4 Jurnal Pendikan Khusus
PENINGKATAN FLEKSIBILITAS ALAT GERAK BAWAH MENGGUNAKAN METODE STRETCHING PADA ANAK TUNADAKSA KELAS III DI SLB RELABHAKTI 1 GAMPING THE IMPROVEMENT OF FLEXIBILITY LOWER EXTRIMITY USING STRETCHING METHOD ON CHILDREN WHIT PHYSICAL DISABILITIES AT THE THIRD GRADE OF SLB RELABHAKTI 1 GAMPING Oleh: nurul hidayatul fathona, pendidikan luar biasa, fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta, fathona @yahoo.com
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah menggunakan metode stretching pada anak tunadaksa kelas III di SLB Relabhakti 1 Gamping. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode stretching dapat meningkatkan kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah anak tunadaksa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Pada kemampuan pra tindakan persentase pencapaian 47%, sedangkan pada post-test siklus I meningkat menjadi 59%. Peningkatan pada post-test siklus I belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) sebesar 60%, sehingga dilanjutkan siklus II. Pada siklus II dilakukan pemberian reward untuk meningkatkan motivasi siswa mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga dengan pemberian reward tersebut persentase pada post-test siklus II mencapai 69%. Peningkatan fleksiblitas alat gerak bawah tersebut dikarenakan tindakan stretching memberi perlakuan dengan melakukan peregangan pada sendi-sendi alat gerak bawah seperti, sendi pangkal paha, sendi lutut, sendi pergelangan kaki, dan sendi jari kaki. Kata kunci: kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah, metode stretching, anak tunadaksa Abstract
This research aimed to improve the flexibility of lower extrimity using stretching methods for physical disorders child of the third grade of SLB Relabhakti 1 Gamping. The research was a classroom action research. The results showed that stretching methods can increase the ability of flexibility of lower extrimity of physical disorders child at the third grade of SLB Relabhakti I Gamping. In pre action the ability achieved percentage of 47%, while in the post-test cycle I increased to 59%. The increase in posttest cycle I haven't reached the KKM by 60%, so that continued to cycle II. Reward was given to student to increase her motivation in learning activities, that improved the percentage in post-test cycle II reached 69%. The improvement of flexibility lower extremity is caused by the action stretching provide treatment with stretching the joints of lower extremity such as hip joint, the knee joint, ankle joint and toe joint. Keywords:The ability of flexibility flexibility lower extrimity, Stretching methods, physical disorders child seluruh
PENDAHULUAN
kebutuhan
hidupnya.
Kemampuan
kemampuan
seseorang untuk melakukan gerak dan berpindah
bergerak dan berpindah tempat untuk memenuhi
tempat merupakan gambaran bahwa manusia
Manusia
membutuhkan
Peningkatan Fleksibilitas Alat Gerak Bawah.... (Nurul Hidayatul Fathona) 5
tersebut sehat, berkemampuan untuk berdiri,
siswa mapun sekolah. Masalah yang ditemukan
berjalan dan bekerja. Manusia yang sehat secara
diantaranya,
fisik, mental, sosial, dan emosional tentunya
mengembangkan kemampuan gerak pada anak
memiliki kemampuan untuk bergerak secara
tunadaksa belum dilakukan secara maksimal di
bebas, mudah, teratur, cepat, tepat, dan aman
sekolah tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya
dalam upaya memenuhi kebutuhan.
tenaga khusus yang ahli menangani siswa dengan
Menurut Asep Karyana dan Asep Ading
program
bina
gerak
untuk
kelainan tunadaksa. Penanganan yang sudah
Sarip Hidayat (2013: 54) gerakan manusia adalah
diberikan
oleh
pihak
sekolah
suatu proses yang mengakibatkan sebagian atau
mengembangkan
seluruh tubuh mengalami gerak statis (di tempat)
tunadaksa lebih dominan pada pengembangan
dan gerak dinamis (berpindah tempat).
kemampuan motorik halus anak. Program bina
kemampuan
untuk
gerak
anak
Tidak semua manusia mampu melakukan
gerak untuk mengembangkan kemampuan gerak
gerak secara sempurna. Terdapat individu yang
bagi anak tunadaksa dilakukan melalui pelajaran
tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
penjaskes. Tetapi pada kenyataannya ditemukan
dikarenakan keterbatasan dalam bergerak dan
bahwa pada saat pelajaran penjaskes siswa
berpindah tempat. Hal ini disebabkan karena
tunadaksa jarang diikutsertakan dalam kegiatan
adanya gangguan pada fungsi alat gerak. Individu
olahraga bersama dengan siswa yang lainnya.
yang mengalami kelainan pada fungsi geraknya
Selanjutnya peneliti melakukan tes terhadap
disebut sebagai anak tunadaksa.
kemampuan gerak alat gerak bawah dengan
Menurut Mumpuniarti (2001: 32) tunadaksa
meminta siswa melakukan gerak fleksi, ekstensi,
adalah kelainan yang terjadi bukan pada indra
abduksi dan adduksi secara mandiri. Hasil tes
melainakan kelainan yang terjadi pada anggota
tersebut menunjukkan bahwa anak tunadaksa
tubuh yang menyebabkan seseorang memerlukan
tersebut sangat kesulitan untuk melakukan gerak
layanan spesifik, peralatan spesifik, serta program
fleksi,
latihan yang spesifik.
Ketidakmampuan
Program
bina
gerak
diperlukan
untuk
ekstensi,
abduksi anak
dan
tunadaksa
adduksi. dalam
melakukan gerak fleksi, ekstensi, abduksi dan
mengatasi kelainan gerak yang dimiliki anak
adduksi
tunadaksa, karena program pembelajaran tersebut
digunakannya alat gerak bawah sehingga alat
berfungsi
gerak bawah anak tunadaksa menjadi kurang
untuk
mengoreksi
gerakan
yang
menyimpang dari fungsi gerakan yang normal
ini
disebabkan
karena
jarang
fleksibel atau kurang lentur.
serta untuk mengembangkan anggota badan yang
Menurut Rusli Lutan dan Edi Nurinda,
mengalami kelainan gerak agar dapat berfungsi
(2001: 80) fleksibilitas merupakan kemampuan
secara optimal sesuai dengan potensi yang
dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di
dimilikinya (Arnasih Nahraeni, 1986: 4).
sekitarnya untuk bergerak leluasa dan nyaman
Dari hasil observasi yang telah dilakukan
dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan.
pada bulan Agustus 2015 di SLB Relabhakti 1
Latihan untuk meningkatkan kelenturan anggota
Gamping, beberapa masalah ditemukan baik pada
tubuh ini bisa dilakukan secara perlahan-lahan
6 Jurnal Pendikan Khusus
dengan latihan yang bersifat stretching (Misbach,
siswa meningkatkan usahanya dalam kegiatan
2012:45). Stretching atau peregangan adalah
belajar mengajar dan mengembangkan hasil
latihan yang dilakukan guna meningkatkan
belajar. Menurut Mulyasa (2011: 77) reward
fleksibilitas sendi yang dilakukan secara rutin dan
merupakan respon terhadap suatu perilaku yang
perlahan-lahan guna mencegah terjadinya cidera.
dapat
Secara garis besar menurut Hinson (Sukadiyanto,
kembali
2002: 122), ada empat macam peregangan yaitu :
dilakukan secara verbal ataupun non verbal
(1)
dengan prinsip kehangatan, keantusiasan dan
statis,
(2)
dinamis,
(3)
propriceptive
neuromuskular facilitation (PNF), dan (4) blastik. Metode
peregangan
perilaku
kemungkinan
tersebut.
Reward
terulang dapat
kebermaknaan.
untuk
Berdasarkan latar belakang masalah yang
meningkatkan fleksibilitas alat gerak bawah yaitu
ada, maka identifikasi dari permasalahan ini
perengan PNF atau peregangan dibantu pasangan
adalah program bina gerak bagi anak tunadaksa
atau
yang dilakukan melalui pelajaran penjaskes
alat.
Alasan
yang digunakan
meningkatkan
peneliti
memilih
jenis
peregangan PNF disesuaikan dengan kondisi anak
belum
tunadaksa jenis spastik yang mengalami kesulitan
mengembangkan
dalam melakukan gerak, Sehingga perlu adanya
tunadaksa di SLB Relabhakti 1 Gamping. Siswa
bantuan
untuk
tunadaksa kelas tiga menglami kesulitan pada
memudahkan anak tunadaksa melakukan latihan
saat melakukan gerak fleksi, ekstensi, abduksi,
peregangan. Beberapa contoh latihan untuk
dan adduksi pada alat gerak bawah. Kesulitan
meningkatkan fleksibilitas alat gerak bawah
melakukan gerak fleksi, ekstensi, aduksi dan
dengan cara peregangan (stretching) PNF dikaji
abduksi disebabkan karena jarang digunakan,
dari teori Sukadiyanto (2002: 137) tentang
sehingga alat gerak bawah anak tunadaksa
tatacara melakukan peregangan pada sendi
menjadi kurang lentur. Serta belum digunakannya
pangkal paha, cara melakukan peregangan pada
metode stretching di SLB Relabhakti 1 Gamping
sendi lutut menurut Soeprapto (1979: 86), cara
untuk meningkatkan fleksibilitas alat gerak
melakukan peregangan pada sendi pergelangan
bawah siswa tunadaksa.
dari
pasangan
atau
alat
kaki menurut Sumaryanti (2005: 37), dan cara
dilakukan
memfokuskan
menurut
kemampuan
(2005:
38).
Anak
kemampuan
optimal gerak
untuk anak
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti
melakukan peregangan pada sendi jari kaki Sumaryanti,
secara
permasalahan fleksibilitas
alat
peningkatan gerak
bawah
berkebutuhan khusus termasuk anak tunadaksa,
menggunakan metode stretching pada anak
dalam kegiatan pembelajaran cepat merasa bosan.
tunadaksa kelas III di SLB Relabhakti 1
Sehingga diperlukan cara untuk menarik motivasi
Gamping. Berdasarkan batasan masalah yang
siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah
telah disampaikan di atas, diperoleh rumusan
satu cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk
masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana
meningkatkan motivasi siswa mengikuti kegiatan
penggunaan
pembelajaran adalah dengan pemberian reward.
meningkatkan fleksibilitas alat gerak bawah siswa
Pemberian reward dalam kelas akan mendorong
tunadaksa kelas tiga di SLB Relabhakti 1
metode
stretching
dalam
Peningkatan Fleksibilitas Alat Gerak Bawah.... (Nurul Hidayatul Fathona) 7
Gamping”?. Tujuan yang ingin dicapai dalam
Prosedur penelitian dalam penelitian ini
penelitian ini adalah untuk menginvestigasi
terdiri dari dua tahap yaitu perencanaan penelitian
penggunaan
dan pelaksanaan penelitian. Tahap perencanaan
metode
stretching
dalam
meningkatkan fleksibilitas alat gerak bawah siswa
meliputi beberapa langkah, yaitu
tunadaksa dalam pelajaran penjaskes.
diskusi mengenai metode stretching sebagai metode untuk meningkatkan fleksibilitas alat
METODE PENELITIAN
gerak
Jenis Penelitian Jenis
melakukan
bawah,
menyusun
instrumen
tes
fleksibilitas alat gerak bawah untuk mengetahui
penelitian
ini
adalah
penelitian
kemampuan
subjek
sebelum
dan
sesudah
tindakan kelas dengan desain Kemmis dan Mc
diberikan tindakan, mengukur kemampuan siswa
Taggart dan dilakukan dalam dua siklus. Setiap
dengan melakukan pre-test tentang kemampuan
siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan,
fleksibilitas alat gerak bawah subjek sebelum
observasi, dan refleksi.
diberikan tindakan, menyusun RPP pelajaran
Waktu dan Tempat Penelitian
penjaskes dengan materi peningkatan fleksibilitas
Penelitian ini dilakukan pada bulan April
alat gerak bawah, membuat lembar observasi
sampai dengan Mei 2016 di SLB Relabhakti 1
untuk
Gamping
mengikuti
yang
berlokasi
di
Cokrowijayan
mengamati
aktivitas
siswa
pembelajaran
selama
peningkatkan
Banyuraden Gamping, Seleman, Yogyakarta.
fleksibilitas alat gerak bawah, dan menetapkan
Penetapan lokasi penelitian dilaksanakan dengan
kriteria keberhasilan tindakan yaitu fleksibilitas
pertimbangan bahwa di SLB Relabhakti 1
alat gerak bawah anak tunadaksa mencapai KKM
Gamping terdapat anak tunadaksa yang memiliki
(kriteria kentuntasan minimal) sebesar 60% yang
kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah yang
disesuaikan dengan kemampuan anak.
masih kurang, selain itu belum pernah dilakukan
Tahap
kedua
adalah
pelaksanaan
penelitian dengan judul yang sama seperti yang
penelitian. Dalam tahap ini penelitian yang
diajukan oleh peneliti. Setting penelitian ini
dilakukan terdiri dari perencanaan tindakan,
dilaksanakan di ruang kelas III dan aula sekolah.
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Subjek Penelitian
Sebelum
pelaksanaan
melakukan
pra
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
tindakan
tindakan, untuk
peneliti mengetahui
tunadaksa kelas III SDLB berjumlah satu orang.
kemampuan awal fleksibilitas alat gerak bawah
Alasan pemilihan subjek adalah karena subjek
anak tunadaksa kelas III. Pelaksanaan tindakan
mengalami
kurangnya
dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dengan
fleksibilitas alat gerak bawah yang ditandai
satu kali pertemuan selama dua jam pelajaran dan
dengan kesulitan pada saat melakukan gerak
satu jam pelajaran selama 30 menit. Tes pasca
fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi pada alat
tindakan dilakukan pada pertemuan kelima untuk
gerak bawah sehingga kemampuan fleksibilitas
mengetahui kemampuan fleksibilitas alat gerak
alat gerak bawah perlu ditingakatkan.
bawah anak tunadaksa setelah diberikan tindakan.
Prosedur
Pada tahap tindakan, peneliti berkolaborasi
gangguan
pada
8 Jurnal Pendikan Khusus
dengan
guru
peregangan.
dalam
Kegiatan
memberikan peregangan
materi
kualitatif, yaitu data yang sudah diperoleh di
dilakukan
deskripsikan secara naratif. Teknik kuantitatif
secara bertahap pada masing-masing sendi alat
digunakan
untuk
menganalisis
skor
tes
gerak bawah. Pada tindakan siklus I pertemuan
kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah yang
pertama, materi yang diberikan yaitu melakukan
diperoleh siswa.
peregangan pada sendi pangkal paha, pertemuan
Skor yang diperoleh dihitung menjadi nilai
kedua melakukan peregangan pada sendi lutut,
yang dinyatakan dalam bentuk persen. Rumus
pertemuan ketiga melakukan peregangan pada
yang
sendi pergelangan kaki, pertemuan keempat
menggunakan rumus Ngalim Purwanto, (2006:
melakukan peregangan pada sendi jari kaki.
102) sebagai berikut :
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
digunakan
NP =
adalah melakukan pengamatan terhadap perilaku
untuk
R
menghitung
nilai
x 100%
SM
siswa yang muncul pada saat pelajaran penjaskes.
Keterangan :
Tahap terakhir yaitu refleksi. Pada tahap ini
NP
= Nilai persen yang diharapkan
peneliti bersama guru kelas merefleksi proses
R
= Skor mentah yang diperoleh siswa
pembelajaran
SM
= Skor maksimum ideal dari tes yang
yang
telah
terlaksana
dan
mengevaluasi hasil selama pembelajaran yang telah diberikan kepada siswa.
bersangkutan 100
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
= Bilangan tetap
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dalam
Hasil Penelitian Siklus I Hasil evaluasi unjuk kerja peningkatan
penelitian yaitu teknik observasi dan teknik tes.
fleksibilitas alat gerak bawah anak tunadaksa
Tes unjuk kerja pada penelitian ini dilakukan
kelas III memperoleh skor sebesar 48 dengan
ketika sebelum diberikan tindakan dan sesudah
persentase pencapaian 69%. Pada pembelajaran
diberikan tindakan atau pasca tindakan. Tes
penjaskes sisklus I guru sudah mampu membuka
dilakukan
kemampuan
pembelajaran dengan mengajak siswa untuk
fleksibilitas alat gerak bawah setelah diberikan
berdoa dan mengkondisikan siswa untuk memulai
tindakan. Observasi yang dilakukan adalah
pelajaran, mempersiapkan alat dan bahan yang
observasi terhadap perilaku siswa yang muncul
akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
pada saat pembelajaran penjas. Teknik observasi
menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti
dalam penelitian ini menggunakan instrumen
kegiatan pembelajaran penjaskes, menyampaikan
panduan observasi berupa checklist (√).
materi dengan jelas sehingga siswa memahami
Teknik Analisis Data
apa
Teknik
pengumpulan
untuk
mengetahui
data
yang
disampaikan
oleh
guru,
Teknik analisis data yang digunakan
mendemonstrasikan gerakan peregangan sebelum
dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
meminta siswa untuk melakukannya secara
data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data
mandiri dan menutup kegiatan pembelajaran
hasil observasi siswa dianalisis degan teknik
dengan membaca doa.
Peningkatan Fleksibilitas Alat Gerak Bawah.... (Nurul Hidayatul Fathona) 9
Subjek
antusia
mengikuti
kegiatan
Berdasarkan
evaluasi
yang
telah
pembelajaran, tidak ribut dan mengikuti setiap
dilakukan pada tindakan siklus II, diketahui
perintah yang diberikan oleh guru. Subjek
bahwa Skor yang diperoleh DM dalam pelajaran
melakukan kegiatan pemanasan dan peregangan
penjaskes yaitu 48 dengan persentase pencapaian
dengan baik sesuai perintah. Selain itu juga, siswa
69% yang termasuk dalam kategori baik. Pada
menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh
pelaksanaan siklus ke II subjek dikatakan berhasil
guru. Terkadang subjek masih sering tidak fokus
karena persentase pencapaiannya 69% di atas
pada
kriteria ketuntasan minimal yaitu 60%.
saat
melakukan
peregangan
dengan
mengabaikan perintah guru. Hasil pasca tindakan siklus I dapat dilihat
Tabel 3. Data pasca tindakan siklus I dan pasca
dalam tabel berikut:
tindakan
siklus
II
Kemampuan
Tabel 1. Hasil tindakan siklus I
Fleksibilitas Alat Gerak Bawah Anak Tunadaksa Kelas III di SLB Relabhakti
No
1
Sub jek
DM
Kemampuan Pra Tindakan Skor Pencapa Perole ian han 33
47%
Post-test Siklus I Skor Persen Perole tase han Penca pain 41 59%
Kriteria
1 Gamping N Nama o
Pre-test Sk or
Baik 1
DM
33
Penc apai an 47%
Post-test I Sk or 41
Penc apai an 59%
Post-test II Sk Penc or apai an 48 69%
Pening katan dari pre-test 22%
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test di atas, diketahui bahwa DM mengalami peningkatan
Tabel di atas menunjukkan bahwa
fleksibilitas alat gerak bawah setelah diberikan
persentase pencapaian yang diperoleh DM dari
tindakan pada siklus I.
pre-test yaitu 47%, meningkata menjadi 69%
Hasil Penelitian Siklus II
pasca tindakan siklus ke II. Pencapaian yang
Hasil tindakan siklus II yakni subjek antusias
diperoleh DM telah melebihi kriteria ketuntasan
mengikuti kegiatan pembelajaran, bersungguh-
minimal yang ditetapkkan yaitu 60%.
sungguh pada saat melakukan pemanasan dan
Untuk
lebih
jelasnya,
peningkatan
melakukan kegiatan peregangan dengan baik
fleksibilitas alat gerak bawah menggunakan
sesuai dengan perintah guru. Subjek sudah mulai
metode stretching anak tunadaksa kelas 3 di SLB
memberikan pertanyaan terkait dengan materi
Relabhakti 1 Gamping dari kemampaun awal
pelajaran.
(pre-test), post-test siklus I, post-test Siklus II
Hasil evalusi unjuk kerja pasca
tindakan siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2. Hasil tindakan siklus II No
1
Nama
DM
Siklus II Skor
Pencapaian
48
69%
Kriteria Baik
dapat dilihat pada grafik berikut:
10 Jurnal Pendikan Khusus
peregangan pada sendi-sendi alat gerak bawah seperti sendi pangkal paha, sendi lutut, sendi pergelangan kaki, dan sendi jari kaki. Metode peregangan
yang
digunakan
yaitu
metode
peregangan PNF (propriceptive neuromuskular facilitation) atau metode peregangan dibantu pasangan atau alat menurut Hinson (Sukadiyanto, Gambar
1.
Grafik
hasil
fleksibilitas
tes
alat
kemampuan gerak
bawah
setelah diberikan tindakan pada
2002:122). Metode ini dipilih karena disesuaikan dengan kondisi anak tunadaksa yang mengalami hambatan gerak serta tidak mampu melakukan kegiatan peregangan sendiri. Langkah-langkah
siklus I dan siklus II.
kegiatan peregangan dilakukan sesuai dengan Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan fleksibilitas
teori Sukadiyanto (2002: 137), Soeprapto (1979: 86), dan teori Sumaryanti (2005: 37). Kemampuan
alat gerak bawah pada anak tunadaksa kelas 3 di SLB Relabhakti 1 Gamping. Pada kemampuan awal terlihat bahwa kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah subjek masih rendah. Namun setelah diberikan tindakan pada siklus I persentase pencapaian menjadi 59%. Dan pada siklus II meningkat menjadi 69% dan sudah melebihi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
fleksibilitas
alat
gerak
bawah anak tunadaksa pada siklus I mengalami peningkatan kemampuan
jika awal
dibandingkan anak
sebelum
dengan diberikan
tindakan. Tetapi skor yang diperoleh siswa pada post-test siklus I belum mencapai KKM sehingga perlu dilakukan tindak lanjut pada siklus II. Hal ini disebabkan karena ada beberapa kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan siklus I, seperti
tetapkan.
suasana kelas yang ramai menyebabkan subjek Pembahasan
sering beralih perhatian pada saat kegiatan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini berupa penggunaan metode stretching pada pembelajaran bina gerak untuk
peningkatan
pembelajaran dan waktu yang terlalu singkat sehingga
yang diperoleh berasal dari tes kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah dan lembar observasi untuk mengamati perilaku siswa yang muncul
pada
saat
pelaksanaan
pelajaran
penjaskes. Kegiatan
pencapaian
subjek
belum
maksimal.
fleksibilitas alat gerak bawah anak tunadaksa kelas III di SLB Relabhakti 1 Gamping. Hasil
tingkat
Guru dan peneliti membuat perencanaan dengan memberikan reward kepada subjek berupa kesempatan untuk mewarnai di akhir kegiatan
pembelajaran
jika
subjek
mampu
melakukan kegiatan peregangan dengan baik. Menurut Mulyasa (2011: 77) reward merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat
yang
dilakukan
subjek
menggunakan metode stretching yaitu melekukan
meningkatkan kemungkinan terulang kembali perilaku tersebut. Reward dapat dilakukan secara
Peningkatan Fleksibilitas Alat Gerak Bawah.... (Nurul Hidayatul Fathona) 11
verbal ataupun non verbal dengan prinsip
pada siklus I, guru dan peneliti menyusun
kehangatan, keantusiasan dan kebermaknaan.
rencana tindak lanjut pada siklus II yakni
Pemberian reward dalam kelas akan mendorong
dengan pemberian reward
siswa meningkatkan usahanya dalam kegiatan
berupa kesempatan untuk mewarnai jika
belajar mengajar dan mengembangkan hasil
subjek
belajar. Berdasarkan hasil post-test pada siklus II,
peregangan dengan baik. Tujuan pemberian
persentase
reward adalah untuk meningkatkan motivasi
pencapaian
subjek
mengalami
peningkatan.
mampu
kepada subjek
melakukan
kegiatan
subjek mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hasil dari pelaksanaan tindakan siklus I
Subjek DM pada tes kemampuan pra
dan siklus II menunjukkan bahwa kemampuan
tindakan (pre-test) persentase pencapaian
fleksibilitas alat gerak bawah subjek mengalami
47%, meningkat menjadi 59% pada post-test
peningkatan dibandingkan dengan kemampuan
siklus I, meningkat lagi menjadi 69% pada
pra tindakan (pre-test). Peningkatan kemampuan
post-test siklus II. Persentase peningkatan
fleksibilitas alat gerak bawah anak tunadaksa
subjek dari tes pra tindakan (pre-test), post-
dapat dilihat dari persentase pencapaian yang
test siklus I dan post-test siklus II mengalami
diperoleh pada pra tindakan (pre-test), post-test
peningkatan
siklus I, post-test siklus II. Setelah pasca tindakan
pencapaian subjek setelah diberikan tindakan
siklus II, peneliti mengambil keputusan bahwa
pada siklus I dan siklus II telah melebihi
penelitian ini dianggap sudah berakhir karena
keriteria ketuntasan minimal yang telah
perolehan skor yang diperoleh telah memenuhi
ditetapkan yaitu 60% dari total keseluruhan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
materi yang diberikan.
ditetapkan yaitu 60%.
menjadi
22%.
Persentase
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
yang telah dilakukan dalam penelitian ini,
Simpulan
maka peneliti mengemukakan saran sebagai 1. Metode stretching dapat menarik perhatian siswa
mengikuti
kegiatan
pembelajaran
peningkatan fleksibilitas alat gerak bawah. Hal ini dibuktikan dengan sikap siswa yang antusias pada saat melakukan kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir. Subjek selalu memperhatikan penjelasan guru dan mengikuti setiap perintah yang diberikan oleh guru. 2. Pada siklus I, subjek belum mencapai KKM sebesar 60% sehingga dilakukan tindak lanjut pada siklus II. Berdasarkan hasil refleksi
berikut: 1. Bagi Guru a. Penggunaan metode stretching dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pemilihan metode pembelajaran yang
efektif
untuk
meningkatkan
fleksibilitas alat gerak bawah anak tunadaksa dalam pelajaran penjaskes. b. Siswa yang cepat bosan dan malas perlu banyak diberikan motivasi serta guru harus menciptakan suasana belajar yang
nyaman
dan
menyenangkan.
12 Jurnal Pendikan Khusus
Misalnya
kegiatan
dibarengi
dengan
Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
pembelajaran permainan
dan
pemberian hadiah atau reward kepada anak jika anak mampu melakukan setiap perintah guru dengan baik. 2. Bagi Sekolah Sekolah
hendaknya
melaksanakan
program pembelajaran bina gerak kepada siswa tunadaksa untuk meningkatkan kemampuan
gerak
siswa
agar
tidak
mengalami kemunduran. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil
penelitian
mengenai
penggunaan
Rusli Lutan dan Edi Nurinda. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani. Jakarta. Direktorat Jenderal Olahraga. Misbach. 2012. Seluk Beluk Tunadaksa dan Startegi Pembelajaran. Javalitera. Yogyakarta. Mulyasa. (2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Soeprapto. (1979). Olah Raga Untuk SGPLB. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
metode stretching pada pelajaran penjaskes untuk peningkatan fleksibilitas alat gerak bawah dapat digunakan menjadi dasar bagi penelitian yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA Asep Karyana dan Asep Ading Sarip Hidayat. 2013. Bina Gerak Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. PT. Luxima Metro Media. Jakarta Timur. Arnasih Nahraeni. (1986). Pedoman Guru Dalam Bina Gerak Bagi Anak Tunadaksa. Proyek Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Jakarta. Mumpuniarti. (2001). Pendidikan Anak Tunadaksa. Yogyakarta: Jurusan
Sukadiyanto. (2002). Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Sumaryanti. 2005. Aktivitas Terapi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Djoko Pekik Irianto. (2000). Panduan Latihan Kebugaran. Yogyakarta. Lukman Offset. Ngalim
Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.