Peningkatan Intensitas Belajar Mandiri Dengan Layanan Informasi Di Kelas Mochamad Anwar (09220219) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah penelitian ini adalah di lingkungan Sekolah Menengah Pertama anak didik dibimbing untuk belajar, dengan cara mandiri ataupun dengan cara berkelompok untuk merangsang sosialisasi anak. Kemandirian anak dalam aktivitas belajar bertujuan agar anak mengetahui secara sadar apa yang dilakukannya dan tahu apa yang menjadi tujuannya. Anak akan merasa bahagia bahwa ia mempunyai arti bagi diri dan orang lain, ia mampu mengenali diri, mengetahui kekurangan dan kelebihan, dapat menerima diri dan orang lain seperti apa adanya, dapat bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, pantang mundur meski ada kekurangan pada dirinya dan juga berani menghadapi kenyataan yang ada. Namun pada kenyataannya di kelas VIII E SMP Negeri 1 Kradenan bahwa dari 12 orang siswa hanya 4 orang yang sering mandiri dalam aktivitas belajar sedangkan 8 orang siswa cenderung belum dapat mandiri dalam aktivitas belajar. Kondisi ini terlihat dari adanya perilaku yang malas belajar. Kebanyakan dari mereka dalam menyelesaikan pekerjaan rumah hanya menyalin dari teman atau sama sekali tidak mengerjakannya. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga dan dipengaruhi oleh pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang berperan dalam membimbing, membantu dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Tujuan Penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui peningkatan intensitas belajar mandiri siswa kelas VIII di SMP N 1 Kradenan . 2) Untuk mengetahui bagaimana layanan informasi dapat membantu belajar siswa kelas VIII di SMP N 1 Kradenan.Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2013 di SMP negeri 1 Kradenan. Subjek penelitian 12 siswa kelas VIII E. Studi penelitian menggunakan siklus I dan siklus II dengan media diskusi dengan lima kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukan pembekalan Layanan informasi dapat meningkatkan jumlah siswa yang mandiri dalam aktivitas belajar yaitu 3 orang atau 25% pada siklus I dengan dua kali pertemuan, meningkat menjadi 9 orang atau 75% pada siklus II dengan tiga kali pertemuan. Kesimpulan Layanan Informasi dapat meningkatkan intensitas siswa yang mandiri dalam aktivitas belajar yaitu 3 orang atau 25% pada siklus I, meningkat menjadi 9 orang atau 75% pada siklus II. Hasil ini menunjukkan telah memenuhi indikator kinerja dan hipotesis tindakan yang berbunyi : “jika digunakan layanan informasi maka belajar mandiri pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kradenan dapat ditingkatkan. Pemberian layanan informasi dapat meningkatkan motivasi dan kemandirian siswa dalam belajar bila guru bimbingan konseling dan individu siswa sama-sama lebih aktif. Kata Kunci : peningkatan, intensitas, belajar mandiri, layanan informasi
PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat mengakibatkan corak kehidupan masyarakat terus berubah, sehingga sebagian dari fakta dan data yang kemarin merupakan kenyataan, besuk lusa sudah bukan kenyataan lagi. Maka, disamping mendapatkan informasi tentang kenyataan lingkungan hidup yang berlaku sekarang ini, peserta didik harus memperoleh informasi tentang berbagai cara mengikuti perubahan dalam lingkungan hidupnya, dan dari sumber-sumber yang mana dapat digali pengetahuan tentang hal-hal yang telah berubah atau kiranya akan berubah di kemudian hari. Mendidik kemandirian pada anak sejak usia dini, sangat penting, karena kemandirian akan mendukung pola pikir anak dalam belajar memahami apabila dihadapakan dengan berbagai pilihan 57
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
dalam berperilaku berserta resiko dan tanggungjawabnya secara moral. Semakin dikekang, anak akan semakin sulit
dalam mengendalikan emosi, dengan besar mengarah pada perilaku
memberontak atau justru, sangat tergantung pada orang lain. Walaupun sudah sewajarnya orang tua melingdungi anak mereka. Tetapi orang tua yang terlalu melindungi anak sehingga anak tidak diberi kesempatan berhubungan dengan orang lain akan menghambat anak untuk mencapai kemandirian. Keadaan seperti ini anak-anak selalu bergantung kepada orang tuanya dan merasa nyaman bila dekat dengan orang tuanya serta merasa tidak nyaman jika berada jauh tidak didampingi orang tuanya. Rasa ketergantungan yang besar terhadap orang dewasa menyebabkan anak tidak mandiri atau manja. Di lingkungan Sekolah Menengah Pertama anak didik dibimbing untuk belajar, dengan cara mandiri ataupun dengan cara berkelompok supaya kemampuan anak dalam bersosialisasi dapat terangsang dengan berbagai kegiatan belajar. Orang tua dan pendidik sangat berperan penting dalam membentuk sikap mandiri anak sehingga anak tidak tergantung pada orang lain. Pada hakekatnya orang tua adalah pembina pribadi dan pendidik yang pertama dalam kehidupan anak, yang memberi bantuan serta tanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan anak menuju kedewasaan. Setiap anak memiliki kemampuan berbeda dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini karena setiap anak memiliki struktur kognitif yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Proses seperti itu secara bertahap anak dapat membangun kemandirian dalam belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Kemandirian anak dalam aktivitas belajar bertujuan agar anak mengetahui secara sadar apa yang dilakukannya dan tahu apa yang menjadi tujuannya. Anak akan merasa bahagia bahwa ia mempunyai arti bagi diri dan orang lain, ia mampu mengenali diri, mengetahui kekurangan dan kelebihan, dapat menerima diri dan orang lain seperti apa adanya, dapat bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, pantang mundur meski ada kekurangan pada dirinya dan juga berani menghadapi kenyataan yang ada. Namun pada kenyataannya di kelas VIII E SMP Negeri 1 Kradenan
bahwa dari 12
orang siswa hanya 4 orang yang sering mandiri dalam aktivitas belajar sedangkan 8 orang siswa cenderung belum dapat mandiri dalam aktivitas belajar. Kondisi ini terlihat dari adanya perilaku yang malas belajar. Di samping itu kondisi lain yang menggambarkan siswa kurang memiliki kemandirian dalam belajar terlihat ketika dalam mengikuti proses belajar mengajar bersikap pasif, tidak berani bertanya apabila menghadapi kesulitan. Untuk mengatasi masalah tersebut sebenarnya telah ada upaya dari guru seperti dengan memberikan layanan belajar kelompok di sekolah tetapi hasilnya belum efektif dan perilaku siswa dalam aktivitas belum mencerminkan kemandirian. Oleh sebab itu dalam penelitian ini penulis berupaya untuk memecahkannya melalui layanan informasi.
58
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Layanan informasi dalam bimbingan konseling merupakan layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti: informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi digunakan sebagai bahan pedoman dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan citacita, menjalani kehidupan sehari-hari dan mengambil keputusan beserta resikonya Berdasarkan berbagai
alasan
tersebut
di
atas
diadakan penelitian dengan judul:
“Peningkatan Intensitas Belajar Mandiri Dengan Layanan Informasi Di Kelas VIII SMP N I Kradenan Tahun Ajaran 2012/ 2013”
TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori Terkait Intensitas Belajar Mandiri 1. Definisi Intensitas Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat, giat. Seseorang yang belajar dengan semangat yang tinggi, maka akan menunjukan hasil yang baik, sebagaimana pendapat Sumardiono (2010), yang menyatakan bahwa intensitas belajar siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni meningkatkan prestasinya. Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi. 2. Definisi Belajar Belajar adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja yang dapat menimbulkan tingkah laku (baik aktual/nyata maupun potensil/tidak tampak) dimana perubahan yang dihasilkan tersebut bersifat positif dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. 3. Definisi Mandiri Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu. Kata mandiri yang berarti berdiri sendiri. Dari makna ini, mandiri mempunyai pengertian tidak tergantung pada orang lain, serta melakukan aktivitas, inisiatif, dan kreatifitasnya sendiri. Seperti halnya salah satu teori psikologi mengenai masalah kemandirian, yaitu secara psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah kebutuhan yang berlainan, yaitu kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan untuk bergantung. Manusia sebagai makhluk tunggal dan makhluk sosial. 4. Definisi Belajar Mandiri Proses belajar mandiri adalah ketika seseorang membuat inisiatif dengan mandiri atau dengan bantuan orang lain untuk mengenali kebutuhan belajar mereka, memformulasikan tujuan belajar, mengidentifikasi bahan yangdibutuhkan untuk belajar, memilih dan mengimplementasikan strategi belajar, serta mengevaluasi hasil dari proses belajar.
59
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian diatas bahwa intensitas belajar mandiri siswa dapat merupakan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan untuk mengubah perilaku, dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pebelajar dalam tempat dan waktu berbeda serta lingkungan belajar yang berbeda dengan sekolah Kajian Terkait Layanan Informasi 1. Definisi Layanan Informasi Erman Amti (2004:259-260) layanan informasi adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Da‟yah (2006) penyajian informasi dalam rangka program bimbingan ialah kegiatan membantu siswa dalam mengenali lingkungannya, terutama tentang kesempatan-kesempatan yang ada didalamnya, yang dapat dimanfaatkan siswa baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Dari beberapa pengertian tentang layanan informasi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa layanan informasi adalah suatu kegiatan atau usaha untuk membekali para siswa tentang berbagai macam pengetahuan supaya mereka mampu mengambil keputusan secara tepat dalam kehidupannya. 2. Jenis-jenis Layanan Informasi Menurut Prayitno & Erman Amti (2004:261-268) pada dasarnya jenis dan jumlah informasi tidak terbatas. Namun, khusunya dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling, hanya akan dibicarakan tiga jenis informasi : a. Informasi pendidikan, dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. b. Informasi jabatan, saat-saat transisi dari dunia pendidikan kedunia kerja sering merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. c. Informasi sosial budaya, hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosial budaya yang meliputi, macam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dan kepercayaan, bahasa, potensi-potensi daerah dan kekhususan masyarakat atau daerah tertentu. 3. Metode Layanan Informasi Menurut Prayitno &Erman Amti (2004:269-271) Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut 1) Ceramah, 2) Diskusi, 3) Karya Wisata, 4) Buku panduan, 5) Konferensi karier
60
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini adalah tergolong Penelitian Tindakan Layanan Bimbimgan Konseling (Action Research In Counseling) yang bersifat relative oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkan kemampuan rasional tanggung jawab dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan tersebut, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan (Dharsana, 2007). Penelitian ini menggunakan desain model Kemmis dan Taggart dalam Arikunto (2002). Desain yang dikemukakan oleh Kemmis ini merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif. Penelitian dilakukan dalam beberapa siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari dari empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli sampai bulan September tahun 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Kradenan. Jumlah siswa SMP Negeri 1 Kradenan 1044 siswa, terdiri atas kelas VII = 352 orang siswa, kelas VIII = 360 orang siswa dan kelas IX = 332 orang siswa. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini mengamati siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Kradenan, Kabupaten Grobogan, tahun pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian terlibat adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Kradenan berjumlah 12 orang, diambil dengan kriteria sebagai berikut 1) siswa yang membutuhkan informasi yang relevan, 2) siswa yang mempunyai daya tangkap yang baik, 3) siswa yang berpikir rasional, 4) keinginan belajar mandiri yang rendah Sumber Data Pada penelitian tindakan kelas ini, sumber data diperoleh dari (1) Data (proses) diperoleh dari tindakan guru BK dalam praktik layanan bimbingan konseling dalam penelitian ini layanan informasi tentang belajar mandiri, dan siswa sewaktu mengikuti tindakan guru, serta situasi pada saat tindakan dilaksanakan. (2) Data (hasil) diperoleh dari pengamatan terhadap siswa berupa kemandirian penguasaan mengerjakan tugas, kemandirian penguasaan menjawab soal, dan kemandirian penguasaan menjawab siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Kradenan, Kabupaten Grobogan, tahun pelajaran 2012/2013. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Pertama, kepada guru dengan fokus pengamatan pada tindakan kongkrit guru dalam mengatasi masalah peningkatan belajar mandiri siswa, yaitu melalui layanan informasi. 61
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Kedua, kepada siswa sewaktu mengikuti layanan informasi , dan pada saat siswa mengerjakan tugas yang diberikan saat mengikuti layanan informasi. Ketiga, tertuju pada situasi dan kondisi saat berlangsungnya layanan informasi. 2. Alat Pengumpulan Data Alat yang digunakan dalam pengumpulan data observasi adalah pedoman observasi untuk layanan informasi dan skala sikap belajar mandiri untuk mengumpuan data belajar mandiri siswa yang dibuat oleh guru pembimbing, peneliti, dan kolaborator penelitian. Validitas dan Reliabilitas. 1. Uji Validitas Untuk pengujian validitas butir instrumen, dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut (Arikunto, 2002 : 146) :
x y x y y
xy
x
rxy =
2
2
2
2
Keterangan : rxy
=
Koefisien korelasi antara X dan Y
N
=
Banyaknya sampel yang diujicobakan
ΣX
=
Jumlah skor dalam sebaran X
ΣY
=
Jumlah skor dalam sebaran Y
ΣXY
=
Jumlah hasil kali antara X dan Y
ΣX2
=
Jumlah kuadrat nilai X
ΣY2
=
Jumlah kuadrat nilai Y
2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini didasarkan pada rumus Alpha (Arikunto, 2002 : 171) : 2 k b r11 1 t2 k 1
Keterangan : r11
=
Reliabilitas instrumen
k
=
Banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
=
Jumlah varians butir
=
Varians total
t2
2 b
Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan secara diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dengan layanan Informasi belajar mandiri dengan langkah-langkah sebagai berikut 1) Melakukan reduksi 2) 62
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Melakukan interpretasi, 3) Melakukan inferensi, 4) Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkahlangkah perbaikan siklus berikutnya atau dalam pelaksanaan di lapangan setelah siklus berakhir berdasarkan informasi yang telah ditetapkan. Perencanaan Tindakan 1. Siklus I a. Perencanaan ( Planing) Membuat skenario layanan informasi, membuat pedoman observasi untuk melihat akivitas guru dalam melaksanakan konseling layanan informasi dan membuat pedoman observasi untuk siswa sewaktu mengikuti kegiatan konseling layanan informasi. b. Pelaksanaan Tindakan (Action) Guru BK memberikan informasi kepada siswa tentang penyelenggaran konseling layanan informasi, menetapkan siswa-siswi yang menjadi anggota konseling layanan informasi dan bersama anggota membahas topik masalah. c. Pengamatan (Obervasi) Pengamatan atau observasi dilaksanakan oleh guru kolaborator dan peneliti. Pengamatan pada guru dalam memberikan layanan informasi dan siswa dalam mengikuti layanan informasi berserta interaksinya d. Refleksi Hasil observasi yang dilakukan guru kolaborator bersama peneliti dianalisis oleh peneliti dan guru kolaborator dengan sharing dan berdiskusi serta berkoordinasi agar hasil yang diperoleh tidak bersifat subyektif. 2. Siklus II a. Perencanaan ( Planing) Membuat skenario layanan informasi yang berdasarkan kelemahan pada siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan (Action) Guru BK memberikan informasi tentang hasil ketercapaian tentang penyelenggaran konseling layanan informasi kepada siswa anggota. Guru BK mengajukan topik permasalahan dengan disertai alasan yang mengunggah, yang perlu dibahas dalam kegiatan anggota. c. Pengamatan (Obervasi) Pengamatan atau observasi dilaksanakan oleh guru kolaborator dan peneliti. Pengamatan pada guru dalam memberikan layanan informasi dan siswa dalam mengikuti layanan informasi berserta interaksinya. d. Refleksi Dari hasil refleksi siklus II akan diketahui apakah kegiatan yang dilakukan telah mendatangkan hasil sesuai yang diinginkan yaitu terjadinya peningkatan kemandirian dalam belajar ataukah ada tindakan-tindakan dalam konseling layanan informasi yang harus disempurnakan. Indikator
63
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
keberhasilan dari penelitian ini adalah peningkatan intensitas belajar mandiri siswa. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada siklus penelitian berikut pada halaman berikut ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Diskripsi Kondisi Awal Berdasarkan wawancara dengan guru wali kelas VIII, ada beberapa siswa yang bermasalah dengan kemandirian belajar karena kurangnya layanan informasi tentang belajar mandiri dari sekolah. Guru BK menentukan kelas VIII E yang merupakan kelas yang memiliki kelemahan khususnya dalam hal belajar mandiri. Kondisi ini menyebabkan beberapa siswa di kelas merasa kurang dari kelas VIII lainnya, sehingga menunjukan sikap tidak percaya diri. Untuk itu peneliti mengambil sample sebanyak 12 siswa secara acak untuk subyek penelitian. Sebelum penulis melakukan penelitian maka terlebih dahulu melakukan observasi awal. Tujuan pelaksanaan observasi awal ini adalah untuk mengetahui gambaran awal mengenai kemandirian anak dalam belajar. Kemudian diberikan kuesioner sebagai pre-test. Target yang ingin dicapai ialah rata-rata subyek penelitian memperoleh hasil untuk skor belajar mandiri yaitu rata-rata pada kategori “mandiri” Tabel 1. Hasil Observasi Awal Kemandirian dalam Aktivitas Belajar No Kualitas Kemandirian 1 2 3 4 Data pada tabel
Siswa Jumlah Persentase 3 25 Mandiri cukup mandiri 2 17 kurang mandiri 4 33 tidak mandiri 3 25 Jumlah 12 100 di atas menunjukkan bahwa pada kegiatan observasi awal
jumlah anak
yang tidak mandiri dalam aktivitas belajar sebanyak 4 orang atau 33%, kurang mandiri dalam aktivitas belajar sebanyak 3 orang
atau 25% , jumlah anak yang cukup mandiri dalam aktivitas belajar
sebanyak 2 orang atau 17% dan jumlah anak yang mandiri dalam belajar hanya 3 orang atau 25%. Paparan data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan dominan aktivitas belajar anak tidak mandiri. Dengan
demikian peneliti harus melakukan tindakan agar anak memiliki kemandirian
dalam aktivitas belajar. Diskripsi Hasil Tindakan Layanan Informasi Siklus I Berdasarkan perencanaan layanan informasi yang dibuat oleh guru pembimbing peneliti bersama kolaborator, dilaksanakan tindakan layanan informasi kepada 12 siswa. Pelaksanaan layanan informasi mengikuti tahap-tahap sebagaimana yang telah dibakukan. Berdasarkan hasil obaservasi yang diperoleh data selama proses berikut ini. 1. Hasil Pengamatan terhadap tindakan guru Pada kegiatan tindakan layanan informasi atau pertemuan ke -1 dan ke-2 yang dilakukan oleh guru pembimbing peneliti pada siklus I diperoleh data dari pedoman pengamatan sebagai berikut ini. 64
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tahap layanan informasi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Hasil tindakan ideal pertemuan I
pertemuan II
Pembentukan
6
6
9
Peralihan
4
5
6
Kegiatan
18
19
24
Pengakhiran
5
5
9
Jumlah (prosentase)
33 (68%)
35(73%)
48 (100%)
Rata-rata (Prosentase)
34(70%)
Kualitas Layanan (70%)= cukup baik Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pelaksanaan tindakan guru pembimbing peneliti dalam layanan informasi termasuk dalam kategori tindakan cukup baik. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada siklus II berikutnya maka tindakan-tndakan yang belum baik pada setiap tahapan pada siklus I perlu diketahui terlebih dahulu. 2. Hasil pengamatan terhadap siswa Berdasarkan pengamatan terhadap siswa sewaktu mengikuti kegiatan layanan informasi diperoleh temuan sebagai berikut ini. Tabel 2. Hasil Pengolahan Data aktivitas belajar mandiri siswa No Kualitas Kemandirian
Siswa Jumlah Persentase 1 Mandiri 3 25 Kualitas 2 Cukup mandiri 9 75 3 Kurang mandiri kemandirian 4 Tidak mandiri Jumlah 12 100 Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa kemandirian anak dalam aktivitas belajar dengan kategori mandiri sebanyak 3 orang atau 25%, cukup mandiri diperoleh sebanyak 9 orang atau sekitar 75% dari total siswa. Dengan demikian rata-rata kategori belajar mandiri dalam aktivitas adalah cukup mandiri menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai kuesioner dalam belajar mandiri dari kurang mandiri menjadi cukup mandiri setelah mereka mengikuti layanan informasi siklus I. 3. Refleksi Pada siklus I ini telah dilaksanakan layanan informasi, hasilnya dibandingkan dengan kondisi awal dengan hasil rata-rata keinginan belajar mandiri siswa pada tingkat „kurang mandiri” kemudian meningkat pada tingkat “cukup mandiri”, sehingga tindakan layanan informasi yang diberikan selama siklus I berhasil menaikan keingina siswa untuk belajar mandiri. Dari
hasil analisis tentang mandiri belajar siswa dikatakan bahwa ada peningkatan
penguasaan mandiri belajar sesudah tindakan I pada siswa yang penguasaan mandiri belajarnya rendah. sesuai dengan data grafik histogram berikut ini: 65
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
tingkat prosentase belajar mandiri
90 80 70 60 50
kondisi awal
40
siklus I
30 20 10 0 AW
SRW
FAM
VW
TPH
D
RS
MAPS
AI
RF
DEP
RM
nama subjek penelitian
Diskripsi Hasil Tindakan Layanan Informasi Siklus II Hasil refleksi pada siklus I ditemukan adanya beberapa hal yang belum dapat dijalankan oleh guru pembimbing peneliti dalam melaksanakan peranya pada setiap tahapan-tahapan dalam layanan informasi yang diselenggarakan. Temuan-temuan tersebut sekaligus merupakan rekomendasi bagi guru pembimbing peneliti untuk dapat dijalankan pada pelaksanaan layanan informasi pada siklus II. Berdasarkan hasil pelaksanaan layanan yang telah diperbaharui pada siklus II dapat dipaparkan sebagai berikut ini. 1. Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan guru pembimbing dalam layanan informasi II Tabel 3. Hasil Pengamatan Terhadap Tindakan Guru Selama Pelaksanaan Layanan Informasi Siklus II Pelaksanaan Tindakan Siklus II Tahap layanan informasi
pertemuan I
pertemuan II
pertemuan III
Hasil tindakan ideal
Pembentukan
7
7
8
9
Peralihan
5
5
6
6
Kegiatan
20
21
23
24
Pengakhiran
5
6
8
9
37 (77%)
39 (81%)
45 (94%)
48 (100%)
Jumlah (prosentase) Rata-rata (Prosentase)
40 (84%) Kualitas Layanan (84%)= baik
Hasil pelaksanaan layanan informasi pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan kualitas layanan dari pertemuan I ke pertemuan selanjutnya. Hasil yang dicapai meskipun belum sampai pada ideal, namun sudah masuk ke dalam kategori baik 2. Hasil pengamatan terhadap situasi pelaksanaan layanan informasi siklus II Hasil pengamatan terhadap kemandirian belajar anak setelah diberikan Layanan informasi oleh guru masing- masing diuraikan sebagai berikut.
66
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
tindakan
Tabel 4. Hasil pengolahan Data aktivitas belajar mandiri siswa siklus II No 1 2 3 4 Data pada tabel
Kualitas Kemandirian
Siswa Jumlah Persentase 9 75 Mandiri Cukup mandiri 3 25 Kurang mandiri Tidak mandiri Jumlah 12 100 4 menunjukkan bahwa kemandirian anak dalam aktivitas belajar dengan
kategori mandiri sebanyak 9 orang atau 75% dan cukup mandiri sebanyak 3 orang atau 25%. Hasil ini menunjukkan bahwa kategori kemandirian anak dalam aktivitas belajar yang menonjol adalah mandiri yaitu 9 orang atau 75%. Hasil kuesioner belajar mandiri pada siklus II memberikan gambaran tentang intensitas belajar mandiri siswa telah meningkat dibandingkan dengan hasil kuesioner pada siklus I. Setelah diberi tindakan selama siklus II para anggota dengan menggunakan pendekatan yang lain lebih sesuai daripada siklus I. 3. Refeksi Berangkat dari ketiga sasaran proses penyelenggarakan layanan informasi siklus II ditambah dengan pengamatan di lapangan diperoleh temuan bahwa tindakan layanan informasi dilaksanakan dengan predikat”baik”. Perlakuan yang baik tersebut menjadikan siswa anggota mampu berperan serta secara aktif dalam kategori „cukup baik‟. Pelenggaraan layanan informasi dalam suasana yang cair, dan karenanya dalam pelaksanaan mampu meningkatkan kemauan belajar mandiri siswa. Dari hasil analisis tentang belajar mandiri siswa dikatakan bahwa ada peningkatan intensitas belajar mandiri sesudah tindakan II pada siswa yang penguasaan belajar mandirinya rendah. sesuai dengan grafik histogram berikut ini :
tingkat belajar mandiri
90 80 70 60
data awal
50
siklus I
40
siklus II
30 20 10
RM
RF
DE P
AI
AP S M
D
RS
TP H
VW
FA M
SR W
AW
0
Pembahasan Hasil Penelitian Setiap anak dilahirkan secara alami membutuhkan orang tua untuk menjaga dan merawatnya hingga dewasa. Ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Setelah mereka tumbuh dewasa perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orangtua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Mandiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab 67
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
atas apa yang dilakukannya. Kemandirian dalam konteks individu tentu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik. Tetapi juga menyangkut perkembangan mental dan moral. Bercermin dari hal tersebut, peran guru sangat besar dalam proses pembentukan kepribadian dan kemandirian seseorang. Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan dan potensi yang
dimilikinya,
belajar
mengambil inisiatif,
mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggung jawabkan segala perbuatannya. Diharapkan anak akan dapat mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada guru menjadi mandiri. Sehubungan dengan itu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemandirian belajar anak setelah dilakukan tindakan layanan informasi. Pada siklus I hasil pengamatan layanan informasi terdapat tiga aspek yang nampak dan empat aspek yang belum nampak. Hasil ini dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa yaitu
3 orang atau 25% yang
memiliki kualitas mandiri, jumlah siswa yang belajar cukup mandiri berjumlah 2 orang atau 17%, dan jumlah siswa yang belajar kurang mandiri berjumlah 4 orang atau 24% dan jumlah siswa yang belajar tidak mandiri berjumlah 4 orang atau 24%.
Secara keseluruhan data setiap indikator ini
diperoleh gambaran bahwa ada dua indikator yang memiliki kualitas kurang yaitu menerima tugas, dan terdapat dua indikator yang memiliki kualitas cukup yaitu mempertanggung jawabkan hasil kerja dan berinisiatif sendiri. Temuan penelitian pada siklus II secara keseluruhan kemampuan guru dalam menerapkan layanan informasi telah nampak dalam kegiatan layanan. Hasil tindakan ini dapat meningkatkan kemandirian anak dalam aktivitas belajar dengan kategori mandiri sebanyak 9 orang atau 75% dan cukup mandiri sebanyak 3 orang atau 25%. Hasil ini menunjukkan bahwa kategori kemandirian anak dalam aktivitas belajar yang menonjol adalah mandiri yaitu 9 orang atau 75%. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa makna kemandirian yang meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan
sesuatu
sendiri
tanpa
bantuan
orang
lain
dapat
diatasi
dalam
kegiatan
pembelajaran Sekolah Menengah Pertama melalui penggunaan layanan informasi. Kemandirian sebagai hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri atau suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya akan mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta guru. Pada saat ini peran orang tua dan respon dari guru sangat diperlukan bagi anak sebagai penguat untuk setiap perilaku yang telah dilakukannya. Karena inti dari makna kemandirian belajar anak merupakan suatu sikap dimana seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain.
68
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini dapat disimpulkan yaitu 1. Layanan informasi dapat meningkatkan jumlah siswa yang mandiri dalam aktivitas belajar yaitu 3 orang atau 25% pada siklus I, meningkat menjadi 9 orang atau 75% pada siklus II. 2. Hasil ini menunjukkan telah memenuhi indikator kinerja dan hipotesis tindakan yang berbunyi : “jika digunakan layanan informasi maka belajar mandiri pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kradenan dapat ditingkatkan. Pemberian layanan informasi dapat meningkatkan motivasi dan kemandirian siswa dalam belajar bila guru tindakan konseling dan individu siswa sama-sama lebih aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Amti, Erman. (2004). Dasar-Dasar BK. Rineka Cipta, Jakarta Arikunto Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rika Cipta Bagdan, R. dan Biklen, (1990), Kualitatif untuk Pendidikan : Pengantar Teori dan Metode Alih Bahasa Memandir, PAV, UT, Jakarta. Da‟yah. 2006. Implementasi Layanan Informasi Cara Belajar Efektif dan Efisien Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar. Skripsi. Singaraja : FIP Undiksha Depdikbud, (1995), Pedoman Penilaian di SMK, Dirjen Dikdasmen, Jakarta. Hastuti, Sri. (2006). Tindakan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogjakarta: Media Abadi Hery Noer Aly, (1999), Ilmu Pendidikan Islam, Cet.II, Logos ,Jakarta Muhibbin, Syah.(2004). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya. Nasution, S, (19920, Metode Penelitian-Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung. NDT; PPL, UNM Malang, 1993, Petunjuk Pelaksanaan PPL Keguruan IKIP Malang, Malang Prayitno, dkk. 1998. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Panebar Aksara. Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbigan Dan Konseling. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Purwoko, Budi. (2008). Organisasi dan Managemen Tindakan Konseling. Unesa University Press, Surabaya Sumardiono, (2010). Belajar Mandiri. Bentang Ilmu Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang. (1993). Tindakan Konseling Sekolah. IKIP Semarang Press, Semarang. Winkel dan Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi. 69
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING