Volume 12, Nomor 2, Hal. 49-54 Juli – Desember 2010
ISSN 0852-8349
PENINGKATAN EFISIENSI KONVERSI ENERGI MATAHARI PADA PERTANAMAN KEDELE MELALUI PENANAMAN JAGUNG DENGAN JARAK TANAM BERBEDA Nyimas Myrna E. F. dan Ardiyaningsih Puji Lestari Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari apakah penanaman jagung dengan berbagai jarak tanam akan memberikan pengaruh terhadap efisiensi konversi energi pada pertanaman kedele, dan selanjutnya akan didapat penanaman jagung dengan jarak tanam tertentu yang dapat meningkatkan efisiensi konversi energi radiasi yang tertinggi pada pertanaman kedele. Percobaan lapang dilaksanakan pada bulan Juni - September 2010 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi, yang terletak pada ketinggian 35 dpl, jenis tanah termasuk ke dalam ordo Ultisol dengan pH 4,62-4,9. Berdasarkan hasil perhitungan data curah hujan selama 10 tahun (1989-1998), curah hujan di wilayah Mendalo tergolong ke dalam tipe A berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok ( RAK) dengan satu faktor perlakuan, yaitu jarak tanam jagung pada pertanaman kedelai, dengan taraf P1= 75 cm x 25 cm, P1 = 100 cm x 25 cm, p2 = 125 cm x 25 cm, p3 = 150 cm x 25 cm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Penanaman jagung dengan jarak tanam yang berbeda dalam pertanaman kedele akan memberikan pengaruh terhadap efisiensi konversi energi radiasi matahari dan (2) Peningkatan efisiensi energi radiasi matahari yang tertinggi pada tanaman kedele didapat apabila menggunakan jarak tanam jagung 100 cm x 25 cm. Kata kunci : konversi energy matahari, kedele, jarak tanam jagung
PENDAHULUAN Permintaan terhadap komoditas kedelai terus mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi, membaiknya pendapatan per kapita dan makin berkembangnya industri makanan yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku. Bertambahnya peningkatan permintaan terhadap kedelai, ternyata tidak diikuti dengan peningkatan produksi, dengan kata lain untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri masih diperlukan masuknya kedelai dari negara tetangga. Semakin bertambahnya jumlah penduduk juga mengakibatkan semakin berkurangnya lahan-lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian, sehingga perlu adanya kegiatan penanaman yang memanfaatkan lahan seoptimal mungkin. Salah satu
kegiatannya adalah memanfaatkan radiasi yang masuk langsung ke permukaan tanah diantara tanaman dengan cara menanam tanaman yang mempunyai habitus yang lebih tinggi di sela-sela tanaman kedelai, Dengan adanya pemanfaatan lahan tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan efisiensi konversi energi kimia dalam bentuk karbohidrat hasil panen. Sub sektor peternakan sebagai bagian sektor pertanian dapat diintegrasikan dengan sub sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas masing-masing sub sektor. Usaha ternak dapat diintegrasikan dengan usaha tani dengan cara : (1) hasil samping (limbah) pertanian dapat digunakan sebagai pakan ternak dan (2) kotoran ternak serta sisa pakan dapat didekomposisikan menjadi kompos untuk penyediaan unsur hara lahan pertanian. Penerapan sistem usaha tani seperti ini pada akhirnya akan mengarah pada
49
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
aplikasi teknologi pertanian terpadu dalam mendukung ketahanan pangan di Propinsi Jambi. Penyediaan hijauan pakan untuk ternak ruminansia sampai saat ini masih terkendala oleh produksi hijauan yang fluktuatif yang biasanya sangat tergantung pada musim, dimana musim kemarau ketersediaannya lebih sedikit dibanding musim hujan. Salah satu pakan yang dapat digunakan sebagai pakan alternatif adalah limbah jagung. Kulit buah jagung merupakan daun tongkol yang dikenal dengan daun kelopak jagung adalah merupakan limbah mempunyai potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia Komposisi zat makanan pada kulit buah jagung (%BK) yaitu bahan kering 16,46%,Protein kasar 8,16%, Serat kasar 28,71%, lemak kasar 3,64%, BETN 47,46%, abu 11,99% dan TDN 66,30% (Putri, 1996). Menurut Catt (1978) dalam Putri (1996) pada saat panen, tanaman jagung menghasilkan biji 38%, kelobot 10%, tongkol 10%, batang dan daun 42%. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan jagung untuk ternak, bagian tanaman jagung yang dapat digunakan sebagi pakan hijauan adalah (1) seluruh tanaman berikut biji, (2) biji + tongkol + kelobot , (3) biji + tongkol, (4) biji + tongkol dan (4) batang dan daun. Tanaman jagung yang ditumbuhkan di sela-sela tanaman kedele akan memberikan efek penaungan dan diharapkan akan memberikan manfaat positif terhadap tanaman kedelai. Hasil panen jagung akan memberikan tambahan panen, sedangkan limbahnya dapat digunakan sebagi pakan ternak. Tanaman jagung memiliki habitus tinggi, tegak dan tidak bercabang, sehingga masih memungkinkan masuknya radiasi matahari untuk tanaman yang tumbuh di bawahnya. Selain itu sistem perakaran yang dimiliki adalah serabut, kondisi ini akan sangat menguntungkan akan akan menghindarkan tanaman kedele dan jagung dari kompetisi antar spesies Setiap tanaman memiliki kebutuhan intensitas radiasi yang tidak selalu sama, hal ini berkaitan dengan macam lintasan carbon
50
dalam proses metabolisme. Tanaman kedele tergolong pada tanaman dengan lintasan carbon C3 dan merupakan tanaman yang tidak efisien karena tanaman ini melakukan fotorespirasi sehingga pembongkaran karbohidrat hasil fotosintesis akan lebih besar. Kedelai merupakan tanaman yang memiliki habitus rendah serta kanopi yang cukup rapat dan tergolong pada tanaman yang cukup toleran terhadap naungan. Selain itu juga memiliki sistem perakaran tunggang dan mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium memfikasasi nitrogen bebas di udara. Nitrogen hasil fiksasi selain dapat dimanfaatkan untuk tanaman kedele juga dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang tumbuh di sekitarnya. Besarnya energi yang ditangkap oleh tajuk tanaman dapat disebabkan oleh populasi tanaman yang merupakan akibat dari penggunaan jarak tanam. Semakin dekat jarak tanam maka jumlah energi yang dapat ditangkap oleh tajuk di bawahnya akan semakin berkurang. Dengan demikian dirasa perlu untuk melakukan penelitian seberapa besar pengaruh tanaman jagung yang ditanam pada jarak tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil kedele. METODE PENELITIAN Percobaan ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Kampus Pinang Masak Universitas Jambi Mendalo. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan percobaan ini adalah 3 bulan. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : benih kedelai, benih jagung, kompos Sampah kota, pupuk anorganik dan air. Alat-alat yang digunakan adalah light meter, mistar, terpal, moisture tester, oven, Leaf Area Meter, cangkul, parang, meteran, timbangan, golok, ember plastik dan alat tulis. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok ( RAK) dengan satu faktor perlakuan, yaitu jarak tanam jagung pada pertanaman kedelai, dengan taraf p1= 75 cm x 25 cm, p1 = 100 cm x 25 cm, p2 = 125 cm x 25 cm, p3 = 150 cm x 25 cm
Nyimas Myrna, E. F. dan Ardiyaningsih, P. L.: Peningkatan Efisiensi Konversi Energi Matahari pada Pertanaman Kedele melalui Penanaman Jagung dengan Jarak Tanam Berbeda
Masing-masing taraf diulang sebanyak 4 kali. Untuk melihat apakah jagung yang ditanam pada jarak yang berbeda akan memberikan pengaruh terhadap pertanaman kedelai, maka digunakan sidik ragam, sedangkan DNMRT digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh yang ditimbulkan untuk masing-masing jarak tanam jagung. Pelaksanaan Penelitian diawali dengan pembuatan 24 bedengan untuk tempat penanaman, kemudian dilakukan penaburan pupuk organik dan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah. Penanaman kedelai dilakukan dengan menggunakan jarak tanam 25 cm x 25 cm dan penanaman jagung dilaksanakan sesuai perlakuan. Pemberian pupuk anorganik dilakukan pada saat tanam yang diberikan secara larikan dalam barisan tanaman dengan dosis Urea 200kg.ha-1, SP-36 100 kg.ha-1 dan KCl 100 kg.ha-1. Pupuk urea diberikan 2 kali, yaitu ⅔ bagian pada saat kedelai berumur 1 minggu setelah tanam bersamaan dengan Sp-36 dan KCl dan ⅓ bagian lagi diberikan pada saat tanaman kedelai berumur 35 hst. Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit. Panen akan dilaksanakan apabila tanaman kedelai sudah menunjukkan kriteria matang fisiologis. Peubah yang diamati meliputi Peraentase ternaungi, Tinggi tanaman, Berat kering tajuk, jumlah polong, berat 100 biji dan hasil per hektar. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa penanaman jagung sebagai penaung akan memberikan pengaruh terhadap
persentase kedele ternaungi dan tinggi tanaman. Sedangkan pengaruh masingmasing jarak tanam penaung terhadap persentase ternaungi dan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah radiasi matahari yang diterima tanaman kedele akan makin meningkat dengan semakin besarnya jarak tanam yang digunakan. Jagung yang ditanam dengan jarak 75 x 25 cm akan menaungi kedele sebesar 65% dan apabila penanamannya dijarangkan menjadi 125 cm x 25 cm maka radiasi matahari akan diterima tanaman akan meningkat sebesar 43 %. Radiasi matahari yang diterima tanaman kedele akan makin meningkat apabila jarak tanam untuk jagung yang digunakan adalah 150 x 25 cm. Radiasi matahari yang diterima tanaman kedele akan memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman kedele. Tanaman kedele yang berada diantara tanaman jagung dengan jarak tanam 150 cm X 25 cm memiliki tinggi 48,02 cm, Tinggi tanaman kedele akan menurun sebesar di sekitarnya ditanami jagung dengan jarak 75 cm x 25 cm. Hal yang berbeda pada berat kering tajuk, Perbedaan ukuran jarak tanam jagung akan menghasilkan tanaman kedele dengan berat kering tajuk yang berbeda tidak nyata. Komponen hasil dan hasil tanaman kedele dipengaruhi secara nyata oleh adanya penanaman jagung dengan jarak tanam yang berbeda pada pertanaman kedele, sedangkan perbedaan pengaruh antar perlakuan dapat dilihat pada tabel 2 . Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam jagung maka akan mengakibatkan semakin rendahnya komponen hasil dan hasil tanaman kedele. Jagung yang ditanam dengan jarak 75cm x 25 cm akan
Tabel 1. Persentase ternaungi dan pertumbuhan kedele pada berbagai jarak tanam jagung penaung Jarak Tanam Jagung Ternaungi (%) Tinggi Tanaman (cm) Berat Kering (g/ton) Tajuk (cm) 75 x 25 65,00 a 59,00 a 7,65 b 100 x 25 60,00 ab 51,35 ab 18,95 a 125 x 25 50,00 b 31,00 c 48,02 b 150 x 25 53,68 ab 12,99 ab 11,05 ab Keterangan : Angka yg diikuti oleh huruf yg sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji Duncan.
51
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
Tabel 2. Komponen hasil dan hasil kedele pada berbagai jarak tanam jagung penaung. Jarak Tanam Jagung Jumlah Polongan/ BK Biji/tanaman (g) Hasil/ha (ton) (cm) tanaman (buah) 75 x 25 26.167 b 5,892 b 1,226 b 100 x 25 36.917 ab 9,477 a 1,972 a 125 x 25 47.667 a 9,401 a 1,955 a 150 x 25 48.750 a 9,442 a 1,964 a Keterangan : Angka yg diikuti oleh huruf yg sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji Duncan.
menghasilkan jumlah polong tanaman, berat kering biji dan hasil yang paling rendah, bila jagung ditanam dengan jarak yang lebih renggang (100 cm x 25 cm ) maka akan terjadi peningkatan berat kering biji sebesar 61% dan hasil per hektar sebesar 61 %. Penambahan ukuran jarak tanam jagung di atas 75 cmx 25 cm tidak mampu meningkatkan jumlah polong, berat kering biji maupun hasil kedele per hektar. Pembahasan
Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi tanaman. Cahaya yang sampai diatas kanopi tanaman jagung akan diabsorbsi, direfleksikan, dan ditransmisikan. Cahaya yang ditransmisikan akan di intersepsi oleh daun-daun kedelai (Trenbath, 1982 dalam Safii, 1995). Distribusi cahaya yang berbeda akan memberikan respons yang berbeda pula terhadap pertumbuhan tanaman. Pengaturan jarak tanam jagung yang ditanam pada pertanaman kedele telah memberikan efek penaungan terhadap tanaman kedele, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil dari tanaman kedelai. Perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm memberikan persentase ternaungi yang paling besar dibandingkan jarak tanam jagung penaung lain, sedangkan jarak tanam 150 cm x 25 cm memberikan persentase ternaungi yang lebih kecil dibandingkan perlakuan jarak tanam jagung penaung lainnya. Sementara itu diketahui bahwa tumpangsari kacang-kacangan habistus rendah dengan tanaman lain yang berhabistus tinggi, menyebabkan tanaman kacang-kacangan mendapat naungan sehingga mengurangi intensitas dan kualitas cahaya. Radiasi yang diterima permukaan daun tanaman dipengaruhi oleh lingkungan,
52
terutama tegakan yang ada di sekitarnya. Dari hasil penelitian didapat bahwa dengan adanya penanaman jagung di antara pertanaman kedele dengan jarak 75 cm x 25 cm akan mengakibatkan efek penaungan sebesar 65 %, dan apabila populasi jagung dikurangi dengan menambah jarak tanam menjadi 150 cm x 25 cm maka terjadi penurunan efek penaungan sebesar 52%. Adanya tegakan yang berupa tanaman jagung diantara tanaman kedele akan memberikan pengaruh terhadap jumlah radiasi matahari yang diterima oleh pertanaman kedele. Semakin besar penaungan pada pertanaman kedele akan mengakibatkan semakin sedikitnya jumlah radiasi yang akan diterima pertanaman kedele dan selanjutnya akan memberikan pengaruh terhadap proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh tanaman. Sugito (1994) menyatakan bahwa proses fotosintesis, respirasi dan transpirasi yang terjadi dalam tubuh tanaman sangat dipengaruhi oleh besarnya intensitas radiasi matahari yang diterima oleh tanaman. Semakin besar efek penaungan tanaman jagung terhadap tanaman kedele akan mengakibatkan semakin sedikitnya radiasi yang masuk, dan hal ini akan memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman kedele. Tanaman kedele yang mendapat penaungan sebesar 65% akan menghasilkan tanaman yang lebih tinggi bila dibandingkan tanaman lain yang mendapat penaungan dengan persentase yang lebih kecil, dan tanaman kedele yang mengalami efek penaungan sebesar 31% menghasilkan tanaman yang lebih rendah, yaitu 48 cm. Tingginya tanaman yang mendapat penaungan 65% disebabkan karena adanya pengaruh aktivitas auxin dalam tubuh tanaman. Auxin merupakan hormone yang terdapat dalam tubuh tanaman yang banyak terdapat pada jaringan meristem dan
Nyimas Myrna, E. F. dan Ardiyaningsih, P. L.: Peningkatan Efisiensi Konversi Energi Matahari pada Pertanaman Kedele melalui Penanaman Jagung dengan Jarak Tanam Berbeda
berfungsi untuk pembelahan dan pemanjangan sel. Aktivitas auxin sangan dipengaruhi oleh cahaya. Intensitas cahaya yang rendah akan meningkatkan aktivitas auxin yang selanjutnya proses pembelahan dan pemanjangan sel akan lebih cepat. Apabila pemanjangan tanaman terjadi demikian cepat maka dikenal dengan istilah etiolasi. Kondisi yang sebaliknya akan terjadi apabila tanaman menerima intensitas radiasi yang lebih tinggi. Tingginya persentase ternaungi pada jarak tanam yang lebih rapat telah memberikan respon terhadap tingginya tanaman kedelai, dimana tanaman kedelai menjadi lebih tinggi. Menurut Dwijoseputro (1983), tanaman yang kekurangan cahaya, maka hormon auksin yang ada dalam tubuh tanaman akan menumpuk pada bagian tanaman yang berlawanan dengan arah datangnya cahaya. Akibatnya pembelahan sel yang terjadi pada bagian yang berlawanan dengan arah datangnya cahaya tersebut lebih besar daripada bagian yang menerima cahaya penuh. Besarnya pertambahan sel yang terjadi mengakibatkan pertambahan tinggi tanaman yang besar dan pertumbuhannya mengarah ke arah datangnya cahaya. Semakin tingginya tanaman kedele sebagai akibat efek penaungan yang besar dari tanaman jagung akan memberikan pengaruh terhadap berat kering tajuk tanaman kedele. Berat kering tanaman merupakan indicator pertumbuhan. Dari hasil penelitian didapat bahwa tanaman kedele yang berada diantara tanaman jagung yang ditanaman sangat rapat, yaitu 75 cm x 25 cm memiliki berat kering tajuk yang sangat ringan, yaitu 7,750 gram, sedangkan bila tanaman jagung diperjarang, berat kering tajuk dapat mencapai 18,950 gram. Berat kering tanaman merupakan berat bahan padatan hasil fotosintesis. Fotosintesis dapat dipandang sebagai suatu proses dimana energy matahari oleh tanaman dirubah menjadi energy kimia yang berupa karbohidrat dan biasanya diukur dalam bentuk hasil bahan kering total. Aktivitas fotosintesis sangat dipengaruhi oleh besar kecil intensitas radiasi yang diterima oleh tanaman. Semakin meningkat intensitas radiasi matahari maka
laju fotosintesis juga kian meningkat sampai pada intensitas tertentu (optimum). Hal sebaliknya terjadi pada persentase ternaungi yang rendah pada jarak tanam yang lebih renggang. Pada hasil petakan, bobot biji per tanaman, dan jumlah polong tanaman kedelai. Pada tanaman yang mendapat cahaya yang lebih banyak, maka intensitas cahaya yang diterima akan lebih tinggi dan akibatnya proses fotosintesis akan berjalan lebih cepat, sehingga suplai karbohidrat akan bertambah. Sehubungan dengan pengaruh intensitas cahaya terhadap pengisian biji, Baharsyah (1980) menyatakan bahwa translokasi fotosintat (hasil fotosintesis) pada pengisian biji akan terganggu pada tanaman yang mendapat cahaya kurang. Perlakuan beberapa jarak tanam jagung yang berperan sebagai penaung pada pertanaman kedele memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman, berat kering biji per tanaman dan hasil per petakan. Pengamatan terhadap jumlah polong pertanaman didapat bahwa apabila tanaman jagung yang terdapat pada pertanaman kedele ditanam dengan jarak yang lebih rapat, maka akan mengakibatkan penurunan jumlah polong. Jumlah polong pertanaman yang tertinggi akan diperoleh bila jarak tanam jagung 150 cm x 25 cm. Jumlah polong terendah dihasilkan oleh tanaman kedele yang mendapat penaungan 65%.. Menurut Somaatmadja. (1993) bahwa tanaman kedelai termasuk tanaman yang peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Terganggunya pembentukan bunga dapat mengakibatkan jumlah polong yang terbentuk juga ikut terganggu. Begitu juga pada variabel berat kering biji per tanaman, bahwa tanaman yang memiliki bobot kering tajuk yang terendah akan menghasilkan biji kedele yang lebih ringan dan biji akan menjadi lebih berat bila berat kering tajuknya juga meningkat.. Pengisian polong sangat dipengaruhi jumlah fotosintat yang tersedia dalam tubuh tanaman, dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan, terutama cahaya matahari, fotoperiode, dan temperatur.
53
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
Perlakuan jarak tanam jagung penaung berpengaruh terhadap hasil kedelai. Bahwa jarak tanam jagung penaung yang lebih renggang memungkinkan tanaman kedelai mendapatkan intensitas yang lebih tinggi, sehingga laju fotosintesis pun lebih cepat yang akhirnya akan memberikan hasil fotosintat yang lebih banyak, akibatnya hasil yang diperoleh pun meningkat. Kebutuhan cahaya untuk proses fotosistesis yang meningkat, akan menimbulkan persaingan yang berat dengan semakin meningkatnya jarak tanam dan tingkat penaungan yang saling menutupi, sehingga akan menurunkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang kalah bersaing. Selanjutnya dikatakan bahwa perubahan jumlah tanaman persatuan luas akan menimbulkan beberapa fenomena biologis, antara lain perbedaan beratnya persaingan baik antar tanaman maupun dalam tanaman (Sarman, dkk., 1999). Demikian sebaliknya, tanaman yang mendapat intensitas cahaya yang lebih rendah akan memberikan fotosintat yang juga sedikit sehingga produksinya juga sedikit. Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai. Gardner, dkk. (1991) menyatakan bahwa intensitas cahaya akan besar pengaruhnya selama periode vegetatif maupun fase generatif. Dimana cahaya dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, luas, biomassa tanaman, pembungaan, serta berpengaruh pada saat pengisian biji. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Penanaman jagung dengan jarak tanam yang berbeda dalam pertanaman kedele akan memberikan pengaruh terhadap efisiensi konversi energi radiasi matahari 2. Peningkatan efisiensi energi radiasi matahari yang tertinggi pada tanaman kedele didapat apabila menggunakan jarak tanam jagung 100 cm x 25 cm.
54
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruhnya terhadap tanaman jagung, dalam kaitannya sebagai pakan ternak. DAFTAR PUSTAKA Baharsyah, J.S. 1980. Pengaruh naungan pada berbagai tahap perkembangan dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen hasil kedelai. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Dwidjoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta Gardner, F, R.B. Pearce dan R. L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Yogyakarta. Putri, Y. 1996. Pengaruh penggunaan kulit buah jagung terhadap total digestible nutrients (TDN) dan digestible energy (DE) dalam ransum ternak domba lokal. Universitas Andalas, Padang. Safi’i, M. 1995. Intensitas cahaya dalam system agroviskular dan pengaruhnya terhadap hasil tumpangsari tanaman kacang tanah dan jagung. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang. Sarman, S. Ardianingsih, P. L. dan Zurhalena. 1999. Kompetisi tanaman jagung dan kedelai dalam sistem tumpangsari akibat perlakuan dosis pupuk npk dan model jarak tanam jagung di lahan kering. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Somaatmadja, S. 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 1: Kacang-kacangan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sugito, Y. 1994. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang