PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 02 SUNGAI PINYUH
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH YULIANA RUBINEM NIM F34211435
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013
PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 02 SUNGAI PINYUH Yuliana Rubinem, Suryani, Marzuki PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak email:
[email protected] Abstrak:Masalah dalam penelitian ini adalah apakah metode pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas peserta didik pada pembelajaran Matematika di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Sungai Pinyuh.Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitaspeserta didik pada pembelajaran Matematika di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Sungai Pinyuh.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas.Kemampuan peneliti merencanakan pembelajaran, berdasarkan IPKG 1 untuk siklus 1 sebesar 3 (baik).Kemudian pada siklus kedua menjadi 4 (sangat baik), dan telah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mengacu pada KTSP, silabus dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007.Kemampuan peneliti melaksanakan pembelajaran sudah baik dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat.Berdasarkan pengamatan menggunakan IPKG 2 untuk siklus 1 sebesar 2,97(cukup), dan pada siklus kedua menjadi 3,95(baik). Aktivitas belajar peserta didik mengalami peningkatan signifikan dimana pada pengamatan awal sebesar 49%, kemudian meningkat 19% pada siklus pertama menjadi sebesar 68%, dan pada siklus kedua meningkat sebesar 14% menjadi 82%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 02 Sungai Pinyuh Kata Kunci:Metode pemecahan masalah, pembelajaran matematika Abstract:The problem in this study is whether the method can improve the problem-solving activities of students in the learning of Mathematics in class IV SDN 02 Sungai Pinyuh. The purpose of this study is to increase the activity of students in the learning of Mathematics in class IV SDN 02 Sungai Pinyuh. This study uses
descriptive and qualitative approach to the design of classroom action research. The ability of researchers to plan learning, based IPKG 1 for cycle 1 of 3 (good). Then in the second cycle to 4 (very good), and in accordance with the lesson plan, the syllabus and the Regulation of the Minister of National Education. 41 in 2007. Implement the learning ability of researchers has been well and implement learning based lesson plans that have been made. Based on observations using IPKG 2 for 1 cycle of 2.97 (enough), and in the second cycle to 3.95 (good). Learners' learning activities increased significantly where the initial observations by 49%, then increased by 19% in the first cycle to 68%, and in the second cycle increased by 14% to 82%. It can be concluded that the use of problem-solving methods can enhance learners' learning activities in the learning of mathematics in class IV SDN 02 Sungai Pinyuh. Key Words: problem-solving methods, the learning of mathematics Matematika sebagai salah satu ilmu dasar harus diperhatikan dalam proses pembelajaran karena disamping sebagai ilmu dasar, Matematika juga dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit bahkan tidak jarang peserta didik merasa tegang dan takut dengan mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar (SD), materi perkalian dengan teknik bersusun pendek merupakan salah satu materi yang sulit dipahami oleh siswa.Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam pembelajaran tersebut, misalnya pembelajaran yang abstrak dan kurang menggunakan media pembelajaran untuk meningkatkan daya tarik peserta didik untuk belajar dengan menggunakan media yang disediakan guru.Selain itu, sulitnya memahami materi banyak siswa yang kurang mengerti dan berdampak pada hasil belajar yang tidak memuaskan.Selain faktor peserta didik, masalah pembelajaran Matematika juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti guru, sistem pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan khususnysa media/alat peraga pembelajaran. Guru sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi pendidikan matematika merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama. Keberhasilan dalam proses pembelajaran matematika sangat ditentukan oleh faktor guru dalam menyajikan materi pembelajaran kepada siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang efektif. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antar guru dengan peserta didik.Ketidak lancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang disampaikan guru sulit dipahami peserta didik. Oleh karena itu, guru harus melakukan berbagai upaya
untuk melakukan komunikasi yang efektif sehingga dapat meraih keberhasilan dalam proses penbelajaran misalnya dengan menggunakan media pengajaran sebagai alat bantu berkomunikasi dengan peserta didik ketika mengajar dengan maksud agar peserta didik dengan mudah memahami materi yang disampaikan guru. Kesulitan-kesulitan dapat bersumber pula pada aspek kebahasaan, materi, dan penguasan konsep-konsep yang mendasar.Permasalahan ini akan mengurangi ketiga aspek tersebut dan strategi pembelajaran soal cerita yang disajikan tidak dapat dipahami dan diselesaikan dengan mudah. Meraih tujuan pembelajaran umum Matematika memang tidak mudah seperti mengembalikan telapak tangan, tetapi harus diusahakan dengan sungguh-sungguh dan mau bekerja keras untuk mencapainya.Kegiatan pembelajaran di sekolah membutuhkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik.Metode pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika kaitannya untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita merupakan yang cukup tepat. Karena secara teoritis metode dengan langkah-langkah Polya (pemecaham masalah) ini membuat peserta didik untuk cermat, prosedural, teliti dan sistematis sesuai dengan yang diharapkan dari penyelesaian soal cerita tersebut. Berdasarkan pengamatan awal, ada sebagian besar peserta didik yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal cerita. Hal ini dikarenakan guru kurang konvensional dalam mengerjakan soal Matematika, guru kurang menggunakan media dalam pembelajaran Matematika dan guru selama ini banyak menggunaka metode ceramah sehingga suasana kelas menjadi kaku, anak kurang memperhatikan guru, dan kurang ada interaksi antara siswa.Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sebanyak 16 siswa dari 34 siswiatau 47%. Dengan kata lain belajar dalam menyelesaikan soal cerita baik pada proses pembelajaran maupun pada hasil yang dicapai belum menunjukan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Kesulitan-kesulitan dapat bersumber pada aspek kebahasaan, materi maupun penguasaan konsep-konsep yang mendasar.Sebagai salah satu upaya perbaikan kualitas pembelajaran dan untuk menumbuhkan keaktifan peserta didik agar lebih tertarik terhadap penguasaan Matematika khususnya pada pembelajaran pemecahan soal cerita. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran matematika dengan metode pemecahan masalah di kelas IV SDN 02 Sungai Pinyuh, bagaimana kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan metode pemecahan masalah di kelas IV SDN 02 Sungai Pinyuh, bagaimana peningkatan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode pemecahan masalah di kelas IV SDN 02 Sungai Pinyuh. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pemecahan masalah di kelas IV SDN 02 Sungai Pinyuh, mendeskripsikan kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pemecahan masalah di kelas IV SDN 02 Sungai Pinyuh, mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode pemecahan masalah
di kelas IV SDN 02 Sungai Pinyuh. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau acuan bagi pemahaman konsep pembelajaran penyelesaian soal cerita dengan pemanfaatan metode pemecahan masalah, dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian yang sejenis. Sedangkan, manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam melakukan inovasi metode pembelajaran dan merupakan bahan analisis untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran yang ada dan juga sebagai pijakan guru untuk meningkatkan kemampuan penguasaan materi operasi perkalian dan pembagian, serta pengembangan berbagai tuntutan karakteristik anak di semua tingkatan kelas.Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam menguasai dan mamahami materi perkalian dan pembagian, sehingga nantinya dijenjang kelas yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam menguasai materi pembelajaran matematika. Selain itu peserta didikakan menemukan kepercayaan diri dan keterampilan dalam berhitung. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dasar secara umum dan di tingkat kelas seacara khusus. Dengan kemampuan belajar Matematika yang baik dapat meningkatkan prestasiSekolah Dasar Negeri 02 Sungai Pinyuh. Gagne dalam Herman Hudoyo (2003:36) mengatakan bahwa dalam belajar matematika ada dua yang dapat diperoleh peserta didik, yaitu obyek langsung dan tidak langsung. Obyek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep atau aturan. Sedangkan obyek tak langsung antara lain kemampuan menyelediki dan memecahkan masalah, belajar mandiri bersikap positif terhadap matematika.Jhonson dan Myklebust dalam Mulyono (1999:252) menyebutkan bahwa Matematika adalah bahasa simbol yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Sedangkan Learner dalam Mulyono (1999: 252) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar dedukatif.Mulyono Abdurahman (1999:254) mengemukakan bahwa masalah matematika digunakan orang untuk menghadapi masalah yang dihadapinya, manusia akan menggunakan matematika untuk informasi berkaitan dengan masalah dan ukuran, dan kemampuan untuk menghitung serta kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan. Cockroft dalam Mulyono (1999:253) menyebutkan bahwa ada beberapa alasan perlunya matematika diajarkan pada peserta didik yaitu selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, kesadaran, dan keruangan. memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Tujuan matematika adalah untuk meningkatkan keterampilan berhitung, pemecahan masalah, memacu kemampuan bernalar peserta didik yang pada akhirnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan pada penyelesaian yang melibatkan matematika Aktivitas belajar menurut Oemar Hamalik(2010), “Merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (gurudan peserta didik) dalam rangka mencapai tujuan belajar”.Rochman Natawijaya (dalam Oemar
Hamalik,2010) menyatakan, “belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”.Dari hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan yang saling berkaitan antara mentalitas peserta didik, fisik maupun kondisi pada saat pembelajaran yang melibatkan pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar dikelompokan menjadi tiga kelompok aktivitas yaitu aktivitas fisik, aktivitas mental, dan aktivitas emosional.Aktivitas fisik, meliputi peserta didik aktif mencatat, aktif mengamati/menggunakan media yang digunakan guru, memperhatikan guru pada saat diberikn instruksi, mengerjakan latihan atau tugas yang diberikan guru, meyiapkan peralatan belajarnya, dan lain-lain.Aktivitas mental, meliputi peserta didik yang terampil dalam berhitung, peserta didik dapat memecahkan contoh soal yang diberikan, menyebutkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dengan tepat dan bersungguh-sungguh menyimak/mendengarkan ketika guru menjelaskan materi ajar.Aktivitas emosional, meliputi peserta didik berani menjawab pertanyaan, berantusias dalam proses pembelajaran, aktif bertanya, saling memberikan pendapat, berani tampil ke depan kelas, dan sebagainya. Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran(Anjar G, http://aginista.blogspot.com/2013/02/metode-pembelajaran-pemecahanmasalah.html, diakses tanggal 17 April 2013). Terdapat tiga ciri utama dari metode pemecahan masalah yaitu:pertama, merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, kedua aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaiakn masalah, yang menempatkan masalah sebagai kunci dari proses belajar, ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2008; 114-115). Herman Hudoyo (2001:42) menyatakan bahwa pemecahan masalah biasanya ada lima langkah yang harus ditempuh, yaituenyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas, yang mudah untuk dipahami peserta didik, menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional, menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik. mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya, dan mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne (dalam Herman Yudoyono, 2001:42) bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan tipe belajar paling tinggi dari delapan tipe belajar yang dikemukakan Gagne, yaitu: belajar, isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah (George Polya) meliputi menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas, menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional, menyusun hipotesis-hipotesis kerja dan prosedur kerja yang perkiraan baik, mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasil
yang sudah diperoleh (Hudoyo, 2001:84). Langkah-langkah metode pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematik, logis, dan teratur secara teliti.Tujuannya adalah kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Penggunaan metode pemecahan masalah memiliki keuntungan antara lain elatih peserta didik untuk menghadapi problema-problema atau situasi yang timbul secara spontan, peserta didik menjadi aktif dan berinisiatif sendiri serta bertanggung jawab sendiri, pendidikan disekolah relevan dengan kehidupan. Sedangkan kelemahan dari penggunaan metode pemecahan masalah yaitu memerlukan waktu yang lama, murid yang pasif dan malas akan tertinggal, sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran, sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan tingkat kemampuan peserta didik. Cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal cerita dibuat lebih operasional seperti memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, pelaksanaan rencana penyelesaian pelaksanaan, memeriksa kembali. METODE Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 83) deskriptif artinya memaparkan, menggambarkan. Deskriptif adalah bersifat menjelaskan (Sugiyono, 2006 : 17) . Sedangkan deskripsi itu sendiri mempunyai arti pemaparan, penggambaran, pelukisan, pemerian. Menurut Hadari Nawawi (1985: 12), dalam penelitian deskriptif, penelitian diarahkan untuk memaparkan gejala-gejala, fakta–fakta atau kejadian - kejadian. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif, dan menggunakan bentuk penelitian Survei dengan jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas. Jenis penelitian yang digunakan suatu penelitian yang ditunjang oleh data-data yang diperolehmelalui penelitian lapangan (field research).Suharsimi Arikunto (2006:2-3), menyatakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas dan peserta didik kelas VSekolah Dasar Negeri02 Sungai Pinyuh yang berjumlah 34 orang, terdiri dari 16 laki-laki dan 18 perempuan. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi serta diikuti dengan perencanaan ulang jika diperlukan.Menurut Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2010:44) tahapan pelaksanaan PTK adalah perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting).Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.Teknik pengumpulan data dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi langsung dengan alat lembar observasi, wawancara dan teknik komunikasi dengan alat catatan langsung.Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data antara lain Pedoman Observasi, Komunikasi Langsung, dan komunikasi tidak langsung. Data penelitian ini berupa data proses dan data hasil tindakan yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran penyelesaian soal cerita menggunakan metode pemecahan masalah. Instrument pertama penelitian ini adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengumpul data dengan menggunakan instrument penunjang berupa lembar observasi, panduan wawancara, dokumentasi, dan tes.Analisis data dilakukan dengan mengikuti alur analisis data yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang direduksi akan disajikan dalam bentuk tabel terhadap nilai RPP, nilai pelaksanaan pembelajaran dan nilai hasil belajar peserta didik. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didikakan dihitung prosentase perolehan nilai berkelompok dengan rumus: 𝑛 𝑥% = × 100% 𝑁 Keterangan: 𝑥% = persentase nilai 𝑛 = frekuensi nilai 𝑁 = jumlah peserta didik Indikator- indikator dalam penelitian ini antara lain peserta didik dapat menyatakan apa yang diketahui pada soal cerita, peserta didik dapat menyatakan apa yang ditnyakan pada soal cerita, peserta didik dapat mengubah kalimat bahasa pada soal cerita ke dalam kalimat matematika, peserta didik dapat menyelesaikan soal cerita dengan kalimat matematika, peserta didik bersungguhsungguh dalam mengikuti proses pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dapat peneliti uraikan dalam tahapan siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan.Peserta didik yang mengikuti pembelajaran tindakan tentang aktivitas pembelajaran penyelesaian soal cerita pada operasi perkalian di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Sungai Pinyuh berjumlah 34 orang.Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus.Sebelum melakukan tindakan pada siklus I, peneliti melakukan pengamat-an awal pada awal bulan Januari 2013 untuk menentukan base line agar mempermudah melihat hasil yang tertuju pada peningkatan aktivitas pembelajaran penyelesaian soal cerita sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Pengamatan awal pada kegiatan belajar peserta didik kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Sungai Pinyuh yang terdiri dari 34 orang sebagai berikut.
Hasil Observasi Awal Aktivitas Belajar Peserta Didik Keterangan Kemunculan Prosentase menyatakan apa yang diketahui pada soal cerita 16 orang 47% menyatakan apa yang ditnyakan pada soal cerita 16 orang 47% mengubah kalimat bahasa pada soal cerita ke dalam 16 orang 47% kalimat Matematika menyelesaikan soal cerita dengan kalimat Matematika 18 orang 53% bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses 18 orang 53% pembelajaran Rata-rata aktivitas peserta didik pada pengamatan awal 49%
No. Aspek yang diobservasi 1. 2. 3. 4. 5.
Berdasarkan data hasil pengamatan awal terhadap aktivitas perserta didik pada pembelajaran matematika dapat diketahui bahwa rata-rata peserta didik belum aktiv dalam kegiatan pembelajaran matematika. Dari kelima indikator aktivitas yang diamati tingkat keaktivan siswa masih rendah dimana rata-rata aktivitas siswa sebesar 49% dan belum mencapai 60%. Hasil Data Siklus I Tahap Perencanaan Hal-hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut. Refleksi awal dilakukan pada hari sabtu tanggal 2 Februari 2013 dimulai dengan mengadakan perbincangan dengan kepala sekolah dengan guru guna mengadakan waktu serta peralatan yang perlu disiapkan untuk melaksanakan tindakan yang dimulai pada tanggal 23 Januari sampai dengan 28 Februari 2013.Melakukan analisis kurikulum unttuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dalam pembelajaran. Dalam kompetensi dasar ini yaitu melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan digunakan untuk merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menetapkan dan menyusun rancangan tindakan secara garis besar. Rancangan tindakan tersebut antara lain, guru membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK, rencana pembelajaran yang dibuat adalah materi pembelajaran Matematika, melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah, menyiapkan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran, membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, menyusun lembar evaluasi yang dibuat sesuai dengan materi pembelajaran. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan siklus I dilakukan pada hari Jumat tanggal 1 Februari 2013 selama 70 menit yaitu 2 jam pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini dilakukan oleh guru (peneliti). Pada tahap pelaksanaan ini guru (peneliti) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP. Pelaksanaan ini dimulai dari kegiatan awal yaitu guru melakukan appersepsi, menginformasikan materi, tujuan serta kegiatan yang dilakukan pada saat proses pembelajaran.
Kemudian peserta didik dibagi menjadi 11 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang.Secara berkelompok peserta didik mengerjakan soal cerita dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Pada saat ini kelihatan peserta didik marasa senang, bersungguh-sungguh dalam menyimak guru membaca dan peserta didik termotivasi untuk membaca dan menulis.Peserta didikdibimbing guru dalam mengerjakan soal cerita. Tahap Pengamatan (Observasi) Tahap observasi ini dilakukan oleh peneliti terhadap peserta didik dan guru kolaborator pada saat proses pembelajaran. Hasil temuan yang berhubungan dengan hasil pengamatan kolaborator ( observer) dari data yang diperoleh dari IPKG 1 pada siklus 1 menunjukkan tentang pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan sekaligus sebagai guru sebesar 3 (baik). Hasil temuan yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang diperoleh dari IPKG 2 pada pembelajaran matematika melalui pemanfaatan metode tutor teman sebaya sebesar 2,97 (cukup baik). Hasil observasi pada siklus I juga dapat dilihat pada tabel berikut. Aktifitas peserta didik dalam pembelajaran pada siklus I Keterangan No. Aspek yang diobservasi Kemunculan Prosentase 1. Menyatakanapa yang diketahui pada soal cerita 20 orang 58% 2. Menyatakan apa yang ditanyakan pada soal 20 orang 58% cerita Mengubahkalimat bahasa pada soal cerita ke 24 orang 70% 3. dalam kalimat Matematika Menyelesaikansoal cerita dengan kalimat 26 orang 76% 4. Matematika Bersungguh-sungguhdalam mengikuti proses 26 orang 76% 5. pembelajaran Rata-rata aktivitas peserta didik pada pengamatan awal 68% Berdasarkan data hasil pengamatan pada siklus 1 terhadap aktivitas perserta didik pada pembelajaran matematika dapat diketahui bahwa dari kelima indikator aktivitas yang diamati, pada indikator 1 yaitu Peserta didikdapat menyatakan apa yang diketahui pada soal cerita dan indikator 2 yaitu Peserta didikdapat menyatakan apa yang ditanyakan pada soal cerita, prosentase keaktivan peserta didik pada dua indikator tersebut masing masing 58% (dibawah 60%), sedangkan untuk indikator 3, 4, dan 5 telah diatas 60% yaitu 70% untuk indikator 3, 76% untuk indikator 4, dan 76% untuk indikator 5. Gambaran penjelasan setiap indikator sebagai berikut. Peserta didik dapat menyatakan apa yang diketahui pada soal cerita.Indikator ini diukur menggunakan lembar observasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan tes.Pengamatan ini dilihat dari partisipasi peserta didik dalam mengerjakan soal cerita dan dilihat dari nilai evaluasi peserta didik.Pada siklus I ini terjadi peningkatan dari 47 % menjadi 58 %.
Peserta didik dapat menyatakan apa yang ditanyakan pada soal cerita. Indikator ini diukur dengan menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran berlangsung dan tes.Pengamatan ini dilihat dari partisipasi peserta didik dalam mengerjakan soal cerita dan dilihat dari nilai evaluasi peserta didik.Pada siklus I ini terjadi peningkatan dari 47 % menjadi 58 %. Peserta didik dapat mengubah kalimat bahasa pada soal cerita ke dalam kalimatiMatematika.Indikator ini diukur dengan menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran berlangsung dan tes.Pengamatan ini dilihat dari partisipasi peserta didik dalam mengerjakan soal cerita dan diliihat dari evaluasi peserta didik.Pada siklus I ini terjadi peningkatan dari 47% menjadi 70 %. Peserta didik dapat menyelesaikan soal cerita dengan kalimat Matematika.Indikator ini diukur dengan menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran berlangsung.Pengamatan ini dilihat dari keaktifan peserta didik dalam mengerjakan soal cerita dan dilihat dari evaluasi peserta didik.Pada siklus I ini terjadi peningkatan dari 53 % menjadi 76 %. Peserta didik bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran. Indikator ini diukur dengan menggunakan lembar observasi dan angket kepuasan peserta didik. Pengamatan ini dilihat dari keseriusan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada siklus I ini terjadi peningkatan dari 53 % menjadi 76 %. Refleksi Pada siklus I terjadi peningkatan keberhasilan yang ditandai dengan naiknya prosentase pencapaian. Ini memberikan gambaran bahwa metode yang peneliti gunakan cukup berhasil walaupun tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti memperhatikan beberapa hal penting yang akan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan siklus kedua. Kelebihan dan kelemahan pada pelaksanaan siklus I dari refleksi yang dilakukan sebagai berikut. Kelebihan Siklus I antara lain, hasil pengamatan terhadap beberapa aspek indikator kinerja sudah mulai mengalami peningkatan dari hasil pengamatan awal sebelum menggunakan metode pemecahan masalah, guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, metode pemecahan masalah yang digunakan sudah mulai mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran penyelesaian soal cerita pada operasi perkalian. Kelemahan Siklus I antara lain, masih terdapat beberapa aspek yang masih belum maksimal tercapai seperti peserta didik belum terampil dalam berhitung dan mengerjakan soal cerita dengan tepat, hasil dari siklus I baru 20 orang, peserta didik masih kurang termotivasi untuk menyelesaikan soal cerita.Hal ini disebabkan karena peserta didik masih malu-malu dan belum terbiasa dengan metode pemecahan masalah.Untuk memperbaiki segala kelemahan yang terdapat pada siklus I, maka peneliti bersama guru kolaborator mengambil kesimpulan dan kesepakatan untuk melaksanakan tindakan pada siklus II.
Hasil Data Siklus II Tahap Perencanaan Perencanaan pembelajaran matematika menggunakan metode pemecahan masalah pada siklus II berdasarkan refleksi pada siklus I antara lain dengan memberikan penguatan kepada peserta didik dengan lebih variatif, guru lebih membimbing peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita, peneliti bersama guru kolaborator merancang RPP, perencanaan berikutnya dengan mempersiapkan lembar observasi untuk peserta didik. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan siklus II dilakukan pada hari Jumat tanggal 8 Februari 2013 selama 70 menit yaitu 2 jam pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan oleh guru. Pada tahap pelaksanaan ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP. Pada pelaksanaan siklus II ini dimulai dengan guru melakukan appersepsi untuk mengingat pembelajaran yang sebelumnya yaitu tentang cara menyelesaikan soal cerita, kemudian guru memberikan soal cerita kepada peserta didik. Peserta didik dibimbing guru dalam menyelesaikan soal cerita. Pada saat ini terlihat peserta didik sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dan termotivasi untuk menyelesaikan soal cerita. Mereka sangat senang mengikuti proses pembelajaran. Peserta didik melakukan Tanya jawab dengan guru tentang cara menyelesaikan soal cerita menggunakan metode pemecahan masalah. Pada saat ini suasana pembelajaran menjadi hidup dan aktif. Tahap Pengamatan (Observasi) dan Evaluasi Hasil temuan yang berhubungan dengan Aktivitas dari data yang diperoleh ternyata dari tindakan yang dilakukan oleh guru pada siklus II pada IPKG 1 sebesar 4 (sangat baik) dan IPKG 2 sebesar 3,94 (baik), dengan demikian perkembangan aktivitas guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran matematika melalui pemanfaatan metode tutor teman sebaya telah mengalami peningkatan dibandingkan siklus 1. Hasil observasi siklus II juga dapat dilihat pada tabel berikut ini. Aktifitas peserta didik dalam pembelajaran pada siklus II Keterangan No. Aspek yang diobservasi Kemunculan Prosentase 1. Menyatakanapa yang diketahui pada soal cerita 26 orang 76% 2. Menyatakanapa yang ditanyakan pada soal 26 orang 76% cerita Mengubahkalimat bahasa pada soal cerita ke 28 orang 82% 3. dalam kalimat Matematika Menyelesaikansoal cerita dengan kalimat 30 orang 88% 4. Matematika Bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses 30 orang 88% 5. pembelajaran Rata-rata aktifitas peserta didik dalam pembelajaran 82%
Peserta didik dapat menyatakan apa yang diketahui pada soal cerita, indikator ini diukur menggunakan lembar observasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan tes. Pengamatan ini dilihat dari partisipasi peserta didik dalam mengerjakan soal cerita dan dilihat dari nilai evaluasi peserta didik.Pada siklus I ini terjadi peningkatan dari 58 % menjadi 76 %. Peserta didik dapat mengubah kalimat bahasa pada soal cerita kedalam kalimat Matematika, indikator ini diukur dengan menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran berlangsung.Pengamatan ini dilihat dari partisipasi peserta didik ketika mengerjakan soal cerita dan dari hasil evaluasi peserta didik.Pada siklus I ini terjadi peningkatan dari 70% menjadi 82 %. Peserta didik dapat menyelesaikan soal cerita dengan kalimat Matematika, indikator ini diukur dengan menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran berlangsung.Pengamatan ini dilihat dari keaktifan peserta didik dalam mengerjakan soal cerita dan hasil evaluasi peserta didik.Pada siklus I ini terjadi peningkatan dari 76 % menjadi 78 %. Peserta didik bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran, indikator ini diukur dengan menggunakan lembar observasi dan angket kepuasan peserta didik. Pengamatan ini dilihat dari keseriusan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada siklus II ini terjadi peningkatan dari 78 % menjadi 88%. Pembahasan Hasil Penelitian Tahap Perencanaan. Peningkatan aktivitas pembelajaran penyelesaian soal cerita pada operasi perkalian menggunakan metode pemecahan masalah memerlukan persiapanpersiapan yang matang agar pelaksanaan pembelajaran lebih terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu persiapan mestilah dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang meliputi kebutuhan peserta didik, bentuk kegiatan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan.Dengan demikian dalam persiapan peningkatan aktivitas pembelajaran penyelesaian soal cerita pada operasi perkalian menggunakan metode pemecahan masalah perlu dilakukan kegiatan-kegiatan menetapkan tujuan, menentukan sasaran informasi, sumbersumber informasi, teknik pemberian informasi,jadwal kegiatan dan kriteria evaluasi kegiatan.Selanjutnya untuk memperoleh informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik diperlukan pemilihan informasi yang tepat, pelaksanaan fasilitas yang akan dapat mendukung proses pembelajaran, dengan cara: Menetapkan tujuan dan informasi, termasuk alasan-alasannya, adalah langkah persiapan yang ditempuh guru matematika pada saat mulai memasuki kelas hendak mengajar.Pada tahap ini guru matematika memeriksa kehadiran peserta didik, kondisi kelas, dan kondisi peralatan yang tersedia dengan alokasi waktu yang singkat. Sesuai dengan kegiatan yang singkat tadi, guru perlu melakukan “appersepsi” dengan menanyakan materi yang disajikan sebelumnya, serta materi yang akan diajarkan. Kemudian, guru melakukan appersepsi dengan mengungkapkan kembali secara sekilas materi yang diajarkan sebelumnya lalu menghubung-kannya dengan materi pelajarkan yang akan segera diajarkan.
Mengidentifikasi sasaran ( peserta didik) yang akan menerima informasi.Proses belajar yang dilakukuan peserta didik di sekolah, disamping banyaknya peserta didik yang berhasil secara gemilang,dalam belajar, sering pula dijumpai adanya peserta didik yang gagal, seperti nilai prestasi pada mata pelajaran tertentu yang memperoleh nilai dibawah nilai prestasi belajar, angkaangka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya. Secara umum peserta didik seperti itu dapat dipandang sebagai peserta didik yang mengalami masalah belajar. Mengetahui sumber-sumber informasi, selanjutnya mengenai sumbersumber informasi/bahan yang diberikan juga merupakan salah satu diantara factor yang sangat penting untuk diperhatikan guru.Artinya bahwa untuk pemberian informasi yang sebaik-baiknya kepada peserta didik maka guru hendaknya berpijak pada keluasan dan kedalaman materi.Bilamana materi itu orentasinya dapat diperluas dan dapat diperdalam, maka hendaknya dibuat seperti yang dimaksudkan itu, namun demikian harus tetap dalam bentuk sederhana. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini guru matematika menyajikan materi pelajaran (pokok bahasan) yang disusun lengkap dengan persiapan media, metode, dan strategi mengajar yang dianggap cocok.Sebelum menguraikan pokok-pokok tersebut terlebih lanjut, setiap uraian harus dilengkapi dengan contoh dan media seperlunya. Dalam penelitian ini metode pemecahan masalah yang digunakan dalam pembelajaran penyelesaian soal cerita yang dilakukan guru adalah merangsang semangat peserta didikuntuk terampil dalam berhitung, melatih peserta didik menjawab soal cerita dengan tepat, mengevaluasi soal cerita, aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, dan mengkaji dalam kehidupan nyata melalui tanya jawab. Merangsang semangat peserta didik untuk terampil berhitung.Pada tahap ini guru mengemukakan masalah.Masalah dapat dianggap dari kehidupan seharihari peserta didik atau ada kaitannya dengan dunia mereka. Maka dari itu guru menggunakan metode pemecahan masalah dalam proses pembelajaran agar mereka tertarik untuk Matematika. Melatih peserta didikmenjawab soal cerita dengan tepat.Pada tahap ini guru memberikan soal cerita kepada peserta didik untuk dikerjakan.Selanjutnya, guru melatih peserta didik untuk menjawab soal cerita dengan tepat. Mengevaluasi soal cerita.Peserta didik membahas gambar berwarna dengan menjawab pertanyaan contoh: Ibu membeli 3 kg buah apel. 1 kg buah apel sebanyak 4 buah. Berapa banyak buah apel yang dibeli ibu? Diketahui : Ibu membeli 3 kg buah apel. 1 kg buah apel ada 4 buah. Ditanya : berapa jumlah buah apel yang dibeli ibu? Jawab : 3 x 4 = 12 Jadi, jumlah buah apelyang dibeli ibu adalah 12 buah. Mengkaji dalam kehidupan nyata melalui tanya jawab.Setelah semua peserta didik mampu menjawab pertanyaan, kemudian jawaban dari pertanyaan
tersebut dibahas secara bersama-sama.Kemudian metode pemecahan masalah itu dikaitkan dengan kehidupan nyata. Tahap Evaluasi Kegiatan yang telah dilaksanakan guru matematika haruslah diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan guru matematika adalah untuk melihat hasil belajar peserta didik. Evaluasi pelaksanaan proses belajar mengajar didasarkan pada kriteria tertentu sebagai ukuran kebersilan kegiatan yang dilaksanakan. Pelaksanaan pembelajaran melalui upaya guru Matematika dalam peningkatan aktivitas pembelajaran penyelesaian soal cerita pada operasi perkalian menggunakan metode pemecahan masalah, dikatakan berhasil apabila peserta didik mampu menyelesaikan soal cerita dengan tepat. Dengan demikian melalui evaluasi pembelajaran upaya guru matematika dalam meningkatkan aktivitass pembelajaran penyelesaian soal cerita dengan menggunakan metode pemecahan masalah dapat diketahui tingkat serapan peserta didik terhadap materi yang diberikan dan dapat digunakan sebagai pedoman penindak lanjutan, baik yang bersifat pengayaan maupun perbaikan. Refleksi Refleksi ini dilakukan setelah melakukan tindakan siklus I dan siklus 2.Dari data yang diperoleh selama observasi, diadakan perbincangan dengan kolaborator untuk mendapatkan kesepakatan dan simpulan sebagai bahan perencanaan tindakan selanjutnya.Pada siklus I terjadi peningkatan keberhasilan yang ditandai dengan naiknya prosentase pencapaian. Ini memberikan gambaran bahwa media yang peneliti gunakan cukup berhasil walaupun tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti memperhatikan beberapa hal penting yang akan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan siklus kedua. Adapun kelebihan dan kelemahan pada pelaksanaan siklus I dari refleksi yang dilakukan sebagai berikut.Kelebihan Siklus I, guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, metode pemecahan masalah yang digunakan sudah mulai mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran penyelesaian soal cerita pada operasi perkalian. Sedangkan kelemahan Siklus I, masih terdapat beberapa aspek yang masih belum maksimal tercapai seperti peserta didik belum terampil dalam berhitung dan mengerjakan soal cerita dengan tepat, hasil dari siklus I baru 20 orang, peserta didik masih kurang termotivasi untuk menyelesaikan soal cerita. Hal ini disebabkan karena peserta didik masih malu-malu dan belum terbiasa dengan metode pemecahan masalah.Untuk memperbaiki segala kelemahan yang terdapat pada siklus I, maka peneliti bersama guru kolaborator mengambil kesimpulan dan kesepakatan untuk melaksanakan tindakan pada siklus II. Refleksi II dilakukan setelah pembelajaran siklus II.Dari data yang diperoleh selama observasi, diadakan perbincangan dengan kolaborator untuk mendapatkan kesepakatan dan simpulan.Hasil pengamatan terhadap beberapa aspek indikator kinerja sudah mengalami peningkatan.Secara keseluruhan guru
sudah maksimal dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah sudah mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran penyelesaian soal cerita pada operasi perkalian di kelas IV. Peningkatan kemampuan perencanaan dan kemampuan melaksanakan pembelajaran matematika melalui pemanfaatan metode pemecahan masalah dapat di lihat pada penilaian IPKG 1 dan IPKG 2 pada siklus I dan siklus II secara keseluruhan sebagai berikut: Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus NO
IPKG
Peningkatan Siklus I Siklus II
1.
IPKG 1
3
4
1
2.
IPKG 2
2,97
3,95
0,98
Berdasarkan siklus I dan siklu ke II penerapan metode pemecahan masalah mampu meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran matematika. Sudah banyak aktivitas yang dilakukan guru seperti: memberi penguatan kepada peserta didik yang sudah aktif supaya peserta didik lebih bersemangat mengikuti pembelajaran. Adapun rekapitulasi hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil observasi aktivitas peserta didik dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini. Rekapitulasi Aktivitas Peserta Didik
No. Indikator 1. 2. 3. 4. 5.
Menyatakan apa yang diketahui pada soal cerita Menyatakan apa yang ditanya pada soal cerita Mengubah kalimat bahasa pada soal cerita ke dalam kalimat Matematika Menyelesaikan soal cerita dengan kalimat Matematika Bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran Rata-rata aktivitas peserta didik
Base Lane
Capaian Siklus I
47 %
58%
Siklus II 76%
47 % 47 %
58% 70%
76% 82%
53 %
76%
88%
53 %
76%
88%
49%
68%
82%
Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa aktivitas peserta didik selama pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pemecahan masalah mengalami peningkatan yang signifikan mulai dari tahap pengamatan
awal sebesar 49%, kemudian meningkat 19% pada siklus 1 menjadi sebesar 68%, dan pada siklus 2 meningkat sebesar 14% menjadi 82%.Disamping data yang diperoleh melalui observasi, digunakan juga alat pengumpul data lainnya yaitu Angket Kepuasan yang diambil langsung dari peserta didik. Data dari Angket Kepuasan Angket Kepuasan ini gunanya untuk memferivikasi atau mendukung dan untuk menyakinkan data yang diperoleh melalui alat observasi adalah benar adanya dan dapat diyakini kebenarannya. Data yang diperoleh melalui Angket Kepuasan adalah seperti dalam tabel berikut ini. Angket Kepuasan Peserta didik Siklus I No
1.
2.
Kondisi Belajar Apakah pembelajaran dengan Metode Pemecahan Masalah dapat membuat kamu memahami soalcerita yang diberikan guru? Apakah menurut kamu pembelajaran ini membuat kamu berani ketika diminta untuk menjawab soal cerita?
Siklus II
Ya
Tidak
Ya
Tidak
20 orang
14 orang
24 orang
10 orang
24 orang 24 orang
10 orang 10 orang
28 orang 28 orang
6 orang 6 orang
24 orang
10 orang
3.
Apakah pembelajaran ini menyenangkan?
4.
Apakah pembelajaran ini mampu meningkatkan kemampuan kamu dalam menyelesaikan soal cerita dalam kalimat Matematika?
24 orang
10 orang
5.
Apakah pembelajaran dengan kalimat Matematika membuat kamu lebih paham?
26 orang
8 orang
6.
Apakah kamu mengikuti pembelajaran ini dengan sungguh-sungguh?
26 orang
8 orang
30 orang 30 orang
4 orang 4 orang
PENUTUP Simpulan Kemampuan peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Matematika, berdasarkan pengamatan menggunakan lembar IPKG 1 untuk siklus 1 sebesar 3 dengan kategori baik. Kemudian mengalami peningkatan 1 pada siklus kedua menjadi 4 dengan kategori sangat baik.Hal ini juga dapat di lihat dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, silabus dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007. Kemampuan peneliti melaksanakan pembelajaran dengan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Matematika sudah baik dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.Berdasarkan pengamatan menggunakan lembar IPKG 2 untuk siklus 1 sebesar 2,97 dengan kategori cukup. Kemudian mengalami peningkatan 0,98 pada siklus kedua menjadi 3,95 dengan kategori baik. Aktivitas belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalahmengalami peningkatan yang signifikan mulai dari tahap pengamatan awal sebesar 49%, kemudian meningkat 19% pada siklus 1 menjadi sebesar 68%, dan pada siklus 2 meningkat sebesar 14% menjadi 82%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 02 Sungai Pinyuh Saran Penggunaan metodepemecahan masalah dalam pembelajaran matematika ternyata dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Oleh sebab itu kepada rekan-rekan guru yang membaca skripsi ini kiranya dapat menerapkannya di sekolah masing-masing. Guru yang akan menerapkan pemecahan masalah dalam mengajarkan suatu materi matematika harus betul-betul berlatih, menyiapkan media yang relevan, memiliki strategi pada saat pelaksanaanya dan kesabaran dalam membimbing peserta didik. Metode pemecahan masalah ini dapat pula diterapkan pada mata pelajaran lain selain matematika namun seorang guru perlu mempersiapkan dengan baik guna mengkondisikan pembelajaran yang menyenangkan tapi sarat akan makna. Sebagai seorang guru hendaknya kita secara terus menerus mendiagnosis kekeliruan-kekeliruan belajar peserta didik yang disebabkan cara mengajar guru maupun dari peserta didik sehingga dapat menemukan cara-cara yang tepat untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk semua mata pelajaran di SD. DAFTAR RUJUKAN BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdikbud, (1994).Kurikulum Sekolah Dasar / GBPP. Jakarta Depdiknas, (2002).Suplemen Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran Matematika. Jakarta Hadari Nawawi.(1990). Metode Pendidikan Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press. Herman Hudoyo.(2001). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.Malang: Fakultasa MIPA Universitas Negeri Malang.
IGAK Wardhani dan Kuswaya.(2008). Penelitian Tindakan Kelas. (cetakan ke4). Jakarta: Universitas Terbuka. Mulyono.(2002).Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama.(2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.