-
KE DAFTAR ISI ISSN 0216-3128
188
Mach. Setyadji. dkk.
PENINGKATAN ANGKA CETAN BAHAN BAKAR DIESEL DENGAN CARA EKSTRAKSI
PELARUT
Moch. Setyadji, Sunardjo Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
ABSTRAK PENINGKA TAN ANGKA CETAN BAHAN BAKAR DIESEL DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT. Telah di/akukan pene/itian untuk meningkatkan angka cetan bahan bakar diesel dengan cara ekslraksi menggunakan pelarut furfural. Tujuan pene/itian ini adalah untuk mencari kondisi optimum dari parameter solvent feed ratio, waktu kontak., suhu operasi dan kecepatan pengadukan pada ekstraksi pelarut. Penelitian di/akukan dengan mereaksikan bahan bakar diesel dengan pelarut furfural dengan perbandingan pereaksi, suhu larutan, waktu kontak dan kecepatan putaran pengaduk tertentu di dalam ekstraktor satu stage. lIasi/ raflnat dipisahkan dari ekstrak kemudian dimurnikan dengan cara pencucian dengan air panas dan pendidihan. selanjutnya di/akukan ana/isis flsis serta dihitung besarnya angka cetan .. lIasi/ pene/itian menunjukkan bahwa kondisi yang optimum dicapai pada parameter solvent feet ratio 50 persen, waktu kontak 40 menit, suhu larutan 28 ()C dan kecepatan pengadukan 600 rpm. Pada kondisi optimum di atas diperoleh volume raflnat 54 ml, tes warna 2, titik anilin 199,67 "F, spesific gravity 0,857, derajad API 33,288, indeks diesel 66.466 dan angka cetan 56,541.
ABSTRACT THE IMPROVEMENT OF CETANE NUMBER OF DIESEL FUEL BY SOLVENT EXTRACTION. The investigation to improve cetan number of diesel fuel with solvent extraction using solvent of jilrjilral was caried out. The purpose of this investigation to know the optimum conditions of solvent feed ratio ,contact time, operation temperature and the rate of agitation in the solvent extraction. The experiment was performed by reacting between diesel fuel and furfural at the solvent feed ratio, operation temperature, contact time and agitation certainly in the one stage extractor. The raflnat resulted was separated from extract and then was purified by washing with hot water and boiling. The physical properties of raflnat purified was ana/ized and also it was determined the cetan number. The result showed that the optimum condition was reached at the ,wlvent feed ratio 50 percent, the con/ac time 40 minutes, the solution temperature 28 () C and the rate of agitation 600 rpm. 711e results at the optimum conditioll were the mjll/a/e volum 54 ml, the colour lest 2, the ani/in point 199,67 "F, spesific gravity 0,857, "API of 33,288, diesel indek.~ of 66, 466 alld the cetall number of56,541.
PENDAHULUAN Angka cetan (spesifikasi)
adalah salahdarisatubahan sifat bakar fisis yang penting mesin diesel (mesin penyalaan kompresi), disamping sifat fisis yang lain seperti densitas, kekentalan, kadar air, kadar abu dan lain-lain (I). Angka cetan ini dipengaruhi oleh komposisi bahan bakar tersebut. Senyawa yang paling berpengaruh terhadap besamya angka cetan adalah senyawa aromatik, olefin dan belerang. Untuk mendapatkan bahan bakar diesel (bahan bakar mesin diesel) yang mempunyai angka cetan tinggi, dilakukan dengan cara menghilangkan (mengurangi) senyawa aromatik, olefin dan belerang. Salah satu cara penghilangan senyawa-senyawa terse but dengan cara ekstraksi pelarut menggunakan furfural (2)
Bahan bakar mesin diesel yang ada di pasaran umumnya memiliki angka cetan yang rendah (mendekati batas minimal angka cetan standar yang dipersyaratkan oleh ASTM). Berikut ini ditampilkan harga sifat-sifat fisis (spesifikasi) bahan bakar mesin diesel menurut standar ASTM. Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan komponen dari suatu campuran menggunakan pelarut selektif berdasarkan atas perbedaan daya larutnya(3,4J. Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam proses ekstraksi pelarut yaitu solut, solven, diluen, ekstrak dan rafinat (5.6.7) Syarat-syarat untuk pemilihan solven adalah:
Proslding PPI - PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan· BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
Moc". Setyadji, dkk.
ISSN 0216 - 3128
Tabel t.Sifat-sifat fisis bahan bakar mesin diesel menurut standar ASTM.
/89
bahan bakar mesin diesel dari bahan terbarukan (bio-diesel).
Metode 0613 Standar 47 Cetane IOOmin number max min 0189 0473 0482 65 01298 So. Vise. gr%wt Kinematic, 60/60 097 092 0,875-0,900 Water Ash, Pour point, content,%wt max of max 1,9-6,0 0,050 0,020 0,05 Carbon point, residu,%wt °C mm2/sec 0445 Jenis pemeriksaan No Flash ASTM
PELAKSANAAN
PENELITIAN
Bahan
•
• • • • • •
Selektivitas atau kemampuan untuk melarutkan sesuatu komponen (solut) dalam campuran. Kemampuan/kemudahan untuk dapat diambil kembali. Perbedaan berat jenis antara ekstrak dan rafinat harus cukup besar. Solven dan larutan yang diekstraksi tidak mudah bercampur. Tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi (solut). Tidak mudah merusak alat ekstraksi (tidak korosif) Tidak mudah terbakar dan tidak beracun
Sebagai bahan dasar (umpan) dalam penelitian ini adalah bahan bakar diesel dari hasil pengolahan minyak mentah yang berasal dari Ledok Cepu. Spesifikasi bahan bakar diesel yang digunakan adalah mempunyai specific gravity (sp.gr. 60/60) 0,876, tes warn a 3,5, pour pointeF) 57,2, titik anilin (OF) 176 dan angka cetan 47,752. Sedangkan sebagai pelarut digunakan furfural yang mempunyai berat molekul 93,13 dan densitas 1,02 glml. Alat Susunan peralatan utama yang digunakan dalam penelitian, seperti pad a Gambar I, yang terdiri atas ekstraktor satu stage, medium pemanas/pendingin, termometer, motor dan batang pengaduk serta pengatur kecepatan putaran. Peralatan lain yang digunakan seperti corong pisah, erlemneyer dan peralatan gelas lainnya.
6
Oari beberapa pertimbangan di atas, yang memenuhi persyaratan dipilih furfural. Furfural adalah pelarut selektif terhadap minyak bumi yang dapat berfungsi untuk mengambil senyawa-senyawa aromatis, olefin dan sulfur, meningkatkan stabilitas serta untuk menghasilkan bahan bakar dengan kualitas tinggi. Ekstraksi bahan bakar diesel dengan furfural ini, rafinat yang dihasilkan masih mengandung sedikit pelarut furfural yang dapat dipisahkan dengan pemanasan atau dengan stripping menggunakan uap. Sedangkan ekstrak terdiri dari senyawa aromatik dan olefin yang larut dalam furfural. Untuk mengambil kembali pelarut dari ekstrak dilakukan dengan cara destilasi. Solvent recovery berdasarkan system kesetimbangan furfural air dengan titik didih pada 97,9 °c. Campuran ini mengandung 34% berat furfural. Pada suhu kamar campuran ini dapat dipisahkan menjadi larutan furfural 96% dan furfural dengan kadar 8%. Larutan furfural 96% ini dapat langsung digunakan sebagai pelarut, sedangkan larutan furfural 8% dipisahkan di dalam furfural fractionator yang dari puncaknya dihasilkan campuran furfural-air (uap) pad a suhu 97,9 °c, dengan kadar furfural 34%. Penelitian ini merupakan langkah awal dari penelitian penyiapan
5
4
3
1 2
Gambar /. Rangkaian Keterangan gambar : I. 2. 3. 4. 5. 6.
Ekstrak/or satu stage Pemanas/pendingin Termometer BatanK penKaduk Motor pengaduk Pengatur putaran
Pro:iiding PPI • PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
a/at ekstraksi pe/arut
190
ISSN 0216 - 3128
METODOLOGI
rafinat. Rafinat yang masih mengandung sedikit
1. Ruang lingkup Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pengaruh solvent-feed ratio, waktu kontak, suhu operasi dan keeepatan putaran pengaduk. Perlakuan pad a tiap-tiap variable dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu ekstraksi pelarut, pemisahan ekstrak dan rafinat, pemumian rafinat dan pengamatan hasil yang meliputi pengamatan wama, specific gravity dan pengamatan titik anilin yang selanjutnya digunakan untuk menghitung besamya angka eetan. 2. Cara penelitian Ke dalam bejana ekstraksi (ekstraktor satu stage) dimasukkan bahan bakar mesin diesel yang ada di pasaran (bahan bakar diesel) 60 ml, kemudian ditambah furfural dengan volume tertentu. Ekstraksi pelarut dijalankan seeara batch. Pad a pengujian pengaruh perbandingan pereaksi (solvent-feed ratio), maka ekstraksi dijalankan pada suhu kamar (28 0e), waktu kontak 30 menit dan keeepatan putaran pengaduk 400 rpm. Volume pelarut divariasi antara 12 sampai dengan 120 ml. Untuk pengujian waktu kontak, maka ekstraksi dilakukan pad a suhu kamar, keeepatan putaran pengaduk 400 rpm dan jumlah pelarut yang digunakan yaitu kondisi optimum dari pengujian pengaruh perbandingan pereaksi di atas. Demikian pula untuk variable suhu reaksi dan keeepatan putaran pengaduk, maka diambil kondisi optimum pada pengujian variable sebelumnya. Satu persatu hasil ekstraksi yang telah selesai, dimasukkan ke dalam corong pemisah untuk dipisahkan antara ekstrak dan
Volume
Moch. Setyadji, dkk.
furfural dieuei dengan air panas, selanjutnya dimasukkan ke dalam labu godog, dicampur dengan air kemudian dipanaskan sampai mendidih. Furfural akan mendidih bersama dengan uap air, selanjutnya rafinat yang sudah bebas dari furfural diperiksa titik anilinnya. 3. Analisa hasil Rafinat bilamana masih mengandung furfural akan tercium bau yang tajam dan spesifik dari furfural. Rafinat yang sudah bebas dari furfural kemudian ditentukan (diperiksa) titik anilinnya. Setelah titik anilin diketahui, maka dapat dihitung besamya indeks eetan (indeks diesel) menggunakan persamaan : (2) Indeks eetan (indeks diesel) = (Anilin point) x °API/100 Dengan menggunakan tabel 3-20 halaman 58 Nelson, dapat diketahui angka eetannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh solvent-feed ratio, waktu kontak, suhu eampuran dan keeepatan putaran pengaduk terhadap volume rafinat, titik anilin, spesific gravity dan angka eetane bahan bakar diesel dapat dilihat pad a Tabel I, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4 serta Gambar 2, Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5. 1. Pengaruh pereaksi)
.'Iolvent-feed
ratio (perbandingan
Pengaruh solvent-feed ratio (perbandingan pereaksi) terhadap volume rafinat, titik anilin. spesific gravity dan angka eetane bahan bakar diesel dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2.
Tabel 2. Hubungan antara solvent-feed ratio (perbandingan pereaksi) dengan volume rarinat, titik anilin, spesiflc gravity dan angka cetane bahan bakar diesel pada ekstraksi pelarut 60 ml bahan bakar diesel, waktu kontak 30 menit, kecepatan putaran pengaduk 400 rpm dan suhu - -rafinat, -Volum -Sp.gr. ~--suhu -k e . ~-da ------Indeks 60/60 Tes 12 1/5 1/4 L3 322,5 402/3 120 601/1 L2 250 /1 Solven ratio wama eetane 15 57 58 201/3 301/2 54 199.56 53 51 diesel 0,8636 188,06 60,5218 52,8261 32,6588 32,2513 33,4242 33,5781 204,08 0,8564 pelarut, 190,85 32,3528 32,1822 0,8665 55,5 192,74 0,8620 62,9466 54,3416 199,58 0,8589 66,3629 56,4768 202,64 0,8580 0,8572 67,3698 68,0427 57,1061 57,5267 1,5 33,7323 68,8409 58,0255 feed 61,7453 53,5908 Angka anilin °API (OF) Titik
Prosldlng PPI • PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan· BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
54 55 56 57 0
ISSN 0216 - 3128
Moch. Setyadji, dkk.
60
59 '" 57 56
~
55
i
58
~
54
E
c 58 "8
191
56
E 52 4)
~
54
CC
53
.:o 50
52
:> 48 o
50
100
150
o
Volume pelarut, mI
50
100
150
Volume peIarut, ml
Gambar 2. Graflk Itubungan antara solvent-feed ratio deugan angka cetan dan volume raflnat Dari Tabel 2 dan Gambar 2, dapat ditihat bahwa solvent-feed ratio sangat berpengaruh terhadap volume rafinat, titik ani tin, spesific gravity dan angka cetane bahan bakar diesel. Makin besar solvent-feed ratio atau semakin banyak solvent yang digunakan pada ekstraksi pelarut bahan bakar diesel yang sarna, akan memberikan hasil volume rafinat yang semakin sedikit, yaitu dari 58 ml pada solvent-feed ratio 1/5 menjadi 54 ml pad a solventfeed ratio //2. Ini menunjukkan bahwa kadar senyawa aromatik yang dapat diekstrak semakin besar. Hal ini juga ditunjukkan adanya penurunan spesific gravity dan kenaikan angka cetan dengan menaikkan solvent-feed ratio, yaitu dari spesific gravity dan angka cetan semula 0,866 dan 52,8 pada penggunaan solvent-feed 0,2 berubah menjadi 0,859 dan 56,5 pada penggunaan solvent-feed ratio 0,5. Pada penggunaan solvent-feed ratio berikutnya
(solvent-feed ratio di atas 1/2) perubahan/kenaikan sifat fisis bahan bakar diese1 relatip kecil sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum proses diperoleh pada penggunaan solvent-fced ratio 1/2. Bila dibuat persamaan matematik hubungan antara solvent-feed ratio dengan angka cetan, diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = X/(0,0062 + 0,0091) - 51,27 dengan ralat sebesar 0,257%. 2. Pengaruh
waktu kontak
Pengaruh waktu kontak terhadap volume rafinat, titik anitin, spesific gravity dan angka cetan bahan bakar diesel dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3.
Tabel3. Hubungan antara waktu kontak dengan volume rafinat, titik anilin, spesijic gravity dan angka cetan bahan bakar diesel pad a ekstraksi"60 ml bahan bakar diesel dengan peIarut 30 mI Indeks Waktu kontak, 12 15 30 20 54 40 120 57 58 60 \99.56 5\ 53 50 Titik anilin 61,7453 \92.74 52,8261 cetane diesel en!!a<1uK 4UU rDm Da<1asuhu kamar. 199.58 68,0427 Volume I 32,6588 32,3528 32,1822 62,9466 60,5218 190,85 188,06 0,8620 0,8636 0,8665 54,3416 53,5908 55,5 rurrural, Kece~atan putaran 32,2513 66,3629 0,8589 56,4768 33,578\ 33,4242 67,3698 202,64 0,8580 0,8572 57,5267 57,1061 33,7323 68,8409 204,08 0,8564 58,0255 (OF) rafinat, ml Angka Sp.gr. 60/60 °API
60 20 60 20 80 40 40 80 0 58 E
0
Waktu korrtak, menit
_ 'ii 58 c 56 •.. 4) 55 :> 1i 53 E .: 57 54
Waktu korrtak, menitI
Gambar 3. Graflk Itubungan antara waktu kontak dengan volume raflnat dan angka cetan baltan bakar diesel.
Prosiding PPI • PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan· BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
-
ISSN 0216-3128
192
Dilihat dari Tabel 3 dan Gambar 3 terlihat
terlihat pula pad a Tabel 3 dan Gambar 3 bahwa pada penambahan waktu kontak seterusnya (di atas 40 menit), maka perubahan volume rafinat, titik anilin, spesific gravity dan angka eetan bahan bakar diesel relatip kecil sekali. Dengan demikian dapat dianggap bahwa waktu kontak optimal adalah 30 men it. Hubungan antara waktu kontak dengan angka eetan adalah sebagai berikut :
bahwa waktu kontak juga berpengaruh terhadap volume rafinat, titik anilin, spesific gravity dan angka cetan bahan bakar diesel. Waktu kontak mulai dari 5 menit sampai dengan 30 menit masih menunjukkan adanya penurunan volume rafinat dan spesific gravity serta peningkatan titik anilin dan angka cetan. Tetapi setelah waktu kontak meneapai 30 men it, maka penurunan volume rafinat dan spesific gravity serta peningkatan titik anilin dan angka eetan relatip kecil sekali. Hal ini disebabkan karena pada saat awal ekstraksi pelarut (waktu kontak kurang dari 20 men it), kontak antara senyawa aromatik dalam bahan bakar dengan pelarut furfural belum sempumasehingga perpindahan massa senyawa aromatik dari bahan bakar menuju ke furfural belum sempuma. Perpindahan massa ini akan relatip sempuma setelah waktu kontak meneapai 30 menit dan
I
0
Moch. Setyadji, dkk.
Y = X/(0,480 sebesar 7,23%.
0,524 X) + 54,13 dengan ralat
3. Pengaruh suhu putaran pengaduk
larutan
dan
keeepatan
Pengaruh suhu larutan dan keeepatan putara pengaduk terhadap volume rafinat, titik anilin, spesific gravity dan angka eetan bahan bakar diesel dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel5 serta Gambar 4 dan Gambar 5.
Tabel 4. Hubungan antara suhu larutan dengan volume afinat, titik anilin, spesific gravity dan angka eetan bahan bakar diesel pad a ekstraksi 60 ml bahan bakar diesel dengan pelarut 30 furfural. keeeoatan outaran oenl!:aduk 400 rom dan waktu kontak 30 --------. . 43 78 33,280 542 28 20 53 L2Sp.gr. Titik Tes anilin wama °API Indeks eetane diesel 60/60 33,2724 199,72 66,4350 199,67 56,54 56,5218 0,8587 0,8588 II9 33,2513 66,3631 199,58 56,4769 33,2936 56,5670 0,8586 199,76 66,4671 0,8589 66,5072 Angka (OF) rafinat, ml Volume
20 80 100 60 4040 5820 ~ 55
60 80 1 0
Suhu campuran, oC
0
::>
!
E 58 Q) 50 _C;
Suhu campuran, oC
Gambar 4. Grafik hubungan antara !iUhu campuran dengan angka cetan dan volume rafinat Tabel 5. Hubungan keeepatan putaran pengaduk dengan volume rafinat, titik anilin, spesific gravity dan angka eetan bahan bakar diesel pada ekstraksi 60 ml bahan bakar diesel dengan pelarut 30 ml furfural, suhu eampuran 28 ·C dan waktu kontak 30 men it. Titik warna 60/60 600 2400 300 250 700 56.5411 54 0,8571 0.8568 66.4657 199,58 0,8589 33,2513 56.4768 199.40 56,4347 56.4155 Volume 67,4543 33,2871 199,67 33,2878 66.3829 66,2955 33,2475 199,40 066,2649 ,8589 rafinat,anilin ml Indeks 56,5339 °API 33,2322 cetane diesel putaran Angka Keeepatan (OF) Tes Sp.gr.
Proslding PPI - PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
ISSN 0216 - 3128
Mach. Setyadji, dkk.
c (I:!
1)
58 57
'" 56
c
55
'i•..
54.2 53.8
4)
oX
co
E
'ic 54.6
u
ct
E
55
::J
'6 ~
54
200
193
400
600
53.4 53
800
200
Kecepatan putara pengaduk, rpm
Seperti halnya suhu campuran, kecepatan putaran pengaduk pada range 250 sampai dengan 750 rpm juga tidak banyak berpengaruh terhadap hasil ekstraksi pelarut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 5. Disini terlihat bahwa pad a kecepatan putaran pengaduk antara 250 sampai dengan 750 rpm tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata sifat-sifat fisis rafinat yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena pad a ekstraksi 60 ml bahan bakar diesel dengan pelarut 30 ml furfural, suhu campuran 28°C dan waktu kontak 30 menit dengan kecepatan putaran pengaduk 250 rpm sudah diperoleh kontak yang relatif sempurna, sehingga reaksinya juga relatif sempurna. Kesempurnaan reaksi ini diperoleh hingga kecepatan putaran pengaduk sekitar 700
600
800
Kecepatan putaran pen gad uk, rpm
Gambar 5. Graflk ltubungan anlara kecepatan putaran pengaduk
Dari Tabel 4 dan Gambar 4 terlihat bahwa variasi suhu campuran pad a ekstraksi pelarut bahan bakar diesel dengan pelarut furfural tidak banyak berpengaruh terhadap hasil. Hanya ada sedikit perbedaan hasil ekstraksi pada suhu 20°C, pada sulul ini diperoleh volume rafinat yang lebih sedikit yaitu 53 ml. Akan tetapi pengurangan volume rafinat ini tidak memperbaiki sifat fisis lainnya, terutama besarnya angka cetan. Hal ini dikarenakan pad a ekstraksi suhu 20°C justru terbentuk emulsi yang menyebabkan berkurangnya volume rafinat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suhu campuran tidak banyak berpengaruh terhadap hasil ekstraksi. Hal ini ditunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata hasil ekstraksi tersebut pada semua perlakuann (pada suhu campuran yang berbeda-beda), baik dilihat dari volume rafinat yang dihasilkan, tes warn a, titik anilin, spesific gravity, derajat API maupun angka cetannya. Ekstraksi pelarut pad a suhu campuran 20, 28, 43 dan 78 °c menghasilkan volume rafinat 54 ml, tes warna 2, titik anilin sekitar 199 of, spesific gravity 0,858 dan angka cetan sekitar 56,5. Hal ini menunjukkan bahwa selektivitas pelarut furfural terhadap senyawa aromatik tidak dipengaruhi oleh suhu.
400
dengan angka cetan dan volume raflnat
rpm. Kesempurnaan reaksi ekstraksi ini juga ditunjukkan pada hasil ekstraksi yaitu banyaknya volume rafinat yang dihasilkan pad a semua perlakuan adalah 54 ml. Sedangkan sifat fisis yang lain seperti tes warn a, titik anilin, slesific gravity, derajat API maupun angka cetan pada setiap perlakuan nilainya hampir sarna, yaitu masingmasing tes warna 2, titik anilin sekitar 199 of, spesific gravity sekitar 0,86, derajat API 33,25 dan angka cetan sekitar 56,5.
KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan diambil kesimpulan sebagai berikut : I.
2.
3.
dapat
Perbaikan/peningkatan angka cetan bahan bakar diesel dapat dilakukan. dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut furfural. Kondisi yang optimum dicapai pada parameter so/vent feed ratio 50 persen, waktu kontak 40 men it, suhu larutan 28 0 C dan kecepatan pengadukan 600 rpm. Pad a kondisi optimum ini diperoleh volume rafinat 54 ml, tes warna 2, titik anilin 199,67 of, spesific gravity 0,857, derajad API 33,288, indeks diesel 66,466 dan angka cetan 56,541. Dengan cara ekstraksi pelarut ini dapat meningkatkan angka ceta bahan bakar diesel dari 47,752 menjadi 56,541 atau naik 18,40%.
DAFTAR PUSTAKA 1.
HARDJONO, Ir," Diktat Teknologi Minyak Bumi", Edisi Pertama, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM, 1984.
2.
NELSON, W.L., "Petroleum Refinery Engineering" 4th Edition, Me. Graw Hill Book Company, Inc., New York 1958.
Prosiding PPI - PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
/94 3.
4.
5.
ISSN 0216-3128 ALAN S. FOUST, "Principles of Unit Operation", Second Edition, John Wiley & Sons, New York, 1959. Mc. CABE, W.L. and SMITH, J.C, " Unit Operation" of Chemical Engineering" 2 nd Edition, Mc Graw Hill Book Company, Inc., New York, 1956. OTTHMER, D.F., & KIRK. R.E., "Encyclopedia of Chemical Technology" The Interscience Encyclopedia, Inc., New York, 1949.
6.
GEORGE GRANGER BROWN, " Unit Operation", Modern Asia Edition, okyo, 1958. Perry, R.H and Chilton , C.H., "Chemical Engineers' Hand Book"
7.
TATANG S.H., "Tantangan-tantangan terhadap Pengembangan Biodiesel di Indonesia dan Alur Tentatif Penyisihannya", FBI dan KPP-Energi-ITB,2003.
Moch. Setyadji. tlkk.
Mach. Setyadji Furfural merupakan pelarut spesiflk dan selektf! terhadap fraksi minyak bumi, khususnya unluk meningkatkan angka eetan bahan bakar diesel. - Pada ekstraksi pelarut peningkatan angka eel an bahan bakar diesel tidak diperlukan bahan peneuei. Set yo Atmojo Telah Saudara terangkan bahwa biodiesel mempunyai angka cetan lebih tinggi dibandingkan solar; mohon penjelasan berapa angka cetan minyak solar dan berapa angka cetan biodiesel; Dan mohon penjelasan berapa besar nilai bakar minyak solar dan berapa besar nilai bakar minyak biodiesel; Serta mohon penjelasan berapa prosen efisiensi pembakaran biodiesel lebih baik dibandingkan dengan minyak solar? terima kasih.
Mach. Setyadji
TANYAJAWAB Sri Murniasih - Mengapa dipakai pelarut furfural? - Apakah ada bahan pencuci lain selain air panas?
- Angka eetan solar di pasaran 47 - 48, C.lO (Crude Jalrophaeureas Oil) saja mempzlI1yai angka celan 5/, angka celan biodiesel hampir meneapai 60-an. Nilai kalor solar /0./70 kkeal/kg. nilai kalor minyak jarak menlah (CJCO) 9.470 kkal/kg. Namun demikian kareno kandungan oksigen di dalam biodiesel lebih besar dibandingkan dengan solar maka ejisiensi pembakarannya lebih linggi sekilar /O%.
KE DAFTAR ISI
Prosiding PPI • PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan· BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006 .