Ahmad Nafiq | 669
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER KELAS 4 SDN 2 TRUKO Oleh Ahmad Nafiq
[email protected] Wahyu Purwiyastuti, S.S., M.Hum.
[email protected] Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai siswa kelas 4 di SDN 2 Truko pada mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Jenis penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilaksanakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pos tes dilaksanakan pada pertemuan kedua pada setiap siklus yang menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 25 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Kata kunci: Peningkatan Hasil Belajar Melalui NHT (Numbered Head Together) IPS SD PENDAHULUAN Sejak manusia dilahirkan di bumi ini kita tidaklah bias lepas dari orang lain, walau manusia dinobatkan sebagai mahluk individu tetapi manusia tidak bias lepas sebagai mahluk sosial, oleh karena itu sejak manusia lahir di bumi ini diajarkan untuk bersosialisasi dengan semua yang ada di bumi, baik lingkungan fisik maupun non fisik. Menginngat sangat pentingnya sosial sehingga pengetahuan sosial harus diajarkan sejak dini. Adapun muatan mata pelajaran disekolah mulai jenjang Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi yang memuat sosial manusia adalah pelajaran IPS. Pengertian IPS menurut ahli sebagai berikut, Ilmu Pengetahuan Sosial atau (IPS) adalah ilmu yang dihubungkan dengan manusia dan iteraksinya dengan ligkungan fisik dan sosial yang menyangkut hubungan kemanusiaan, Michaelis, 1957 (dalam Suwarso, dkk 2007: 1). Mengingat betapa pentingya mata pelajaran IPS ini maka guru dituntut untuk mengemas materi pembelajaran dengan menarik minat belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi di SDN 02 Truko kelas 4 menyatakan bahwa prestasi belajar siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil observasi siswa secara keseluruhan berjumlah 16 siswa, pada kondisi awal, siswa yang dinyatakan tuntas KKM berjumlah 5 siswa yang dinyatakan tuntas, sedangkan siswa yang tidak
670 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
tuntas berjumlah 11 orang. Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM di SDN 2 Truko adalah 70. Berdasarkan kondisi awal dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di SDN 2 Truko dapat digolongkan kurang memuaskan, dikarenakan guru selalu menggunakan metode mengajar yang sam, siswa merasa bosan dengan proses pembelajaran, siswa kurang di ikut sertakan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu hasil belajar nilsi siswa menjadi kurang. Atas dasar nilai siswa yang kurang memuaskan peneliti melaksanakan observasi pengamatan pada proses pembelajaran di kelas 4. Dalam proses pengamatan peneliti menemukanpermasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran pada kondisi awal, antara lain minat belajar siswa yang kurang, siswa sering ribut sendiri dan tidak memperhatikan proses pembelajaran, siswa kurang proaktif didalam proses pembelajaran. Tehnik ceramah memiliki beberapa kelemahan antara lain sulit bagi siswa yang mempunyai kemampuan menyimak lemah, peran guru lebih banyak dibandingkan sumber belajar, proses pembelajaran dalam otoritas guru oleh karena itu peran serta siswa dalam kegiata pembelajaran kurang. Berdasarkan prngamatan, peneliti ingin mencoba model pembelajaran Numbered Head Together yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 di SDN 2 Truko. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti menetapkan rumusan madalah sebagai berikut: a. Apakah penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 4 SDN 2 Truko? b. Apakah penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together tingkat ketuntasan siswa dapat mencapai 80% secara klasikal? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang berjenis Penelitian Tindakan Kelas ini adalah a. Meningkatkan hasil belajar IPS kelas 4 di SDN 2 Truko dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together. b. Peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together guna meningkakatkan ketuntasan hasil belajar IPS siswa SDN 2 Truko dengan batas ketuntasan minimal 80% secara klasikal. KAJIAN PUSTAKA Pengertian IPS Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggipun masih diajarkan. Adapun pengertian IPS menurut ahli antara lain diutarakan oleh Rudy Gunawan (2011) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS pada dasarnya akan membentuk pribadi manusia menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab. Pendapat ahli selanjutnya dikemukakan oleh Wesley (dalam Suwasono, dkk, 2007), menyatakan bahwa pelajaran IPS sebagai bagian dari nilai- ilai sosial yang
Ahmad Nafiq | 671
dipilih untuk tujuan pendidikan.IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungan dengan lingkungan sosial, dikemukakan oleh Jean Jarolimek , 1967 ( Suasono, dkk 2007). Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPS membentuk pribadi individu manusia menjadi pribadi yang bertanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan sosial baik dijenjang pendidikan maupun dalam masyarakat untuk menjadi pribadi yang baik. Pengertian Numbered Head Together (NHT) Dalam peneltian ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran Numbered Head Together merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada aspek keaktifan siswa didalam proses pembelajaran, selain itu model pembelajaran NHT ini menekankan kepada pola belajar bekerja sama dengan teman sejawat atau menggunakan tutor sebaya untuk belajar. Adapun pengertian Numbered Head Together yang diemukakan oleh Spenser Kagen (dalam Trianto 2009:82) model pembelajara NHT adalah untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam sautu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Selanjutnya pengertian NHT diutarakan oleh Isjoni (2010) menyatakan bahwa model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan idea tau gagasan dan pertimbangan jawaban yang paling tepat Model pembelajaran NHT melibatkan siswa dalam membahas bahan pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran yang dipelajari Ibrahim (2000:28) Berdasarkan pengertian Numbered Head Together dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa kedalam penelaahan materi pembelajaran dengan cara berkelompok untuk membahas materi pembelajaran ataupun jawaban sebuah soal untuk mencari jawaban yang paling tepat. Adapun sintaks model pembelajaran Numbered Head Together menurut Trianto (2007) langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together antara lain 1) Penomoran, membagi siswa sesuai kedalam beberapa kelompok. 2) Mengajukan pertanyaan, guru menyampaikan pertanyaan dengan diambil dari materi. 3) Berfikir bersama, siswa bekerja kelompok sesuai dengan kelompok masing-masing guna mencari jawaban dari pertanyaan guru. 4) Menjawab, siswa menjawab pertanyaan dari guru dengan jawaban kelompok. Sintak model pembelajaran Numbered Head Togetherdapat dicermati dalam Tabel 1 implementasi model pembelajaran Numbered Head Togetherpada kegiatan guru dan siswa sebagai berikut.
672 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
Tabel 1 : Implementasi Kegiatan Guru dan Siswa dengan Menggunakan Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) No Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pembelajaran 1 Penomoran, membagi Guru membagi siswa Siswa menempatkan diri siswa sesuai kedalam kedalam kelompok kecil sesuai dengan kelompok beberapa kelompok sesuai dengan jumlah yang masing-masing. sejumlah 3-5 siswa ditentukan oleh guru Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk berkelompok 2 Mengajukan Guru mengajukan Siswa menelaah pertanyaan pertanyaan, guru pertanyaan dengan mengacu dari guru. memberikan kepada materi pembelajaran. pertanyaan kepada seluruh kelompok dengan diambil dari materi pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk berdiskusi di dalam kelompok masing-masing. 3 Berfikir bersama, Guru mengarahkan siswa Siswa berdiskusi untuk semua anggota untuk berdiskusi sesuai mengidentifikasi masalah berdiskusi dan setiap dengan materi yang dan merencanakan apa yang anggota berhak disajikan oleh guru . akan mereka lakukan untuk mengeluarkan menyelesaikan masalah pendapatnya untuk mengenai materi yang memajukan dipelajarai kelompoknya. Guru tetap di dalam kelas dan mengawasi serta mengarahkan dan membimbing siswa di dalam pembelajaran. 4
Menjawab, siswa harus menjawab pertanyaan yang telah diberikan dari guru.
Sumber : Trianto (2007)
Guru memanggil nomor tertentu dan siswa yang dipanggil nomornya akan menjawab pertanyaan untuk seluruhkelas.
Siswa berdiskusi dan menarik kesimpulan dari beberapa informasiyang telah didapat. Setiap siswa harus memahami jawaban akhir dari kelompok. Siswa yang dipanggil oleh guru menjawab pertanyaan sesuai dengan jawaban akhir dari kelompok, atau menjawab dengan hasil diskusi dari kelompok.
Ahmad Nafiq | 673
METODE PENELITIAN Penelitian tindakan merupakan proses yang memberikan kepercayaan kepada pengembangan kekuatan berfikir reflektif, diskusi, penentuan keutusan dan kolektif dalam mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam kegatan, (Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 145). Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas diutarakan oleh Arikunto (2006:19) Lngkah-langkah dalam proses Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari beberapa langkah antara lain perencanaan, setelah dilaksanakan perencanaan maka dilaksanakan pelaksanaan, setelah dilaksanakan maka dilaksanakan refleksi, yang kemudian kembali ke proses perencanaan sampai pada saatnya tercapai apa yang ingin dicapai didalam penelitian guna memperbaiki kualitas proses pembelajaran guru dan siswa dan dilaksanakan secara berkesinambungan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada kondisi awal peneliti melaksanakan observasi dengan mengamati siswa kelas 4 SDN 2 Truko dengan jumlah siswa 16 siswa, dalam proses ini peneliti mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dan siswa. Observasi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui proses pembelajaran dan kondisi nilai awal siswa sebelum dilaksanaknnya Penelitian Tindakan Kelas. Pada kondisi awal peneliti menyimpulkan bahwa 1) Proses pembelajaran berpusat pada guru, dikarenakan guru menggunakan tehnik ceramah. 2) Dalam proses pembelajaran terdapat siswa yang sibuk sendiri seperti mengobrol dengan teman. 3) Aktifitas siswa hanya memperhatikan penjelasan dari guru. 4) Prestasi belajar siswa yang rendah. Pada kondisi awal, siswa yang dinyatakan tuntas KKM terdapat 5 siswa atau (31,25%) dan 11 atau (68,75%) siswa yang tidak tuntas KKM. Rata-rata nilai siswa 60,34 dan nilai tertinggi 80 seta nilai terendah siswa adalah 40. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mengadakan Penelitian Tindakan Kelas di SDN 2 Truko diharapkan tingkat ketuntasan siswa mencapai 80% dari jumlah siswa 16 siswa, dari pembahasan diatas dapat di sajikan dalam bentuk Tabel 2 sebagai berikut Tabel 2 : Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SD 2 Truko Tahun Ajaran 2017/2018 Kondisi Awal No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa Frekuensi Persentase (%) 1. Tuntas ≥ 70 5 31,25% 2. Belum Tuntas ˂ 70 11 68,75% Jumlah 16 100% Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
674 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
Siklus I Dalam pelaksanaan siklus terdapat dua kali pertemuan, pada pertemuan pertama pada siklus I materi yang disajikan adalah mengenal raja-raja dari kerajaan Hindu, Budha, dan Islam yang pernah memerintah di Indonesia. Pada proses pembelajaran pertama siklus I peneliti bekerja sama dengan teman sejawat guna membantu untuk mendokumentasikan dan guru kelas sebagai observer dan peneliti sebagai praktikan, pada pertemuan pertama siklus I praktikan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah didiskusikan dengan dosen pembimbing dan guru kelas beserta praktikan. Secara garis besar proses pembelajaran berjalan secara lancar dan sesuai dengan RPP, akan tetapi ada beberapa catatan penting yang dituliskan oleh observer antara lain, 1) Praktikan terlihat kurang menguasai kelas, dikarenakan praktikan sibuk dengan mengamati RPP dikarenakan tidak hafal langkahlangkah dalam proses implementasi RPP. 2) Praktikan tidak menguasai RPP. 3) Secara keseluruhan RPP telah dilaksanakan tetapi perlu diadakan perbaikan guna memperlancar proses pembelajaran. Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru tingkat keberhasilan mencapai 74% dari total keseluruhan kegiatan guru. Sedangkan kegiatan siswa terdapat catatan penting dari observer antara lain siswa kurang terkoordinasi dalam proses pembelajaran, selain itu terdapat beberapa langkah siswa yang tidak dilaksanakan oleh siswa antara lain adalah siswa aktif didalam proses pembelajaran, dan siswa masih terkesan gaduh didalam proses pembagian kelompok dan penomoran karena siswa kurang faham jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Secara keseluruhan presentase keberhasilan mencapai (83%) dari jumlah keseluruhan kegiatan.Pada pertemuan I peneliti melaksanakan evaluasi kegiatan, hasil dari evaluasi dilaksanakan pada siklus I pertemuan II. Pelaksanaan siklus I pertemuan II dengan materi sejarah kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Indonesia dalam proses pembelajaran menunjukkan kegiatan guru dan siswa terdapat beberapa hal yang terabaikan antara lain, kegiatan guru masih ada yang terlewatkan antara lain menyampaikan salam pembukaan, menyampaikan tujuan pembelajaran. Secara keseluruhan proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Sedangkan kegiatan siswa yang tidak terlaksana adalah membalasa salam dari guru, selain itu siswa berperan aktif didalam proses pembelajaran, karena peran aktif siswa belum terlihat menonjol, siswa belum menanggapi jawaban siswa lain. Persentase secara keseluruhan kegiatan guru mencapai 92% dari total keseluruhan dapat dikatakan sangat baik. Sedangkan kegiatan siswa mencapai 88% dari total keseluruhan dari persentase tersebut dapat dikatakan sangat baik. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I dapat disajikan dalam bentuk Table 3 sebagai berikut.
Ahmad Nafiq | 675
Tabel 3 : Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko Tahun Ajaran 2017/2018 Siklus I No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa Frekuensi Persentase (%) 1. Tuntas ≥ 70 9 56,25% 2. Belum Tuntas ˂ 70 7 37,5 % Jumlah 16 100% Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Berdasarkan Tabel 3 dapat diuraikan bahwa tingkat ketuntasan siswa pada siklus I adalah 9 siswa atau 56,25% dan siswa yang tidak tuntas KKM berjumlah 7 siswa atau 37,5% dari jumlah siswa secara keseluruhan. Berdasarkan nilai belajar siswa siklus I nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah adalah 40 serta nilai rata-rata pada siklus I ini adalah 72,06. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I sudah terlihat kenaikan hasil belajar siswa pada kondisi awal tingkat ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 5 siswa atau 31,25% dari jumlah keseluruhan siswa, dan siswa yang tidak tuntas mencapai 11 siswa atau 68,75% . Berdasarkan pembahasan diatas dapat dilihat perbandingan hasil belajar siswa konsidi awal siswa dan hasil tindakan siklus I dalam Tabel 4. Tabel 4 : Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 TrukoTahun Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II No Nilai Kondisi Awal Siklus I Jumlah Siswa
Persentase % 5 31,25% 11 68,75% 100%
Jumlah Siswa
Persentase % 9 56,25% 7 37,5% 100%
1 Tuntas 2 Belum Tuntas Jumlah 16 16 Rata rata 64 72,06 Nilai Tertinggi 85 88 Nilai Terendah 40 40 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Berdasarkan Tabel 4 dapat disajikan dalam bentuk Diagram 1 sebagai berikut.
676 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
12 10 8 6 4 2 0 Tuntas
Belum Tuntas
Kondisi Awal Jumlah Siswa
5
11
Kondisi Awal Persentase %
0
0
Siklus I Jumlah Siswa
9
7
Siklus I Persentase %
0
0
0
Gambar 1 : Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko Tahun Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Berdasarkan Tabel 3 dan Diagram 1 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I telah mengalami kenaikan, akan tetapi belum mencapai target ketuntasan siswa secara klasikal dengan kriterian keberhasilan penelitian sebesar 80%, sementara pada tindakan siklus I baru mencapai 56,25% dengan demikian penelitian pada siklus I belum berhasil, sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II. Siklus II Dalam pelaksanaan siklus II terdiri dari dua pertemuan, pada pertemuan I siklus II dengan materi Kerajaan Islam di Indonesia membahas mengenai Sultan Iskandar Muda dan Sultan Hasanudin. Pada proses pembelajaran peneliti selaku praktikan didampingi dengan teman sejawat guna mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan guru kelas sebagai observer. Berdasarkan hasil pengamatan observer langkah-langkah kegiatan guru sudah terlaksana dengan baik, sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP, akan tetapi guru masih terlihat membuka RPP karena lupa langkah-langkahnya. Berdasarkan penilaian observer praktikan telah mencapai ketuntasan sebesar 96% dari jumlah kegiatan secara keseluruhan hal ini dapat dikategorikan mendekati sempurna. Sedangkan kegiatan siswa masih terdapat kegiatan siswa yang tidak terlaksama amtara lain, masih terdapat siswa kurang aktif didalam proses berfikir bersama, selain itu masih terdapat siswa tidak mau menanggapi jawaban dari kelompok lain. Secara keseluruhan kegiatan siswa tercapai sebesar 92% dari total keseluruhan kegiatan siswa. Pertemuan II pada siklus II, pada pertemuan kedua kegiatan berjalan semakin baik daripada pertemuan yang lalu, dari total keseluruhan kegiatan guru mencapai persentase 96% dikarenakan praktikan melompati dan mengulang proses pembelajaran dan kegiatan siswa mencapai 96% karena terdapat beberapa siswa yang tidak mau
Ahmad Nafiq | 677
memberikan pendapat dan sanggahan kepada kelompok lain, selain itu terdapat siswa yang tidak berperan aktif didalam proses berfikir bersama. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat disajikan dalam Tabel 5sebagai berikut Tabel 5 : Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Troko Tahun Ajaran 2017/2018 Siklus II No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa Frekuensi Persentase (%) 1. Tuntas ≥ 70 14 87,5% 2. Belum Tuntas ˂ 70 2 12,5% Jumlah 16 100% Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Bersumber dari Tabel 5 dapat dicermati bahwa tingkat ketuntasan siswa pada siklus II mencapai 14 siswa dari jumlah keseluruhan siswa 16 atau dalam bentuk persen (87,5%) dan siswa yang tidak tuntas mencaoai KKM adalah 2 siswa atau (12,5%). Berdasarkan nilai dari siklus II nilai rata-rata yang diperoleh secara klasikal adalah 76,37 dan nilai tertinggi siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 65 Berdasarkan hasil belajar siswa siklus II kembali mengalami kenaikan hasil belajar siswa.Perbandingan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam Tabel 6 dan Diagram 2. Tabel 6 : Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko Tahun Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II No Nilai Siklus I Siklus II Jumlah Persentase % Jumlah Siswa Persentase Siswa % 1 Tuntas 9 56,25% 14 87,5% 2
Belum 7 37,5% 2 12,5% Tuntas Jumlah 16 100% 16 100% Rata rata 72,06 76,37 Nilai Tertinggi 88 90 Nilai Terendah 40 65 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Berdasarkan Tabel 6 perbandingan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II dapat digambarkan pada Diagram 2 sebagai berikut.
678 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
16 14 12 10 8 6 4 2 0 Siklus I Jumlah Siswa
Tuntas
Belum Tuntas
9
7
Siklus I Persentase %
0
Siklus II Jumlah Siswa
14
2
Siklus II Persentase %
0
0
0
0
Gambar 2 : PerbandinganKetuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko Tahun Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Berdasarkan tabel perbandingan hasil belajar siklus I dan II terus mengalami kenaikan tingkat hasil belajar siswa.Pada tindakan siklus II penelitian dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus II telah tuntas, karena telah mencapai target lebih dari standar ketuntasan siswa secara klasikal sebesar 80%. Penelitian pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 87,5% dari jumlah siswa secara klasikal. Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk Tabel 7 dan Diagram 3. Tabel 7 : Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko Tahun Ajaran 2017/2018 Kondisi Awal Siklus I dan Siklus II No Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Siswa % Siswa % Siswa % 1 Tuntas 5 31,25% 9 56,25% 14 87,5% 2
Belum 11 68,75% 7 Tuntas Jumlah 16 100% 16 Rata rata 64 72,06 Nilai 85 88 Tertinggi Nilai 40 40 Terendah Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
37,5%
2
12,5%
100%
16 76,37 90
100%
65
Ahmad Nafiq | 679
16 14 12 10 8 6 4 2 0
Jumlah Siswa
Persentas e%
Jumlah Siswa
Kondisi Awal Tuntas
5
0
Persentas e%
Jumlah Siswa
Siklus I 9
Persentas e%
Siklus II 0
14
0
2
0
0 Belum Tuntas
11
0
7
0
Gambar 3 : Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN 2 Truko Tahun Ajaran 2017/2018 Siklus I dan Siklus II Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Berdasarkan Tabel 7 dan Diagram 3 dapat diuraikan bahwa dari kondisi awal dan dilaksanakan siklus I terdapat kenaikan ketuntasan sebanyak 4 anak atau 25%, sedangkan tindakan siklus II mengalami kenaikan sebanyak 5 anak atau 31,25%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil belajar siswa siklus I dan II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPS dikelas 4 di SDN 2 Truko menunjukkan hasil pembelajaran siswa yang signifikan dengan bukti hasil belajar siswa dari kondisi pra siklus ke siklus I mengalami kenaikan sebanyak 4 siswa atau 25% sedangkan tindakan siklus II mengalami kenaikan kembali sebesar 5 anak atau 31,25%. Berdasarkan penelitian siklus II penelitian ini dikatakan tuntas karena telah mencapai standar ketuntasan siswa secara klasikal lebih dari 80%, penelitian siklus II ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 87,5% dari jumlah siswa secara klasikal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriwinda Mana’a, dkk (2014:1-12) yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Kelas IV SDN Lolong Banggai Kepulauan yang menyatakan bahwa model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tindakan siklus I memperoleh rata-rata 66,29 dan pada siklus II memperoleh rata-rata 85,87. Penelitian yang dilaksanakan oleh Bijanti (2016 1-6) dengan judul Peningkatan Kemampuan Menghargai Keragaman Suku Budaya Indonesia Melalui Pembelajaran NHT, dalam penelitian ini menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together scukup efektif untuk diterapkan dalam mata pelajaran IPS.
680 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
Saran Berdasarkan penelitian idealnya terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain, 1) Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS maupun pada proses pembelajaran yang lain. 2) Hendaknya guru menggunakan model-model pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampikan, dengan kata lain lakukanlah analisis materi dan model pembelajaran terlebih dahulu agar tidak salah memilih model yang tepat untuk menyampaikan materi ajar. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Bijanti.2016. Peningkatan Kemampuan Menghargai Keragaman Suku Budaya Indonesia Melalui Pembelajaran NHT.Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 17 (4) 1-6 Gunawan, Rudy.2011. Pendidikan IPS: Filosofi,Kkonsep dan Aplikasi. Bandung Alfabeta Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif . Surabaya, Universitas Negeri Surabaya. Isjoni.(2008). Cooperative Learning.Bandung: Alfabeta. Mana’a, Sriwinda, dkk (2014) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Pembelajarn Kooperatif Tipe NHT di Kelas IV SDN Lolong Kecamatan Tingankung Utara Kabupaten Baggai Kepulauan. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 3(3) 1-12 Suarsono, dkk. 2007. Pendidikan IPS (Pembelajaran IPS), Salatiga, Wisya Sari Pree Salatiga. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. Trianto, (2009).Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta: Kencana Prenada Media Group