Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PELAKU UMKM DI KEC. DRIYOREJO KAB. GRESIK, JAWA TIMUR MELALUI DESAIN RANTAI PASOKAN DAN UNIT USAHA ES KRIM LABU KUNING ANTIDIABETES (Improving welfare of small enterprise-farmers through the development of supply chain and enterprise unit design for yellow pumpkin antidiabetic-ice cream in Driyorejo sub district, Gresik, East Java Province) Indah Epriliati1, Elisabeth Supriharyanti2, Yulius Runtu2 1
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2 Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Korespondensi: Jalan Dinoyo 42-44 Surabaya; Telepon: 08123027206; email :
[email protected]
ABSTRAK Tantangan kedaulatan pangan sering dihadapkan pada kondisi petani yang memiliki posisi tawar lemah dengan nilai tukar petani rendah. Salah satu program yang telah lama dilakukan untuk peningkatan kesejahteraan petani adalah bantuan kredit, tetapi sering terjadi kasus kredit macet. Sementara upaya untuk membangun jiwa kewirausahaan petani dengan mengembangkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan belum dioptimalkan. Akar permasalahan utama adalah pengelolaan usaha dan rantai pasokan yang menjaga keberlanjutan rantai dari tahap produksi sampai pemasaran sebagai infrastruktur usaha berkelanjutan tidak tersedia. Penelitian ini merupakan penelitian tahap pertama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani pelaku UMKM untuk komoditas labu kuning yang dimanfaatkan menjadi produk es krim untuk permasalahan diabetes mellitus disertai dengan penyusunan desain rantai pasokan dan program pengelolaan usaha. Penelitian dilakukan menjadi dua bagian: survei pelaku mata rantai pasokan untuk labu kuning menggunakan metoda focused group discussion (FGD) dan pengembangan teknologi es krim yang diformulasikan mengikuti ketentuan diet untuk diabetes mellitus mengacu pada bukti empiris penanganan diabetes (Mann et al., 2004) serta analisis kelayakan usaha kecil menggunakan metode Break even point (BEP) analysis. Pengembangan teknologi es krim labu kuning antidiabetes menghasilkan biaya produksi sebesar Rp 24.585.28/L dengan operasional maksimal adalah 80% dari kapasitas alat terpasang dan kapasitas produksi minimal mencapai kondisi BEP adalah 3,228 L es krim/hari dengan waktu kerja selama 12 jam menggunakan investasi sebesar Rp 25.872.612. Identifikasi pelaku rantai pasokan yang relevan adalah [petani]-[pembuat es krim]-[sekolah]-[rumah sakit/poliklinik dengan layanan rawat inap]-[posyandu]. Dari hasil FGD diperoleh hasil bahwa petani belum (a) memiliki jiwa wirausaha yang mampu memberi nilai tambah hasil pertaniannya, (b) membudayakan perilaku “petik-olah-jual”; (c) menjalin jejaring dengan pelaku rantai pasokan yang dapat meningkatkan nilai guna bagi end user serta (d) pendampingan kelompok tani yang tidak berfungsi maksimal. Rekomendasi
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
penelitian lanjutan adalah pembuktian analisis usaha dengan scale up produksi es krim labu kuning dan program pendampingan disertai dengan pengelolaan usaha. Kata kunci: labu kuning, es krim antidiabetes, analisa usaha, rantai pasokan, UMKM PENDAHULUAN Kecamatan Driyorejo termasuk dalam Kabupaten Gresik bagian Selatan, Jawa Timur yang secara geografi merupakan kawasan pantai dengan ketinggian 0-12 m di atas permukaan laut. Di Kecamatan Driyorejo terdapat area industri dan pertanian hortikultura yang menjadi potensi penting yang menopang ketahanan pangan karena peningkatan jumlah pendatang yang bekerja pada industri di Gresik dan karena menjadi kawasan satelit bagi Surabaya. Gresik Selatan juga memiliki industri makanan dan minuman yang menunjukkan peningkatan retribusi cukup tinggi (Gresik Dalam Angka, 2011). Kondisi tanah di Gresik tipe aluvial, grumusol, mediteran merah, dan litosol disertai dengan curah hujan yang rendah (2.000 mm per tahun). Kecamatan Driyorejo dipilih sebagai lokasi penelitian karena berbatasan dengan Surabaya menjadi area transisi urban-rural dengan dinamika sosial ekonomi dan kesehatan yang penting. Kecamatan Driyorejo juga merupakan jalur transportasi strategis ke Surabaya dan Lamongan. Dengan perkembangan dan pemekaran Surabaya dan Lamongan, Kecamatan Driyorejo juga berkembang dengan pembangunan menjadi Kota Baru Driyorejo dimana pendatang dari berbagai kawasan Indonesia juga meningkat. Daerah pemekaran baru ditemukan memiliki kinerja ekonomi dan tingkat kesejahteraan fluktuatif (Bappenas dan UNDP, 2008). Di puskesmas Driyorejo, kunjungan pasien yang terkena diabetes merupakan 10 besar kasus penyakit. Hal ini selaras dengan prediksi kasus diabetes yang akan meningkat di daerah urban negara-negara berkembang (Wild et al., 2004) di dekade mendatang. Jika urbanisasi terus terjadi, Driyorejo bisa menghadapi rawan kecukupan pangan dan kesehatan di masa mendatang. Untuk menjaga keseimbangan kemandirian pangan dan perkembangan industri dan kawasan pemukiman, potensi pertanian Gresik Selatan yang telah ada perlu dioptimalkan. Optimasi sumberdaya merupakan salah satu strategi untuk mengantisipasi dampak negatif pemekaran daerah otonomi baru (Bappenas dan UNDP, 2008). Optimasi ke arah penyediaan makanan yang sehat adalah strategis karena di satu sisi mendukung keberlanjutan perkembangan ekonomi penduduk dan juga memberi kontribusi terhadap kedaualatan pangan dan kesehatan masyarakat di kawasan transisi metropolitan dan kawasan pertanian-industri. Hasil bumi berupa ubi jalar, singkong, jagung, labu kuning, dapat diperoleh sepanjang tahun di Kecamatan Driyorejo. Hasil pertanian hortikultura termasuk 15 komoditas penting potensi pertanian Kabupaten Gresik (Gresik Dalam Angka, 2011). Saat ini ubi jalar dan labu kuning dijual secara konvensional dan dijajakan dengan sepeda motor. Hasil bumi tersebut kebanyakan masih dijual segar tanpa pengolahan tetapi hanya penanganan pascapanen yang minimal meskipun telah ada pelaku industri kecil kerupuk, minuman, dan mie di Kecamatan Driyorejo. Penganekaragaman produkproduk olahan tersebut dengan bahan baku hasil pertanian terutama labu kuning dan ubi Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
jalar belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan program integratif antara pertanian dan industri, khususnya industri makanan dan minuman disertai dengan bantuan pengelolaan usaha dan rantai pasokannya agar harga dan kualitas dapat dijamin secara berkelanjutan. Labu kuning merupakan hasil pertanian potensial untuk dikembangkan sebagai produk pangan olahan untuk penderita diabetes dalam diet. Labu kuning mengandung serat serta vitamin A dan C yang tinggi; ini baik untuk tatalaksana menu bagi penderita diabetes karena kemampuan vitamin C secara kombinasi dengan antioksidan lain menurunkan risiko komplikasi diabetik secara efektif melalui penghambatan protein glycation dan intervensi terhadap jalur metabolisme sorbitol (Vinson dan Howard III, 1996) disamping potensi serat yang menyehatkan saluran pencernaan. Transformasi petani konvensional menjadi petani-wirausahawan dinilai sebagai salah satu solusi optimasi potensi pertanian daerah pemekaran Driyorejo agar kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan dapat dicapai, khususnya petani sebagai pilar kedaulatan pangan. Oleh karena itu, petani konvensional perlu dimotivasi untuk mengalami transformasi menjadi pelaku UMKM baik dalam pengelolaan usaha taninya maupun produk pertanian yang dihasilkannya karena situasi perdagangan saat ini memerlukan pengelolaan usaha dengan mengadopsi model agro-industri. METODE Penelitian dilakukan di Desa Wedoroanom, Desa Randegansari, dan Desa Kesamben Wetan, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik. Pengembangan teknologi ice cream antidiabetes dari labu kuning. Ketentuan komposisi diet untuk diabetes menurut (Mann et al., 2004) secara garis besar meliputi: serat >40 gr/hari; protein 0,6-0,8 gr/kg berat badan; densitas energi rendah dengan 4560% bersumber pada buah/sayur/legume/biji utuh (whole grain); 30-35% total energi dari lemak serta memenuhi kebutuhan monounsaturated atau polyunsaturated fatty acids tergantung kondisi pasien; kolesterol ≤3 mg/hari; mineral, vitamin, antioksidan harus tersedia, tetapi asupan garam <6 g/hari. Laju pelelehan. Satu scoop ice cream sampel diletakkan di atas ayakan dengan aperture 1.4 mm yang ditempatkan di atas wadah yang diketahui beratnya, dilakukan pelelehan selama 60 menit dalam keadaan tertutup serta suhu dan kelembaban relatif lingkungan dipantau dalam kisaran 28,5-29,2C dan 68-75%. Setiap 10 menit berat tetesan yang diperoleh ditimbang. Hasil dinyatakan dalam % b/b drip terhadap berat sampel mula-mula. Pengujian sensoris es krim labu kuning antidiabetes. Uji sensori dilakukan di Desa Randegansari, menggunakan 27 panelis tidak terlatih dengan skor 1 (sangat tidak suka) – 5 (sangat suka). Penyusunan rantai pasokan menggunakan Focused Group Discussion (FGD). Pelaksanaan FGD yaitu Desa Randegansari, Desa Wedoroanom, dan Desa Kesamben Wetan. Rantai pasokan direncanakan untuk melibatkan stakeholders dari ketiga desa tersebut sehingga terbentuk rantai pasokan di tingkat Kecamatan. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Analisa ekonomi usaha es krim labu kuning antidiabetes pada skala laboratorium. Menggunakan analisa BEP linear menurut Peter dan Timmerhaus (1991) dengan menghitung modal tetap, modal kerja, total biaya produksi, biaya pembuatan produk, semi variable dan variable cost. BEP metode linear dihitung menggunakan rumus: FC 0,3 SVC BEP 100% ...........................................................(1) SC 0,7 SVC VC
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Teknologi Pembuatan Es Krim Labu Kuning Antidiabetes Tantangan teknologi pangan fungsional yang memililki sasaran konsumen dengan kondisi kesehatan khusus adalah kesesuaian kebutuhan nutrisional dan kebutuhan sifat fisiko kimia yang dipersyaratkan untuk mencapai keberhasilan pembuatan produk. Dalam pengembangan teknologi pembuatan es krim labu kuning antidiabetes, persyaratan komposisi nutrisi mengacu pada Mann et al. (2004), memiliki ketidakseimbangan komponen pembentuk emulsi yang stabil. Gambar 1 menunjukkan karakteristik leleh es krim labu kuning antidiabetis yang dihasilkan pada skala laboratorium dibandingkan dengan karakteristik es krim yang telah mapan di pasar (bench mark C dan W). Es krim labu kuning antidiabetes memiliki karakteristik leleh di antara kedua produk yang dipilih. Hasil uji kesukaan panelis tidak terlatih disajikan pada Gambar 2. Es krim labu kuning masih memiliki rasa dan aroma labu kuning yang kuat, warna kuning dari labu kuning yang didominasi karotenoid sebagai provitamin A, tidak cepat meleleh, tetapi agak tidak mudah disendok. Kelemahan yang mendasar adalah kestabilan foam (buih) es krim belum optimal meskipun sistem emulsi es krim labu kuning telah tercapai. Hal ini dapat berpengaruh terhadap umur simpan es krim labu kuning antidiabetes dalam jangka panjang. Secara keseluruhan uji organoleptik menunjukkan distribusi kesukaan - panelis dominan di antara tingkat netral sampai sangat suka (Tabel 1). Panelis memberi catatan untuk menambahkan artifisial aroma dan flavor serta pemanis. Hal ini menjadi tantangan pengembangan pangan fungsional karena habit dalam hidup sehari-hari. Bench mark C
yellow pumpkin-ice cream
bench mark W
0min
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
30min
60 min
drips
Gambar 1. Karakteristik Leleh Es Krim Labu Kuning Antidiabetes Dibandingkan Dengan Bench Mark Es Krim Komersial Favorit; (n=3 ulangan)
Gambar 2. Tingkat Kesukaan 27 Panelis Tidak Terlatih Terhadap Es Krim Labu Kuning Antidiabetes Tabel 1. Distribusi Tingkat Kesukaan Panelis Tidak Terlatih Terhadap Sifat Sensori Es Krim Labu Kuning Antidiabetes Makna dan skor penilaian 5: sangat suka 4: suka 3: netral
warna 66.67 25.93 7.41
Distribusi skor (% jumlah panelis) rasa dan kemudahan kelembutan aroma disendok di mulut 7.41 22.22 7.41 25.93 44.44 33.33 59.26 29.63 44.44
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
kecepatan meleleh 59.26 18.52 18.52
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
2: tidak suka 1: sangat tidak suka TOTAL
0 0 100
7.41 0 100
3.70 0 100
11.11 3.70 100
3.70 0 100
Analisis Usaha Es Krim Labu Kuning Antidiabetes Aspek kelayakan usaha es krim labu kuning antidiabetes perlu dianalisis pada skala produksi yang memenuhi batas untuk keberlanjutan usaha. Metode analisis linear menggunakan BEP telah umum dilakukan dan merupakan metode yang paling sederhana, meskipun untuk bahan pangan perlu dilakukan metode penetapan BEP non linear. Metode non linear memerlukan pemantauan data aktual selama kurun waktu tertentu setelah usaha cukup mapan. Oleh karena itu, dipilih metode linear untuk prediksi kelayakan rancangan usaha yang akan ditingkatkan pada skala komersialisasi. Inti hasil analisis adalah es krim labu kuning antidiabetes dapat direalisasikan jika kapasitas produksi minimal 13,45% dari kapasitas terpasang; yaitu 3.228 L/hari untuk mesin pembuat es krim berkapasitas 5 L, bekerja 1,5 shift (12 jam) per hari. Operasional optimal adalah 80% kapasitas mesin terpasang menghasilkan laju pengembalian modal setelah dipotong pajak 25% PPh sebesar 291,57%. Dengan kondisi ekonomi tersebut, modal akan kembali setelah 3 bulan 29 hari (Tabel 2). Tabel 2. Nilai Parameter Uji Kelayakan Ekonomis Menggunakan Metode BEP Linear Menurut Peter Dan Timmerhaus (1991) Untuk Kapasitas Produksi 24 L/Hari. Parameter Modal Tetap Modal Kerja Modal Industri Total Biaya Pembuatan Biaya umum Total biaya produksi Hasil Penjualan 138.240 cup/tahun seharga Rp 2.500,00/cup es krim bench mark Biaya tetap Biaya semi variable Biaya variable BEP Laju pengembalian modal (25% PPh) waktu pengembalian modal (25% PPh)
Rp x 103
Rp x 103
%
22.770,0000 11.487.9480 34.257,9480 193.299,3260 19.117,5158 212.416,8418 345.600,0000 4.390,8500 54.360,6158 153.665,3760 13,45 291,57 3 bulan 29 hari
Desain Rantai Pasokan Es Krim Labu Kuning Antidiabetes Berdasarkan hasil FGD di tiga desa lokasi diperoleh indikasi sebagai berikut : 1. Petani belum memiliki jiwa wirausaha yang mampu memberi nilai tambah hasil pertaniannya dan membudayakan perilaku “petik-olah-jual” Bagi petani, bekerja sebagai petani tidak hanya dipandang sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga dipandang sebagai “cara hidup” sehingga tidak hanya dilihat dari persepsktif ekonomi namun juga dilihat dari aspek sosial dan budaya. Dengan model ekonomi pertanian yang memiliki jarak waktu produksi yang cukup lama (antara3-5 bulan) antara waktu pengeluaran dengan waktu penerimaan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
penjualan, ditambah dengan kondisi ketidakpastian alam yang sangat mempengaruhi hasil (kadang hanya memenuhi 20% dari kebutuhannya), maka dari sisi ekonomi ini sangat tidak menguntungkan. Petani menjadi sering terlibat dengan hutang untuk memenuhi kebutuhannya yang berakibat pada keinginan untuk segera mendapatkan hasil pertaniannya saat panen tanpa melakukan pengolahan walaupun kadang harganya menjadi turun pada saat panen. Alasan lain adalah petani di lokasi penelitian tidak mau menanggung risiko jika membusuk dan tidak adanya tempat untuk menyimpan. 2. Petani belum menjalin jejaring dengan pelaku rantai pasokan yang dapat meningkatkan nilai guna bagi end user. Petani di lokasi penelitian menjual hasil pertaniannya dan dikonsumsi sendiri. Hasil pertanian tersebut dijual kepada pedagang atau pengepul yang sering membeli hasil panen para petani. Pengepul ada yang khusus membeli produk tertentu seperti padi saja, atau ketela saja tetapi ada pengepul untuk semua produk. Oleh pengepul, hasil tani dijual ke pedagang eceran untuk dijual ke konsumen akhir, selain itu juga yang dijual ke pedagang besar atau ke pabrikan, sehingga terbentuk rantai distribusi sebagai berikut : Sistem 1: petani pedagang konsumen Sistem 2: petani pengepul/pedagang besar pedagang kecil konsumen Sistem 3: petani pengepul-pabrikan (diolah)konsumen Pengepul lebih suka membeli hasil pertanian dalam kondisi masih mentah karena harganya murah. Pengepul memiliki posisi tawar lebih tinggi karena dia memiliki informasi pasar, sehingga dia yang menentukan harga jual produk. 3. Pendampingan kelompok tani yang tidak berfungsi maksimal. Pemerintah membuat program untuk melakukan pendampingan terhadap petani misalnya kelompok tani atau gapoktan. Pada kenyataannya lembaga tersebut hanya berfungsi sebatas memberikan subsidi pupuk, atau pemberian benih. Penyuluhan pernah dilakukan namun cenderung ditujukan untuk para bapak, sedangkan tenaga pertanian dominan adalah ibu-ibu.
Gambar 3. Desain Rantai Pasokan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN Peningkatan kesejahteraan petani pelaku UMKM di lokasi penelitian memerlukan bantuan teknis jejaring rantai pasokan yang diorganisasi oleh badan usaha milik petani dan teknologi pengolahan hasil pertanian yang menambah nilai guna seperti es krim labu kuning antidiabetes untuk kesehatan masyarakat Kecamatan Driyorejo. Mengingat posisi Kecamatan Driyorejo sebagai daerah pemekaran baru Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
menurut Bappenas dan UNDP (2008) rawan diabetes melitus, maka konsumen akhir untuk produk es krim labu kuning antidiabetes adalah sekolah, posyandu/poliklinik dengan layanan rawat inap. Pembuktian dari temuan kebutuhan tersebut perlu dilakukan untuk penelitian lanjutan. REKOMENDASI 1. Untuk penelitian lanjutan perlu pembuktian analisis usaha dengan scale up produksi es krim labu kuning dan program pendampingan disertai dengan pengelolaan usaha. 2. Perlu dibuat sistem untuk meningkatkan posisi tawar melalui badan usaha milik petani, dengan skim desain disajikan pada Gambar 3. 3. Konsumen akhir untuk produk es krim labu kuning antidiabetes adalah sekolah dan posyandu/poliklinik dengan layanan rawat inap. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melalui skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2012.
DAFTAR PUSTAKA Bappenas dan UNDP. 2008. Studi evaluasi dampak pemekaran daerah 2001-2007. BRIDGE (Building and Reinventing Decentralised Governance). ISBN: 978979-17554-1-2 Vinson JA, Howard III TB. 1996. Inhibition of protein glycation and advanced glycation end products by ascorbic acid and other vitamins and nutrients. Nutr Biochem, 7, 659-663 Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. 2004. Global prevalence of diabetes. Estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 27, 1047 – 1053 Willet W, Manson J, Liu S. 2002, Glycemic index, glycemic load, and risk of type 2 diabetes. Am J Clin Nutr , 76(suppl), 274S–80S Mann JI, Dunedin, De Leeuw I, Hermansen K, Aarhus, Karamanos B, Karlstrom B, Katsilambros N, Riccardi N, Rivellese AA, Rizkalla S, Slama G, Toeller M, Uusitupa M, Vessby B. Evidence-based nutritional approaches to the treatment and prevention of diabetes mellitus. Nutr Metab cardiovasc Dis 2004, 14, 373394 Mubyarto. 1982. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES. Pemda Kabupaten Gresik. www.gresik.go.id/ [20 September 2011] Peter, M. S. dan K. D. Timmerhaus. 1991. Plant Design and Economics for Chemical Engineers 4th ed. New York: John Willey and Sons, Inc. Setiawan, I. 2012. Dinamika Pemberdayaan Petani. Bandung: Widya Padjajaran Supriharyanti, E. 2009. Keragaman Pola hubungan pabrikan pemasok dan kinerja operasional. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Vol. 1, No. 1 Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012