PENINGKATAN KREATIVITAS BERKARYA SENI KRIYA KERAMIK TEKNIK PINCHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 BONDOWOSO
Dita Ageng Dewanti Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: The purpose of this study was to improve the students‟ creativity in ceramics by using pinching technique. The problem of this research was: can audio-visual media improve the students‟ creativity in ceramics by using pinching technique. The research approach was qualitative research. The data was collected through observation, field-note, and documentation. The result of the research showed that the implementation of audio-visual media could improve the students‟ standart score from 40% up to 94.11%. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam berkarya seni kriya keramik teknik pinching. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah penggunaan media audio-visual (VCD) dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berkarya seni kriya keramik teknik pinching. Jenis penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan media pembelajaran berupa media audio visual (VCD) dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berkarya seni kriya keramik teknik pinching, dengan ketuntasan belajar sebesar 94,11% dimana sebelum dilakukan PTK ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 40%. Kata Kunci: Kreativitas, Teknik Pinching, Media Audio-Visual Pendidikan di Indonesia saat ini lebih menekankan pada keterampilanketerampilan rutin dan hafalan. Fakta di lapangan ditemukan sistem pengelolaan anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik (Tohar, 2008). Pentingnya kreativitas tertera dalam Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 yang intinya antara lain adalah melalui pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, juga mandiri. Menurut Utami Munandar (1992) berdasarkan hasil
survey yang dilakukan Indonesian Education Sector Survey Report, dijelaskan bahwa pendidikan di Indonesia menekankan pada keterampilan-keterampilan rutin dan hafalan semata-mata. Anak biasanya tidak didorong mengajukan pertanyaan dan menggunakan daya imajinasinya, mengajukan masalah-masalah sendiri, mencari jawaban-jawaban terhadap masalah atau menunjukkan banyak inisiatif. Jika hal tersebut dibiarkan, artinya apabila siswa terus dikekang oleh guru dalam proses pembelajaran, dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap pengembangan kreativitas siswa. Padahal kreativitas penting untuk dipupuk dan dikembangkan. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diajarkan karena pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain (BSNP, 2006). Salah satu tujuan pembelajaran seni budaya dan keterampilan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan. Pelaksanaan pendidikan seni budaya dan keterampilan di sekolah umum terutama tingkat pendidikan lanjutan harus berdasarkan prinsip bahwa pendidikan seni merupakan wahana bermuatan edukatif dan membangun kreativitas siswa. Untuk mencapai tujuan, dapat digunakan pendekatan inspiratif yaitu pendekatan yang dapat menggugah keharusan siswa untuk berkarya seni. Seni rupa dapat dibedakan menjadi seni rupa murni, seni kriya, dan desain. Salah satu kompetensi dasar yang dipelajari oleh siswa kelas VII SMP adalah membuat karya seni kriya dengan teknik dan corak daerah setempat. Jenis seni rupa yang termasuk dalam cabang Seni Kriya adalah Kriya Keramik, Kriya Rotan, Kriya Kayu, Kriya Kerang, Kriya logam, Kriya Kulit dan sebagainya. Namun seni kriya yang diajarkan di SMP Neberi 6 Bondowoso adalah seni keramik. Pembuatan seni keramik dapat dilakukan dengan berbagai teknik misalnya teknik putar tangan (hand wheel), putar kaki (kick wheel), cetak tuang dan cetak tekan Razak (dalam Budiyanto 2008). Apabila tanah liat sudah plastis bisa juga dibentuk dengan tangan (pinch) seperti dalam bentuk coil dan slab maupun diputar. Pembentukan dengan tangan (handbuilding) adalah salah satu teknik dalam pembuatan keramik dimana benda langsung dibentuk dengan
tangan. Teknik ini terdiri dari teknik pembentukan tangan dengan berbagai cara seperti teknik pijit, pilin, lempeng dan teknik pembentukan bebas. Istilah pinch bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti cubitan atau pijatan, karena tangan kita menekan „sesuatu‟. Teknik pinching merupakan teknik bagi pemula dalam membentuk sebuah benda keramik, contoh yang sangat sederhana berupa mangkuk atau bentuk organis tak beraturan. Hasil jejak pijitan akan bisa ditampilkan dari tekanan ibu jari dan telunjuk tangan. Fungsi pemijitan dengan jari adalah untuk mengarahkan bentuk pada benda keramik yang akan dibuat, juga untuk meratakan ketebalan benda keramik secara keseluruhan. Berdasarkan pengamatan di kelas VII A SMP Negeri 6 Bondowoso kompetensi dasar membuat karya seni kriya dengan teknik dan corak daerah setempat disajikan dalam pelajaran Seni Budaya. Kegiatan berkarya seni kriya keramik yang diajarkan di SMP Negeri 6 Bondowoso kelas VIIA menggunakan teknik pinching. Ketika pelaksanaan pembelajaran seni kriya keramik teknik pinching berlangsung, Peneliti mendapatkan temuan yaitu: Guru hanya menjelaskan teknik pembuatannya, tanpa memberi contoh secara rinci dalam proses berkarya seni kriya keramik, sehingga siswa kesulitan dalam membuat karya seni. Siswa tidak tertarik dengan materi yang diberikan oleh guru karena cara penyajian yang kurang menyenangkan dan kurang menimbulkan motivasi bagi siswa, hanya sebagian kecil siswa yang dapat membuat karya seni kriya keramik dengan teknik pinching. Tidak ada keberanian siswa dalam mengembangkan kreativitasnya. Belum optimalnya penggunaan media pembelajaran yang tepat sehingga keterampilan dan kreativitas siswa tidak berkembang. Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa tidak terwujud. Kondisi di atas bertentangan dengan tujuan pembelajaran seni budaya dan keterampilan yaitu untuk menumbuhkan kreativitas siswa sehingga terbentuk sikap apresiatif, kritis dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh (Depdiknas 2003: 5). Peningkatan kreativitas siswa dalam berkarya seni kriya keramik di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran. Kreativitas siswa dapat dibangun atau dipancing melalui pengalaman langsung, rangsangan,
benda seni, dan audio visual serta pengalaman pribadi. Guru dituntut untuk menyediakan sarana berlatih bagi siswa dan menciptakan situasi belajar yang dapat memberikan kebebasan siswa untuk berkreativitas agar siswa tertarik dan terampil dalam berkarya seni kriya keramik. Media audio visual mampu menampilkan gambar, tulisan, animasi yang bergerak dan disertai dengan suara, dapat mendorong minat dan menghemat waktu. Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama serta meningkatkan kemampuan intelektual. Penggunaan media audio visual pada proses pembelajaran akan lebih berkesan dan menarik untuk meningkatkan kreativitas siswa. Dari hasil penilitian para ahli pendidikan jika suatu informasi disampaikan melalui gambar maka 65% dari yang diinformasikan itu dapat diingat oleh siswa sedangkan jika disampaik lewat suara saja hanya dapat diingat 40% saja. Menurut Dwiyer (dalam Sadiman, 1995) ”VCD mampu membuat 94% saluran masuknya pesan atau informasi kedalam jiwa manusia melalui mata dan telinga serta mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar melalui tayangan VCD”. Dari penjelasan di atas maka dapat dilihat betapa pentingnya penggunaan media audio visual (VCD) sebagai media pembelajaran, yang dapat dilihat langsung oleh siswa sehingga memiliki pengalaman belajar yang mendekati kongkret. Media audio visual ini yang nantinya akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, peneliti berusaha menggunakan media pembelajaran yang sesuai yaitu media audio visual, untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam berkarya seni kriya keramik teknik pinching.
METODE Penelitian ini melibatkan secara langsung peneliti di lapangan mulai dari awal hingga akhir sehingga jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. PTK merupakan salah satu alternatif tindakan yang dilakukan dalam konteks kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas, yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik. PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk
memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan serta kualitas dalam konteks pembelajaran dan program sekolah secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, siswa dikenai tindakan yaitu berupa penggunaan media pembelajaran audio visual (VCD). Selama proses pembelajaran setiap peristiwa atau kejadian diamati oleh peneliti dan observer, untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pembelajaran yang diterapkan dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam berkarya seni kriya keramik teknik pinching pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 6 Bondowoso dengan jumlah siswa 34 orang. Data penelitian merupakan sejumlah fakta-fakta yang diperoleh untuk memecahkan masalah penelitian. Data tersebut diperoleh dari mengamati dan bertanya. Data-data secara aktif oleh peneliti meliputi hasil observasi, dan penugasan yang diberikan siswa disamping data tindakan yang diperoleh selama penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (1) observasi, (2) catatan lapangan, (3) dokumentasi, dan (4) penugasan. Data hasil dokumentasi, observasi, dan hasil karya siswa dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kualitas hasil belajar mengajar. Untuk megetahui peningkatan kualitas hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan skor individu dan secara keseluruhan dengan hasil belajar atau hasil karya sebelumnya. Prosedur penelitian meliputi kegiatan sebelum pelaksanaan PTK dilanjutkan dengan pelaksanaan PTK. Penelitian Tindakan Kelas direncanakan selama dua siklus. Observasi Awal Untuk Mengidentifikasi Permasalahan di Kelas. Dari hasil pengamatan pada siswa kelas VII A sebelum dilaksanakan PTK, yang berisi hal-hal berkaitan dengan pembelajaran seni budaya. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, mulai dari tanggal 15 Maret 2011 sampai dengan 5 April 2011. Hasil refleksi siiklus I digunakan sebagai acuan dalam menentukan perbaikan tindakan pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi siklus II nantinya digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pada pembelajaran selanjutnya. Siklus I a. Tahap Perencanaan (Planning)
Melakukan pertemuan awal dengan guru mata pelajaran dan wali kelas untuk membicarakan: persiapan penelitian kelas yang akan dijadikan PTK, jadwal pelajaran dan daftar nilai Seni Budaya. Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pembelajaran yang meliputi (a) kompetensi dasar, (b) rumusan indikator, (c) penyusunan skenario pembelajaran, (d) materi dan media pembelajaran, media pembelajaran audio visual berupa media VCD yang akan digunakan pada proses pembelajaran di buat sendiri oleh peneliti (Terlampir), (e) evaluasi proses dan evaluasi hasil, (f) pengorganisasian kelas, dan (g) penetuan alokasi waktu. Menyusun indikator, deskriptor, sebagai kriteria dalam mengukur kreativitas siswa dalam pembelajaran berkarya seni kriya keramik. Menyusun rambu-rambu alat perekam atau pengumpul data meliputi panduan observasi pelaksanaan pembelajaran berkarya seni kriya keramik, format catatan lapangan, dan dokumentasi. Selanjutnya peneliti melaksanakan rencana yang telah disusun dalam pelaksanaan tindakan. Sementara itu, guru (kolaborator) bertindak sebagai pendamping peneliti dan observer. b. Tahap pelaksaan Tindakan (Action) Pelaksanaan tindakan yang akan diterapkan oleh peneliti tertuang dalam rencana pembelajaran c. Tahap Pengamatan (Observation) Pengamatan difokuskan pada kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Tujuan pengamatan tersebut untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan berjalan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pelaksanaan tindakan dikatakan tercapai apabila 85% siswa memperoleh nilai ≥75, dan siswa sebagi subjek penelitian dapat meningkatkan kreativitas berkarya seni kriya keramik teknik pinching setelah di kenai tindakan. Apabila setelah mendapat tindakan, siswa tidak mengalami peningkatan sesuai dengan kriteria penilaian yang hendak dicapai, maka tindakan yang dilakukan kurang berhasil, perlu dirancang tindakan baru pada siklus berikutnya. Kegiatan pengamatan dilakukan melalui pencatatan dengan menggunakan instrumen
pengumpul data yang telah dibuat sebelumnya. Hasil rekaman kegiatan melalui pencatatan dibahas secara seksama antara guru dan peneliti. Selanjutnya hasil tersebut dijadikan sebagai dasar untuk melakukan recana tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya sampai mencapai hasil yang maksimal. d. Tahap Refleksi (Reflection) Kegiatan refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus. Kegiatan tersebut dilakukan guru (peneliti) untuk menganalisis hasil-hasil yang telah dilaksanakan selama pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan selama refleksi tersebut meliputi: (a) menganalisis kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, (b) membahas kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran, dan (c) menguraikan kendala yang ditemukan dalam pemberian tindakan dan pemecahan yang berkaitan dengan efektivitas pencapaian perencanaan yang telah ditetapkan. Hasil refleksi tersebut digunakan untuk perbaikan tindakan pada siklus berikutnya Siklus II: Pada prinsipnya langkah-langkah sama seperti pada siklus I, namun pelaksanaan pembelajarannya memperbaiki dari kelemahan yang ditemukan selama siklus I. a. Tahap Perencanaan (Planning) b. Tahap pelaksaan Tindakan (Action) c. Tahap Pengamatan (Observation) d. Tahap Refleksi (Reflection) HASIL Untuk melihat penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan pada siklus I pada pokok bahasan berkarya seni kriya keramik dengan teknik pinching, maka guru mengadakan tes unjuk kerja berkarya seni kriya keramik membuat keramik sebagai benda hias. Hasil penelitian pada siklus I diperoleh dari data pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Data tersebut dianalisis berdasarkan teknik analisis data yang sesuai. Data hasil pengamatan mencakup data kreativitas
berkarya seni kriya keramik siswa dan data hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran seni kriya keramik teknik pinching dengan media audio visual (VCD). Hasil analisis data dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Hasil yang ingin dicapai adalah peningkatan kreativitas berkarya seni kriya keramik teknik pinching dengan media audio visual (VCD). Kreativitas siswa berkaya seni keramik diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi penilaian kreativitas yang terdiri dari tiga aspek yaitu: (1) ide (2) proses dan (3) hasil karya. Masing-masing aspek mempunyai beberapa indikator. Selain mengamati krativitas siswa dalam berkarya seni keramik, observer juga mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berkarya seni kriya keramik teknik pinching dengan media audio visual (VCD) berlangsung dan catatan lapangan. Adapun tingkat kreativitas siswa dalam berkarya seni keramik pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini Tabel 1 Persentase Tingkat kreativitas Siswa berdasarkan Hasil Observasi Pada Siklus I Aspek kreativitas Ide Proses Hasil karya Rata-rata Sumber : Dianalisis Peneliti april 2011
Skor kreativitas (%) 66,47 79,76 76,07 76,17
Berdasarkan data tingkat kreativitas siswa pada lampiran dari 34 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau dinyatakan tuntas yaitu sebanyak 27 siswa atau 79,41% dari seluruh siswa. Sedangkan yang belum tuntas sebanyak 7 siswa atau 20,6% dari seluruh siswa. Nilai kreativitas individu diperoleh rata-rata 76,17% dengan nilai tertinggi 84 sedangkan nilai terendah 66. Untuk hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berkarya seni keramik teknik pinching dengan media audio visual (VCD) pada siklus I, berdasarkan data hasil pengamatan diketahui persentase keterlaksanaan pembelajaran klasikal sebesar 65,14% dengan kategori keterlaksanaan dikatakan cukup, sebagian besar siswa telah mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Siswa terlihat sangat antusias saat penayangan video dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh, namun pada saat guru memberikan pertanyaan siswa kurang aktif menjawab karena
masih ragu-ragu dengan jawabannya. Beberapa siswa masih sering menganggu temannya pada saat pelajaran. Pada saat berkarya beberapa siswa membiarkan tanahnya dalam keadaan terbuka sehingga tanahnya kering dan susah untuk dibentuk. Berdasarkan pada analisis data dan interpretasinya selama siklus I, diperoleh siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 79,41% atau 27 siswa dari jumlah keseluruhan dan pelaksanaan tindakan dikatakan tercapai apabila 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥75 maka perlu diadakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan kekurangan pada siklus I maka diadakan perbaikan-perbaikan pada siklus II. Pembelajaran yang diterapkan pada siklus II ini sama dengan pada pembelajaran siklus I, yaitu berkarya seni kriya keramik teknik pinching dengan menggunakan media audio visual (VCD). Hasil data untuk siklus II ini diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, pengamatan yang dilakukan pada siklus II meliputi kreativitas siswa dalam berkarya seni kriya keramik dan kegiatan siswa pada saat proses pembelajaran berkarya seni kriya keramik. Alat pengumpul data pada siklus II sama dengan yang digunakan pada siklus I Adapun tingkat kreativitas siswa dalam berkarya seni keramik pada siklus II dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini
Tabel 2 Persentase Tingkat kreativitas Siswa berdasarkan Hasil Observasi Pada Siklus II Aspek kreativitas Skor kreativitas (%) Ide 74,70 Proses 84,35 Hasil karya 82,35 Rata-rata 81,76 Sumber : Dianalisis Peneliti april 2011
Berdasarkan data tingkat kreativitas siswa pada lampiran dari 34 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau dinyatakan tuntas yaitu sebanyak 32 siswa atau 94,11% dari jumlah seluruh siswa. Sedangkan yang belum tuntas sebanyak 2 siswa atau 5,88% dari seluruh siswa. Nilai kreativitas individu diperoleh rata-rata 81,76% dengan nilai tertinggi 88 sedangkan nilai terendah 72. Jika dibandingkan dengan kreativitas siswa dalam berkarya seni kriya keramik pada siklus I, kreativitas siswa dalam berkarya seni kriya keramik pada siklus II mengalami
peningkatan yang cukup berarti. Pada tabel 3 berikut ini disajikan peningkatan kreativitas siswa siklus I dan siklus II
Tabel 3 Perbandingan Kreativitas Siswa Antara Siklus I dan Siklus II Aspek yang diamati Siklus I Silkus II Ide 66,47 74,70 Proses 79,76 84,35 Hasil karya 76,07 82,35 Rata-rata 76,17 81,76 Sumber : Dianalisis Peneliti april 2011
Besar perubahan 8,23 4,59 6,28 5,59
Berdasarkan tabel 3 perbandingan kreativitas siswa diakhir pembelajaran siklus II naik menjadi 94,11% bila sebelumnya hanya 79,41% mengalami kenaikan sebesar 14.7%. Pelaksanaan pembelajaran berkarya seni kriya keramik teknik pinching dengan media audio visual (VCD) siklus II secara umum sama dengan siklus I, namun pada siklus II lebih disempurnakan. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa pada siklus II siswa telah mengikuti pembelajaran dengan kategori sangat baik, hal ini diketahui dari hasil observasi bahwa persentase keterlaksanaan pembelajaran klasikal sebesar 83,52%.
PEMBAHASAN Selama observasi yang dilakukan pada siklus I pada dasarnya pembelajaran telah berjalan dengan baik hal ini terlihat dari keantusiasan siswa saat penyampaian materi dengan penayangan video tentang proses pembuatan keramik, dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh, namun masih terdapat beberapa aspek yang kurang optimal pada saat tanya jawab siswa masih ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pada siklus II, ditemukan bahwa aspekaspek yang tercantum dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran berkarya seni kriya keramik telah dilakukan oleh siswa, karena pada siklus II merupakan penyempurnaan dari siklus I yang didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Proses pembelajaran berkarya seni kriya keramik siklus II dengan menggunakan media audio visual (VCD) sudah mengalami peningkatan dengan kategori sangat baik, siswa sudah aktif dan berani mengemukakan jawabannya, tidak ada siswa yang mengganggu siswa lain karena mereka sibuk dengan tugas mereka masingmasing alat yang dibawa siswa sebagian besar sudah lengkap. siswa sangat antusias dalam berkarya seni kriya keramik kerjasama dan interaksi antar siswa
lebih baik dari siklus sebelumnya. Siswa mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh. Siswa sudah bisa menempelkan ornemen pada bodi keramik dengan baik sehingga tidak mudah lepas. Karya siswa juga lebih bervariasi karena siswa sudah lebih kreatif, siswa mudah memunculkan idenya dengan diterapkannya penggunaan media pembelajaran berupa VCD. Selain itu dalam pembelajaran ini juga memiliki beberapa kelebihan yang sama dengan pendapat para ahli mengenai penggunaan media pembelajaran menurut Briggs (1970) (dalam Sudjarwo, 1988:164) “media adalah alat yang digunakan untuk memberikan perangsang bagi siswa agar proses belajar bisa terjadi”. Menurut Danim (1995:1) bahwa “hasil penelitian telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau media dalam proses belajar-mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan prestasi siswa”. Dalam penelitian ini kreativitas berkarya siswa meliputi beberapa aspek yaitu ide, proses, dan hasil karya. Berdasarkan analisis data ide siswa yang mengalami pembelajaran dengan menggunakan media audio visual (VCD) pada siklus I, sebesar 66,47% dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 74,70 %. Hal ini berarti secara persentase meningkat 8,23 %. Aspek ide siswa dalam membuat karya pada siklus I masih dalam kategori rendah disebabkan beberapa siswa masih belum berani menuangkan idenya karena mereka masih takut salah, selain itu siswa masih terbiasa mencontoh benda-benda yang terdapat disekitarnya namun tidak dikembangkan. Sedangkan pada siklus II ide siswa dalam membuat karya termasuk dalam kategori baik karena siswa sudah mulai terbuka wawasannya, dan mendapat referensi dari tayangan VCD dan sudah lebih terampil karena sudah pernah membuat pada pertemuan sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Gordon Dryden (2000: 185) mengatakan bahwa ” Suatu ide adalah kombinasi baru dari unsur-unsur lama, tidak ada elemen baru, yang ada hanyalah kombinasi-kombinasi baru”. Selain dari tayangan VCD guru juga memberikan pertanyaan yang lebih bervariasi tentang keramik hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam mengembangkan idenya, karena ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan.
Proses dalam berkarya seni kriya keramik memiliki beberapa indikator yaitu mengenai teknik pembentukan, teknik dekorasi, pemanfaatan bahan, pemanfaatan alat dan finishing, pada siklus I tergolong rendah disebabkan siswa masih belajar untuk berkarya dengan teknik pinching karena sebelum diadakan PTK siswa masih belum menguasai teknik pembentukan keramik dengan baik. Selain itu dalam proses pemberian ornamen atau dekorasi siswa belum mengetahui teknik yang benar sehingga ornamen yang ditempel mudah lepas. Sebagian siswa membiarkan tanahnya dalam keadaan terbuka sehingga tanah menjadi kering dan sulit untuk dibentuk. Siswa harus menguleni kembali tanah yang kering disini waktu banyak terbuang. Beberapa siswa tidak membawa peralatan dan meminjam pada teman yang lain, mereka masih belum memanfaatkan alat sederhana yang mudah ditemukan sebagai alat untuk membuat dekorasi, sehingga mereka mengira alat yang digunakan harus dibeli dengan harga yang mahal contohnya alat butsir. Sedangkan pada siklus II siswa lebih kreatif dalam berkarya seni kriya keramik hal ini dapat dilihat dari bagaimana siswa membuat bodi keramik dengan menggunakan teknik pinching, bodi keramik yang dibuat sudah tidak mudah roboh dan permukaan juga tidak retak. Siswa sudah lebih kreatif dalam membuat ornamen, mereka sudah mengetahui bagaimana teknik untuk menempelkan ornamen pada bodi keramik. Bahan yang dibawa digunakan dengan baik dan hampir semua tanah dimanfaatkan dengan baik, siswa lebih kreatif dalam memanfaatkan alat untuk membuat dekorasi mereka mulai memanfaatkan alat yang ada disekitar mereka untuk membuat ornamen seperti lidi, bolpoin dll. Berdasarkan analisis data hasil karya (produk) siswa yang mengalami pembelajaran dengan menggunakan media audio visual (VCD) menunjukkan tingkat kreativitas pada aspek hasil karya siswa (produk) pada siklus I sebesar 76,07% dan pada siklus II sebesar 82,35%, dengan peningkatan sebesar 6,28%. Aspek hasil karya siswa (produk) memilki beberapa indikator yaitu kesesuaian bentuk yang inovatif, keserasian ornamen yang berkembang, ada usaha pemberian asesoris. Pada siklus I hasil karya yang dibuat oleh siswa sudah berkembang dan beberapa siswa dapat menghasilkan karya yang inovatif dan orisinil. Pada siklus II karya-karya yang dihasilkan siswa semakin baik dan bervariasi, hasil karya siswa
yang satu dan yang lain berbeda-beda karena mereka mulai berani menuangkan ide baru mereka hal ini sesuai dengan pendapat (David Cambell) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan. Untuk keserasian ornamen, siswa bisa memperhitungkan ornamen seperti apa yang cocok untuk karyanya sebagian besar siswa bisa mengembangkan ornamen pada karyanya. Siswa menambahkan detil-detil suatu objek sehingga lebih menarik hal ini sesuai dengan pendapat Utami Munandar (1992: 88-93) menjelaskan bahwa “Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) salah satu diantaranya yaitu keterampilan memperinci (elaborasi)”. Selain itu siswa memberi assesoris pada karya yang dibuatnya hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak ingin karyanya terlihat biasa saja ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa meningkat, karena menurut Utami Munandar (2004) “ciri seseorang yang kreatif yaitu Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas”.
PENUTUP Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. Partisipasi siswa saat pembelajaran sudah mulai nampak jika dibandingkan sebelum diadakan PTK. Siswa nampak bergembira selama mengikuti pembelajaran. Kegembiraan ini berdampak kepada semangat belajar siswa.Siswa nampak antusias saat penyampaian materi dengan menggunakan media VCD hal ini berdampak pada keantusiasan siswa dalam berkarya seni kriya keramik dengan menggunakan teknik pinching. Kreativitas siswa telah meningkat dari siklus I (dari rata-rata 76,17% menjadi 81,76% dan ketuntasan belajar secara klasikal dari 79,41% menjadi 94,11%). Penerapan media pembelajaran audio visual(VCD) pada siswa kelas VII-A SMP Negeri 6 Bondowoso pada mata pelajaran Seni Budaya pokok bahasan berkarya seni kriya keramik teknik pinching dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, dikemukakan saran sebagai berikut. Bagi guru mata pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Bondowoso disarankan untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran audio visual sebagai salah satu alternatif pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual (VCD) hendaknya dilakukan dengan metode pembelajaran yang juga dapat memotivasi siswa, disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, lingkungan belajar siswa, dan ketersediaan waktu yang cukup. Penelitian ini hendaknya dilakukan peneliti selanjutnya dengan kelas, sekolah dan materi yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota: Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Budiyanto, Wahyu Gatot dkk. 2008. Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2004. Kurikulum Seni Budaya. Jakarta: Depdiknas Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Sadiman, AS. 1995. Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Rajawali. Sudjarwo. 1988. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Radar Jaya Offset. Tohar, Khumaidi. 2008. Peserta Didik dalam Menghadapi Kreativitas Anak Manajemen, (online), (http://forum.um.ac.id/index.php?topic=9001.0, diakses 8 september 2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003TentangSistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.