Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Pemanfaatan ICT Pada Pembelajaran di Sekolah Abstrak Pemanfaatan ICT tanpa diimbangi dengan kemampuan melek ICT merupakan kondisi yang suram dalam pengembangan pengetahuan berbasis ICT. Guru sebagi kunci dalam proses pembelajaran perlu dilatih secara berkelanjutan, sehingga tidak tertinggal dalam perkembangan ICT yang dapat dimanfaatakan dalam proses pembelajaran disekolah.Selanjutnya penciptaan lingkungan sekolah yang melek ICT sangatlah diperlukan, peran pemimpin sekolah dalam kemitraan dengan guru sangat menentukan ketercapaian tujuan kebijakan yang telah ditetapkan secara global, maupun nasional.
Lisye Salamor
A. PENDAHULUAN Teknologi secara substatif merupakan bagian yang terintegrasi di dalam kehidupan manusia sejak berabad-abad. Hal ini ditandai dengan pembangunan Piramida, pembuatan artefak-artifak untuk keperluan hidup manusia, pembuatan candi. Seiring berkembangnya peradaban manusia maka teknologi yang digunakan oleh manusia semakin canggih dan kompleks. Teknologi sebagai hasil rekayasa manusia dikembangkan untuk mengatasi masalah dan keterbatasan mausia. Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, manusia menciptakan akan suatu teknologi. Teknologi hasil rekayasa manusia
merupakan
unsur penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, namun demikian manusialah yang harus mengendalikan penggunaan teknologi. Teknologi hanya digunakan untuk membantu berbagai permasalahan terkait yang sulit dilakukan oleh manusia dalam kondisi fisik dan psikis yang terbatas sesui dengan karakteris ICT situasi dan kondisi dimana teknologi tersebut digunakan. Seiring perkembangan global, teknologi berkembang dengan kecepatan dan
sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan Internet. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai media dan sumber informasi. UNESCO memandang ICT sebagai sarana yang dapat membantu dalam mengcegah dan mengatasi berbagai permasalahan pendidikan dunia. Salah satu tujuan utama UNESCO adalah untuk memasICTan bahwa semua negara, baik negara maju maupun
negara berkembang, memiliki akses ke fasilitas pendidikan terbaik yang
diperlukan dalam
mempersiapkan generasi muda untuk memainkan peran penuh
dalam masyarakat modern dan berkontribusi untuk dunia pengetahuan. Dalam memenuhi tujuan tersebut, pada tahun 2002 Divisi Pendidikan Tinggi UNESCO menerbitkan buku pedoman yang diberi judul Information and Communication Technology in Education: A Curriculum for Schools and Programme of Teacher Development. Sosialisasi buku ini diiringi dengan pelaksanaan meta-survey penggunaan teknologi dalam pendidikan di Asia Pasifik pada tahun 2003-2004 yang laporannya diterbitkan berupa buku berjudul Meta-survey on the Use of Technologies in Education in Asia and the Pacific 2003-2004. Lebih lanjut, pada 15 – 16 Nopember 2010, the UNESCO Institite for Information Technologies in Education (IITE) menyelenggarakan konferensi internasional yang bertajuk ‘ICT in Teacher Education: Policy, Open Educational Resources and Partnership’ yang dihadiri oleh lebih dari 120 peserta dari 20 negara. Sebagai tindak lajut dari konferensi ini IITE menerbitkan sejumlah usulan kebijakan menyangkut aplikasi ICT dalam pendidikan yang diterbitkan berkala dalam tajuk besar Policy Brief.
Kebijakan pemerintah Indonesia mengenai pemanfaatan ICT dalam pendidikan diawali dengan Instruksi Presiden nomor 6 tahun 2001 yang ditindaklanjuti dalam bentuk rencana pengembangan ICT lima tahun. Pada tahun 2003, terbit Undangundang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalamnya antara lain dibahas tentang
pemanfaatan ICT dalam
pembelajaran jarak jauh serta pemanfaatan ICT dalam mewujudkan efisiensi dan efektifitas pendidikan secara umum. Dalam pelaksanaan UU Sisdiknas 2003 tersebut, Departemen Pendidikan Nasional membuat Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009, 2009-2014 yang di dalamnya antara lain ditekankan tentang peran penting ICT dalam menunjang tiga pilar kebijakan pendidikan nasional. Perkembangan informasi teknologi dan komunikasi telah membawa dunia menuju ke era informasi, di mana informasi merupakan salah satu sumber daya paling penting sehingga harus dikelola dengan baik untuk tujuan-tujuan tertentu yang menguntungkan pelakunya. Dengan kecepatan pengumpulan dan penyebarannya yang sangat tinggi, informasi sangat mungkin difungsikan sebagai suatu senjata strategis dalam memenangkan persaingan global. Informasi yang dikumpulkan dan dikelola dengan baik akan menghasilkan pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan darimana informasi tersebut dikumpulkan. Melalui pemanfaatan teknologi informasi, pengetahuan ini dapat dipergunakan untuk memberikan nilai tambah kepada produk. Di seluruh dunia, banyak negara telah memperkenalkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) dalam sekolah melalui berbagai tindakan yang berbeda. Penggunaannya juga digarisbawahi oleh OECD (2001) sebagai kebutuhan untuk meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar. Beberapa cara yang dapat dilakukan juga telah membuat investasi besar dengan harapan untuk mencapai tujuan meningkatkan kualitas pendidikan melalui memperkaya pembelajaran lingkungan dengan bantuan software pendidikan dan teknologi. Kebijakan dalam pengadaan berbagai bentuk produk teknologi, informasi dan
komunikasi dalam mefasilitasi ruang proses pendidikan dan pembelajaran, sangatlah disayangkan jika tidak ditunjang dengan kompentensi guru yang melek ICT , hal ini meninjauh kedudukan guru sebagai salah satu sumber belajar yang merupakan kunci dalam proses pembelajaran
dengan berbagai tugas dan fungsi tambahan yang
kompleks. Menyadari kondisi ini, mengintegrasikan pelatihan guru dalam pemanfaatan ICT ke dalam semua tingkat pendidikan dasar merupakan salah satu cara dapat digunakan untuk membantu guru dalam mengakses sumber belajar dan dapat membantu siswa dan menyediakan setiap siswa dengan akses ke peralatan ICT. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana meningkatan kompetensi guru dalam penguasaan ICT untuk dimanfaatkan dalam pendidikan dan pembelajaran di sekolah? B. ISI a. Kajian Teoritis a)
Kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT
Sebagai salah satu sumber belajar, guru memiliki peran yang sangat berarti dalam pendidikan dan pembelajaran demikian pula dalam pemanfaatan ICT untuk tujuan kependidikan. Integrasi ICT dalam proses pembelajaran membutuhkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT , sehingga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan dan pengelolaan informasi dalam proses pembelajaran,
dengan
demikian dapat dipertimbangkan perangkat kompetensi guru untuk era ICT yang dikembangkan oleh NSW Institute of Teachers (http://enuinjkt.ac.id/ index.php/ campus -new s /224-utilizing-information-and-communication-technology), Madya(2009) seperti disajikan di bawah: 1. Pemahaman tentang asumsi pedagogis yang melandasi penggunaan ICT, misalnya bias gender dan etnik, relevansi pendidikan, dampak sosial, kecocokannya dengan lingkungan kelas, dengan pembelajaran kooperatif dan dengan interaksi sejawat; 2. Pertimbangan tentang persoalan akses yang tepat ke informasi, dan verifikasi sumber
informasi termasuk Internet; 3. Pemahaman tentang ICT dan potensinya untuk meningkatkan belajar siswa; 4. Peningkatan kesadaran akan sederet aplikasi dan teknologi adaptif yang tersedia untuk mendukung siswa berkebutuhan khusus; 5. Evaluasi terhadap materi belaajr berbasis ICT dan perangkat lunak untuk tujuan pendidikan; 6. Penggunaan efektif aplikasi ICT untuk mendukung hasil, isi, dan proses silabus tertentu, 7. Peningkatan keterampilan untuk merancang serangkaian tugas penilaian berbasis ICT yang menggunakan kriteria pensekoran yang jelas terkait dengan hasil silabus 8. Pemahaman tentang persyaratan bahwa mereka dan siswanya menggunakan informasi elektronik secara tepat, termasuk yang terkait dengan plagiarisme, hak cipta, pensensoran, dan privasi; 9. Kapasitas mantap untuk menggunakan perangkat lunak untuk menyusun teks,memanipulasi citra, menciptakan presentasi, mengadakan sekuen suara digitaldan visual, menyiumpan dan meretriv informasi digital untuk pembelajrankelas dan online; 10. Kapasitas nyata untuk mengevaluasi secara kritis, meretris, memanipulasi, dan mengelola informasi dari sumber-sumber seperti Internet, SD-ROMS, DVDROMS, dan program komersial lainnya; 11. Penggunaan perangkat lunak secara berhasil yang mendukung jejaring dan komunikasi sosial, termasuk email, forums, chat and list services; dan 12. Kapasitas mantap untuk menggunakan perangkat lunak yang tepat untuk membuat profil siswa dan pelaporan, persiapan pelajaran dan administrasi sekolah. b) Pelatihan Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran Sesuai Tusinya salah satu tugas Pustekkom ( Permendikanas no. 23, tahun 2005) adalah merancang dan menyelenggarakan pelatihan untuk pengembangan SDM dalam Pemanfaatan ICT untuk pembelajaran. Salah SDM yang menjadi garapan Pustekkom adalah para guru dari level Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan Guru dalam mengembangkan bahan ajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Untuk mencapai tujuan tersebut dikembangkan sebuah kurikulum yang berisikan berbagai jenis materi pelatihan yang terdiri dari teori 10 jam, prakICT 20 jam dan tugas mandiri 30 jam (Pustekkom, 2008). Dengan demikian jumlah total keseluruhan jam adalah 60 jam. Rincian materi berikut jumlah jam selengkapnya adalah sebagai berikut:
No
Materi/Kegiatan
1.
Kebijakan pendayagunaan ICT untuk Pendidikan Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran Pembuatan Media Presentasi Pembuatan Animasi Pengenalan Media Video dan Audio Pembuatan Bahan Belajar Berbasis Online (Blog)
2. 3. 4. 5. 6. 8.
Alokasi waktu jam pelatihan Teori 2
Praktek -
Keterangan
2 jam
2
-
2 jam
2
6
8 jam
2 2
6 8
8 jam 10 jam
-
30
30 jam
Tugas Mandiri Jumlah
10
50
60 Jam
Matrik 1 : Kurikulum Pelatihan Pendayagunaan ICT Untuk Pembelajaran (Sumber: Pustekkom, 2008). Instruktur Pelatihan terdiri dari para pakar ICT yang berpengalaman di bidangnya dan dibantu oleh beberapa orang fasilitator yang pernah dilatih oleh Pustekkom dalam bidang yang sama.
c) Kebijakan Pemanfaatan ICT di Sekolah Salah satu ciri utama abad 21 ini adalah berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi
(information
and
communication
technology,
ICT)
yang
sangat
mempengaruhi tingkat kemajuan, kemakmuran, dan daya saing suatu bangsa. Teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak yang sangat positif dalam berbagai hal, di antaranya: pendukung pengambilan keputusan; peningkatan efisiensi dan produktifitas; penunjang aktifitas pekerjaan dan belajar; dan bahkan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Peranan teknologi informasi dan komunikasi akan semakin meningkat seiring perkembangan jaman dan hingga akhirnya menjadi elemen dasar dalam kehidupan makhluk penghuni bumi ini. UNESCO (2004) dalam kebijakannya (Adapting technology for school improvement: a global perspective 1) Penggunaan yang paling umum adalah dengan instruksi langsung. Pelajaran
dikembangkan di satu lokasi dapat disiarkan melalui radio atau televisi atau dibuat tersedia melalui e-mail atau World Wide Web untuk digunakan oleh siswa (Secara individu atau kelompok) di lokasi lain. Pengajaran yang sangat baik bisa dibuat tersedia secara luas. Hal ini terutama penting di negara-negara di yang segmen besar dari tenaga pengajar yang tidak memenuhi syarat untuk nilai-nilai mereka diharapkan untuk mengajar. Dirancang dengan baik instruksi dalam Institut Internasional untuk Perencanaan Pendidikan www.unesco.org / IIEP bentuk pelajaran yang disampaikan oleh radio, televisi, atau online mungkin mampu mengimbangi persiapan guru yang lemah. 2) Demikian pula, guru dapat menggunakan pencarian online untuk menemukan dan mengakses sumber daya bahan yang kemudian digunakan dalam persiapan pelajaran guru sendiri '. Misalnya, guru mungkin menemukan peta dan lembar fakta tentang negara sedang dipelajari di kelas IPS. 3) Sebuah variasi pada pendekatan ini adalah bahwa guru dapat menggunakan web untuk mengakses kurikulum dan panduan instruksional untuk mereka gunakan sendiri. Untuk Sebagai contoh, guru dapat mengakses petunjuk tentang cara untuk memimpin kelas dalam dengan pembedahan katak dalam biologi. 4) Siswa dapat menggunakan web untuk mencari dan mengambil informasi yang mereka dapat digunakan dalam proyek-proyek mereka sendiri penelitian kelas. Di beberapa sekolah, sehingga siswa untuk menggunakan komputer sekolah untuk belajar mandiri digunakan sebagai cara untuk memotivasi dan menghargai siswa yang baik. Namun, pendekatan ini cenderung terbatas pada ruang kelas yang memiliki teknologi yang cukup untuk memungkinkan siswa untuk menggunakan peralatan untuk belajar mandiri. 5) Beberapa guru menggunakan chat berbasis web dan komunikasi online teknologi untuk menghubungkan dua atau lebih ruang kelas di berbagai belahan dunia. Siswa di lokasi yang berbeda dapat bertanya dan menjawab pertanyaan dari orang-orang di lokasi lain. Guru dapat memiliki siaran pelajaran mereka untuk beberapa kelas secara
bersamaan. Hal ini sudah banyak digunakan dalam pendidikan tinggi sebagai cara menawarkan program studi di low-pendaftaran bidang studi. Dalam Pendidikan menengah ini memungkinkan siswa di daerah terpencil untuk memiliki secara langsung interaksi dengan guru di sebuah lokasi pusat. 6) Teknologi berbasis instruksi digunakan di banyak negara sebagai cara memberikan inservice pendidikan guru. Guru tidak perlu meninggalkan jabatan mengajar mereka untuk berpartisipasi dalam pengembangan profesional
kegiatan.
Unsur umum di
semua inovasi ini adalah bahwa, dalam rangka efektif menggunakan teknologi tersebut, para guru terkadang harus belajar baru pengetahuan dan keterampilan, menghabiskan lebih banyak waktu dalam persiapan pelajaran, dan terlibat percakapan dengan siswa (Hernes, 2002; UNESCO,
dalam berbagai jenis
Institut Internasional untuk
Perencanaan Pendidikan www.unesco.org / IIEP Direktorat
Menengah
Kejuruan
Departemen
Pendidikan
Nasional
(DEPDIKNAS) memiliki tanggung jawab besar sebagai institusi pendidikan tingkat menengah kejuruan di Indonesia untuk membaharui masyarakat Indonesia memasuki era Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dengan penerapan yang tepat, ICT sanggup memberdayakan dan mencerdaskan masyarakat ke tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Dalam skala lebih kecil, ICT yang tepat juga dapat membawa komunitas DEPDIKNAS mencapai keistimewaan akademis. Namun agar DEPDIKNAS dapat menggelar ICT yang tepat pada masyarakat, komunitas DEPDIKNAS juga harus sanggup menguasai teknologi ini sebagai salah satu kompetensi intinya. DEPDIKNAS sudah sejak tahun 1999 ini melakukan upaya implementasi dan adaptasi Teknologi Informasi dan Komunikasi di lingkungan pendidikan menengah kejuruan Indonesia. Beberapa program telah dilaksanakan dari tahun 1999 hingga 2004, antara lain: Jaringan Internet Sekolah (Jarnet), Jaringan Informasi Sekolah (JIS), Wide Area Network (WAN Kota), Mobile Training Unit (MTU), Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI), ICT Center, Maintenance and Repair Information Technology (MRIT), dll. Koneksitas ke jaringan internet, dan layanan berbasis web seperti website dan email juga telah tersedia di beberapa sekolah di Indonesia. Selain
itu, DEPDIKNAS juga aktif dalam menjalin berbagai kerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka pengembangan bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, seperti: CISCO, Microsoft, Macromedia, dsb. Prakoso & Januardy (2005:4)
d) Bentuk Kebijakan ICT pada Sekolah di beberapa Negara Kebijakan dalam pemanfaatan ICT dibeberapa Negara memiliki perbedaan, ada yang mengintegrasikan ICT didalam mata pelajaran, ada yang mengkategorikan ICT sebagai mata pelajaran yang terpisah, berbagai kebijakan yang dibuat dengan tujuan untuk pengembangan IPTEK pada setiap jenjang pendidikan, berikut dapat dilihat perbedaan antara kebijakan masing-masing Negara. 1) Australia : Australia will be introducing for the first time a national curriculum and a national teaching professional framework and standards within the next two to three years. These will cover 21st skills, including ICT skills and knowledge, in a consistent way. More information is available on www.acara.edu.au 2) Austria : The secondary school curriculum specifies professional as well as social competencies, such as selfmanagement, self-directed learning, and ability to collaborate and to take responsibility. ICT is taught as a separate subject („Network technologies‟), although it is not compulsory and therefore not offered by all schools. Vocational schools also teach entrepreneurship. The Future Learning Initiative of the. Ministry of Education has driven many initiatives in the area (see www.bmukk.gv.at/ schulen/futurelearning) There are currently no assessment regulations or guidelines regarding these skills, but there are numerous teacher-training programmes, including COOL (cooperatives offenes Lernen) focusing on selfdirected learning. 3) Belgium (Flanders): In primary schools some 21st century skills are included in the core curriculum either as concrete objectives or as broader goals or underlying principles. In secondary education these skills are included in the cross-curricular themes: learning to learn, social skills, citizenship, health education, environmental education, expressive-creative education and technical/technological education. Changes to the crosscurricular part of the core curriculum, with a particular focus on key competencies, will be introduced in 2010. Schools decide themselves how to achieve the cross-curricular objectives; there are no guidelines or models from the Ministry. Similarly, there is no assessment of these skills, although the inspectorate ensures that sufficient efforts are made by the school in order to fulfil the crosscurricular objectives during school audits. Training in ICT forms an essential part of all teacher training; it covers not only teachers‟ ICTcompetencies but also training on teaching and transferring these
competencies to their students. 4) Canada (New Brunswick) : The 21st Century Schools initiative was recently conceptualised to begin the process of transforming New Brunswick high schools. The primary objectives of the initiative are to: • Define, promote and focus upon 21st century skills • Create innovative learning environments • Provide ubiquitous access to technology in classrooms • Manage the change process during the roll-out phase of transformative components The advisory committee for the initiative will commence work in September 2009 and is scheduled to make recommendations to the Minister in February 2010. 5) Finland : The Finnish national core curriculum has the following cross-curricular themes: personal growth; cultural identity and internationalism; media skills and communication; citizenship and entrepreneurship; environmental responsibility; safety and traffic; and technology and the individual. Other skills and competencies are defined in the learning objectives and core content of education of the different subjects. The Finnish National Board of Education has published a guidebook for teachers on cross curricular themes. Schools and teachers decide for themselves, however, how competencies are taught. There are currently no assessment regulations or guidelines on 21st century skills and competencies. 6) Ireland: The primary school curriculum, introduced in 1999, seeks to foster the development of key skills in communication, problem solving, critical thinking, inquiry, investigation and analysis, and social and personal awareness and interaction. It provides for the teaching of these skills across subjects, stressing in particular the importance of developing generic skills and abilities that help the child to transfer learning to other curriculum areas, future learning situations and his/her life experience in general. These skills are taught across subjects. The ICT framework was made available to school in November 2007; it is not a curriculum area or a syllabus, bus is intended as a guide to help teachers integrate ICT into teaching and learning. The development of all these skills is evaluated by inspectors as part of their whole school evaluations. In addition, a Key Skills framework is currently being developed for senior students (15-18). The five Key skills being developed are: information processing; communications; being personally effective; working with others; critical and creative thinking. More information is available on www.ncca.ie 7) Italy : Although pre-primary, primary and secondary curriculum documents all point to the relevance of 21st century skills and competencies – driven partly by Italy‟s involvement in the European Commission‟s consultation on 21st century schools -, these are not specified or defined concretely in any official documents. 8) Korea : The Korean national curriculum, revised in 2007, includes seven core skills: creativity; problemsolving; self-management; citizenship; basic literacy; preparation for future jobs; sensibility to multiculturalism. These are taught both as separate
subjects and across subjects. In addition, Korea has guidelines for the teaching of information literacy and ICT developed by KERIS. KERIS has also developed teacher training programmes on 21st century learners. 9) Turkey The following are designated as basic skills in the Turkish primary and secondary curricula: • Critical thinking • Creative thinking • Communication • Research • Problem solving • Decision making • ICT Most of these skills are taught across curricular areas. ICT-related ones are, however, taught separately (e.g. media literacy, ICT, technology and design). There are no assessments policies or teacher training programmes specifically targeted to these skills and competencies. Ananiadou & Magdalean Claro.(2009: 16) e) Integrasi ICT dalam Kurikulum Keterampilan teknologi semakin penting untuk kemajuan di bidang pendidikan, pekerjaan, dan rekreasi. Kurikulum mengintegrasikan ICT ke dalam proses pengajaran dan pembelajaran dan memberikan kesempatan anak-anak dengan menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan pembelajaran mereka dalam semua mata pelajaran bentuk ideal ini dapat dilihat contoh yang dikemukakan oleh Departemen Pendidikan dan Ilmu Irland , 1999: 29). Dan dapat dijadikan sebagai contoh. Karena pernyataan ini menunjukkan, ICT dalam kurikulum pendidikan dasar yang dipandang terutama sebagai alat untuk memfasilitasi mengajar dan belajar seluruh kurikulum, bukan sebagai subjek dalam dirinya sendiri. Di Irlandia ICT dapat digunakan, dari CD-based referensi bahan ke internet dan email. Pada tahun 2004 Dewan Nasional untuk Kurikulum dan Assessment (NCCA) menyelesaikan seperangkat pedoman bagi guru pada penggunaan ICT (Dewan Nasional untuk Kurikulum dan Penilaian, 2000). Pedoman tersebut dirancang untuk melengkapi pedoman guru disediakan dengan mata pelajaran yang berbeda di Kurikulum Sekolah Dasar sementara mencerminkan perkembangan ICT sejak peluncuran kurikulum lima
tahun sebelumnya. Dalam sebuah dokumen diskusi diterbitkan dalam tahun yang sama NCCA ditetapkan tujuh prinsip kunci untuk membimbing peserta didik menggunakan 'ICT (Dewan Nasional untuk Kurikulum dan Penilaian, 2004b, hlm 31-34), yang menambah nilai kurikulum keICTa memfasilitasi: ♣ Siswa keterlibatan aktif dalam pembelajaran mereka sendiri ♣ Pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa ♣ Siswa belajar dalam lingkungan yang otenICT ♣ Minat siswa dan keterlibatan dalam belajar ♣ Dibedakan pembelajaran bagi semua siswa ♣ Pembelajaran kolaboratif ♣ Penilaian hasil belajar siswa ((Thecnologi for education,Unesco,2002), ICT in School,departemen pendidikan dan evaluasi Irlandia))
f) Pemanfaatan ICT oleh Siswa dan Guru di Sekolah Penggunaan ICT dalam pengaturan pendidikan khusus dan dalam penilaian juga dipertimbangkan. faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan integrasi ICT di kelas, berikut bentuk kegiatan yang dilakukan sebagai berikut: a)) Kegiatan pencarian di internet oleh siswa, misalnya mencari bahasa asing surat kabar sebagai bagian dari bahasa pelajaran, atau memvisualisasikan gempa on line sebagai bagian dari pelajaran geografi. Internet dipandang sebagai sumber daya terutama berguna di beberapa sekolah untuk siswa "pendatang baru", yang menggunakannya untuk tujuan terjemahan dan komunikasi b)) Membuat cerita video dari teks c)) Menggunakan kamera digital d)) Menggunakan kalkulator grafis, Terutama di MatemaICTa e)) Data logging dan menggunakan mikroskop digital dalam pelajaran sains f)) Menggunakan sumber daya DVD, misalnya untuk studi kasus g)) Merekam siswa 'bekerja, materi fotografi zoals, pada DVD h)) Menentukan menggunakan peralatan ICT yang terkait dengan mata pelajaran khusus, misalnya untuk komputer numerik dikontrol (CNC) mesin bubut dan router Teknik dan Studi Pembangunan. Survei dieksplorasi dua guru atau tesis atau
kegiatan ICT terkait secara rinci lebih besar yaitu menggunakan aplikasi internet. ICT memberikan kontribusi untuk mengajar dan belajar dengan berbagai variasi. Manfaat ICT dalam kegiatan belajar mengajar, seperti yang tergambar sebagi berikut: a)) Menggunakan ICT berarti informasi tersebut dapat menjangkau Web di seluruh dunia, Misalnya untuk mendapatkan jumlah yang tetap atau informasi mudah diakses. Informasi tersebut dapat diperoleh peserta didik dengan sudut pandang yang berbeda dan pemahaman yang lebih luas tentang isu-isu b)) ICT membantu guru untuk menyesuaikan materi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa mereka c)) ICT bertindak sebagai insentif bagi siswa untuk belajar. Teknologi ini dapat efektif dalam melibatkan mereka dalam sekolah mereka d)) ICT membantu membuat belajar lebih menarik.Misalnya melalui penggunaan warna, animasi suara, dan. Juga memfasilitasi multi-indera pembelajaran melalui berbagai cara, Sebagai contoh, presentasi multimedia, animasi, dan video e)) ICT membantu siswa untuk bekerja mandiri. Beberapa program, misalnya, memiliki Sistem pelacakan "Cerdas" Itu menyesuaikan kecepatan belajar. ICT berkontribusi pada pengembangan skema pembelajaran pribadi atau langkah-demilangkah. f)) Beberapa program menegaskan Upaya siswa, dan ini dapat dorongan mereka Dalam belajar mereka. g)) ICT memfasilitasi siswa dapat student-centered learning dan dorongan untuk mengambil tanggung jawab mereka sendiri belajar. Beberapa perangkat lunak individual mengidentifikasi area masalah siswa untuk tambahan penguatan. ICT mendorong self-directed learning h)) ICT Banyak membantu mengembangkan keterampilan berpikir, keaksaraan kritis, berhitung, mengeICT, presentasi, kreativitas, dan keterampilan riset. i)) Untuk beberapa siswa tindakan atau bahan mengeICT dapat menjadi bantuan untuk memahaminya j)) ICT membantu guru dan siswa untuk Meningkatkan bagaimana mereka menyajikan informasi. k))ICT menangkap perhatian siswa untuk rentang waktu yang signifikan. Dampak visual yang difasilitasi oleh ICT, Misalnya untuk membantu untuk menarik perhatian mereka dan membantu mereka untuk menyimpan informasi. Sifat visual bekerja sama dengan ICT Memungkinkan link yang akan dilakukan melalui citra visual l)) ICT membantu seiring meningkatnya jumlah pekerjaan itu dapat diajarkan dalam pelajaran. Beberapa program yang disesuaikan dengan kurikulum m)) Efektif menggunakan ICT menempatkan guru dalam fasilitatif ketimbang peran instruksional n)) Penggunaan ICT Meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep dan membantu
Konsolidasi belajar. Membuat belajar lebih mudah diingat dan membawa materi pelajaran untuk hidup o))Menggunakan ICT dapat membantu meningkatkan 'harga diri siswa p))ICT membantu mempersiapkan siswa untuk kehidupan setelah sekolah. Kemahiran dalam keterampilan ICT, misalnya, dapat meningkatkan prospek pekerjaan q))Efektif menggunakan ICT, terutama dalam pekerjaan individu, pasangan dan kelompok dengan komputer, dapat menyebabkan meningkatkan disiplin kelas dan peningkatan pengelolaan pembelajaran.
b. Pembahasan Bagaimana meningkatan kompetensi guru dalam penguasaan ICT untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran di Sekolah ?
Tuntutan masyarakat global yang bersumber pada perkembangan masyarakat yang sangat pesat dengan perkembangan teknologi indormasi dan komunikasi, membuat sector pendidikan sebagai salah satu barometer dalam pengembangan sumber
daya manusia perlu memperhaICTan revolusi dalam bidang tersebut, yang terjadi begitu pesat dan sangat berarti dalam perkembangan peradaban bangsa. Distribusi teknologi dan komunikasi yang
pesat hamper melada semua
masyarakat, membuat organisasi dunia yang bergerak dibidang pendidikan dan kebudayaan UNESCO mempublikasikan buku “ Adapting technology for school
improvement: a global perspectivepada tahun 2004, dalam buku yang dipu mengelurkan kebijakan untuk pemanfaatan ICT pada setiap lembaga dan
jenjang
pendidikan Menyadari pentingnya ICT bagi pendidikan dan perkembangan masyarakat modern, tidak terkecuali negara-negara OECD telah berinvestasi dalam ICT untuk penggunaan pendidikan (OECD, 2004), sebagaimana dikemukakan Hargreaves (2003) Komisi Eropa menekankan kebutuhan untuk mengeksploitasi baru ICT dalam pendidikan dan untuk mencapai hal ini, maka perlu untuk menargetkan guru (dan pelatih) dalam memperkenalkan ICT ke dalam pendidikan, dan untuk menghubungkan sekolah ke jaringan penuh potensi masyarakat informasi (Komisi Eropa, 1998). Pada tahun yang sama, di Amerika Serikat, Presiden Clinton ditata empat tujuan yang sama: komputer diakses oleh setiap siswa, ruang kelas kabel satu sama lain dan dengan dunia luar, perangkat lunak pendidikan untuk diintegrasikan dengan kurikulum, dan guru untuk siap mengajar dengan teknologi (Kuba, 2001). (Ilomaki, 2008: 16) Menyadari pentingnya ICT dan seruan UNESCO, serta meninjauh perkembangan Negara-negara maju, maka Pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam pemanfaatan ICT pada lingkungan sekolah dengan dikeluarkan Permendikans No 20 tahu 2006 tentang sistem pendidikan nasional. Hal ini dipandang penting jika dikaji secara teoritis pendapat Rosenberg ( 2001 ), dengan berkembangnya penggunaan ICT ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu ; (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke dimana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan
(5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan lain sebagainya. Inteeraksi antar guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka dan juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber media cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Selanjunya agar pemanfaatan ICT dikatakan bernilai dalam proses pendidikan dan pembelajaran, maka diperlukan peran pemimpin sekolah yang kreatif dan inovatif, yang dapat membuat kebijakan disekolah terutama dalam peningkatan kompetensi melek ICT guru yang sangat berpengaru pada kompetensi siswa. Berikut ini ada beberapa panduan yang perlu diperhaICTan oleh guru : a. Mempelajari media ICT. Dengan kemajuan ICT dewasa ini, para guru dapat mencatat daftar media yang memang dapat untuk menyajikan materi pelajaran yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dibahas di dalam kelas. b. Merencanakan waktu pemanfaatan media ICT. Pemanfaatan media ICT disesuaikan dengan materi pelajaran yang disajikan. Pesrta didik dapat menggunakan sesuai dengan petunjuk dan pedoman selama memanfaatkan media pelajaran.. c. Mengkomunikasikan rencana pemanfaatan media ICT kepada peserta didik.Perlunya mengkomunikasikan rencana pemanfaatan media ICT kepada peserta didik adalah agar peserta didik dapat mempersiapkan d. Mengkomunikasikan rencana pemanfaatan media ICT kepada pengelola fasilitas ICT di sekolah. e. Mengkomunikasikan rencana memperoleh media ICT kepada peserta didik. f.
Memiliki kompetensi dalam pengembangan ICT dalam pembelajar yang diperoleh melalui kegiatan pelatihan, dan pembiasaan penggunaan ICT
C. PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan kajian –kajian sebelumnya, maka berikut kesimpulan yang dibuat sebagai berikut: Perkembangan
teknologi, informasi dan komunikasi berkembangan seiring
berkembangan masyarakat, dengan demikian untuk menjawab tantangan dan tuntutan dari masyarakat tersebut, maka lembaga pendidikan sebagai penghasil sumber daya manusia yang berkualitas perlu mengiringi perkembangan yang berarti tersebut. Pengadaan dan pemanfaatan berbagai sumber ICT dalam pentuk Softwer dan hardwere sangat penting dalam menunjang keberlangsungan proses pembelajaran dengan prinsip efetifitas dan efisiensi. Ketersedian fasilitas ICT sering menjadi kendala dalam
pemanfaatan, rasio
pengguna dalam hal ini siswa dan guru tidak seimbang,dan faktor lain yang menjadi kendala yaitu masih lemahnya kemampuan guru dalam menggunakan ICT. Himbauan untuk melakukan pelatihan dan dilanjutkan dengan proses latihan secara mandiri oleh guru perlu diperhaICTan sebagai langkah yang tepat, sehingga tidak tertinggal, hal ini diksebabkan teknologi berkembang sangat pesat dengan berbagai tipe dan bentuk dengan kebermanfaatan yang berbeda. Daftar Pustaka Ananiadou & Claro. 2009. 21st Century Skills and Competences for New Millennium Learners in OECD Countries
Adapting technology for school improvement: a global perspective Asian Development Bank, 2009.Good practice in information and communication technology for education. Mandaluyong City, Philippines: Asian Development Bank. Dokumen Rencana Strategi Nasional Kementrian Komunikasi dan InformaICTa 2009/2014 European Union 2012. ICT – Information and communication technologies. Work
programme 2013. A Theme for research and development under the specific programme “Cooperation” implementing the Seventh Framework Programme (2007-2013) of the European Union for research, technological development and demonstration activities D raxle & H addad . 2002. Technologies for Education. POTENTIALS ,PARAMETERS ,ANDPROSPECTS. Prepared for UNESCO by Knowledge Enterprise, Inc. www.KnowledgeEnterprise.org
Komunikasi dan InformaICTa Indonesia Whitepaper 2010. Pusat Data Kementerian Komunikasi dan InformaICTa.
Ilomäki Liisa. 2008. The effects of ICT on school: teachers’ and students’ perspectives.Finland . Department of Teacher Education University of Turku Information technologies in teacher education Issues and experiences for countries in transition Proceedings of a European Workshop,University of Twente, Enschede, Netherlands, February 20-23, 1994. The Teacher 's Library. UNESCO
Publishing. Inspectorate Evaluation Studies.2008.ICT In School. Department of Education and Science. Government Publications Sales Office Sun Alliance House Molesworth Street Dublin 2. Madya, Suwarsih.2011. Optimalisasi Pemanfaatkan ICT untuk Meningkatkan Mutu Hakiki Pendidikan, makalah, Seminar Nasional, Milad UAD XXX, 5 Febr 11. Neal Greg . 2005. Student reflections on the effectiveness of ICT as a learning resource . Paper prepared for presentation at the AARE Annual Conference Parramatta Nov/Dec 2005. (Victoria University) NCCA. 2005. Information and Communications Technology (ICT) in the Primary School Curriculum. Guidelines for Teachers.Irland Patel Cs. The effects of information and communication technologies (ICTs) on higher education: From objectivism to social constructivism International Journal of Vocational and Technical Education Vol. 3(5), pp. 113-120, November 2011 Available online at http://www.academicjournals.org/IJVTE ©2011 Academic Journals
Panduan teknis Penyelenggaraan Pelatihan ICT Untuk Guru di 33 Propinsi Tahun 2008. Springer International Handbook of Information Technology in Primary and Secondary Education