Meningkatkan Keterampilan Membaca.... (Ninis Setyaningsih) 2.217
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENGGUNAAN KOMIK EDUKATIF THE IMPROVEMENT OF READING COMPREHENSION SKILL THROUGH THE USE OF EDUCATIONAL COMICS Oleh: Ninis Setyaningsih, PSD/PGSD
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui penggunaan komik edukatif di kelas V SD N 1 Palbapang Bantul. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini berjumlah 19 siswa kelas V tahun ajaran 2015/2016, terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman siswa. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa melalui tes pada pada pratindakan persentasenya adalah 21,05%, pada siklus I meningkat menjadi 42,11%, dan menjadi 100% pada siklus II dan mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan aktivitas siswa, siswa menjadi lebih aktif dan antusias. Hal itu dapat dilihat pada lembar observasi aktivitas siswa. Kata kunci: keterampilan membaca pemahaman, komik edukatif Abstract This research aims at improving reading comprehension skill through the use of educational comics in class V SD N 1 Palbapang Bantul. This research was classroom action research. This research subjects are 19 fifth grade students of the 2015/2016 school year , consisting of 10 male students and 9 female students. The object of this research was the students’ reading comprehension skills. The collecting data used test and observation. Data analysis technique used qualitative and quantitative descriptive. The result shows that student achievement through the pre test percentage is 21.05%, in the first cycle increase to 42.11% and to 100% in the second cycle and achieve the criteria. As well as student activities, students become more active and enthusiastic. It can be seen in students activities observation sheet. Keywords: reading comprehension skills, educational comics
PENDAHULUAN Membaca adalah salah satu dari empat
Pelajaran membaca mulai diajarkan di sekolah
dasar
dalam
Hal
sesuai
dengan
Bahasa
keterampilan berbahasa. Membaca adalah suatu
Indonesia.
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
menurut Dadan Djuanda (2006: 54) bahwa dalam
disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kegiatan pembelajaran di kelas, siswa harus
kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut
dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk
agar kelompok kata yang merupakan suatu
berkomunikasi, bukan dituntut lebih banyak
kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan
untuk menguasai tentang bahasa. Pelajaran
sekilas dan makna kata-kata secara individual
membaca
akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
jenisnya sesuai dengan kurikulum KTSP yang
terpenuhi, pesan yang tersurat dan tersirat yang
menjadi pedoman dalam mengajar. Di kelas
tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
rendah yaitu kelas I, II, dan III pokok bahasan
membaca itu tidak terlaksana dengan baik
berupa membaca permulaan, sedangkan dari
(Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 7).
kelas tinggi
dapat
itu
pembelajaran
digolongkan
tujuan
berdasarkan
yaitu kelas IV, V, dan VI
2.218 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-5 2016
mengembangkan
pokok
bahasan
membaca
lanjutan ( membaca pemahaman).
kesukaran
memahami
suatu
teks
bacaan
sementara tugas pembelajaran membaca semakin
Membaca permulaan lebih mengutamakan
kompleks maka siswa tidak bisa belajar dari suatu
pada keterampilan segi mekanisnya dengan
teks jika mereka tidak bisa memahami tugas
tujuan agar siswa dapat mengubah lambang-
membaca yang diberikan kepada mereka. Untuk
lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang
itu, siswa membutuhkan sumber belajar untuk
bermakna. Hal itu berbeda dengan membaca
lebih mudah memahami dan mengerti maksud
lanjutan
dari suatu bacaan.
yang
lebih
mengutamakan
pada
pemahaman, menafsirkan dan menyatakan secara
Dalam
penelitian
ini,
membaca
lisan maupun tulisan dengan tujuan agar siswa
pemahaman yang terdapat pada mata pelajaran
memiliki
Bahasa Indonesia di sekolah dasar dikhususkan
dasar-dasar
kemampuan
membaca
secara kritis.
pada kelas V SD N 1 Palbapang dengan acuan
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa
pembelajaran
membaca
silabus KTSP dengan indikator a) membaca cerita
pemahaman
sesuai dengan tanda baca; b) menuliskan pokok-
(lanjut) di sekolah dasar cenderung kurang
pokok isi cerita; c) menceritakan kembali isi
mendapat
yang
pesan atau amanat cerita; dan d) menyimpulkan
melatarbelakangi barangkali karena anggapan
isi cerita anak dengan bahasa tulis. Selain
yang salah terhadap membaca itu sendiri. Guru
mengacu pada silabus KTSP, penelitian ini juga
SD menganggap bahwa pembelajaran membaca
menggunakan
telah berakhir ketika seorang siswa sekolah dasar
Minimal) sebagai pedoman. Hal itu dikarenakan
telah dapat membaca dan menulis setelah
penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan
selesainya pembelajaran membaca dan menulis
apabila nilai siswa berada di atas KKM.
perhatian.
Faktor
permulaan yang biasanya dilaksanakan di kelas I sampai III sekolah dasar.
KKM
(Kriteria
Ketuntasan
Menurut Rubin (Samsu Somadoyo, 2011: 7-8)
membaca
pemahaman
adalah
proses
Pada jenjang kelas yang lebih tinggi, yaitu
intelektual yang kompleks yang mencakup dua
kelas IV sampai dengan kelas VI, pembelajaran
kemampuan utama, yaitu penguasaan kata dan
membaca lanjut belum mendapat perhatian serius.
kemampuan berpikir tentang konsep verbal.
Membaca di kelas-kelas tinggi seolah-olah lebih
Untuk
menekankan pada kegiatan membaca nyaring
mengungkapkan makna yang terkandung di
yang merupakan lanjutan dari membaca dan
dalam teks, yaitu makna yang ingin disampaikan
menulis permulaan. Sementara itu, membaca
oleh penulis.
tidak hanya sekedar menyuarakan bunyi-bunyi
itu,
pembaca
Samsu
dituntut
Somadoyo
(2011:
11)
mengemukakan
suatu
melibatkan
memahami bacaan secara baik apabila memiliki
pemahaman memahami apa yang dibacanya serta
kemampuan sebagai berikut: 1) Kemampuan
apa
menangkap
bacaan.
maksudnya.
Membaca
Ketika
siswa
mengalami
arti
kata
seseorang
dapat
bahasa atau mencari arti kata-kata sulit dalam teks
bahwa
untuk
dan
dikatakan
ungkapan
yang
Meningkatkan Keterampilan Membaca .... (Ninis Setyaningsih) 2.219
digunakan penulis; 2) Kemampuan menangkap
menjawab dengan asal-asalan karena tidak tahu
makna tersurat dan makna tersirat; dan 3)
jawabannya dan belum selesai. Bahkan ketika
Kemampuan membuat simpulan. Semua aspek-
waktu mengerjakan sudah selesai, ada beberapa
aspek kemampuan membaca tersebut dapat
siswa yang belum selesai dan ada beberapa
dimiliki oleh seorang pembaca yang telah
pertanyaan yang belum dijawab. Selain itu
memiliki tingkat kemampuan membaca tinggi.
apabila dilihat dari hasil belajar, dari 19 siswa
Namun,
saja
hanya terdapat 4 siswa yang sudah tuntas
dapat
memenuhi KKM yang ditentukan yaitu ≥ 75
menangkap maksud persis sama dengan yang
dengan nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah
dimaksud oleh penulis.
85.
terbatas.
tingkat
pemahamannya
Artinya,
mereka
tentu
belum
Berdasarkan hasil observasi pada saat
Berdasarkan hasil wawancara singkat
pembelajaran Bahasa Indonesia, diketahui bahwa
setelah pembelajaran, ada beberapa masalah yang
kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V
diungkapkan siswa. Masalah tersebut diantaranya
SD N 1 Palbapang Tahun Pelajaran 2015/2016
adalah siswa merasa jenuh dengan pembelajaran
masih rendah. Hal ini dapat dilihat saat guru
membaca sehingga mereka kurang antusias
memberikan tugas untuk membaca teks ringkasan
mengikuti pelajaran karena teks bacaan yang
isi buku kemudian siswa diminta mengerjakan
banyak dan tidak menarik. Selain itu, siswa
tugas menjawab soal berdasarkan ringkasan isi
memang sudah dapat membaca dengan lancar
buku tersebut, siswa terlihat kesulitan memahami
namun mereka terkadang tidak memperhatikan
dan memerlukan waktu cukup lama untuk
tanda baca dan jeda dalam membaca. Misalnya
mengerjakan soal. Siswa juga terlihat jenuh dan
ketika tanda baca titik mereka tidak berhenti tapi
kurang antusias mengikuti pelajaran karena guru
diterjang begitu saja.
masih menggunakan metode konvensional dan
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat
tidak memberikan ruang agar siswa aktif (metode
terdapat kesenjangan antara tujuan serta kondisi
diskusi). Guru melakukan pembelajaran dengan
ideal membaca pemahaman terhadap fakta di
berpusat pada buku paket dan tidak ada kegiatan
lapangan. Oleh karena itu, kondisi ini harus
yang mengharuskan siswa untuk aktif.
segera mendapatkan solusi. Salah satu solusinya
Berdasarkan hasil observasi, ketika siswa
adalah
penggunaan
komik
edukatif
dalam
diminta untuk membaca cerita dan tugas untuk
pelajaran membaca pemahaman. Hal itu sesuai
menjawab soal berdasarkan cerita tersebut,
dengan karakteristik siswa kelas sekolah dasar
terdapat 12 siswa yang tidak dapat menyelesaikan
menurut Piaget yang menyatakan bahwa siswa
soal dengan baik. Dalam kegiatan tersebut,
kelas V SD (usia 7-11 tahun) berada pada tahap
walaupun siswa dapat membaca dengan lancar
operasional konkret (Enung Fatimah, 2010: 94-
namun siswa tidak dapat mengerjakan soal
95). Pada tahap ini siswa telah memahami operasi
dengan baik karena hanya terdapat 4 siswa yang
logis dengan bantuan benda-benda konkret
menjawab benar semua, namun ada juga yang
namun siswa belum dapat berpikir secara abstrak.
2.220 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-5 2016
Namun, siswa telah mampu memandang suatu
METODE PENELITIAN
objek dari sudut pandang yang berbeda secara
Jenis Penelitian
objektif. Sehingga penggunaan komik edukatif
Penelitian ini, termasuk jenis penelitian
dalam penelitian ini sangat cocok apabila
tindakan kelas (classroom action research)
diterapkan bagi siswa sekolah dasar. Berikut
kolaborasi. Penelitian tindakan kelas kolaborasi
beberapa kelebihan komik edukatif seperti yang
maksudnya
dikemukakan Burhan Nurgiyantoro (2005: 410-
dilakukan sendiri, namun harus berkolaborasi
429) bahwa kelebihan komik antara lain dapat
bersama dengan guru dan dilakukan secara
dijadikan sebagai sarana komunikasi, sarana
bertahap
untuk menyampaikan sesuatu kepada pembaca.
pembelajaran
Sesuatu yang dimaksud dapat bermacam-macam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
adalah
penelitian
untuk
tidak
memecahkan
di
kelas
dengan
dapat
masalah tujuan
mulai dari cerita, pesan, dan bahkan sampai pada hal-hal yang berbau ilmiah sekalipun. Artinya
Subjek dan Objek Penelitian
komik juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran
yang
berfungsi
untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Palbapang dengan jumlah siswa 19 orang yang terdiri dari 10 orang laki-
Komik adalah urutan-urutan gambar yang
laki dan 9 orang perempuan yang memiliki
ditata sesuai tujuan dan filosofi pembuatnya
masalah dalam membaca pemahaman melalui
hingga
Komik
penggunaan komik edukatif. Objek penelitian ini
cenderung diberikan lettering yang diperlukan
adalah keterampilan membaca pemahaman siswa
sesuai dengan kebutuhan (M.S Gumelar, 2011:
kelas V SD Negeri 1 Palbapang, Kecamatan
2). Sedangkan menurut McCloud (Indira, 2011:
Bantul, Kabupaten Bantul.
pesan
cerita
tersampaikan.
4) komik adalah gambar-gambar dan lambanglambang lain yang terjukstaposisi (berdekatan, bersebelahan)
dalam
urutan
tertentu
untuk
memberikan informasi atau untuk mencapai tanggapan estetis dari pembaca. Pembelajaran menggunakan media komik dapat memicu siswa untuk senang membaca. Komik yang digunakan berupa komik seperti biasa namun didalam ceritanya termuat nilai-nilai edukatif yang dapat dimengerti siswa seusia sekolah dasar serta dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Palbapang yang berada di Jalan Samas Km. 12 Palbapang,
Bantul,
Yogyakarta.
Proses
pengambilan data dilakukan dalam ruangan kelas V
SD
Negeri
1
Palbapang.
Penelitian
dilaksanakan pada semester II (dua) tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 1 Palbapang selama 1 bulan. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah desain penelitian tindakan kelas Model Kemmis dan Mc.
Meningkatkan Keterampilan Membaca .... (Ninis Setyaningsih) 2.221
Taggart.
Suharsimi
Arikunto
(2010:
84)
1. Analisis Deskriptif Kualitatif
menyatakan bahwa Kemmis dan Mc Taggart
Analisis data deskriptif kualitatif dalam
memandang komponen sebagai langkah dalam
penelitian ini adalah memaknai data dengan cara
siklus,
komponen
membandingkan hasil dari sebelum dilakukan
tindakan (acting) dan observasi (observing)
tindakan dan sesudah tindakan. Analisis data ini
sebagai satu kesatuan. Hasil dari observasi
dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil
kemudian
analisis digunakan sebagai bahan refleksi untuk
sehingga
ia
dijadikan
menyatukan
dasar
sebagai
langkah
berikutnya, yaitu refleksi.
melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya.
Metode Pengumpulan Data Dalam
penelitian
2. Analisis Deskriptif Kuantitatif ini,
metode
pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah observasi dan tes. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti menggunakan tes yang dapat mengukur keterampilan membaca pemahaman siswa menggunakan komik edukatif. Dalam tes ini siswa diberikan pertanyaan mengenai hal-hal yang terdapat dalam komik
Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk
menganalisis
hasil
tes
membaca
pemahaman menggunakan komik edukatif. Data deskriptif kuantitatif dapat dilihat dari tercapainya tujuan penelitian yaitu dengan melihat adanya peningkatan rerata skor yang diperoleh dari hasil tes
membaca
pemahaman.
Adapun
cara
menghitung hasil (skor) yang diperoleh dengan rumus mean atau rerata nilai menurut Anas Sudijono (2010: 81) yaitu sebagai berikut:
edukatif yang diberikan peneliti. Tes yang diberikan berupa soal pilihan ganda dan uraian. X= Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul perlu segera
Keterangan :
dilakukan pengolahan data atau analisis data. Tujuan analisis data dalam penelitian tindakan kelas adalah untuk memperoleh bukti kepastian
= Mean (rata-rata) ∑
= Jumlah nilai
N
= Jumlah yang akan dirata-rata
apakah terjadi perbaikan, peningkatan, atau perubahan sebagaimana yang diharapkan bukan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
untuk membuat generalisasi atau pengujian teori. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data deskriptif kualitatif melalui lembar observasi dan deskripsi
kuantitatif
pemahaman.
melalui
tes
membaca
Sebelum melakukan kegiatan penelitian, peneliti
telah
melakukan
observasi
dan
wawancara terhadap
guru dan menemukan
permasalahan
ada
keterampilan
yang
membaca
yaitu
rendahnya
pemahaman
siswa.
Berikut adalah hasil pre test yang dilakukan sebelum tindakan:
presentase ketuntasan
2.222 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-5 2016
Nilai
100,00%
78,95%
80,00%
rata-rata
pratindakan
sebesar
65,42
meningkat menjadi 74,47 pada siklus I dengan
60,00%
peningkatan sebesar 9,05. Siswa yang mendapat
40,00%
21,05%
20,00%
Tuntas
nilai ≥ 75 atau memenuhi KKM berjumlah 4
Tidak Tuntas
siswa (21,05%) pada pratindakan meningkat
0,00%
menjadi 9 siswa (47,67%) setelah diberi tindakan
Pratindakan Nilai Siswa
pada siklus I. Sebaliknya siswa yang mendapat nilai ≤ 75 atau tidak tuntas berkurang jumlahnya
Gambar 1. Diagram Batang Hasil Pratindakan
dari 15 siswa (78,95%) pada pratindakan menjadi
Diagram batang di atas menunjukkan hasil
10 siswa (52,63%) setelah dilaksanakan tindakan
pratindakan kelas V yaitu dari 19 siswa terdapat 4
siklus I. Akan tetapi hasil tersebut masih belum
siswa (21,05%) yang memperoleh nilai ≥ 75 atau
memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yang
dalam kategori memenuhi KKM, sementara 15
pertama yaitu 80% siswa mendapatkan nilai ≥ 75.
siswa (78,95%) lain masih mendapat nilai ≤ 75.
Oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada siklus
Hal
keterampilan
II. Berikut adalah hasil peningkatan keterampilan
membaca pemahaman siswa kelas V SD N 1
membaca pemahaman siswa dari pratidakan,
Palbapang masih rendah. Hasil ini menjadi
siklus I, dan siklus II.
ini
menunjukkan
bahwa
apa yang menjadi penyebab masih rendahnya ketuntasan
belajar
siswa
tersebut.
Setelah
dilakukan tindakan pada siklus I sebanyak dua pertemuan, berikut adalah hasil dari siklus I
persentase ketuntasan
sekaligus perbandingan dengan pratindakan: 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
presentase ketuntasan
catatan tersendiri bagi peneliti dan direfleksikan
120,00%
100%
100,00%
78,95%
80,00% 40,00% 20,00%
Tuntas
52,63%
60,00%
Tidak Tuntas
47,67% 21,05% 0
0,00%
78,95%
Nilai Siswa
Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Nilai
52,63% 47,67%
Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II.
Tuntas
Diagram batang di atas menunjukkan
Tidak Tuntas
21,05%
bahwa
Pratindakan Siklus I Nilai Siswa
Gambar 2. Diagram Batang Perbandingan Nilai Pratindakan dan Siklus I Diagram batang di atas menunjukkan peningkatan keterampilan membaca pemahama siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata siswa dari pratindakan ke siklus 1.
terjadi
peningkatan
keterampilan
membaca pemahaman pada siswa. Peningkatan dapat
dilihat
dari
nilai
rata-
rata
siswa
pratindakan, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata pratindakan sebesar 65,42 meningkat pada siklus I menjadi 74,47 dan meningkat kembali menjadi 87,62 pada siklus II. Siswa yang mendapat nilai ≥75 atau kategori tuntas berjumlah 4 siswa pada
Meningkatkan Keterampilan Membaca .... (Ninis Setyaningsih) 2.223
saat pratindakan (21,05%), meningkat menjadi 9
maju membacakan hasil pekerjaanya tanpa harus
siswa (47,67%) pada siklus I dan meningkat
ditunjuk, namun masih belum ada siswa yang
menjadi 19 siswa (100%) setelah diberi tindakan
berani dan mau maju sehingga guru harus
pada siklus II. Sebaliknya siswa yang mendapat
menunjuk satu per satu siswa. Selain itu, ketika
nilai ≤ 75 atau tidak tuntas berkurang jumlahnya
guru memberikan penjelasan terkait materi
dari 15 siswa (78,95%) pada pratindakan,
membaca pemahaman, beberapa siswa masih
menjadi 10 siswa (52,63%) pada siklus I dan
asyik mengobrol sendiri sehingga guru harus
tidak ada siswa yang tidak tuntas (0,00%) pada
menegurnya
siklus II. Hasil tersebut telah memenuhi kriteria
Sedangkan pada akhir kegiatan pada pertemuan
keberhasilan
pertama, guru juga sudah membimbing siswa
penelitian
yaitu
75%
siswa
mendapatkan nilai ≥ 75.
agar
mereka
memperhatikan.
dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari
Aktivitas siswa juga menjadi hal yang
dan memberikan motivasi bagi siswa.
diperhatikan oleh peneliti dalam penelitian ini.
Pada pertemuan pertemuan kedua siklus I,
Observasi dilakukan pada pertemuan pertama dan
siswa
kedua,
pembelajaran
pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru
keterampilan membaca pemahaman dari awal
menggunakan komik edukatif yang menarik
sampai akhir. Pada pertemuan pertama siklus I,
minat
kinerja
memperhatikan
selama
guru
kegiatan
sudah
bagus.
Guru
telah
mulai
siswa.
aktif
Siswa
sangat
penjelasan
serius
singkat
tentang
direncanakan. Guru juga sudah menyiapkan
menyelesaikan ringkasan sebelumnya yang belum
materi dan media sebelum pembelajaran dimulai,
selesai. Ketika guru menyuruh siswa untuk maju
sehingga pembelajaran siap dimulai tepat waktu.
membacakan hasil ringkasannya, sudah terlihat
Seluruh siswa kelas V SD N 1 Palbapang hadir
siswa tertarik ingin maju tetapi mereka masih
mengikuti pembelajaran. Dalam memberikan
merasa takut dan malu. Akhirnya guru menunjuk
apersepsi guru telah mengaitkannya dengan
4
materi yang akan disampaikan. Guru dan siswa
membacakan hasil ringkasannya.
maju
Siswa
dalam
meringkas
untuk
benar.
kegiatan
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang
siswa
yang
mengikuti
satu
per
melanjutkan
satu
dan
cukup aktif dalam melakukan tanya jawab, baik
Pada pertemuan pertama siklus II, kinerja
ketika apersepsi maupun tanya jawab mengenai
guru sudah bagus. Guru telah melaksanakan
isi komik.
pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.
Pada saat pembelajaran menggunakan
Guru juga sudah menyiapkan materi dan media
komik edukatif, guru sudah membimbing siswa
sebelum
pembelajaran
dimulai,
sehingga
bagaimana cara membaca dengan tanda baca
pembelajaran siap dimulai tepat waktu. Seluruh
yang benar. Apabila terdapat kesalahan saat
siswa kelas V SD N 1 Palbapang hadir mengikuti
membaca tanda baca, guru akan menyuruh siswa
pembelajaran. Dalam memberikan apersepsi guru
untuk mengulangi kalimat yang salah. Guru juga
telah mengaitkannya dengan materi yang akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
disampaikan. Guru dan siswa cukup aktif dalam
2.224 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-5 2016
melakukan tanya jawab, baik ketika apersepsi
pembelajaran
maupun tanya jawab mengenai isi komik.
pemahaman.
keterampilan
membaca
Pada saat pembelajaran menggunakan komik edukatif, guru sudah membimbing siswa bagaimana cara membaca dengan tanda baca
Pembahasan Penelitian
membaca
pemahaman
yang benar. Ketika siswa membaca, sudah terlihat
menggunakan komik edukatif dilaksanakan pada
ada peningkatan karena hanya sedikit kesalahan
kelas V di SD Negeri 1 Palbapang Kabupaten
siswa saat membaca sesuai dengan tanda baca.
Bantul. Data yang telah dikumpulkan dari hasil
Sedangkan pada akhir kegiatan pada pertemuan
penelitian dipaparkan dan ditarik kesimpulan.
pertama, guru juga sudah membimbing siswa
Dalam penelitian ini data yang disajikan meliputi
dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari
data keberhasilan proses dan keberhasilan hasil
dan memberikan motivasi bagi siswa.
karena penelitian dikatakan berhasil jika proses
Pada pertemuan pertemuan kedua siklus II,
siswa
kegiatan
ini menekankan pada keterampilan membaca
pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru
pemahaman menggunakan komik edukatif yang
menggunakan komik edukatif yang menarik
dilaksanakan pada bulan Maret-April.
minat
mulai
siswa.
Siswa
memperhatikan meringkas
aktif
mengikuti
dan hasil meningkat ke arah lebih baik. Penelitian
sangat
penjelasan
yang
benar.
serius
singkat
Siswa
dalam tentang
melanjutkan
Penelitian ini berawal dari kenyataan di lapangan
bahwa
keterampilan
membaca
pemahaman siswa kelas V SD N 1 Palbapang
menyelesaikan ringkasan sebelumnya yang belum
masih
selesai. Ketika guru menyuruh siswa untuk maju
membaca
membacakan hasil ringkasannya, siswa sudah
pratindakan yaitu 65,42 hal ini menunjukkan
mau maju tanpa harus ditunjuk. Pada saat
bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa
membacakan hasil meringkas, 9 siswa juga sudah
masih
mau
mempengaruhi
maju
tanpa
harus
ditujuk.
Hal
ini
rendah.
Nilai
pemahaman
perlu
rata-rata
keterampilan
siswa
ditingkatkan.
pada
Faktor
keterampilan
saat
yang
membaca
menunjukkan bahwa siswa sudah mulai berani
pemahaman siswa meliputi siswa yang mudah
dan percaya diri. Hal serupa juga terlihat ketika
jenuh
guru dan siswa bertanya jawab, siswa sudah aktif
pembelajaran, siswa tidak memperhatikan tanda
menjawab dengan mengangkat tangan terlebih
baca ketika membaca, guru tidak menggunakan
dahulu.
media pembelajaran yang menarik serta guru
Dari observasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa komik edukatif sangat menarik
dan
kurang
antusias
mengikuti
yang lebih sering menjelaskan materi sehingga siswa cenderung pasif.
perhatian siswa kelas V SD N 1Palbapang.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
Akibat dari penggunaan komik edukatif ini, siswa
guru dan peneliti telah bertanya jawab dan
semakin antusias dan aktif dalam mengikuti
sepakat untuk menggunakan komik edukatif
pembelajaran
sebagai media untuk membaca pemahaman. Nana
bahasa
Indonesia,
terutama
Meningkatkan Keterampilan Membaca .... (Ninis Setyaningsih) 2.225
Sudjana
dan
Ahmad
Riva’i
(2005:
3-4)
menuliskan beberapa jenis media pengajaran
jenuh terhadap pembelajaran dan siswa juga lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
yang bisa digunakan dalam proses pengajaran.
Nilai rata-rata tes juga menunjukkan adanya
Pertama, media grafis seperti gambar, foto,
peningkatan keterampilan membaca pemahaman
grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik,
dalam siklus I maupun siklus II. Hal itu
dan lain-lain. Oleh karena itu, guru dan peneliti
menunjukkan bahwa dengan penggunaan komik
sepakat untuk menggunakan media kartun dalam
edukatif
pembelajaran. Selain itu, karena komik dianggap
pemahaman
mampu menarik minat siswa untuk membaca
memperhatikan tanda baca dan membantu siswa
sehingga dapat membuat siswa lebih mudah
agar lebih mudah memahami isi cerita. Siswa
memahami isi bacaan. Sejalan dengan kelebihan
sudah
komik
Burhan
membaca, hal itu dapat dilihat dari nilai soal tes
Nurgiyantoro (2005: 410-429) bahwa komik
membaca pemahaman yang meningkat. Dengan
dapat dijadikan sarana komunikasi, sarana untuk
adanya komik edukatif, siswa juga menjadi lebih
menyampaikan sesuatu kepada pembaca. Sesuatu
aktif, antusias dan tidak mudah jenuh dalam
yang dimaksud dapat bermacam-macam mulai
pembelajaran, karena komik merupakan alat
dari cerita, pesan, dan bahkan sampai pada hal-
penyampai informasi dalam pembelajaran yang
hal yang berbau ilmiah sekalipun. Artinya, komik
berperan untuk mempermudah siswa dalam
juga
media
membaca pemahaman. Selain itu, komik juga
untuk
memiliki gambar warna-warni yang menarik
yang
dikemukakan
dapat
digunakan
pembelajaran
yang
oleh
sebagai berfungsi
menyampaikan materi pembelajaran.
minat
dalam
pembelajaran
dapat
memperhatikan
dan
perhatian
membaca
membantu
tanda
baca
siswa
siswa
ketika
sehingga
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama
menumbuhkan minat membaca. Sehingga siswa
dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri
mampu memahami isi cerita dalam percakapan
dari dua pertemuan. Siklus I merupakan tindakan
juga dibantu oleh gambar yang menarik. Komik
yang
mempertimbangkan
edukatif memiliki beragam cerita, sehingga guru
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tahap
harus dapat menyesuaikan komik dengan materi
pratindakan dan memperbaikinya. Selanjutnya,
yang akan disampaikan kepada siswa. Seperti
siklus II merupakan tindakan untuk memperbaiki
yang diungkapkan Burhan Nurgiyantoro (dalam
kembali kekurangan yang terjadi dalam siklus I.
Jufri, 2013: 7) bahwa komik adalah cerita
dilakukan
dengan
Setelah dilakukan suatu tindakan berupa pembelajaran
pemahaman
komik hanya menjelaskan gambar: metabahasa-
menggunakan komik edukatif, hasil observasi
bahkan kadang-kadang ada gambar tanpa tulisan
pada
karena
siklus
membaca
bergambar dengan sedikit tulisan-tulisan dalam
I
dan
siklus
II
mengalami
gambar-gambar itu sudah berbicara
peningkatan. Peningkatan terjadi pada fokus,
sendiri. Dari pernyataan Burhan Nurgiyantoro
perhatian dan percaya diri. Siswa tidak mudah
tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya media komik siswa dapat lebih mudah untuk
2.226 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-5 2016
menyimpulkan isi cerita karena terdapat gambar
jumlah siswa yang mencapai nilai di atas 75 yaitu
yang menjelaskan isi cerita.
meningkat dari pratindakan berjumlah 4 anak
Penggunaan komik edukatif dalam membaca pemahaman
juga
membuat
pelaksanaan
menjadi 9 anak pada siklus I. Pada siklus I kriteria keberhasilan belum
pembelajaran yang dilakukan guru berjalan
memenuhi
dengan
komik
dilanjutkan ke siklus II dengan melihat catatan-
edukatif yang dilakukan pun mampu membantu
catatan penting yang masih perlu direfleksikan
mempermudah guru dalam menjelaskan materi
lagi untuk pembelajaran berikutnya. Pada siklus
serta mempermudah siswa dalam menyimpulkan
II, hasil pembelajaran meningkat lagi bila
isi cerita. Seperti yang diungkapkan oleh Nana
dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan hasil
Sudjana dan Riva’i ( 2002: 64) bahwa komik
belajar pada siklus II, menunjukkan bahwa
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun
penggunaan komik edukatif dapat meningkatkan
yang mengungkapkan karakter atau memerankan
keterampilan
suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II masih
dengan gambar dan dirancang untuk memberikan
tetap menggunakan komik edukatif, hanya saja
hiburan kepada para pembaca. Sehingga dapat
untuk siklus II setiap siswa mendapatkan komik.
disimpulkan
dapat
Pada siklus I siswa mendapatkan komik edukatif
membuat siswa lebih mudah untuk memahami
dalam kelompok dan pada siklus II siswa
dan menyimpulkan isi cerita, karena didalam
mendapat satu media komik untuk setiap siswa.
maksimal
bahwa
dan
penggunaan
komik
edukatif
kriteria.
Untuk
membaca
itu,
penelitian
pemahaman
siswa.
komik edukatif yang diberikan oleh guru terdapat
Komik edukatif yang digunakan pada siklus
bacaan dan gambar animasi yang menjelaskan isi
II ini juga lebih efektif dibandingkan pada siklus
cerita.
I. Komik edukatif yang digunakan pada siklus II
Berdasarkan hasil nilai tes pratindakan yang dilakukan peneliti, diperoleh nilai
dibagikan kepada siswa satu persatu. Hal ini
rata-rata
dilakukan agar konsentrasi siswa tidak pecah
keterampilan membaca pemahaman siswa sebesar
karena siswa menggunakan satu komik dalam
65,42. Sementara banyak siswa yang mencapai
satu kelompok. Pada pembelajaran siklus II,
nilai di atas 75 yaitu 4 anak. Hasil tersebut
keterampilan
menggambarkan bahwa keterampilan membaca
meningkat dari siklus I. Hal ini dilihat dari
pemhaman masih rendah.
peningkatan nilai rata-rata keterampilan membaca
membaca
pemahaman
siswa
Dalam pembelajaran siklus I, keterampilan
pemahaman dari siklus I yaitu 74,47 menjadi
membaca pemahaman siswa meningkat. Hal ini
87,62 pada siklus II. Selisih peningkatan nilai
dilihat
rata-rata keterampilan membaca pemahaman
dari
keterampilan
peningkatan membaca
nilai
rata-rata
pemahaman
dari
mencapai 13,15. Sementara jumlah siswa yang
pratindakan 65,42 menjadi 74,47 pada siklus I.
mencapai nilai di atas 75 yaitu meningkat dari
Selisih peningkatan nilai rata-rata keterampilan
siklus I berjumlah 9 anak menjadi 19 anak atau
membaca pemahaman mencapai 9,05. Sementara
seluruh siswa pada siklus II.
Meningkatkan Keterampilan Membaca .... (Ninis Setyaningsih) 2.227
Nilai
rata-rata
keterampilan
membaca
teman
sebaya
ketika
mengerjakan
tugas
pemahaman pada setiap siklusnya meningkat.
berkelompok. Bagi guru yaitu, guru hendaknya
Data yang dihasilkan pada siklus II sudah
memotivasi siswa agar mau berkelompok dengan
memenuhi kriteria keberhasilan 75% dari 19
siswa lain karena tidak mungkin siswa akan
siswa yaitu 15 anak. Bahkan pada penelitian pada
melakukan pembelajaran secara individual terus
siklus II, keterampilan membaca pemahaman
menerus dan guru dapat menggunakan komik
siswa mencapai kriteria keberhasilan 100%. Oleh
edukatif dalam pelajaran Bahasa Indonesia selain
karena itu, penelitian tidak perlu dilanjutkan ke
materi membaca pemahaman. Bagi sekolah yaitu,
siklus berikutnya.
pembelajaran keterampilan membaca pemahaman menggunakan
komik
edukatif
perlu
SIMPULAN DAN SARAN
dikembangkan dan didukung dengan penyediaan
Simpulan
berbagai media, sarana, dan prasarana yang
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
telah
dilakukan
dapat
pemahaman siswa dapat terus meningkat. Selain
komik
dapat
itu, sekolah dapat menyediakan komik edukatif di
membaca
perpustakaan sekolah, agar siswa dapat membaca
pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri 1
setiap saat ketika istirahat serta dapat digunakan
Palbapang dari segi proses maupun hasil.
untuk menunjang pembelajaran yang dilakukan.
pembahasan
yang
disimpulkan
bahwa
meningkatkan
media
keterampilan
menunjang sehingga
keterampilan
membaca
Peningkatan proses, dibuktikan dengan analisis data deskriptif kualitatif melalui hasil observasi aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran pada siklus I dan pada siklus II. Peningkatan hasil, dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman pada setiap siklus. Nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman pada pratindakan yaitu 64,42. Pada siklus I meningkat 9,05 menjadi 74,47. Sedangkan, pada siklus II meningkat 13,15 menjadi 87,62. Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagi
siswa
yaitu,
sswa
perlu
melakukan
pembelajaran menggunakan metode diskusi agar siswa mau berinteraksi dengan siswa lain serta belajar untuk menghargai dan menghormati
DAFTAR PUSTAKA Anas Sudijono. (2006). Pengantar Statistik Pendidik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Burhan Nurgiyantoro. (2005). Sastra Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dadan Djuanda. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Meyenangkan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Enung Fatimah. (2008). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia. Farida Rahim. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Henry Guntur Tarigan. (2008). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT Angkasa.
2.228 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-5 2016
Indiria Maharsi. (2011). Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas. Yogyakarta: Kata Buku. Jufri Ahmat dan Wahyu Sukartiningsih. (2013). Penggunaan Media Komik untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Cerita di Kelas V Sekolah Dasar. Artikel JPGSD Volume 01 Nomor 02 pada PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya. http:/ejournal.unesa.ac.id/article/5187/18/ article. (Diakses pada tanggal 19 Mei 2016). M.S Gumelar. (2011). Comic Making: Cara Membuat Komik. Jakarta: PT Indeks.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sa’adun Akbar. (2010). Penelitian Tindakan Kelas: filosofi, metodologi, implementasi. Yogyakarta: Cipta Media. Samsu Somadoyo. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan Untuk Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.