190
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JAWA PADA SISWA KELAS IX-D MTSN KAMPAK TRENGGALEK MENERAPKAN PEMBELAJARAN DENGAN MULTI METODE
Oleh: Agung Wiyoto MTsN Kampak, Trenggalek
Abstrak. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik. Pembelajaran bahasa Jawa diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan mengenal budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Pembelajaran multi metode merupakan kombinasi pembelajaran kooperatif, pembelajaran langsung dan presentasi. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Kampak Kabupaten Trenggalek pada siswa Kelas IX-D Semester I bidang studi Bahasa Jawa pokok bahasan Berpidato tahun 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa. Sedangkan Peneliti disini adalah Guru bidang studi bahasa Jawa di MTsN Kampak. Berdasarkan data hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan, prestasi belajar serta motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada setiap siklusnya. Hal ini dapat diketahui dari perolehan nilai siswa pada sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 69,74; siklus pertama: 74,84 dan siklus kedua: 87,17. Ketuntasan belajarnya pun juga mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran bahasa jawa dengan menggunakan multi metode dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar siswa. Kata Kunci: pembelajaran multi metode, bahasa jawa
Bentuk prestasi belajar itu tidak bisa dipandang dari nilai yang diperoleh dari hasil ulangan saja, tetapi prestasi dapat dilihat dari segi yang lain. Simon Bloom dalam buku "Supervisi Pendidikan" menjelaskan bahwa bentuk prestasi belajar mencakup tiga mantra, yaitu: kognifikan, afektif dan psikomotorik (Simon, 1987:68). Prestasi belajar siswa dicerminkan oleh nilai yang diperoleh dalam evaluasi. Cara penilaian pada umumnya dipergunakan dengan cara kuantitatif, artinya hasil evaluasi itu diberikan dalam bentuk angkaangka. Dalam kegiatan prestasi belajar dan mengajar tentu saja akan dipengaruhi oleh beberapa hal dalam pencapaian tujuannya. Terlebih bagi seorang pelajar, banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil belajarnya tersebut. Menurut Sumadi Suryabrata, hasil prestasi belajar akan dipengaruhi oleh faktor luar yang terdiri dari lingkungan dan instrumental, dan faktor dalam yang terdiri atas fisiologis dan psikologis. (Sumadi
Suryabrata, 1984:7). Faktor Luar, (a) faktor lingkungan; (b) faktor-faktor instrumental; (c) faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, program, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya. Faktor dalam, (a) kondisi fisiologis; (b) kondisi psikologis: minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Seorang anak akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila, merasa sesuatu kebutuhan. Kebutuhan ini menimbulkan keadaan tidak seimbang, rasa ketegangan yang meminta perluasan, agar kembali kepada keadaan yang seimbang. Tidak seimbang itu dirasakan sebagai rasa tak puas. Bila kebutuhan itu telah terpenuhi, telah dipuaskan, aktivitas berkurang atau lenyap (misalnya lapar kita butuh makan, setelah makan, maka kita merasa puas) sampai timbul lagi kebutuhan-kebutuhan baru lagi. Menimbulkan kebutuhan atau rasa tak puas belum cukup dan harus pula diberi jalan yang harus ditempuh untuk memenuhi ketidak-puasan itu.
Agung Wiyoto, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa Jawa...
Kebutuhan manusia seperti telah dijelaskan di atas senantiasa akan selalu berubah. Begitu juga motif, motivasi yang selalu berkait dengan kebutuhan tentu akan berubah-ubah atau bersifat dinamis, sesuai dengan keinginan dan perhatian manusia. Relevan dengan soal kebutuhan itu maka timbulah teori tentang Teori kebutuhan lain yang akhir-akhir ini menjadi sangat popular ialah teori Maslow. Maslow menjelaskan bahwa ada sejumlah kebutuhan yang sifatnya berjenjang, dari kebutuhan yang elementer meningkat kejenjang kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya. Pemenuhan kebutuhan yang ada di bawah melahirkan kebutuhan pada jenjang berikutnya. Kebutuhan manusia digambarkan sebagai piramida. Berikut ini kebutuhan seseorang senantiasa berubah selama hidupnya. Sesuatu yang memang dan diinginkan pada suatu saat tidak lagi diacuhkannya pada saat itu. Itulah sebabnya motif-motif harus dipandang sebagai sesuatu yang dinamis. Manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami perubahanperubahan. Perubahan-perubahan tersebut bersumber dari peristiwa kematangan (maturation) dan belajar (learning) atau kombinasi dari kedua peristiwa tersebut. Kematangan adalah proses perkembangan yang di dalamnya orang dari waktu ke waktu menunjukkan berbagai ciri-ciri yang berbeda bersumber dari cetak biru (blueprint) yang telah dibawanya sejak masa konsepsi masa bertemunya ovum dan spermatozoa. Pada pertumbuhan yang normal, bayi berusia I tahun, berdiri dan berjalan dengan sendirinya; sebaliknya kita tidak dapat memaksakan bayi baru lahir untuk berdiri dan berjalan. Kecenderungan tertarik dengan lawan jenis pada usia sekitar 12 tahun, sejalan dengan cetak birunya bahwa pada usia tersebut telah terjadi perkembangan organ dan fungsi seksual. Orangtua dapat memaksakan anaknya yang masih usia kanak-kanak untuk dikawinkan, namun mereka tidak akan melaksanakan tugas-tugas sebagaimana layaknya suami-
191
istri. Contoh-contoh itu merupakan bukti bahwa kematangan sebagai determinan dari peristiwa perkembangan manusia. Belajar sebagai kebaikan dari kematangan, perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan individu tidak diwariskan dari genetika. Perubahan-perubahan dapat berupa pengertian, tingkahlaku, persepsi, motivasi atau kombinasi dari unsur-unsur itu dan selalu menunjukkan perubahan yang sistematis dalam tingkahlaku atau disposisi tingkahlaku yang terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman dalam situasi tertentu. Secara definitif terdapat sejumlah pengertian tentang belajar. Pada umumnya orang mengartikan belajar sebagai prosesperubahan tingkahlaku atau perubahan dari tidak tahu/mengerti menjadi tahu/mengerti. Beberapa perbedaan cara pandang mengenai pengertian belajar dapat difahami sebagai akibat dari pandangan tentang hakekat manusia dan lingkungannya. Dalam kehidupan sehari-hari kedua konsep kematangan dan belajar tidak dapat dipisahkan secara kaku. Banyak perubahan tingkah laku yang merupakan kombinasi dari kedua peristiwa tersebut. Dalam banyak pembahasan mengenai perkembangan individu disebutkan bahwa perkembangan suatu aspek atau ciri-ciri pribadi tertentu akan mencapai optimal, kalau ia ada pada masa kematangannnya dan disertai dengan belajar yang tepat dan sistematis. Perumusan tujuan belajar lebih banyak terkait dengan teknik mengajar dari sudut pandang behavioristik dan kognitif. Ada tiga alasan pokok mengapa tujuan belajar dinyatakan yaitu: 1) guru menyatakan tujuan belajar bila ingin siswanya berhasil 2) memotivasi dan membantu siswa agar dapat lebih efektif dalam belajar, dan 3) evaluasi bagaimana pencapaian tujuan yang baik dan mengambil langkah untuk mengadakan pengajaran remidial bagi yang membutuhkan. Tujuan perlu diberitahukan kepada siswa. Dalam hal ini R-Mager menyatakan bahwa sekali seorang guru mengambil keputusan untuk mengajarkan sesuatu, pertama-
192
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
tama ia harus memutuskan tujuan yang hendak dicapai. Selanjutnya ia memilih prosedur, isi, dan metode yang sesuai dengan tujuan tersebut. Oleh karena siswa harus berpartisipasi aktif dan merasa turut memiliki mata ajaran tersebut, maka ia harus diberitahu. Ada tiga hal yang harus dilakukan, (1) uraikan apa yang anda inginkan dari siswa, apa yang dapat mereka perbuat bila menyelesaikan satu pokok bahasan, (2) berikan motivasi dan petunjuk pada siswa, informasi dan keterampilan apa yang harus mereka miliki, dan (3) biarkan siswa menentukan apa yang harus mereka selidiki mengenai informasi dan keterampilan yang diperlukan. Dengan prosedur yang baik ini guru harus memiliki gagasan nyata dalam memulai suatu ajaran tentang apa yang siswa dapat perbuat. Gredler (1986) membagi lima kategori pokok dari kapabilitas yang harus dipelajari manusia. Kapabilitas itu terdiri atas, (1) keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) keterampilan motor, dan (5) sikap. Menurut seorang ahli ilmu jiwa, dalam motivasi memiliki tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas (hirarkhi) diantaranya yaitu: (1) Motivasi primer terdiri atas: (a) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan sebagainya. (b) Kebutuhan akan keamanan, yakni terlindung, bebas dari takut dan kecemasan. (2) Motivasi sekunder terdiri dari: (a) Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dan dihargai dalam suatu kelompok (keluarga, sekolah, teman sebaya); dan (b) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengem-bangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, social, pem-bentukan pribadi. Suatu hal yang paling penting adalah bahwa motivasi setiap tingkat, yang atas hanya dapat dibangkitkan, apabila telah dipenuhi tingkat motivasi yang dibawahnya. Bila kita ingin anak belajar dengan baik (tingkat 5). Maka harus terpenuhi tingkat (1) s/d (4). Anak lapar, merasa tak aman, tidak dikasihi, tidak
diterima sebagai anggota masyarakat, kelas, goncang harga dirinya, tidak akan dapat belajar dengan baik. Tensing dan Hillary rela menderita susah payah untuk mencapai puncak Mount Everest. Tukang becak mendayung becak dengan panas terik atau hujan lebat membawa muatannya melalui jalan yang mendaki. Pelajar mengurung diri dalam kamar untuk mempersiapkan dirinya menghadapi ujian. Di balik setiap perbuatan memiliki. motivasi yang mendorong individu melakukan perbuatan. Juga untuk belajar diperlukan motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajarpun banyak ditentukan oleh motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajar dalam belajamya. Motivasi menentukan peningkatan usaha pembelajaran. Motivasi melepaskan tenaga yang ada pada seseorang. Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Misalnya Tensing dan Hillary mungkin ingin membuktikan kesanggupan manusia untuk menaklukkan puncak tinggi itu. Tukang becak menahan panas dan hujan untuk mencari nafkah bagi anak dan. istrinya. Motivasi mempunyai tiga fungsi di antaranya ialah: (1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi; (2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai; (3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seorang yang betul-betul bertekat menang dalam pertandingan, tak akan menghabiskan waktunya betmain kartu, sebab tidak sesuai dengan tujuan. Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan: hasrat keinginan, citacita, kehausan, kesedihan dan sebagainya. Dalam hal pertama ia didorong oleh motivasi intrinsik, misalnya, seseorang bela-
Agung Wiyoto, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa Jawa...
jar karena didorong ingin tahu, ia, mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu, dalam belajar telah terkandung tujuan menambah pengetahuan. Demikian pula orang bermain. badminton untuk meminatinya, maka hal ini didorong oleh motivasi intrinsik. Bila seseorang belajar supaya mendapat angka yang baik, naik kelas, mendapat ijazah, untuk mencari penghargaan berupa angka, hadiah, dan sebagian ia didorong oleh motivasi ekstrinsik oleh sebab itu tujuan-tujuan itu terletak di luar pengetahuan itu, yakni tidak terkandung di dalam perbuatan itu sendiri. Tujuan itu bukan suatu perbuatan yang wajar dalam kegiatan yang didorong motivasi intrinsik, bila mereka belajar agar lebih sanggup mengatasi kesulitan-kesulitan hidup, agar memperoleh pengertian, penge-tahuan, sikap baik, penguasaan kecakapan, hasil-hasil itu, sendiri telah merupakan hadiah. Ganjaran bagi sesuatu yang dilakukan dengan baik ialah telah melakukan, jadi motivasi di sini tidak perlu, akan tetapi di sekolah sering digunakan motivasi ekstrinsik seperti angka-angka, pujian, ijazah, kenaikan tingkat, celaan, hukuman, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik dipakai oleh sebab pelajaran-pelajaran sering tidak dengan sendirinya menarik dan guru sering kurang mampu untuk membangkitkan minat anak. Membangkitkan motivasi tidak mudah. Untuk itu. guru harus mengenal muridmuridnya, dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk mengbubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat anak. Guru dapat menggunakan bermacammacam motivasi agar murid-murid giat belajar. Tak semua motivasi itu sama baiknya, malahan ada pula yang dapat merusak. Memberi angka (hadiah), banyak murid belajar untuk mencapai nilai baik dan untuk itu berusaha dengan segenap tenaganya untuk meraih nilai yang baik. Nilai itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat. Akan tetapi ada pula yang bekerja untuk
193
naik kelas saja. Angka itu harus benar-benar menggambarkan hasil belajar anak. Namun belajar semata-mata untuk mencapai nilai tidak akan memeberi hasil belajar yang sejati. Hadiah, tidak selalu merupakan motivasi. Hadiah untuk suatu gambar yang terbaik, tidak menarik bagi mereka yang tak mempunyai bakat menggambar. Tak banyak orang menjadi walikota, walaupun jabatan itu terbuka bagi semua orang. Kalau hadiah itu rasanya tak tercapai, maka tak akan membangkitkan motivasi, bila setiap orang mempunyai harapan untuk memperolehnya. Bagi pelajaran, hadiah juga dapat merusak, bila hadiah itu menyimpangkan pikiran anak dari tujuan belajar yang sebenarnya. Saingan sehat, sering digunakan sebagai alat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi di lapangan industri, perdagangan, dan juga di sekolah. Persaingan sering mempertinggi hasil belajar. Baik persaingan individual maupun persaingan antar kelompok. Tapi perlu diingat bahwa sikap anak berbeda-beda terhadap persaingan. Ada yang ingin mempertingi harga diri bila menang dalam persaingan. Ada yang tak suka tak berani bersaing. Ada yang acuh tak acuh. Karena tak ada harapan menang. Persaingan dapat merusak. Yang tampil hanya anak-anak yang baik saja dengan merendahkan harga diri anak-anak yang lain. Dalam persaingan setiap peserta diancam oleh rasa takut akan kegagalan. Persaingan merusak suasana sosial. Dalam dunia sekarang hendaknya diutamakan kerjasama dan bukan persaingan. Sekarang ini tidak berlaku lagi semboyan bahwa, hanya yang kuat akan hidup, melainkan slogan kita sekarang adalah, kita harus bekerjasama Nasib dunia ini tergantung kepada kesanggupan umat manusia untuk bekerjasama, oleh sebab manusia telah mempunyai alat untuk menghancurkan dunia. Hasrat untuk belajar, tanpa suatu hasrat atau maksud akan mengalami kesulitan mempelajari hal-hal tertentu. Kita mengingat nama-nama, warna-warna, situasi-
194
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
situasi tertentu tanpa suatu maksud yang disengaja untuk menghafalnya, atau belajar secara kebetulan. Akan tetapi hasil belajar akan lebih baik, apabila ada hasrat atau ada tekat untuk mempelajari sesuatu. Tentunya kuatnya tekat tergantung pada macammacam faktor, antara lain nilai tujuan pelajaran itu bagi anak. Ego involvement, seorang merasa ego involvement atau keterlibatan diri bila ia merasa pentingnya suatu tugas, dan menerimanya sebagai suatu tantangan dengan mempertaruhkan harga diri. Kegagalan akan berarti berkurangnya harga diri. Itu sebabnya ia akan berusaha dengan segenap tenaganya untuk mencapai hasil baik demi menjaga dirinya, Ego involvement artinya bahwa harga diri anak itu terlibat dalam tugas. Bahayanya ialah akan mengakibatkan kegagalan pada diri anak. Harga dirinya rusak dan timbul rasa berdosa. Tidak dalam segala tugas terdapat ego involvement MisaInya, regu guru tidak akan merasa malu atau rendah, apabila kalah di dalam pertandingan sepak bola dengan siswa. Kekalahan itu tidak menyinggung harga diri. Sering memberi ulangan, murid-murid lebih giat belajar, apabila tahu akan diadakan ulangan atau test dalam waktu singkat. Akan tetapi bila ulangan terlampau sering dilakukan misalnya setiap hari, maka pengaruh tidak berarti lagi. Agaknya ulangan sekali dua minggu lebih merangsang muridmurid untuk belajar dengan giat daripada ulangan tiap hari. Tentu saja harus diberitahukan terlebih dahulu akan diadakannya ulangan itu. Tes tiba-tiba (surprise test), dalam hal ini tidak memberikan motivasi pada anak. Mengetahui hasil, melihat grafik kemajuan. melihat hasil baik Pekerjaan memperbesar kegiatan belajar. Sukses mempertinggi usaha dan memperbesar pekerjaan dalam hal mana diharapkannya memperoleh sukses. Karena itu bawalah anak dari sukses yang satu kepada sukses yang satu lagi. Kerjasama, bersama-sama melakukan tugas, atau bantu-membantu dalam menu-
naikan tugas, mempertinggi kegiatan belajar. Kerjasama dilakukan dalam metode proyek, akan tetapi dalam mata pelajaran biasa, juga dapat dicari pokok yang dapat memupuk hubungan sosial yang sehat. Tugas yang menantang (challenging), memberi kesempatan kepada anak-anak memperoleh sukses dalam pelajaran tidak berarti bahwa mereka harus diberi pekerjaan yang mudah saja. Tugas yang sulit yang mengandung tantangan bagi kesanggupan anak, akan merangsang untuk mengeluarkan segenap tenaga. Tentu saja tugas itu selalu dalam batas kesanggupan anak. Menghadapkan anak-anak dengan problem-problem merupakan motivasi yang baik. Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik, hal ini merupakan motivasi yang baik. Pujian yang tak beralasan dan tak karuan serta terlampau sering diberikan hingga hilang artinya, Dalam percobaan-percobaan ternyata bahwa pujian lebih bermanfaat daripada hukuman atau celaan. Guru hendaknya mencari sesuatu hal yang ada pada diri setiap anak yang dapat dijadikan dasar Memberi atau pujian, misalnya tulisannya, ketelitiannya, tingkah lakunya, dan sebagainya. Pujian memupuk suasana dan mempertinggi harga diri anak. Teguran dan kecaman. digunakan untuk memperbaiki anak yang membuat kesalahan, malas dan berkelakuan tidak baik. Sarkasme (sindiran) dan celaan, hanya merusak anak. Hal ini sering dilakukan oleh guru yang tak layak disebut pendidikan yang menjadikan anak-anak menjadi frustasi. Hukuman dapat diberikan dalam bentak hukuman badan, pengasingan, celaan, kecaman, sarkasme (sindiran), dan sebagainya. Standar atau taraf aspirasi (level of aspiration), tingkat aspirasi ditentukan oleh tingkat sosial orang tua dalam masyarakat. Taraf itu menentukan tingkat tujuan, yang harus dicapai oleh anak. Ada kalanya, keadaan ini efektif tetapi kadang-kadang bisa merusak.
Agung Wiyoto, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa Jawa...
Minat, pelajaran berjalan dengan lancar apabila ada minat, anak malas tidak belajar, gagal karena tidak adanya minat. Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara sebagai berikut: (a) Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya); (b) Hubungan dengan pengalaman yang lampau; (c) Beri kesempatan untuk mendapat hasil yang baik, tidak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik, untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu; (d) Gunakan berbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok membaca, demontrasi, dan sebagainya. (e) Suasana yang menyenangkan anak harus merasa aman dan senang dalam kelas sebagai anggota yang dihormati dan dihargai. Tujuan yang disukai dan disenangi baik oleh murid, motivasi selalu mempunyai tujuan. Kalau tujuan itu berarti dan berharga bagi anak, ia akan berusaha untuk mencapainya. Guru harus berusaha, agar anak jelas mempunyai tujuan setiap pelajaran.Tujuan yang menarik bagi anak merupakan motivasi yang terbaik. Berupa petunjuk-petunjuk singkat: (a) Usahakan agar tujuan pelajaran jelas dan menarik. Motif mempunyai tujuan. Makin jelas tujuan makin kuat motivasi; (b) Guru sendiri harus antusias terhadap pelajaran yang diberikan; (c) Ciptakan suasana yang menyenangkan, senyuman yang menggembirakan suasana; (d) Usahakan agar anak-anak turut serta dalam pelajaran, biar anak-anak aktif; (e) Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak; (f) Pujian dan hadiah lebih berhasil dari hukuman dan celaan. Hasil baik dalam pekedaan merupakan hadiah bagi anak; (g) Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan anak; (h) Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid; (i) Hasil buruk, apalagi bila terjadi berulang-ulang mematahkan semangat; (j) Hargailah pekerjaan murid. (k) Berilah kritik dengan senyuman. Janganlah anak mendapatkan
195
kesan bahwa guru marah padanya, tetapi hanya kecewa atas hasil pekerjaannya atau perbuatannya, memotivasi anak berarti mengatur kondisi-kondisi sehingga ia ingin melakukan apa yang dapat dikerjakan. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akihatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan variasi dalam mengajar. Keterampilan mengadakan variasi dalam proses mengajar akan meliputi tiga aspek/yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi menggunakan media, bahan pengajaran dan variasi dalam internal antara guru dan siswa. Apabila komponen-komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau terintegrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa. Membangkitkan kemauan belajar, keterampilan yang bervariasi ini misalnya ketrampilan dalam memberi pertanyaan, dalam penguatan. Adanya variasi dalam proses belajar mengajar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan dan gaya mengajar guru, adanya perubahan interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Jadi pembelajaran multi metode dalam penelitian ini sangatlah tepat dalam peningkatan keberhasilan belajar siswa. Diharapkan dengan pembelajaran multi metode siswa lebih bergairah dan berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran multi metode merupakan kombinasi pembelajaran kooperatif, pembelajaran langsung dan presentasi. Model pengajaran langsung merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari ketrampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Keterampilan dasar itu adalah pengetahuan prosedural dan deklaratif (Arends, 1997). Model pengajaran langsung adalah model pengajaran yang berpusat pada guru. Pengajaran ini memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cermat dipihak guru.
196
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, resitasi dan tanya jawab. Teori yang paling banyak sumbangannya pada model pembelajaran langsung adalah teori belajar sosial Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan selektif, kemudian mengingat dan meniru tingkah laku orang lain. Artinya manusia dapat belajar melalui modelling, yaitu dari contoh atau model. Sedangkan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut, (a) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran; (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedangdan rendah; (c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbedabeda; (d) Penghargaan lebih berorientasi kelompok. Menurut teori konstruktivisme mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif tersebut sangatlah cocok bagi siswa dalam menemukan dan memahami pokok bahasan yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sebaya. Selain itu dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan ketrampilan bertanya siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Metode Ceramah Yang dimaksud dengan ceramah yaitu memberi tahu dan menerangkan kepada pendengar tentang sesuatu masalah atau petunjuk secara global atau detail. Ceramah bisanya diterapkan atau digunakan oleh para da’i atau mubaligh yang memberikan petuah-petuah kepada pendengar. Tujuan penggunaan metode ceramah ialah agar siswa lebih mengerti karena dengan adanya ceramah maka siswa akan merasa jelas dengan penjabaran dari ceramah tersebut. Biasanya dengan ceramah apabila murid kurang jelas maka diharapkan
murid langsung mengacungkan tangan untuk bertanya, sehingga keadaan kelas menjadi hidup. Penggunaan metode ceramah baik untuk: (1) Menimbulkan dan membina sikap serta perbuatan siswa yang memenuhi aturan; (2) Menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan cara berfikir kritis, analitis dan logis; (3) Memupuk rasa hormat kepada pembicara, siapa pun itu; (4) Membina kemampuan untuk mengemukakan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan cara siswa membahas, bertukar pendapat mengenai topik/ masalah tertentu, untuk memperoleh suatu kesepakatan atau kesimpulan. Tujuan penggunaan metode diskusi ialah agar siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara membahas dan memecahkan masalah tertentu. Penggunaan metode diskusi baik untuk: (1) Menimbulkan dan membina sikap serta perbuatan siswa yang demokratis; (2) Menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan cara berfikir kritis, analitis dan logis; (3) Memupuk rasa kerjasama, sikap toleran dan rasa sosial; (4) Membina kemampuan untuk mengemukakan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar. Langkah-langkah penggunaan, (a) Persiapan: menentukan topik yang akan didiskusikan, merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), bila kelas terlalu besar dibagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. (b) Merumuskan butir-butir pengarahan, petunjuk dan tindakan-tindakan yang lain untuk kelancaran jalannya diskusi. Pelaksanaan: menjelaskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), mengkonsumsikan topik diskusi, memberikan pengarahan diskusi, bila kelas besar dibagi dalam kelompok yang lebih kecil sesuai dengan kebutuhan, masing-masing kelompok memilih pimpinan diskusi, sekretaris ataupun pelapor, siswa berdiskusi dalam kelompoknya,
Agung Wiyoto, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa Jawa...
guru berkeliling mendatangi tiap-tiap kelompok untuk menjaga ketertiban atau membantu kegiatan diskusi, misalnya mengarahkan diskusi, membantu menjawab pertanyaan dan sebagainya. (1) Kelompokkelompok diskusi melaporkan hasil yang telah didiskusikan. Hasil diskusi tersebut kemudian ditanggapi oleh kelompok lain, bila perlu juga dapat membantu memberikan jawaban. (2) Hasil diskusi antar kelompok kemudian dicatat, ditulis dalam laporan. (3) Laporan hasil diskusi disampaikan kepada guru, oleh pimpinan diskusi atau pelapor. Metode Demonstrasi Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga Siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Metode ini sangat cocok digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, membandingkan komponenkomponen yang membentuk sesuatu, membandingkan sesuatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Metode demonstrasi mempunyai kelebihan sebagai berikut: (1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat); (2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari: (3) Proses pengajaran lebih menarik. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati. Adapun tujuan-tujuannya adalah sebagai berikut, (1) Untuk mengetahui apakah
197
pembelajaran bahasa jawa dengan menerapkan multi metode dapat meningkatkan prestasi dan motivasi siswa kelas IX-D MTsN Kampak; (2) Untuk mengetahui sikap siswa kelas IX-D MTsN Kampak terhadap pembelajaran bahasa jawa dengan menggunakan multi metode. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Kampak, Kabupaten Trenggalek pada siswa Kelas IX-D Semester I bidang studi Bahasa Jawa pokok bahasan Berpidato tahun 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa. Sedangkan Peneliti disini adalah Guru bidang studi bahasa Jawa di MTSN Kampak. Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: (1) Perencanaan (Planning); (2) Pelaksanaan (Action); (3) Observasi (Observasing); (4) Refleksi (Reflection). Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah rendahnya kemampuan bertanya siswa Kelas IX-D MTsN Kampak Kabupaten Trenggalek adapun penyebab timbulnya masalah tersebut adalah: (a) Siswa takut untuk bertanya/mengemukakan pendapat; (b) Takut dimarahi, guru apabila pertanyaan yang diajukan tidak baik: (c) Siswa malu bertanya; (d) Siswa tidak memahami konsep yang diajarkan; (e) Pertanyan guru tidak dimengerti siswa; (f) Malas karena tidak tertarik pada bidang studi Bahasa Jawa; (g) Merasa takut atau malu ditertawakan oleh teman-temannya bila pertanyaan yang diajukan salah/jelek; (h) Siswa beranggapan bahwa terlalu banyak bertanya itu tidak sopan.
198
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
Untuk menunjang pemecahan masalah dalam penelitian ini diperlukan alat bantu sebagai berikut: (1) Membuat Rencana Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Multi metode; (2) Membuat lembar observasi untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas. Lembar observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur dan supervisi. Lembar observasi terstruktur digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran. Butir-butir observasi supervisi dan terstruktur terlebih dahulu didiskusikan oleh tim action research. (3) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi kreativitas siswa, yaitu berupa Lembaran Kerja Siswa (LKS) dan juga alat peraga; (4) Lembaran Angket siswa, menitik beratkan bagaimana tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang dilakukan guru; (5) Membuat alat evaluasi untuk peningkatan kualitas hasil belajar, tes dilaksanakan tiap akhir siklus; (6) Dokumentasi digunakan sebagai data aktivitas belajar di kelas. Kegiatan pemotretan ini untuk mengetahui situasi dan kondisi guru maupun siswa ketika melaksanakan penelitian. Untuk mengetahui lebih jelas tindakan yang akan dilaksanakan, berikut disampaikan deskripsi, skenario dan prosedur tindakan yang digunakan dalam penelitian ini. (a) Deskripsi dan tindakan penelitian ini sebagai berikut: Jumlah siswa Kelas IX-D sebanyak 38 siswa dibagi ke dalam 10 kelompok dengan kemampuan siswa yang heterogen dilihat dari jenis kelamin maupun kemampuan siswa, tiap kelompok masing-masing terdiri dari 3-4 siswa. Setiap kelompok memiliki hak yang sama yaitu untuk mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan. Bagi kelompok yang aktif, maka guru memberikan beberapa penghargaan. (b) Skenario dari tindakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) Langkah-langkah yang dilakukan guru: Melaksanakan appresepsi/ persepsi, memberikan motivasi, menuliskan tujuan pembelajaran
di papan tulis, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, mengelompokkan siswa yang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan multi metode, melaksanakan diskusi kelompok, melaksanakan diskusi kelas, membantu melancarkan diskusi/ membantu siswa dalam kesulitan, melatih meminta siswa membuat pertanyaan, melontarkan pertanyaan satu kelompok ke kelompok yang lain, bersama siswa membuat rangkuman materi yang didiskusikan, melaksanakan penilaian proses, memberikan tugas pada akhir pelajaran. (2) Langkah-langkah yang dilakukan siswa: berdiskusi dalam kelompoknya, diskusi kelas, membuat pertanyaan, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan, minta bantuan guru bila mengalami kesulitan, presentasi hasil diskusi, bersama guru mengambil kesimpulan apa yang didiskusikan dan mengerjakan penilaian proses. Untuk mendapatkan data hasil penelitian maka digunakan beberapa instrumen antara lain: (a) lembar rencana pembelajaran terhadap kegiatan belajar mengajar; (b) lembar analisis hasil penilaian dalam kegiatan belajar mengajar; (c) Lembar soal atau kisi-kisi ulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama Refleksi Awal Peneliti bersama mitra guru mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas IX-D MTsN Kampak, Kabupaten Trenggalek yaitu tentang rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Planning (Perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelakasanaan tindakan ini adalah: (a) Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan multi metode; (b) Menyusun petunjuk kegiatan siswa; (c) Melaksanakan kegiatan penelitian; (d) Penilaian hasil kegiatan penelitian. Action (Pelaksanaan)
Agung Wiyoto, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa Jawa...
Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Kegiatan awal, motivasi guru tentang pentingnya berpidato; (b) Kegiatan inti, siswa berpidato sesuai dengan naskah yang disiapkan; (c) Kegiatan penutup, siswa bersama guru membuat kesimpulan terhadap hasil pembelajaran. Observasi (Pengamatan) Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisa data penilaian kinerja siswa rata-rata siswa pada siklus I masih rendah, masih belum mencapai ketuntasan minimum yaitu sebesar 75. Ketuntasan siswa juga masih belum memenuhi ketuntasan klasikal sebesar 85%. Kemampuan siswa untuk berpidato sesuai dengan aturan yang ditetapkan belum maksimal. Masih banyak siswa yang masih grogi ketika berpidato di dalam kelas. Tabel 1 Hasil Nilai Siswa pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Siswa Ahmad Zainur R. Andik Ridama Arif Bayu Yudianto Bintan Maharani T. Chiciani Diah P. Devi Novita I. Diki Kuswanto Dita Luky S. Elvi Syahrina F. Febyla Syntya Dewi Fajar Budi Cahyono Hassanain Fada M. Hendra Tri Adi S. Heru Susilo Lakum Dinukum Miftakhul Afidah Mohamad Ishak Mokh. Khoirul D. Muh. Andri H. Nur Yalis Prisnadya Cori S. P. Puji Hariyanto Putra Irawan Ricky Yannur R. Rizal Hidayat Rizki Fauziah Sandi Tejamukti Santri Eka W. Shiba M. A. Sigit Haryanto Singgih A. Suryadi Tri Prasetiyo Wahyu Depiono Wulan Nur Rohmah
Nilai Akhir 87.5 87.5 87.5 75 81.25 68.75 87.5 81.25 87.5 87.5 93.75 50 68.75 62.5 81.25 62.5 68.75 93.75 75 62.5 75 62.5 75 62.5 93.75 75 81.25 62.5 68.75 75 75 75 75 62.5 68.75
Ketuntasan Tidak Tuntas T T T T T TT T T T T T TT TT TT T TT TT T T TT T TT T TT T T T TT TT T T T T TT TT
Tuntas
No 36 37 38
Nama Siswa Yanuar Wicaksono Wahyu Dewi Safitri Muhammad Danang Jumlah Rata-rata
Nilai Akhir 62.5 62.5 81.25 2843.75 74.84
199
Ketuntasan Tidak Tuntas TT TT T 23 15 60.53 39.47
Tuntas
Refleksi Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa; (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah; (c) Dalam forum diskusi masih sedikit siswa yang terlibat aktif. Dari hasil temuan di atas akan dipergunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Siklus Kedua Planning (Perencanaan) Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus pertama, yang beda adalah pada materi kegiatannya. Selain itu berdasarkan pada temuan siklus I, maka langkah perencanaannya perlu ditambahkan yang meliputi: (a) Memperbaiki teknik bertanya pada guru; (b) Mengurangi dominasi guru; (c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Action (Pelaksanaan) Pada siklus kedua pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus pertama dengan adanya perbaikan yang diperlukan untuk memperbaiki prestasi belajar siswa Sedangkan langkah-langkah proses kegiatan pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut: (a) Kegiatan awal, motivasi guru tentang pentingnya berpidato; (b) Kegiatan inti, siswa berpidato sesuai dengan naskah yang disiapkan; (c) Kegiatan penutup, siswa bersama guru membuat kesimpulan terhadap hasil pembelajaran
200
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
Observasi (Pengamatan) Hasil Observasi selama proses pembelajaran pada siklus II terilustrasikan pada Tabel 2. Hasil nilai pada siklus II terlihat ada peningkatan prestasi belajar siswa. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sudah menampakkan adanya perbaikan pada siklus II di atas. Tabel 2 Hasil Nilai Siswa Pada Siklus II No
Nama Siswa
Nilai Akhir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Ahmad Zainur R. Andik Ridama Arif Bayu Yudianto Bintan Maharani T. Chiciani Diah P. Devi Novita I. Diki Kuswanto Dita Luky S. Elvi Syahrina F. Febyla Syntya Dewi Fajar Budi Cahyono Hassanain Fada M. Hendra Tri Adi S. Heru Susilo Lakum Dinukum Miftakhul Afidah Mohamad Ishak Mokh. Khoirul D. Muh. Andri H. Nur Yalis Prisnadya Cori S. P. Puji Hariyanto Putra Irawan Ricky Yannur R. Rizal Hidayat Rizki Fauziah Sandi Tejamukti Santri Eka W. Shiba M. A. Sigit Haryanto Singgih A. Suryadi Tri Prasetiyo Wahyu Depiono Wulan Nur Rohmah Yanuar Wicaksono Wahyu Dewi Safitri Muhammad Danang Jumlah Rata-rata
87.5 100 87.5 75 81.25 68.75 87.5 93.75 87.5 87.5 93.75 50 81.25 87.5 93.75 87.5 100 93.75 93.75 68.75 93.75 75 93.75 68.75 100 75 87.5 87.5 93.75 87.5 100 100 100 81.25 100 87.5 75 100 3312.5 87.17
Ketuntasan Tidak Tuntas T T T T T TT T T T T T TT T T T T T T T TT T T T TT T T T T T T T T T T T T T T 34 4 89.47 10.53
Tuntas
Refleksi Dari hasil observasi pada siklus II dalam penelitian tindakan ini dapat direfleksikan sebagai berikut. (a) Semua tindakan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik; (b) Kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru
peneliti; (c) Siswa lebih memahami materi yang disampaikan,terlihat dari kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal-soal materi pembelajaran berpidato. Interprestasi terhadap data, penulis sajikan pada dua hal, yakni hasil belajar siswa dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Guru. Tindak lanjut terhadap hasil interprestasi ini berupa perencanaan tindakan pada tiap siklus, penulis sertakan atas dasar evaluasi untuk perbaikan kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Hasil pengamatan kolaborator Aktivitas guru dan siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Aktivitas guru pada siklus I sebesar 71,43% dan pada siklus II naik menjadi 82,86%. Demikian juga dengan aktivitas belajar siswa yang pada siklus I prosentasenya sebesar 61,43% dan pada siklus II sebesar 85,71%. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 69,74; siklus pertama: 74,84 dan siklus kedua: 87,17 untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada grafik di bawah: RATARATA; SEB SIKLUS; 69,74 KETUNT ASAN; SEB SIKLUS; 39,47
RATARATARATA; RATA; SIKLUS SIKLUS I; 74,84 II; 87,17 KETUNT KETUNT ASAN; ASAN; SIKLUS SIKLUS II; 89,47 I; 60,53 RATA-RATA KETUNTASA N
Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar Pada Tiap Siklus
Agung Wiyoto, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa Jawa...
PENUTUP Kesimpulan Prestasi belajar serta motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada setiap siklusnya. Hal ini dapat diketahui dari perolehan nilai siswa pada sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 69,74; siklus pertama: 74,84 dan siklus kedua: 87,17. Ketuntasan belajarnya pun juga mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran bahasa jawa dengan menggunakan multi metode dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar siswa. Sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa jawa dengan menggunakan multi metode sangat positif. Siswa merasa senang dengan adanya metode yang bervariasi sehingga siswa tidak cepat merasa bosan ketika pembelajaran di dalam kelas. Dari hasil angket diperoleh prosentase sikap siswa terhadap pembelajaran bahasa jawa dengan multi metode sebesar 1,84% .
201
Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dipaparkan dapat dikemukakan saran-saran, hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan dan sesuai dengan pelajaran. Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS yang melibatkan kegiatan Multi metode. Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran Multi metode. Meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari para kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya.
DAFTAR RUJUKAN Arends. 1997. Classroom Instructional and Management. New York: McGraw Hill Comapanies.
Pedomo, Hadinoto, dkk. 1991. Kesulitan Belajar Dan Gangguan Bicara. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.
Gredler, Margareth, E., Bell. 1986. Belajar dan Membelajarkan. Terjemahan oleh munandir. 1991. Jakarta: CV. Rajawali.
Pehardjono. 1995. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Depdikbud.
Moh. Rofa'i, MP. 1982. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jammars. Ngalim Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhimat, M. 1994. PPKn Dan Kependudukan. Bandung: Geneca Exact
Simon. 1987. Artificial intelligence. In R.J. Corsini (Ed.), Concises encyclopedia of psychology. Second edition. New York, NY: Wiley Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. WJS. Poerwadarminto. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.