123 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERKULIAHAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH DAN KONSERVASI LAHAN MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF STAD Oleh: Mochamad Enoh IKIP Widya Darma Surabaya
Abstrak: Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi 1.) hasil tes awal sebelum pembelajaran; 2.) peningkatan hasil pembelajaran; 3.) aktivitas tim/kelompok; 4.) tanggapan mahasiswa atas pelaksanaan pembelajaran metode kooperatifdengan metode Students Teams Achievement Divisions (STAD) pada praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa jurusan pendidikan geografi FIS Unesa yang mengambil atau memprogram matakuliah Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan pada tahun akademik 2004/2005. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dilakukan pembelajaran sebanyak 3 siklus dengan tahapan rencana tindakan, aksi, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bekal awal yang dipunyai mahasiswa relatif rendah meskipun materi yang diberikan sebagian besar telah dipelajari sebelumnya, dengan menggunakan buku ajar dan lembarkerja mahasiswa telah menghasilkan peningkatan hasil belajar yang relatif tinggi setelah menerapkan metode kooperatif STAD, aktivitas mahasiswa secara individu maupun kelompok terjadi peningkatan selama pembelajaran dari siklus I sampai siklus III, tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan metode kooperatif dengan STAD sangat positif. Kata kunci: Belajar, Geografi Tanah, Konsevasi Lahan, STAD.
PENDAHULUAN Mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Terjadinya perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada dua faktor (Gagne, 1975). Faktor dari dalam merupakan dimensi siap tidaknya siswa menerima perubahan tingkah laku tersebut. Bila siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan awal yang sudah cukup ia akan dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilannya dengan bantuan lingkungannya. Faktor dari luar ialah lingkungan siswa yang dapat merangsang, menunjang dan memperlancar proses belajar. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
123
124 Dengan demikian mengajar berarti mengatur lingkungan siswa supaya ada interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga proses belajar terjadi. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dikenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang tepat didalam pembelajaran Geografi. Karena pendekatan CTL membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Depdiknas, 2002:1). Karena itu lingkungan tersebut perlu diatur begitu rupa sehingga siswa hanya akan bereaksi terhadap perangsang yang diperlukan saja. Pengaturan lingkungan tersebut perlu dilakukan secara sistematik yang meliputi langkah-langkah pengidentifikasian kebutuhan siswa belajar, analisis situasi siswa, perumusan tujuan atau indikator pencapaian hasil belajar (Enoh, dkk 2004), penentuan materi pembelajaran, menentukan skenario pembelajaran, serta memilih media pembelajaran yang tepat. Di dalam struktur kurikulum Jurusan Pendidikan Geografi, salah satu mata kuliah keahlian berkarya (MKB) adalah Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan dengan bobot 2 SKS ( Buku Pedoman FIS 2004-2005:291). Seharusnya materi ini diberikan pada waktu semester pertama, namun jumlah SKS nya 2, tidak mungkin dilakukan praktikum. Dengan demikian praktikum mata kuliah tersebut, disikapi diberikan pada semester genap. Pembagian mata kuliah praktikum geografi tanah dan konservasi ini diarahkan pada tiga kompetensi dasar. Pertama, kompetensi menganalisis 1.) Tekstur tanah; 2.) Kerapatan bongkah basah tanah; 3.) Kerapatan bongkah kering; 4.) pH tanah; 5.) Kandungan bahan organik tanah. Kedua, kompetensi dasar mengukur kemiringan lereng, menghitung kehilangan tanah secara umum pada suatu lereng dengan menggunakan rumus USLE. Ketiga, menentukan jarak bangunan terras dan menentukan bangunan terras untuk konservasi tanah. Menurut pengalaman di dalam proses belajar mengajar, para mahasiswa banyak yang mengalami kesulitan. Pertama, dalam hal mengukur kemiringan lereng dan menghitung kehilangan tanah secara umum akibat adanya erosi. Kedua, adalah dalam hal menghitung jarak bangunan terras yang harus dibuat. Berdasarkan hasil belajar mahasiswa (angkatan 2002) dan angktan sebelumnya cenderung belum menampakkan hasil yang maksimal. Data hasil praktikum mahasiswa angkatan 2002 semester genap tahun 2003,
untuk mata kuliah
Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan cenderung menunjukkan hasil yang tidak menggembirakan. Pada saat itu jumlah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan 40 orang. Mahasiswa yang memperoleh nilai A, 0%, JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
125 yang memperoleh nilai B 30%, yang memperoleh nilai C 60%, dan yang memperoleh nilai D 10%. Memperhatikan hal-hal tersebut diatas kiranya itu perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang lain. Selama ini pembelajaran dilakuakan dengan kuliah mimbar dan diskusi kelompok biasa dengan jumlah maksimum 5 orang tiap kelompok. Pelaksanaan selama ini tidak memperhatiakan perimbangan jenis kelamin dan dan urutan berdasarkan kinerja akademik. Setiap akhir tatap muka tidak pernah diberikan tes atau kuis. Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa digunakan metode pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD). Menurut Slavin (dalam Nur, 2004) STAD menempatkan mahasiswa dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja di dalam tim mereka. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu, pada waktu kuis mereka tidak dapat saling membantu. Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor pada waktu sebelumnya (pre test). Pembelajaran kooperatif dengan pada hakekatnya menggunakan prinsip-prinsi teori dari Gagne. STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran sebagai berikut: Mengajar: Menyajikan pelajaran. Belajar dalam tim: Siswa bekerja di dalam tim mereka dengan dipandu lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran. Tes: Siswa mengejakan kuis atau tugas lain secara individual (misalnya tes essei atau kinerja). Dalam penelitian ini tes yang dimaksudkan adalah tes awal atau pre tes dan tes formatif pada setiap akhir siklus, dibandingkan dengan rata-rata skor tes awal. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1.) Membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat anggota, dengan berimbang menurut jenis kelamin dan berdasarkan kinerja akademik (nilai yang lalu); 2.) Membuat LKM dalam pelajaran yang direncanakan; 3.) Mengatur meja-kursi untuk bekerja dalam tim/kelompok; 4.) Membagikan materi dan LKM untuk setiap tim; 5.) Beri penekanan kepada mahasiswa, mereka tidak boleh mengakiri kegiatan belajar, sebelum anggota tim mereka dapat menjawab 100% sesuai waktu yang ditentukan; 6.) Berikan kunci jawabab LKM untuk mengecek pekerjaan mereka dan teman-temannya; 7.) Beri kesempatan mahasiswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak sekedar mencocokkan jawaban dengan lembar kunci JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
126 jawaban; 8.) Kembali kepada klasikal, bagikan kuis/evaluasi lain, bila sudah tiba waktunya dan berikan waktu yang cukup untuk mengejakan secara individual; 9.) Buatlah skor individual dan skor tim, didasarkan pada peningkatan skor dibanding yang lalu. Mengacu kepada tinjauan pustaka dan identifikasi masalah yang muncul dari pelaksanaan perkuliahan Geografi Tanah, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.) Bagaimanakah hasil tes awal sebelum metode pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kegiatan mahasiswa (LKM) dilaksanakan?; 2.) Seberapa besar peningkatan hasil pembelajaran mahasiswa melalui pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembaran kerja mahasiswa (LKM) dalam setiap siklus?; 3.) Bagaimana aktivitas tim/kelompok dalam mengikuti pembelajaran kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembaran kerja mahasiswa (LKM)?; 4.) Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran koopertaif STAD dengan menggunakan buku ajar dan LKM Praktikum Geografi Tanah dan konservasi lahan? Memperhatikan rumusan masalah yang menjadi focus penelitian, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1.) Mengidentifikasi hasil kuis/ tes awal sebelum metode pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kegiatan mahasiswa (LKM) dilaksanakan; 2.) Mendeskripsikan peningkatan hasil pembelajaran mahasiswa melalui pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar, dan lembaran kerja mahasiswa (LKM) dalam setiap siklus; 3.) Mendeskripsikan aktivitas tim/kelompok dalam mengikuti pembelajaran kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar yang dilengkapi dengan
lembaran kegiatan kerja mahasiswa (LKM); 4.) Mendeskripsikan tanggapan
mahasiswa terhadap pembelajaran koopertaif STAD dengan menggunakan buku ajar, dan LKM Geografi tanah dan konservasi lahan. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Dengan menerapkan metode kooperatif (STAD) dengan menggunakan buku ajar dan lembaran kerja mahasiswa, dalam perkuliahan praktikum geografi tanah dan konservasi lahan, hasil belajar mahasiswa dapat meningkat.” METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya, Angkatan 2003 yang memprogram Mata Kuliah Praktikum Geografi Tanah yang secara keseluruhan berjumlah 32 orang. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
127 Prosedur penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK), yang dirancang dengan tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan berdasarkan skenario pembelajaran yang akan dicapai, setiap siklus satu kali tatap muka. Pada setiap akhir siklus dilakukan tes formatif. Pre tes untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa dilaksanakan pada siklus pertama yang dilanjutkan dengan pembelajaran. Hasil tes awal akan dibandingkan dengan tes formatif pada setiap akhir siklus yang didasarkan pada evaluasi dan refleksi, untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam siklus sebelumnya. Adapun siklus dalam PTK adalah sebagai berikut:
Rencana tindakan
Rencana tindakan
Rencana
tindakan
Refleksi
Aksi
Refleksi
Observasi Siklus I
Aksi
Refleksi
Observasi Siklus II
Aksi
Observasi Siklus III
Gambar 1. Tahapan-tahapan di dalam tiap siklus dalam PTK Berdasarkan tahapan-tahapan PTK seperti pada gambar 1 maka dapat dijabarkan tahapannya pada setiap siklusnya sebagai berikut: Siklus 1 Pada siklus 1 dilakukan tahapan sebagai berikut: 1.) Tahap perencanaan meliputi: a.) Menyusun skenario pembelajaran; b.) Menyiapakan materi praktikum dalam buku ajar; c.) Menyiapkan alat alat praktikum; d.) Menyusun LKM untuk kegiatan praktikum dalam tim/kelompok; e.) Menyusun pre test/ post test; f.) Menyiapkan lembar observasi. 2) Pelaksanaan Tindakan: a.) Menyusun skenario pembelajaran; b.) Memberikan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal dari mahasiswa; c.) Memberikan orientasi materi yang ada pada buku ajarl tentang tekstur tanah, kerapatan bongkah kering dan basah, pH tanah, kandungan bahan organik tanah; d.) Membagikan LKM untuk kegiatan praktikum kelompok; e.) Melaksanakan praktikum di laboratorium; f.) Mencocokan hasil praktikum kelompok; g.) JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
128 Melaksanakan tes individual
berupa tes essei. 3.) Obsevasi/Evaluasi: Pada tahap ini
dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, untuk mengobservasi aktivitas mahasiswa dan pelaksanaan praktikum yang
dilakukan oleh anggota tim.
4.). Melakukan refleksi: Kegiatan ini
menganalisis hasil observasi dan hasil pretest/post test. Kelemahan didalam pelaksanaan PTK, di identifikasi dan dicatat sebagai bahan perencanaan pada siklus 2. Siklus 2 Pada siklus 2 dilakukan tahapan sebagai berikut: 1.) Tahap perencanaan meliputi: a.) Menyusun skenario pembelajaran; b.) Menyiapkan materi tentang Pengkuran lereng dan analisis kehilangan tanah dengan rumus USLE; c.) Menyiapkan alat praktikum lapangan; d.) Menyusun LKM untuk kegiatan praktikum dalam tim/kelompok; e.) Menyusun post test; f.) Menyiapkan lembar observasi. 2.) Pelaksanaan Tindakan: a.) Memberikan orientasi materi dalam buku ajar; b.) Membagikan LKM untuk kegiatan praktikum kelompok Melaksanakan praktikum pengukuran lereng dilapangan di daerah Pacet Mojokerto; c.) Mencocokan hasil praktikum kelompok; d.) Melaksanakan tes individual berupa tes essei. 3.) Obsevasi/Evaluasi: Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, untuk mengobservasi aktivitas mahasiswa dan
pelaksanaan
praktikum yang
dilakukan oleh anggota tim. 4.) Melakukan refleksi:
Kegiatan ini menganalisis hasil observasi dan hasil pretest/post test. Kelemahan didalam pelaksanaan PTK, di identifikasi dan dicatat sebagai bahan perencanaan pada siklus 3. Siklus 3 Pada siklus 3 dilakukan tahapan sebagai berikut: 1.) Tahap perencanaan meliputi: a.) Menyusun skenario pembelajaran; b.) Mempersiapkan materi Penentuan jarak terras dan cara membuat bangunan terras untuk konservasi; c.) Menyiapakan alat praktikum; d.) Menyusun LKM untuk kegiatan praktikum dalam tim/kelompok; e.) Menyusun pre test/ post test; f.) Menyiapkan lembar observasi. 2.) Pelaksanaan Tindakan: a.) Memberikan orientasi materi praktikum dalam buku ajar; b.) Membagikan LKM untuk kegiatan kegiatan praktikum kelompok; c.) Melaksanakan praktikum perhitungan; d.) Mencocokan hasil praktikum kelompok; e.) Melaksanakan tes individual berupa tes essei; f.) Mengedarkan angket tanggapan mahasiswa
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
kooperatif
dengan
STAD.
3.)
Obsevasi/Evaluasi: Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, untuk mengobservasi JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
129 aktivitas mahasiswa dan pelaksanaan pembelajaran, dilakukan oleh anggota tim. 4.) Melakukan refleksi: Kegiatan ini menganalisis hasil observasi dan hasil pos test, kelemahan di dalam pelaksanaan. Pada siklus III ini dilakukan judgement, diasumsikan mahasiswa telah menguasai materi paling sedikit 75%, sehingga dianggap cukup untuk diakhiri. Berdasarkan deskripsi dari tiga siklus yang dilaksanakan, maka indikator keberhasilan mahasiswa dalam dianggap berhasil bilamana pada akhir siklus III, 75% dari jumlah mahasiswa telah menguasai sekurang-kurangnya 75% kompetensi yang telah ditetapkan. Sedangkan mahasiswa dianggap aktif bilamana dalam pembelajaran ini telah memberikan respon, bertanya, memberikan pendapat, mewakili kelompoknya sekurang-kurangnya 4 kali. Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa geografi angkatan 2003 kelas B (Reguler) yang memprogram Praktikum Geografi tanah dan konservasi lahan, jumlahnya 40 orang. Sumber data yang lain adalah dari tim peneliti hasil observasi dalam kegiatan. Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif berupa hasil tes dari setiap siklus, dan data kualitatif diperoleh dari refleksi berdasarkan hasil observasi tim terhadap pelaksanaan pembelajaran, kelemahan LKM, dan angket tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan STAD, serta jurnal. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah semester genap tahun akademik 2004/2005, settingnya di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tes bekal awal ini dilaksanakan pada tatap muka yang pertama, yaitu pada tanggal 14 Pebruari 2005, mencakup materi pokok Sifat fisika tanah, Erosi tanah, Profil tanah, dan Jenis tanah dapat diperhatikan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Nilai Tes Bekal Awal Materi Pokok dan Uraian Materi 1. Sifat fisik tanah a. Tekstur Tanah
No. Soal I.1 I.2 I.3 I.4 I.5
Jawaban Benar Jumlah Persen 21 1 8 0 0
65,625 3,125 25 0 0
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
130 b. pH tanah
c. Bahan organik tanah 2. Erosi Tanah a. Pengukuran lereng
I.6 I.7 I.8 I.9 I.10
II.1 II.2 III.11 III.12 III.13 III.14 III.15 III.16 b. Analisis Tesktur Tanah II.3 c. Hujan II.4 d. Pola Tanam II.5 II.6 II.7 3. Profil Tanah III.1 III.2 III.3 III.4 III.5 III.6 III.7 III.8 III.9 III.10 4. Jenis Tanah III.17 III.18 III.19 III.20 III.21 III.22 III.23 III.24 III.25 III.26 III.27 III.28 III.29 III.30 Sumber: Data Primer diolah peneliti, tahun 2005
2 0 0 0 0
6,25 0 0 0 0
0 0 1 3 4 0 1 0 1 2 1 1 16 10 16 8 3 1 1 0 0 4 1 6 16 25 5 14 2 8 8 2 1 20 5 4 10
0 0 3,125 9,375 12,5 0 3,125 0 3,125 6,250 3,125 3,125 50,00 31,25 50,00 25,00 9,375 3,125 3,125 0 0 12,50 3,125 18,75 50,75 78,125 15,625 43,75 6,25 25,00 25,00 6,25 3,125 62,50 15,625 12,50 31,25
Dari tabel 1, dapat diketahui bahwa sebagian besar soal-soal tes hanya dapat dijawab oleh sedikit mahasiswa bahkan terdapat 11 soal yang tidak dapat di jawab oleh mahasiswa dengan JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
131 benar. Hanya terdapat satu soal yang dijawab oleh lebih dari 75% mahasiswa, sedangkan soalsoal tes yang lain pada umumnya hanya sedikit mahasiswa yang dapat menjawabnya dengan rentang persen yang cukup besar antara 0% - 62,50% namun sebagian besar terletak antara 0 12,5%. Dipandang dari aspek materi pokok, yang memperoleh jawaban benar paling banyak adalah materi pokok Jenis Tanah, yaitu sebanyak 28,18% soal-soal tes dijawab benar oleh mahasiswa, sedangkan paling sedikit adalah materi Erosi Tanah, yaitu sebanyak 7,21% soal yang dapat dijawab mahasiswa dengan benar. Pada semua materi pokok terdapat rentangan yang lebar tentang jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal tes dengan benar, maksudnya adalah terdapat butir soal yang dapat dijawab oleh sedikit mahasiswa dan terdapat butir soal yang dapat dijawab oleh cukup banyak mahasiswa. Hal itu berarti ada butir soal yang sulit ataupun mudah bagi mahasiswa, sesuai dengan jumlah mahasiswa yang dapat menjawabnya. Butir soal yang hanya sedikit mahasiswa dapat menjawabnya terdapat pada materi pokok Erosi Tanah dan Sifat Fisik Tanah, cukup banyak butir soal yang tidak dijawab oleh mahasiswa dan seandainya dapat dijawab, hanya dilakukan oleh sedikit mahasiswa pula. Sedangkan pada materi pokok Profil Tanah dan Jenis Tanah jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal sangat variatif. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu adanya perhatian khusus dalam pembelajarannya, terutama pada materi yang sulit bagi mahasiswa yaitu pada butir-butir soal yang dijawab oleh kurang dari 15% mahasiswa. Butir soal tersebut tersebar ke seluruh materi pokok, namun yang perlu mendapat perhatian adalah materi pokok Erosi Tanah dan Sifat-sifat Fisik Tanah, kecuali pengertian tesktur tanah. Jika dirinci perolehan tes bekal awal setiap mahasiswa anggkatan 2003 yang memprogram Kuliah Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan, hasil dapat diperhatikan pada tabel 2.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
132 Tabel 2. Hasil Tes Bekal Awal Secara Individual No.Urut Mahasiswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jumlah Jawaban benar
No.Urut Mahasiswa
7 4 12 8 7 8 7 7 8 6 9 6 5 9 7 7
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Rata-rata Sumber: Data Primer di olah peneliti, tahun 2005
Jumlah Jawaban benar 5 9 6 6 7 8 5 6 7 5 7 9 5 6 6 9 7
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa mahasiswa hanya dapat menjawab ratarata 7 soal dari tes bekal awal yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa bekal awal yang dimiliki mahasiswa tentang materi Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan masih rendah. Jawaban benar paling banyak diperoleh mahasiswa yang bernama Restiana dengan jawaban benar sebanyak 12 sedangkan paling rendah sebanyak 4 diperoleh mahasiswa yang bernama Desideria S.A. Jumlah jawaban benar tertinggi tidak begitu terpaut banyak terhadap jumlah jawaban benar terendah sehingga dapat diperkirakan bahwa kemampuan mahasiswa yang memprogram Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan tidak begitu banyak berbeda, dan untuk pembelajaran selanjutnya di awali dengan modal bekal awal kurang dari 25% dari materi yang harus dicapai secara keseluruhan. Maka untuk membantu para mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran STAD pada siklus I, perlu disusun handout. Penyusunan handout ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat memperoleh gambaran secara umum dan utuh mengenai materi pembelajaran. Materi handout disusun berdasarkan silabus yang telah disusun dan hasil tes bekal awal mahasiswa. Materimateri yang dalam tes bekal awal terbukti hanya sedikit mahasiswa yang menjawab benar (kurang dari 15%) memperoleh perhatian khusus dalam penyusunan hand outnya, materi dalam hand out disajikan lebih detail. Untuk melengkapi hand out mahasiswa juga diwajibkan JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
133 membaca buku ajar yang telah ada. Kelengkapan instrumen lain yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini, yaitu lembar observasi aktivitas mahasiswa. Soal-soal untuk bekal awal dan formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Pelaksanaan pembelajaran ini melalui 3 siklus, yang secara umum pelaksanaan pembelajaran setiap siklus melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1) membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, 2) menyampaikan tujuan pembelajaran, 3) menyampaikan materi, 4) menyampaikan hal-hal yang harus dikerjakan mahasiswa dalam pembelajaran dan memotivasi peserta didik, 5) mengorganisasikan mahasiswa kedalam kelompok belajar, 6) mengadakan evaluasi, 7) memberi penghargaan. Siklus I mencakup dua buah materi pokok yaitu sifat-sifat fisik tanah dan jenis-jenis tanah. Sifat-sifat fisik tanah meliputi tekstur, pH dan bahan organic tanah, sedangkan jenis tanah meliputi 13 jenis tanah yang banyak terdapat di Indonesia. Penggabungan 2 materi pokok ini dengan alasan keduanya merupakan materi yang berkaitan, untuk mengenali jenis tanah diperlukan pengetahuan sifat-sifat fisik tanah dan sebaliknya dengan menguasai pengetahuan tentang sifat-sifat fisik tanah dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah. Kedua materi pokok tersebut disajikan dalam 2 kali pertemuan, masing-masing 2 x 50 menit. Pertemuan pertama membahas jenis-jenis tanah, sedangkan pertemuan ke-2 membahas sifat-sifat fisik tanah yang meliputi tekstur, struktur, pH, kandungan bahan organik tanah. Waktu praktikum menggunakan jam kuliah sebanyak 2 kali tatap muka namun berhubung waktunya tidak mencukupi, oleh mahasiswa, pelaksanaan praktikum dilanjutkan sendiri mengambil waktu di luar jam kuliah. Selesai kegiatan praktikum diikuti dengan evaluasi pada tatap muka berikutnya, sehingga siklus pertama ini menggunakan alokasi waktu 5 kali tatap muka atau jam kuliah termasuk evaluasi. Pada pembelajaran ini dibentuk 8 kelompok yang terdiri dari 4 mahasiswa pada tiap kelompoknya. Pembentukan tiap kelompok didasarkan pada tes bekal awal, dengan asumsi bahwa hasil tes tersebut dapat mempresentasikan / menggambarkan kemampuan mahasiswa sebenarnya secara akademik Siklus I terdapat 4 kali tatap muka yaitu 2 kali penyampaian materi, dan 2 kali praktikum. Pada setiap tatap muka dilakukan penilaian terhadap setiap aspek dengan skor 1, tanpa melihat frekuensi kejadian pada setiap aspek. Dengan demikian dalam satu kali tatap muka masingmasing mahasiswa maksimal dapat memperoleh skor 4 dari dosen dan 4 dari teman sejawatnya. Berhubung dalam satu kelompok terdapat 3 teman sejawat maka skor yang diambil adalah skor JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
134 dari teman sejawat yang memberi nilai paling tinggi. Karena dalam siklus I terdapat 4 kali tatap muka, maka skor mahasiswa dalam satu siklus sebanyak-banyaknya adalah 32. Berdasarkan skor yang diperoleh maka dapat dibuat tingkat aktivitas mahasiswa seperti berikut : Skor kurang dari 9 : kurang; Skor 9 - 16 : sedang Skor 17 – 24 : baik Skor 25 – 32 : Sangat baik Skor yang diperoleh oleh masing-masing mahasiswa dari hasil penilaian terhadap aktivitas mereka dalam mengikuti pembelajaran praktikum belum memuaskan, sebagian besar memperoleh skor yaitu 62,5% criteria sedang, sisanya 37,505 mempunyai kriteria baik. Padaumumnya mahasiswa kurang aktif karena belum siap sehingga berbagai pendapat, pertanyaan belum disiapkan pada waktu diskusi, begiru pula dengan jawababn dari pertanyaan yang diajukan lebih banyak tidak dijawab. Prestasi yang dicapai mahasiswa pada siklus I belum menggembirakan. Hal ini terbukti dari 32 mahasiswa yang menjawab soal tes dengan jawaban benar 75% atau lebih hanya 6 mahasiswa atau (18,75%), sisanya (81,25%) menjawab soal tes dengan benar sebanyak 13 -17 soal (54,17% - 70,83%). Dibanding dengan tes bekal awal, rata-rata jika dinyatakan dalam persen peningkatannya sebesar 224,45%. Namun demikian kenaikan tersebut belum mencapai target yang diinginkan yaitu 75%. Mahasiswa hanya dapat menjawab soal rata-rata sebanyak 15,9 dari 24 soal, atau baru 66,25%. Secara individual peningkatan prestasi tidak banyak, yaitu berkisar 9 paling sedikit sampai 14 paling banyak. Jika dilihat secara kelompok, rata-rata peningkatan prestasi masing-masing kelompok, tidak banyak berbeda, peningkatan prestasi paling rendah diperoleh kelompok II dengan rata-rata peningkatan prestasi 9,5 dan paling tinggi kelompok VIII dengan rata-rata peningkatan prestasi 11,75%. Kelompok VIII ini ternyata merupakan kelompok yang hasil tes bekal awalnya paling rendah, namun dengan usaha kerasnya telah mengalami peningkatan paling besar sehingga mencapai posisi teratas di kelasnya. Refleksi pada siklus pertama, yang perlu diperhatikan adalah sebaiknya dosen lebih membaur dengan mahasiswa dan memberikan tutorial pada kelompok akan mendapat perhatian pada siklus II. Siklus II ini membahas materi pokok tentang Erosi Tanah yang dilaksanakan pada 2 kali tatap muka, 2 kali praktikum dan sekali tes Formatif. Tatap muka dengan mahasiswa membahas tentang teori-teori yang diikuti dengan diskusi, sedangkan praktikum ditekankan JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
135 pada prosedur perhitungan erosi tanah dengan data pengukuran yang telah disiapkan, dan masing-masing kelompok menggunakan data yang berbeda. Pelaksanaan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan langkah-langkah yang sama seperti pada siklus I. Dengan pertimbangan tes formatif pada siklus I menghasilkan prestasi yang tidak begitu banyak berbeda, maka pada siklus II, pembelajaran ini telah mengubah anggota kelompok. Hasil obserbvasi tentang aktivitas mahasiswa pada pembelajaran siklus II yang kegiatan pembelajarannya
dilaksanakan sebanyak 4 kali tatap muka
kegiatan diluar kelas dan
laboratorium. Kinerja mahasiswa masih belum memuaskan, karena belum ada mahasiswa yang mencapai criteria sangat baiak, meskipun tidak ada yang mencapai kriteria kurang. Skor yang diperoleh setiap mahasiswa terdapat 18 orang (56,25%) mencapai kriteria baik, sisanya 14 mahasiswa (43,75%) mencapai kriteria sedang. Dibanding siklus I, terdapat sedikit peningkatan partisipasi mahasiswa. Hasil tes formatif pada siklus II semua mahasiswa mengalami peningkatan prestasi. Prestasi yang dicapai dalam pembelajaran siklus II cukup menggembirakan karena terdapat 9 mahasiswa yang telah berhasil menjawab soal lebih dari 75% soal yang diberikan dengan benar. Sementara yang lain baru dapat menjawab soal dengan benar antara 7 sampai 9 soal dari 13 soal yang diberikan. Namun demikian prestasi ini masih perlu ditingkatkan karena masih terdapat 23 mahasiswa (71,875%) yang belum mencapai prestasi seperti di inginkan yaitu menjawab soal dengan benar minimal sebanyak 75% soal yang diberikan. Mereka rata-rata baru dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 8 – 9 soal atau 8,72 (67,08%). Oleh karena itu mahasiswa tersebut masih memerlukan tindakan lain agar supaya lebih tinggi prestasinya, baik oleh dosen maupun temannya. Melihat prestasi yang diperolehnya diperkirakan tidak terlalu sulit usaha yang harus dilakukan untuk lebih meningkatkan prestasi sesuai dengan target yang diinginkan. Secara individual tidak ada perbedaan prestasi yang cukup mencolok diantara para mahasiswa, jawaban benar yang mereka peroleh antara yang paling sedikit dengan yang paling banyak hanya berbeda 4 butir soal yaitu antara 7 sampai 11 soal yang dijawab benar. Dibandingkan dengan siklus I, mahasiswa yang mendapatkan prestasi terbaik pada siklus II tidak mengalami perubahan, mahasiswa yang mendapat prestasi baik pada siklus I sebanyak 6 mahasiswa, tetap mempertahankan eksistensinya pada pembelajaran siklus II. Bahkan pada JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
136 siklus II mendapatkan tambahan sebanyak 3 mahasiswa dengan prestasi baik. Jika dilihat secara kelompok, rata-rata peningkatan prestasi masing-masing kelompok tidak banyak berbeda yaitu berkisar antara 7,25 sampai 8,50. Rata-rata peningkatan prestasi paling rendah dialami oleh kelompok II, sedangkan paling tinggi dialami oleh kelompok III. Dibandingkan dengan rata-rata peningkatan prestasi pada siklus I, pada siklus II ini mengalami pergeseran, terendah masih tetap dialami oleh kelompok II, tertinggi dialami oleh kelompok IV yang dulunya oleh kelompok VIII, sementara kelompok yang lain juga mengalami pergeseran. Rfleksi, tentang permintaan tutorial dilakukan oleh dosen sendiri, untuk sementara perlu mendapat pertimbangan, karena mungkin mahasiswa ada rasa kurang percaya terhadap teman sendiri. Hal ini perlu dijelaskan bahwa kebenaran bias saja dating dari siapa saja tanpa melihat status. Siklus III, pembelajaran ini membahas materi pokok tentang Profil Tanah yang dilaksanakan pada 2 kali tatap muka didalam kelas, 1 kali diluar kelas berupa pengamatan lapangan di sekitar kampus, serta praktikum lapangan di luar kampus, dan dilanjutkan tes formatif. Pada praktikum lapangan di luar kampus, selain profil tanah juga praktikum pembuatan profil lereng dan pengamatan sifat-sifat tanah dan jenis tanah pada kondisi aslinya (bukan di laboratorium). Hal ini dimaksudakan untuk pengenalan lapangan yang sebenarnya dan permintaan mahasiswa yang menginginkan praktikum lapangan. Tatap muka dengan mahasiswa membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan horizon-horizon tanah yang dilanjutkan dengan diskusi, pengenalan lapangan di sekitar kampus dimaksudkan untuk pengamatan profil salah satu jenis tanah sedangkan praktikum dilapangan dimaksudkan untuk pengamatan profil jenis-jenis tanah lain dengan kondisi yang berbeda-beda sehingga dapat mengetahui berbagai macam profil tanah, disamping itu juga melakukan pengukuran lereng yang tidak mungkin dilakukan di kampus dan sifat-sifat tanah yang di ukur secara kualitatif. Langkah-langkah Pelaksanaan pembelajaran siklus III ini tidak jauh berbeda dengan siklus I dan II. Pembentukan kelompok pada siklus III ini didasarkan pada hasil tes formatif pada siklus II. Prosedur pembentukan kelompok pada siklus III ini sama dengan prosedur pembentukan kelompok pada siklus I.. Observasi partisipasi aktivitas mahasiswa sedikit berbeda, karena jumlah pertemuannya 5 kali. Dengan demikian skor yang diperoleh setiap
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
137 mahasiswa selama mengikuti pembelajaran minimal 0 dan maksimal 40, kriterianya sebagai berikut: Skor Skor Skor Skor
: : : :
0 – 10 = kurang 11 – 20 = sedang 21 – 30 = baik 31 – 40 = sangat baik
Hasil observasi aktivitas mahasiswa selama siklus III relative baik. Jumlah mahasiswa yang mempunyai kriteria sangat baik berjumlah 15,625%, sedangkan yang termasuk kriteria baik sebanyak 53,125%, yang termasuk kriteria sedang sebanyak 31,25%, dan tidak ada mahasiswa yang termasuk kriteria kurang. Dibandingkan dengan siklus sebelumnya, pada pembelajaran siklus III ini terjadi peningkatan aktivitas mahasiswa, lebih banyak mahasiswa yang mulai berani mengajukan pertanyaan dan memberi jawaban meskipun jawaban yang diberikan kadang-kadang kurang tepat, begitu pula dengan pendapat-pendapat yang sering dilontarkan mahasiswa. Kerjasama antar mahasiswa tampak lebih jauh meningkat terutama pada waktu praktikum di luar kampus yang karena situasinya harus bekerja sama dengan baik. Namun masih terdapat 2 kelompok yaitu kelompok I dan IV, yang partisipasinya kurang begitu menggembirakan terutama dari aspek memberikan pendapat dan memberi jawaban pertanyaan. Hasil tes formatif pada siklus III, diketahui rata-rata jumlah soal yang dijawab dengan benar cukup bagus yaitu 8 lebih dari soal sebanyak 10 buah. Dengan melihat jumlah soal yang di jawab dengan benar oleh mahasiswa adalah 8 atau lebih diperoleh mahasiswa sebanyak 25 mahasiswa atau sebanyak 78,125% berarti telah mencapai ketuntasan belajar, khususnya dalam pembelajaran siklus III. Namun masih terdapat 6 mahasiswa atau 18,75% yang belum mencapai ketuntasan belajar, dalam hal ini pada mahasiswa tersebut dilakukan tutorial yang pelaksanaannya adalah mahasiswa yang ditunjuk dosen yakni mahasiswa yang telah mencapai prestasi sempurna atau yang telah menjawab soal dengan hasil maksimal. Waktu tutorial diadakan diluar jam tatap muka yang telah disetujui oleh mahasiswa baik tutor maupun peserta tutorial. Dibandingkan dengan nilai tes bekal awal, perolehan nilai tes formatif pada siklus III ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dari rata-rata tes bekal awal dengan jawaban benar 1,34 meningkat menjadi 8,12 dari sebanyak 10 soal yang diberikan, dengan demikian
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
138 terdapat kenaikan rata-rata sebanyak 6,81 jawaban yang benar, suatu jumlah peningkatan yang cukup besar. Apabila dilihat secara kelompok, antara kelompok yang saru dengan kelompok yang lain rata-rata peningkatannya tidak terpaut banyak atau hampir seimbang dengan rata-rata peningkatan secara kelompok paling rendah adalah 6,25 dan paling tinggi 7,0. Dibandingkan dengan tes bekal awal terdapat peningkatan jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar soal-soal yang diberikan cukup baik dari rata-rata 4,3 mahasiswa pada tes bekal awal menjadi 26,2 pada tes formatif. Terjadi peningkatan rata-rata 21,9 mahasiswa atau 609,30% mahasiswa yang mampu menjawab soal dengan benar, setelah mengikuti pembelajaran siklus III. Meskipun terjadi kenaikan jumlah mahasiswa yang menjawab soal dengan benar, masih terdapat beberapa butir soal yang perlu mendapat perhatian yaitu nomor III.4, III.5, III.8, III.10, karena jumlah mahasiswa yang menjawab dengan benar butir soal tersebut masing-masing masih kurang dari 75%. Soal-soal tersebut oleh beberapa mahasiswa mungkin masih dianggap sulit sehingga diperlukan langkah tertentu untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa. Hasil refleksi pada siklus ke III menunjukkan bahwa tanggapan mahasiswa semakin positif terhadap pembelajaran dengan metode kooperatif STAD, namun masih ada juga mahasiswa yang merasa tidak berkenan mengikuti metode pembelajaran ini. Pembahasan Belum optimalnya hasil belajar yang dicapai mahasiswa pada tahun sebelumnya dimungkinkan karena belum optimalnya pemanfaatan media dan metode pembelajaran yang diterapkan. Biasanya masih menggunakan cara klasikal yaitu dosen menerangkan dan mahasiswa mendengarkan tanpa aktivitas lain yang dapat mengoptimalkan kemampuan mahasiswa. Dalam pembelajaran Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan dengan metode kooperatif STAD dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Hasil akhir dari kegiatan ini yang diterapkan pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi angkatan tahun 2003 lebih baik daripada hasil belajar pada mahasiswa tahun-tahun sebelumnya.
Namun
demikian hasilnya belum maksimal, karena pada tes-tes formatif pada akhir setiap siklus keberhasilan mahasiswa belum mencapai 75%. Artinya mahasiswa yang mencapai keberhasilan (menjawab soal dengan benar) lebih dari 75% soal kurang dari 75% mahasiswa peserta pembelajaran.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
139 Melihat partisipasi atau aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran yang baik dan media belajar yang digunakan serta metode belajar yang mengharuskan kerja sama antar mahasiswa tanpa tergantung pada dosen, dimungkinkan terdapat factor lain yang menyebabkan. Faktor lain tersebut kemungkinan dari diri mahasiswa itu sendiri yaitu kemampuan atau kurang adanya komunikasi yang baik antar mahasiswa dalam kelompok masing-masing. Indikator yang menunjukkan hal itu adalah sebagian besar mahasiswa berasal dari SMA jurusan IPS dan banyaknya kesulitan yang mereka alami ketika membahas materi erosi tanah, dan pembuatan profil lereng yang lebih banyak memerlukan perhitungan-perhitungan matematik. Mereka belum terbiasa dengan hal itu sehingga cukup lama untuk mengerjakannya dan meminta tambahan waktu untuk mengulang-ulang pembelajarannya. Faktor yang lain misalnya adalah kurangnya komunikasi yang baik antar mahasiswa dalam kelompok, dalam hal ini bukan mahasiswanya yang tidak dapat berkomunikasi namun tidak adanya informasi yang perlu disampaikan kepada teman satu kelompok. Jika terdapat salah satu mahasiswa yang menonjol kemampuannya dapat dipastikan akan ditularkan kepada teman laininformasi yang dipunyainya. Pada tes-tes formatif yang dilakukan menunjukkan bahwa di dalam
satu
kelompok lebih banyak kelompok yang kemampuan tiap anggotanya berimbang. Hal ini berarti tidak terdapat mahasiswa yang kemampuannya sangat menonjol sehingga tidak ada tambahan pengetahuan yang dapat diperolehnya. Didalam pembagian kelompok yang menggunakan dasar tes bekal awal, kemampuan tiap anggota kelompok hanya tipis perbedaanya sehingga setelah proses pembelajaran kemungkinan besar juga terjadi seperti itu. Gagne (dalam Enoh, 1987) menjelaskan bahwa factor dari dalam merupakan dimensi siap tidaknya siswa menerima perubahan. Ketrampilan atau pengetahuan awal yang cukup dapat meningkatkan pengetahuan atau ketrampilan. Sementara itu pengetahuan awal yang dimiliki oleh mahasiswa relatif rendah, hal ini dapat dilihat pada tes bekal awal yang masih rendah yaitu rata-rata mahasiswa hanya mampu menjawab soal dengan benar sebanyak 7 soal dari 47 soal yang diberikan. Hal ini merupakan salah satu indikator kemampuan mahasiswa yang dapat mempengaruhi siap tidaknya mahasiswa menerima perubahan. Materi tes bekal awal yang dibuat, sebenarnya sudah banyak diberikan pada matakuliah Geografi Tanah semester sebelumnya sehingga pada proses pembelajaran Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan sifatnya mengulang materi kecuali materi pokok Pembuatan Profil Lereng dan Profil Tanah, namun hasil tes tidak memuaskan.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
140 Meskipun hampir semua mahasiswa merasa senang melaksanakan proses pembelajaran kooperatif dengan STAD ternyata belum begitu banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan mahasiswa. Barangkali rasa senang mahasiswa belum meningkatkan motivasi mereka untuk belajar secara mandiri di luar tatap muka. Terjadi peningkatan partisipasi / aktivitas mahasiswa selama pelaksanaan pebelajaran kooperatif dengan STAD dari siklus I sampai siklus III. Hal ini seiring dengan peningkatan jumlah mahasiswa yang menjawab soal dengan benar dari siklus I sampai siklus III. Jika pada siklus I, peningkatan jumlah jawaban benar dari tes bekal awal ke tes formatif siklus I relatif kecil, pada siklus II dan siklus III selalu meningkat dimana peningkatan jawaban benar paling besar pada siklus III. Dengan demikian aktivitas mahasiswa dapat dijadikan tolok ukur tingkat kemajuan atau keberhasilan pembelajaran khususnya pada metode pembelajaran kooperatif STAD. Secara umum tanggapan yang diberikan selama pembelajaran dari siklus I sampai dengan siklus III semakin positif, kemungkinan karena manfaat yang mereka peroleh, disamping memperoleh hasil belajar yang semakin baik juga memperoleh manfaat lain yang sangat menguntungkan misalnya interaksi dengan mahasiswa yang hasilnya dapat mereka rasakan seperti yang mereka kemukakan dalam beberapa tanggapan. KESIMPULAN Berdasarkan temuan studi dan pembahasan, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa, hasil tes bekal awal yang dimiliki mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran Prasktikum Geografi Tanah dan Konservasi Lahan pada umumnya rendah. Namun setelah menerapkan metode kooperatif STAD
dengan menggunakan buku ajar dan lembaran kerja dalam
pelaksanaan Praktikum Geografi Tanah dan Konservasi lahan, mengalami peningkatan relatif tinggi, pada setiap siklus dibandingkan dengan tes bekal awal. Hal ini dari 32 mahasiswa yang menjawab benar soal tes dengan jawaban benar 75%, hanya 6 mahasiswa atau 18,75%, sisanya 26 mahasiswa atau (81,25%) belum menjawab dengan benar. Pada siklus II terdapat 9 mahasiswa atau 28,125% menjawab benar soal tes dengan jawaban benar 75%, sisanya 23 mahasiswa atau 71,125% belum menjawab dengan benar. Pada siklus III terdapat 25 mahasiswa atau 78,125 menjawab dengan benar dengan jawaban benar 75%, sisanya 7 mahasiswa atau 21,875% belum menjawab dengan benar. Selama pembelajaran dari siklus I hingga siklus III terjadi peningkatan aktifitas mahasiswa. Silkus I yang memperoleh skor kriteria baik (37,50%), kriteria sedang (62,50%), siklus II yang memperoleh skor kriteria baik (56,25%), kriteria sedang (43,75%), dan siklus III yang memperoleh skor kriteria sangat baik JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
141 (15,625%), kriteria baik (53,125%) dan kriteria sedang (31,25%). Tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan metode kooperatif STAD mulai dari siklus I sampai dengan siklus III positif, sebagian besar (90,625%) menyatakan metode kooperatif STAD dapat mempermudah pemahaman terhadap materi pembelajaran. Sedangkan saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu: dalam upaya peningkatan mutu perkuliahan dan peningkatan prestasi belajar mahasiswa, seyogyanya para dosen tidak menggunakan metode yang konvensional, tetapi menggunakan pembelajaran interaktif, multi metode dan multi media, dengan pendekatan kontekstual, dan menggunakan sistem penilaian yang berkesinambungan, salah satu diantaranya adalah penerapan metode
pembelajaran
kooperatif STAD. DAFTAR PUSTAKA Ditjen Dikdasmen, Direktorat PLP. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas. Enoh, Mochamad. 1987. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: FPIPS IKIP Surabaya. Enoh, Mochamad, dkk. 2004. Optimalisai Penggunaan Peta Dalam Pembelajaran Geografi Di SMA Berdasarkan Kurikulum 2004 (KBK). Makalah disampaikan dalam Work Shop Dengan Tema Pemasyarakatan Survei Dan Pemetaan. Dilaksanakan atas Kerjasama Antara Bakosurtanal dengan Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNESA, Tgl 23 September 2004 di FIS UNESA Surabaya. Gagne, R.M. 1975. Essentials of Learning for Instruction. New York: Hart Renerhart and Winston. Nur, Mohamad. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Edisi 4 Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Universitas Negeri Surabaya. 2003. Buku pedoman Fakultas Ilmu Sosial
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014