PENINGKATAN PRODUKSI SALAK VARIETAS GULA PASIR (Salacca edulis) DENGAN INOVASI PEMUPUKAN PUPUK KANDANG SAPI I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jalan By Pas Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar
[email protected]
ABSTRAK Pola berbunga salak varietas Gula Pasir setiap tiga bulan sekali, namun panen umumnya dilakukan hanya dua kali yaitu panen raya dan panen gadu. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor pembatas dalam produksi tanaman, salah satunya terbatasnya unsur hara. Petani sangat jarang melakukan pemupukan sehingga mempengaruhi produktivitas dan pola panen. Kajian pemupukan organik dilakukan di Kelompok Tani Amerta Pala, Desa Pajahan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Bali sejak April 2013 sampai Mei 2014. Percobaan dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok empat ulangan, menggunakan tanaman salak umur 6-7 tahun yang telah berproduksi. Perlakuan yang diuji yaitu dosis pupuk kandang sapi : 0, 5, 10, dan 15 kg/tanaman/tahun. Parameter yang diamati adalah jumlah tandan panen per tanaman, berat tandan per tanaman, berat buah per tandan, berat buah per tanaman. Pengamatan dilakukan dengan urutan panen gadu dan sela II (Juni-Nopember), panen raya (Januari-Pebruari), serta panen sela I (Maret-Mei). Analisis usahatani dihitung pada luasan 25 are (400 pohon). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan dosis pupuk kandang sapi sampai 10 kg/tanaman meningkatkan produktivitas tanaman. Aplikasi pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap parameter komponen hasil tanaman, ditunjukkan dengan peningkatan bobot buah per tanaman sebesar masing-masing 37,66; 54,90; dan 53,68% pada pemupukan 5, 10, dan 15 kg/tanaman dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Pemupukan dengan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan hasil panen gadu dan sela II, panen raya dan panen sela I. Analisis usahatani pada skala 25 are (400 pohon) menunjukkan peningkatan dosis pupuk kandang sapi memberikan peningkatan keuntungan, namun menurunkan B/C ratio. Keuntungan per tahun meningkat dari Rp 15.072.520 (tanpa pupuk) menjadi Rp 19.317.400 (5 kg/tanaman/tahun), Rp 21.033.000 (10 kg/tanaman/tahun) dan Rp 19.501.100 (15 kg/tanaman/tahun), sedangkan B/C ratio menurun berturut-turut 6,70; 4,07; 3,12; dan 2,23. Kata kunci: salak Gula Pasir pola produksi, pemupukan organik, usahatani
PENDAHULUAN Salak varietas Gula Pasir merupakan salah satu plasma nutfah khas Bali. Wijana (1997) menyatakan salak Gula Pasir telah ditetapkan sebagai varietas unggul berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 584/Kpts/TP.240/7/94 tanggal 23 Juli 1994. Varietas ini memiliki kelebihan yaitu rasa manis yang khas namun memiliki produktivitas yang lebih rendah. Di lapangan, populasi yang paling banyak dibudidayakan adalah salak gondok karena produksinya yang tinggi sehingga salak ini sering diidentikkan dengan salak Bali. Perbedaan khas dari salak yang tumbuh di Bali adalah dari segi rasa, yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah salak varietas Bali yang mempunyai rasa daging buah manis, asam dan ada rasa sepat, sedangkan kelompok kedua adalah salak varietas Gula Pasir yang rasanya manis tanpa rasa asam dan sepat. Lebih lanjut Guntoro (2004) menyatakan salak varietas Gula Pasir lebih unggul dari segi kualitas maupun dari segi nilai ekonomi. Salak varietas Gula Pasir memiliki daging buah yang rasanya jauh lebih manis dibandingkan dengan salak Bali. Rasa manis ini sudah dapat dirasakan sejak buahnya masih muda. Salak varietas Gula Pasir berbunga secara alami setiap tiga bulan sehingga dalam satu tahun terjadi empat kali pembungaan, tetapi yang mampu menjadi buah hanya satu sampai dua kali sehingga panen
223
I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Peningkatan Produksi Salak Varietas Gula Pasir (Salacca edulis) dengan Inovasi Pemupukan Pupuk ...
buah salak Gula Pasir menjadi musiman (Rai et al., 2010). Menurut Sukewijaya et al. (2009) pola produksi salak Gula Pasir, seperti halnya salak Bali, terbagi menjadi empat musim yaitu panen raya (DesemberFebruari), musim sela I (Maret-Mei), gadu (Juni-Agustus) dan musim sela II (September-Nopember). Cahyani et al. (2013) menyatakan pola produksi dan sebaran pengembangan salak sangat dipengaruhi oleh dukungan lingkungan fisiografis seperti ketinggian tempat, tanah, curah hujan, suhu udara. Lebih lanjut Adijaya et al. (2013) menyatakan terdapat hubungan antara tandan yang terbentuk dan bunga gugur akibat pengaruh lingkungan (curah hujan). Pada bulan-bulan kering terjadi peningkatan jumlah bunga gugur sehingga berpengaruh terhadap tandan yang terbentuk. Rendahnya produktivitas dan kualitas buah disebabkan oleh praktek budidaya yang kurang memadai diantaranya petani sangat jarang yang melakukan pemupukan pada tanamannya. Hal itu berpengaruh terhadap kesuburan lahan dan produktivitas tanaman. Pemupukan yang umum dilakukan petani adalah dengan menggunakan pupuk yang berasal dari bahan organik setempat seperti pelepah maupun gulma. Laporan hasil FGD (focus group disscusion) yang dilakukan di lokasi kajian Desa Pajahan, Kecamatan Pupuan, Tabanan menyatakan salak varietas Gula Pasir umur 6-7 tahun rata-rata hanya mampu menghasilkan maksimal enam kg per pohon per tahun, padahal potensinya dapat mencapai 10 kg per pohon per tahun. Oleh karena itu, diperlukan inovasi pemupukan organik untuk meningkatkan produktivitasnya. BAHAN DAN METODE Kajian dilaksanakan di salah satu anggota Kelompok Tani Amerta Pala, Desa Pajahan, Kecamatan Pupuan, Tabanan Bali sejak April 2013 sampai Mei 2014. Kajian dilakukan di kebun salak Gula Pasir monokultur umur 6-7 tahun yang telah berproduksi dengan populasi kurang lebih 400 pohon (jarak tanam 2,0 m x 2,0 m). Percobaan dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok, empat ulangan dengan satuan percobaan 10 tanaman/plot. Inovasi yang diuji adalah dosis pupuk kandang sapi yaitu 0, 5, 10, dan 15 kg/tanaman/tahun. Pupuk diaplikasikan dua kali yaitu pada awal bulan April dan awal bulan Oktober masing-masing ½ dosis dan ditempatkan satu meter dari pangkal batang. Hasil analisis pupuk kandang sapi yang digunakan pada percobaan disajikan dalam Tabel 1. Pemeliharaan meliputi penyiangan, penghilangan anakan dan pengaturan jumlah pelepah daun. Penyiangan dilakukan dengan menghilangkan gulma disekitar tanaman untuk selanjutnya dimasukkan ke rorak. Penyiangan dilaksaanakan sebelum perlakuan pemupukan organik dilakukan. Penghilangan anakan (ngodegin) dilakukan setelah panen raya dengan mencabut anakan dari batang (tidak memotong), selanjutnya dicungkil titik tumbuhnya dengan alat dari besi (alat ngodegin). Pengaturan jumlah pelepah daun dalam satu tanaman dilakukan setelah panen raya dan gadu dengan menyisakan 12-14 pelepah daun per tanaman. Hasil pangkasan dipotong untuk selanjutnya dimasukkan dalam rorak yang telah dibuat.
Tabel 1. Hasil analisis pupuk kandang sapi yang digunakan pada penelitian. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Parameter pH DHL (mmhos/cm) C-organik (%) N total (%) P tersedia (ppm) K tersedia (ppm) Kadar air kering udara
Nilai 7,90 10,00 23,75 1,78 79,64 9616,68 21,93
Keterangan Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
Keterangan: Pupuk kandang sapi dianalisis di Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
224
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik
Bogor, 18 – 19 Juni 2014
Pengamatan dilakukan setelah perlakuan pemupukan pertama pada parameter jumlah tandan panen per tanaman, bobot tandan per tanaman, bobot buah per tandan, bobot buah per tanaman dengan urutan panen gadu dan sela II (Juni-Nopember), panen raya (Januari-Februari), serta panen sela I (MaretMei). Pengamatan juga dilakukan terhadap sifat fisik tanah (bulk density, kadar air tanah dan total ruang pori) yang dilakukan enam bulan setelah perlakuan pemupukan. Formula perhitungan sifat fisik tanah seperti berikut: Berat volume tanah (bulk density) (g cm-3) Pengamatan dilakukan dengan mengambil contoh tanah di lapangan dengan menggunakan ring sampel pada kedalaman 0-10 cm. Berat volume tanah dihitung dengan rumus: -3
Berat volume tanah (g cm ) =
Berat tanah kering oven (g) 3 Volume tanah (cm )
…………..................………….....……. (1)
Kadar air tanah (%) Pengamatan kadar air tanah dilakukan dengan metode gravimetrik (Soepardi, 1979). Contoh tanah ditimbang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C sampai beratnya konstan. Kadar air tanah dihitung dengan rumus: KAT (%)=
Berat tanah basah (g) - Berat tanah kering oven (g) Berat basah tanah (g)
x 100 % ..............………….....……. (2)
Total ruang pori tanah (%) Pengukuran dihitung berdasarkan hasil penetapan berat volume tanah (bulk density) dan kerapatan partikel tanah (2,65 g cm-3) (Buckman dan Brady, 1982). Total ruang pori dihitung dengan persamaan: f = (1,0 – b/p) x 100% ........................................................…………………………………………………….........................(3) Keterangan: f = Total ruang pori (%) -3 b = Berat volume tanah (g cm ) -3 p = Kerapatan partikel tanah yang diasumsikan 2,65 g cm .
Data dianalisis dengan analisis sidik ragam sesuai dengan rancangan percobaan, dilanjutkan dengan uji BNT 5% jika terdapat pengaruh nyata dari perlakuan. Kelayakan usahatani dilakukan dengan menghitung B/C ratio masing-masing perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen hasil dan hasil tanaman Peningkatan dosis pupuk kandang sapi sampai 15 kg/tanaman/tahun secara nyata meningkatkan komponen hasil tanaman pada panen gadu dan sela II (Tabel 2). Parameter bobot buah per tanaman meningkat masing-masing sebesar 20,59; 67,96; dan 81,44% pada pemupukan 5; 10; dan 15 kg/tanaman/tahun dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Pada panen raya (Januari-Februari), perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap seluruh komponen hasil tanaman yang diamati kecuali terhadap jumlah buah per tandan (Tabel 3). Aplikasi pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap parameter komponen hasil tanaman. Walaupun lebih kecil dibanding dosis 10 kg, aplikasi 15 kg tetap meningkatkan komponen hasil dibanding tanpa pupuk
225
I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Peningkatan Produksi Salak Varietas Gula Pasir (Salacca edulis) dengan Inovasi Pemupukan Pupuk ...
ditunjukkan dengan peningkatan bobot buah per tanaman sebesar masing-masing 37,66; 54,90; dan 53,68% pada pemupukan 5, 10, dan 15 kg/tanaman (Tabel 3). Aplikasi pupuk kandang sapi juga berpengaruh nyata terhadap komponen hasil pada panen sela I (Maret-Mei) (Tabel 4 dan 5). Bobot buah per tanaman pada perlakuan pupuk kandang sapi 5, 10, dan 15 kg/tanaman meningkat masing-masing 52,32; 74,21; dan 80,94% dibandingkan dengan tanpa pemupukan (Tabel 4). Parameter total bobot buah per tanaman pada perlakuan pupuk kandang sapi 5, 10, dan 15 kg/tanaman juga meningkat sebesar masing-masing 44,54; 60,06; dan 61,78% dibandingkan dengan tanpa pemupukan (Tabel 5).
Tabel 2. Pengaruh pemupukan organik terhadap komponen hasil pada salak Gula Pasir musim gadu dan sela II (JuniNopember 2013). Dosis pupuk kandang sapi (kg/tanaman/tahun)
Jumlah tandan panen/tanaman
bobot buah dengan tandan/ tanaman (g)
Bobot buah per tanaman (g)
Jumlah buah per tanaman
Bobot per buah (g)
0 5 10 15 BNT 5%
0,83 b 0,96 b 1,25 a 1,21 a 0,26
350,42 b 419,38 b 572,50 a 620,21 a 117,82
316,67 b 381,88 b 531,88 a 574,58 a 110,43
7,75 b 9,29 ab 10,08 a 10,67 a 1,94
34,19 b 39,16 ab 52,79 a 50,98 a 9,36
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%.
Tabel 3. Pengaruh pemupukan organik terhadap komponen hasil pada panen raya (Januari-Februari 2014). Dosis pupuk kandang sapi (kg/tanaman/ tahun) 0 5 10 15 BNT 5%
Jumlah tandan/ tanaman
Bobot tandan/ tanaman (g)
Bobot buah per tandan (g)
Jumlah buah/ tandan
Bobot buah/ tanaman (g)
Bobot buah/ tandan (g)
Bobot/ buah (g)
3,10 b 3,70 a 3,75 a 3,70 a
2.635,00 c 3.610,28 b 4.050.00 a 4.017,46 a
850,00 c 975,75 b 1.080,00 a 1.085,80 a
24,80 a 25,70 a 25,60 a 25,50 a
2.542,00 c 3.499,28 b 3.937,50 a 3.906,46 a
820,00 c 945,75 b 1.050,00 a 1.055,80 a
33,06 c 36,80 b 41,02 a 41,40 a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%.
Tabel 4. Pengaruh pemupukan organik terhadap komponen hasil jumlah tandan panen per tanaman, bobot buah dengan tandan per tanaman, rata-rata bobot per tandan, bobot buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot per buah pada salak Gula Pasir musim sela I (Maret-Mei 2014). Dosis pupuk kandang sapi (kg/tanaman/ tahun)
Jumlah tandan panen/tanaman (tandan)
Bobot buah dengan tandan/ tanaman (g)
Rata-rata bobot/ tandan (g)
Bobot buah/ tanaman (g)
Jumlah buah/ tanaman (buah)
Bobot/ buah (g)
0 5 10 15 BNT 5%
1,02 c 1,45 b 1,75 a 1,80 a 0,30
780,00 c 1.185,00 b 1.358,00 a 1.410,00 a 187,82
764,71 b 817,24 a 776,00 ab 783,33 ab 50,50
749,40 c 1.141,50 b 1.305,50 a 1.356,00 a 180,43
22,50 b 30,80 a 32,60 a 33,00 a 3,94
33,31 b 37,06 ab 40,05 a 41,09 a 4,56
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%.
226
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik
Bogor, 18 – 19 Juni 2014
Tabel 5. Pengaruh pemupukan organik terhadap komponen hasil total jumlah tandan panen, total bobot buah dengan tandan per tanaman, total bobot buah per tanaman pada salak Gula Pasir musim sela I (Maret-Mei 2014). Dosis pupuk kandang sapi (kg/tanaman/tahun)
Total jumlah tandan panen
Total bobot buah dengan tandan/tanaman (g)
Total bobot buah/ tanaman (g)
0 5 10 15 BNT 5%
4,95 b 6,11 ab 6,75 a 6,71 a 0,60
3.765 c 5.215 b 5.981 a 6.048 a 484,82
3.608 c 5.215 b 5.775 a 5.837 a 480,43
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%.
Peningkatan pemupukan pupuk kandang sapi memberikan peningkatan ketersediaan hara pada lahan karena merupakan sumber hara seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium dan lain-lain yang dibutuhkan oleh tanaman (Hartatik dan Widowati, 2008). Respon tanaman salak yang dipupuk dengan pupuk kandang sapi terlihat sangat nyata, yang ditandai dengan peningkatan komponen hasil dan hasil tanaman. Sirappa (2002) menyatakan setiap tanaman memiliki batas kritis nitrogen. Apabila kadar nitrogen dalam tanah lebih rendah dari batas kritis maka tanaman akan sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen yang dilakukan.Lebih lanjut dinyatakan pupuk kandang merupakan sumber hara makro seperti N, P, K, dan unsur hara mikro lainnya yang memberikan pengaruh positif terhadap tanaman walaupun sifat pelepasannya yang lambat (slow release). Rai et al. (2010) dalam Dewi (2014) menyatakan rendahnya produktivitas salak gula pasir disebabkan beberapa faktor salah satunya kandungan hara N, P, dan K yang rendah yang menyebabkan tanaman kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi ini berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman yang menyebabkan ketidakberhasilan bunga menjadi buah akibat bunga kekurangan fotosintat yang ditunjukkan oleh kandungan sukrosa, gula total, dan gula reduksi pada bunga rendah karena persaingan yang tinggi dalam memperebutkan hasil fotosintesis. Harjadi (1979) menyatakan apabila ketersediaan hara dalam tanah menjadi faktor pembatas produksi tanaman, maka pengaruh pemupukan menjadi sangat nyata. Pengaruh ini terlihat dari peningkatan pertumbuhan tanaman yang disertai oleh peningkatan produktivitas tanaman. Sifat fisik tanah Pengamatan terhadap sifat fisik tanah menunjukkan peningkatan dosis pupuk kandang sapi mampu menurunkan bulk density, meningkatkan kadar air tanah dan total ruang pori tanah (Tabel 6). Adijaya dan Jedeng (2011) menyatakan peningkatan dosis pemupukan organik (pupuk kandang sapi) sampai 15 t/ha nyata menurunkan berat volume tanah dari 1,10 g/cm3 menjadi 1,06 g/cm3. Pemupukan organik sampai 30 t/ha, selain mampu menurunkan bulk density, juga meningkatkan total ruang pori tanah (Syukur dan Harsono, 2008). Bulk density merupakan sifat fisik tanah yang paling menentukan karena berkaitan erat dengan kemudahan penetrasi akar di dalam tanah, drainase, aerasi serta sifat fisik tanah lainnya. Tanah dengan bahan organik yang tinggi mempunyai berat volume yang relatif rendah terkait dengan tingginya total ruang pori tanah yang berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan tanah dalam mengikat air (Agus et al., 2006).
227
I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Peningkatan Produksi Salak Varietas Gula Pasir (Salacca edulis) dengan Inovasi Pemupukan Pupuk ...
Tabel 6. Pengaruh pemupukan organik terhadap sifat fisik tanah enam bulan setelah pemupukan. Dosis pupuk kandang sapi (kg/tanaman/tahun)
Bulk density 3 (g/cm )
0 5 10 15 BNT 5%
0,98 a 0,96 ab 0,92 b 0,91 b 0,06
Kadar air tanah 40,04 c 45,50 b 48,92 a 48,52 a 2,66
(%)
Total ruang pori (%) 63,14 b 63,64 b 65,16 a 65,66 a 1,10
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%.
Perbaikan sifat fisik tanah akibat pemberian pupuk organik tidak terlepas dari peran pupuk/bahan organik dalam tanah. Pemberian pupuk organik diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kandungan C-organik dalam tanah. Setyorini et al. (2006) menyatakan mikroorganisme perombak memerlukan karbon sebagai energi untuk pertumbuhannya, sehingga pemberian pupuk/bahan organik akan meningkatkan aktivitas dan populasi mikroorganisme di dalam tanah. Lebih lanjut, meningkatnya aktivitas mikroorganisme akan berpengaruh positif terhadap perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Hartatik dan Setyorini (2011), peranan pupuk organik terhadap sifat fisika tanah adalah (a) memperbaiki struktur tanah karena bahan organik dapat “mengikat” partikel tanah menjadi agregat yang mantap, (b) memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya pegang air (water holding capacity) tanah menjadi lebih baik dan pergerakan udara (aerasi) di dalam tanah juga menjadi lebih baik, dan (c) mengurangi (buffer) fluktuasi suhu tanah. Analisis kelayakan usahatani Hasil analisis usahatani terhadap perlakuan pemupukan menunjukkan terjadi peningkatan biaya produksi dengan pemberian pupuk kandang sapi, baik pada komponen biaya tenaga kerja maupun sarana produksi. Peningkatan biaya tenaga kerja, masing-masing sebesar Rp 500.000,-, terjadi akibat adanya tambahan biaya pemupukan. Tambahan biaya produksi untuk pembelian pupuk organik sesuai dengan perlakuan yaitu masing-masing sebesar Rp 2.000.000,- Rp 4.000.000,- dan Rp 6.000.000,- (Tabel 7). Peningkatan dosis pupuk kandang sapi mempengaruhi penerimaan. Pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh positif terhadap produksi salak Gula Pasir (Gambar 1) sehingga meningkatkan penerimaan petani. Walaupun demikian, peningkatan dosis pemupukan tidak diiringi dengan peningkatan keuntungan. Hal ini diakibatkan oleh adanya tambahan biaya untuk pembelian pupuk yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi. Berdasarkan B/C ratio, peningkatan pemupukan pupuk kandang sapi sampai 15 kg/tanaman semakin menurunkan B/C ratio (Tabel 7), akan tetapi usahatani salak Gula Pasir yang dilakukan masih layak dilakukan karena B/C ratio lebih dari satu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1995 dalam Tandi, 2010) dan Pribadi (2007) yang menyatakan usahatani dianggap layak untuk dilakukan apabila B/C ratio lebih dari satu. Walaupun pengaruh pemupukan kandang sapi tidak diimbangi dengan peningkatan B/C ratio akan tetapi keragaan tanaman di lapang terlihat jelas berbeda. Hal ini memungkinkan tanaman akan mampu berproduksi baik pada tahun-tahun berikutnya sehingga efek dari pemupukan akan dapat dirasakan dengan adanya stabilitas produksi dan memberikan keuntungan secara kontinu. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1979) yang menyatakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga stabilitas produksi adalah dengan pengelolaan hara atau pemupukan. Apabila dalam proses produksi tidak diimbangi dengan
228
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik
Bogor, 18 – 19 Juni 2014
pengelolaan hara umumnya akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Dewi (2014) yang mendapatkan pengaruh pemupukan organik pada tanaman salak bersifat lamban. Pengaruhnya baru terlihat pada musim berikutnya yaitu dengan meningkatnya persentase fruit set (kemampuan bungan menjadi buah). Peningkatan dosis pemupukan dengan pupuk kandang sapi juga memberikan peningkatan produktivitas panen pada tanaman salak Gula Pasir . Hal ini terlihat dari meningkatnya produktivitas tanaman pada masing-masing musim panen, yang berpengaruh terhadap total panen (Gambar 1). Peningkatan hasil panen pada panen sela I dan gadu serta sela II sangat mempengaruhi besarnya penerimaan. Hal ini disebabkan oleh tingkat harga pada saat panen gadu, sela I dan II lebih tinggi dibandingkan pada panen raya dengan selisih harga Rp. 5.000/kg (Tabel 7).
Gambar 1. Produktivitas salak Gula Pasir dengan perlakuan pemupukan pupuk kandang sapi
Tabel 7. Analisis usahatani pemupukan organik pada salak Gula Pasir umur 6-7 tahun skala 400 pohon (25 are) di Desa Pajahan, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan tahun 2013-2014. Uraian Dosis pupuk kandang sapi (kg/tanaman/tahun) Tenaga kerja Penyiangan Pembuatan rorak Penghilangan anakan (ngodegin) Pemupukan (2 kali) Penjarangan pelepah daun Panen Gadu-Sela II Panen Raya Panen Sela I Sarana produksi Pupuk kandang Total biaya produksi Produksi Gadu-Sela II Panen Raya Panen Sela I Keuntungan B/C ratio
Satuan (OH, kg) 0
5
Harga per satuan (Rp)
10
15
0
5
10
Jumlah (Rp) 15
0
5
10
15
2.750.000 250.000 500.000
2.750.000 250.000 500.000
2.750.000 250.000 500.000
5 10
5 10
5 10
5 10
50.000 50.000
50.000 50.000
50.000 50.000
50.000 50.000
2.250.000 250.000 500.000
8 8
8 10 8
8 10 8
8 10 8
50.000 50.000 50.000
50.000 50.000 50.000
50.000 50.000 50.000
50.000 50.000 50.000
400.000 0 400.000
400.000 500.000 400.000
400.000 500.000 400.000
400.000 500.000 400.000
2 8 4
2 8 4
2 8 4
2 8 4
50.000 50.000 50.000
50.000 50.000 50.000
50.000 50.000 50.000
50.000 50.000 50.000
100.000 400.000 200.000 2.250.000 17.322.520 2.102.520 10.540.000 4.680.000 15.072.520 6,70
100.000 400.000 200.000 2.000.000 2.000.000 4.750.000 24.067.400 2.516.280 14.441.120 7.110.000 19.317.400 4,07
100.000 400.000 200.000 4.000.000 4.000.000 6.750.000 27.783.000 3.435.000 16.200.000 8.148.000 21.033.000 3,12
100.000 400.000 200.000 6.000.000 6.000.000 8.750.000 28.251.100 3.721.260 16.069.840 8.460.000 19.501.100 2,23
-
2.000
4.000
6.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.506,17 140,17 1.054,00 312,00
2.085,86 167,75 1.444,11 474,00
2.392,20 229,00 1.620,00 543,20
2419,07 248,08 1606,98 564,00
15.000 10.000 15.000
15.000 10.000 15.000
15.000 10.000 15.000
15.000 10.000 15.000
229
I Nyoman Adijaya dan I Made Rai Yasa : Peningkatan Produksi Salak Varietas Gula Pasir (Salacca edulis) dengan Inovasi Pemupukan Pupuk ...
KESIMPULAN Aplikasi pupuk kandang sapi pada salak varietas Gula Pasir meningkatkan komponen hasil tanaman. Dosis 10 kg/tanaman/tahun memberikan hasil yang lebih baik dari perlakuan 15 kg/tanaman/tahun walaupun tidak berbeda nyata, sehingga layak direkomendasikan pada budidaya salak varietas Gula Pasir. Perlakuan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan produktivitas salak varietas Gula Pasir dengan meningkatnya hasil pada panen gadu dan sela II, panen raya dan panen sela I. Aplikasi pupuk kandang sapi meningkatkan penerimaan petani walaupun menurunkan B/C ratio, tetapi masih menguntungkan bagi petani.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak I Nyoman Sukiarta (Ketua Kelompok Tani Amerta Pala); Bapak I Nyoman Kadi dan I Wayan Edi yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian; I Ketut Parwata, SP dan I Ketut Grana, SP yang membantu dalam pelaksanaan dan pengumpulan data serta semua tim pengkaji (I Ketut Mahaputra, I Made Sukadana, I Putu Agus Kertawirawan, I Putu Sugiarta dan Putu Yosi Priningsih) atas dukungan selama pelaksanaan penelitian, analisis data sampai penulisan makalah ini. Semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dalam budidaya salak khususnya pemahaman akan pentingnya pemupukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas lahan.
DAFTAR PUSTAKA Adijaya I N, I K Mahaputra, IM Rai Yasa, IM Sukadana, PA Kertawirawan, P Sugiarta, dan PY Priningsih. 2013. Kajian Pembibitan, Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Salak Gula Pasir. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 29 hlm. Adijaya N dan W Jedeng. 2011. Respon Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap Perlakuan Jenis dan Dosis Pupuk Organik. Bulletin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Volume 11 Nomor 34. hlm. 15-18. Agus F, Yustika RD, dan Haryati U. 2006. Penetapan Berat Volume Tanah. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Dalam: Kurnia, U., Agus, F., Adimihardja, A., Dariah, A. (Eds.). Sifat Fisik dan Metode Analisisnya. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm. 25-34. Buckman HO and Brady NC. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Terjemahan Soegiman. Penerbit Bhatara Karya Aksara. 788 hlm. Cahyani NKW, M Suryadi, dan I W Treman. 2013. Persebaran Kebun Salak Gula Pasir (Zalacca Var. Amboinensis) di Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem. (Suatu Pendekatan Keruangan). Jurusan Pendidikan Geografi, FIS Undiksha. 10 hlm. Dewi KACJ. 2014. Aplikasi Beberapa Jenis Pupuk Organik dan Dosis Mikoriza untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas Salak Gula Pasir di Luar Musim. Tesis. Denpasar: Program Studi Pertanian Lahan Kering Universitas Udayana Denpasar. 94 hlm. Guntoro S. 2004. Budidaya Salak Bali. Yogjakarta: Penerbit Kanisius. 43 hlm. Harjadi MMSS. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. 197 hlm. Hartatik W dan D Setyorini. 2011. Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Kualitas Tanaman. Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian. 11 hlm.
230
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik
Bogor, 18 – 19 Juni 2014
Hartatik W dan Widowati LR. 2006. Pupuk Kandang. Dalam Simanungkalit, R.D.M., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., Hartatik, W (Eds.). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Penelitian Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm. 59-82. Pribadi ER. 2007. Kajian Kelayakan Usahatani Pola Tanam Sambiloto dengan Jagung. Jurnal Littri 13 (3): 98-105. Rai IN, CGA Semarajaya, dan IW Wiraatmaja. 2010. Studi Fenologi Pembuahan Salak Gula Pasir Sebagai Upaya Mengatasi Kegagalan Fruit-Set. Jurnal Hortikultura 20(3): 216-222. Setyorini D, Saraswati R, dan Anwar EK. 2006. Kompos. Dalam Simanungkalit, R.D.M., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., Hartatik, W, (Eds.) Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Penelitian Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm. 11-40. Sirappa MP. 2002. Penentuan Batas Kritis dan Dosis Pemupukan N untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering pada Tanah Typic Usthorthents. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 3(2):25-37. Soepardi G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. 648 hlm. Sukewijaya IM, IN Rai, and MS Mahendra. 2009. Development of salak bali as an organic fruit. As. J. Food Ag-Ind. Special Issue :37-43. Syukur A dan Harsono ES. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan NPK terhadap Sifat Kimia dan Fisika Tanah Pasir Pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 8(2):138-145. Tandi I. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan Sistem Pengembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Goa, Sulawesi Selatan. Jurnal Agrisistem 6(1): 15-23. Wijana G. 1997. Pelestarian dan Pengembangan Salak Gula Pasir. Denpasar: Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar. 35 hlm.
231