PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRETASI BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VII-A DI MTS. RIADLUL JANNAH NW PENJOR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh ANDI AZIS Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas IKIP Mataram ABSTRAK Penelitian dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA fisika siswa kelas VII-A MTs. Riadlul Jannah NW Penjor KLU, pada pokok bahasan suhu tahun pelajran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, pada masing- masing siklus dilakukan 3 kali pertemuan dan pada tiap pertemuan peneliti melakukan prosedur PTK dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan evaluasi, serta refleksi. Hasil penelitian menunjukan peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Pada siklus I skor aktivitas belajar siswa pertemuan I sebesar 12 persentasenya 48% dan skor aktivitas siswa pertemuan II sebesar 19 persentasenya 76% dengan kategori aktif, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 69,26 dan persentase ketuntasannya 70%. Pada siklus II skor aktivitas belajar siswa pertemuan I sebesar 22 persentasenya 88% dan skor aktivitas siswa pertemuan II sebesar 24 persentasenya 96% dengan kategori sangat aktif, sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 78, 53 dan persentase ketuntasanya 86,66 %. Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar fisika siswa kelas VII-A di MTs. Riadlul Jannah NW Penjor Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe NHT, Aktivitas dan Prestasi. ABSTRACT The implementation of NHT learning type to imrove students’ activity and IPA physical learning achievement class VII-A in MTs. Riadlul Jannah NW Penjor in academic year 2013/2014 (supervised by Saiful Prayogi and Edi Kurniawan) This research is aimed at improving students’ activity and IPA physical learning achievement class VII-A in MTs. Riadlul Jannah NW Penjor in academic year 2013/2014. This research was action research. It was conducted in two cyles, each cyles conducted three meeting, and each of the cyles did planning, acting, observing, evaluation and reflecting. In cyles I the students’ learning activity score was 12 percentage 48% and students’ activity score in cyle II was 19 percentage 76% with active category, while students’ learning achievement activity score rate was 68,8 and finishing percentage 63,33%. In cyles II the students’ learning activity score was in 22 percentage 88% and students’ activity score in cyle II was 24 percentage 96% with active category, while students’ learning achievement activity score rate was 77,8 and finishing percentage 86,66%. Based on the date analysis, it was conscluded that the use of NHT learning type to imrove students’ activity and IPA physical learning achievement class VII-A in MTs. Riadlul Jannah NW Penjor in academic year 2013/2014 Key Words: NHT Learning Type, Activity, and Achievement.
1
Pendahuluan MTs. Riadlul Jannah NW Penjor merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berlokasi di Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, KLU yang berjarak 12 km dari Ibu Kota Kabupaten Lombok Utara dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sebagian besar siswa yang sekolah di MTs. Riadlul Jannah NW Penjor tergolong ekonominya rendah dan sebagian yang lain ekonominya sedang. Aktivitas siswa dalam konteks pembelajaran kurang efektif, seperti Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, korelasi siswa dengan guru, Interaksi siswa dengan siswa. Di samping itu, prestasi yang diproleh sangat rendah. Indikator keberhasilan di atas sangat berpengaruh terhadap input peserta didik terutama minat atau kesadaran siswa untuk sekolah di MTs. Riadlul Jannah NW Penjor dalam arti luas dan kepedulian orang tua terhadap siswa dan sekolah tersebut. Hal ini dapat dilihat pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa yang dipaparkan dalam tabel 1 Tabel 1. Nilai Ulangan Harian semester I kelas VII MTs Riadul Jannah NW. Kelas
Jumlah siswa
Jumlah siswa tuntas
Nilai ratarata
Ketuntasan klasikal
VIII. A 30 11 58 36,66% VIII. B 32 16 60,87 50, % Sumber, Nilai IPA Fisika MTs Riadul Jannah NW. Penjor,KLU
Kategori Tidak tuntas Tidak tuntas
Di tinjau dari proses kegiatan belajar mengajar di MTs Riadlul Jannah dalam konteks pembelajaran, secara umum kurang terciptanya jalinan komunikasi yang harmonis dalam artian hanya guru yang aktif sedangkan siswa fasif begitu juga sebaliknya, sehingga siswa merasa jenuh dan kurang antusias dalam proses pembelajaran. Hal ini di sebabkan oleh ketidaksesuaian penerapan (metode) yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas menuntut guru untuk berusaha menyiasati dan mencermati keadaan dalam pengembangan inovasi serta penyempurnaan belajar demi tercapainya tujuan pembelajaran, termasuk di dalamnya pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Pemilihan model pembelajaran oleh guru bukanlah hal yang mudah, karena di dalam setiap kelas itu terdapat kemampuan akademik siswa yang heterogen. Oleh karena itu, guru harus lebih aktif dan kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat guna untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa di sekolah. Salah satunya adalah dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar secara maksimal serta cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Langkah- langkah model pembelajara kooperatif terdiri dari enam fase yaitu : (1) Present goals and set (menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik), (2) Present information (menyajikan imformasi), (3) Organize students into learning (mengorganisir peserta didik ke dalam tim belajar), (4) Assist team work and study (membantu tim dan belajar), (5) Test on the materials (mengevaluasi), (6) Provide recognition (memberikan pengakuan atau penghargaan).
Kajian Literatur Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran ya ng berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat langkah-langkah atau fasefase pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi 2
sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dalam pembelajaran koopertif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta individu. Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompokkelompok kecil. Menurut (Suhana, Hanafiah 2010: 42), Adapun langkah- langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini sebagai berikut: (1).Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil,setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor. (2).Guru memberikan tugas dan masing- masing kelompok mengerjakannya.(3). Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. (4). Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang di panggil melaporkan hasil kerja sama mereka.(5). Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. (6).kesimpulan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Sedangkan, Menurut (Gagne dalam Dimayanti, Mudjiono, 2013:10-11), ” belajar adalah kumpulan dari tiga komponen yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar”. Selanjutnya, Djamarah, (2012) bahwa belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Sedangkan, menurut (Hamalik, 2013) “belajar adalah Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Dari beberapa pendapat para ahli psikologis tentang belajar, maka dapat dijelaskan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya dan hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Menurut, Sagala (2013:61) pembelajaran adalah proses komunikasi yang mencakup dua arah yaitu mengajar yang di lakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar yang di lakukan oleh peserta didik selaku peserta didik”. Sedangakn, menurut Dimyati dan Mudjiono (2013) “pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses yang diciptakan dalam rancangan proses pembelajaran”. Pembelajaran harus melahirkan proses belajar melalui berbagai aktivitas yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan atau menciptakan kondisi-kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang optimal antara siswa dan lingkungan melalui berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 2012:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (2012:20) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. sementara Nasrun Harahap dalam (Djamarah, 2012:21) mengemukakan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai- nilai yang terdapat dalam kurikulum. Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada katakata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan ker ja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
3
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Istilah dalam bahasa inggris, adalah Classroom Action Research (CAR). Suharsimi, Suhardjono, Supardi (2012). PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi serta refleksi dan revisi (Perencanaan ulang) pada siklus selanjutnya sampai mencapai target yang di inginkan. Secara skematis siklus Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) sebagai berikut ini: Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaa n
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaa n
Pengamatan ? Gambar 1. Siklus penelitian tindakan (Suharsimi,2012) Skema di atas merupakan gambaran secara keseluruhan proses penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dan 4 tahapan antara lain: perencanaan, pelaksanaan, observasi (pengamatan) dan refleksi. Tahap perncanaan: Dalam tahapan perencanaan ini meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut : (1) Mempersiapkan materi yang akan di ajarkan, (2). Mempersiapkan skenario pembelajaran. (3). Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (4). Mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru. (5). Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa. (6). Mempersiapkan soal evaluasi. (7). Memprsiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Pelaksanaan tindakan: Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini melaksanakan tahap perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Observasi dan Evaluasi: (1). Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observer mengamati dan mencatat sekaligus menilai secara objektif aktivitas siswa dan guru. yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPA Fisika di sekolah tersebut. Instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. (2). Kegiatan evaluasi dilakukan dengan memberikan tes berbentuk pilihan ganda yang dikerjakan oleh siswa secara individu. Refleksi : Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan. Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan, dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran untukperbaikan pembelajaran berikutnya. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelasVII-A MTs. Riadlul Jannah NW Penjor KLU tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 30 orang beserta guru fisika yang mengajar di kelas tersebut Instrumen utama dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan tes prestasi/evaluasi belajar siswa yang terdiri atas 25 soal bentuk pilihan ganda (multiple choice) dengan 4 option.. Data yang diperoleh dari uji instrument dianalisis secara kuantitatif dan kulitataif . Rumus yang digunakan dalam menentukan aktivitas belajar siswa dan menentukan ketuntasan klasikal sebagai berikut 4
a. Rumus yang digunakan dalam menentukan aktivitas kegiatan siswa dalam belajar yaitu :
KK A B
= kriteria ketuntasn = Jumlah skor yang diperoleh = Skor maksimal A Persentase keterlaksanaan = 100%. B
b. Rumus yang digunakan dalam menentukan ketuntasan klasikal dalam belajar yaitu : X KK = x 100 % Z Dimana : KK = Ketuntasan klasikal X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 67 ke atas Z = Jumlah seluruh siswa Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila persentase ketuntasan kalasikal mencapai ≥ 85% dengan kriteria ketuntasan minimal ≥ 67, Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan skor rata-rata aktivitas siswa setiap siklusnya dan minimal berkategori sangat aktif . Hasil Penelitian
Perte muan I II
Jumlah skor 23 24
Tabel 2. Data Aktivitas guru siklus I dan siklus II Siklus I Siklus II jumlah Persentase Kategori skor Persentase Kategori 76,66% Baik 27 90% Sangat baik 80% Baik 28 93,33% Sangat baik
Tabel 3. Data Aktivitas belajar Siswa siklus I dan siklus II Pertemuan
jumlah skor
I
12
II
19
Siklus I Persentase Kategori Cukup 48% Aktif 76% Aktif
Siklus II Kategori
jumlah skor
Persentase
22
88%
Sangat Aktif
24
96%
Sangat Aktif
Tabel 4. Tabel Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I dan siklus II Siklus
Krite ria
I 84 48 68, 8 30 11 19 63,33%
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa yang ikut test Jumlah siswa yang tidak tuntas Jumlah siswa yang tuntas Persentasi siswa yang tuntas
5
II 92 56 77,86 30 4 26 86,66%
120,00% 100,00%
80,00% 60,00%
40,00% 20,00% 0,00%
Guru 1
Guru 2
Siswa 1 SIKLUS I
Siswa 2
Prestasi
SIKLUS II
Grafik 2. Perbandingan aktivitas guru dan siswa serta prestasi belajar siswa siklus I dan II
Pembahasan Observasi aktiviats guru dan aktivitas siswa dilaksanakan oleh guru bidang studi fisika di sekolah tersebut. Selama proses pembelajaran observer mengisi lembar observasi yang telah disiapkan untuk memantau jalannya proses pembelajaran. Dan hasil obeservasi tersebut dapat ditentukan kategori keterlaksanaan dengan menggunakan tabel keterlaksanaan aktvitas guru dan tabel keterlaksanaan aktivitas siswa. Berikut adalah tabel observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Bersarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa hasil observasi aktivitas guru mengalami peningktan setiap pertemuan. pada siklus I, pertemuan 1 dengan jumlah skor yaitu 23, memperoleh persentase keterlaksanaan 76,66% dan pertemuan 2 dengan jumlah skor yaitu 24, memeproleh persentase keterlaksanaan 80% dengan kategori baik dan meningkat pada siklus II, pertemuan 1 dengan jumlah skor 27 memperoleh persentase keterlaksanaan 90% dan pertemuan 2 dengan jumlah skor 93,% dengan kategori sangat baik. sedangkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa hasil analisis observasi aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat di lihat dari jumlah skor, pesentase keterlaksanaan dan indikator keberhasilan yang di capai. Pada siklus I, pertemuan 1 dengan jumlah skor yaitu 12 memperoleh persentase keterlaksanaan 48% dan pertemuan II dengan jumlah skor yaitu 19 memperoleh persentase keterlaksanaan 76% berkategori kategori aktif dan meningkat pada siklus II, pertemuan 1 dengan jumlah skor 22 memproleh persentase keterlaksanaan 88% dan pertemuan 2 dengan jumlah skor 24 memproleh persentase keterlaksanaan 96% dengan kategori sangat aktif. Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa pada siklus I dari 30 siswa jumlah siswa yang tuntas adalah 19 orang dan tidak tuntas sebanyak 11 orang dengan nilai rata-rata adalah 68, 8. Kemudian, ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang tercapai adalah 63,33% nilai ini ≤ 85%. Ini berarti pelaksanaan siklus I belum mencapai ketuntasan belajar yang di harapkan yaitu minimal 85% siswa memperoleh ketuntasan belajar pada saat evaluasi. Dan masih ada juga siswa yang belum tuntas yakni sebanyak 11 orang siswa. Sehingga proses pembelajaran di lanjutkan pada siklus II Pada siklus II dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 26 orang memproleh nilai rata-rata adalah 77,86. serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang tercapai adalah 86,66%. Nilai ketuntasan tersebut 85% artinya ketuntasan belajar sudah tercapai. Namun masih ada siswa yang tidak tuntas yakni sebanyak 4 orang. Memang di akui 4 orang siswa tersebut adalah siswa yang sangat lamban dalam menerima mata pelajaran khususnya mata pelajaran fisika. Dan siswa tersebut adalah siswa yang tidak tuntas pada siklus I. Oleh karena itu, secara kumulatif perlu mendapat bimbingan secara individual atau secara khusus dan memberikan motivasi agar lebih semangat 6
dalam belajar. Dari uraian di atas dapat dipadukan bahwa prestasi belajar siklus II lebih baik dari siklus I. Dari ilustrasi di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa pada siklus I dan II. Pada siklus I dan II untuk aktivitas guru pertemuan 1 dan 2 telah mencapai indikator keberhasilan yaitu baik dan sangat baik. Untuk aktivitas siswa siklus I dan II pada pertemuan I dan 2 telah mencapai tingkat keberhasilan dengan kategori cukup aktif, aktif dan sangat aktif. Pada siklus I siswa kurang antusias dalam belajar dan pada siklus II siswa cukup antusias didalam proses pembelajaran. Sedangkan, hasil evaluasi yang diperoleh belum mencapai hasil yang diharapkan pada siklus I dengan ketuntasan kalsikal belum mencapai ≥ 85%. Hal ini disebabkan oleh faktor guru dan siswa. faktor guru antara lain: kurang memberikan motivasi dan bimbingan mengenai materi yang akan di pelajari sehingga masih banyak siswa yang masih kurang memahami materi. Sedangkan, Faktor siswa diantaranya kurangnya kesiapan siswa dalam peroses pembelajaran dan belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran diterapakan karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini merupakan model pembelajaran yang baru di kenal oleh siswa, dari hal tersebut di temukan kekurangan pada diri siswa yakni salah satunya siswa kurang mampu dalam menarik kesimpulan terhadap materi yang di pelajari. Sehingga, tingkat penyerapan siswa terhadap materi belum optimal, akibatnya keaktifan siswa dalam belajar belum tercapai. Dengan mengamati kekurangan-kekurangan selama proses pembelajaran pada siklus I sekaligus sebagai acuan atau dasar untuk melakukan tindakan penyempurnaan dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran pada siklus II dalam hal ini berdasarkan refleksi pada siklus sebelumnya. Perbaikan yang dilakukan merupakan peranan guru sebagai pendidik untuk selalu memberikan motivasi dan stimulus agar siswa lebih semangat dalam belajar melalui penerapan cara belajar yang lebih efektif dalam membimbing siswa yang kesulitan, baik secara individu maupun pada saat diskusi kelompok. Berdasarkan hasil pembelajaran siklus II terlihat bahwa kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik, baik dilihat dari siswa yang sudah me ningkat dan aktivitas belajar siswa yang sudah mencapai kategori sangat aktif serta prestasi belajar siswa yang sudah mencapai ketuntasan klasikal yaitu ≥85 %. Hal ini dapat tercapai karena siswa semakin aktif dalam mengemukakan pendapat, siswa tidak malu lagi untuk bertanya kepada guru ataupun temannya apabila ada materi yang belum pahami dan siswa semakin termotivasi dalam belajar dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan : 1. Penerapan model pembelajaran Koopatif Tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII-A di MTs. Riadlul Jannah NW Penjor, KLU Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan persentase keterlaksanaan pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu 48% dengan kategori cukup aktif dan 76% bergategori aktif dan meningkat pada siklus II dengan persentase keterlaksanaan pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu 88% dengan kategori sangat aktif dan 96% bergategori sangat aktif 2. Penerapan model pembelajaran Koopatif Tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII-A di MTs. Riadlul Jannah NW Penjor, KLU Tahun Pelajaran 2013/2014. peningktana ini dapat di lihat dari persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada sik lus I sebesar 63,33% dan meningkat menjadi 86,66 % pada siklus II.
7
Saran Berdasarkan temuan penelitian, maka untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran fisika di sekolah disarankan model pembelajaran yang telah dikembangkan ini dapat ditindak lanjuti dengan cara: a) Menata kembali alokasi waktu pada setiap komponen skenario pembelajaran agar penggunaannya menjadi lebih proporsional dan konsisten, sehingga kegiatan latihan dan pembahasanya dapat berjalan sesuai dengan yangdirencanakan. b) Menyempurnakan kualitas dan kuantitas soal-soal agar tingkat kesulitannya sesuai dengan perkembangan intelektual siswa. Referensi Suprijono, A. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Slavin, Roert E. 2010. Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa media Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta DjamarahSyaiful.B. 2012.Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.Surabaya:Usaha Nasional. Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hanafiah dan Suhana, 2010.Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung:PT Refika Aditama. Sagala, Syaiful.2013. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
8