e-ISSN: 2442-7667 p-ISSN: 1412-6087 Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi Ni Made Sulastri Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram Email:
[email protected] Abstract: This research aimed to improve coarse motoryc ability through activity of creating dance and know process of improving coarse motoryc ability through activity of creating dance at TK Mutiara Hati Kota Mataram in year 2015. Research model used Kemmis and Taggart model with 15 students of froup B as research subject. This research conducted in two cycles consisted of sixteen meetings. Technique of data collection conducted through observation, interview and documentation. Technique of data analysis used qualitative and quantitative analysis. Analysis of qualitative data was used to elaborate the result of improving students’ coarse motoryc ability after conducted activity of creasion dance with analysing data from the result observation, interview, and documentation as long as research. Analysis of quantitative data was used to know improvement percentage of coarse motoryc ability after implementing acting, percentage of students’ coarse motoryc ability in pra-cycle was 52,65%` improved in cycle I became 74,01% and improved in cycle II became 96,06%. The result of implementig acting showed that it has improved coarse motoryc ability based on successful criteria was 71% from total of students’ group B at TK Mutiara Hati has reached standard of succesful which determined by school and collaborator was 75 and all students showed coarse motoryc ability was develope. So it could be concluded that coarse motoryc ability could be improved through activity of creating dance. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui kegiatan tari kreasi serta mengetahui proses peningkatan kemampuan motorik kasar melalui kegiatan tari kreasi di TK Mutiara Hati Kota Mataram tahun 2015. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart dengan 15 orang anak kelompok B sebagai subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari enam belas kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah pelaksanaan kegiatan tari kreasi dengan cara menganalisis data hasil catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan dokumentasi selama penelitian. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase kenaikan kemampuan motorik kasar setelah pelaksanaan tindakan, persentase kemampuan motorik kasar anak pada prasiklus yaitu 52,65% meningkat pada siklus satu menjadi 74,01% dan meningkat pada siklus dua menjadi 96,06%. Data hasil pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar sesuai kreteria keberhasilan yaitu 71% dari keseluruhan anak kelompok B TK Mutiara Hati sudah mencapai standar keberhasilan yang ditentukan sekolah dan kolaborator yaitu sebesar 75 dan semua anak menunjukkan kemampuan motorik kasar berkembang sesuai harapan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar dapat ditingkatkan melalui kegiatan tari kreasi. Kata Kunci: Motorik Kasar, Tari Kreasi.
Pendahuluan Anak usia dini merupakan sekelompok individu yang berada pada rentang usia 0 sampai 8 Tahun kreteria ini tertera dalam NAEYC (National assosiation education for young children). Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan © 2017 LPPM IKIP Mataram
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tujuan pembinaan bermakna menemukan potensi dalam diri anak melalui stimulus yang dilakukan sejak dini dari
Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96
aspek perkembangan yang dimiliki anak. Salah satu aspek tersebut adalah aspek kemampuan motorik kasar. Kemampuan motorik kasar merupakan kemampuan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan yang melibatkan otot-otot besar yang terkoordinasi, otot besar inilah yang nantinya akan mengatur perkembangan jasmani anak. Kemampuan motorik kasar yang terdiri dari gerak lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif menjadi dasar bagi anak untuk dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan aktifitas perkembangan selanjutnya. Permasalahan kemampuan motorik kasar anak masih rendah yaitu pada kemampuan lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif khususnya pada indikator melompat, berputar, mengayunkan kaki dan tangan dan menekuk kaki. Berdasarkan hasil observasi awal pada kelompok B Usia 5-6 tahun di TK Mutiara Hati sebagian besar anak belum menunjukkan kemampuan motorik kasar yang baik, terdapat 10 anak atau sekitar 66,66% dari 15 anak memiliki kemampuan motorik kasar yang rendah terkait kemampuan motorik kasar pada indikator melompat, berputar, mengayunkan kaki dan tangan dan menekuk kaki. Rendahnya kemampuan melompat meliputi anak belum mampu melompat dengan kedua kaki dan menahan berat masih terdapat anak yang ketika melompat terjatuh dan tidak dapat menahan berat tubuh. Rendahnya kemampuan berputar meliputi anak belum mampu melakukan gerakan berputar dengan tempo cepat ketika berputar masih banyak anak yang tidak seimbang, anak belum mampu melakukan gerakan mengayunkan tangan kedepan kesamping kiri dan kanan,
86
masih banyak anak dalam mengayunkan tangan tapi tidak lentur. Kemampuan motorik kasar pada indikator menekuk kaki meliputi belum terlihat banyak anak yang mampu menekuk kaki dengan kuat, terlihat banyak anak yang malas bergerak pada saat menekuk kaki dan tangan tidak mampu bertahan selam sepuluh detik. Peran pendidik sangat penting dalam menentukan dan meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun. Karena pada dasarnya anak usia 5-6 tahun sudah seharusnya dan diharapkan anak dapat melakukan gerakan motorik kasar yang meliputi gerak lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif. Kemampuan lokomotor meliputi anak mampu berlari dengan seimbang tanpa jatuh, anak mampu berjalan sambil berjinjit dengan seimbang, anak mampu melompat dengan kedua kaki dan menahan berat tubuh tanpa jatuh. Kemampuan nonlokomotor meliputi anak mampu melakukan gerakan membungkukkan badan dengan lentur, anak mampu melakukan gerakan berputar dengan seimbang, anak mampu melakukan gerakan mengayunkan tangan kedepan kesamping kiri dan kanan dengan benar. Dan kemampuan gerak manipulatif meliputi anak mampu memikul benda dengan kuat, anak mampu menekuk kaki dan tangan. Salah satu kegiatan yang dapat yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun adalah melalui kegiatan tari kreasi. Tari Kreasi mampu untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, karena gerakan tari kreasi memiliki gerakan-gerakan yang mewakili gerak motorik kasar anak usia dini (5-6 tahun)
Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …
seperti gerakan berdiri, berlari, berjinjit, melompat, berputar, mengayunkan tangan, mengangkat benda, menyiku sehingga aspek-aspek motorik kasar pada anak dapat dikembangkan. Selain mengembangkan aspek motorik kasar, gerakan dalam Tari Kreasi juga memiliki gerakan dasar motorik kasar yang sederhana dan ceria sehingga dapat mewakili karakteristik anak. Tari kreasi juga memenuhi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif disini melibatkan anak untuk bergerak aktif menggerakkan semua anggota tubuh untuk melakukan berbagai gerakan yang terkait pada kemampuan motorik, inovatif menjadikan inovasi berbagai gerakangerakan yang termasuk dalam indicator kemampuan motorik kasar anak menjadi satu kesatuan tarian yang indah tapi tetap mempertahankan karakteristik kemampuan motorik kasar anak usia dini, kreatif dapat menjadi kreativitas dari gerak-gerak biasa seperti berlari tapi mampu diindahkan sehingga menjadi gerak tari, efektif gerakangerakan motorik kasar anak menjadi efektif digunakan oleh anak karena anak tidak menyadari pada saat menari tapi tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik, menyenangkan karena gerakangerakan tari kreasi dikemas dalam sebuah tarian yang diiringi dengan irama musik sehingga akan menyenangkan bagi anak. Jadi anak tidak hanya bergerak tanpa arti dan tanpa control, tapi dengan menari anak tanpa sadar juga akan meningkat pada kemampuan motorik kasarnya. Tari kreasi yang berpolakan tari tradisi mengkreasikan gerakan-gerakan berdasarkan pola gerak tari tradisi yang
sudah ada, namun gerakan dikreasikan atau disesuaikan dengan karakteristik kemampuan motorik kasar anak. Anak usia dini belum dapat dituntut untuk melakukan gerakan menari yang sempurna, yang terpenting adalah anak menyukai dan senang pada kegiatan tersebut sehingga aspek perkembangan anak dapat terstimulasi, khususnya pada kemampuan motorik kasar. Pada kenyataanya kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di TK Mutiara Hati masih kurang diperhatikan,pembelajaran atau kegiatan yang mengembangkan tentang kemampuan motorik kasar masih kurang, penggunaan media pembelajaran kemampuan motorik kasar terbatas, kegiatan dalam pengembangan motorik kasar belum pernah menggunakan kegiatan tari kreasi. Kenyataan ini terlihat dari berbagai kegiatan yang diberikan guru kurang beragam dan masih belum banyak menyentuh fisik motorik anak atau motorik kasar anak,terlihat dari kegiatan anak lebih banyak bermain dengan temannya tanpa kontrol dari guru, anak lebih senang bermain di dalam ruang kelas dengan alasan malas bergerak dengan alasan takut terjatuh, lebih tertarik dengan aktifitas bermain games atau permaian yang tidak mebutuhkan kemampuan otot-otot besar. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada anak usia 5-6 tahun, di kelompok B TK Mutiara Hati Kota Mataram. Penelitian ini dimulai pada bulan November 2015 sampai Januari 2016. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan, dengan model dari Kemmis dan
87
Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96
Mc Taggart. Metode penelitian tindakan menurut Arikunto (2008:3) adalah penelitian yang memiliki pengertian suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan ini menggunakan dua siklus, yang masing-masing siklus dilakukan delapan kali pertemuan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Kriteria keberhasilan tindakan ini berhasil, jika hasil kemampuan pengendalia diri anak telah mencapai skor 75 (kesepakatan peneliti dan kolaborator) dan 71% menurut Mills. Instrumen Penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian tindakan ini adalah instrumen non tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau observasi yang mengacu pada kemampuan motorik kasar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) Pengamatan, (2) Catatan Lapangan, (3) Catatan Wawancara dan (4) Dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan melihat adanya persentase peningkatan kemampuan mulai dari praintervensi, siklus I sampai siklus II dengan mengamati kemampuan pengendalian diri anak. Sedangkan analisis data kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis data dari hasil catatan lapangan, wawancara dan catatn dokumentasi selama penelitian.
88
Secara kualitatif, berdasarkan penyusunan data menurut Miles dan Huberman, tahapan yang dilalui yaitu reduksi data, display data dan verifikasi. Hasil Penelitian dan Pembahasan Sebelum pemberian tindakan diadakan penilaian pra siklus guna mengetahui kemampuan awal kemampuan motorik kasar anak dengan mengamati kegiatan tari kreasi . Proses pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan tari kreasi menunjukkan adanya peningkatan pada indikator-indikator kemampuan motorik kasar. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi pemantau tindakan yang menunjukkan bahwa guru telah melaksanakn seluruh aktifitas kegiatan sesuai dengan skenario kegiatan yang telah dibuat serta hasil asesment anak saat kegiatan tari kreasi dilaksanakan. Pra Siklus Berdasarkan hasil pengamatan pada pra siklus terdapat 10 orang anak yang memiliki persentase di bawah rata-rata kelas atau sekitar 66,66% dari 15 orang anak, Hasil pengamatan 15 orang anak dengan rata-rata persentase 52,65% dikatagorikan dalam kemampuan anak belum berkembang dan lima anak lainnya memilki kemampuan mulai berkembang. Sehingga kemampuan motorik kasar TK Mutiara Hati masih rendah dan belum mencapai target yang diinginkan.
Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …
Pada pra siklus terdapat 10 orang anak atau 66,66% dari 15 orang anak yang mengalami kemampuan motorik kasar yang rendah dengan rata-rata persentase kelas sebesar 52,65%. Siklus 1 Pada siklus 1 sebanyak tujuh orang anak memiliki persentase di atas rata-rata kelas. Sedangkan delapan orang anak pada asesment awal yang memilki persentase awal 52,65% ke bawah belum mencapai standar keberhasilan tindakan yang diharapakan. Kedelapan anak ini berada pada interval mulai berkembang dengan rentang 43,34 sampai dengan 60,67. Dengan
Pada siklus I terdapat peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak dimana pada pra siklus rata-rata persentase yang didapatkan hanya 52,65% mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 21,36% sehingga menjadi 74,01%. Siklus 2 Pada siklus 2 anak yang memiliki persentase diatas rata-rata pada siklus 2 sebanyak 13 anak atau 86,66% dari 15 anak. Sedangkan 2 orang anak memiliki persentase di bawah
demikian persentase kenaikan belum mencapai standar keberhasilan 71% jumlah keseluruhan anak seperti yang diungkap Mills. Sehingga dapat disimpulkan persentase dari pra siklus sampai siklus 1 kemampuan motorik kasar anak kelompok B TK Mutiara Hati belum mencapai standar keberhasilan 71% jumlah keseluruhan anak sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus 2. Karena peneliti juga merujuk pada standar keberhasilan penelitian ini dikatakan berhasil jika 71% dari keseluruhan anak kelompok B TK Mutiara Hati sudah mencapai standar keberhasilan yang disepakati oleh sekolah dan kolaborator yaitu sebesar 75 %.
rata-rata kelas atau 13,3% dari 15 orang anak. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B TK Mutiara Hati pada siklus 2 sudah mencapai standar keberhasilan 71%, sehingga tidak perlu dilakukan tindakan selanjutnya. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan motorik kasar anak pada keseluruhan indikatornya data rata-rata pra siklus mencapai 52,65% mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 21,36%
89
Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96
menjadi 74,01%. Selanjutnya, dari siklus I ke siklus II kemampuan motorik kasar anak mengalami peningkatan sebesar 22,05% menjadi 96,06%. Hal ini berarti telah mencapai target penelitian sebesar 71%. Selain melihat peningkatan kemampuan motorik kasar anak secara keseluruhan, peneliti juga melihat dari berbagai indikator bermasalah yang meliputi: melompat, berputar, mengayunkan kaki dan tangan dan
menekuk kaki dengan melihat peningkatan dari masing-masing indikator bermasalah. Sehingga penelitian ini dikatakan berhasil karena 71% dari keseluruhan anak kelompok B TK Mutiara Hati sudah mencapai standar keberhasilan yang disepakati oleh sekolah dan kolaborator yaitu sebesar 75. Kemampuan motorik kasar dari pra siklus, siklus 1 sampai siklus 2 dapat digambarkan pada grafik berikut:
Pada siklus II terdapat peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak dimana pada siklus I rata-rata persentase yang didapatkan hanya 74,01% mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 21,36% sehingga menjadi 96,98%. Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akhir siklus I dan siklus II, peneliti dan kolaborator melakukan perhitungan terhadap hasil observasi kemampuan motorik kasar. Pembahasan Berdasarkan pemerolehan data secara kualitatif dan kuarrtitatif, penelitian ini telah membuktikan bahwa kegiatan tari kreasi dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B TK Mutiara Hati
Kota Mataram Tahun 2015. Hasil ini dibuktikan dari pemberian tindakan yang diberikan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I dan siklus II anak melakukan kegiatan tari kreasi dengan berbagai macam tema. Intervensi pada anak dilakukan dalam dua siklus, hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dan signifikan. Dalam pelaksanaan proses peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Kegiatan Tari Kreasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan instrumen diperoleh data ratarata pra-intervensi anak mencapai 52,65% mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 21,36% menjadi 74,01%.
90
Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …
Selanjutnya, dari siklus I ke siklus II kemampuan motorik kasar anak mengalami peningkatan sebesar 22,05% menjadi 96,06%. Selain melihat peningkatan kemampuan motorik kasar anak secara keseluruhan, peneliti juga melihat dari berbagai indikator bermasalah yang meliputi: melompat, berputar, mengayunkan kaki dan tangan dan menekuk kaki. Latihan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak dapat dilakukan melalui kegiatan tari kreasi. Melalui kegiatan tari kreasi anak dapat belajar bergerak dan bergerak untuk belajar. Salah satu kegiatan yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun orang tua dirumah adalah kegiatan tari kreasi dengan tema binatang, tema pekerjaan ataupun tema yang dekat dengan lingkungan anak. Binatang merupakan mahluk yang dekat dalam keseharian anak dan mudah untuk dilihat. Beberapa diantaranya adalah kodok, ayam, dan lain-lain. Binatang tersebut adalah binatang yang masih sering dijumpai oleh anak disekitar lingkungan sosial mereka. Anak-anak dengan aktifnya melakukan eksplorasi dengan lingkungannya dan hal tersebut akan mempengaruhi dalam pembentukan pemahaman. Stimulasi tari kreasi dalam penelitian ini sesuai yang dikemukakan oleh Beaty bahwa anak-anak senang melakukan gerak binatang hingga guru maupun orang tua harus dapat fokus untuk menstimulasi anak melakukan gerak. Hurlock (1997:196) menyatakan bahwa terdapat beberapa cara untuk mempelajari kemampuan motorik yaitu trial and error meniru dan pelatihan. Trial and error merupakan cara belajar tanpa adanya
pembimbing maupun model yang ditiru sehingga anak akan melakukan secara berbeda-beda. Meniru adalah cara belajar dengan proses mengamati suatu model sehingga diperlukan model yang tepat untuk diamati dalam prosesnya. Pelatihan adalah belajar melalui bimbingan dalam meniru model yang tepat. Pada proses pemberian tindakan dalam penelitian ini mengembangkan kemampuan motorik kasar anak-anak dengan melalui pelatihan sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock bahwa dalam pelatihan anak belajar dengan mendapatkan bimbingan dengan menirukan model yang tepat. Proses pemberian tindakan ini dilakukan oleh guru dan tim observer serta menggunakan model video gerak binatang. Anak mendapatkan bimbingan dari mengamati proses perubahan atau metamorfosa dari gerak binatang lalu anak melakukan tanya jawab dengan guru jika ada yang belum jelas. Pada saat kegiatan tari kreasi, guru memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada anak agar anak dapat melakukan gerakan tanpa melakukan kesalahan. Anak penting untuk memperoleh kesempatan berpraktik atau menari secara bergiliran dalam melatih kemampuan motorik. Bimbingan dan motovasi juga sangat diperlukan untuk memeprtahankan minat anak dalam menari tari kreasi. Minat dan motivasi adalah dua aspek peikis yang memiliki pengaruh besar terhadap pencapaian kemampuan dalam belajar. Minat dapat timbul karena adanya dorongan dari dalam diri dan juga daya tarik luar. Minat yang besar terhadap sesuatu akan mendorong munculnya kesungguhan dalal
91
Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96
melakukan sesuatu, berbeda dengan motivasi yang merupakan suatu pendorong atau penggerak dalam melakukan sesuatu. Motovasi bisa berasal dari luar maupun dalam diri anak. Motivasi dari dalam diri adalah dorongan yang berasal dari hasil yang umumnya disebabkan karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Dalam penelitian ini guru telah menjalankan perannya dengan memberikan arahan, bimbingan dan motivasi. Hal ini juga terlihat pada intrumen pemantau tindakan guru yang menunjukan bahwa guru juga telah menjalankan peranannya dalam penelitian ini. Setelah mendapatkan informasi tentang cara melakukan kegiatan tari kreasi, anak kemudian diminta untuk melakukan kegiatan tersebut. Pada awalnya anak masih sangat sulit untuk melakukan berbagai gerakan karena masih banyak anak yang belum terbiasa bergerak didepan kelas dan masih banyak anak yang belum pernah melakukan kegiatan tari kreasi tersebut. Setelah melewati proses latihan sebanyak 16 kali pertemuan (2 siklus), anak menjadi terbiasa melakukan gerakan tari kreasi tersebut. Pada awalnya masih banyak anakanak membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru namun berlahan-lahan anak menjadi terbiasa dalam melakukan gerakan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukan oleh Piaget tentang proses asimilasi dimana anak akan memasukan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Anak akan mengembangkan hal yang telah dipahami sebelumnya tentang kegiatan tari kreasi yang bertemakan binatang adapun yang
92
bertemakan pekerjaan yang pernah ia indera kemudian melihat video binatang dalam kegiatan dan menunjukannya dalam proses tari kreasi di kelas. Sehingga anak mampu membangun pengetahuan tersebut. Selain itu Dalyono menambahkan bahwa sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi lebih mudah untuk dapat dikuasai dan menjadi kebiasaan. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada peningkatan kemampuan motorik kasar setelah anak diberikan tindakan berupa kegiatan tari kreasi. Sebelum pemberian tindakan dilakukan kepada anak peneliti dan kolaborator melakukan assesmen awal hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan motorik kasar anak kelompok B TK Mutiara Hati. Berdasarkan hasil assesmen awal tersebut, hasilnya menunjukan bahwa ada 1 anak yang memiliki kemampuan motorik kasar yang belum berkembang, 9 anak yang mulai berkembang dan 5 anak yang berkembang sesuai harapan. Setelah pemberian tindakan pada siklus 1, hasilnya menunjukan bahwa 3 anak yang memiliki kemampuan motorik kasar sudah berkembang sangat baik, 9 anak berkembang sesuai harapan dan 3 anak mulai berkembang. 3 anak yang berkembang sangat baik Ro, Wn dan Eg ketiganya merupakan anak yang paling aktif dibanding teman-temannya yang lain. Wn memiliki kemampuan yang paling menonjol dan memiliki persentase skor kemampuan motorik kasar tertinggi, berdasarkan analisis kemampuan yang dimiliki Wn disebabkan karena Wn lebih berani mencoba sesuatu yang baru yang menimbulkan motivasi dan semangat untuk bergerak mengembangkan
Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …
kemampuan motorik kasarnya. Wn juga memiliki kesiapan belajar yang didukung dengan kesempatan belajar yang baik, serta diberi waktu untuk mempraktikkan. Dalam hal ini bentuk tubuh Wn memiliki bentuk tubuh yang normal (lengkap tidak terlalu gemuk dan kurus) sehingga mengakibatkan Wn untuk dapat bergerak aktif mengembangkan kemampuan motorik kasarnya. Selain itu kondisi kesehatan serta nutrisi Wn sangat baik yang memadai yang selalu didukung orang tuanya sehingga sangat berpengaruh terhadap laju perkembangan motorik kasarnya, namun paling utama adalah adanya dukungan dan kesempatan yang diberikan kepada Wn dari lingkungan keluarga dan sekolah. Hal lain dialami Zn dan Dnr memilki kemampuan yang rendah dibandingkan anak lainnya. Dari kemampuan motorik kasar dan pada setiap indikator Dnr memiliki persentase skor kemampuan yang paling rendah dibandingkan anak lainnya hal ini
disebabkan karena Dnr kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri karena pola asuh orang tua yang sering melarang Dnr dalam mengembangkan kemampuan motorik kasarnya, alasan orang tua Dnr karena anak takut jatuh, terluka dan hal lain yang membahayakan fisik Dnr sehingga Dnr kurang berani mencoba sesuatu yang baru yang menimbulkan tidak adanya motivasi dan kesempatan dalam mengembangkan kemampuan motorik kasarnya. Orang tua Dnr juga banyak menuntut pada kemampuan calistung, sehingga Dnr hanya fokus pada kegiatan membaca, menulis dan berhitung. Tidak adanya dukungan, stimulasi dan model yang tepat untuk ditiru di lingkungan keluarga mengakibatkan Dnr tidak mengembangkan kemampuan motorik kasarnya. Hasil penelitian ini jika dikaji dari berbagai disiplin ilmu dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Bagan Kajian Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi dalam Multidisiplin Ilmu Peningkatan kemampuan motorik kasar melalui kegiatan tari kreasi dalam kajian multidisiplin berkaitan dengan beberapa bidang ilmu seperti pedagogis,olahraga, seni
dan budaya, psikologis dan kesehatan. Dalam bidang pedagogis kegiatan tari kreasi dipandang sebagai sebuah metode yang menyenangkan digunakan dalam kegiatan
93
Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96
belajar anak usia dini sesuai dengan hakikat belajar anak usia dini. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan Smith dalam Mutiah (2010:106) menyatakan bahwa kegiatan yang menyenangkan memegang faktor kunci dalam perkembangan manusia adalah menunjang potensi adaftif dalam artian luas. Potensipotensi yang dimaksud berkembang pesat selama masa kanak-kanak, sebelum anak masuk pada jenjang selanjutnya dan lingkungan yang kompleks. Kajian dalam penelitian ini dalam bidang psikologis memberikan manfaat dalam melatih kesabaran pada saat kegiatan menari, anak dapat tampil dengan percaya diri ketika ttampil menari. Indikatorindikator ini merupakan hal yang membangun karakter positif pada anak sehingga menghasilkan prilaku yang mampu beradaftasi dengan lingkungannya. Hal ini berkaitan dengan hakikat dari ilmu psikologis itu sendiri dimana ilmu psikologis merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku baik pada manusia dan hewan (Hesty Widyasih,2012:4). Aktifitas dari prilaku-prilaku yang dimaksud merupakan bentuk dari manifesstasi kejiwaan yang dapat meliputi seluruh aspek perkembangan manusia. Dalam bidang Olahraga dan kesehatan mengkaji kegiatan tari kreasi sebagai sarana dalam mengembangkan kekuatan fisik karena dalam kegiatan tari kreasi menggerakkan segala anggota tubuh anak, selain itu menstimulasi perkembangan indera anak seperti ketajaman penglihatan, indera pendengaran dan peraba. Ensiklopedia kesehatan anak mengkaji bahwa kegiatan tari kreasi membutuhkan
94
kekuatan otot, dan keseimbangan tubuh yang lebih besar. Dalam bidang kesehatan, anak-anak yang aktif sering melakukan gerakan fisik maka akan menjadi lebih sehat. Melalui kegiatan tari kreasi maka anak akan bergerak melompat, berlari, menekuk, berjinjit, dan berjalan, sehingga dapat membebaskan tenaga yang mengendap. Anak yang rutin melakukan gerak juga dapat terhindar dari obesitas atau kelebihan berat badan dibandingkan anak yang menghabiskan waktunya hanya dengan duduk bermain gadget. Sedangkan kaitannya dengan ilmu olah raga maka melalui kegiatan tari kreasi akan melatih kemampuan anak dalam berlari dengan seimbang, melompat dan gerakan lainnya untuk meningkatkan kemampuan dasar anak dan untuk selanjutnya dikembangkan pada gerak yang membutuhkan kemampuan lainnya. Ditinjau dari segi budaya penelitian ini mengkreasikan beberapa gerak tari tradisional ke dalam tari kreasi yang saat ini mulai kurang diminati karena perkembangan teknologi yang sangat pesat. Dalam pelaksanaan peogram pembelajaran pada anak usia dini menggunakan salah satu prinsip yaitu, program pembelajaran dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. Menurut Jujun S (2010:261) kebudayan sendiri adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …
manusia dalam belajar. Dengan demikian kegiatan tari kreasi merupakan hasil pemikiran manusia yang dirancang untuk memberikan sebuah kesenangan dan sebagai bahan pembelajaran. Simpulan Peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B TK Mutiara Hati dilakukan melalui kegiatan tari kreasi. Kegiatan ini sifatnya menyenagkan untuk melatih aspek motorik kasar anak usia dini. Adapun proses peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan tari kreasi adalah dengan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Langkah pertama adalah perencanaan yaitu kegiatan dilakukan untuk mempersiapkan berbagai alat dan media untuk kegiatan tari kreasi. Langkah kedua adalah pelaksanaan yaitu penjelasan tentang kegiatan tari kreasi yang akan diberikan melalui stimulasi serta tanya jawab tentang gambar proses perkembangbiakan dan metamorfosis binatang, vidio tentang gambar gerak binatang dan aktifitas petani, kemudian mempraktikkan atau mengkreasikan berbagai gerak binatang dan gerak aktifitas petani dalam tari kreasi. Langkah ketiga adalah observasi dan evaluasi yaitu mengamati pelaksanaan tari kreasi dan mengevalusi hal-hal yang telah dilakukan serta bertanya tentang perasaan anak setelah kegiatan untuk mengetahui perasaan anak dan bisa menjadi bahan evaluasi bagi tindakan berikutnya. Kegiatan tari kreasi dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B TK Mutiara Hati. Hal ini dibuktikan dengan data hasil pra intervensi
hingga pelaksanaan siklus I maupun siklus II. Data hasil pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar anak sesuai kreteria keberhasilan yang telah disepakati antara peneliti dan kolaborator, yaitu anak menunjukkan kemampuan motorik kasar yang berkembang sangat baik dan berkembang sesuai harapan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan instrumen diperoleh data rata-rata praintervensi anak mencapai 52,65% mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 21,36% menjadi 74,01%. Selanjutnya, dari siklus I ke siklus II kemampuan motorik kasar anak mengalami peningkatan sebesar 22,05% menjadi 96,06%. Selain melihat peningkatan kemampuan motorik kasar anak secara keseluruhan, peneliti juga melihat dari berbagai indikator bermasalah yang meliputi: melompat, berputar, mengayunkan kaki dan tangan dan menekuk kaki. Sehingga penelitian ini dikatakan berhasil karena 71% dari keseluruhan anak kelompok B TK Mutiara Hati sudah mencapai standar keberhasilan yang disepakati oleh sekolah dan kolaborator. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT Rineka Cipta. Santrock, Jhon.W. 2008. Child Development Eleven Edition. New York: Mc Graw Hill International Edition. Coker Cheryl, A. 2004. Motor Learning And Control For Practisioner. USA:
95
Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96
Library Of Congres Catalogingin Publication Data. David L Gallahue. 2006. Understanding Motor Development Infants, Children, Adolescents, Adults.Americas,NewYork: Mc Graw Hill. Hurlock,Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Nalan, Artur S. 1996. Kapita Selekti Tari. Bandung: STSI Press Bandung. Sediawati. 2001. Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Soedarsono. 1997. Tari-Tarian Indonesia. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Soedarsono. 1992. Pengantar Apresisi Seni. Jakarta: Balai Pustaka. Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
96