. Bina Program: Julisman, S.Ag (GPAI SMAN 5 Kota Bengkulu); 9) Bid.Sosial: Dra.WS.Hadiastuti (GPAI SMAN 8 Kota Bengkulu). 3. Visi, Misi, dan Program MGMP PAI Semenjak terbentuk kepengurusan MGMP pada bulan September 2003 segenap pengurus telah bertekad untuk melakukan pembaharuan dan perubahan-perubahan seiring dengan persoalan-persoalan yang sedang dihadapi. Supaya kerja pengurus bisa terarah pada peningkatan peran, fungsi, serta tujuan MGMP maka langkah awal yang ditempuh adalah dengan menyusun program kerja, merumuskan visi dan misi MGMP GPAI SMA/SMK. 4. Pelaksanaan Program Kerja Dari program kerja yang telah disusun secara garis besar diatas kemudian dijabarkan dan dirinci secara jelas sehingga lebih mudah dalam melaksanakannya. Adapun program kerja yang telah dilaksanakan oleh pengurus diantaranya; pertama, Melengkapi dan menertibkan administrasi
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
204
MGMP. Menyadari pentingnya tertib administrasi maka semua yang terkait dengan
instrument
kelengkapan
MGMP
senantiasa
dibukukan
dan
dikumpulkan sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan bisa tersedia dengan mudah; kedua, Pertemuan pengurus Secara rutin pengurus bertemu setiap bulan satu kali. Untuk menumbuhkan nuansa kekeluargaan dan kebersamaan maka tempat pertemuannya bergilir secara bergantian. Disamping pertemuan rutin pertemuan secara insidental sering diadakan dengan memperhatikan dan mengingat alasan serta persoalan yang dihadapi. Bahkan pertemuan insidental ini jauh lebih banyak dibandingkan pertemuan rutin; ketiga, Pertemuan GPAI diprogramkan setiap 1 (satu)
bulan sekali. Idealnya pertemuan yang
melibatkan semua GPAI semestinya berlangsung setiap minggu satu kali sebagaimana MGMP mapel yang lain. Hal ini perlu mendapat perhatian semua guru mengingat banyak informasi penting yang harus segera diketahui oleh guru secara cepat; keempat, Penggalian dana. Untuk sumber dana kegiatan yang telah bisa dilakukan selama ini adalah dengan melalui beberapa cara; a) Bantuan dari Depag. Dana ini terutama digunakan untuk peningkatan kualitas GPAI; b) Dari anggota pengurus MGMP. Dana ini diwujudkan berupa biaya pertemuan rutin khususnya fasilitas tempat dan konsumsi; c) Dari GPAI. Selama ini yang bersumber dari GPAI masih berupa dana insidental ketika ada acara workshop atau diklat. Sedangkan yang berupa iuran rutin belum bisa berjalan, padahal dana ini telah dianggarkan oleh tiap sekolah yang dialokasikan untuk kegiatan MGMP setiap guru mata pelajaran termasuk PAI; d) Keuntungan hasil penjualan perangkat pembelajaran dan LKS. Dana ini sebetulnya cukup besar dan sangat membantu kegiatan MGMP. Namun pengumpulannya tidak bisa lancar karena masih banyak uang yang menunggak dan belum dibayarkan oleh para pemakai. Disamping itu masih juga banyak LKS yang belum bisa terdistribusikan karena kurang lancarnya pemasaran dan pemahaman yang sama dari semua GPAI; e) SMA yang dijadikan tempat pertemuan. Setiap pertemuan GPAI yang menempati suatu sekolah selalu diberikan bantuan oleh Kepala Sekolah yang ketempatan. Bantuan yang diberikan berupa fasilitas, serta akomudasi lainnya sehingga pertemuan dapat berlangsung dengan baik dan lancar; f) Sponsorship. Ada dana yang bersumber
Taufiqurrahman, Peningkatan Profesionalisme Guru
205
dari sponsor yang tidak mengikat yang bekerjasama dengan MGMP untuk mengadakan beberapa kegiatan. Diantara yang telah bekerjasama adalah dari penerbit Ganeca Exact; g) Pemda Kabupaten Bengkulu. Dana dari pemda ini bisa didapatkan ketika MGMP akan mengadakan suatu kegiatan kemudian mengajukan proposal untuk memohon bantuan dana. Biasanya jika kegiatan itu dipandang penting dan layak, maka pemda Kota Bengkulu akan memberikan bantuan dana; kelima, Kerjasama dengan MKKS. Hubungan MGMP dengan MKKS terjalin dengan baik sehingga ketika MKKS ada program-program tentang peningkatan mutu, maka MGMP PAI selalu diikut sertakan. Setiap ada ulangan akhir semester bersama yang diselenggarakan satu tahun sekali, mata pelajaran PAI selalu diikut sertakan untuk dipersiapkan dan digandakan seperti mata
pelajaran
yang
lain;
keenam,
Penyusunan
administrasi
pembelajaranSetiap awal tahun pembelajaran, MGMP telah mempersiapkan perangkat pembelajaran yang berupa; program tahunan, program semester, perhitungan waktu, RPP, model penilaian, program perbaikan dan pengayaan, dan lain-lain yang bisa digunakan oleh GPAI dengan mengganti ongkos cetak; ketujuh, Penyusunan soal akhir semester, setiap akhir semester MGMP telah menyiapkan perangkat soal untuk ulangan akhir semester. Untuk semester 1 perangkat soal dipersiapkan oleh MGMP kemudian disetorkan ke MKKS yang kemudian digunakan untuk soal ulangan umum bersama siswa SMA se Kota Bengkulu. Sedangkan untuk soal semester 2 soal juga telah dipersiapkan oleh MGMP namun secara suka rela jika GPAI menginginkan untuk bisa menggunakan tinggal pesan kepada pengurus dan akan segera diberikan dengan mengganti ongkos cetak; kedelapan, Penyusunan soal UN. Soal yang akan digunakan untuk UN juga telah dipersiapkan oleh MGMP. Bagi GPAI yang menginginkan juga bisa menggunakannya dengan mengganti ongkos cetak; kesembilan,
Pembuatan CD pembelajaran. Mengingat pentingnya
GPAI dalam melaksakan tugasnya dengan dibantu media yang tepat yang memudahkan ia dalam melaksanakan tugasnya, maka MGMP memfasilitasi dengan menyediakan CD pembelajaran yang bisa digunakan oleh semua GPAI dengan mengganti ongkos cetak; kesepuluh, Penyusunan LKS Dengan tekat dan semangat yang tinggi segenap pengurus untuk berbuat yang terbaik dalam
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
206
mengembangkan profesionalismenya sebagai GPAI sekaligus pengurus MGMP, maka disusunlah LKS yang dirancang berdasar kurikulum KTSP dan disesuaikan dengan kondisi Kota Bengkulu. Dengan dasar pemikiran untuk menampilkan pegangan siswa dengan biaya yang relative murah dan terjangkau serta bisa digunakan dengan praktis oleh setiap siswa dalam belajar, maka disusunlah LKS; kesebelas, Workshop pengembangan profesi guru Workshop ini telah diselenggarakan satu kali dengan peserta seluruh GPAI SMA sebagai peserta utama dan juga mengundang guru-guru SMK untuk ikut serta sebagai peserta workshop. Pada workshop ini juga disampaikan tentang sertifikasi guru dan kebijakan pendidikan agama pada sekolah; keduabelas, Diklat penelitian tindakan kelas dan multi media pembelajaran. 5.
Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama, Upaya-upaya yang
dilakukan oleh Sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam adalah; a) mengikuti forum Musayawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI; b) kepala sekolah dan pembina lainnya melakukan percakapan pribadi
dengan
guru
agama
ketika menemukan masalah dalam proses
belajar mengajar; c) kepala sekolah dan pengawas Guru Agama Islam melakukan supervisi pengajaran bagi guru; d) guru-guru agama Islam diikutsertakan dalam penataran dan pelatihan untuk menambah kecakapan dan ketrampilan dalam mengajar; e) melakukan studi banding ke beberapa lembaga pendidikan yang dipandang lebih maju; f) memberikan peluang mengingikuti pertukan guru PAI tingkat nasional; g) memotivasi guru untuk ikut program pendidikan sarjana untuk guru-guru agama yang belum memenuhi kualifikasi atau masih berijasah diploma dua; h) memotivasi guru membuat karya ilmiah; Kedua, Problematika yang dihadapi dalam upaya peningkatan profesionalisme guru PAI di Kota Bengkulu adalah: a) waktu untuk mengikuti forum-forum guru dan penataran bersamaan dengan jam mengajar; b) sifat kemalasan yang terdapat dalam diri seorang guru yang merupakan watak bawaan;
c)
pendanaan yang dimiliki oleh sekolah yang kurang untuk mendanai pelatihan
Taufiqurrahman, Peningkatan Profesionalisme Guru
207
atau penataran; d) adanya guru yang merasa tidak perlu dievaluasi karena sudah lama mengajar dan tahu seluk beluk seorang guru yang baik; Ketiga, Solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah; 1) dengan pendekatan yang kolaboratif yaitu Collaborative Action Research (CAR) yaitu bentuk penelitian refleksi diri secara kolektif yang memungkinkan terjadinya perbaikan praktek sosial dan praktek pendidikan secara wajar; 2) Problem Solving (pemecahan masalah); 3) Self Evaluation yaitu dengan mengevaluasi diri sendiri; 4) pemberian penghargaan dari kepala sekolah. 6.
Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru. Guru atau pendidik merupakan tenaga profesional, sesuai UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berdasarkan undang-undang tersebut dapat dipahami bahwa kualitas SDM yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia di masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas SDM tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, oleh karena itu, guru mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis. Pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai misi (UU No. 14 Tahun 2005) sebagai berikut: 1) mengangkat martabat guru dan dosen; 2) menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen; 3) meningkatkan kompetensi guru dan dosen; 4) memajukan profesi serta karier guru dan dosen; 5) meningkatkan mutu pembelajaran; 6) meningkatkan mutu pendidikan nasional; 7) mengurangi kesenjangan ketersidaan guru dan dosen antar daerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi; 8) mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah; dan 9) meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. Untuk meningkatkan penghargaan terhadap tugas guru dan dosen, kedudukan guru dan dosen pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi perlu dikukuhkan dengan pemberian sertifikasi pendidik. Sertifikat tersebut merupakan pengakuan atas kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Dalam melaksanakan tugasnya, guru dan
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
208
dosen harus memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sehingga
memiliki
kesempatan
untuk
meningkatkan
kemampuan
profesinalisme. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Mereka harus; (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism; (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya; (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus; (4) mematuhi kode etik profesi; (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan perlindungan
profesinya
hukum dalam
secara
berkelanjutan;
(8)
memperoleh
melaksanakan tugas profesionalnya; dan (9)
memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru dan Dosen). Pada prinsipnya profesionalisme guru adalah guru yang dapat menjalankan tugasnya secara profesional yang memiliki ciri-ciri antara lain ahli di bidang teori dan praktik keguruan. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan dan ahli mengajarnya. Dengan demikian guru yang profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik, sesuai dengan Sutisna (1992) misi profesional disimpulkan kedalam tiga dimensi utama, yaitu; 1) kepribadian guru; 2) penguasaan ilmu yang diajarkan; dan 3) keterampilan mengajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme GPAI SMA di Kota Bengkulu dapat dikatakan sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal seperti: pertama, adanya komitmen dari para guru pada pekerjaannya dengan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri sebagai guru Pendidikan Agama Islam; Kedua, menguasai secara mendalam bahan atau materi yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa; Ketiga,
Taufiqurrahman, Peningkatan Profesionalisme Guru
209
memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas; Keempat, belajar dari pengalaman dirinya maupun orang lain. Kemudian dari penelitian ini juga diketahui peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI SMA di Kota Bengkulu antara lain; a) Dalam peningkatan efektifitas pembelajaran yaitu membahas dan memilih metode PAI yang efektif dan efisien, pembahasan tentang pendalaman dan pengembangan materi PAI, menentukan dan menetapkan cara-cara evaluasi PAI, mewajibkan setiap anggota MGMP untuk membuat dan menyerahkan perangkat pembelajaran (Protan, Promes, RPP dan KKM); b) Dalam peningkatan kreatifitas dan skill (keahlian) guru PAI yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan
penggunaan
metode
dan
perangkat
pembelajaran,
menyusun bahan ajar untuk siswa dalam bentuk LKS, menyusun kisi-kisi soal ujian dan semester, membahas dan mengkaji buku PAI; c) Dalam peningkatan pengetahuan dan wawasan Pendidikan Agama Islam yaitu mengadakan in house training (IHT), mengadakan study banding di sekolah atau lembaga pendidikan yang lebih maju, mengadakan bedah buku dan seminar, mengidentifikasi masalah dan cara memecahkan masalah, menentukan cara pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan PAI di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diharapkan organisasi MGMP PAI tingkat SMA di Kota Bengkulu mendapat dukungan dan bantuan dari semua elemen masyarakat sehingga peran MGMP PAI ini dapat berjalan baik dan lancar. C. KESIMPULAN 1. Profesionalisme guru PAI SMA di Kota Bengkulu dapat dikatakan sudah cukup baik, dengan contoh kasus di Kota Bengkulu dapat dikategorikan cukup baik. Namun, di sisi lain, masih sangat memerlukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
serta pengawasan (control) terhadap
stakeholders mengingat masih rendahnya mutu pendidikan di Propinsi Bengkulu. 2. Pihak terkait yang memiliki tugas dan tanggung jawab tehadap pembinaan dan pengembangan MGMP PAI adalah Dirjen Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Kantor Wilayah
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
210
Kementerian Agama Propinsi, Kantor Kementerian Agama kab/Kota dan Pengurus MGMP. 3. Peningkatan profesionalisme guru merupakan komitmen guru dan kepala sekolah. Upaya untuk memajukan pendidikan yang berasal dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat, masyarakat, dan kepala sekolah, mengingat bahwa bila tidak didukung oleh kemitmen seluruh guru akan kurang membawa hasil secara optimal. D. Saran 1. Untuk membenahi mutu pendidikan di propinsi Bengkulu, hendaknya semua stakeholders meningkatkan manajemen (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan) pendidikan melalui MGMP PAI. 2. Kepada pihak terkait seperti Dirjen Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi, Kantor Kementerian Agama kab/Kota dan Pengurus MGMP, hendaknya meningkatkan pembinaan dan pengembangan MGMP PAI dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Propinsi Bengkulu. Penulis : H. Taufiqurrahman, SH, MAP adalah Dosen Luar Biasa di STAIN Bengkulu.
DAFTAR PUSTAKA Alberty, CN. 2002. “Community Based Schools: An Analysis To School Development”, Journal Of Educational Reserch. 8 (4). 142-156 Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Departemen Agama RI. Jakarta. Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2008. Departemen Agama RI. Jakarta. Raka Joni, T. 1982. Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Strategi Aktif dan Pembinaan Profesional Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah serta Pembinaan Lainnya. Depdikbud. Jakarta.
Taufiqurrahman, Peningkatan Profesionalisme Guru Sanjaya,
211
Wina, 2008. Kurikulum dan pembelajaran Teori dan PraktikPengembangan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP). Prenada Media Group. Bandung.
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Tera Indonesia. Jakarta Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Departemen Agama RI. Jakarta. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Agama RI. Jakarta.