PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MEDIA REALISTIK PADA PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR Marlinda, Marzuki, Sri Utami PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email:
[email protected] Abstrak: Faktor penyebab peserta didik kurang menguasaidan menerima materi pelajaran matematika di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara karena penjelasan guru bersifat abstrak. penjelasan guru terlalu cepat dan tidak memperhatikan kemampuan peserta didik. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan kejelasan penggunaan media realistik untuk peningkatan aktivitas pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif dengan bentuk penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian memperlihatkan Perencanaan penggunaan media realistik dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik pada peserta didik kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara, yaitu skor yang diperoleh pada tiaptiap aspek mengalami peningkatan dan Siklus I dengan skor rata-rata sebesar 60,29%, dan meningkat pada Siklus II menjadi 92,63%. Kata Kunci: Peningkatan, Aktivitas Pembelajaran, Matematika, Media Realistik Abstract: The factor which causing the student less mastering and acceptingmathematic lesson at class II SDN 32 South East Pontianak because of the teacher’s explanation is abstrac, teacher’s explanation is too fast and does not give ettention to student’s alility. The purpose of this reaserch is for knowing and getting the clarity of realistic media to increase learning activity. The research which is used is desciptive method in the form of Classoom Action Research. From the research result shows the use of realistic media plan is able to increase mathematic learning activity by using realistic media to class II student SDN 32 South East Pontianak, that is, the score which is acquired in each aspect in each aspect increase and Cycle I wich the average score 60,29%, and increase in Cycle II Into 92,63%. Keywords: Increasing, Learning Activity, Mathematic Realistic
D
alam pembelajaran Matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Peserta didik mengalami kesulitan memahami Matematika di kelas. Akibatnya, peserta didik kurang menghayati atau memahami konsep-konsep Matematika, dan peserta didik mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan Matematika dalam kehidupan seharihari. Matematika itu sulit, susah dipahami, dan rumit, begitu kesan yang beredar di antara sebagian besar peserta didik di sekolah dasar. Kesan ini diyakini sebagai
salah satu penyebab kurang berminatnya sebagian besar peserta didik untuk belajar Matematika. Salah satu karakteristik Matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam Matematika. Menghadapi permasalahan di atas diperlukan suatu pembelajaran dengan media realistik secara kontekstual sehingga dapat meningkatkan aktivitas peserta didik. Pembelajaran dengan media realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran Matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan Matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Pengertian dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongkrit yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Matematika melalui media realistik menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam belajar Matematika. Perlu dicermati bahwa suatu hal yang bersifat kontekstual dalam lingkungan peserta didik di suatu daerah, belum tentu bersifat konteks bagi peserta didik di daerah lain. Contoh berbicara tentang kereta api, merupakan hal yang konteks bagi peserta didik yang ada di pulau Jawa, namun belum tentu bersifat konteks bagi peserta didik di luar Jawa. Oleh karena itu pembelajaran Matematika dengan pendekatan media realistik harus disesuaikan dengan keadaan daerah tempat peserta didik berada. Masalah dalam pembelajaran Matematika merupakan suatu keharusan dalam menghadapi dunia yang tidak menentu. Peserta didik perlu dipersiapkan bagaimana mendapatkan dan menyelesaikan masalah. Masalah yang disajikan ke peserta didik adalah masalah kontekstual yakni masalah yang memang semestinya dapat diselesaikan peserta didik sesuai dengan pengalaman peserta didik dalam kehidupannya. Selanjutnya dalam proses pembelajaran Matematika, peranan guru dalam memilih media mana yang akan digunakan sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena tugas utama guru adalah menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik dengan harapan peserta didik dapat menerima dan memahami bahan pelajaran dengan mudah. Mengingat bahwa media realistik adalah cara yang dalam fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan, maka makin baik pemanfaat media, makin efektif pula pencapaian tujuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila guru dalam memilih media pembelajaran tepat dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur, diharapkan peserta didik dapat menerima dan memahami dengan baik apa yang diajarkan oleh guru. Kondisi pembelajaran yang selama ini berlangsung di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara, bahwa guru dalam pembelajaran Matematika hanya sebatas menjelaskan, tanpa menggunakan media pembelajaran. Akibatnya berdampak pada peserta didik yang pasif atau peserta didik hanya sebagai pendengar saja. Sebagai guru kelas dan sekaligus peneliti mengajar bidang studi Matematika di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara, menemukan hasil belajar
peserta didik menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar di mana yang terjadi di dalam kelas selama guru menyampaikan pelajaran kepada peserta didik cenderung pasif, pada saat guru memberikan pertanyaan atau memberi kesempatan peserta didik hanya bisa menjawab sesuai yang ada di dalam buku. Guru tidak memanfaatkan media nyata yang ada di sekolah atau ditemukan dilingkungan masyarakat sekolah Kurangnya perhatian guru dalam memberikan kesempatan peserta didik untuk lebih aktif bermuara pada rendahnya hasil belajar kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara.Berdasarkan faktor penyebab peserta didik kurang menguasai materi yang diajarkan serta kurangnya kepahaman peserta didik dalam belajar adalah guru lebeh cenderung menggunakan ceramah menjelaskan materi atau konsep matematika, guru kurang menerapkan olah rasa dan karsa, olah keterampulan pikir, dan fisik (raga) motorik. Melihat realita di atas, maka guru harus dapat melaksanakan perbaikan sistem pembelajaran, selama ini pembelajaran yang dilaksanakan tanpa menggunakan media pembelajaran kurang menarik perhatian peserta didik, sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik. Selain itu dari berbagai sumber dijelaskan bahwa cara pembelajaran dengan menggunakan media realistik dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik yang pada gilirannya diharapkan mampu mencapai hasil belajar yang diinginkan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka masalah umum penelitian sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan media realistik dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Matematika di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara ? Sejalan dengan dengan masalah umum di atas, selanjutnya dikemukakan perumusan sub masalah penelitian sebagai berikut (1) Bagaimana perencanaan RPP dengan menggunakan media realistik untuk peningkatan aktivitas pembelajaran Matematika pada peserta didik kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara (2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media realistik untuk peningkatan aktivitas pembelajaran Matematika pada peserta didik kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara (3) Bagaimana aktivitas fisik peserta didik dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara (4) Bagaimana aktivitas mental peserta dididk dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara (5) Bagaimana aktivitas emosional peserta didik dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara Secara umum tujuan penelitian untuk mendapatkan kejelasan penggunaan media realistik untuk peningkatan aktivitas pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik pada peserta didik kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara. Sejalan dengan dengan sub masalah umum di atas, selanjuntnya dikemukakan perumusan masalah penelitian sebagai berikut (1) Mendeskripsikan perencanaan penggunaan media realistik untuk peningkatan aktivitas pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik pada peserta didik kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara. (2) Mendeskripsikan pelaksanaan penggunaan media realistik untuk peningkatan aktivitas pembelajaran Matematika
dengan menggunakan media realistik pada peserta didik kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara. (3) Mendeskripsikan aktivitas fisik peserta didik dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara. (4) Mendeskripsikan aktivitas mental peserta dididk dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara. (5) Mendeskripsikan aktivitas emosional peserta dididk dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara. (6) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas pembelajaran Matematika dengan menggunakan media realistik pada peserta didik kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara. Penelitian ini diharapkan akan dapat memberi manfaat bagi pihak –peneliti sebagai berikut: (1) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman bagi peneliti untuk menerapkan media realistik dalam pembelajaran Matematika di sekolah dasar, sesuai dengan metode penelitian tindakan kelas. (2) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk memperbaiki kinerja guru dalam pembelajaran, sehinggga pembelajaran itu bermakna bagi peserta didik. (3) Penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan semangat peserta didik belajar matematika di kelas. (4) Penelitian ini diharapkan dapat suasana pembelajaran yang menyenangkan Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti berpikir untuk menjelaskan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Aktivitas Pembelajaran Matematika. Menurut Syaiful Sagala (2010:46) aktivitas belajar adalah gerakan mental dan fisik yang dilakukan agar peserta didik sama-sama aktif ketika belajar untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Aktivitas pembelajaran pada penelitian ini adalah keaktifan peserta didik dalam pembelajaran Matematika yang dilihat dari aktivitas fisik, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. (2) Media Realisik. Media realistik yang dimaksud dalam penelitian adalah media nyata yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika di kelas II. Pengertian pembelajaran sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Ahmad (2012:7) menyatakan istilah pembelajaran dalam khazanah ilmu pendidikan disebut juga dengan pengajaran atau proses belajar mengajar. Suatu aktivitas dapat disebut pembelajaran menurut Ahmad (2012:7) paling tidak memenuhi unsur-unsur: (1) Ada seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang diberikan kepada orang lain. (2) Ada isi, yaitu pengetahuan yang akan disampaikan. (3) Ada upaya instruktur atau provider yang menanmkan pengetahuan dan atau keterampilan pada orang lain. (4) Ada penerima yaitu yang dianggap kekurangan pengetahuan atau keterampilan. (5) Ada hubungan antar instrukur dan penerima dalam rangka membuuat atau membantu mendapatkan isi pengetahuan. Dari penjelasan di atas, bahwa pembelajaran suatu deskripsi mengenail tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung. Untuk mencapai tujuan belajar diperlukan kretivitas guru memilih strategi pembelajaran dalm bentuk penggunaan metode yang yang tepat. Sebab jika guru hanya menggunakan metode ceramah maka akan menyebabkan
siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kurang dapat berkembang dengan baik Permasalahan yang timbul adalah meskipun para siswa mendapatkan nilainilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka kurang dapat memahami konsep secara mendalam, sehingga kemampuan berpikir siswa kurang berkembang. Untuk itu diperlukan upaya mengaktifkan siswa, mengajak siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan daya nalarnya dengan mengerjakan tugas. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik yang dihasilkan dari aktivitas fisik dan non fisik. Aktivitas merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan individu untuk menghasilkan tujuan tertentu. Aktivitas adalah suatu pekerjaan fisik dan non fisik untuk mencapai hasil yang diinginkan individu. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya melalui aktivitas sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Sudjana (2010:96) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan kedua aktivitas itu harus saling terkait. Aktivitas belajar menurut Oemar Hamalik (2010:89) merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini penekanannya dalah pada peserta didik, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Menurut Wina Sanjaya (2009:170) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: 1) Faktor yang ada pada diri peserta didik itu sendiri yang kita sebut faktor individu. 2) Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. aktivitas balajar individu memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang- kadang juga tidak lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit mencerna materi pelajaran. Dalam keadaan dimana peserta didik dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar. Dalam kondisi seperti itu maka di perlukan metode atau strategi belajar untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Aktivitas belajar ditentukan oleh pengalaman yang dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar merupakan suatu proses pembelajaran adalah gerakan yang dilakukan untuk sama-sama aktif ketika belajar dengan memanfaatkan sebanyak mungkin. Aktivitas belajar ini dapat dilihat dari aktifnya peserta didik dalam proses belajar mengajar yang diperoleh dari pengalaman belajar.
Aktivitas belajar menurut Oemar Hamalik (2010:90) dapat berupa: (1) Kegiatan visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, mengamati demonstrasi dan pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain, (2) Kegiatan moral : mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi. (3)Kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan permainan, mendengarkan musik. (4) Kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. (5) Kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, pola. (6) Kegagalan motorik : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, berkebun. (7) Kegiatan mental : merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan, membuat keputusan. (8) Kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Berdasarkan klasifikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar terdiri dari: (1) Aktivitas fisik, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dengan melakukan kegiatan motorik, seperti aktivitas mencatat, kesungguhan peserta didik menyimak materi pelajaran, keterlibatan peserta didik dalam media pembelajaran, keaktifan peserta didik mengikuti anjuran guru, dan aktivitas mempersiapkan peralatan belajar. (2) Aktivitas mental, yaitu aktivitas yang dilakukan dengan diikuti oleh kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti mejawab petanyaan guru, mengklarifikasi pertanyaan yang belum dimengerti, aktivitas belajar dalam kelompok, meyimpulkan materi, mengerjakan soal tes, dll. Aktivitas emosional, yaitu suatu aktivitas yang dilakukan dengan diikuti oleh kemampuan emosional, seperti antusias, gairah, semangat, senang mengikuti pembelajaran, saling memberikan pendapat, aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan, dan berani tampil di depan kelas. Searah dengan penjelasan di atas, Oemar Hamalik (2010:91) menyatakan manfaat aktivitas dalam pembelajaran adalah: (1) Peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langusng mengalami sendiri. (2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi (3) Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para peserta didik yang pada gililarannya dapat memperlancae kerja kelompok. (4) Peserta didik belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam pendidikan peserta didik (5) Memupuk disiplin belajar dan suasana yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat. (6) Mengembangkan pemahaman berpikir kritis serta menghindari terjadinya verbalisme. Dengan demikian aktivitas belajar bukan hanya berupa kegiatan mempelajari suatu mata pelajaran di rumah atau di sekolah secara formal. Disamping itu belajar merupakan masalahnya setiap orang. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar, sehingga dapat diketahui ciri-ciri kegiatan yang disebut aktivitas belajar yaitu : (1) Belajar adalah aktifitas
yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial. (2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. (3) Perubahan itu terjadi karena usaha. Dengan klasifikasi aktivitas di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas yang dapat terjadi dalam suatu pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Keaktifan peserta didik yang tampak dari tingkah laku dapat dilihat dengan berdasarkan apa yang telah dirancang oleh Guru. Ini berarti aktivitas peserta didik perlu diperhatikan untuk dapat mengetahui apakah suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif atau tidak. Semakin aktif peserta didik maka semakin efektif pembelajaran yang dilaksanakan. Media Realistik. Media menurut Bovee, (dalam Rayandra Asyhar 2011:4) adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan Pesan. Media merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”. Istilah media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Briggs, (dalam Rayandra Asyhar 2011:4) menyebutkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar. Berbicara mengenai media tentunya akan mempunyai cakupan yang sangat luas, oleh karena itu saat ini masalah media kita batasi ke arah yang relevan dengan masalah pembelajaran atau yang dikenal sebagai media pembelajaran. Pembelajaran menurut Rayandra Asyhar (2011:7) adalah : Sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual. Untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada peserta didik, biasanya guru menggunakan alat bantu mengajar (teaching aids) berupa gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap atau yang kita kenal sebagai alat bantu visual. Terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut Heinichand Molenda dalam Rayandra Asyhar (2011:4) yaitu: (1)Teks. Merupakan elemen dasar bagi menyampaikan suatu informasi yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian informasi. (2) Media Audio. Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara dan lainnya. (3) Media Visual. Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin dan lainnya. (4) Media Proyeksi Gerak. Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD) (5) Benda-bendaTiruan/miniatur Seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba oleh peserta didik. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik. (6) Manusia. Termasuk di dalamnya guru, peserta didik, atau pakar/ahli di bidang/materi tertentu.
Media-media yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran adalah media visual, media audio visual, media berbasis teknologi informasi. Namur dalam penelitian ini akan dikemukakan tentang media visua saja, sesuai dengan yang digunakan oleh penulis. Depdiknas (2009:8-9) meyatakan bahwa: Media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol visual. Selain itu, fungsi media visual adalah untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan jika tidak divisualkan. Beberapa media yang termasuk media visual antara lain adalah: (1) Gambar atau foto. Kita sering menggunakan gambar atau foto sebagai media pembelajaran karena gambar merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja oleh siapa saja. (2) Benda nyata. Merupakan media pembelajaran untuk menyampaikan pesan pembelajaran dengan menggunakan benda nyata, seperti kartu bilangan, karton yang telah dibentuk angka, puzle, buah-buahan, dan lain-lain (3) Papan planel. Papan berlapis kain planel ini dapat berisi gambar atau huruf yang dapat ditempel dan dilepas sesuai kebutuhan, gambar atau huruf tadi dapat melekat pada kain planel karena di bagian bawahnya dilapisi kertas amplas. Papan planel merupakan media visual yang efektif dan mudah untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam media realistik, penulis menggunakan media gambar, benda nyata, dan papan planel. Media gambar mempunyai kelebihan gambar atau foto sebagai media pembelajaran adalah: memberikan tampilan yang sifatnya konkrit, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Media berupa benda nyata berfungsi untuk mengantarkan peserta didik dalam pembelajaran kontekstual. Media papan planel bertujuan memberikan aktivitas kepada peserta didik untuk melatih keberanian tampil ke depan kelas. Sudjana dan Rivai (dalam Rayandra Asyhar 2011:12) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu: (1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. (2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. (4) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa manfaat media pembelajaran untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar sebab peserta didik tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Disamping itu
penggunaan media pembelajaran agar lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar. Pembelajaran Matematika di Kelas II Pembelajaran pada umumnya dilaksanakan oleh guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan bahkan evaluasi hanya sebagian kecil dari pembelajaran yang dilakukan. Menurut Depdiknas (2006:8) pembelajaran matematika menurut pandangan konstrutivisme dicirikan antara lain sebagi berikut: (1) Siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara bermakna dengan bekerja dan berfikir. Siswa belajar bagaimana belajar (2) Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi (materi) kompleks terjadi. (3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Materi pembelajaran matematika di kelas II semester 1antara lain tentang tentang mengenal bilangan; menentukan nilai tempat bilangan sampai dengan 100; membandingkan bilangan; mengurutkan bilangan. Menurut M. Khafid Suyuti (2007:1) pelajaran matematika di kelas II semester 1 antara lain terdiri dari : mengenal bilangan; menentukan nilai tempat bilangan sampai dengan 100; membandingkan bilangan; mengurutkan bilangan. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode untuk menjelaskan tentang sesuatu yang diteliti. Penelitian deskriptif menurut Arifin (2012:13) adalah penelitian yang berusaha menggambarkan atau menjelaskan tentang obyek tertentu. Penelitian deskriptif adalah menjelaskan penggunaan media realistik dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara Bentuk penelitian dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Susilo (2007:16) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar. Dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi oleh peneliti dengan guru Matematika kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara. Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika tentang mengenal bilangan; menentukan nilai tempat bilangan sampai dengan 100; membandingkan bilangan; mengurutkan bilangan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September tahun 2012 selama 1 bulan dalam 2 siklus di mana siklus I dilaksanakan minggu pertama dan kedua, sedangkan siklus II dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat. Subyek Penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas II SDN 32 Pontianak Tenggara berjumlah 35 orang peserta didik, dengan jumlah peserta
didik laki-laki sebanyak 20 orang dan peserta didik perempuan sebanyak 15 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung dengan melakukan pengamatan secara langsung dalam pembelajaran Matematika di kelas II. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Menurut Sugiyono dalam Arifin (2012:218) obeservasi terdiri dari 4 macam yaitu: (1) Observasi partisipasi pasif, yaitu peneliti hadir di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak terlibat dalam kegiatan nya. (2) Observasi partisipasi, yaitu peneliti ikut serta dalam kegiatan, namun tidak semua kegiatan yang diamati. (3) Observasi aktif, artinya peneliti iku menyelami langsung kehidupan sehari-hari, namun masih berada pada taraf belum belum utuh secara mutlak. (4) Observasi lengkap, yaitu peneliti sudah menyatu padu, terlibat utuh dengan pola dengan pola kehidupan sehari-hari dengan kegiatan di lokasi penelitian. Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti cenderung menggunakan bentuk observasi partisipatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin (2010:221) bahwa “metode pengumpulan data yang dominan dalam penelitian tidak kelas adalah observasi partisipatif”. Metode observasi partisipatif dilakukan dengan ikut serta dalam kegiatan proses pembelajaran dengan membawa lembar observasi guru dan observasi peserta didik. Lembar observasi guru digunakan untuk menilai proses belajar mengajar. Lembar observasi guru yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai dan melihat dan melihat pakah guru tersebut sudah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang digunakan dan langkah-langkah dalam pembelajaran metode demonstrasi. Sedangkan lembar observasi peserta didik, bertujuan untuk melihat dan menilai apakah peserta didik tersebut aktif selama proses pembelajaran berlangsung dan apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Data yang dikumpulkan melalui wawancara, lembar observasi dalam siklus penelitian tindakan kelas dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode alur berkesinambungan. Peneliti melakukan diskusi/wawancara dengan guru sejawat yang meliputi keberhasilan dan kegagalan pada saat siklus tindakan. Data yang dikumpulkan melalui lembar observasi dianalisis menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Persentase = A x 100% B Dimana : A = Proporsi siswa memilih B = Jumlah siswa (respon) (Trianto , 2011:63) Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus tindakan, dengan harapan terjadi peningkatan kinerja guru pada setiap siklus yang dilakukan dengan melihat aktivitas belajar peserta didik. Adapun aspek aktivitas belajar) yang diukur sebagai berikut: (1) Aspek aktivitas fisik (2) Aspek aktivitas mental (3) Aspek aktivitas emosional
Prosedur Penelitian Menurut Susilo (2010:19) ada empat langkah utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu “ perencanaan, tindakan, observasi, dan reflekasi”. Perencanaan, pada tahap ini peneliti menentukan kompetensi dasar, merencanakan metode/pendekatan, menentukan kelompok diskusi, menyusun skenario pembelajaran, menyiapkan sumber materi, menyiapkan media pembelajaran, menyusun LKS, menyusun lembar observasi, menyusun perencanaan pemantauan individual maupun kelompok, menyusun soal evaluasi. Tindakan.. Tindakan pada proses pembelajaran secara kolaborator dengan lembar observasi. Menilai hasil pembelajaran materi mengenal dan menentukan bilangan dengan soal tes yang telah disediakan. Refleksi (1) Mengevaluasi tindakan (2) Mendiskusikan hasil evaluasi tiap siklus dengan kolaborator (3) Memperbaikipelaksanaan untuk siklus berikutnya. Hasil Penelitian Dari hasil pengamatan, bahwa dari 35 orang peserta didik dapat dilihat bahwa nilai rata-rata aktivitas fisik 66%, sementara nilai rata-rata aktivitas mental 60%, dan nilai rata-rata aktivitas emosianal dalam pembelajaran matematika ratarata hanya 63%. Keadaan tersebut terjadi karena keterampilan guru masih harus penyesuaian dalam menerapkan media realistik ke dalam pembelajaran matematika. Di samping itu, peserta didik ada yang kurang memperhatikan penjelasan guru, sehingga beberapa kali guru mengingatkan peserta didik untuk menyimak penjelasan guru, sehingga konsentrasi guru menjadi terpecah, yang berakibat guru tidak bisa melaksankan pembelajaran secara optimal. Berdasarkan data pengamatan komponen praktik keterampilan guru menerapkan pembelajaran dengan media realistik telah optimal. Hal ini dapat dilihat dari aspek yang diamati. Ada 7 aspek mendapat skor 3 dengan jumlah 21, sementara ada 23 aspek memperoleh skor 4 dengan jumlah 92. Jumlah total 113, dengan nilai keseluruhan 94,17%. Dengan demikian dapat dinyatakan keterampilan guru menerapkan pembelajaran dengan media realistik telah berhasil dengan baik. Dari hasil pengamatan, dari 35 orang peserta didik memperlihatkan nilai aktivitas fisik peserta didik rata-rata 94%, sementara nilai aktivitas mental peserta didik rata-rata 91%, dan nilai aktivitas emosianal dalam pembelajaran matematika rata-rata 97%. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 2, maka peneliti memutuskan untuk tidak mengadakan tindakan lanjutan atau siklus 3 karena ketuntasan belajar yang menjadi ukuran keberhasilan kegiatan sudah tercapai. Bersamaan dengan hasil yang dicapai pada siklus II, aktivitas belajar peserta didik dengan media realistik yang menjadi tujuan penelitian telah dicapai Pembahasan Berdasarkan analisis hasil, bahwa saat pelaksanaan pree test siklus I, Dari pelaksanaan post test siklus I, telah mengalami kemajuan di mana yang peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 65 berjumlah 24 orang atau 68,83% peserta didik, dan pada siklus II semua peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar. Dari nilai post test pada siklus ini, dengan penggunaan media relistik telah terjadi peningkatan proses pembelajaran matematika yaitu dari nilai rata-rata 57,29 ketika ulangan harian, dan pada pelaksanaan siklus I nilai rata-rata
meningkat menjadi 67,29. Namun hasil siklus I belum memuaskan sebab masih ada 11 orang atau 31,438% peserta didik yang belum mencapai KKM, sehingga diputuskan melakukan tindakan pada siklus II. Pada pelaksanaan post test siklus II, dari 35 orang peserta didik yang memperoleh nilai 65 (tuntas ) berjumlah 33 orang atau 94,29%. SIMPULAN Aktivitas belajar peserta didik yang dilihat dari aktivitas fisik, aktivitas mental, dan aktivitas emosional, telah menunjukkan suatu peningkatan yang cukup berarti. Aktivitas fisik peserta didik rata-rata mengalami selisih peningkatan 28%, aktivitas mental 31%, dan aktivitas emosional 34%. Sedangkan tingkat hasil belajar melalui media realistk. Berdasarkan data yang diperoleh perkembangan nilai rata-rata harian pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II terlihat adanya peningkatan dari sebelum tindakan 62,57 %, Siklus I sebesar 67,29 % dan Siklus II 70,85. DAFTAR PUSTAKA Arifin (2012) Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif PTK. Yogyakarta: Lilin Persada Press Asyhar Rayandara (2011) Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jambi: GP Press. IKAPI Departemen Pendidikan Nasional, (2003) Strategi dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan --------------- (2009) Diklat Media Pembelajaran. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan M. Khafid Suyuti (2007) Matematika Sekolah Dasar Untuk Kelas II. Jakarta: Erlangga Oemar Hamalik. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Pupuh Fathurrohman (2007) Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama Suciati (2009) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Suharsimi Arikuto; Suhardjono; Supardi (2012) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Sudjana (2010) Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah
Susilo. 2009. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher Syaiful Sagala (2010) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Wina Sanjaya (2010) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group WJS. Poerwadaminta. (2008) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Zainal Arifin Ahmad, (2012). Perencanaan Pembelajaran dari Desain sampai Implementasi. Yogyakarta: Pedagogia