THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
PENINGKATAN DAYA JUAL PERINSANG SEBAGAI PRODUK KHAS KABUPATEN LOMBOK 1, 2
Ifta Firdausa Nuzula1), Hafizatun Asnaini2) Jurusan Manajemen, Universitas Ahmad Dahlan Jl. Kapas No. 9, Yogyakarta 55161 email:
[email protected]
Abstract Berbagai program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada dasarnya bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan taraf kebutuhan hidup, dan meningkatkan kesejahteraan bukan saja untuk diri atau pribadi sendiri namun juga untuk peningkatan daya saing bangsa. Dari pengamatan di lapangan, banyak kalangan produsen dan penjual atau masyarakat yang memiliki kekayaan produk atau keterampilan membuatnya, namun akibat keterbatasan pengetahuan menjadikan mereka kesulitan untuk berkembang termasuk di Dusun Daye, NTB dalam memproduksi perinsang sebagai produk sampingan dari ampas tahu. Tulisan ini merupakan hasil pengamatan lapangan di wilayah tersebut dan berusaha mencari alternatif dalam pemberdayaan masyarakat sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan daya jual yang baik pada wilayah yang lebih luas. Keywords: selling power, traditional food, empowerment, perinsang, welfare, native. PENDAHULUAN Berbagai program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada dasarnya bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan taraf kebutuhan hidup, dan meningkatkan kesejahteraan bukan saja untuk diri atau pribadi sendiri namun juga untuk peningkatan daya saing bangsa. Hal ini menjadi sangat penting terutama dalam menghadapi persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA. Penguatan pada program pemberdayaan ini akan memberikan pengaruh secara luas di masyarakat berbagai lapisan (Firdaus & Hakim, 2013), sehingga program pemberdayaaan masyarakat penting dilakukan. Melalui pemberdayaan masyarakat akan dapat dikembangkan berbagai hal yang bermanfaat seperti peningkatan keterampilan, kemandirian, dan juga daya saing produk lokal pada cakupan yang lebih luas (Muslim, 2007; Nugrahani, 2013). Penguatan ini akan dapat meminimalisir kekhawatiran masyarakat dalam menghadapi dampak baik peluang maupun ancaman MEA dari negara-negara sekitar. Secara positif, seharusnya adanya MEA ini, masyarakat dapat melihat peluang dan dapat diajak untuk antusias secara aktif menghadapi persaingan THE 5TH URECOL PROCEEDING
(Suroso, 2015). Dengan pengarahan dan pembinaan dari pemerintah untuk penyelenggaraan program pelatihan keterampilan berproduksi yang baik dan juga komunikasi internasional maka melalui MEA ini akan bermanfaat untuk mendorong dan mendongkrak perekonomian nasional secara lebih baik (Firdaus & Hakim, 2013; Suroso, 2015). Banyak program yang tersedia yang diselenggarakan oleh berbagai pihak baik nasional maupun lokal di proponsi dan kabupaten yang memberikan peluang bagi masyarakat (Susanti, 2015; Santosa & Priyono, 2012) untuk memperbaiki daya jual produk tradisional menjadi produk yang lebih dikenal di berbagai wilayah. Peran aktif untuk memanfaatkan peluang tersebut perlu ditingkatkan sehingga dari situ juga masyarakat dapat memulai belajar berkomunikasi dengan berbagai pemasar produknya dengan kualitas yang lebih baik. Pelatihan komunikasi dan pelatihan kualitas produksi sangat diperlukan dalam hal ini. Perbaikan pada dua hal ini akan mempercepat kemampuan masyarakat terutama pada produsen makanan tradisional dalam menghadapi isu MEA. Dalam isu MEA ini, kemampuan berinteraksi dengan berbagai penjuru menjadi penting. Apabila 26
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
keterampilan komunikasi rendah, maka peluang dalaam bekerjasama dengan berbagai orang juga akan kecil. Oleh karena itu pemberdayaan sangatlah diperlukan dalam melakukan kegiatan MEA terutama bagi para produsen, dan penjual produk tradisional di tingkat bawah. Dari pengamatan di lapangan, banyak kalangan produsen dan penjual atau masyarakat yang memiliki kekayaan produk atau keterampilan membuatnya, namun akibat keterbatasan pengetahuan menjadikan mereka kesulitan untuk berkembang, dan justru keahlian atau kekayaan yang dimiliki akan dimanfaatkan oleh orang lain yang bersifat kapitalis dan bukan pemberdayaan. Salah satu alternatif untuk perbaikan situasi ini adalam membangun kesadaran bahwa sesungguhnya modal yang paling besar adalah manusia itu sendiri. Sebesar apapun uang yang di miliki; namun apabila pemberdayaan manusia itu kurang maksimal, maka akan menjadi sia sia potensi yang ada. Sedangan memiliki penduduk yang memiliki ketrampilan tinggi, uang yang sedikit pun dapat diubah menjadi perlipat ganda dengan membangun jaringan yang lebih baik melalui produk yang berkualitas tinggi. Sehingga alokasi dana pemerintah kepada masyarakat dapat dikolaborasikan dengan pengarahaan pemberdayaan masyarakat untuk menghadapi persaingan global di era MEA. Lombok adalah pulau kecil di Indonesia. Namun lombok mempunyai keindahan alam terutama pada wisata nya yaitu pantai,bukit,air terjun dan juga keunikan budaya, makanan dan lainnya. Banyak orang berkunjung untuk menikmati keindahan nya. Tak heran juga jika tidak hanya wisatawan dari local namun juga dari mancanegara yang berwisata di Lombok. Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya Lombok Tengah Kecamatan Jonggat juga terdapat komunitas masyarakat yang produktif dalam membuat makanan tradisional. Salah satu tempat tersebut adalah di daerah Dusun Lingkung Daye desa Puyung. Lingkung Daye adalah terkenal dengan mata pencaharian industri tahu tempe yang sudah dikenal luas baik oleh masyarakat lombok tengah ataupun masyarakat di luar kabupaten. Hal ini dapat di lihat dari jumlah produsen tahu tempe dan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
tahu yang berbasis industri rumah tangga yang jumlahnya cukup banyak di desa puyung. Produsen tahu tempe dan di dusun Lingkung Daye sejumlah 50 produsen. Produk dari wilayah ini masih sangat terbatas dengan berbagai kendala yang dihadapi terutama pada aspek kualitas produksi dan pemasaran. Dari berbagai literatur dapat diketahui bahwa ampas tahu dapat dikembangkan menjadi berbagai produk olahan lain yang berguna (Mulia dkk., 2015; Puspangtepa, 1989; Suprapti, 2005; Yusnita & Abadi, 2012). Tulisan ini merupakan hasil pengamatan lapangan di wilayah tersebut dan berusaha mencari alternatif dalam pemberdayaan masyarakat sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan daya jual yang baik pada wilayah yang lebih luas. METODE Penelitian ini merupakan penelitian dokumentasi yang dianalisis secara logis dengan analisis deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah masyarakat Dusun Lingkung Daye, Desa Puyung yang memproduksi makanan tradisional berbasis tempe. Dalam penelitian ini dikembangkan salah satu alternatif inovasi produk sampingan tempe yaitu limbah padat bubur kedelai menjadi kerupuk dengan berbagai jenis rasa. Produk yang dibuat merupakan pemanfaatan limbah padat dari tahu yang dicampur dengan berbagai bahan sehingga menjadi kerupuk yang layak untuk dikonsumsi. Penambahan berbagai perisa (penambah rasa) dilakukan untuk disesuaikan dengan keinginan rasa dari para pelanggan atau target pasar untuk produk ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Observasi Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial dipakai sebagai bahan makanan ternak karena ampas tahu masih mengandung gizi yang baik dan dapat digunakan sebagai ransum ternak besar dan kecil (Ningrat, 2014; Suprapti, 2005; Yusnita & Abadi, 2012). Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan sering sekali menjadi limbah yang tidak
27
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
termanfaatkan sama sekali. Oleh masyarakat Daye, ampas tahu digunakan sebagai kerupuk tahu yang disebut dengan Perinsang. Namun produksi itu belum maju, dan belum sebanding antara pembuatan dengan nilai jual. Krupuk tahu dari produksi tersebut berbeda dengan kripik yang lain. Dari bahannya pun juga menggunakan tambahan nasi. Hal ini berbeda dengan keripik yang biasa ada. Tingkat daya saing untuk pemasaran produk ini rendah, karena kurangnya pengetahuan dalam memenajemen pemasaram sehingga tidak banyak orang mengetahui. Seharusnya krupuk tahu ini perlu dipasarkan lebih baik dengan inovasi produk agar unggul. Produk ini memiliki keunikan yang belum dimiliki di daerah lain apalagi di mancanegara. Dari mengembangkan produksi perinsang ini juga dapat membantu dalam perekonomian pemerintah. Masyarakat asing cenderung lebih menyukai atau mencoba makanan khas dari daerah. Hal ini dapat dimanfaatkan memasarkan prodak tersebut kepada turis. Apabila banyak turis yang berkunjung dan membeli peringsang untuk dijadikan oleholeh di negaranya. Sehingga semakin mudah peringsang untuk dikenal lebih luas. Banyak teknologi baru dalam produksi makanan, hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk inovasi perinsang. Kendala yang dihadapi Ada beberapa kendala yang dihadapi masyarakat Desa Daye dalam produksi perinsang yang memerlukan perhatian dalam berbagai program pemberdayaan. Selama ini masih terbatas relawan ataupun bantuan dari pemerintah untuk melakukan pemberdayaan dengan melakukan pelatihan langsung di masyarakat. Masyarakat Daye cenderung tidak ingin memulai berinovasi karena takut mengalami kerugian, kurangnya pengetahuan dalam mengembangkan produk menjadikan kendala untuk memperkenalkan produk perinsang. Di lapangan juga diketahui bahwa, kurang adanya inovasi dalam melakukan kemasan perinsang, sehingga daya tarik konsumen untuk membeli kurang baik. Adanya kekhawatiran akan mengalami kerugian atau tidak laku menjadikan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
produsen menjadikan masyarakat yang memproduksi rela menjual dengan harga murah. Seharusnya hal tersebut dapat diantisipasi dengan mengelola promosi yang lebih baik. Misal penjual akan menurunkan harga apabila konsumen membeli 2 bungkus perinsang. Bukan langsung menurunkan semua harga. Karena hal tersebut akan berdampak perinsang tidak akan maju, justru akan memudar karena mindset (pandangan) yang kurang menguntungkan. Pada sisi pengelolaan keuangan, masyarakat cenderung tidak melakukan pembukuan dalam mengelola keuangan, sehingga akan menyebabkan pembengkakan pada keuangan, karena dari situ kadang banyak warga banyak menghutang. Hutang yang menumpuk disertai adanya bunga, justru membuat gulung tikar dan akhirnya tidak memproduksi perinsang lagi. Selain juga bahwa saat ini juga berkembang adanya pesaing dari kabupaten Lombok Barat, Desa Kekale yang telah membuat produknya menggunakan label, sehingga banyak orang lebih mengenal produk itu. Sehingga apabila akan membeli produknya kembali mengetahui dari label tersebut. Namun dari desa Daye sendiri, justru sedikit yang menggunakan kreasi seperti itu. Seharusnya dari desa Daye dapat lebih maju yaitu dengan memberi varian rasa pada perinsang. Sebagian warga yang hanya berpikir untuk, yang penting pendapatannya cukup untuk makan dirinya ataupun dengan keluarganya. Tidak berpikir panjang lagi untuk memajukan produk dan desa nya. Seharusnya pola pikir dapat di rubah, dengan ada nya motivasi bahwa mereka sebenarnya dapat unggul dengan ketramilan mengelola perinsang Alternatif untuk Mengatasi Adanya banyak program yang diadakan penjuru terutama bagi pelajar seharusnya bisa disalurkan kepada masyarakat yang berada di Lombok. Sehingga dapat mengikuti program tersebut. Dengan dibantu fasilitas dana oleh pemerintah, soft skill dapat terasah, dan para pemuda dapat menambah pengetahuan. Kemudian dari situ juga belajar untuk berinovasi. Sebagai generasi muda yang masih masuk golden age, pengetahuan
28
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
tersebut dapat diimplementasikan pada orang tuanya ataupun orang orang yang berada di sekitarnya. Adanya pemberian motivasi agar fokus pada pencaharian dalam berbisnis perinsang dengan menguatkan rasa semangat warga dalam mendongkrak bisnis, dan menyadarkan pentingnya dan manfaat MEA dalam menghadapi perekonomian yang sedang berkembang. Karena produk tersebut akan dibebaskan dan menjual belikan ke wilayah yang lebih luas dengan menggunakan teknologi komunikasi saat ini. Masyarakat dapat mulai memperkenalkan dari proses pengelolaan hingga pemasaran produk lain. Sehingga dapat diterapkan produksi secara efektif dan efisian dan menjadikan produk berkualitas tinggi. Pemanfaatan peluang adanya utusan dari pemerintah yang langsung mengikuti proses awal dan akhir mencari penghasilan perinsang, dan kemudian diajarkan mengelola uang dengan bagus. Sehingga tidak menjadikan pembengkakan pada modal. Masyarakat perlu didampingi untuk menjalin kerja sama dengan paket tour wisata yang ada di Lombok dengan memanfaatkan jaringan di media sosial. Sehingga juga ada tujuan wisata ke pusat pembuatan kripik tahu atau perinsang. Selain tentu berku dikembangkan kemasan produk kripik tahu tersebut untuk dibawa pulang. Dari sisi produksi dapat dikembangkan perinsang yang lebih inovatif dengan memberikan varian rasa pada perinsang sehingga membuat konsumen penasaran dan tertarik membeli. Pemberian label pada produk juga akan dapat mempermudah konsumen untuk berlangganan karena adanya informasi terkait produk tersebut. Untuk awal harus gerak cepat dalam menanggulangi kesulitan yang dihadapi masyarakat, karena awal merupakan semangat yang tinggi. Apabila masyarakat telah merasakan kemudahan, masyarakat tidak enggan dan menikmati dalam mengembangkan perekonomiannya. Ada hal lain yang juga dapat dikembangkan, yaitu menjadikan tempat pembuatan perinsang menjadi sarana edukasi
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
bagi siswa terkait dengan berbagai hal. Manfaat yang diperoleh dengan ada pemberdayaan yang optimal adalah peluang masyarakat dalam membantu perekonomian keluarga dan juga pemerintah. Adanya pemberdayaan ini adalah bisa menjadikan produk ini menjadi kelas atas atau unggul, sehingga banyak pembeli. Kemudian dari sini dapat memajukan industry tradisional, serta diharapkan dapat memajukan produk-produk lokal yang lainnya yang akan memiliki keunggulan lainnya. Strategi yang dapat dilakukan untuk pemasaran ke wilayah lain adalah dengan menggunakan teknologi online, karena dengan adanya teknologi yang maju akan memudahkan banyak orang mengetahui banyak informasi dan mudah untuk diakses saat melakukan pemesanan. Kemudian bisa juag dipasarkan berbagai produk lain di street food, yang banyak di kunjungi orang dan tempat nongkrong turis. Karena terkadang yang dipinggir jalan akan di pandang juga lebih murah, sehingga agar orang sana apabila ingin mencoba produk tersebut tidak enggan mengeluarkan uangnnya. Apabila selera dengan produknya mereka bisa akan memborong produk tersebut. Terlebih lagi bukan hanya orang lokal namun orang asing yang mencoba makanan tradisional suatu daerah, dan ini merupakan peluang untuk pemasaran perinsang agar lebih unggul. KESIMPULAN Pemberdayaan masyarakat untuk dapat meningkatkan produk tradisional dalam menghadapi bersaingan global. Perinsang sebagai produk lokal di wilayah dusun Daye, Kabupaten Lombok memiliki potensi untuk dikembangkan dengan berbagai program terutama dalam inovasi produk dan pemasaran. Peran pemerintah dan pemerhati perkembangan ekonomi lokal sangat diharapkan untuk mendorong produksi yang berkualitas tinggi dengan segmen pasar terutama para wisatawan baik domestik maupun asing dengan memanfaatkan teknologi komunikasi terkini. REFERENSI Firdaus, A. Y., Hakim, M. A. (2013). Penerapan “acceleration to improve the
29
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
quality of human resources” dengan pengetahuan, pengembangan, dan persaingan sebagai langkah dalam mengoptimalkan daya saing Indonesia di MEA 2015. Economics Development Analysis Journal EDAJ, 2(2): 152-163. Mulia, D. S., Yulyanti, E., Maryanto, H., Purbomartono, C. (2015). Peningkatan kualitas ampas tahu sebagai bahan baku pakan ikan dengan fermentasi. Sainteks 12(1): 10-20. Muslim, A. (2007). Pendekatan partisipatif dalam pemberdayaan masyararat. Aplikasia Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, 8(2): 89-103. Ningrat, D. (2014) Cara membuat kerupuk ampas tahu renyah dan sehat alami. Belitangzone. http://www.belitangzone.com/2016/03/ cara-membuat-kerupuk-ampas-tahurenyah.html diakses 24 Desember 2016. Nugrahani, T. S. (2013). Model pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengurangan kemiskinan di dusun Kalingiwo, Girimulyo, Kulon progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 4(1): 26 – 36.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Pusbangtepa. (1989). Tahu, tempe, pembuatan, pengawetan dan pemanfaatan limbah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, IPB, Bogor. Santosa, I., & Priyono, R. E. (2012). Diseminasi model pemberdayaan masyarakat desa melalui pengelolaan agrowisata. Mimbar, 28(2): 181-190 Suprapti, L. (2005). Pembuatan Tahu. Ed. Teknologi Pengolahan Pangan. Kanisius: Yogyakarta. Suroso, G.T. (12 Februari 2015). Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan Perekonomian Indonesia. BPPK Kementerian Keuangan. http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ diakses 25 Desember 2016 Susanti, S. (2015). Peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat di desa Sukamaju kecamatan Tenggarong Seberang. eJournal llmu Administrasi Negara, 3(3): 898-912. Yusnita, I., & Abadi, F. R. (Juni, 2012). Potensi tepung dari ampas industri pengolahan kedelai sebagai bahan pangan. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi, Universitas Trunojoyo, 1-9.
30
ISBN 978-979-3812-42-7