e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUKURAN MELALUI BERMAIN KONSTRUKTIF PADA ANAK KELOMPOK B TK KEMALA BHAYANGKARI 1 DENPASAR Ida Ayu Sri Susanti Atma Sari1, I Wayan Darsana, 2, Made Suara3 1
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pengukuran melalui bermain konstruktif pada anak Kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar.Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, sebanyak 12 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan instrument Pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi. Dalam Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pengukuran melalui bermain konstruktif pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar sebesar 15.25%. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan ratarata persentase kemampuan pengukuran anak pada siklus I sebesar 67,33% dengan kriteria sedang menjadi sebesar 82,58% pada siklus II yang ada pada kriteria tinggi. Dengan demikian bermain konstruktif mampu meningkatkan kemampuan pengukuran pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. Kata-kata kunci : kemampuan, pengukuran, bermain konstruktif
Abstract This thorough aims to knowing the increase measurement capabilities through constructive play on the group B of the second term to child in the school at the year on 2015/2016 in kindergarten Kemala Bhayangkari 1 at Denpasar. This research is a classroom action research (PTK) is conducted in two cycles. The subject of research is the Child of the Group B to II Terms Academic Year on the 2015/2016 in the Kindergarden of Kemala Bhayangkari 1 at Denpasar, as many as 12 peoples. Collecting data in this thorough conducted by the method of observation and data collection instrument used by the observation sheet. In this research using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results show that there is an increase measurement capabilities through constructive play on the group B children in the school at the year on 2015/2016 Terms II inKindergarden of Kemala Bhayangkari 1 at Denpasar amounted to 15.25%. It can be seen from the increase in the average percentage of measurement capabilities of children in the first cycle of 67.33%, with the criteria being amounted to 82.58% in the second cycle which is on the high criteria. Thus playing a constructive able to improve the measurement of the children on the group B to
1
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Terms II Academic at the Year 2015/2016 in Kindergarden of Kemala Bhayangkari 1 at Denpasar . Keywords : ability, measurement, playing conductive
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan yang paling dasar bagi kehidupan manusia. Pendidikan menjadi faktor terpenting dalam mewujudkan pembangunan mental juga spiritual manusia. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini yang merupakan pendidikan awal dan dasar penting untuk diperhatikan. Sujiono (2011;2) menyatakan, Pendidikan pada masa usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan krangka dasar terbentuk dan bekembangnya dasardasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Maka dapat diartikan bahwa lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki peranan penting untuk suatu wadah dalam mengembangkan berbagi potensi yang dimiliki oleh anak. Pengastuti (2014;15), anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki potensi-potensi yaitu seperti perkembangan morar dan nilai-nilai agama, perkembangan bahasa, perkembangan fisik motori, perkembangan sosial emosional, perkembangan seni, dan perkembnagnan kognitif. Potensi yang dimiliki oleh anak sangat penting untuk diberikan stimulasi yang benar sehingga nantinya bermaanfaat bagi anak. Setiap anak juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda yang sudah dibawa sejak lahir. kemampuan merupakan kapasitas seseorang untuk mengerjakan berbagai tugas yang diberikan. Anak usia dini memiliki kemampuan dalam mengembangkan berbagai potensinya, apabila stimulasi yang diberikan kepada anak bermanfaat maka tujuan yang diinginkan akan berjalan secara optimal.
Pembelajaran yang di dapat anak disekolah harus disesuaikan dengan usia anak dan konsep-konsep yang benar agar bermanfaat dalam kehidupan sehariharinya. Salah satu pembelajaran yang penting untuk di kembangkan yaitu matematika. Matematika sangat berhubungan dalam kehidupan sehari-hari dalam memecahkan masalah berbagai kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya. Menurut Suriasumantri (dalam Susanto, 2011;98) mengungkapkan tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada hakikatnya merupakan cara belajar untuk mengatur pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur jalan pikirannya. Pentingnya pemberian rangsangan serta penanaman konsep pada anak untuk nantinya bisa bermanfaat dan memahami dengan benar. Salah satu pembelajaran matematika sederhana yang penting dikembangkan adalah kemampuan pengukuran. Pengukuran merupakan salah satu kemampuan yang harus diajarkan pada anak sejak dini, pengukuran merupakan kemampuan yang mengajarkan bagaimana membandingkan suatu objek dan mengukur suatu objek dengan benar. Anak belajar pengukuran dari berbagai kegiatan yang membutuhkan kreativitas. mengenalkan konsep lebih panjang, lebih pendek, lebih ringan. membandingkan benda menurut ukurannya besar, kecil, panjang, lebar, tinggi dan rendah. Pada hakekatnya proses pembelajaran yang diberikan pada anak usia dini hendaknya lebih memperhatikan karekteristik yang dimiliki anak setiap tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan pengukuran yang diberikan pada anak tidak hanya sebatas pemberian tugas, namun dengan memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan 2
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) tidak membosankan bagi anak. Ini bertujuan agar proses pembelajaran berjalan dengan optimal dan anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Pengenalan pengukuran bukan hanya sekedar memberikan sebuah pengetahuan yang baru bagi anak, namun pemberian pemahaman melalui pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan melalui bermain. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti mengenai Kemampuan pengukuran anak kelompok B1 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar masih berada dalam kriteria rendah. Dari 12 orang di temukan 4 orang atau 34% sudah berada dalam kriteria mampu dalam pengukuran terlihat dari anak yang sudah mampu membandingkan tinggi dan rendahnya benda, mengukur panjang benda dan mengukur berat benda. Dan 66% anak belum mampu dalam membandingkan tinggi dan rendahnya benda, masih bingung mengukur panjang benda dan mengukur berat benda, anak masih kebingungan hanya memperhatikan. Selain melakukan observasi pada anak, peneliti juga melakukan wawancara pada guru kelas B1 yakni Ibu Tukirah, S.Pd. Adapun hasil wawancara yang dilakukan yaitu, Menurut ibu, kemampuan anak dalam mengukur di kelas B1 ini dipengaruhi oleh suasana lingkungan yang baru. Karena anak baru memasuki sekolah untuk pertama kalinya langsung ke kelas B dan masih menyesuikan diri dengan lingkungan, kemungkinan anak masih malu dalam mengikuti pembelajaran dan menggungkapkan kemampuannya terutama dalam membedakan benda kecil dan besar, sehingga penting untuk dibimbing agar kemampuan pengukuran lebih meningkat. Setelah melakukan pengamatan lebih lanjut pada anak, ternyata ketertarikan anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran seperti membandingkan tinggi dan rendahnya benda, mengukur panjang benda dan mengukur berat benda masih kurang. Ini, karena anak mengganggap sangat sulit terlihat ketika anak diminta untuk membandingkan tinggi dan
rendahnya benda, mengukur panjang benda dan mengukur berat benda masih bertanya kepada guru dan temannya. Apabila hal ini terus terjadi maka anak tidak akan mampu sepenuhnya mengembangkan kemampuan pengukurannya dan selalu membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan ketika diberikan tugas. Pengukuran sangat penting diberikan sejak anak usia dini karena pemahaman anak dan daya nalar anak sangat baik dalam memahami pembelajaran. Salah satu alternatif yang peneliti ajukan dalam menangani permasalahan yang sudah dijabarkan adalah meningkatkan kemampuan pengukuran melalui bermain konstruktif. Melalui bermain konstruktif diharapkan dapat memotivasi anak dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan pengukuran pada anak. Kemampuan pengukuran pada anak sangat penting untuk dikembangkan, karena di usia yang masih dini kemampuan berfikir ataupun nalar anak masih sangat baik. Pemberian stimulasi yang tepat, sehingga kemampuan pengukuran anak berkembang secara optimal. Kemampuan merupakan kapasitas yang dimiliki oleh manusia dalam berfikir. Menurut Munandar (dalam Susanto, 2011;97), “bahwa kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil pembawaan dan latihan”. Sehingga penting bagi orang dewasa dalam menstimulasi kemampuan yang dimiliki oleh anak. Kennedy dan Tipps (dalam Roebyanto, 2014;82) Pengukuran adalah suatu proses memberikan atribut bilangan kepada kualitas fisik panjang, kapasitas, volume, luas, sudut, berat (massa), dan suhu. Pengukuran yang diberikan kepada anak adalah pengukuran yang sederhana dan mudah dimengerti oleh anak, seperti mengukur menggunakan jengkal, membedakan lebih banyak lebih sedikit dengan menggunakan botol yang berisikan air dll. Lestari KW (2011;20) menyatakan, Anak belajar pengukuran dari berbagai kesempatan melalui kegiatan yang 3
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) membutuhkan kreativitas. Tahap awal anak tidak menggunakan alat, tetapi mengenalkan konsep lebih panjang, lebih pendek, lebih ringan, cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya, anak diajak menggunakan alat ukur bukan standar, seperti pita, sepatu, dll. Pada tahap lebih tinggi lagi, anak diajak menggunakan jam dinding, penggaris, skala, termometer. Selanjutnya Roebyanto (2014;82), juga menyebutkan pengertian dari pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagi satuan. Kemampuan pengukuran merupakan kapasitas seseorang dalam memahami kegiatan membandingkan suatu objek dengan objek lainnya baik mengukur tinggi rendah sebuah benda, berat dll, dengan menggunakan alat ukur yang sederhana seperti menggunakan pita, ataupun jengkal tangan. Penting bagi orang dewasa memberikan stimulasi untuk anak agar kemampuan pengukuran anak berkembang dengan baik. Salah satu stimulasi yang diberikan yaitu dengan kegiatan bermain konstruktif, yang merupakan permainan yang bersifat membangun dan menyenangkan sehingga diharapkan anak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Bermain merupakan salah satu metode yang tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yang menyenangkan dan menghilangkan rasa bosan pada anak. memberikan pengalaman yang dapat menstimulasi kemampuan yang dimiliki oleh anak, karena anak terlibat langsung dengan lingkungannya. Morrison (2012;69) “permainan adalah cara utama anak untuk terlibat aktif dengan lingkungannya dan belajar”. Dengan memilih permainan yang tepat maka kemampuan anak akan berkembang dengan optimal. Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini dengan menerapkan bermain konstruktif. Selanjutnya Syamsuddin (2014;4), menyatakan “bermain, secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh anak berdasarkan
kemauannya sendiri, tanpa ada unsur paksaan dari mana pun”. Sehingga penting dalam memilih permainan yang tidak membuat anak cepat bosan dan sesuai dengan tahap perkembangan anak, agar berkembang dengan baik. Bermain konstruktif merupakan permainan yang menyenangkan dan bersifat membangun yang dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak salah satunya kemampuan pengukuran. Tedjasaputra (2001;56) berpendapat, Yang termasuk dalam permainan konstruktif adalah menggambar, mencipta bentuk tertentu dari lilin mainan, menggunting dan menempel kertas atau kain, merakit kepingan kayu atau plastik menjadi bentuk tertentu dan masih banyak lagi kegiatan lain yang bisa digolongkan pada bermain konstruktif. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah Peningkatan Kemampuan Pengukuran Melalui Bermain Konstruktif Pada Anak Kelompok B1 Di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. Latar belakang tersebut di atas didukung oleh hasil penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hima Rachmawati (2014) Penelitian dilakukan di RA Istiqomah yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pengukuran anak melalui bermain peran. Peningkatan tersebut yaitu di Siklus I mencapai rata-rata 62,5% dengan peningkatan pra siklus sebesar 12,5%. Pada Siklus II mencapai rata-rata 87,5% dengan peningkatan 12,5% berada pada kategori tinggi. Selanjutnya hasil penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Susi Yuliani (2013) Penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pengukuran anak melalui Bermain Konstruktif. Pra tindakan 7 anak (25%) stelah itu adanya peningkatan di Siklus I mencapai rata-rata 11 anak (39%). Pada Siklus II menjadi 23 anak (82,5%) berada pada kategori tinggi. Berdasarkan latar belakang dan beberapa penelitian yang relevan di atas, maka dilakukan penelitian 4
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pengukuran Melalui Bermain Konstruktif”
12 orang yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Pada hakikatnya PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, Arikunto, dkk, (2012;3) menyebutkan penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Kemmis and Mc Taggart (Yuliawati, dkk, 2012:24). Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat digambarkan sebagai berikut.
METODE Rancangan penelitian ini yaitu meningkatkan fokus penelitian dengan pemberian tindakan. Fokus penelitian merupakan suatu yang sangat penting dalam penelitian ini. Begitu pula dengan treatment yang merupakan penyebab terjadinya perubahan pada fokus penelitian. Fokus pnelitian pada penelitian ini yaitu kemampuan pengukuran. Dalam kontek ini penelitian yang dikaji fokus utama dari penelitian ini adalah mengukur panjang benda, mengukur volume, dan mengukur berat benda. Definisi konseptual dari penelitian ini yaitu sebagai berikut, Kemampuan pengukuran adalah kemampuan dalam membandingkan objek dari objek satu dengan objek lainnya, memahami konsep pengukuran sederhana akan membantu ketika dihadapkan dengan permasalahan seperti mengukur panjang, membandingkan tinggi rendahnya benda serta memahami berat benda dengan benar Bermain konstruktif adalah kegiatan yang lebih ditunjukkan pada kegembiraan untuk anak, dengan kegiatan seperti dengan menggambar, mencipta bentuk tertentu dari lilin mainan, menggunting dan menempel kertas atau kain. Tahapan bermain konstruktif yaitu, pertama anak disediakan bahan untuk permainan konstruktif, kedua anak menentukan bentuk sesuai dengan tema pembelajaran, ketiga anak diarahkan untuk meletakan atau membangun bahanbahan permainan tersebut menjadi sebuah karya. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar dalam kegiatan bermain konstruktif. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar berjumlah
Refleksi
Perencana an I
Pelaksanaan
Refleksi Observasi
Siklus II
Perencana an II
Pelaksanaan dst
Gambar 1. Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Kemmis and Mc Taggart (Yuliawati, dkk, 2012:24) Rancangan tindakan penelitian model Kemmis dan McTaggart lebih memfokuskan pada aspek individual dalam penelitian tindakan. Model ini dapat dikembangkan menjadi model PTK. Alir pikir dan alur kerja yang ditawarkan Kemmis dan McTaggart ada tiga, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan dan observasi, dan (3) refleksi. Dalam desain tindakan penelitian model 5
Siklus I
Observasi
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Kemmis dan McTaggart ini komponen tindakan dengan observasi (observing) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi tindakan (acting) dengan observasi (observing) merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsung suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Metode pengumpulan data penelitian ini mengunakan metode observasi. metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dengan mengamati. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2014;110) menyatakan, Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistic deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum.
Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif, data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam 1) tabel distribusi frekuensi, 2) menghitung angka rata-rata atau mean (M), 3) menghitung modus (Mo), 4) menghitung median (Me), 5) menyajikan ke dalam grafik polygon. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data perkembangan kemampuan pengukuran yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkat kemampuan pengukuran yang diperoleh anak hasilnya dikonversikan dengan cara, membandingkan angka rata-rata persen dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 sebagai berikut. Berdasarkan pedoman PAP Skala lima mengenai kemampuan pengukuran anak kelompok b1 tk kemala bhayangkari 1 denpasar kategori yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran yaitu 8089% ke atas dengan kkriteria tinggi atau aktif
Tabel 1. Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Perkembangan Kemampuan Pengukuran Persentase Perkembangan Pengukran
Kriteria Perkembangan Pengukuran
90 −100 80 – 89 65 – 74 55 – 64 0 − 54
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber (Agung, 2014;145) sebanyak 12 anak. Tema yang digunakan pada saat penelitian adalah Tanah Airku. Penelitian ini dilaksanakan dalam II Siklus, siklus I terdiri dari 6 kali pertemuan, dimana lima kali pembelajaran dan satu kali evaluasi di akhir siklus dengan metode observasi. Begitu pula dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan 13 April 2016 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah subjek 6
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) siklus II terdiri 6 kali pertemuan, lima kali pembelajaran dan satu kali evaluasi di akhir siklus, pertemuan satu sampai enam penerapan RPPH, dan pertemuan ke enam diadakan penilaian siklus II. Data yang dikumpulkan adalah mengenai kemampuan pengukuran dengan menggunakan tindakan bermain konstruktif. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hasilnya sebagai berikut. Data kemampuan pengukuran dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu menyajikan data kedalam tabel distribusi frekuensi menghitung rentangan, modus (Mo), median (Me), mean (M) dan membandingkan rata-rata (mean) dengan model PAP skala lima. Dari hasil evaluasi yang diperoleh data berupa skor sebagai berikut. Menyajikan data kedalam distribusi frekuensi maka menghitung rentangan terlebih dahulu. Rentangan dalam penelitian siklus I yaitu 5. Jenis data yang diperoleh yaitu data tunggal. Adapun gambaran tabel distribusi frekuensi pada siklus I Skor (X): 10, 9, 8, 7, 6. Frekuensi (f): 2, 3, 2, 4, 1, Frekuensi Kumulatif (fk):12, 10, 7, 5, 1, Frekuensi Skor (fX): 20, 27, 16, 28, 6, yang berjumlah 𝑓𝑋 = 97. Skor yang menunjukan hasil tertinggi atau modus pada siklus I 7,00. Median terletak pada skor yang mengandung frekuensi kumulatif 1 2 N adalah 8,00. Mean yang diperoleh yaitu 8,08. Kemudiah hasil data disajikan kedalam grafik polygon sebagai berikut.
Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat Mo, Me, Mean dimana Mo < Me < Mean (7,00 < 8,00 < 8,08), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan pengukuran pada siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan pengukuran anak kelompok B1 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar cenderung sedang. Tingkat kemampuan pengukuran anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan demikian kriteria PAP skala lima. Pedoman Konversi Skala Lima tentang kemampuan pengukuran anak yaitu kategori 90-100 kriteria kemampuan pengukuran anak sangat tinggi, 80-89 kriteria kemampuan pengukuran anak tinggi, 65-74 kriteria kemampuan pengukuran anak sedang, 55-64 kriteria kemampuan pengukuran anak rendah, 0-50 kriteria kemampuan pengukuran anak sangat rendah. Nilai M% = 67,33% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penugasan 65-79 yang berarti bahwa tingkat kemampuan pengukuran anak pada siklus I pada kriteria sedang. Siklus II dilaksanakan selama enam kali pertemuan,lima kali penerapan RPPH dan pertemuan ke enam untuk melaksanakan evaluasi penilaian perkembangan kemampuan pengukuran anak kelompok B1 yang berjumlah 12 orang. Adapun tema yang dibahas di silklus II adalah Tema Alam Semesta.
5
Data kemampuan pengukuran anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung modus (Mo), median (Me), mean (M) dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan diperoleh data berupa skor sebagai berikut.
4 3 2 1 0 6
7
8
9
10
Gambar 2. Gambar Grafik Polygon Data Perkembangan Siklus I
Adapun gambaran tabel distribusi frekuensi pada siklus I Skor (X): 12, 11, 10, 7
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) 8, 7. Frekuensi (f): 2, 4, 2, 3, 1, Frekuensi Kumulatif (Fk):12, 10, 6, 4, 1, Frekuensi Skor (fX): 24, 44, 20, 24, 7, yang berjumlah 𝑓𝑋 = 119. Skor yang menunjukan hasil tertinggi atau modus pada siklus I 11,00. Median terletak pada skor yang mengandung frekuensi kumulatif 1 2 N adalah 10,00. Mean yang diperoleh yaitu 9,91. Kemudiah hasil data disajikan kedalam grafik polygon sebagai berikut.
berada pada tingkat penugasan 80-89 yang berarti bahwa tingkat kemampuan pengukuran anak pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Hasil penelitian yang telah dipaparkan memberikan gambaran bahwa melalui bermain konstruktif terjadi peningkatan kemampuan pengukuran anak. hal ini dapat dilihat dari hasil analisis kemampuan pengukuran anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar pada anak kelompok B1 semester II tahun pelajaran 2015/2016 selama dua siklus menunjukkan adanya peningkatan pada kemampuan pengukuran anak melalui bermain konstruktif. Sebelum diberikan tindakan persentase kemampuan pengukuran pada anak kelompok B1 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar tergolong rendah. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan kemampuan pengukuran anak dengan persentase tinggi. Berdasarkan perbaikan serta memilih kegiatan pembelajaran yang telah dipaparkan di siklus I, maka di siklus II diperoleh adanya peningkatan terhadap anak yang mengalami peningkatan kemampuan pengukuran 67,33% pada siklus I meningkat menjadi 82,58% pada siklus II yang tergolong tinggi, yang berada pada tingkat penguasaan 80-89%. Dengan demikian, pada siklus II kemampuan pengukuran anak dikatakan berhasil meningkat sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Terjadinya peningkatan kemampuan pengukuran pada anak ini disebabkan oleh ketertarikan anak dalam mengikuti proses pembelajaran melalui bermain konstruktif, sehingga kemampuan pengukuran anak semakin meningkat dan kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan harapan.
5 4 3 2 1 0 7
8
10
11
12
Gambar 3. Gambar Grafik Polygon Data Perkembangan Siklus II Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat Me, Mean, Mo dimana Mo > Me > M (11,00 > 10,00 > 9,91), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan pengukuran pada siklus II merupakan kurva juling Negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan pengukuran anak kelompok B1 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar cenderung tinggi. Tingkat kemampuan pengukuran anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan demikian kriteria PAP skala lima. Pedoman Konversi Skala Lima tentang kemampuan pengukuran anak yaitu kategori 90-100 kriteria kemampuan pengukuran anak sangat tinggi, 80-89 kriteria kemampuan pengukuran anak tinggi, 65-74 kriteria kemampuan pengukuran anak sedang, 55-64 kriteria kemampuan pengukuran anak rendah, 0-50 kriteria kemampuan pengukuran anak sangat rendah. Nilai M% = 82,58% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat peningkatan kemampuan 8
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) pengukuran anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar setelah diterapkan kegiatan bermain konstruktif dengan media balok sebesar 15,25%. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentasa kemampuan pengukuran anak pada siklus I sebesar 67,33% yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 82,58% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Adapun kendala-kendala yang dialami dalam penerapan bermain konstruktif yaitu bermain balok pada siklus I adalah sebagai berikut (1) Banyak anak yang kurang fokus mengikuti kegiatan yang dilaksanakan karena terdapat beberapa anak yang senang bercanda. (2) Anak belum mampu mengkonstruksi atau membangun sebuah benda menjadi bentuk yang komplit. Sehingga anak sulit belajar pengukuran. (3) Anak masih belum memahami mengenai pengukuran, sehingga anak masih belum mampu mengukur dengan cara sederhana seperti dengan jengkal tangan. Dari hasil penelitian maka dapat dihasilkan kesepakata tindakan yang akan dilakukan yaitu: (1) Karena pembelajaran bersifat permainan, jadi kegiatan pembelajaran akan dikemas sebaik mungkin dengan mengajak anak untuk mengeksplorasi kemampuan pengukuran melalui bermain dengan media balok yang lebih besar dan menarik. (2) Mengarahkan dan memberikan stimulasi pada anak agar bisa terfokus pada kegiatan permainan. Dan nilai yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing anak. (3) Sebelum memulai permainan terlebih dahulu dijelaskan mengenai pengukuran atau mengukur sederhana pada anak sehingga anak memahami maksud dari permainan tersebut. Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. (1) Kepada peserta didik diharapkan mampu mengembangkan kemampuan pengukuran dengan mengembangkan minat belajar agar kemampuan mengukur sederhana dapat ditingkatkan. (2) Kepada Guru TK diharapkan mampu secara terusmenerus untuk berinovasi dan kreatif dalam mengelola pembelajaran khususnya dalam
kegiatan bermain konstruktif dengan pemilihan media bermain yang tepat sagar dapat menarik minat anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga kemampuan pengukuran anak dapat ditingkatkan.(3) Kepada Kepala TK, disarankan agar mampu memberikan motivasi terhadap guru-guru untuk menerapkan kegiatan bermain konstruktif serta pemilihan media yang kreatif agar nantinya mampu meningkatkan kemampuan pengukuran anak. (4) Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai bermain konstruktif dalam lingkup yang lebih luas, dengan pemilihan media dari bermain konstruktif yang tepat dan dikemas secara kreatif, sehingga anak merasa senang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di TK. Selain mengembangkan kemampuan pengukuran anak, disarankan juga bagi peneliti lain untuk lebih kreatif dalam memilih media yang tidak hanya mengembangkan kemampuan pengukuran anak, namun meningkatkan aspek-aspek perkembangan lainnya pada anak-anak TK. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Buku Ajar Metodelogi Penelitian Pendidikan . Malang: Aditya Media Publishing Arikunto, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Fistianti, Devinta Norma. 2013. “Pengaruh Permainan Konstruktif Untuk Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Sekolah”. Artikel (Tidak Diterbitkan). Program Magister Profesi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Lestari, KW. 2011. Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini. Seri Bacaan Orang Tua, (Tidak Diterbitkan). Direktorat Pembina Pendidikan Anak 9
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Usia Dini, Kementrian Pendidikan Nasional. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana. Nurjatmika, Yusep. 2012. Ragam aktivitas harian untuk TK. Yogyakarta: Difa Press Pedoman Penulisan Skripsi Dan Tugas Akhir Program Sarjana Dan D3 Universitas Pendidikan Ganesha (Edisi Revisi). FIP Undiksha: Universitas Pendidikan Ganesha. Rahmawati, Hima dkk. 2014. “Meningkatkan Kemampuan Pengukuran Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran”. (E-Jurnal). Volume 2, Nomor 1 PG PAUD. FIP Universitas Pendidikan Ganesha. Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks Syamsuddin, Haeriah. 2014. Brain Game untuk Balita. Yogyakarta: Media Pressindo Yuliawati, Fitri dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Tenaga Pendidik Profesional. Yogyakarta: Pedagogia.
10