PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGHITUNG DANA KAS KECIL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING Rahmawaty SMK Negeri 1 Tarakan ABSTRACT The purpose of this research is to know the increasing of learning outcomes in petty cash counting, to know the activity of teacher and student by applying direct learning model with problem approach of class X accounting 2 in SMK Negeri 1 Tarakan, second semester of academic year 2013/2014. This type of research is classified in classroom action research (CAR) by applying direct learning model with problem posing approach. The instrument for collect data consist of observation, documentation and test. Data analysis use descriptive analysis and qualitative analysis consist of analysis items, analysis of teacher’s activity, student’s activity analysis and outcomes learning’s analysis. The result of analysis showed fluctuating in good category , observation of teacher activity in cycle 1 was 3.8% , cycle 2 was 3.7% , cycle 3 was 3.9 % while in observation of student activity in cycle 1 was 3.8% , cycle 2 was 3.7% and cycle 3 was 3.9%. Classical completeness in cycle 1 was 94 % , cycle 2 was 88% and cycle 3 was 97 %. Based on the result of this research is concluded that, the direct learning model by problem posing approach eligible to improvement of student learning outcomes in petty cash counting
Key word: Direct learning model, problem posing and outcomes learning Menghitung dana kas kecil merupakan ditunjukkan melalui nilai rata-rata hasil ulangan salah satu kompetensi dasar kejuruan yang harian siswa sebesar 71, nilai tersebut berada diberikan kepada siswa dengan harapan kelak dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mampu melakukan pekerjaan pencatatan dan yaitu sebesar 75. pelaporan dana kas kecil. Hal ini sesuai dengan Beberapa kelemahan yang diidentifikasi isi Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 terkait dengan hasil belajar tersebut adalah tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal dalam memproses dokumen dana kas kecil ada 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan dua metode yang bisa digunakan yaitu Metode Penjelasan Pasal 15 yang menyebutkan bahwa dana tetap dan Metode dana tidak tetap (Giri, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan 2012:109). Masing-masing metode mempunyai menengah yang mempersiapkan peserta didik langkah-langkah penyelesaian tersendiri yang terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. harus dihapal dan dipahami oleh siswa. Tentunya ada metode yang langkah-langkah penyelesaian nya mudah diingat dan ada juga yang sulit.
Berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa dalam proses pembelajaran dikelas, siswa mengalami kesulitan menentukan antara transaksi pemakaian kas kecil dengan pengisian kembali kas kecil yang harus dimasukkan dalam pencatatan jurnal sesuai dengan metode dalam instruksi soal. Kesalahan dalam pencatatan di jurnal akan mempengaruhi informasi dana kas kecil yang akan dilaporkan. Hambatan ini berdampak pada hasil belajar siswa yang
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa diantaranya pembelajaran yang berlangsung masih secara konvensional dimana pembelajaran dimulai dari penyajian materi kemudian diberikan contoh soal yang dilanjutkan dengan latihan soal. Siswa menyelesaikan masalah/soal yang diberikan oleh guru. Sampai akhir proses pembelajaran 79
dikelas hanya terpusat pada guru. Proses pembelajaran yang meminimal kan keterlibatan siswa menyebabkan kecenderungan siswa lebih banyak menunggu informasi pengetahuan guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap yang mereka butuhkan. Proses pembelajaran seperti ini berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal.
dan aktif berfikir lebih banyak diberikan kepada siswa. Pendekatan ini dimaksudkan untuk member kan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan mengembangkan kemampuan berfikir akuntansi secara deklaratif dan procedural berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru serta mengupayakan agar pembelajaranyang terpusat pada guru berubah menjadi terpusat pada siswa.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih pendekatan yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun social. Menurut Thobroni dan Mustafa ( 2011:343), definisi mengajar di negara-negara yang sudah maju “Teaching is the guidance of learning ( mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar)”. Definisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar siswa sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berfikir lebih banyak diberikan kepada siswa.
Sejalan dengan upaya peningkatan mutu dan hasil belajar akuntansi yang terus digalakkan maka penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing dalam proses pembelajaran dipandang relevan. Selanjutnya dengan penerapan model pembelajaran ini akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendukung proses diatas adalah pembelajaran akuntansi dengan pendekatan problem posing yang disisipkan dalam model pembelajaran langsung. Pemilihan pembelajaran langsung karena pembelajaran langsung membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, merangsang siswa berfikir terutama pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran akuntansi yang menekankan pada pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural.
Hasil belajar
Pendekatan problem posing dalam pembelajaran menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa dan mengalami proses belajar juga siswa sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat 80
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar menghitung dana kas kecil? Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar menghitung dana kas kecil
Menurut Wahidmurni (2010:28) untuk memperoleh informasi keberhasilan belajar peserta didik dibutuhkan alat untuk mengumpulkan data disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Instrumen ini dapat kita bagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan , pasal 22 ayat 1 dan 2 menyatakan penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai . Teknik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik , penugasan perseorangan atau kelompok.
Model Pembelajaran langsung Model pengajaran langsung (Arends, 2008:294-295) yang dimaksudkan untuk membantu siswa mempelajari berbagai keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan selangkah-demi selangkah. Model pengajaran langsung agak mudah dan dapat dikuasai dalam waktu relatif pendek. Pengajaran langsung dapat dideskripsikan dalam kaitannya dengan tiga fitur :1) Tipe hasil belajar yang diharapkan, 2) Sintaksis atau aliran kegiatan instruksionalnya secara keseluruhan, 3) Lingkungan belajarnya.
Silver & Cai (dalam Zulkifli,2003:15), yaitu: 1)Pengajuan soal sebelum solusi (pre solution) yaitu siswa membuat soal atau merumuskan soal dari informasi yang didapatkan, perumusan soal dilakukan sebelum menyelesaikan masalah; 2) Pengajuan soal saat solusi (within solution posing) yaitu merumuskan atau membuat pertanyaan/ soal kembali ketika sedang menyelesaikan soal/ masalah; 3) Pengajuan soal setelah solusi (post solution posing) yaitu merumuskan/membuat soal setelah menyelesaikan suatu masalah/soal, informasi diperoleh terlebih dahulu dimodifikasi tujuan atau kondisi soal/masalah yang telah
Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2011:42), Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan
Metode pencatatan transaksi dana kas kecil
dengan kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu sedangkan pengetahuan procedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran akuntansi yang menekankan pada pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural. Problem posing sebagai pendekatan dalam pembelajaran akuntansi Pengajuan masalah (Problem posing) menurut Brown dan Walter (dalam Thobroni dan Mustofa, 2011:345) tentang pengajuan masalah terdiri dari dua aspek yaitu Accepting (menerima) dan Challenging (menantang). Accepting berkaitan dengan kegiatan dimana siswa menerima tugas telah ditentukan sementara Challenging berkaitan dengan sejauhmana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan sehingga melahirkan kemampuan untuk mengajukan masalah atau soal. Langkah-langkah pembelajaran akuntansi dengan menggunakan pendekatan Problem posing yaitu: 1)Memahami soal, 2)Merencanakan langkah penyelesaian soal, 3)Menyelesaikan soal tersebut Problem posing yang diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif yang berbeda
diselesaikan untuk membuat masalah/soal baru.
Menurut Giri (2012:109), ada dua metoda pencatatan transaksi dana kas kecil yaitu sistem dana berfluktuasi (Fluctuating fund system) dan sistem dana tetap (Imprest fund system). Sistem Dana Berfluktuasi, jumlah dana kas kecil yang dibentuk dapat berubah-ubah artinya jumlah kas kecil yang dibentuk dapat berbeda dari jumlah kas awal yang pernah dibentuk sebelumnya. Pencatatan yang diperlukan dalam sistem dana berfluktuasi adalah saat pembentukan dan saat penggunaan dana kas kecil. Jika pada akhir periode akuntansi tidak dilakukan pengisian kembali, jurnal penyesuaian tidak perlu dibuat namun demikian penyesuaian perlu dilakukan apabila terjadi perbedaan antara hasil pemeriksaan kas dan dana kas kecil yang benarbenar ada. Sistem Dana, akun dana kas kecil yang dibentuk jumlahnya selalu tetap. Oleh karena itu, pendebitan rekening kas kecil cukup dilakukan sekali yaitu pada saat kas kecil dibentuk, kecuali kebijakan manajemen menetapkan untuk mengubah jumlah kas kecil. Penggunaan dana kas kecil dicatat bersamaan dengan pengisian kembali dana kas kecil yang telah digunakan. Pengawasan terhadap dana kas kecil dilakukan 81
dengan cara mengumpulkan semua bukti-bukti pengeluaran. Bukti-bukti pengeluaran yang dikumpulkan menjadi dasar untuk mencatat pengisian kembali dana kas kecil. Pencatatan yang diperlukan dalam sistem dana tetap ada tiga tahapan yaitu saat pembentukan, saat penggunaan dan saat pengisian kembali dana kas kecil.
bertugas untuk mengamati dan mengisi lembar observasi dan menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah disiapkan peneliti. 4) Tahap Refleksi, refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi antara pengamat dengan guru tentang berbagai masalah yang muncul. Tahap refleksi ini digunakan sebagai tolok ukur untuk melakukan revisi di siklus berikutnya.
METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1) Pengamatan/ Observasi
Penelitian yang dirancang sebagai penelitian tindakan kelas (Classroom Action research) yang merupakan subyek penelitian adalah guru mata pelajaran memproses dokumen dana kas kecil dan siswa kelas X Akuntansi 2 yang berjumlah 34 orang, semester genap tahun pembelajaran 2012/2013 SMK Negeri 1 Tarakan. Tempat penelitian di SMK Negeri 1 Tarakan yang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro Kelurahan Pamusian Kecamatan Tarakan Tengah. Penelitian dilakukan bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Maret 2013. Menurut Asrori (2007:103), prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap dan minimal 2 siklus hingga siklus berikutnya tergantung pada hasil refleksi. Prosedur atau tahapan penelitian tindakan kelas (PTK), meliputi :1) Tahap Perencanaan, menyusun rancangan pembelajaran (Silabus, RPP, Bahan ajar dan LKS) yang sesuai dengan materi bukti/ dokumen pemakaian dana kas kecil, membuat lembar observasi dan membuat lembar penilaian. 2)Pelaksanaan Tindakan, melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran. Proses belajar mengajar dilaksanakan 2x45 menit dengan materi bukti/dokumen pemakaian dana kas kecil melalui model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing (MPL fase ketiga dan kelima). 3)Tahap Observasi, pada saat proses belajar mengajar berlangsung, pengamatan dilakukan oleh observer yang 82
2)Dokumentasi, 3) Tes yang memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Instrumen dalam penelitian dibuat untuk membantu mempermudah memperoleh dan mengorganisasikan data. Data tersebut dapat dilihat pada lembar pengamatan yang telah dipersiapkan sebagai berikut: 1) Lembar pengamatan aktivitas guru, 2) Lembar pengamatan aktivitas siswa, 3) Lembar tes hasil belajar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan model analisis yang sesuai dengan karakter data dan tujuan pengambilan data. Analisis terhadap lembar aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan Skala Likert. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis diskriptif kuantitatif, selanjutnya hasil analisis data tersebut dijabarkan menggunakan analisis diskriptif kualitatif untuk memperoleh pernyataan yang menggambarkan kualitas dari angka-angka yang ada. Persentase aktivitas guru dihitung dengan menggunakan rumus: P=
x 100%
(Ibrahim, 2005) Keterangan: P : persentase aktivitas guru ∑A : jumlah aspek aktivitas guru
∑N : jumlah keseluruhan aspek yang diamati Deskripsi aktivitas guru ditentukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan kriteria aktivitas guru adalah sebagai berikut : 0% < P < 25% : aktivitas sangat kurang 25% ≤ P < 50% : aktivitas kurang
KBI
: Tuntas
KBI
: Tidak tuntas
Ketuntasan Klasikal, perhitungan Prosentase untuk ketuntasan secara klasikal sama dengan ketuntasan secara individual dapat digunakan rumus sebagai berikut:
50% ≤ P < 75% : aktivitas baik 75% ≤ P ≤ 100%: aktivitas sangat baik
KBK =
(Ibrahim, 2005) Analisis data aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar diperoleh untuk mengetahui aktivitas siswa dalam KBM. Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis diskriptif kuantitatif, selanjutnya hasil analisis data tersebut dijabarkan menggunakan analisis diskriptif kualitatif untuk memperoleh pernyataan yang menggambarkan kualitas dari angka-angka yang ada. Berdasarkan rata-rata penilaian dua pengamat pada tiap-tiap kategori yang diamati, untuk setiap rencana pembelajaran akan ditentukan persentasenya (P), dengan rumus: Rata − Rata dari Dua Pengamat x 100% P = Jumlah Pengamatan
(Rouf A , 2012) Analisis data tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Dari data tes hasil belajar siswa dilakukan dengan beberapa analisis sebagai berikut: Perhitungan prosentase untuk ketuntasan secara individual dapat digunakan rumus sebagai berikut:
x 100% (SMK Negeri 1 Tarakan) Keterangan: KBI
: Ketuntasan Belajar Individual
(SMK Negeri 1 Tarakan) Keterangan: KBK : Ketuntasan Belajar Klasikal KBK KBK
: Tuntas 75 : Tidak tuntas
HASIL PENELITIAN Aktivitas guru dalam pembelajaran yang dimulai dengan kegiatan pendahuluan, inti dan penutup merupakan aspek yang diamati untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas. Hasil pengamatan aktivitas guru menunjukkan siklus 1 dengan jumlah 100 skor rata-rata 3,8 persentase 96% kategori aktivitas sangat baik , siklus 2 dengan jumlah 97 skor rata-rata 3,7 persentase 93% dan kategori aktivitas sangat baik dan siklus 3 dengan jumlah 102 skor rata-rata 3,9 persentase 98% kategori aktivitas sangat baik . Aktivitas guru tersebut menunjukkan berfluktuasi, mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 2,6% namun demikian pada siklus 3 mengalami peningkatan sebesar 5,4%. Aktivitas siswa dalam pembelajaran meliputi membaca, mencatat, mendengarkan penjelasan guru, interaksi dengan guru dan siswa lainnya, siswa terdorong menggunakan kemampuan untuk berfikir kreatif, siswa mengerjakan latihan terbimbing, membuat problem posing, siswa belajar dalam keadaan antusias, siswa mempunyai kesempatan 83
mengemukakan pendapat dan mendengarkan penilaian guru dan menerima tugas rumah atau PR merupakan aspek yang diamati untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas. Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan siklus 1 dengan jumlah 76 skor rata-rata 3,8 kategori cukup baik, siklus 2 dengan jumlah 72 skor rata-rata 3,6 kategori cukup baik dan siklus 3 dengan jumlah 77 skor rata-rata 3,9 kategori cukup baik. Aktivitas siswa tersebut menunjukkan berfluktuasi, mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 5,3% namun demikian pada siklus 3 mengalami peningkatan sebesar 8,3%. Data hasil belajar siklus1 menunjukkan 32 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas serta ketuntasan klasikal sebesar 94% dengan ratarata kelas sebesar 88. Siklus 2 menunjukkan 30 siswa tuntas dan 4 siswa tidak tuntas serta ketuntasan klasikal sebesar 88% dengan ratarata kelas sebesar 90. Siklus 3 menunjukkan 33 siswa tuntas dan 1 siswa tidak tuntas serta ketuntasan klasikal sebesar 97% dengan ratarata kelas sebesar 94.
PEMBAHASAN Aktivitas guru melalui pembelajaran langsung pendekatan problem posing
model dengan
Pengamatan kegiatan belajar mengajar guru pada siklus 1 menunjukkan aspek yang diamati dengan skor rata-rata 3,8 kategori cukup baik dengan persentasi sebesar 96%. Kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran memperoleh skor 4,0 berarti aspek kegiatan yang diamati berjalan dengan baik sesuai dengan RPP. Beberapa aktivitas guru pada kegiatan inti menunjukkan skor rata-rata 4,0 yaitu aktivitas mempresentasikan pengetahuan deklaratif mengenai bukti atau dokumen yang digunakan dalam transaksi dana kas 84
kecil baik yang dikeluarkan oleh internal perusahaan maupun bukti-bukti transaksi dari luar perusahaan kemudian dilanjutkan dengan mendemonstrasikan pengetahuan prosedural mengenai pencatatan bukti/dokumen pemakaian dana kas kecil langkah demi langkah, aktivitas ini berjalan dengan baik karena suasana kelas tertib, bahan ajar dan fasilitas LCD membantu guru dan siswa fokus dengan pokok bahasan. Aktivitas guru tersebut diatas memperoleh skor 4,0 berarti aspek yang diamati berjalan dengan baik sesuai dengan RPP namun ada beberapa aktivitas dalam kegiatan inti dan penutup memperoleh skor kurang dari 4,0 sehingga refleksi pada siklus 1 adalah: 1) Pada saat latihan terbimbing, guru langsung memberikan latihan dengan pendekatan problem posing tanpa melihat kesiapan siswa, 2) Aktivitas mengoreksi tugas siswa menyita waktu lebih lama, 3) Ketika guru dan siswa bersama-sama merangkum pelajaran, suasana kelas belum tertib sehingga aktivitas kurang efektif. Hasil pengamatan tersebut diatas dipengaruhi beberapa faktor yaitu aktivitas guru membimbing siswa melatih pengetahuan prosedural melalui pendekatan problem posing yang di buat dalam lembar kerja siswa. Guru melihat dan mengarahkan siswa-siswa dalam menyusun soal. Kemampuan guru mengarahkan siswa digunakan secara maksimal karena soal dan langkah-langkah penyelesaian yang disusun siswa beragam dengan kemampuan siswa yang beragam pula. Ada siswa yang diberikan penjelasan singkat langsung mengerti namun ada juga yang harus berulang-ulang diberikan penjelasan kemudian mengerti. Memberikan pujian kepada siswa yang mampu menyelesaikan tugas latihan dengan baik dan bagi siswa yang belum menyelesaikan tugas diarahkan untuk memperbaiki kekurangan atau kesalahan. Aktivitas guru memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik diawali dengan saling
menukarkan LKS siswa. Guru memberikan penjelasan secara singkat tentang inti materi dan mekanisme kerja serta memberikan kesempatan kepada beberapa orang siswa untuk mempresentasikan jawaban temannya di depan kelas. Saat siswa mempresentasikan soal dan langkah penyelesaian, guru menilai apakah soal yang diajukan tersebut benar/salah, apakah sesuai dengan informasi yang ada, apakah dapat dipahami siswa lain kemudian guru merespon jawaban tersebut dengan memberikan pujian, mengarahkan bagi siswa yang memperbaiki kekurangan atau kesalahan. Sementara siswa lain melalui arahan guru, mengoreksi jawaban teman dan memberikan catatan atas jawaban yang kurang lengkap atau salah. Kemudian semua LKS dikumpulkan dan dikoreksi guru. Aktivitas mengoreksi tugas siswa yang beragam ternyata membutuhkan waktu yang lebih banyak sehingga guru tidak dapat segera mengembalikan pekerjaan siswa. Ketika guru dan siswa bersama-sama merangkum pelajaran, suasana kelas belum tertib. Suasana yang terjadi adalah setelah memeriksa pemahaman dan umpan balik pada siswa, guru terburu-buru membahas kesimpulan materi bukti pemakaian dana kas kecil namun ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan karena masih konsentrasi dengan LKS mengakibatkan aktivitas tersebut kurang efektif. Berdasarkan refleksi yang dilakukan guru dan tim pengamat maka revisi siklus berikutnya adalah: 1) Pada awal aktivitas latihan dengan problem posing, siswa diarahkan pada soalsoal sederhana tanpa menganggu keutuhan pengetahuan yang dipelajari, 2) Memperbaiki LKS dengan mempersiapkan format-format yang dibutuhkan sehingga siswa mudah paham dan lebih cepat menyusun dan menyelesaikan soal. 3) Upayakan suasana kelas yang kondusif sehingga guru dan siswa bersama-sama merangkum pelajaran dengan baik.
Temuan tersebut diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sabarata (2004:25), Saleh (2005:21) dan Zulkifli (2003:32) yang menyatakan kelemahan problem posing adalah menyita waktu yang cukup banyak bagi guru dalam membimbing dan menggoreksi pekerjaan siswa serta tidak semua murid trampil bertanya sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyusun soal. Pertemuan disiklus 2 membahas tentang metode pencatatan dana kas kecil. Materi metode pencatatan dana kas kecil merupakan materi lanjutan dari materi sebelumnya yaitu bukti/ dokumen pemakaian dana kas kecil sehingga memudahkan guru mengkaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu kemudian guru menyampaikan perbedaan materi ini dengan sebelumnya. Guru menjelaskan proses pembelajaran dengan pendekatan problem posing yang menarik perhatian siswa dan memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu. Guru menyampaikan dengan jelas mengapa mereka berpartisipasi dalam pembelajaran dan tujuan pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran dijelaskan kepada siswasiswa dengan cara menuliskannya di papan tulis dan bahan ajar. Aktivitas selanjutnya guru memberikan latihan terbimbing. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru dilakukan beberapa perbaikan yaitu: latihan terbimbing dilakukan 2 tahap di mulai dari soal yang sederhana kemudian dilanjutkan soal yang lebih sulit dengan cara sebagai berikut: 1)Guru bersama-sama siswa membahas transaksi 1 dan transaksi 2 dengan mencatat data tersebut ke buku kas kecil, jurnal metode dana tetap dan metode dana tidak tetap selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk melanjutkan pencatatan secara mandiri. 2) Tahap kedua, siswa diberikan kesempatan menyusun transaksi kemudian mencatat data tersebut ke buku kas kecil, jurnal metode dana tetap dan 85
metode dana tidak tetap secara mandiri. Perbaikan selanjutnya adalah dalam LKS 2 dibuatkan format buku kas kecil, format jurnal metode dana tetap dan format metode dana tidak tetap yang mencantumkan langkah-langkah penyelesaian soal sehingga memudahkan siswa memahami langkah-langkah penyelesaian latihan dengan pendekatan problem posing dan siswa lebih cepat menyelesaikan latihan karena tidak perlu lagi membuat format-format tersebut. Temuan tersebut diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan Distrik (2008:55) dan Sabarata (2004:23) yang menyatakan membimbing pelatihan, siswa sibuk melakukan kegiatan belajar sedangkan guru hanya memberikan bantuan atau hanya bimbingan kepada siswa yang memerlukan. Siswa diarahkan pada pemahaman sendiri dari pengalamanpengalaman baru berdasarkan pengalaman awal yang dimiliki siswa. Aktivitas guru di siklus 2 menunjukkan penurunan sebesar 2,6% ini terutama terlihat pada aspek guru memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik memperoleh skor rata-rata 3,0 kategori cukup baik. Penurunan dipengaruhi oleh aktivitas memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik pada siswa merupakan aktivitas yang membutuhkan waktu yang lebih lama khususnya waktu koreksi tugas siswa yang beragam dan ada beberapa siswa menyusun soal dan menyelesaikan dengan cara yang salah sehingga diberikan bimbingan ulang Hasil pengamatan aktivitas guru siklus 2 menunjukkan kategori cukup baik namun belum maksimal. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan guru dan tim pengamat maka revisi untuk siklus berikutnya adalah: 1)Memberikan perhatian penuh kepada siswa yang belum mampu membuat soal dengan membimbingnya dan mendorong penyelesaian soal dengan cara yang 86
berbeda. 2)Mengurangi dominasi guru dengan banyak meminta siswa aktif menyelesaikan tugas secara mandiri. 3)Guru dan siswa bersamasama mengoreksi tugas siswa dengan cara saling menukarkan LKS kemudian guru mengarahkan pada jawaban yang benar. Pada siklus terakhir, aktivitas guru dalam pembelajaran dengan materi selisih dana kas kecil melalui model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing menunjukkan mengalami peningkatan sebesar 5,4% dengan skor rata-rata 3,9 kategori cukup baik. Beberapa perbaikan dilakukan terkait dengan refleksi pada siklus sebelumnya. Langkah-langkah perbaikan tersebut adalah: 1)Memberikan perhatian penuh kepada siswa yang belum mampu membuat soal dengan membimbingnya dan mendorong menyelesaikan soal dengan cara yang berbeda. Berdasarkan pengalaman di siklus 2, guru mengetahui siswa-siswa yang perlu diberikan perhatian. Langkah awal bimbingan, guru bersama siswa membahas materi selisih dana kas kecil untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa dan kesulitan yang mereka alami kemudian diberikan penjelasan tentang konsep materi dengan kalimat yang lebih sederhana agar mudah dipahami dan siswa diberikan kesempatan bertanya. Selanjutnya kembali mengerjakan tugas yang ada di LKS. 2)Mengurangi dominasi guru dengan banyak meminta siswa aktif secara mandiri. Dalam lembar LKS telah dijelaskan apa saja yang harus dilakukan siswa dan bagaimana langkah-langkah penyelesaiannya sehingga siswa dapat langsung mengerjakan latihan setelah mendengarkan guru menjelaskan dan mendemonstrasikan materi selisih dana kas kecil serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 3) Guru dan siswa bersamasama mengoreksi tugas siswa dengan cara saling menukarkan LKS kemudian guru mengarahkan pada jawaban yang benar. Aktivitas memeriksa
pemahaman dan memberikan umpan balik kepada siswa mudah dilakukan karena guru dan siswa sudah terbiasa latihan dengan problem posing kemudian langkah-langkah penyelesaian materi selisih dana kas kecil lebih mudah dibandingkan dengan materi pada siklus sebelumnya. Aktivitas siswa melalui model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing Aktivitas siswa mendengarkan, membaca dan mencatat informasi yang jelas tentang pengetahuan deklaratif mengenai bukti atau dokumen yang digunakan dalam transaksi dana kas kecil yang dikeluarkan oleh internal perusahaan maupun bukti-bukti transaksi dari luar perusahaan. Kemudian dilanjutkan memperhatikan guru mendemonstrasikan pengetahuan prosedural mengenai pencatatan bukti/dokumen pemakaian dana kas kecil langkah demi langkah. Pada saat guru menjelaskan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru atau siswa lainnya. Aktivitas interaksi siswa dengan guru hanya dilakukan oleh beberapa siswa saja, siswa lain masih malu untuk bertanya. Aktivitas ini berjalan dengan baik karena suasana tertib, bahan ajar dan media Power Point membantu siswa fokus dengan pokok bahasan Aktivitas siswa selanjutnya adalah mengerjakan latihan terbimbing yang disisipi dengan problem posing. Respon siswa terhadap latihan tersebut beragam. Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang dan tinggi, latihan dengan pendekatan problem posing merupakan kesempatan untuk mengeluarkan ide-idenya yang berkaitan dengan transaksi keuangan perusahaan yang didukung dengan bukti-bukti. Kesempatan ini semakin dimanfaatkan karena materi ini merupakan materi pengulangan yang sangat membantu pemahaman siswa. Latihan
terbimbing dengan pendekatan problem posing menggunakan LKS 2 dengan mudah dikerjakan siswa. Beberapa siswa yang memiliki kemampuan rendah lebih lama mendapatkan ide untuk menyusun soal dan malu bertanya kepada guru dan siswa lain tentang mekanisme latihan dengan pendekatan problem posing sehingga lambat dalam mengerjakan LKS. Hal ini diketahui guru dan siswa tersebut mendapatkan bimbingan lebih lama sampai siswa yang bersangkutan faham, aktivitas ini menyita waktu lebih lama. Hasil pengamatan aktivitas siswa yang memiliki skor rata-rata 3,8 menunjukkan adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental,emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian dan motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan dan terjadi interaksi yang multi arah baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dan siswa walaupun interaksi ini belum merata artinya pembicaraan atau proses tanya jawab didominasi oleh siswa-siswa tertentu. Dalam pembelajaran ini, pengetahuan awal siswa sangat berperan dalam memudahkan pemahaman siswa dan memotivasi siswa untuk mengajukan atau menyusun soal berdasarkan materi yang telah diterangkan. Selanjutnya hasil pengamatan siklus 1 menunjukkan kategori cukup baik namun belum maksimal. Berdasarkan refleksi yang dilakukan guru dan tim pengamat maka revisi untuk siklus berikutnya adalah: 1)Pada awal aktivitas latihan dengan problem posing, siswa menerima soal-soal sederhana tanpa menganggu keutuhan pengetahuan yang dipelajari, 2)Siswa mendapatkan LKS yang memuat format-format yang dibutuhkan sehingga mudah paham dan lebih cepat menyusun dan menyelesaikan soal. Aktivitas siswa di siklus 2 mendengarkan, 87
membaca dan mencatat informasi yang jelas tentang pengetahuan deklaratif dan memperhatikan guru mendemonstrasikan pengetahuan prosedural mengenai metode pencatatan dana kas kecil langkah demi langkah. Pada saat guru menjelaskan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru atau siswa lainnya. Aktivitas interaksi siswa dengan guru hanya dilakukan oleh beberapa siswa saja, siswa lain masih malu untuk bertanya. Aktivitas ini berjalan dengan baik karena suasana tertib, bahan ajar dan fasilitas LCD membantu siswa fokus dengan pokok bahasan Pembelajaran materi metode pencatatan dana kas kecil melalui model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing mendorong siswa mengerjakan latihan terbimbing dengan disisipi problem posing dengan perilaku yang beragam. Siswa yang berkemampuan sedang dan tinggi dapat menyelesaikan tugas-tugasnya sementara siswa dengan kemampuan rendah tidak dapat menyelesaikan semua soal sesuai dengan alokasi waktu. Ada juga siswa hanya meniru dan menyalin hasil pekerjaan temannya. Seiring dengan kemampuan siswa yang beragam menyebabkan proses menyelesaikan tugas yang diberikan membutuhkan waktu yang bervariasi. Proses pembelajaran di kelas dengan pendekatan problem posing mendorong siswa menggunakan kemampuan berfikir kreatif yang bervariasi sesuai dengan kemampuan belajar mereka. Bagi siswa yang memiliki kemampuan berfikir kreatif rendah membutuhkan bimbingan guru lebih lama dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berfikir kreatif tinggi sehingga alokasi waktu tidak sesuai dengan RPP. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan guru dan tim pengamat maka untuk siklus berikutnya, 88
hal-hal yang perlu dilakukan adalah: 1) Siswa yang memiliki kemampuan rendah mendapatkan perhatian penuh dari guru dalam membimbing menyusun soal dan mendorong penyelesaian soal, 2)Siswa yang memiliki kemampuan menengah dan tinggi mendapatkan kesempatan menyelesaikan tugas secara mandiri, 3) Siswa diberi kesempatan lebih banyak mengemukakan pendapat dan mendengarkan penilaian guru. Disamping itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sabarata (2004:23), Saleh (2005:19) dan Zulkifli (2003:30) tentang kelebihan problem posing yaitu: (1). Mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan memecahkan masalah dan sikap siswa terhadap materi, (2). membantu siswa dalam mengembangkan kenyakinan dan kesukaan terhadap materi, (3). Sebagai awal usaha intelektual yang berfungsi untuk merangsang pikiran, mendobrak wawasan sempit, membuka cakrawala dan mencerdaskan, (4). Memberikan kesempatan berfikir kreatif dan kritis dari siswa sedangkan kelemahan problem posing yaitu: (1). Sering kali siswa melakukan penipuan, siswa hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan temannya tanpa mengalami hasil belajar. (2) membutuhkan waktu yang lebih lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, (3) siswa yang berkemampuan rendah tidak dapat menyelesaikan semua soal yang dibuatnya dan soal-soal yang dibuat siswa lain memiliki kemampuan problem posing yang lebih tinggi. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan materi selisih dana kas kecil yang disajikan pada siklus 3 melalui model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing mengalami peningkatan sebesar 8,3% dengan skor rata-rata 3,9 kategori cukup baik. Aktivitas siswa latihan terbimbing dengan pendekatan problem posing. Berdasarkan hasil pengamatan dilakukan beberapa perbaikan di beberapa aspek kegiatan, antara lain: 1) Siswa
yang belum mampu mendapatkan perhatian penuh dari guru dalam membimbing membuat soal dan mendorong menyelesaikan soal dengan cara yang berbeda. Berdasarkan pengalaman di siklus 2, guru dapat mengetahui siswa-siswa yang perlu diberikan perhatian. Langkah awal bimbingan, bersama-sama bahas materi untuk mengetahui sejauhmana yang diketahui dan menyampaikan kesulitan yang dihadapi siswa kemudian mendapatkan penjelasan tentang konsep materi dengan kalimat yang lebih sederhana agar mudah dipahami dan siswa diberikan kesempatan bertanya. Selanjutnya kembali mengerjakan tugas yang ada di LKS. 2) Siswa dimotivasi agar aktif secara mandiri. Dalam lembar LKS telah dijelaskan apa saja yang harus dilakukan siswa dan bagaimana langkah-langkah penyelesaiannya sehingga siswa dapat langsung mengerjakan latihan setelah mendengarkan guru menjelaskan dan mendemonstrasikan materi selisih dana kas kecil serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 3) Siswa dan guru bersamasama mengoreksi tugas siswa dengan cara saling menukarkan LKS kemudian guru mengarahkan pada jawaban yang benar. Aktivitas memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik kepada siswa mudah dilakukan karena guru dan siswa sudah terbiasa latihan dengan problem posing kemudian langkah-langkah penyelesaian materi selisih dana kas kecil lebih mudah dibandingkan dengan materi pada siklus sebelumnya. Peningkatan interaksi antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan siswa merupakan bagian penting dalam pembelajaran, bertanya untuk mengali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Temuan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Sadulloh (2011:146) tentang interaksi atas dasar tugas dan peran masing-masing. Tugas dan peran murid adalah belajar sedangkan tugas dan
peran guru adalah mengajar. Keduanyan merasa bahwa mereka harus bekerja sama dan baru dapat bekerja sama kalau keduanya berhubungan untuk mencapai tujuan pendidikan. Siswa terdorong menggunakan kemampuan kreatif dan Aktivitas siswa membuat tugas problem posing meningkat seiring dengan banyak siswa yang mampu melakukan refleksi tentang apa yang dipelajari. Temuan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Siswono (2008:76) tentang pengetahuan berfikir kreatif siswa setelah diadakan pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan ketika belum mendapatkan pengajaran. Hasil belajar Hasil belajar siswa siklus 1 dapat dilihat melalui tes materi bukti/dokumen pemakaian dana kas kecil. Soal tes yang diberikan kepada siswa sebanyak 10 butir soal pilihan ganda. Tabel 4.10 menunjukkan 32 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas serta ketuntasan klasikal sebesar 94% dengan rata-rata kelas sebesar 88. Nilai tertinggi (100) diperoleh 10 orang siswa dan nilai terendah (70) diperoleh 2 orang siswa. Pada soal nomor 3 tentang bukti/dokumen yang diperlukan dalam pencatatan dana kas kecil, 32 siswa menjawab dengan benar dan 2 siswa menjawab salah. Sebagian siswa menjawab benar karena materi bukti/dokumen pencatatan dana kas kecil sudah diperoleh di pelajaran lain (Entry Jurnal) namun dua orang siswa yang menjawab salah karena salah dalam menentukan bukti pengeluaran dana kas kecil. Soal nomor 4 tentang surat bukti pengeluaran kas kecil yang dibuat kasir kecil dengan melampirkan buktibukti transaksi, 22 siswa menjawab benar namun 12 siswa menjawab salah karena salah dalam memilih bukti transaksi. Soal nomor 6 tentang pengeluaran uang melalui kas kecil, 30 siswa menjawab dengan benar dan 4 siswa menjawab salah karena salah menentukan bukti 89
pembayaran. Berdasarkan hasil analisis data diatas, diketahui bahwa sebagian besar siswa mengalami permasalahan dalam menentukan bukti pembayaran secara tunai. Hasil belajar siswa siklus 2 dapat dilihat melalui tes materi metode pencatatan dana dana kas kecil. Soal tes yang diberikan kepada siswa sebanyak 10 butir soal pilihan ganda. Hasil belajar di tabel 4.11 menunjukkan 30 siswa tuntas dan 4 siswa tidak tuntas serta ketuntasan klasikal sebesar 88% dengan rata-rata kelas sebesar 90. Pada siklus 2 terdapat 16 siswa yang memperoleh nilai tertinggi (100) dan 4 siswa memperoleh nilai rendah. Dibandingkan antara siklus 1 dengan siklus 2 terjadi penurunan ketuntasan klasikal sebesar 6% dari siklus 1 sebesar 94% dan siklus 2 sebesar 88% serta penurunan ketuntasan individu sebanyak 2 siswa dari siklus 1 sebanyak 32 siswa tuntas dan siklus 2 sebanyak 30 siswa tuntas. Rata-rata kelas antara siklus 1 dengan siklus 2 terjadi kenaikan sebesar 2 yaitu siklus 1 sebesar 88 dan siklus 2 sebesar 90. Hal ini berarti jumlah siswa yang memperoleh nilai tertinggi meningkat dibandingkan siklus sebelumnya yaitu sebanyak 16 orang siswa namun nilai terendah diperoleh 4 orang siswa. Sebagian besar siswa menjawab salah soal nomor 3 dan soal nomor 9 tentang pengisian kembali dana kas kecil, soal nomor 7 tentang mutasi dana kas kecil dan soal nomor 8 tentang metode pencatatan dana kas kecil. Hal ini disebabkan dalam materi metode pencatatan dana kas kecil, ada dua metode yang bisa digunakan yaitu metode dana tetap dan metode dana tidak tetap. Masing-masing metode mempunyai langkah-langkah penyelesaian tersendiri yang harus dihapal dan dipahami siswa. Langkah-langkah penyelesaian masingmasing metode tersebut ada yang mudah diingat siswa dan ada juga yang sulit. Hasil belajar siswa siklus 3 dapat dilihat 90
melalui tes materi selisih dana kas kecil. Soal tes yang diberikan kepada siswa sebanyak 10 butir soal pilihan ganda. Tabel 4.12 menunjukkan 33 siswa tuntas dan 1 siswa tidak tuntas serta ketuntasan klasikal sebesar 97% dengan rata-rata kelas sebesar 94. Dibandingkan siklus 2, pada siklus 3 terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 9%. Hal ini terlihat dari persentase ketuntasan klasikal, pada siklus 2 sebesar 88 % dan siklus 3 sebesar 97%. Selain itu juga terjadi peningkatan ketuntasan individu sebanyak 3 orang siswa dari siklus 2 sebanyak 30 orang siswa tuntas dan siklus 3 sebanyak 33 orang siswa tuntas. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan penelitian telah tercapai karena itu penelitian ini dihentikan pada siklus 3. Simpulan Berdasarkan hasil dan diskusi penelitian ini diperoleh beberapa temuan sebagai berikut: 1) Terjadi peningkatan aktivitas guru melalui model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing pada siklus 3 namun pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan aktivitas guru pada siklus 2) Terjadi peningkatan aktivitas siswa melalui model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing pada siklus 3 namun aktivitas guru pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan aktivitas siswa pada siklus 1. 3) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing pada siklus 3 namun hasil belajar pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan hasil belajar pada siklus 1 Berdasarkan kesimpulan di atas diperoleh simpulan secara umum bahwa perangkat pembelajaran memproses dokumen dana kas kecil model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing layak digunakan dalam pembelajaran dengan beberapa perbaikan.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa: 1) Guru yang akan menggunakan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing memperhatikan dengan baik alokasi waktu setiap aspek kegiatan. 2)Pada awal latihan terbimbing dengan pendekatan problem posing disarankan dilakukan secara bertahap di mulai dari siswa diarahkan menyusun soal yang sederhana kemudian dilanjutkan soal yang lebih sulit. 3) Siswa yang memiliki kemampuan rendah mendapatkan perhatian penuh dari guru dalam membimbing menyusun soal dan mendorong penyelesaian soal. 4) Siswa yang memiliki kemampuan menengah dan tinggi mendapatkan kesempatan menyelesaikan tugas secara mandiri. DAFTAR RUJUKAN Arends, Richard. I. 2008. Learning to teach. New York: Published by McGraw-Hill Asrori Muhammad. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV wacana Prima Distrik, I Wayan. 2008. Model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan aktivitas konsepsi dan hasil belajar fisika siswa SMAN 13 Bandar Lampung. Diambil dari jurnal JPP. Vol 6 No.1 Giri Ferdinan Efraim. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Perspektif IFRS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Ibrahim. 2005. Asesmen Berkelanjutan (Konsep Dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh), Surabaya: UNESA University Press 2012. Konsep Miskonsepsi dan Cara Pembelajarannya. Surabaya : UNESA University Press
Rouf A, 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika SMA Model Guided Inquiry untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Listrik Dinamis. Tesis UNESA. Tidak dipublikasikan. Saadulloh, 2011, Pedagogik, Bandung, Alfabeta Sabarata. 2004. Keefektifan pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing topik relasi, pemetaan dan grafiknya di SLTP Negeri 2 Moyudan Yogyakarta. Tesis: Unesa. Surabaya. Saleh.2005. Pendekatan problem posing berlatar pembelajaran kooperatif untuk topik sudut di kelas VII SMP Muhammadiyah Limbung. Tesis UNESA . Tidak dipublikasikan Siswono.2008. Mengajar Dan Meneliti (Panduan Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru dan Calon Guru). Surabaya: Unesa University Press Suyono dan Haryanto.2011. Pembelajara. Bandung: Rosdakarya
Belajar dan PT Remaja
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Thobroni dan Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajara. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Undang-undang Republik Indonesia No 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Jakarta: Sinar Grafika. Wahidmurni dkk, 2010. Evaluasi Pembelajaran (Kompetensi & Praktik). Yogyakarta: Nuha Litera. Zulkifli.2003. Penerapan problem posing dalam pembelajaran pokok bahasan Teorema Pythagoras di kelas II SLTP Negeri 22 Surabaya. Tesis UNESA
91