PENINGKATAN PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PEKERJAAN KEHUTANAN ( STUDI KASUS : IUPHHK-HA PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER, KALIMANTAN TENGAH)
ACHMAD ARMANUSAH SALMAN
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PENINGKATAN PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PEKERJAAN KEHUTANAN (STUDI KASUS : IUPHHK-HA PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER, KALIMANTAN TENGAH)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEHUTANAN Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Oleh ACHMAD ARMANUSAH SALMAN E24104098
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Achmad Armanusah Salman. E24104098. Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaaan Kehutanan (Studi Kasus: IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah). Di bawah bimbingan Efi Yuliati Yovi. RINGKASAN Operasi pemanenan kayu sangat beresiko terhadap keselamatan pekerjanya. Kegiatan-kegiatan utama yang rentan terhadap terjadinya kecelakaan meliputi kegiatan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan dan pengangkutan kayu. Oleh karena itu perlu adanya aspek perlindungan K3 terhadap pihak pekerja. Pada dasarnya pemerintah telah menetapkan UU yang berkaitan dengan K3 dibidang penebangan dan pengangkutan kayu yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi RI No. PER 01/MEN/1978. Sebagai dasar aturan yang dibuat seharusnya dilaksanakan sebaikbaiknya tapi kenyataan yang terjadi di lapangan pelaksanaan K3 tidak berlangsung efektif dan efisien. Terdapat 3 hal penting yang perlu dikaji dalam penelitian ini terhadap pelaksanaan K3 di lapangan yaitu Knowledge, Skill, Attitude (KSA). KSA tersebut merujuk kepada standar International Labor Officer (ILO). Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah mengidentifikasi aspek kompetensi perusahaan dan pekerja terhadap perlindungan K3 dari sisi KSA dalam kegiatan-kegiatan utama pemanenan meliputi operasi penebangan, penyaradan, dan pengangkutan. Serta memberikan alternatif strategi untuk penerapan K3 yang lebih efektif dan efisien. Responden dalam penelitian ini adalah pekerja di PT. Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim) Sampit Kalimantan Tengah, Indonesia. Yang terdiri dari 5 orang pihak perusahaan, 19 pekerja penebangan, 13 pekerja penyaradan dan 21 pekerja pengangkutan. Data diperoleh dari responden dengan menggunakan kuisioner dan kemudian dikelompokkan dengan skor berdasarkan Skala Likert. Berikutnya analisis data dari Skala Likert menggunakan Uji Wilcoxon untuk mengetahui perbandingan masing-masing kompetensi Knowledge, Skill, Attitude (KSA) antara penilaian pekerja ataupun perusahaan dengan penilaian menggunakan standar ILO kemudian untuk melihat nilai kesenjangan antar aspek kompetensi KSA dari pekerja dan perusahaan apakah itu berbeda nyata bernilai positif atau negatif digunakan metode selisih nilai skor rata-rata jika memiliki nilai negatif paling tinggi maka aspek kompetensi itu menjadi prioritas untuk ditingkatkan. Selanjutnya dilakukan uji Korelasi Spearman untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang siginifikan antar masing-masing aspek KSA dimana hubungan antar aspek kompetensi yang ada digunakan sebagai tolak ukur dalam mendukung alternatif strategi yang akan digunakan Pada perusahaan hasil dari Wilcoxon yaitu 0.015 untuk attitude dan memilki selisih skor nilai rata-rata yang bernilai negatif sebesar -0.5, hasil dari korelasi Spearman menyebutkan bahwa tidak hubungan yang signifikan antar aspek kompetensi, ini berarti semua aspek dapat digunakan untuk meningkatkan attitude. Pada penebangan hasil analisis dari Wilcoxon yaitu 0.006 untuk attitude dan memiliki selisih nilai skor rata-rata -0.7. Hasil dari korelasi Spearman menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara aspek skill dan attitude. Ini berarti skill dapat digunakan sebagai alternatif strategi yang digunakan dalam meningkatkan attitude. Pada penyaradan hasil dari uji Wilcoxon yaitu 0.006 untuk
attitude dan memiliki selisih nilai skor rata-rata sebesar -0.3. Untuk hasil dari korelasi Spearman menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara knowledge dan skill sedangkan attitude tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kedua aspek tersebut. Sehinga pada penyaradan untuk meningkatkan alternatif strategi dapat ditinjau dari semua aspek tersebut. Pada pengangkutan hasil Wilcoxon yaitu 0.008 untuk attitude dan memiliki selisih nilai skor rata-rata sebesar -0.8. Hasil dari uji Korelasi Spearman menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antar masing-masing aspek sehingga untuk alternatif strategi yang dipakai dapat ditinjau dari ketiga aspek tersebut. Implementasi K3 di PT. Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim) belum berjalan secara maksimal. Kompetensi aspek yang perlu menjadi prioritas untuk ditingkatkan yaitu attitude, baik itu untuk pekerja maupun perusahaan. Pada perusahaan attitude masuk kedalam kategori cukup dan mesti ditingkatkan, alternatif strategi yang dipakai yaitu dengan diadakannya audit. Baik itu yang dilakukan secara mandiri ataupun yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan. Sedangkan pada pekerja untuk meningkatkan attitude perlu diadakannya pengawasan yang berkelanjutan, diadakannya sistem reward dan punishment. Pelatihan menggunakan alat-alat semi mekanis buat penebangan dan pelatihan menggunakan unit alat berat buat penyaradan, dan penerapan peraturan lalu-lintas yang jelas bagi angkutan kendaraan di perusahaan. Kata Kunci: Keselamatan dan kesehatan kerja, K3, pekerjaan kehutanan, knowledge, skill, attitude.
Achmad Armanusah Salman. E24104098. Enhancing Protection On Occupational Safety and Health (OSH) of Forestry Workers.(A Case Study OF IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Central Borneo) under advisor by Efi Yuliati Yovi. SUMMARY Timber harvesting operation exposes high risk to workers safety. Main activities of the operation such as tree felling, bucking, skidding, loading and log transporting are actually prone to accidents. Therefore, the existence of protection aspects on occupational safety and health so-called OSH is very crucial for the workers. As a matter of fact, Indonesian government has stipulated a regulation related to OSH in the field of tree felling and log transportating as is stated in the Regulation of Minister of Manpower, Transmigration and Cooperative No. PER 01/MEN/1978. This basic regulation is supposed to guarantee that the workers safety gets a special attention. However, the implementation in the field is still far from effective and efficient condition. To this, a strong enhancement on OSH implementation should be under serious consideration. Regarding to this, competency aspect on OSH implementation should be brought into main focus. There were 3 important aspects supporting the competency: knowledge, skill and atttitude (KSA). This KSA assessment refers to the standard on forestry work issued by International Labor Officer (ILO). Therefore, the objective of this study were (1) to identify the competency aspects of a company and its workers related to OSH protection from KSA side in the main activities of timber harvesting (tree felling, skidding and log transporting), (2) to propose an alternative strategy in enhancing competency aspect on OSH implementation. The respondents of this study were the workers of PT. Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim), Sampit, Central Kalimantan, Indonesia. The respondents consisted of 5 people representing the company management, 19 people representing tree feller, 13 people representing skidder, and 21 people representing transportation workers. The data was collected through questionnaires, which was then classified with score based on Likert Scale. The data then analyzed through Wilcoxon Test to find out the comparison of each competency aspects (KSA). To see the score gap between competency aspects of KSA from the workers and the company whether it was significantly different with positive and negative value gap method of average score was used in case of having the highest score and the competency aspect will become a priority to be improved. The next stage is to carry out Spearman Correlation Test to see whether or not there is a significant relationship between each aspect of KSA, where the existent correlation between competency aspects used as a standard in supporting an alternative strategy employed. For the company, the result of Wilcoxon was 0.015 for attitude and the average score gap with negative value was -0.5, the result of Spearman correlation stated that the significant relationship between competency aspect, meaning that all aspects of competency can be used to enhance attitude. For tree feeling workers, the analysis resulted from Wilcoxon was 0.006 for attitude and had a score gap of averagely -0.7. The Spearman correlation stated that there was a significant correlation between skill aspect and attitude aspect. This means that skill could be used as an alternative strategy to improve attitude. For skidder, the
result of Wilcoxon Test was 0.006 for attitude with a gap score of averagely -0.3. For Spearman correlation, it was stated that there was a relationship between knowledge and skill, while attitude did not have a significant relationship with the two aspects. Therefore, alternative strategy in improving skidders OSH competency could be viewed from all the aspects. For transportation, the result of Wilcoxon was 0.008 for attitude with a gap score of averagely -0.8. The result of Spearman Test showed that there was no significant relationship between each aspect; therefore, for an alternative strategy it could be viewed from all three aspects. Implementation of OSH at PT. Sarmiento Parakantja Timber was not optimum. The competency aspect which became the priority to improve was attitude, both for workers and the company. For the company, attitude could be categorized as satisfactory although there was still a room for improvement, and an alternative strategy used was the presence of audit not only the one independently conducted but also the one conducted by the parties outside the company. In the meantime, for workers to improve attitude, it was necessary to have continuous monitoring, with rewards and punishment system. It was also important to conduct training on using semi-mechanical equipment for cutting down trees and training on using heavy equipment unit for skidding, and implementing clear traffic regulation for transportation vehicles at the company. Keywords: Occupational safety and health, OSH, forestry workers, knowledge, skill, and attitude.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Upaya Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pekerjaan Kehutanan (studi kasus: IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2009
Achmad Armanusah Salman NRP E24104098
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 7 Desember 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Salman Al-farisy, SA dan Lidya Hikmah Siagian Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Al-Mukadimah Pontianak pada tahun 1992, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Muhammadiyah 2 Pontianak. pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Palembang dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Palembang dan masuk dalam program IPA pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan antara lain sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) IPB, Ketua Ikatan Keluarga Mahasiswa Bumi Sriwijaya OMDA Sumatera Selatan, Sekjen Eksternal Himasiltan IPB periode 2005/2006, Sekretaris Umum Himasiltan periode 2006/2007 dan Anggota Departemen Pers dan Media DKM Ibaadurrahmaan IPB periode 2005/2006. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pemanenan Hasil Hutan, mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengolaan Hutan (P3H) Getas-Baturraden-Cilacap, mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Sampit Kalimantan Tengah, menjadi surveyor kegiatan Biometrik Fisik PNS untuk PT. Succofindo, menjadi surveyor untuk kegiatan IHMB IUPHHK-HT PT. Industrial Forest Plantation Kalimantan Tengah.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat penulis memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang berjudul
Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Kehutanan (Studi Kasus: IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah) mengindentifikasi
aspek
kompetensi
perusahaan
ini bertujuan untuk dan
pekerja
terhadap
perlindungan K3 dan memberikan alternatif strategi untuk penerapan K3 yang agar lebih efektif dan efisien. Apabila dalam skripsi ini terdapat kesalahan-kesalahan baik itu yang disengaja ataupun tidak sengaja semoga dimaklumi dan hal itu dapat menjadi masukan bagi penulis demi penyempurnaannya. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kehutanan khususnya, lingkungan civitas akademik IPB, dan bagi khalayak ramai.
Bogor, Juli 2009
Penulis
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis juga tak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dr.Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. 2. Ibu Dra. Nining Puspaningsih, M.Si sebagai dosen penguji wakil dari Departemen Manajemen Hutan. 3. Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc Sebagai dosen penguji wakil dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. 4. Bapak Ir. Hengky Sujarmanto selaku Manajer Pengusahaan Hutan PT. Sarmiento Parakantja Timber yang telah memberikan izin kepada penulis dalam rangka penyelesaian skripsi tesrsebut. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. 6. Keluarga yang selalu memberikan kasih sayang dan doa bagi penulis. Bapak dan Ibu yang selalu memahami kerja keras penulis dalam penyusunan skripsi. Dan adik-adikku, Ferial Ramadhan dan Pratiwi Kalsum, yang selalu memberikan semangat bagi penulis. 7. Keluarga besar H. Siddik Adiem dan Siagian yang telah memberi inspirasi bagi penulis. 8. Dhania Ramadhani, atas dukungan semangat yang diberikan kepada penulis. 9. Rekan-rekan Keluarga Besar Fahutan 41, anak-anak THH 41 Departemen Hasil Hutan IPB yang telah membuat kenangan indah selama kuliah, Rekanrekan satu bimbingan skripsi (Ozo, Niam), anak-anak pemanenan 41 ( Gita, Adhon, Aya , Arif, Jarot, Juli, Imam, Ipul, Bintang, Harzan, Rika, Putri, Kiki., dan rekan-rekan aktivis di Himasiltan dan Ibaadurrahmaan. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
vi
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP .............................................................................
iii
KATA PENGANTAR .........................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................
v
DAFTAR TABEL ...............................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang ....................................................................... Perumusan Masalah................................................................ Tujuan Penelitian ................................................................... Manfaat Penelitian ................................................................. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................
1 3 4 4 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................
6
2.1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).................................. 2.1.1 Pengertian................................................................... 2.1.2 Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja .................... 2.1.3 Tujuan dan manfaat keselamatan dan kesehatan Kerja Kegiatan Operasi Pemanenan Hutan ....................................... Knowledge, Skill, Attitude............................................ ............ 2.3.1 Knowledge .................................................................. 2.3.2 Attitude ....................................................................... 2.3.3 Skill ............................................................................ Upaya-upaya dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja ................ 2.4.1 Pelatihan ..................................................................... 2.4.2 Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ...
6 6 7 8 9 10 10 11 11 11 12 13
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................
15
2.2 2.3
2.4
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6
Kerangka Pemikiran ............................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. Jenis Penelitian ..................................................................... Jenis Data dan Sumber data .................................................... Metode Pengumpulan Data..................................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................... 3.6.1 Pengolahan Data ......................................................... 3.6.2 Analisis Data .............................................................. 3.6.2.1 Analisis deskriptif ................................................. 3.6.2.2 Uji Wilcoxon ........................................................ 3.6.2.3 Selisih nilai rata-rata antar aspek kompetensi ........ 3.6.2.4 Korelasi Spearman ...............................................
15 17 17 17 18 19 19 19 19 19 21 21
vii
3.6.2.5 Tahapan evaluasi upaya peningkatan perlindungan K3 ..................................................
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................
23
4.1 4.2 4.3
Kondisi Umum Perusahaan .................................................... Kondisi Umum K3 Perusahaan ............................................... Perusahaan ............................................................................. 4.3.1 Hasil uji statisik Wilcoxon pada perusahaan ................ 4.3.2 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masingmasing aspek kompetensi............................................ 4.3.3 Hasil uji korelasi Spearman perusahaan ...................... Kegiatan Penebangan ............................................................. 4.4.1 Karakteristik responden penebangan ........................... 4.4.2 Hasil uji statistik Wilcoxon pada bidang penebangan... 4.4.3 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masingmasing aspek kompetensi............................................ 4.4.4 Hasil uji korelasi Spearman pada bidang penebangan Kegiatan Penyaradan ............................................................. 4.5.1 Karakateristik responden penyaradan .......................... 4.5.2 Hasil uji statisik Wilcoxon pada bidang penyaradan .... 4.5.3 Selisih nilai skor rta-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi........................................................ 4.5.4 Hasil uji korelasi Spearman pada bidang penyaradan .. Kegiatan Pengangkutan ......................................................... 4.6.1 Karakteristik responden pengangkutan ........................ 4.6.2 Hasil uji statisik Wilcoxon pada bidang pengangkutan 4.6.3 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masingmasing aspek kompetensi............................................ 4.6.4 Hasil uji korelasi Spearman pada bidang pengangkutan .............................................................
23 25 29 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
58
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 5.2 Saran .........................................................................................
58 59
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
61
4.4
4.5
4.6
LAMPIRAN
31 32 34 36 38 40 41 43 43 46 48 48 50 51 53 54 56
viii
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13.
14. 15. 16. 17.
18. 19. 20.
Tingkat kecelakaan kerja di bidang pemanenan kayu ................ Rentang dari hasil rataan berdasarkan skala Likert..................... Jumlah tenaga teknis PT. Sarmiento Parakantja Timber ............ Alat keselamatan kerja yang dipakai berdasarkan bidang pekerjaannya ............................................................................. Hasil uji statistik Wilcoxon terhadap pemahaman perlindungan K3 secara general antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO ............................................ Hasil uji statisitik Wilcoxon antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO ................................ Selisih nilai kompetensi perusahaan antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO .............. Hasil uji korelasi Spearman perusahaan .................................... Hasil uji statistik Wilcoxon terhadap pemahaman perlindungan K3 secara general antara penilaian pekerja bidang penebangan dengan penilaian berdasarkan standar ILO ................................ Hasil uji statisitik Wilcoxon penebangan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO .................... Selisih nilai kompetensi pekerja bidang penebangan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO ..... Hasil uji korelasi Spearman penebangan .................................. Hasil uji satistik Wilcoxon terhadap pemahaman perlindungan K3 secara general antara penilaian pekerja bidang penyaradan dengan penilaian berdasarkan standar ILO ................................ Hasil uji statisitik Wilcoxon penyaradan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO .................... Selisih nilai kompetensi pekerja bidang penebangan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO ..... Hasil uji korelasi Spearman penyaradan ................................... Hasil uji statistik Wilcoxon terhadap pemahaman perlindungan K3 secara general antara penilaian pekerja bidang pengangkutan dengan penilaian berdasarkan standar ILO .......... Hasil uji statisitik Wilcoxon pengangkutan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO .................... Selisih nilai kompetensi pekerja bidang pengangkutan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO ..... Hasil uji korelasi Spearman pengangkutan ...............................
Halaman 2 18 25 27
30 30 31 32
39 39 40 41
46 47 48 49
53 54 55 55
ix
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Sistem model SMK3 ................................................................. Kerangka aliran proses penelitian .............................................. Organisasi P2K3 PT. Sarpatim .................................................. Kasus kecelakaan kerja PT. Sarpatim 2004-2006 ...................... Hirarki proses pelaksanaan K3 pada level manajemen perusahaan ................................................................................ Salah satu bentuk kegiatan penebangan di PT. Sarpatim ............ Pendidikan responden penebangan ............................................ Usia pada responden penebangan ............................................. Pengalaman kerja responden penebangan .................................. Pemahaman responden penebangan tentang K3......................... Kegiatan penyaradan di PT. Sarpatim ....................................... Pendidikan responden penyaradan ............................................. Usia responden penyaradan ....................................................... Pengalaman kerja responden penyaradan .................................. Pemahaman responden penyaradan tentang K3 ......................... Kegiatan pengangkutan di PT. Sarpatim ................................... Pendidikan responden pengangkutan ......................................... Usia responden pengangkutan ................................................... Pengalaman kerja responden pengangkutan .............................. Pemahaman responden pengangkutan tentang K3 .....................
Halaman 14 16 26 29 34 35 36 37 38 38 43 44 44 45 45 50 51 51 52 52
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan bentuk kegiatan mengeluarkan kayu atau log dari hutan untuk kemudian diangkut ke tempat penggunaan atau pengolahan dengan biaya yang ekonomis dan kerusakan lingkungan yang minimum. Operasi pemanenan kayu pada dasarnya terdiri dari komponen-komponen penebangan pohon, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, dan pengangkutan kayu. Operasi pemanenan sangat beresiko terhadap keselamatan pekerjanya. Kesalahan yang ditimbulkan akibat kelalaian dan tidak sesuainya tindakan operator dengan ketentuan yang berlaku dapat menimbulkan masalah yang disebut dengan kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan kerja pada operasi pemanenan kayu sangat tinggi (Tabel 1). Banyak hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan tersebut, antara lain rendahnya kesadaran terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang ditandai antara lain dengan kurangnya kesadaran pekerja terhadap pemakaian alat pelindung diri (APD) sebelum melakukan kegiatan pemanenan tersebut, disamping kurangnya aspek keterampilan kerja itu sendiri, mengingat sebagian besar pekerja dalam operasi pemanenan kayu memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memperoleh pelatihan keterampilan kerja yang cukup. Pada dasarnya pemerintah telah menetapkan undang-undang berkaitan tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang penebangan dan pengangkutan kayu. Undang-undang tersebut adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Republik Indonesia No. PER.01/MEN/1978. Sebagai dasar aturan yang dibuat pihak perusahaan sebagai pelaksana seharusnya menyadari perhatian terhadap perlindungan K3. Sebagai manajemen tertinggi pihak perusahaan harus berkonsultasi dengan para ahli K3 terkait, harus menyiapkan, menerbitkan dan memelihara suatu kebijakan yang jelas dan menguraikan sifat bahaya yang berhubungan dengan operasi kehutanan para pekerja. Sedangkan pekerja sendiri sebagai objek yang bersangkutan harus mengetahui hak-haknya untuk memperoleh perlindungan K3. Pada kenyataannya antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan, perusahaan sebagai pelaksana dari
2
kebijakan yang telah dibuat kurang begitu memperhatikan perlindungan K3. Oleh karena itu banyak ditemui di lapangan K3 yang tidak berlangsung efektif dan efisien. Terdapat tiga hal penting yang berkaitan dengan persepsi terhadap K3, yakni knowledge (pengetahuan), skill (ketrampilan), dan attitude (sikap). Ketiga hal tersebut perlu memperoleh perhatian khusus, terutama dalam upaya penerapan K3 secara serius. Aspek K3 sendiri pada akhirnya tidak hanya penting bagi pekerja itu sendiri, melainkan secara langsung dapat memberikan dampak terhadap produktifitas dan efisiensi perusahaan. Dua hal terakhir akan tampak jelas jika seorang pengusaha memperhitungkan banyaknya biaya yang akan dikeluarkan jika salah satu operasi kegiatan tidak berjalan dengan lancar ataupun terhenti akibat dari kecelakaan yang terjadi. Dengan penerapan K3 yang baik maka suatu perusahaan dapat berjalan dengan kondisi maksimal dimana efisiensi terhadap biaya dapat dioptimalkan. Penjelasan yang rasional untuk hal ini adalah jika perlindungan K3 untuk pekerja terlaksana dengan baik, maka semua aspek operasi kegiatan pemanenan dapat berjalan dengan baik tanpa hambatan apapun. Akan tetapi, meskipun organisasi perburuhan internasional (ILO) maupun pemerintah
Indonesia
telah
mensyaratkan
perlindungan
K3
dengan
dikeluarkannya Undang-Undang No.13 Tahun 2003, tentang Keselamatan Kerja namun pada kenyataannya pengabaian perlindungan K3 terhadap pekerja masih merupakan hal yang mudah ditemui. Hal itu dapat dilihat dari data kecelakaan kerja terutama di sektor kehutanan yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Tingkat kecelakaan kerja di bidang pemanenan kayu Data
1995
1996
1997
1998
1999
Kecelakaan Kerja
3253
4070
5288
5894
4534
Meninggal
103
102
118
88
129
Sumber: Kode Praktis ILO 2002 pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Kehutanan
3
Berdasarkan hal tersebut di atas, mengingat penerapan K3 yang sekarang telah ada disadari kurang begitu efektif maka penulis tertarik untuk mengevaluasi K3 pada pekerjaan hutan terutama operasi pemanenan kayu yang meliputi kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan. 1.2 Perumusan Masalah Penerapan K3 merupakan upaya dalam pencegahan dan pengurangan kecelakaan kerja akibat kerja, yang dapat dilakukan melalui peraturan, standarisasi, pengawasan, kajian teknis, pendidikan, serta pelatihan. Dengan penerapan K3 yang baik maka perlindungan terhadap kesejahteraan pekerja dapat tercapai. Kebijakan dan peraturan yang dibuat perusahaan untuk mengatur K3 yang sesuai dan efektif sangatlah diperlukan, hal ini berkaitan dengan perlindungan K3 karyawan dimana dengan penerapan K3 yang efektif dan efisien diharapkan terwujudnya kondisi pekerja yang aman, nyaman, dan sehat secara berkelanjutan, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia PER.05/MEN/1996. Penerapan K3 yang dilaksanakan juga bergantung dari knowledge, skill, dan attitude. Oleh karena itu penerapan K3 yang baik dapat mengindikasikan bahwa ketiga hal tersebut telah berjalan dengan baik dan dimiliki oleh para pekerja maupun pihak perusahaan itu sendiri, baik itu untuk pekerja dengan level bawah sampai dengan level atas. Untuk itu perlu adanya kesadaran serta kemauan dalam menerapkan K3 yang efisien dan efektif. Oleh karena itu perusahaan dapat menggunakan metode untuk mengetahui penerapan K3 yang telah dilaksanakan, dan perusahaan dapat mengevaluasi K3 yang seharusnya diterapkan berdasarkan kode praktis ILO. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimanakah perusahaan memahami perlindungan K3? 2. Bagaimanakah pekerja memahami aspek perlindungan K3? 3. Strategi apa yang seharusnya dilakukan perusahaan untuk melakukan aplikasi/penerapan perlindungan K3 yang efektif dan efisien?
4
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi aspek kompetensi perusahaan dan pekerja terhadap perlindungan K3 dari sisi knowledge, skill, dan attitude dalam kegiatankegiatan utama pemanenan meliputi operasi penebangan, penyaradan, dan pengangkutan. 2. Memberikan alternatif strategi untuk penerapan K3 yang lebih efisien dan efektif. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait, terutama: 1. Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan tidak saja bagi perusahaan tempat penelitian ini dilakukan, tetapi juga perusahaan kehutanan lainnya dalam melakukan evaluasi penerapan K3 yang telah dilakukan dan upaya peningkatan penerapan K3 bagi karyawan. 2. Penulis Penulis diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia nyata yang berkaitan dengan penerapan K3 pada perusahaan. 3. Umum Penelitian ini secara khusus diharapkan mampu menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam hal penerapan perlindungan K3. Dan secara umum, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca juga mengenai kesehatan, dan keselamatan kerja bagi pekerja dan perusahaan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Karyawan yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah karyawan di PT. Sarmiento Parakantja Timber.
5
2. Kegiatan yang diteliti yang meliputi kegiatan utama pemanenan yaitu: penebangan, penyaradan, dan pengangkutan. 3. Tingkat pemahaman K3 dari perusahaan maupun pekerja. 4. Aplikasi perlindungan K3 yang telah dilaksanakan dan diterapkan oleh perusahaan selama ini, serta bagaimana penerapannya di lapangan.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya. Faktor K3 adalah bagian tak terpisahkan dalam lingkungan perusahaan. K3 juga tak dapat dilepaskan dari faktor produktivitas. Bila diabaikan, produktivitas tidak akan bagus. Demikian pula sebaliknya. Namun demikian, tidak semua pihak menyadari arti penting K3, baik perusahaan maupun karyawan. Sehingga perlu upaya untuk lebih membudayakan K3. Kecelakaan menurut Sulaksomo di dalam Santoso (2004) adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki, yang dapat mengacaukan proses aktivitas yang telah diatur. Menurut Arep dan Tanjung (2003), kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Hal ini dikarenakan dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan atau bentuk perencanaan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja perusahaan. Menurut Sugeng (2005), secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja. 2. Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja. Suma mur di dalam Arep dan Tanjung (2004) mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaannya. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa kecelakaan dapat terjadi tanpa dapat kita duga dan dan tidak direncanakan sebelumnya. Namun pada prinsipnya kecelakaan dapat dicegah. Pencegahan ini menurut Bennet di dalam Santoso (2004) merupakan tanggung jawab para manajer lini, penyelia,
7
mandor, kepala dan kepala urusan. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 10 menyatakan tanggung jawab semua pihak, baik pihak perusahaan, karyawan maupun pemerintah. 2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Bannet dalam Santoso (2004) menjelaskan terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yang menyebabkan kecelakaan, yakni lingkungan, bahaya, peralatan, dan manusia. Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja menurut Arep dan Tanjung (2004) adalah tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman. Mangkuprawira dan Vitayala (2007) mengemukakan bahwa faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu: 1. Kebijakan pemerintah a. Undang-undang ketenagakerjaan, khususnya yang menyangkut tentang keselamatan dan kesehatan kerja belum ada. b. Peraturan pemerintah tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan belum ada atau kalaupun sudah ada, tetapi belum diterapkan dengan tegas. 2. Kondisi pekerjaan a. Standar kerja yang kurang tepat dan pelaksanaannya juga tidak tepat. b. Jenis pekerjaan fisik yang sangat berbahaya. Namun, di sisi lain, fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja sangat kurang. c. Kenyamanan kerja yang sangat kurang karena kurang tersedianya unsur pendukung keselamatan dan kesehatan kerja. d. Tidak tersedianya prosedur unsur manual petunjuk kerja. e. Kurang kontrol, evaluasi, dan pemeliharaan tentang alat-alat kerja secara rutin. 3. Kondisi karyawan a. Keterampilan karyawan dalam hal K3 rendah. b. Kondisi kesehatan fisik karyawan yang tidak prima. c. Kondisi kesehatan mental, seperti rendahnya motivasi tentang K3 serta tingginya derajat stress dan depresi.
8
d. Kecanduan merokok, minuman keras, dan narkoba. 4. Kondisi fasilitas perusahaan a. Ketersediaan fasilitas yang kurang cukup (jumlah dan mutu). b. Kondisi ruang kerja yang kurang nyaman. c. Tidak tersedianya fasilitas kesehatan dan klinik perusahaan. d. Tidak tersedianya fasilitas asuransi perusahaan. e. Kurangnya
pelatihan
dan
sosalisasi
tentang
pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja di kalangan karyawan. 2.1.3 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis. b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya, seefektif mungkin. c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Manfaat K3 (Arep dan Tanjung, 2004) adalah sebagai berikut: 1. Manfaat ekonomis: a. Berkurangnya kecelakaan dan sakit karena kerja. b. Mencegah hilangnya investasi fisik dan investasi sumberdaya manusia. c. Meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja yang nyaman dan aman, serta motivasi kerja yang meningkat.
9
2. Manfaat psikologis: a. Meningkatkan kepuasan kerja. b. Kepuasan kerja tersebut akan meningkatkan motivasi kerja dan selanjutnya akan meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. c. Perusahaan akan merasa bangga bahwa telah ikut serta dalam pembangunan nasional. d. Nama baik/citra perusahaan akan meningkat. 2.2 Kegiatan Operasi Pemanenan Hutan Komponen utama pemanenan hutan pada umumnya terdiri dari lima kegiatan yaitu penebangan pohon, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan (Budiaman, 2003). 1. Penebangan Tahapan pertama pemanenan adalah pemisahan pohon berdiri dari tunggak. Penebangan kebanyakan dilakukan dengan menggunakan alat tebang mekanis. Mulai dari gergaji rantai sampai alat modern yang disebut harvester. 2. Pembagian batang Tahap pengolahan dari kegiatan pemanenan hutan adalah pemotongan batang kayu menjadi kayu dengan panjang yang dapat dijual. Kegiatan ini disebut dengan pembagian batang. Panjang yang diinginkan akan sangat berbeda tergantung penggunaan akhir. 3. Penyaradan Penyaradan kayu merupakan tahap pertama pengangkutan kayu, yaitu pemindahan kayu dari tempat tebangan menuju tempat pengumpulan dimana pembagian batang dan pemuatan akan dilakukan. Penyaradan disebut juga dengan pengangkutan kayu kedua (second transportation atau minor transportation). 4. Pemuatan Pemuatan kayu adalah semua operasi yang terkait dengan pemuatan kayu dari dek di tempat pengumpulan kayu ke alat pengangkut. Terkadang operator pemuatan melakukan penyortiran jenis dan ukuran sesuai dengan produk yang akan dibuat.
10
5. Pengangkutan Tahap terakhir dari rangkaian kegiatan pemanenan hutan adalah pengangkutan kayu dari tempat pengumpulan ke tempat penimbunan kayu disebut dengan pengangkutan (primary transportation atau hauling). Dari kegiatan-kegitan pemanenan hutan tersebut sangat beresiko bagi pekerjanya, oleh karena itu perlu adanya pengawasan K3 yang berkelanjutan sehingga dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja dapat diminimalkan. 2.3 Knowledge, Attitude, dan Skill 2.3.1 Knowledge Knowledge atau pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris datau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan atau observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi
pengetahuan
deskriptif
bila
seseorang
dapat
melukiskan
dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulang kali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. 2.3.2 Attitude Attitude atau sikap adalah konsep yang mempresentasikan suka atau tidak sukanya seseorang pada sesuatu. Sikap adalah pandangan positif, negatif, atau netral terhadap objek sikap seperti manusia, perilaku, atau kejadian. Seseorang
11
pun dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu. Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser (1993) mengemukakan bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi secara tidak langsung. Sebagai contoh, bila seseorang
terlahir dengan
kecenderungan menjadi ekstrovert, maka sikapnya terhadap suatu jenis musik akan terpengaruhi. Sikap seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan atau kampanye mempengaruhi seseorang. 2.3.3 Skill Ada beberapa pengertian mengenai keterampilan (skill), menurut Gordon (1994) skill adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Keterampilan dapat dipelajari melalui program training dengan mempelajari hal baru seperti teknologi baru yang dipakai. Skill seseorang bisa dilihat dari bagaimana cara dia menghadapi suatu permasalahan yang lebih spesifik seperti bagaimana karyawan berusaha menggunakan suatu peralatan, cara berkomunikasi yang efektif dan pelaksanaan strategi bisnis. 2.4 Upaya-upaya dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja Bannet di dalam Santoso (2004) mengungkapkan bahwa pencegahan kecelakaan terdiri dari dua aspek, yaitu: a. aspek perangkat keras (peralatan, mesin, dan sebagainya) b. aspek perangkat lunak (manusia dan unsur berkaitan) Suma mur di dalam Santoso (2004) menjelaskan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi dapat dicegah dengan hal-hal sebagai berikut: a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
12
perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervise medis dan pemeriksaan kesehatan. b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri. c. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipenuhi. d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan, dan peralatan lainnya. e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor lingkungan,
teknologi,
dan
keadaan
yang
mengakibatkan
kecelakaan. f. Penelitian
fisiologis,
meliputi
penelitian
tentang
pola-pola
kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan. g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi. h. Pendidikan. i.
Latihan-latihan.
j.
Penggairahan, pendekatan lain agar bersifat selamat.
k. Asuransi,
yaitu
insentif
untuk
meningkatkan
pencegahan
kecelakaan. 2.4.1 Pelatihan Menurut Arep dan Tanjung (2002), pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), keahlian (skill), sikap. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang ilmu yang harus dikuasai pada suatu posisi. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan untuk menangani tugas-tugas yang diamanahkan. Keahlian yang dimaksud adalah beberapa keahlian yang diperlukan agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Sedangkan sikap yang dimaksud adalah emosi dan kepribadian yang harus dimiliki agar suatu pekerjaan berhasil dengan sukses.
13
Kebutuhan pelatihan lahir dari kebutuhan memperkecil kesenjangan kompetensi guna memperbaiki kinerja. Kebutuhan pelatihan adalah kesenjangan kompetensi yang dapat diatasi dengan diadakaannya pelatihan. Kompetensi adalah kemampuan dan keterampilan yang diisyaratkan bagi seseorang untuk melaksanakan tugas pokoknya, sedangkan kompetensi aktual adalah kemampuan kerja yang telah dimiliki dalam melaksanakan tugas pokoknya (Badan PSMP, 2001). Kesenjangan kompetensi meliputi masalah kognitif (kurang pengetahuan, masalah psikomotor (kurang keterampilan) dan masalah afektif (sikap, nilai-nilai dan minat yang kurang mendukung optimalisasi kinerja). Pemrograman pelatihan tidak dapat didasarkan pula pada kebutuhan yang dapat dirasakan saja. Tidak semua kebutuhan seseorang merupakan kebutuhan yang diketahui (perceived needs) olehnya. Walaupun itu merupakan kebutuhan aktual (actual needs) atau riil (real needs) maupun terasakan (felt needs) baginya (Alimin, 2004). Suatu kebutuhan akan terasakan apabila ada hal-hal yang diyakini perlu diperhatikan oleh seseorang, meskipun belum menjadi kebutuhan nyata baginya. Sebaliknya mungkin saja ada kebutuhan nyata seseorang yang belum dipahaminya. 2.4.2 Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) Salah satu bentuk upaya dalam mengendalikan kecelakan akibat kerja yaitu dengan menerapkan Sistim Manajemen K3 atau biasa dikenal dengan istilah SMK3 . SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, serta pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya
tempat
kerja
yang
aman,
efisien,
(PER.05/MEN/1996). Seperti yang disajikan pada Gambar 1.
dan
produktif
14
Komitmen dan Kebijaksanaan
Peningkatan berkelanjutan
Perencanaan Peninjauan ulang dan peningkatan manajemen Pengukuran
Sumber : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Gambar 1 Sistem Model SMK3.
Pelaksanaan
15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat perlu diperhatikan. Hal ini terkait dengan produktivitas. Bila K3 diabaikan maka produktivitas tidak akan bagus. Banyak pihak yang tidak menyadari arti penting K3 baik itu perusahaan maupun karyawan. Tuntutan
untuk
terus
menerus
menunjukkan
komitmen
terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja sebenarnya gencar terjadi di Indonesia. Di era globalisasi sekarang ini hendaknya setiap perusahaan yang menghasilkan produk harus memenuhi salah satu syarat, yakni Environment Health and Safety. PT. Sarpatim merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan. Oleh karena itu perlu perhatian khusus mengenai evaluasi pemahaman terhadap K3 perusahaan. Evaluasi tersebut berperan untuk perbaikan pada sistem manajemen K3 yang telah ada (SMK3). Penilaian evaluasi tersebut dilihat dari observasi di lapangan dan dengan melakukan wawancara terhadap pihak yang terkait seperti perusahaan, dan pekerja/operator. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner secara kualitatif yaitu dengan analisis deskriptif. Kerangka penelitian ini diawali dengan proses pra penelitian menyangkut izin penelitian dan surat tugas. Kemudian selanjutnya dilakukan proses wawancara di lapangan. Informasi yang disampaikan merupakan gambaran umum dari perusahaan. Hasil dari wawancara diukur dengan menggunakan skala Likert yang didapatkan dari kuisioner. Data yang diperoleh dari kuisioner hasil wawancara diolah dengan menggunakan uji peringkat Spearman dan uji Wilcoxon. Aspek kompetensi yang akan diuji menggunakan Spearman dan Uji Wilcoxon adalah knowledge, skill, attitude dan kemudian mengevaluasinya. Kuisioner diisi oleh manager SDM, atau unit yang menangani bidang K3. kemudian para pekerja di lapangan atau biasa disebut dengan operator, dan kontrol atau standar yang mengacu pada kode praktis ILO tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pekerjaan Kehutanan. dapat dilihat pada Gambar 2. Langkah terakhir dari penelitian ini adalah interpretasi data dan alternatif strategi untuk penerapan K3 yang efektif dan efisien.
16
Pra Penelitian
Penelitian
Gambaran K3 Perusahaan
Analisis Deskriptif
Penyebaran Kuisioner
Pengolahan Data
P E R U S A H A A N
Knowledge
Skill
Attitude
S T A N D A R I L O
Uji Statistik Menggunakan Wilcoxon
Interpretasi Data
Uji Korelasi Spearman
Alternatif Strategi Gambar 2 Kerangka Aliran Proses Penelitian.
Knowledge
Skill
Attitude
P E K E R J A
17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret sampai April 2008 di PT. Sarpatim km 107 Bai Base Camp, Sampit Kalimantan Tengah. 3.3 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian dengan metode kausal komparatif (ex-post facto) yang menggunakan desain kausal. Menurut Kerlinger dalam Umar (2005), penelitian dengan metode kausal komparatif (ex-post facto) merupakan pencarian empirik yang sistematik di mana peneliti tidak dapat mengontrol variabel bebasnya karena peristiwa telah terjadi atau karena sifatnya tidak dapat dimanipulasi. 3.4 Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, survei dan observasi pada karyawan PT Sarpatim. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan dilakukan pula wawancara tak terstruktur untuk melengkapi informasi-informasi terkini. Wawancara dilakukan terhadap pihak manajemen dan sebagian pekerja PT Sarpatim. Survei dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner disebarkan kepada responden yaitu karyawan PT. Sarpatim. Kuisioner terdiri dari dua bagian yaitu identitas responden dan pertanyaan utama dari kompetensi yang dikaji. Pertanyaan dalam kuisioner yang akan dijawab oleh responden diberi bobot dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert berguna untuk menunjukkan tanggapan responden terhadap pernyataan yang diberikan. Skala likert merupakan skala pengukuran ordinal. Hasil pengukurannya hanya dapat dibuat peringkat tanpa diketahui besar selisih antara satu tanggapan dengan tanggapan lain. Dalam penelitian ini, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = sedikit setuju, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju . Setelah data diperoleh, data digolongkan ke dalam kategori berdasarkan nilai yang diperoleh dengan cara mengalikan besarnya bobot pada kategori tertentu yang telah ditetapkan dengan jumlah responden yang masuk ke dalam kategori yang
18
sama. Dari data yang diperoleh, dicari nilai rataannya dan simpangan baku untuk mengetahui ukuran pemusatan dan ukuran keragaman tanggapan responden dengan menggunakan rumus (Puspitarini, 2007) berikut: Rataan (X) =
xifi
............................................................................................. (1)
N Keterangan: xi = nilai pengukuran ke-i fi = frekuensi kelas ke-i n = banyaknya pengamatan Hasil dari rataan dan simpangan baku tersebut dipetakan ke rentang skala dengan mempertimbangkan informasi interval sebagai berikut: Interval =
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Banyaknya kelas
= 5
1 = 0,8 ..... (2) 5
Setelah besarnya skala diketahui, kemudian dibuat rentang skala agar dapat diketahui dimana letak rataan penilaian respon terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana ragamnya. Rentang skala tersebut adalah: Tabel 2 Rentang dari Hasil Rataan Berdasarkan Skala Likert Nilai
knowledge Sangat tidak mengetahui
skill Sangat tidak mampu
attitude Sangat tidak mau
1.0
1.8
1.8
2.6
Tidak mengetahui
Tidak mampu
Tidak mau
2.6
3.4
Cukup mengetahui
Cukup mampu
Cukup mau
3.4
4.2
Mengetahui
Mampu
Mau
4.2
5.0
Sangat mengetahui
Sangat mampu
Sangat Mau
3.5 Metode Pengumpulan Data Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kualitatif
maupun
kuantitatif,
daripada
karakteristik
tertentu
mengenai
sekelompok objek yang lengkap dan jelas (dalam). Penelitian dengan menggunakan seluruh anggota populasi disebut sampel total atau sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif
kecil. Populasi dengan
19
jumlah besar diperlukan pengambilan sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel. Penelitian ini mengambil seluruh sampel yang ada di lapangan. Dimana yang menjadi responden adalah pihak perusahaan, pekerja bidang penebangan, penyaradan, dan pengangkutan yang dapat diwawancara dilapangan. 3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data Dalam penelitian ini pegolahan data menggunakan software SPSS 13.0 for windows dan menggunakan Microsoft Excel 2003. 3.6.2 Analisis Data 3.6.2.1 Analisis deskriptif Analisis ini bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami dan bentuk yang lebih ringkas. Analisis deskriptif nilai bisa diwakili oleh mean, median, persentase dan berbagai diagram. 3.6.2.2 Uji Wilcoxon Teknik analisis ini dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon, untuk mengetahui perbandingan antara penilaian dari pekerja dan perusahaan dengan penilaian menggunakan standar ILO. Penilaian yang dilakukan yaitu terhadap aspek kompetensi seperti knowledge, skill, dan attitude. Prosedur dalam uji Wilcoxon adalah: 2. Menetapkan selisih bertanda (di) antara kedua skornya . 3. Menetapkan peringkat harga-harga (d i) itu tanpa melihat tanda. Untuk harga d yang sama buatlah rata-rata peringkat yang sama. 4. Memberikan peringkat tanda (+) atau (-) untuk d yang dipresentasikan. 5. Menentukan T, T = jumlah yang lebih kecil dari kedua kelompok peringkat yang memiliki tanda yang sama. 6. Menentukan N, N = banyaknya total harga d yang memiliki tanda. 7. Kemudian untuk prosedur yang dipakai dalam menetapkan signifikasi harga T yang diobservasi tergantung dari pemilihan N: a. Jika N sama dengan 25 atau kurang, tabel G menyajikan harga-harga T untuk berbagai ukuran N. Jika harga T yang diobservasi adalah sama dengan atau
20
kurang dari harga yang diberikan dalam tabel itu, untuk suatu tingkat signifikasi tertentu, Ho dapat ditolak pada signifikasi itu. b. Jika N lebih besar dari 25, hitunglah harga z sebagaimana didefinisikan oleh rumus 4. tentukan kemungkinan yang berkaitan dengan kemunculan harga itu dibawah Ho dengan melihat tabel A. Untuk suatu tes dua sisi, kalikan dua p yang ditujukan itu, bila diperoleh dengan cara ini sama dengan atau kurang dari , tolaklah Ho. Rumus Wilcoxon: n ( n + 1) T4
Et
T Z=
= n (n +1) 2n + 1) 24
t
Keterangan:
T = Jumlah rangking positif N = Banyaknya pasangan data yang ada t=
Deviasi Standar
Proses pengambilan keputusan yang dilakukan adalah: a. Hipotesis Ho
: d = 0 pemahaman perlindungan K3 berdasarkan penilaian dari pekerja/perusahaan dan kondisi di lapangan (menurut standarisasi ILO) tidak berbeda nyata.
Hi
: d
0
pemahaman
perlindungan
K3
berdasarkan
penilaian
pekerja/perusahaan dan kondisi di lapangan (menurut standarisasi ILO) berbeda nyata. b. Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas > 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak Dalam pengambilan keputusan ini berbeda nyata dapat berarti positif ataupun negatif. Begitu pula untuk pernyataan tidak berbeda nyata dapat bernilai negatif dan positif. Proses pengambilan keputusan atau hipotesis suatu masalah merupakan perbandingan antara penilaian dari pekerja kemudian dibandingkan dengan kondisi di lapangan (evaluasi berdasarkan standar ILO).
21
3.6.2.3 Selisih nilai rata-rata antar aspek kompetensi Selisih nilai rata-rata antar aspek kompetensi digunakan untuk melihat nilai kesenjangan antara aspek kompetensi yang meliputi knowledge, skill, dan attitude. Selisih yang dimaksud disini adalah selisih antara skor rata-rata penilaian menggunakan standar ILO dengan penilaian berdasarkan pekerja ataupun perusahaan itu sendiri. Cara ini merupakan tindak lanjut setelah melakukan uji Wilcoxon untuk melihat kompetensi apa yang perlu menjadi prioritas utama dalam peningkatan perlindungan K3. 3.6.2.4 Korelasi Spearman Korelasi peringkat Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara aspek kompetensi knowledge, skill, attitude berdasarkan skor penilaian menurut standar ILO dimana, hubungan antara aspek kompetensi tersebut digunakan dalam mendukung pilihan alternatif strategi yang akan dipilih. Nilai koefisien korelasi sederhana adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan dari dua variabel, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/ arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk/ arah hubungan, nilai koefisien korelasi dalam positif (+) dan negatif (-), atau (-1
KK
+1). Untuk menentukan
keeratan hubungan/ korelasi antar variabel tersebut, Berikut nilai-nilai dari KK yang digunakan sebagai patokan: KK = 0,00
(tidak ada kekuatan hubungan)
0,00 < KK
0,20 (kekuatan hubungan sangat rendah atau lemah sekali)
0,20 < KK
0,40 (kekuatan hubungan rendah atau lemah tapi pasti)
0,40 < KK
0,70 (kekuatan hubungan cukup berarti atau sedang)
0,70 < KK
0,90 (kekuatan hubungan tinggi atau kuat)
0,90 < KK < 1,00 (kekuatan hubungan sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan) KK = 1,00
(kekuatan hubungan sempurna)
22
Rumus Korelasi Spearman rs= 1 - 6b2 N3-N Keterangan: rs = Nilai korelasi b = selisih dari nilai variabel N = jumlah data Proses pengambilan keputusan adalah: a. Hipotesis Ho: d = 0 atau ada hubungan yang nyata antar aspek kompetensi. Hi : d
0 tidak ada hubungan yang nyata antar aspek kompetensi.
b. Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas > 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak 3.6.2.5 Tahapan evaluasi upaya peningkatan perlindungan K3 1. Analisis deskriptif yang terdiri dari usia, pendidikan, pengalaman kerja. 2. Uji Wilcoxon terhadap aspek kompetensi knowledge, skill, dan attitude Untuk melihat perbandingan antara penilaian dari pekerja atau perusahaan dengan penilaian menggunakan standar ILO. 3. Uji selisih nilai rata-rata antar aspek kompetensi untuk melihat kompetensi apa yang menjadi prioritas utama sebagai upaya peningkatan perlindungan K3. 4. Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antar aspek kompetensi yang kemudian digunakan mendukung alternatif strategi yang akan dipilih. 5. Penentuan strategi apa yang akan dipilih sesuai dengan uji statistik yang telah dilakukan.
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Perusahaan PT. Sarmiento Parakantja Timber bekerja atas dasar Surat Keputusan Izin Usaha Pengusahaan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam No. 266/Menhut-II/2004 tanggal 21 Juli 2004. Luas areal berdasarkan SK Menhut tersebut adalah seluas 216.580 Ha. Selain itu, PT. Sarmiento Parakantja Timber juga memiliki dasar hukum lain yaitu berdasarkan surat Keputusan IUPHHK/HA Model TPTI Intensif No. SK.77/IV-BPHA/2005 tanggal 3 Mei 2005. Berdasarkan pembagian Administrasi Kehutanan, areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber termasuk ke dalam wilayah Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah, yang meliputi: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Seruya serta Dinas Kehutanan Kotawaringin Timur dan Katingan. Sedangkan berdasarkan pembagian kesatuan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), areal IUPHHK/HA PT. Sarmiento Parakantja Timber termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kalimantan Tengah tepatnya dikelompok Hutan Sungai Kalek dan Sungai Nahiang. Secara geografis, areal IUPHHK/HA PT. Sarmiento Parakantja Timber merupakan areal kompak yang terletak di antara 111o55 BT 112o19 BT dan 1 o10 LS 1 o57 LS. 1.
Aspek hukum a.
Pada tanggal 6 September 1972, PMA Sei Trading Company Limited (Sarmiento Enterprises) dengan mitra Indonesia PT. Parakantja Djaja Raja, mendirikan PT. Sarmiento Parakantja Timber di Jakarta yang tertuang dalam akte notaris Djojo Mulyadi, SH nomor 19 tahun 1972.
b.
PT. Sarmiento Parakantja Timber mendapat kepercayaan dari Pemerintah Departemen Pertanian untuk mengelola areal HPH/IUPHHK seluas ± 170.000 ha dengan jangka waktu 20 tahun
dikelompok
hutan
sungai
Nahiang-sungai
Kaleh
Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah
24
sesuai Keputusan Menteri Pertanian nomor 219/Kpts/Um/5/73 tanggal 11 Mei 1973. c.
Pada tahun 1982 PT. Sarmiento Parakantja Timber dikelola oleh PT. Kayu Lapis Indonesia (PMDN) sebagai akibat adanya Keputusan
Bersama
(SKB)
Menteri
Pertanian,
Menteri
Perdagangan dan Koperasi dan Menteri Perindustrian nomor 317/Kpts/Um/5/1980, 196/KPB/V/80, 182/IN/SK/5/1980 tanggal 5 Mei 1980, yang intinya mendorong dibangunnya industri perkayuan berintikan kayu lapis dan pembatasan ekspor kayu bulat. Kebijakan Pemerintah ini menyebabkan banyak pemegang HPH dengan status PMA tidak meneruskan usahanya karena tidak ingin membangun industri di Indonesia. d.
Setelah berakhirnya SK HPH/IUPHHK jangka I pada tahun 1993,
HPH/IUPHHK
PT.
Sarmiento
Parakantja
Timber
diperpanjang untuk periode ke-II (1992-2012) sesuai surat Menteri Kehutanan nomor 1277/Menhut-IV/1994 tanggal 2 September 1994 seluas ± 305.535 ha yang merupakan penggabungan areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber dan PT. Parakantja Djaja Raja. PT. Sarmiento Parakantja Timber memperoleh perpanjangan IUPHHK definitif seluas ± 216.580 ha untuk jangka waktu 45 tahun (periode 5 Nopember 1992 s/d 5 Nopember 2037)) sesuai Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.266/Menhut-II/2004 tanggal 21 Juli 2004. Jumlah tenaga kerja PT. Sarpatim per periode April 2008 yaitu sebanyak 1.129 orang yang terbagi dalam tiap-tiap bidang serta terbagi dalam penggolongan pengupahan, sedangkan untuk tenaga teknis PT. Sarpatim sendiri yaitu sebanyak 116 orang dapat dilihat pada Tabel 3
25
Tabel 3 Jumlah Tenaga Teknis PT. Sarmiento Parakantja Timber No.
Bidang
Jumlah (Orang)
Standar (Orang)
Kurang (orang)
1
Sarjana kehutanan
8
5
0
2
Sarjana muda kehutanan
4
8
4
3 4 5
SKMA / KKMA Cruiser Penguji kayu /grader Pembibitan dan persemaian
1 16 5
8 10 5
7 0 0
10
10
0
10
10
0
14
14
0
6 7 8
Pengukur kayu / scaler Permudaan dan pemeliharaan tanaman
9
Pengukuran dan perpetaan
14
10
0
10
Pengenalan jenis pohon
10
10
0
11
Pengatur produksi dan
7
3
0
12
penebangan. Teknis pencacahan pohon Jumlah
17
12
0
116
105
11
4.2 Kondisi Umum K3 Perusahaan Pekerjaan kehutanan merupakan salah satu bidang kerja yang rentan mengalami kecelakaan. Hal itu dapat dilihat dari penggunaan alat-alat berat serta kondisi lapangan dan beban kerja yang diterima oleh pekerja sendiri. Faktor alam dan faktor dari manusia itu sendiri (human error) yang kerap menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan, oleh karena itu resiko terhadap kecelakaan kerja dapat terjadi. Secara garis besar untuk mencegah ataupun meminimalkan kecelakaan kerja yang akan terjadi PT. Sarmiento Parakantja Timber telah melakukan prosedural-prosedural baik secara teknis maupun non teknis di lapangan.
26
Secara non teknis PT. Sarpatim telah membentuk Garis Besar Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). P2K3 adalah suatu lembaga/ badan yang dibentuk oleh perusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaanya terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja. Landasan hukum dibentuknya P2K3 itu sendiri yaitu Undang-Undang no. 1 tahun 1970 peraturan pelaksanaannya yaitu: 1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-125/MEN/82 tentang Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan P2K3 yang disempurnakan dengan Kepmenaker No. Kep-155/MEN/84. 2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-04/MEN/87 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta tata cara penunjukkan ahli K3. Tujuan dari P2K3 itu sendiri yaitu sebagai lembaga yang membantu perusahaan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan secara menyeluruh dan berkesinambungan dalam upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tenaga kerja dapat bekerja secara efisien dan produktif. Struktur dari organisasi P2K3 PT. Sarpatim yaitu pada Gambar 3. Ketua
AHLI K3 Independen
Wakil Ketua
SEKRETARIS
ANGGOTA Produksi
Road
Administrasi
Silin
Peralatan
BINHUT
Perencanaan
Log Pond
Gambar 3 Organisasi P2K3 PT. Sarpatim.
27
Sedangkan untuk pedoman teknis Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Sarpatim adalah seperti berikut ini: 1. Identifikasi kondisi berdasarkan bidang kegiatan: a. Bidang Produksi. b. Bidang Peralatan. c. Bidang Jalan. d. Bidang Pembinaan Hutan/ SILIN. e. Bidang Adm. Personalia. f. Bidang Perencanaan. g. Bidang Logpond. 2. Identifikasi sumber-sumber bahaya yang beresiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.. 3. Menyusun rencana dan program kerja K3. 4. Sosialisasi K3. 5. Pengadaan sarana dan prasarana. 6. Implementasi. 7. Monitoring dan evaluasi. Dalam upaya pengurangan tingkat kecelakaan kerja yang terjadi tiap-tiap bidang kerja diharuskan menggunakan alat pelindung diri (APD). Aturan mengenai ketentuan tentang penggunaan alat keselamatan kerja dan sanksi, terhadap bidang pekerjaan pekerjaan yang beresiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat kita lihat pada Tabel 4. Tabel 4 Alat keselamatan kerja pekerjaannya No I.
Bidang/Pekerjaan Bidang Produksi a. Penebangan
b. Penyaradan / Skidding
yang dipakai berdasarkan bidang dan
Sumber Bahaya Chainsaw Pohon/Ranting Parang Traktor Pohon, Kayu Lokasi Kerja
Jenis Alat Pelindung Diri (APD) Helm Kerja Sarung Tangan Sepatu Kerja Masker Helm Kerja Sarung Tangan Sepatu Kerja Masker
28
Lanjutan Tabel 4 No
Bidang/Pekerjaan c.Hauling
d.Scaller II.
Bidang Peralatan a. Mekanik
Sumber Bahaya Log Loader Loging Truck Kayu Lokasi Kerja Lokasi Kerja Kayu Kondisi Pekerjaan Alat-alat kerja Tempat kerja
b. Electrician
Instalasi Limbah Berat
c. Welder/Machinist
Api Tabung Gas Limbah
III.
Bidang Jalan
IV.
Bidang Binhut/SILIN
Lokasi Kerja Dump Truck Buldozer Skidder Lokasi Kerja Kayu/ Ranting Chainsaw Parang
V.
Adm. Personalia & Umum a. Logistik
b. Pembantu Adm & Umum
Lokasi Kerja BBM Api Mesin Potong rumput Parang Alat tukang
VI.
Perencanaan
Lokasi Kerja Pohon/Ranting Parang
VII.
Bidang Logpond
Lokasi Kerja Tug Boat Crane Alat-alat berat
Sumber: PT. Sarmiento Parakantja Timber
Jenis Alat Pelindung Diri (APD) Sepatu Kerja Masker
Sepatu Kerja Masker Helm Kerja Safety Shoes Safety Belf Masker Helm Kerja Safety Shoes Safety Belf Masker Helm Kerja Safety Shoes Safety Belf Welding Goggle Pelindung Dada Masker Helm Kerja Sepatu Kerja Masker Helm Kerja Kaos Tangan Sepatu Boot Kaos Kaki Masker Helm Kerja Sepatu boot Masker Kaos tangan Kaca Mata pelindung Sepatu Boot Jas hujan Helm Kerja Kaos Tangan Sepatu boot Kaos kaki Helm Kerja Masker
29
Sanksi atas pelanggaran tidak memakai alat pelindung diri: 1. Teguran pertama dan kedua 2. Administratif yaitu peringatan 3. Pemutusan hubungan Kerja Untuk tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada PT. Sarmiento Parakantja Timber berdasarkan masing-masing bidang, dapat dilihat pada Gambar 4 Kecenderungan yang terjadi yaitu kecelakaan kerja relatif meningkat terutama pada bidang produksi, road, dan silin.
16
15
14 13 12 11 10 Kasus
8
2004
6
2005
4 2 0
3
3 1
0
Produksi Peralatan
2006
33
1 1
1
ADM
Road
2 00 Binhut
000
000
000
SILIN Perencanaan Log Pond
Bidang
Sumber: PT. Sarmiento Parakantja Timber
Gambar 4 Kasus kecelakaan kerja di PT. Sarpatim tahun 2004- 2006. 4.3 Perusahaan Pada perusahaan karakteristik repsonden tidak penulis sampaikan, hal ini berkaitan dengan metode wawancara yang berasal dari sumber terkait yaitu unit manajemen yang menangani bidang K3. unit yang menangani masalah K3 yaitu P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
30
4.3.1 Hasil uji statistik Wilcoxon pada perusahaan Untuk mengetahui perbandingan antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan ILO tehadap pemahaman K3 secara general ataupun yang terkait dengan aspek knowledge, skill dan attitude, yaitu dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon. Tabel 5 Hasil uji statistik Wilcoxon terhadap pemahaman perlindungan K3 secara general antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO Nilai Pemahaman K3 Z -2,319 Asymp. Sig (2-tailed) 0,02 0,05 Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0,05 maka Ho diterima - angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0,05 maka Ho ditolak
Penilaian perusahaan terhadap pemahaman perlindungan K3 secara general dapat dilihat pada Tabel 5, nilai probabilitas = 0,02 < nilai
dari Asymp. Sig (2-tailed) atau angka
(Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu
tolak Ho (-). Hal ini berarti pemahaman perlindungan K3 berdasarkan penilaian perusahaan dengan kondisi di lapangan (penilaian menurut standar ILO) berbeda nyata. Maksud dari berbeda nyata disini adalah kondisi berdasarkan penilaian perusahaan bisa dikatakan belum sesuai dengan kondisi seharusnya (penilaian menggunakan standar ILO). Tabel 6 Hasil uji statistik Wilcoxon antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO Nilai Knowledge Skill Attitude Z
-1,768
-0,825
-2,434
Asymp. Sig (2-tailed)
0,077
0,409
0,015
0,05
0,05
0,05
Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0,05 maka Ho diterima - angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0,05 maka Ho ditolak
Pada Tabel 6 dilihat dari nilai angka probabilitas hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon menyebutkan bahwa pada aspek knowledge nilai asymp.sig = 0,077 > nilai nilai
(Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil
yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek
31
knowledge antara penilaian perusahaan dengan penilaian di lapangan berdasarkan standar ILO. Pada aspek skill sendiri tidak terdapat perbedaan yang nyata pula, hal ini dapat dilihat dari nilai asymp.sig = 0,409 > nilai nilai
(Alpha) = 0,05 maka
keputusan yang diambil yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek skill antara penilaian perusahaan dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. Untuk attitude perusahaan memiliki nilai asymp.sig = 0,015 < nilai (Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu tolak Ho. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang nyata pada aspek attitude antara penilaian perusahaan dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. 4.3.2 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi Setelah melakukan uji Wilcoxon perlu dilihat selisih antara penilaian perusahaan dengan penilaian
berdasarkan standar ILO (diperoleh dari
pengurangan penilaian berdasarkan standar ILO dengan penilaian perusahaan). Tabel 7 Selisih nilai kompetensi perusahaan antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO Tingkat Pemahaman K3
Knowledge
Skill
Attitude
Penilaian Berdasarkan Standar ILO
3,9 3,2
4,0 3,7
3,9 3,8
4,1 3,6
Selisih Skor Nilai
-0,7
-0,3
-0,1
-0,5
Nilai skor rata-rata Penilaian Perusahaan
Dari Tabel 7 dapat dilihat selisih nilai rata-rata tentang pemahaman K3 secara umum memiliki selisih nilai -0,7 sedangkan -0,3 pada knowledge, -0,1 pada skill, dan -0,5 pada attitude. Jika dilihat menggunakan skala Likert mengenai aspek-aspek kompetensi tadi, pemahaman K3 perusahaan secara umum terletak pada rentang skala cukup mengetahui dengan nilai 3,2 dan memiliki selisih nilai -0,7 ini berarti pemahaman K3 secara umum antara penilaian perusahaan sangat jauh berbeda dengan penilaian berdasarkan standar ILO, sedangkan untuk knowledge sendiri sudah baik yaitu berada pada rentang skala 3,7 dimana penilaiannya masuk kedalam kategori mengetahui dengan selisih nilai -0,3. Untuk skill perusahaan sendiri sudah termasuk dalam kategori mampu dengan rentang
32
skala 3,8 dengan selisih sebesar -0,1. Untuk attitude perusahaan sendiri berada dalam rentang 3,6 dimana dalam penilaian termasuk dalam kategori mau dengan selisih nilai -0,5. Ini berarti untuk kategori attitude perusahaan sudah mau untuk menerapkan perlindungan K3. Hanya saja pada pelaksanaannya belum maksimal. 4.3.3 Hasil uji korelasi Spearman perusahaan Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang nyata antara aspek-aspek knowledge, skill, dan attitude dari masing-masing bidang pekerjaan. Nilai dari korelasi Spearman dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang saling terkait. Tabel 8 Hasil uji Korelasi Spearman perusahaan Korelasi Nilai Spearman koefisien perusahaan knowledge korelasi sig. (2-tailed) N koefisien skill korelasi sig. (2-tailed) N koefisien attitude korelasi sig. (2-tailed) N
Knowledge
Skill
Attitude
1,000 . 17
0,000 1,000 17
0,348 0,171 17
0,000 1,000 17
1,000 . 17
0,213 0,412 17
0,348 0,171 17
0,213 0,412 17
1,000 . 17
* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed) Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan : - angka probabilitas (sig.2-tailed) > nilai (Alpha) 0,05 maka Ho diterima - angka probabilitas (sig. 2-tailed ) < nilai (Alpha) 0,05 maka Ho ditolak
Pada Tabel 8 disebutkan bahwa pada selang kepercayaan 95% tidak ada hubungan yang nyata dari ketiga aspek-aspek kompetensi K3 perusahaan yaitu antara aspek knowledge, skill , dan attitude. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang erat atau signifikan antara ketiga aspek kompetensi tadi. Berdasarkan uji statistik yang ada menggunakan uji Wilcoxon yang perlu menjadi prioritas untuk ditingkatkan dari perusahaan yaitu pada attitude dimana penilaian sebesar 3,6 masuk kedalam kategori mau. Memiliki selisih nilai -0,5 antara penilaian perusahaan itu sendiri dengan penilaian menggunakan standar ILO dimana penilaian perusahaan lebih tinggi yaitu sebesar 4,1 dibandingkan
33
dengan penilaian menggunakan standar ILO yaitu sebesar 3,6 hal ini berarti perusahaan menilai bahwa yang mereka lakukan sudah sangat baik padahal pada kenyataannya tidak demikian dan masih perlu ditingkatkan atau disesuaikan dengan penilaian yang semestinya. Pada uji korelasi Spearman, attitude tidak dipengaruhi oleh aspek kompetensi yang lain baik itu knowledge maupun skill, sehingga dalam penentuan alternatif strategi dapat ditinjau dari ketiga aspek tersebut. Attitude terkait dengan sikap perusahaan itu sendiri, untuk meningkatkan sikap dapat dilakukan pengawasan dan evaluasi baik itu secara mandiri (self assessment) ataupun pengawasan dari luar (eksternal assessment). Contoh pengawasan dan evaluasi K3 secara mandiri antara lain menggunakan audit internal perusahaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebutkan bahwa audit sistem manajemen K3 harus meliputi unsur-unsur: 1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen. 2. Strategi pendokumentasian. 3. Peninjauan ulang desain dan kontrak. 4. Pengendalian dokumen. 5. Pembelian. 6. Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3. 7. Standar pemantauan. 8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan. Audit Sistem Manajemen K3 oleh perusahaan harus dilakukan secara berkala
untuk
mengetahui
keefektifan
penerapan SMK3.
Audit
harus
dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personel yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang sudah diterapkan. Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan di tempat kerja. Hasil audit tadi harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen. Untuk pelaksanaan K3 yang baik pada level manajemen perusahaan seperti pada Gambar 5.
34
PERUSAHAAN Kebijakan K3 perusahaan Tenaga kerja kompetensi
Sistem Manajemen K3
Perlengkapan yang aman
PEK, SAR, Jasa K3
Alat pelindung diri
Tempat berteduh perumahan dan gizi kerja
Level Tingkat kerja Perencanaan lokasi
Seleksi metode kerja
Perlengkapan aman
Organisasi kerja
Operasi pekerjaan aman Sumber: Draft Kode Praktek Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan (Genewa, ILO.1997)
Gambar 5 Hirarki proses pelaksanaan K3 pada level manajemen perusahaan. 4.4 Kegiatan Penebangan. Kegiatan penebangan dilakukan oleh chainsaw man, dalam melakukan kegiatan tersebut untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti tersangkutnya bar chainsaw ketika dilakukan penebangan. Pada saat melakukan penebangan dimulai dengan persiapan alat yaitu terlebih dahulu dengan pengikiran mata chainsaw, memasukkan bahan bakar campur, dan memasukkan oli agar mata chainsaw tidak mudah putus. Kemudian setelah persiapan alat selesai, maka kegiatan selanjutnya adalah pembersihan tumbuhan merambat di sekitar pohon yang akan ditebang. Pembersihan tumbuhan merambat dilakukan agar tidak ada yang menahan pohon yang akan ditumbang dan mencegah pohon melenting.
35
Setelah pembersihan tumbuhan merambat maka dibuat jalur keselamatan. Pembuatan jalur keselamatan dilakukan untuk memudahkan operator dan helper menghindari pohon tumbang. Sebelum dilakukan penebangan, terlebih dahulu operator menentukan arah rebah. Penentuan arah rebah yang dilakukan oleh operator hanya dengan mempertimbangkan kemiringan tajuk. Padahal dalam aturan Reduce Impact Logging (RIL) sedikitnya ada 7 faktor yang menentukan arah rebah pohon. Faktor-faktor tersebut adalah: arah penyaradan, kemiringan lapangan, kemiringan pohon, kesimetrisan tajuk, menghindari pohon lain, menghindari jatuh pada benda keras (batu, batang, dll), dan ketersedian alat bantu (baji, penunjang). Kegiatan penebangan dimulai dengan cara menebang pohon yang dekat dengan TPN terlebih dahulu kemudian menjauh. Langkah pertama dalam menebang pohon adalah membuat takik rebah dan takik balas. Pembuatan takik rebah dan takik balas dilakukan oleh operator chainsaw untuk merebahkan pohon yang akan ditebang dan membantu mengarahkan pohon ke arah rebah yang diinginkan. Jika berpedoman dalam RIL, tunggak diusahakan seminimal mungkin (maksimal 50 cm untuk pohon tidak berbanir dan 80 cm untuk pohon berbanir). Kayu berbanir dan di atas cabang pertama dimanfaatkan secara maksimal. Lalu pembuatan takik rebah dilakukan dengan cara membuat lantai takik berupa potongan tegak lurus batang pada arah rebah lalu membuat atap takik rebah, bersudut 45° dengan lantai takik. Takik rebah ini dibuat sedalam 1/3 sampai ¼ diameter pohon. Kemudian pada ketinggian 2-5 cm dari lantai takik rebah dibuat takik balas di belakang takik rebah.
Sumber: Koleksi Pribadi
Gambar 6 Salah satu bentuk kegiatan penebangan di PT. Sarpatim.
36
4.4.1 Karakteristik responden penebangan Karakteristik responden diperlukan untuk mengetahui identitas responden yang kita teliti, sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat
keberhasilan
pemahaman K3 yang telah dilaksanakan selama ini di perusahaan. Karakteristik responden ditinjau dalam hal jenis kelamin, pendidikan, usia, dan pengalaman kerja. Dimana responden terdiri dari masing-masing bidang yang terkait dengan penelitian ini. Pada pekerjaan kehutanan sebagian besar pekerjaannya dilakukan oleh kaum laki-laki, tentu saja hal itu dapat kita lihat di lapangan, dari data yang diambil untuk bidang penebangan, seluruh responden yang terkait merupakan laki-laki dengan jumlah responden sebanyak 19 orang. Pendidikan merupakan salah satu pertimbangan penting bagi perusahaan dalam mempekerjakan karyawan. Secara umum untuk pekerjaan kehutanan terutama para operator memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal itu tentu saja berpengaruh terhadap wawasan karyawan terhadap pemahaman penerapan K3 yang telah dilakukan perusahaan.
S1, 0
Lainnya, 2 SD, 4
D3, 0 SMA, 1
SMP, 12
Gambar 7 Pendidikan responden penebangan. Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa pada responden penebangan yang berpendidikan SD sebanyak 4 orang (21,1%), (SMP) sebanyak 12 orang (63,2%), SMA sebanyak 1 orang (5,3%), diploma (D3) tidak ada (0%), sarjana (S1) tidak ada, dan lainnya 2 orang (10,5%). Semakin tinggi pendidikan karyawan
37
maka diharapkan semakin tinggi pula tingkat pemahaman dan penerapan K3 karyawan kepada perusahaan. Usia yang ditetapkan oleh PT. Sarpatim bagi karyawannya yaitu berkisar 18 hingga 55 tahun, dimana usia tersebut merupakan usia produktif untuk bekerja. Untuk usia responden dalam bidang antara lain 8 orang berusia 19-29 tahun (42,1%) , 4 orang berusia 30-39 tahun (21,1%) , 6 orang (18,2%) berusia 40-49 tahun, dan 1 orang berusia 55-59 (5,3%) sedangkan untuk yang pekerja berusia 60 tahun tidak ada (0%) (Gambar 8). 50-59, 1
40-49, 6
60, 0
19-29, 8
30-39, 4
Gambar 8 Usia pada responden penebangan. Pengalaman kerja merupakan tolak ukur karyawan memahami perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Begitu pula halnya dengan karyawan PT. Sarpatim yang telah bekerja di PT. Sarpatim lebih dari 3 tahun, para pekerja mengetahui apa yang terjadi di PT. Sarpatim termasuk pemahaman serta penerapan K3 perusahaan. Berdasarkan hasil kuisioner, lamanya responden bekerja di PT. Sarpatim antara lain 1-5 tahun sebanyak 11 orang (57,9%), 6-10 tahun sebanyak 3 orang (15,8%), 11-19 tahun sebanyak 4 orang (21,1%), 20-29 tahun sebanyak 1 orang (5,3%) dan 30 tahun tidak ada (0%) dapat dilihat pada Gambar 9. Oleh karena itu, semakin lama karyawan bekerja di PT. Sarpatim maka diharapkan mampu meningkatkan pemahaman terhadap penerapan K3 yang ada, serta semakin tingginya tingkat kesadaran pekerja akan pentingnya arti K3 dalam pekerjaanya sendiri.
38 (20-29), 1
30, 0
(11-19), 4
(1-5), 11 (6-10), 3
Gambar 9 Pengalaman kerja responden penebangan. Indikator lain tentang sejauh mana keberhasilan K3 perusahaan telah terlaksana, dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penerapan K3 dari masingmasing responden itu sendiri. Pada kuisioner penelitian penulis memasukkan pertanyaan sejauh mana pemahaman dan penerapan tentang K3 di perusahaan. Hasil kuisioner menyebutkan bahwa persepsi pemahaman pekerja tentang K3 seperti Gambar 10. Pada bidang penebangan 13 orang (68,4%) menyatakan tidak tahu tentang apa yang dimaksud dengan pemahaman dan penerapan K3 di perusahaan, 2 orang (10,5%) menyatakan tidak melaksanakan K3 atau tidak paham, dan 4 (21,1%) orang menyatakan bahwa ya, melaksanakan K3 atau tahu dan paham tentang apa yang dimaksud dengan K3 itu serta bagaimana penerapannya di lapangan (Gambar 10). Ya, melaksanakan, 4
tidak melaksanakan, 2 Tidak Tahu, 13
Gambar 10 Pemahaman responden penebangan tentang penerapan K3. 4.4.2 Hasil uji satistik Wilcoxon pada bidang penebangan Perbandingan antara penilaian pekerja dengan penilaian menggunakan standar ILO tehadap pemahaman K3 secara general, yang terkait dengan aspek
39
knowledge, skill dan attitude dilakukan dengan cara uji statistik Wilcoxon menggunakan software statistik SPSS 13.0 for windows. Tabel 9 Hasil uji statistik Wilcoxon terhadap pemahaman perlindungan K3 antara penilaian pekerja bidang penebangan dengan penilaian berdasarkan standar ILO. Penebangan dengan ILO Z Asymp. Sig (2-tailed)
Pemahaman K3 -2,750 0,006 0,05
Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0.05 maka Ho ditolak
Pada Tabel 9 dilihat dari nilai angka probabilitas penebangan mengenai persepsi pekerja terhadap pelaksanaan K3 yang ada yaitu sebesar 0,006 dan angka probabilitas tersebut kurang dari nilai
(Alpha) = 0,05 maka keputusan yang
diambil yaitu tolak Ho (-) hal ini berarti pemahaman perlindungan K3 antara penilaian pekerja dengan penilaian menggunakan standar ILO berbeda nyata. Maksud dari berbeda nyata disini adalah kondisi berdasarkan penilaian pekerja bisa dikatakan belum sesuai atau terjadi gap dengan kondisi yang ada di lapangan. Perbedaan dapat kita lihat dari selisih nilai antara persepsi pekerja dan kondisi dilapangan yang didapat dari pernyataan di dalam kuisioner. Tabel 10 Hasil uji statistik Wilcoxon penebangan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO. Nilai Knowledge Skill Attitude Z -0,767 -0,134 -2,769 Asymp. Sig (2-tailed) 0,443 0,894 0,006 (Alpha) 0,05 0,05 0,05 Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0,05 maka Ho diterima - angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0,05 maka Ho ditolak
Untuk pengambilan keputusan bisa berarti berbeda nyata bernilai positif dan berbeda nyata bernilai negatif. Begitu pula untuk pernyataan tidak berbeda nyata dapat bernilai negatif dan positif. Proses pengambilan keputusan atau hipotesis suatu masalah merupakan perbandingan antara penilaian yang dirasakan pekerja kemudian dibandingkan dengan kondisi di lapangan menggunakan standar ILO.
40
Pada Tabel 10 jika dilihat dari nilai angka probabilitas bidang penebangan hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon menyebutkan bahwa pada aspek knowledge nilai asymp.sig = 0,443 > nilai nilai
(Alpha) = 0,05 maka keputusan
yang diambil yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek knowledge antara penilaian pekerja dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. Pada aspek skill sendiri tidak terdapat perbedaan yang nyata pula, hal ini dapat dilihat dari nilai asymp.sig = 0,894 > nilai nilai
(Alpha) = 0,05 maka
keputusan yang diambil yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek skill antara penilaian pekerja dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. Untuk attitude pekerja bidang penebangan memiliki nilai asymp.sig = 0.006 < nilai
(Alpha) = 0.05 maka keputusan yang diambil yaitu tolak Ho. Hal ini
berarti terdapat perbedaan yang nyata pada aspek attitude antara penilaian pekerja dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. 4.4.3 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi Tabel 11 Selisih nilai kompetensi pekerja bidang penebangan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO. Tingkat Pemahaman K3
Knowledge
Skill
Attitude
Penilaian Pekerja
3,0
3,8
3,7
3,7
Penilaian Berdasarkan Standar ILO
2,4
3,6
3,8
3,0
Selisih Skor Nilai
-0,6
-0,2
0,1
-0,7
Nilai skor rata-rata
Dari data yang disajikan pada Tabel 11 untuk penebangan pemahaman K3 secara umum memiliki selisih nilai -0,6 dengan antara penilaian berdasarkan standarisasi ILO dengan penilaian pekerja itu sendiri. Kemudian untuk penilaian berdasarkan skala Likert pemahaman K3 secara umum pada bidang penebangan masih dalam taraf rentang skala tidak mengetahui yaitu pada kisaran nilai 2,4. sedangkan untuk knowledge dari pekerja bidang penebangan sendiri memiliki selisih nilai -0,2 dan memiliki kategori nilai kedalam kelas mengetahui sebesar 3,6 hal ini berarti untuk knowledge pekerja bidang penebangan sudah baik, sedangkan untuk skill pekerja itu sendiri memiliki selisih 0,1 lebih tinggi
41
dibandingkan dengan penilaian pekerja itu sendiri yaitu sebesar 3,8 yang termasuk kedalam rentang skala mampu, sehingga dari sisi skill untuk pekerja bidang penebangan sudah termasuk baik. Dari attitude pekerja bidang penebangan memiliki selisih nilai -0,7 antara standar ILO dengan penilaian pekerja itu sendiri, nilai rata-rata attitude sebesar 3,0 termasuk kedalam rentang skala cukup mau. Hal ini berarti untuk aspek kompetensi attitude bidang penebangan masih termasuk kedalam kategori cukup. Berdasarkan selish nilai dan uji yang ada maka hal yang menjadi prioritas untuk ditingkatkan yaitu pada aspek kompetensi attitude pekerja. 4.4.4 Hasil uji korelasi Spearman Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang nyata antara aspek-aspek knowledge, skill, dan attitude dari masing-masing bidang pekerjaan. Nilai dari korelasi Spearman dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang saling terkait, hal ini berarti bahwa satu variabel saling berhubungan atau mempengaruhi variabel lainya. Tabel 12 Hasil uji korelasi Spearman penebangan Korelasi Nilai knowledge skill attitude Spearman Koefisien korelasi ,.000 0,703* 0,491 penebangan knowledge sig. (2-tailed) . 0,016 0,126 N 11 11 11 koefisien skill korelasi 0,703* 1,000 0,708* sig. (2-tailed) 0,016 . 0,015 N 11 11 11 koefisien attitude korelasi 0,491 0,708* 1,000 sig. (2-tailed) 0,126 0,015 . N 11 11 11 *Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed) Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (sig.2-tailed) > nilai (Alpha) 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas (sig. 2-tailed ) < nilai (Alpha) 0.05 maka Ho ditolak
Dari Tabel 12 disebutkan bahwa terdapat hubungan yang nyata pada selang kepercayaan 95% antara knowledge dan skill dari bidang pekerjaan penebangan dengan nilai korelasi Spearman = 0,703 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,016 < nilai
42
(Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu tolak Ho. Kemudian disebutkan pula bahwa terdapat hubungan yang nyata antara aspek skill dan attitude dengan nilai korelasi Spearman = 0,708, dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,015 < nilai
(Alpha) = 0,05. Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang
mempengaruhi pola kompetensi pekerja pada bidang penebangan yaitu antara aspek knowledge dan skill, serta antara aspek skill dengan attitude. Hasil perhitungan korelasi Spearman digunakan untuk menentukan alternatif strategi apa yang akan dipakai dalam meningkatkan attitude bidang penebangan. Dari nilai yang ada pola hubungan antara skill dan attitude menjadi prioritas dalam menentukan alternatif strategi yang akan dipakai. Dari uji statistik yang ada menggunakan uji statistik Wilcoxon pada penebangan
perbandingan
antara
penilaian
pekerja
dengan
penilaian
menggunakan standar ILO terdapat perbedaan yang nyata pada aspek kompetensi attitude dengan nilai 0,006 dimana nilai skor rata-rata menggunakan standar ILO sebesar 3,0 dan memiliki selisih nilai -0,7. Dengan rentang skala masuk kedalam rentang skala cukup. Penilaian menurut pekerja sebesar 3,7 padahal jika diukur menggunakan standar ILO nilainya sebesar 3,0 sehinga disini terjadi gap, pekerja merasa mereka sudah masuk kedalam kategori yang baik, padahal tidak demikian. Nilai yang ada menunjukkan bahwa attitude perlu menjadi prioritas untuk ditingkatkan.
Pada
penebangan
untuk
merubah
attitude
dapat
dilihat
menggunakan uji korelasi Spearman. Menurut hasil uji korelasi Spearman hal-hal yang perlu dilakukan dalam merubah attitude selain dengan penetapan aturan terkait juga dengan skill, upaya yang dilakukan seperti berikut: 1. Penerapan peraturan dan tata tertib secara tegas oleh perusahaan. 2. Perlunya pengawasan yang berkelanjutan dari mandor ataupun supervisor. 3. Perlu adanya konsultasi, motivasi, dan kesadaran dari pekerja akan pentingnya perlindungan K3. 4. Pemberian pelatihan tentang aturan penggunaan alat-alat mekanis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Diadakannya sistim reward and punishment dalam pelaksanaan K3.
43
4.5 Kegiatan Penyaradan Mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan penyaradan, yaitu dengan menggunakan traktor tipe buldozer. Jenis traktor yang digunakan untuk menyarad yaitu tipe Komatsu D86ESS-2, tipe engine S6D125 dan 200 HP. Sebelum melakukan kegiatan ini traktor terlebih dahulu membuat jalan sarad yang telah direncanakan sebelumnya. Panjang jalan sarad maksimal di PT. Sarpatim adalah 350 meter, jalan sarad yang dibuat dilapangan berbentuk sirip ikan, dimana jarak antar sirip adalah 80 meter. Pembuatan rencana jalan sarad ini selain bertujuan untuk memudahkan kegiatan penyaradan, juga bertujuan meminimalisir kerusakan akibat penyaradan yang dilakukan oleh traktor. Setelah dibuat jalan sarad maka traktor masuk mencari kayu yang telah ditebang. Kegiatan penyaradan ini dibantu oleh seorang helper. Kemudian traktor menyarad mengikuti rencana jalan sarad yang telah dibuat. Setelah sampai di TPN, kayu ditumpukkan, yang selanjutnya kayu tersebut dikupas kulitnya dan dilakukan pengukuran oleh petugas Tata Usaha Kayu (TUK).
Sumber: Koleksi prbadi
Gambar 11 Kegiatan penyaradan di PT. Sarpatim. 4.5.1 Karakteristik responden penyaradan Dari data yang diambil untuk bidang penyaradan, seluruh responden yang terkait merupakan laki-laki dengan jumlah responden sebanyak 13 orang.
44
Pendidikan merupakan salah satu pertimbangan penting bagi perusahaan dalam mempekerjakan karyawan. D3, 0 Lainnya, 0 S1, 0 SD, 2 SMA, 3
SMP, 8
Gambar 12 Pendidikan responden penyaradan. Berdasarkan Gambar 12 diketahui bahwa responden penyaradan yang berpendidikan SD sebanyak 2 orang (15,4%), (SMP) sebanyak 8 orang (61,5%), SMA sebanyak 3 orang (23,1%), diploma (D3) tidak ada (0%), sarjana (S1) tidak ada, dan lainnya tidak ada (0%). Semakin tinggi pendidikan karyawan maka diharapkan semakin tinggi pula tingkat pemahaman dan penerapan K3 karyawan kepada perusahaan. Pada Gambar 13, untuk usia responden dalam bidang penyaradan antara lain 3 orang berusia 19-29 tahun (23,1%) , 4 orang berusia 30-39 tahun (30,8%), 5 orang (38,5) berusia 40-49 tahun, dan 1 orang berusia 55-59 (7,7%) sedangkan untuk yang pekerja berusia 60 tahun tidak ada (0%). 50-59, 1
60, 0 19-29, 3
40-49, 5
30-39, 4
Gambar 13 Usia responden penyaradan.
45
Berdasarkan hasil kuisioner, lamanya responden bidang penyaradan bekerja di PT. Sarpatim antara lain 1-5 tahun sebanyak 6 orang (46,2%), 6-10 tahun sebanyak 2 orang (15,4%), 11-19 tahun sebanyak 3 orang (23,1%), 20-29 tahun sebanyak 2 orang (15,4%) dan 30 tahun tidak ada (0%) pada Gambar 14. (20-29), 2
30, 0
(1-5), 6 (11-19), 3
(6-10), 2
Gambar 14 Pengalaman kerja responden penyaradan. Indikator berikutnya, dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penerapan K3 dari masing-masing responden itu sendiri. Pada bidang penyaradan 2 orang (15,4%) menyatakan tidak tahu tentang apa yang dimaksud dengan pemahaman dan penerapan K3 di perusahaan, 6 orang (46,2%) menyatakan tidak melaksanakan K3 atau tidak paham, dan 5 (38,5%) orang menyatakan bahwa ya, melaksanakan K3 atau tahu dan paham tentang apa yang dimaksud dengan K3 itu serta bagaimana penerapannya di lapangan (Gambar 15). Tidak Tahu, 2
Ya, melaksanakan, 5
tidak melaksanakan, 6
Gambar 15 Pemahaman responden penyaradan tentang K3.
46
Dari data tersebut menunjukkan bahwa banyak pekerja atau sebagian besar dari pekerja bidang penyaradan merasakan
tidak merasa melaksanakan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lapangan . 4.5.2 Hasil uji statistik Wilcoxon pada bidang penyaradan Berikutnya untuk perbandingan antara persepsi pekerja dengan penilaian berdasakan ILO tehadap pemahaman K3 secara general ataupun yang terkait dengan aspek knowledge, skill dan attitude dapat diketahui dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan perhitungan menggunakan software statistik SPSS 13.0 for windows. Dengan menggunakan metode ini dapat kita ketahui ada tidaknya perbedaan yang nyata antara persepsi pekerja dengan penilaian berdasarkan ILO. Tabel 13 Hasil uji statistik Wilcoxon terhadap pemahaman perlindungan K3 antara penilaian pekerja bidang penyaradan dengan penilaian berdasarkan standar ILO Nilai
Pemahaman K3
Z
-1,688
Asymp. Sig (2-tailed)
0,091 0,05
Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0.05 maka Ho ditolak
Penilaian persepsi pekerja tehadap pemahaman perlindungan K3 secara general dapat dilihat pada Tabel 13. Dari nilai angka probabilitas penyaradan mengenai persepsi pekerja terhadap pelaksanaan K3 yang ada yaitu sebesar 0,091 > nilai
(Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu terima Ho (-) hal ini
berarti pemahaman perlindungan K3 berdasarkan persepsi pekerja
dengan
kondisi di lapangan (menurut standarisasi ILO) tidak berbeda nyata. Maksud dari tidak berbeda nyata disini adalah kondisi berdasarkan persepsi pekerja bisa dikatakan sudah mendekati dengan kondisi berdasarkan penilaian menggunakan standar ILO.
47
Tabel 14 Hasil uji statistik Wilcoxon bidang penyaradan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO Nilai
Knowledge
Skill
Attitude
Z
-0,460
-0,134
-2,769
Asymp. Sig (2-tailed)
0,646
0,676
0,006
0,05
0,05
0,05
Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0.05 maka Ho ditolak
Untuk pengambilan keputusan bisa berarti berbeda nyata bernilai positif dan berbeda nyata bernilai negatif. Begitu pula untuk pernyataan tidak berbeda nyata dapat bernilai negatif dan positif. Proses pengambilan keputusan atau hipotesis suatu masalah merupakan perbandingan antara persepsi yang dirasakan pekerja kemudian dibandingkan dengan kondisi di lapangan (evaluasi berdasarkan standar ILO). Pada Tabel 14 jika dilihat dari nilai angka probabilitas bidang penyaradan hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon menyebutkan bahwa pada aspek knowledge nilai asymp.sig = 0,646 > nilai nilai
(Alpha) = 0,05 maka keputusan
yang diambil yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek knowledge antara penilaian pekerja dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO Pada aspek skill (keterampilan) sendiri tidak terdapat perbedaan yang nyata pula, hal ini dapat dilihat dari nilai asymp.sig = 0,676 > nilai nilai
(Alpha) =
0,05 maka keputusan yang diambil yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek skill antara penilaian pekerja dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. Untuk attitude (sikap) pekerja bidang penyaradan sendiri memiliki nilai asymp.sig = 0,006 < nilai
(Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu
tolak Ho. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang nyata pada aspek attitude antara persepsi pekerja dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO.
48
4.5.3 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi Tabel 15 Selisih nilai kompetensi pekerja bidang penyaradan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO Tingkat Pemahaman K3
Knowledge
Skill
Attitude
Penilaian Pekerja
3,1
3,7
3,5
3,6
Penilaian Berdasarkan Standar ILO
2,7
3,6
3,5
3,3
Selisih Skor Nilai
-0,4
-0,1
0,0
-0,3
Nilai skor rata-rata
Dari data yang disajikan pada Tabel 15 diketahui bahwa selisih skor nilai untuk pemahaman K3 secara umum yaitu -0,4 dengan penilaian berdasarkan standar ILO sebesar 2,7 dan masuk kedalam rentang skala cukup. Untuk knowledge sendiri memiliki nilai selisih skor -0,1 dengan penilaian berdasarkan standar ILO sebesar 3,6 dan ini menyatakan bahwa untuk knowledge sudah termasuk ke dalam rentang skala mengetahui. Sedangkan pada skill pekerja untuk bidang penyaradan sendiri memiliki nilai selisih sebesar 0,0 dimana antara penilaian pekerja dengan standar ILO memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 3,5 dan termasuk kedalam rentang skala mampu. Pada aspek kompetensi attitude selisih dari penilaian berdasarkan
standarisasi ILO dengan penilaian pekerja
sebesar -0,3 dimana penilaian menggunakan standar ILO sendiri memiliki nilai 3,3 dan masuk kedalam rentang skala cukup. Yang perlu menjadi prioritas untuk ditingkatkan yaitu pada kompetensi attiude pekerja. Tanpa terkecuali kompetensi lainnya tetap harus dipertahankan. 4.5.4 Hasil uji korelasi Spearman Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang nyata antara aspek-aspek knowledge, skill, dan attitude dari masing-masing bidang pekerjaan. Nilai dari korelasi Spearman dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang saling terkait, hal ini berarti bahwa satu variabel saling berhubungan atau mempengaruhi variabel lainnya (Tabel 16).
49
Tabel 16 Hasil uji korelasi Spearman penyaradan Korelasi Nilai Spearman Knowledge Skill Attitude koefisien penyaradan knowledge korelasi 1,000 0,810* 0,345 sig. (2-tailed) . 0,005 0,329 N 10 10 10 koefisien skill korelasi 0,810* 1,000 0,317 sig. (2-tailed) 0,005 . 0,372 N 10 10 10 koefisien attitude korelasi 0,345 0,317 1,000 sig. (2-tailed) 0,329 0,372 . N 10 10 10 * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed) Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (sig.2-tailed) > nilai (Alpha) 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas (sig. 2-tailed ) < nilai (Alpha) 0.05 maka Ho ditolak
Perhitungan SPSS 13.0 for windows, menunjukkan bahwa terdapat bukti hubungan yang nyata pada selang kepercayaan 95% antara knowledge dan skill dari bidang pekerjaan penyaradan dengan nilai korelasi Spearman = 0,810 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,005 < nilai
(Alpha) = 0,05 dengan demikian keputusan
yang diambil yaitu tolak Ho. Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang saling berhubungan pada bidang penyaradan yaitu antara aspek knowledge dan skill. Dari uji statistik yang ada menggunakan uji statistik Wilcoxon pada penyaradan perbandingan antara penilaian pekerja dengan penilaian menggunakan standar ILO terdapat perbedaan yang nyata pada aspek kompetensi attitude dengan nilai 0,006 dimana nilai skor rata-rata sebesar 3,3 dan memiliki selisih nilai -0.3 dengan rentang skala masuk kedalam rentang skala cukup. Penilaian menurut pekerja sebesar 3,6 padahal jika diukur menggunakan standar ILO nilainya sebesar 3,3 sehinga disini terjadi gap, pekerja merasa mereka sudah masuk kedalam kategori yang baik, padahal tidak demikian. untuk merubah attitude dapat dilihat menggunakan uji korelasi Spearman. Sama seperti penebangan hal-hal yang perlu dilakukan dalam merubah attitude pekerja yaitu dengan upaya-upaya seperti berikut:
50
1. Penerapan peraturan dan tata tertib secara tegas oleh perusahaan. Seperti penerapan sanksi yang tegas, penerapan reward dan punishmet. 2. Perlunya pengawasan yang berkelanjutan dari mandor ataupun supervisor. 3. Perlu adanya konsultasi, motivasi, dan kesadaran dari pekerja akan pentingnya perlindungan K3. 4. Pelatihan dalam menggunakan alat berat sesuai dengan aturan yang yang telah ditetapkan. 4.6 Kegiatan Pengangkutan Pengangkutan pada PT. Sarpatim dilakukan antara TPN ke TPK, dan dari TPK ke Logpond dengan menggunakan logging truck. Logging truck yang digunakan yaitu Mercedez Benz 3836 AK, type engine OM 423, 361 HP,GVW 23.400 k, dengan kapasitas kerja 53.600 kg.
Kegitan pengangkutan ke logpond
dilakukan jika stok kayu di logpond tinggal sedikit. Untuk jalur yang digunakan PT. Sarpatim untuk memudahkan pengangkutan disesuaikan dengan kondisi logging truck. Yaitu jika logging truck bermuatan atau berkecepatan tinggi, logging truck mengambil bagian terdalam jalan dan jika tidak bermuatan dan berkecepatan rendah logging truck mengambil bagian terluar jalan. Kapasitas angkut logging truck dari TPN ke TPK maksimal 35 m3, sedangkan untuk kapasitas angkut ke logpond maksimal 50 m3.
Sumber: Koleksi Pribadi
Gambar 16 Kegiatan pengangkutan di PT. Sarpatim.
51
4.6.1 Karakteristik responden pengangkutan Dari data yang diambil untuk bidang pengangkutan, seluruh responden yang terkait merupakan laki-laki dengan jumlah responden sebanyak 21 orang. S1, 0
.
D3, 1
Lainnya, 0 SD, 5
SMA, 9
SMP, 6
Gambar 17 pendidikan responden pengangkutan. Pendidikan merupakan salah satu pertimbangan penting bagi perusahaan dalam mempekerjakan karyawan. Berdasarkan Gambar 17 diketahui bahwa responden pengangkutan yang berpendidikan SD sebanyak 5 orang (23,8%), (SMP) sebanyak 6 orang (28,6%), SMA sebanyak 9 orang (42,9%), diploma (D3) sebanyak 1 orang (4,8%), sarjana (S1) tidak ada, dan lainnya tidak ada (0%). Untuk usia responden dalam bidang pengangkutan antara lain 2 orang berusia 19-29 tahun (9,5%) , 10 orang berusia 30-39 tahun (47,6%), 7 orang (33,3%) berusia 40-49 tahun, dan 2 orang berusia 55-59 (9,5%) sedangkan untuk yang pekerja berusia 60 tahun tidak ada (0%). 60, 0 50-59, 2
19-29, 2
40-49, 7
30-39, 10
Gambar 18 Usia responden pengangkutan.
52
Berdasarkan hasil kuisioner, lamanya responden bidang pengangkutan bekerja di PT. Sarpatim antara lain 1-5 tahun sebanyak 2 orang (9.5%), 6-10 tahun sebanyak 8 orang (38.1%), 11-19 tahun sebanyak 8 orang (38,1%), 20-29 tahun sebanyak 3 orang (14.3%) dan 30 tahun tidak ada (0%) lihat pada Gambar 19. 30, 0 (20-29), 3
(1-5), 2
(6-10), 8 (11-19), 8
Gambar 19 Pengalaman kerja responden pengangkutan. Indikator berikutnya dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penerapan K3 dari masing-masing responden itu sendiri. Pada bidang pengangkutan 4 orang (19%) menyatakan tidak tahu tentang apa yang dimaksud dengan pemahaman dan penerapan K3 di perusahaan, 6 orang (28,6%) menyatakan tidak melaksanakan K3 atau tidak paham, dan 11 (52,4%) orang menyatakan bahwa ya, melaksanakan K3 atau tahu dan paham tentang apa yang dimaksud dengan K3 itu serta bagaimana penerapannya dilapangan (Gambar 20). Tidak Tahu, 4
Ya, m elaksanakan, 11 tidak melaksanakan, 6
Gambar 20 Pemahaman tentang K3 pada responden pengangkutan.
53
Dari data tersebut menunjukkan bahwa banyak pekerja atau sebagian besar dari pekerja bidang penyaradan merasakan
ya, melaksanakan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lapangan . 4.6.2 Hasil uji statistik Wilcoxon pada bidang pengangkutan Berikutnya untuk perbandingan antara persepsi pekerja dengan penilaian berdasakan ILO terhadap pemahaman K3 secara general ataupun yang terkait dengan aspek knowledge, skill dan attitude dapat diketahui dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan perhitungan menggunakan software statistik SPSS 13.0 for windows. Dengan menggunakan metode ini dapat kita ketahui ada tidaknya perbedaan yang nyata antara persepsi pekerja dengan penilaian berdasarkan ILO (Tabel 17). Tabel 17 Hasil uji statistik Wilcoxon terhadap pemahaman perlindungan K3 secara general pada bidang pengangkutan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO Nilai
Pemahaman K3
Z
-2,750
Asymp. Sig (2-tailed)
0,003 0,05
Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan : - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0.05 maka Ho ditolak
Penilaian persepsi pekerja tehadap pemahaman perlindungan K3 secara general dapat dilihat pada Tabel 17, dari nilai Asymp. Sig (2-tailed) atau angka probabilitas = 0,003 < nilai
(alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu
tolak Ho (-) hal ini berarti pemahaman perlindungan K3 berdasarkan persepsi pekerja dengan kondisi di lapangan (menurut standarisasi ILO) berbeda nyata. Maksud dari berbeda nyata disini adalah kondisi berdasarkan persepsi pekerja bisa dikatakan belum sesuai atau terjadi gap dengan kondisi yang ada di lapangan (berdasarkan penilaian ILO). Untuk pengambilan keputusan bisa berarti berbeda nyata bernilai positif dan berbeda nyata bernilai negatif. Begitu pula untuk pernyataan tidak berbeda nyata dapat bernilai negatif dan positif. Proses pengambilan keputusan atau hipotesis suatu masalah merupakan perbandingan antara persepsi yang dirasakan
54
pekerja kemudian dibandingkan dengan kondisi dilapangan (evaluasi berdasarkan standar ILO). Tabel 18 Hasil uji statistik Wilcoxon bidang pengangkutan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO Nilai
Knowledge
Skill
Attitude
Z Asymp. Sig (2-tailed)
-0,847 0,397
-0,677 0,496
-2,668 0,008
0,05
0,05
0,05
Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan : - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0.05 maka Ho ditolak
Pada Tabel 18 jika dilihat dari nilai angka probabilitas bidang pengangkutan hasil uji statistik Wilcoxon menyebutkan bahwa pada aspek knowledge nilai asymp.sig = 0.397 > nilai nilai
(Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil
yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek knowledge antara penilaian pekerja dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. Pada aspek skill (keterampilan) sendiri tidak terdapat perbedaan yang nyata pula, hal ini dapat dilihat dari nilai asymp.sig = 0.496 > nilai
(Alpha) = 0.05
maka keputusan yang diambil yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek skill antara penilaian pekerja dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. Untuk attitude (sikap) pekerja bidang pengangkutan sendiri memiliki nilai asymp.sig = 0,008 < nilai
(Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu
tolak Ho. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang nyata pada aspek attitude antara penilaian pekerja dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. 4.6.3 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi Untuk melihat perbedaan nyata pada attitude pekerja bidang pengangkutan dapat diteliti lebih dalam menggunakan nilai skor rata-rata dan selisih nilai skor rata-rata tersebut. Tingkat pemahaman K3 pekerja secara umum memiliki selisih nilai -0,8 dimana penilaian menggunakan standar ILO sebesar 3,2 masuk kedalam rentang skala cukup. Untuk knowledge pekerja selisih antara kedua penilain yaitu
55
sebesar -0,3 dan berdasarkan standar ILO nilai untuk knowledge kerja sebesar 3,7 yang masuk kedalam rentang skala mengetahui. Hal ini berarti tingkat knowledge pekerja sudah termasuk baik. Sedangkan pada skill pekerja sendiri memiliki nilai 3,8 dengan selisih -0,2 dan masuk kedalam rentang skala mampu. Dari penilaian tersebut skill pekerja pada bidang pengangkutan sudah baik dan perlu dipertahankan. Pada aspek kompetensi untuk attitude memiliki nilai menggunakan standar ILO sebesar 3,4 dengan selisih nilai -0,8 dimana nilai tersebut masuk kedalam rentang skala cukup mau. Nilai attitude pekerja pada bidang pengangkutan belum baik dan masih masuk kedalam kategori cukup dan perlu menjadi prioritas untuk ditingkatkan (Tabel 19). Tabel 19 Selisih nilai kompetensi pekerja bidang pengangkutan antara penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO Nilai skor rata-rata Penilaian Pekerja
Tingkat pemahaman K3
Knowledge
Skill
Attitude
4,0
4,0
4,0
4,2
Penilaian Menggunakan Standar ILO
3,2
3,7
3,8
3,4
Selish Skor Nilai
-0,8
-0,3
-0,2
-0,8
4.6.4 Hasil uji korelasi Spearman Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang nyata antara aspek-aspek knowledge, skill, dan attitude dari masing-masing bidang pekerjaan. Nilai dari korelasi Spearman dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang saling terkait, hal ini berarti bahwa satu variabel saling berhubungan atau mempengaruhi variabel lainnya Tabel 20 Hasil uji korelasi Spearman pengangkutan Korelasi Nilai Knowledge Skill Attitude Spearman koefisien pengangkutan knowledge korelasi 1,000 0,904* 0,559 sig. (2-tailed) . 0,001 0,117 N 9 9 9 koefisien skill korelasi 0,904* 1,000 0,317 sig. (2-tailed) 0,001 . 0,110 N 9 9 9 koefisien attitude korelasi 0,559 0,569 1,000
56 Lanjutan Tabel 20 Korelasi Spearman
Nilai sig. (2-tailed) N
Knowledge 0,117 9
Skill 0,110 9
Attitude . 9
* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed) Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (sig.2-tailed) > nilai (Alpha) 0.05 maka Ho diterima - angka probabilitas (sig. 2-tailed ) < nilai (Alpha) 0.05 maka Ho ditolak
Dari Tabel 20 yang merupakan hasil perhitungan SPSS 13.0 for windows, disebutkan bahwa terdapat hubungan yang nyata pada selang kepercayaan 95% antara knowledge dan skill dari bidang pekerjaan pengangkutan dengan nilai korelasi Spearman = 0,904 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,001 < nilai
(Alpha) =
0,05 maka keputusan yang diambil yaitu tolak Ho. Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang mempunyai hubungan terhadap kompetensi pekerja pada bidang pengangkutan yaitu antara aspek knowledge dan skill. Secara umum dilihat dari analisis statistik yang ada, evaluasi terhadap pemahaman perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) berdasarkan standarisasi Kode Praktis ILO pada bidang pengangkutan dinilai belum maksimal dilakukan di lapangan. Hal ini dapat dinilai dari tingkat knowledge, skill, dan attitude. Secara keseluruhan untuk tingkat pengetahuan (knowledge) pekerja di lapangan sudah baik, begitu juga dengan tingkat keterampilan pekerja (skill). Yang menjadi permasalahan yaitu pada variabel sikap (attitude) pekerja pengangkutan. Jika ditinjau melalui nilai skor rata-rata untuk attitude nilai berdasarkan penilaian pekerja yaitu sebesar 4,2 sedangkan menurut penilaian menggunakan standar ILO yaitu sebesar 3,4 sehingga didapat selisih nilai sebesar -0,8 ini berarti attitude pekerja pada bidang pengangkutan belum sesuai antara penilaian yang mereka berikan terhadap penilaian menggunakan standar ILO. Penilaian terhadap attitude pekerja bidang pengangkutan menggunakan standar ILO masuk kedalam rentang skala cukup. Oleh karena itu attitude menjadi prioritas utama untuk lebih ditingkatkan, tanpa terkecuali aspek kompetensi lain tetap harus dipertahankan. Untuk penentuan alternatif strategi, jika dilihat dari hasil uji korelasi Spearman, disebutkan bahwa attitude tidak dipengaruhi kompetensi manapun
57
sehingga dalam penerapan alternatif strategi untuk bidang pengangkutan dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Penerapan peraturan dan tata tertib secara tegas oleh perusahaan, antara lain penerapan sanksi yang tegas, penerapan reward dan punishment. 2. Perlunya pengawasan yang berkelanjutan dari mandor ataupun supervisor. 3. Perlu adanya konsultasi, motivasi, dan kesadaran dari pekerja akan pentingnya perlindungan K3. 4. Penggunaan aturan yang jelas pada lalu-lintas kendaraan perusahaan sesuai dengan aturan nasional. 5. Pemahaman tentang beban kerja yang diterima oleh pekerja. 6. Mendapatkan pelatihan tentang pengetahuan terhadap jenis kendaraan yang mereka kemudikan.
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Operasi
pemanenan
hutan
sangat
beresiko
terhadap
keselamatan
pekerjanya. Terutama pada operasi penebangan, penyaradan, muat bongkar dan pengangkutan. Kesalahan yang ditimbulkan akibat kelalaian dan tidak sesuainya tindakan operator dengan ketentuan yang berlaku dapat menimbulkan masalah yang disebut dengan kecelakaan kerja. Menanggapi permasalahan tersebut perlu adanya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang efektif dan efisien agar tingkat kecelakaan kerja yang ada dapat diminimalkan. Identifikasi masalah serta evaluasi pemahaman perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada pekerjaan kehutanan dapat dilihat dari sisi knowledge, skill, dan attitude pekerja maupun perusahaan. \ Untuk pelaksanaan K3 di PT. Sarpatim di lapangan belum sepenuhnya maksimal dilaksanakan, oleh karena itu perlu dilakukan upaya monitoring dan pengawasan secara intensif sehingga dalam pelaksanaannya K3 dapat berjalan efektif dan efisien. Prosedur yang telah dirancang dan dilbuat selama ini dirasakan belum begitu maksimal hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan serta kurangnya tenaga ahli K3. Jika dilihat dari aspek kompetensi maka attitude yang perlu menjadi prioritas utama untuk diubah baik itu bagi perusahaan maupun pekerja. Cara merubah attitude dapat dilakukan dengan memberi pemahamanpemahaman tentang pentingnya kesadaran akan K3 (training need assessment) kemudian antara perusahaan dan pekerja dapat saling memberi sharing agar pengetahuan serta informasi-informasi baru mengenai K3 bisa diserap. Untuk lebih lanjut hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik Wilcoxon masing-masing bidang yaitu pada perusahaan, pekerja bidang penebangan, penyaradan, dan pengangkutan. Aspek kompetensi attitude merupakan aspek kompetensi yang perlu menjadi prioritas untuk diubah. Berdasarkan Skala Likert, atittude perusahaan menurut standar ILO termasuk kedalam rentang skala cukup. Attitude merupakan hal yang menjadi prioritas perusahaan. Pada perusahaan alternatif strategi yang dipilih untuk meningkatkan attitude jika ditinjau
59
menggunakan Korelasi Spearman yaitu dengan cara antara lain self assessment dan external assessment. Pada pekerja bidang penebangan attitude menjadi prioritas utama untuk lebih ditingkatkan. Berdasarkan Skala Likert nilai skor rata-rata pekerja untuk kompetensi attitude masuk kedalam rentang skala cukup. Hasil uji Korelasi Spearman sebagai tolak ukur untuk penentuan alternatif strategi yaitu, untuk merubah attitude terkait dengan peningkatan skill pekerja. Hal ini berarti dalam meningkatkan skill, upaya-upaya yang dilakukan antara lain: Pemberian pelatihan tentang aturan penggunaan alat-alat mekanis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu untuk meningkatkan attitude dapat dilakukan upaya seperti: penetapan peraturan dan tata-tertib yang tegas, dan pengawasan yang berkelanjutan, serta diadakan sistem reward dan punishment. Untuk penyaradan sendiri hampir sama seperti penebangan, yang menjadi prioritas adalah attitude. Dari Skala Likert nilai skor rata-rata berdasarkan penilaian menggunakan standar ILO attitude masuk ke dalam rentang skala cukup. Sehingga dalam merubah attitude dapat dilakukan upaya-upaya seperti: penerapan peraturan dan tata-tertib yang tegas, pengawasan yang berkelanjutan dari mandor atau supervisor, penerapan sanksi reward dan punishment, perlu adanya konsultasi dan motivasi bagi pekerja. Pada pengangkutan sama seperti bidang lainnya juga, yang menjadi prioritas adalah aspek kompetensi attitude. Berdasarkan Skala Likert nilai skor rata-rata attitude dengan menggunakan standar ILO masuk kedalam rentang skala cukup. Dalam penentuan alternatif strategi menggunakan uji Korelasi Spearman untuk meningkatkan attitude dapat ditinjau dari semua aspek. Oleh karena itu upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah penerapan peraturan dan tata-tertib yang tegas, pengawasan yang berkelanjutan, penggunaan aturan lalu-lintas yang jelas pada kendaraan perusahaan, pelatihan tentang pengetahuan terhadap jenis kendaraan yang dikemudikan.
60
5.2 Saran 1. Perlu adanya penilaian serta evaluasi-evaluasi dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang efektif bagi perusahaan. 2. Ada kerja sama dengan pihak luar perusahaan terkait dengan peningkatan perlindungan K3. 3. Perlu adanya kerjasama dengan dinas kehutanan terkait dengan pelaksanaan K3 bagi pekerjaan kehutanan. 4. Menyempurnakan sarana pendukung dalam perlindungan K3 bagi pekerja. 5. Perlu kajian lebih lanjut bagi bidang-bidang lain untuk mendukung pentingnya perlindungan K3 dalam kegiatan operasi pemanenan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2002. The Implementation of Occupational Health and Safety (OHS) Program, Workers Complaints. Surabaya: Airlangga Library University. Arep I, dan H Tanjung. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Universitas Trisakti. Budiaman A. 2003. Diktat Kuliah Dasar-dasar Pemanenan Hasil Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Hasan I. 2003. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. [DEPNAKERTRANS RI] Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2002. Kode Praktis ILO , Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pekerjaan Kehutanan. Jakarta : DEPNAKERTRANS RI. Mangkunegara, A. A. A. P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mangkuprawira, S. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indoenesia, Mangkuprawira, S. dan A. Vitalaya Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurulhamzah, A.F. 2008. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Kegiatan Pemanenan Kayu di Hutan Rakyat (di Koperasi Hutan Jaya Lestari, Konawe Selatan) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi Republik Indonesia No: PER.01/MEN/1978. Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Penebangan dan Pengangkutan Kayu. [PERMENAKER] Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1996. Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Sugeng, A. M. 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Edisi kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
62
Umar, H. 2003. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: . PT. Gramedia Pustaka Utama. Yassierli. 2008. Safety Management is Not Enough.http://www. ergoinstitute.com [diunduh tanggal 1 January 2008]
63
LAMPIRAN
64
Kuisioner Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Kehutanan (Studi Kasus: PT Sarmineto Parakantja Timber, Kalimantan Tengah)
Terima kasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden untuk mengisi kuisioner ini yang merupakan instrumen penelitian, yang dilakukan oleh: Peneliti
: Achmad Armanusah Salman
NRP
: E24104098
Departemen
: Hasil Hutan
Fakultas
: Kehutanan
Perguruan Tinggi
: Institut Pertanian Bogor
Guna memenuhi penyelesaian skripsi Program Sarjana. Saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini secara lengkap dan jujur dan Saya akan menjamin kerahasiaan Anda dalam menjawab kuisioner ini. Atas bantuan dan kerjasama Anda, saya ucapkan terima kasih.
PETUNJUK PENGISIAN : •
Berilah tanda “X” pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda.
•
Jika terdapat uraian pada pilihan jawaban, isikanlah secara jelas.
A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Anda : .......................................... 2. Jenis Kelamin: (a) Pria (b) Wanita
3. Bidang pekerjaan Anda saat ini: ..............................................................
65
Kuisioner Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Kehutanan (Studi Kasus: PT Sarmineto Parakantja Timber, Kalimantan Tengah
4. Pendidikan terakhir Anda: (a) SD (b) SMP
(d) D3 (e) S1
(c) SMA
(f) Lainnya
5. Usia Anda saat ini: (a) 19-29 tahun (b) 30-39 tahun (c) 40-49 tahun
(d) 50-59 tahun (e) 60 tahun
5. Berapa lama Anda bekerja di PT.SARPATIM: (a) 1 5 tahun (b) 6 10 tahun (c) 11 19 tahun
(d) 20 29 tahun (e) 30 tahun
B. Penerapan Kesehatan dan Kesalamatan Kerja (K3) pada Perusahaan : Apakah perusahaan telah melaksanakan penerapan K3: a. Ya, melaksanakan b. Tidak melaksanakan c. Tidak tahu
Bagaimana pendapat Anda mengenai pernyataan berikut di bawah ini:
66
Lembar kuisioner persepsi Pekerja secara umum (general) terhadap pelaksanaan K3.
1
Tanggapan
Pernyataan
No
SS
S
R
TS
Ada kerja sama erat dengan pengusaha untuk mempromosikan kesehatan dan keselamatan kerja
2
Ada hak untuk berperan serta dalam pembinaan K3
3
Ada tugas untuk berperan serta dalam pembinaan K3
4
Ada hak untuk memperoleh informasi tentang resiko K3 dalam pekerjaannya
5
Adanya kewajiban untuk memperhatikan K3 baik bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar
6
Ada keharusan mematuhi upaya K3 yang ditentukan
7
Ada keharusan menggunakan dan memelihara APD saat bekerja.
8
Adanya aturan baku sesuai bidang kerja dalam hal pengoperasian alat
9
Adanya
kewajiban
untuk
melaporkan
setiap
kecelakaan atau gangguan kesehatan yang timbul selama bekerja 10
Adanya hak untuk memperoleh pemeriksaan kesehatan
11
Adanya pengaturan pembagian kerja menurut umur, bentuk badan, status kesehatan, dan keterampilan
12
Mengetahui dasar-dasar pertolongan pertama pada kecelakaan
Keterangan: SS (Sangat setuju); S (Setuju); R (Ragu- ragu); TS (Tidak setuju); STS (Sangat tidak setuju)
STS
67
Kuisioner Bidang Penebangan Lembar kuisioner persepsi Pekerja berdasarkan pengetahuan (konwledege) dalam bidang penebangan terhadap pelaksanaan K3.
No
Pernyataan
1
Mengetahui cara merencanakan arah rebah pohon
2
Mengetahui jarak aman (batas-batas zona penebangan)
3
Mengetahui cara menebang pada beragam kondisi topografi di lokasi penebangan. Mengetahui kebutuhan alat kerja (chainsaw/ gergaji) sesuai dengan volume pekerjaan (diameter pohon). Mengetahui peralatan pendukung yang harus tersedia
4 5
Tanggapan ST
T
R
TT STT
pada operasi penebangan. 6
Mengetahui cara pemeliharaan/ perawatan alat
7
Mengetahui jenis APD yang harus digunakan pada kegiatan penebangan
8
Mengetahui cara penggunaan alat (chainsaw/ gergaji) dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja.
9
Mengetahui cara mengoperasikan alat sesuai ketentuan
10
Mengetahui teknik penebangan sesuai dengan petunjuk teknis
11
Mengetahui aspek yang dapat menimbulkan kick back atau pembalikan.
Keterangan : ST (Sangat tahu); T (Tahu); R (Ragu- ragu); TT (Tidak tahu); STT (Sangat tidak tahu)
68
Lembar kuisioner persepsi Pekerja berdasarkan keterampilan (skill) dalam bidang penebangan terhadap pelaksanaan K3.
No 1
Pernyataan
Tanggapan SM
M R
TM
Dapat menentukan arah rebah pohon sesuai dengan kondisi pohon
2
Dapat menentukan batas-batas dalam zona penebangan
3
Dapat menebang pada beragam kondisi topografi di lokasi penebangan. Dapat menentukan atau memilih alat kerja yang tepat (chainsaw/ gergaji) sesuai dengan volume pekerjaan (diameter pohon). Dapat memilih dan menggunakan peralatan pendukung
4
5
pada operasi penebangan 6
Dapat melakukan pemeliharaan/ perawatan alat.
7
Dapat memilih dan menggunakan APD yang harus dipakai pada kegiatan penebangan
8
9 10 11
Dapat menggunakan alat (chainsaw/ gergaji) dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja. Dapat mengoperasikan alat sesuai ketentuan Dapat melakukan penebangan sesuai dengan petunjuk teknis. Dapat menghindarkan aspek yang berpotensi menimbulkan kick back atau pembalikan
Keterangan : SM (Sangat mampu); M (Mampu); R (Ragu- ragu); TM (Tidak mampu); STM (Sangat tidak mampu)
STM
69
Lembar kuisioner persepsi Pekerja berdasarkan sikap (attitude) dalam bidang penebangan terhadap pelaksanaan K3.
No
Pernyataan
1
Menentukan arah rebah sesuai dengan kondisi pohon.
2
Menentukan batas-batas dalam zona penebangan
3
Menebang pada beragam kondisi topografi di lokasi penebangan. Menentukan atau memilih alat kerja yang tepat (chainsaw/ gergaji) sesuai dengan volume pekerjaan (diameter pohon). Memilih dan menggunakan peralatan pendukung pada operasi penebangan. Melakukan pemeliharaan/ perawatan alat.
4
5 6 7
9
Memilih dan menggunakan APD yang harus dipakai pada kegiatan penebangan. Menggunakan alat (chainsaw/ gergaji) dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja. Mengoperasikan alat sesuai ketentuan.
10
Melakukan penebangan sesuai dengan petunjuk teknis.
11
Menghindarkan aspek yang berpotensi menimbulkan kick back atau pembalikan.
8
Tanggapan SM
M R
TM
Keterangan : SM (Sangat Mau); M (Mau); R (Ragu- ragu); TM (Tidak Mau); STM (Sangat Tidak Mau)
STM
70
Kuisioner Bidang Penyaradan Lembar kuisioner persepsi Pekerja berdasarkan pengetahuan (knowledege) dalam bidang penyaradan terhadap pelaksanaan K3.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Pernyataan
Tanggapan ST
T
R
TT STT
Mengetahui cara menyarad sesuai dengan kondisi topografi di lokasi penyaradan. Mengetahui cara merencanakan jaringan jalan sarad sesuai dengan metode arah penyaradan Mengetahui cara memperkecil berat beban dan memperkecil kerusakan pada tegakan tinggal. Mengetahui waktu penyaradan yang tepat untuk alasan keselamatan dan pertimbangan lingkungan. Mengetahui penggunaan perkakas bantu dalam penanganan kayu secara manual. Mengetahui jenis APD yang harus digunakan pada kegiatan penyaradan. Mengetahui cara mengoperasikan alat penyaradan sesuai ketentuan. Mengetahui cara pemeliharaan/ perawatan alat. Mengetahu jarak aman antara depan beban dan binatang dalam penyaradan yang menggunakan binatang penghela. Mengetahui cara pemeliharaan/ perawatan alat penyaradan
Keterangan : ST (Sangat Tahu); T (Tahu); R (Ragu- ragu); TT (Tidak tahu; STT (Sangat Tidak Tahu)
71
Lembar kuisioner persepsi Pekerja berdasarkan keterampilan (skill) dalam bidang penyaradan terhadap pelaksanaan K3.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Pernyataan
Tanggapan SM
M R
TM
Dapat menyarad sesuai kondisi topografi di lokasi penyaradan. Dapat merencanakan jaringan jalan sarad sesuai dengan metode arah penyaradan Dapat memperkecil berat beban dan memperkecil kerusakan pada tegakan tinggal. Dapat Menentukan waktu penyaradan yang tepat untuk alasan keselamatan dan pertimbangan lingkungan. Dapa Menggunakan perkakas bantu dalam penanganan kayu secara manual. Dapat memilih jenis APD yang harus digunakan pada kegiatan penyaradan. Dapat mengoperasikan alat penyaradan sesuai ketentuan. Dapat melakukan pemeliharaan/ perawatan alat. Dapat menentukan jarak aman antara depan beban dan binatang dalam penyaradan yang menggunakan binatang penghela. Mengetahui cara pemeliharaan/ perawatan alat penyaradan
Keterangan : SM (Sangat Mampu); M (Mampu); R (Ragu- ragu); TM (Tidak Mampu); STT (Sangat Tidak Mampu)
STM
72
Lembar kuisioner persepsi Pekerja berdasarkan sikap (attitude) dalam bidang penyaradan terhadap pelaksanaan K3.
No 1
Pernyataan
7
Menyarad pada beragam kondisi topografi di lokasi penyaradan. Merencanakan jaringan jalan sarad sesuai dengan metode arah penyaradan Memperkecil berat beban dan memperkecil kerusakan pada tegakan tinggal. Menentukan waktu penyaradan yang tepat untuk alasan keselamatan dan pertimbangan lingkungan. Menggunakan perkakas bantu dalam penanganan kayu secara manual. Memilih dan menggunakan APD sesuai dengan kebutuhan. Mengoperasikan alat penyaradan sesuai ketentuan.
8
Melakukan pemeliharaan/ perawatan alat.
9
Menentukan jarak aman antara depan beban dan binatang dalam penyaradan yang menggunakan binatang penghela. Mengetahui cara pemeliharaan/ perawatan alat penyaradan
2 3 4 5 6
10
Tanggapan SM
M R
TM
Keterangan : ST (Sangat Mau); M (Mau); R (Ragu- ragu); TM (Tidak Mau); STM (Sangat Tidak Mau)
STM
73
Kuisioner Bidang Pengangkutan Lembar kuisioner persepsi Pekerja berdasarkan pengetahuan (knowledge) dalam bidang pengangkutan terhadap pelaksanaan K3.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Pernyataan
Tanggapan ST
T
R
TT STT
Mengetahui penggunaan alat angkut dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja. Mengetahui jenis APD yang harus digunakan pada kegiatan pengangkutan. Mengetahui penggunaan jalan sesuai dengan kondisi cuaca (basah atau kering) pada kegiatan pengangkutan. Mengetahui cara pemeliharaan/ perawatan alat pengangkutan. Mengetahui peraturan keselamatan lalu lintas dalam penggunaan alat angkut. Mengetahui cara merancang permukaan untuk bekerja dan berjalan pada kendaraan. Mengetahui penggunaan alat sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Mengetahui peraturan dan hukum mengenai keselamatan jalan air (pengangkutan di air). Mengetahui batas maksimum beban kerja yang diperbolehkan alam melakukan kegiatan pengangkutan. Mengetahui waktu yang tepat untuk melaksanakan pengangkutan dengan tujuan meminimumkan resiko K3.
Keterangan : ST (Sangat Tahu); T (Tahu); R (Ragu- ragu); TT (Tidak Tahu); STT (Sangat Tidak Tahu)
74
Lembar kuisioner persepsi Pekerja berdasarkan keterampilan (skill) dalam bidang pengangkutan terhadap pelaksanaan K3.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan
Tanggapan SM
M R
TM
Dapat menggunakan alat angkut dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja. Dapat memilih jenis APD yang harus digunakan pada kegiatan pengangkutan. Dapat menggunakan jalan sesuai dengan kondisi cuaca (basah atau kering) pada kegiatan pengangkutan. Dapat melakukan pemeliharaan/ perawatan alat pengangkutan. Dapat menerapkan peraturan keselamatan lalu lintas dalam penggunaan alat angkut. Dapat merancang permukaan untuk bekerja dan berjalan pada kendaraan. Dapat menggunakan alat sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Dapat menerapkan peraturan dan hukum mengenai keselamatan jalan air (pengangkutan di air). Dapat mengukur beban kerja terhadap dirinya dalam kegiatan pengangkutan. Dapat merencanakan pengangkutan pada waktu yang tepat dengan tujuan meminimumkan resiko K3.
Keterangan : SM (Sangat Mampu); M (Mampu); R (Ragu- ragu); TM (Tidak Mampu); STM (Sangat Tidak Mampu)
STM
75
Lembar kuisioner persepsi Pekerja berdasarkan sikap (attitude) dalam bidang pengangkutan terhadap pelaksanaan K3.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan
Tanggapan SM
M R
TM
Menggunakan alat angkut dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja. Memilih dan menggunakan APD yang tepat dalam kegiatan pengangkutan. Menggunakan jalan sesuai dengan kondisi cuaca (basah atau kering) pada kegiatan pengangkutan. Melakukan pemeliharaan/ perawatan alat pengangkutan. Menerapkan peraturan keselamatan lalu lintas dalam penggunaan alat angkut. Merancang permukaan untuk bekerja dan berjalan pada kendaraan. Menggunakan alat sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Menerapkan peraturan dan hukum mengenai keselamatan jalan air (pengangkutan di air). Menghindarkan terjadinya beban kerja berlebih pada kegiatan pengangkutan. Melakukan pengakutan pada waktu yang tepat untuk meminimumkan resiko K3.
Keterangan : SM (Sangat Mau); M (Mau); R (Ragu- ragu); TM (Tidak Mau); STM (Sangat Tidak Mau)
STM
76
Kuisioner Perusahaan Lembar
kuisioner
persepsi
Perusahaan
berdasarkan
pengetahuan
(knowledge) terhadap pelaksanaan K3.
No 1 2
3 4
5
6 7
8 9 10
11
12 13
14
Pernyataan Mengetahui tanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Mengetahui cara mengurangi bahaya pada, atau di daerah sekitar tempat kerja kehutanan sampai pada tingkat serendah mungkin Mengetahui cara menyusun pedoman kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan. mengetahui cara sistematik untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan pengaruhnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Mengetahui teknik pemberian tugas-tugas sesuai dengan umur, bentuk badan, status kesehatan dan ketrampilan mereka. Mengetahui cara membuat catatan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Mengetahui cara memilih peralatan yang dibutuhkan pekerja, cara kerja dan organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat keterampilan yang tinggi. Mengetahui hukum, peraturan dan kode praktek yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Mengetahui pemeliharaan prosedur untuk menjamin dan meningkatkan kompetensi para pekerja. Mengetahui penyediaan supervisi yang akan memastikan bahwa para pekerja dan kontraktor melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Mengetahui jaminan bahwa semua operasi kehutanan di perusahaan telah direncanakan, diorganisir dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Mengetahui pemeriksaan kesehatan secara teratur terhadap para pekerja Mengetahui penyediaan pengobatan, pencegahan dan vaksinasi yang direkomendasikan oleh pelayanan kesehatan yang kompeten. Mengetahui penyediaan bantuan pertolongan pertama dan perawatan medis yang diperlukan pekerja.
Tanggapan ST
T
R
TT
STT
77
Lanjutan Keterangan
No
Pernyataan
15
Mengetahui pengambilan langkah- langkah tepat untuk menghentikan operasi dan mengungsiakan para pekerja ketika ada suatu bahaya yang mendadak dan serius terhadap keselamatan, kesehatan atau lingkungan kerja. Mengetahui teknik pemberian tugas terhadap pekerja dengan cara yang jelas dan tepat sesuai dengan syaratsyarat keselamatan dan kesehatan kerja Mengetahui cara merencanakan, mengorganisir dan melaksanakan pekerjaan sedemikian rupa untuk memperkecil resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan
16
17
ST
T
R
TT
Keterangan : ST (Sangat Tahu); T (Tahu); R (Ragu- ragu); TT (Tidak Tahu); STT (Sangat Tidak Tahu)
STT
78
Lembar kuisioner persepsi Perusahaan berdasarkan keterampilan (skill) terhadap pelaksanaan K3.
No 1 2
3 4
5
6 7
8 9 10
11
12 13
14
Pernyataan Dapat bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Dapat mengurangi bahaya pada, atau di daerah sekitar tempat kerja kehutanan sampai pada tingkat serendah mungkin Dapat menyusun pedoman kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan. Dapat mengidentifikasi potensi bahaya dan pengaruhnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Dapat melakukan pembagian tugas-tugas sesuai dengan umur, bentuk badan, status kesehatan dan ketrampilan mereka. Dapat membuat catatan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dapat cara memilih peralatan yang dibutuhkan pekerja, cara kerja dan organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat keterampilan yang tinggi. Dapat menerapkan hukum, peraturan dan kode praktek yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Dapat melakukan pemeliharaan prosedur untuk menjamin dan meningkatkan kompetensi para pekerja. Dapat menyediakan supervisi yang akan memastikan bahwa para pekerja dan kontraktor melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. dapat mmberikan jaminan bahwa semua operasi kehutanan di perusahaan telah direncanakan, diorganisir dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. dapat melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur terhadap para pekerja Dapat menyediakan pengobatan, pencegahan dan vaksinasi yang direkomendasikan oleh pelayanan kesehatan yang kompeten. Dapat memberikan penyediaan bantuan pertolongan pertama dan perawatan medis yang diperlukan pekerja.
Tanggapan SM
M R TM
STM
79
Lanjutan Keterangan
No
Pernyataan
15
Dapat melakukan pengambilan langkah- langkah tepat untuk menghentikan operasi dan mengungsiakan para pekerja ketika ada suatu bahaya yang mendadak dan serius terhadap keselamatan, kesehatan atau lingkungan kerja. Dapat memberikkan kejelasan teknik pemberian tugas terhadap pekerja dengan cara yang jelas dan tepat sesuai dengan syarat- syarat keselamatan dan kesehatan kerja Dapat merencanakan, mengorganisir dan melaksanakan pekerjaan sedemikian rupa untuk memperkecil resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan
16
17
SM
M R TM
Keterangan : SM (Sangat Mampu); M (Mampu); R (Ragu- ragu); TM (Tidak Mampu); STM (Sangat Tidak Mampu)
STM
80
Lembar kuisioner persepsi Perusahaan berdasarkan sikap (attitude) terhadap pelaksanaan K3.
No 1 2
3 4 5
6 7
8 9 10
11
12 13
14
Pernyataan Bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Mengurangi bahaya pada, atau di daerah sekitar tempat kerja kehutanan sampai pada tingkat serendah mungkin Menyusun pedoman kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan. Mengidentifikasi potensi bahaya dan pengaruhnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Melakukan pemberian tugas-tugas sesuai dengan umur, bentuk badan, status kesehatan dan ketrampilan mereka. Membuat catatan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Memilih peralatan yang dibutuhkan pekerja, cara kerja dan organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat keterampilan yang tinggi. Menerapkan hukum, peraturan dan kode praktek yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Melakukan pemeliharaan prosedur untuk menjamin dan meningkatkan kompetensi para pekerja. Menyediaan supervisi yang akan memastikan bahwa para pekerja dan kontraktor melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Menjamin bahwa semua operasi kehutanan di perusahaan telah direncanakan, diorganisir dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Memeriksaan kesehatan secara teratur terhadap para pekerja Menyediakan pengobatan, pencegahan dan vaksinasi yang direkomendasikan oleh pelayanan kesehatan yang kompeten. Menyediakan bantuan pertolongan pertama dan perawatan medis yang diperlukan pekerja.
Tanggapan SM
M R
TM
STM
81
Lanjutan Keterangan
No
Pernyataan
15
Mengambil langkah-langkah tepat untuk menghentikan operasi dan mengungsiakan para pekerja ketika ada suatu bahaya yang mendadak dan serius terhadap keselamatan, kesehatan atau lingkungan kerja. Memberikan teknik pemberian tugas terhadap pekerja dengan cara yang jelas dan tepat sesuai dengan syaratsyarat keselamatan dan kesehatan kerja Mengetahui cara merencanakan, mengorganisir dan melaksanakan pekerjaan sedemikian rupa untuk memperkecil resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan
16
17
SM
M R TM
Keterangan : SM (Sangat Mau); M (Mau); R (Ragu- ragu); TM (Tidak Mau); STM (Sangat Tidak Mau)
STM