PENILAIAN POTENSI WISATA KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN
RATIH TRIANITA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN Ratih Trianita. Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Dibimbing Oleh Meti Ekayani dan Nuva. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga) terhadap pemanfaatan sumberdaya alam, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di Musiduga, dan Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas tersebut untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Pengambilan data lapang dilakukan pada Maret-Mei 2011 di kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Data yang digunakan data primer menggunakan kuesioner dan data sekunder dari instansi yang terkait dengan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat ketergantungan masyarakat desa sekitar kawasan wisata Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya cukup tinggi, dimana lebih dari 80% masyarakat di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan sumberdaya alam. Penghasilan masyarakat yang berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam merupakan usaha pokok masyarakat Musiduga, yaitu 70,01% 100% dibanding dengan total pendapatan masyarakat. Sebagian masyarakat Musiduga melakukan penambangan emas ilegal di Sungai kuantan. Berdasarkan persepsi multistakeholder kegiatan tersebut telah mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa polusi air dan merusak struktur tanah dengan masing-masing dipilih oleh 90% responden. Sementara itu, kawasan wisata Musiduga memiliki potensi obyek wisata yang dapat dikembangkan secara optimal seperti Arung jeram, Pasir Putih, Ngalau Talago, Ngalau Seribu, Air Terjun Palukahan, dan sebuah Lokomotif uap peninggalan Jepang. Pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga membutuhkan dana untuk kegiatan wisata dan untuk dana konservasi. Salah satu caranya dengan penetapan tiket. Berdasarkan nilai rata-rata Wilingness to Pay (WTP) pengunjung, harga tiket maksimum yang bersedia dibayarkan kawasan wisata Musiduga adalah sebesar Rp 3.000. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Musiduga terhadap masyarakat sekitar masih kecil, sedangkan dampak lingkungan akibat kegiatan wisata Musiduga berdasarkan persepsi multistakeholder adalah berdampak positif terhadap lingkungan sekitar Musiduga. Persepsi multistakeholder terhadap kemungkinan penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal ini terlihat dari persentase kemungkinan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata masih rendah yaitu sebanyak 28%. Faktor yang signifikan mempengaruhi kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi adalah jumlah tanggungan keluarga, lama menambang emas, pendapatan, dan penyuluhan. Kata kunci :
Kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang, pemanfaatan sumberdaya alam, kerusakan lingkungan, potensi wisata, Wilingness to Pay.
PENILAIAN POTENSI WISATA KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN
RATIH TRIANITA H44070017
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan adalah karya saya dengan arahan dari komisi bimbingan dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Ratih Trianita H44070017
Judul Skripsi
Nama NIM
: Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan : Ratih Trianita : H44070017
Disetujui Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
(Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc) 19690917 200604 2 0 11
(Nuva, SP, M.Sc)
Diketahui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
(Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT) NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
UCAPAN TERIMA KASIH Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi kepada penulis dalam meyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulustulusnya kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a yang tulus, dukungan moril dan materil serta uda Haris, uni Reren, dan adik icha yang selalu memberikan motivasi. 2. Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama untuk kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti. 3. Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan kesabaran selama ini. 4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak Novindra SP, M.Si selaku dosen penguji komdik atas saran dan kritiknya. 5. Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung: Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, Kantor Lingkungan Hidup, Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang atas bantuan data, informasi serta kerjasama selama penelitian. 6. Sahabat penulis: Rahmad Fauzi, Resti, Raisa, Wiwi, Risty, Imel, Uni Debi, Mbak Yuyun, Mas Budi, Chichi, Norita, Fenny, Nissa, Ulil, Fiandra, Febri, Rina, dan Ario (komti ESL 44) atas kebesamaan dan dukungannya. 7. Teman-teman ESL 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas keceriaan dan kebersamaannya selama ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan, berkat segala curahan rahmat dan kasih sayangNYA skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul skripsi ini adalah Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Penelitian ini berujuan untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi dan dampak kegiatan wisata di Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi khasanah pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi yang terkait dengan skripsi ini. Bogor, September 2011 Penulis
Ratih Trianita H44070017
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................
1 1 4 8 8 9
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam ............................................................ 2.2 Potensi, Obyek dan Daya TarikWisata ................................................. 2.3 Pariwisata................................................................................................ 2.4 Wisata Alam ........................................................................................... 2.5 Dampak Ekonomi Wisata ....................................................................... 2.6 Pertambangan Emas ............................................................................... 2.7 Konsep Wilingness to Pay ...................................................................... 2.8 Konsep Keberlanjutan ............................................................................ 2.9 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 2.9.1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata.......................................... 2.9.2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay .............................. 2.9.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata ............................. 2.9.4 Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas ....... 2.9.5 Perbaruan (Novelty) dari peneltian ...............................................
10 10 11 13 14 14 15 16 17 17 17 18 19 19 20
III. KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................................
21
IV. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 4.3 Metode Pengambilan Sample ................................................................. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 4.4.1 Identifikasi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Pemenuhan Kebutuhannya ............................................................ 4.4.2 Identifikasi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal ............................ 4.4.3 Analisis Potensi Wisata dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan Wisata di Musiduga .................................. 4.4.3.1 Analisis Nilai WTP Pengunjung dalam Penetapatan Tarif Masuk Musiduga ............................................................... 4.4.3.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Musiduga bagi Masyarakat Sekitar ............................................................
24 24 24 25 26
27 28 29 29 30
4.4.3.3Analisis Dampak Kegiatan Wisata terhadap Lingkungan Sekitar Musiduga ............................................................... 4.4.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata .......................................................... 4.4.4.1Pengujian Model Regresi Logit ..........................................
31 32 35
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ......................................................... 5.1 Gambaran Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang .............. 5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .................................................. 5.3 Karakteristik Pengunjung ....................................................................
38 38 39 40
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... ................. 6.1 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga Terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Alam ........................................................... 6.2 Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal ........................................................ 6.3 Analisis Potensi dan Dampak Lingkungan Kegiatan Wisata Kawasan Musiduga............................................................................... 6.3.1 Potensi Obyek Wisata Musiduga ............................................... 6.3.2 Analisis Kesediaan Membayar Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga .................................................................................... 6.3.2.1 Deskripsi Skenario Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata Musiduga .......................................... 6.3.2.2 Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga ........................................... 6.3.3 Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap Perekonomian Masyarakat Sekitar ............................................. 6.3.4 Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap Lingkungan Sekitar ................................................................... 6.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata ............................................................................... 6.4.1 Persepsi MultiStakeholder terhadap Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata ............. 6.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih profesi ke Kegiatan Wisata .............
44
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 7.1 Kesimpulan ........................................................................................... 7.2 Saran .....................................................................................................
71 71 72
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
74
LAMPIRAN .........................................................................................................
75
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................
83
44 46 50 50 54 54 55 58 62 64 64 66
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Penelitian Identifikasi Potensi Wisata .........................................................
18
2
Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay .................................................
18
3
Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata ..............................................
19
4
Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas .......................................
20
5
Matriks Analisis Data ....................................................................................
26
6
Inventarisasi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata Musiduga .......................................................................................................
39
7
Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga ...............
43
8
Pendapatan Rata-rata Perbulan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam ...........................................
9
45
Distribusi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal .................................................................
46
10 Distribusi Nilai WTP Responden Kawasan Wisata Musiduga .....................
56
11 Estimasi Penerimaan dari Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata Musiduga .....................................................................................................
57
12 Jumlah dan Persentase Jenis Pekerjaan Sektor Wisata Musiduga .................
59
13 Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar Musiduga .....................................................................................................
59
14 Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dari Kegiatan Wisata Musiduga terhadap Pendapatan Total............................................................
61
15 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata .................................
67
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Jumlah Pengunjung Muaro Silokek Durian Gadang ...................................
5
2
Kerangka Alur Berpikir .................................................................................
23
3
Persepsi Multistakeholder terhadap adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal .............................................................................
4
47
Pencemaran Sungai Kuantan (Musiduga) Akibat Kegiatan Penambangan Emas Ilegal .....................................................................................................
49
5
Arung jeram Musiduga ..................................................................................
50
6
Pasir Putih Musiduga .....................................................................................
51
7
Ngalau Talago Musiduga ..............................................................................
51
8
Ngalau seribu Musiduga ................................................................................
52
9
Air Terjun Palukahan.....................................................................................
53
10 Lokomotif Uap Peninggalan Jepang Musiduga.............................................
53
11 Persepsi Multistakeholder Mengenai Dampak Tempat Wisata Musiduga terhadap Lingkungan Sekitar .........................................................................
62
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Kuesioner .....................................................................................................
78
2
Hasil Estimasi Pendugaan Model ..................................................................
82
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan dengan kekayaan
sumberdaya alam yang sangat melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut seharusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara secara merata dan menyeluruh. Sebagai sebuah negara berkembang dengan kemampuan pembangunan masih berada dalam tahap factor-driven economy, yakni proses pembangunan yang bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam, maka sudah seharusnya setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat dan kebijakan yang dibuat pemerintah memperhatikan keberlanjutan dari keberadaan sumberdaya tersebut.1 Saat ini, beberapa sektor perekonomian Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara optimal dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat adalah sektor pertanian, pariwisata, industri, dan pertambangan. Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang perkembangannya cukup signifikan, dimana hampir semua wilayah di Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat berguna dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan merupakan industri pariwisata yang berkomitmen untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan, membantu menciptakan lapangan pekerjaaan dimasa depan bagi masyarakat lokal, dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama dan layak secara
1
Porter M.E., et al. 1990. Executive Summary: Competitiveness and Stages of Economic Development.http://www1.eeg.uminho.pt/economia/priscila/intocaveis/LEA_CI/Execsumm_gcr.pdf. Diakses: 8 Juni 2011.
ekonomi.2 Oleh karena itu, apabila di suatu wilayah terdapat aktivitas ekonomi yang secara tidak langsung dapat dikategorikan merusak sumberdaya alam dan lingkungan (seperti penambangan ilegal, penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan, dan lain-lain), sedangkan di sisi lain wilayah tersebut juga memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan wisata, maka penerapan pariwisata yang ramah lingkungan dapat menjadi alternatif yang jauh lebih baik dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan (Suwantoro 2002). Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang banyak dilakukan oleh masyarakat selain pariwisata adalah sektor pertambangan. Beberapa wilayah di Indonesia memiliki potensi pertambangan, baik penambangan batu bara, batu besi, emas, dan lain-lain. Kegiatan penambangan tersebut dilakukan secara legal dan ilegal. Akan tetapi, mayoritas masyarakat melakukan kegiatan penambangan secara ilegal, terutama untuk penambangan skala kecil.3 Apabila hal ini terus berlangsung bisa berakibat kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang semakin parah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, guna meminimalkan kerusakan lingkungan dalam jangka panjang, maka kegiatan penambangan harus dilakukan secara legal dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Akan tetapi, saat ini masih banyak penambangan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu bentuk tambang yang banyak dikelola oleh masyarakat baik dalam skala besar 2
Anom, I. P. 2010. Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan (Sustainable Tourism http://balisustain.blogspot.com/2010/08/pembangunankepariwisataan.html. Diakses: 10 Februari 2011
3
Dingin M. 2011. Pertambangan Liar dan kerusakan lingkungan (Suatu Refleksi dalam Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia). http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=446. Diakses: 8 Juni 2011.
Development).
maupun kecil adalah pertambangan emas. Kegiatan penambangan emas ilegal dan tidak sesuai prosedur akan menimbulkan dampak negatif diantaranya adalah pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu ekosistem suatu sumberdaya. Sumatera Barat (Sumbar) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki cukup banyak potensi sumberdaya alam seperti keindahan alam yang memukau, berupa pantai-pantai yang indah, gunung-gunung yang mengitari sebagian besar wilayah Sumbar, air tejun, dan danau.4 Keindahan alam Sumbar tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai area wisata yang berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu lokasi yang memiliki potensi tersebut adalah kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga). Potensi wisata pada kawasan Musiduga berupa obyek wisata alami dengan keberagaman dan keindahan panorama alam. Namun, kegiatan pariwisata di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh pemerintah daerah dan masyarakat masih sedikit yang berusaha di bidang pariwisata tersebut. Di dalam kawasan wisata tersebut juga terdapat tambang emas yang dikelola oleh masyarakat secara ilegal. Saat ini masyarakat banyak yang menggantungkan hidup sebagai penambang emas ilegal. Kegiatan pariwisata dan penambangan emas ilegal akan berdampak pada perekonomian masyarakat dan lingkungan sekitar kawasan Musiduga. Oleh karena itu, agar pemanfaatan dan pengelolaan potensi sumberdaya bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan kerusakan minimum,
maka
dibutuhkan
kerjasama
berbagai
pihak
dalam
upaya
pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga secara tepat. 4
Samsiarni. 2009. Benarkah Sumbar Siap today.com/?mod=artikel&today=detil&id=450.
Menjadi
Daerah Diakses:
Tujuan
Wisata 18
Unggulan?. Juni
http://padang 2011
1.2
Perumusan Masalah Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki
banyak potensi sumberdaya alam, salah satunya adalah panorama alam. Saat ini sektor pariwisata di Sumbar belum terangkat secara optimal, sehingga dampaknya belum begitu dirasakan oleh masyarakat.5 Selain panorama alam, Sumbar juga memiliki sumberdaya pertambangan yang cukup signifikan, diantaranya batu bara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, manganase, emas, dan batu kapur (semen).6 Kegiatan tambang ini telah banyak dikelola oleh masyarakat. Akan tetapi di beberapa wilayah di Sumbar, kegiatan penambangan banyak dilakukan oleh masyarakat secara ilegal, terutama penambangan emas dan batu bara. Kawasan Musiduga merupakan kawasan di Sumatera Barat yang memiliki potensi sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat Musiduga memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam tersebut dimanfaatkan masyarakat dengan bekerja pada sektor pertanian, penambangan emas,
dan
pariwisata.
Ketergantungan
masyarakat
dalam
pemanfaatan
sumberdaya alam apabila pengelolaan dan pemanfaatannya tidak bijaksana dapat membahayakan keberlanjutan sumberdaya alam tersebut seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, serta kelangsungan hidup manusia (Fauzi 2004). Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat ketergantungan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam di Musiduga dan seperti apa pemanfaatannya agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan sumberdaya alam itu sendiri. 5
Mukri, A. R. 2008. Sektor Pariwisata Sumatera Barat Mutiara yang Belum Tergarap.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Sektor+Pariwisata+Sumatra+Barat+Mutiara+yang+Belu m+Tergarap&dn=20080426231618. Diakses: 31 Desember 2010.
6
Anonim. 2007. Sumatera Barat. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat. Diakses: 18 Maret 2011
Adanya kegiatan penambangan emas di kawasan Musiduga telah menjadi sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat. Penambangan emas di kawasan Musiduga dilakukan secara ilegal atau sering disebut PETI (Penambangan Emas Tanpa Ijin). PETI di kawasan Musiduga dapat ditemukan di Sungai KuantanMusiduga dan telah memberikan pemasukan ekonomi bagi masyarakat dalam jangka waktu yang singkat. Namun, kegiatan ini juga berpeluang besar menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya yang sulit untuk direhabilitasi. Meskipun penambangan emas yang dilakukan di Sungai Kuantan termasuk penambangan berskala kecil, akan tetapi kemungkinan dampaknya dapat berskala besar. Dampak lingkungan yang mungkin terjadi seperti pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu ekosistem suatu sumberdaya. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan identifikasi persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal. Sementara itu, potensi wisata yang dimiliki oleh Musiduga telah menarik pengunjung untuk datang dan melakukan aktivitas wisata di tempat tersebut. Semenjak pertama kali didirikan pada tahun 2007 jumlah pengunjung Musiduga mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 1: 15000 12336 10000 5000
Jumlah Pengunjung
4992 2496
0 2008
2009
2010
Sumber: Wali Nagari Silokek dan Durian Gadang (2010)
Gambar 1. Jumlah Pengunjung Kawasan Wisata Muaro Silokek Durian Gadang
Peningkatan jumlah pengunjung Musiduga menunjukkan adanya minat lebih masyarakat terhadap obyek wisata yang ada di kawasan ini. Peningkatan pengunjung pada tahun 2010 cukup signifikan dibanding pada tahun 2008 dan 2009 disebabkan pada tahun 2010 aksesibiltas menuju kawasan wisata Musiduga telah diperbaiki sehingga mempermudah pengunjung untuk mencapai lokasi wisata. Selain itu, adanya fasilitas dan sarana prasarana yang disediakan Pemerintah Daerah meskipun jumlahnya belum banyak juga menyebabkan peningkatan pengunjung yang berkunjung ke tempat wisata Musiduga. Adanya peningkatan pengunjung juga memperlihatkan bahwa kawasan Musiduga memiliki potensi untuk dikembangkan. Agar manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka waktu yang panjang oleh semua pihak, maka pengelolaan dan penyelenggaraan
kegiatan
wisata
Musiduga
harus
dioptimalkan
secara
berkelanjutan tanpa mengorbankan sumberdaya dan lingkungan yang ada. Keindahan panorama alam serta wahana wisata pada kawasan ini memberikan kenyamanan, kenikmatan, dan kepuasan bagi pengunjung. Daya tarik wisata yang disuguhkan meliputi Ngalau (goa) Seribu, Ngalau Talago, pasir putih, dan air terjun. Selain itu, wisata minat khusus arung jeram dan panjat tebing juga dapat dilakukan di kawasan ini.7 Potensi pariwisata di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dapat dilihat dengan masih sedikitnya masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan di bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang pariwisata juga belum tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh keterbatasan
7
Dinas Porsenibudpora Kabupaten Sijunjung. Wisata alam. Http://sijunjung.go.id/?mod=konten&menu=wisata_alam. Diakses: 20 Desember 2010.
anggaran Pemerintah Daerah untuk kawasan wisata Musiduga dan belum ditetapkannya tarif masuk bagi pengunjung ke Musiduga. Oleh karena itu penetapan tarif masuk ke tempat wisata diperlukan guna meningkatkan fasilitas yang ada di Musiduga, menjaga kestabilan sumberdaya alam dan lingkungan, dan untuk kedepannya dapat menjadi salah satu cara dalam membatasi jumlah kunjungan agar tidak terjadi over carrying capacity. Potensi
wisata
di
Musiduga
dapat
menjadi
sebuah
alternatif
pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan tersebut. Adanya kegiatan wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata dapat memiliki dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata. Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dapat menjadi alternatif untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak sumberdaya alam. Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, terdapat permasalahan yang perlu dianalisis yaitu: 1.
Sejauh mana tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya?
2.
Sebagian masyarakat ada yang melakukan penambangan emas ilegal di kawasan Musiduga, kegiatan tersebut berpotensi merusak lingkungan, oleh karena itu, perlu diteliti sejauh mana tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal berdasarkan persepsi multistakeholder?
3.
Bagaimana potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga?
4.
Bagaimana kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya.
2.
Mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal oleh masyarakat.
3.
Menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga.
4.
Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terkait
antara lain pemerintah daerah, masyarakat sekitar kawasan Musiduga, civitas akademika, dan peneliti sendiri. Bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga. Bagi masyarakat sekitar kawasan Musiduga, diharapkan mampu
mendukung kegiatan pariwisata guna meningkatkan dan mengembangkan potensi wisatanya. Bagi civitas akademika, penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk mengenal dan menggali lebih lagi mengenai konsep pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ramah lingkungan agar pemanfaatannya berkelanjutan, sedangkan bagi peneliti sendiri, penelitian ini sebagai bagian praktek dari berbagai teori dan konsep yang telah dipelajari selama masa pendidikan di bangku perkuliahan. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk mengetahui tingkat
ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Dampak ekonomi kegiatan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar dalam penelitian ini merupakan kontribusi pendapatan yang diterima masyarakat dari sektor wisata. Penelitian ini hanya mencakup daerah Muaro Silokek Durian Gadang Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat sebagai obyek penelitiannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pemanfaatan Sumberdaya Alam Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan
untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan manusia, sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam adalah bagaimana mengelola sumberdaya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri (Fauzi 2004) . Menurut Soerjani et al (1987), pembangunan suatu daerah selalu didasarkan pada pemanfaatan sumberdaya alam. Makin banyak suatu daerah mempunyai sumberdaya alam dan makin efisien pemanfaatan sumberdaya alam tersebut, makin baiklah harapan akan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi yang baik dalam jangka panjang. Untuk menjamin kelangsungan pembangunan ekonomi, maka perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan penyelamatan sumberdaya alam perlu dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan hubungan-hubungan ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat yang merugikan kelangsungan pembangunan secara menyeluruh.
2.2
Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata Potensi alam dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah mengenai
kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Potensi wisata adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata. Menurut Prosiding lokakarya wana wisata (1986) dalam Rimbawanti (2003) mengemukakan bahwa potensi wisata secara umum meliputi berbagai kekhasan yaitu: 1.
Estetis : keindahan alam, keunikan gejala alam seperti air terjun, kawah, sumber air panas, dan lain-lain serta keindahan untuk lintas alam
2.
Biologis : Keanekaragaman dari jenis-jenis flora dan fauna
3.
Historis : Keanekaragaman peninggalan sejarah
4.
Scientist : Untuk penelitian ilmu pengetahuan Potensi wisata yang dikemukaan Yoeti (1997) yaitu obyek pariwisata yang
dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat berupa: 1.
Berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada tempattempat tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya, dan lain-lain) seperti: iklim, pemandangan, vegetasi hutan, flora dan fauna, sumber kesehatan.
2.
Merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan, dan dipelajari seperti: monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat budaya, dan perayaan-perayaan tradisional. UU No. 9 tahun 1990 menyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata
adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas: a)
Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.
b)
Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan. Cooper et al. (1998), terdapat beberapa komponen obyek wisata yaitu:
1.
Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang merupakan alasan utama kunjungan.
2.
Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata.
3.
Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik, tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada lingkungan setempat.
4.
Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan daerah tujuan wisata.
5.
Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan koordinasi.
Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Jadi atraksi wisata dibedakan dengan obyek wisata, karena atraksi wisata untuk menyaksikan harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi, monument, dan lain-lain (Yoeti 1997). 2.3
Pariwisata Menurut Yoeti (2006) prinsip dari sebuah perjalanan dikatakan sebagai
kegiatan pariwisata adalah perjalanan tersebut dilakukan untuk bersenang-senang. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, tapi semata-mata sebagai konsumen menikmati perjalan tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam. Sementara itu menurut Wahab (1992) pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri. Selanjutnya Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua, menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan
dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata. 2.4
Wisata Alam Menurut Kamus Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia
(1989), wisata alam merupakan perjalanan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya sebagai obyek tujuan wisata. Suwantoro (2002) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan). Adanya potensi alam, flora dan fauna, keindahan alam, keunikan budaya, bahasa, latar belakang sejarah, dan keramahan penduduk lokal merupakan daya tarik dari obyek wisata untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara. 2.5
Dampak Ekonomi Wisata Potensi
wisata
yang
dimiliki
suatu
kawasan
berdampak
pada
perekonomian. Sebagaimana pernyataan Yoeti (2008), dampak ekonomi itu mencakup spectrum kebijakan yang luas, menyangkut kesempatan berusaha, kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana, pengembangan wilayah,
perpajakan, perdagangan, dan lingkungan. Lebih lanjut Yoeti menyatakan industri pariwisata, secara khusus dikatakan sangat efektif dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan muda usia serta menyebarkan peluang kesempatan peluang kerja, baik dalam lingkup regional, nasional, maupun internasional. Selain itu, Vanhove (2005) juga mengemukan bahwa dampak ekonomi dari wisata adalah peningkatan atau pembangkit pendapatan, peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan pembayaran, dan perbaikan struktur ekonomi daerah wisata. 2.6
Pertambangan Emas Pertambangan merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam
kelompok stok, dimana sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien akan mengurangi persediaan di masa datang. Sumberdaya ini disebut sebagai sumberdaya tidak dapat diperbarui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible) (Fauzi 2004). Menurut Ngadiran et al (2002), emas merupakan salah satu bahan galian yang menjadi perioritas sebagai sumber penghasilan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa persoalan dalam pengelolaannya seperti : 1.
Keselamatan kerja kurang terjamin karena penambang dalam pengolahan bijih emas menggunakan bahan kimia beracun, seperti sianida dan merkuri.
2.
Modal kerja ditanggung oleh seorang pemilik lubang atau pemilik mesin. Cara patungan diupayakan diantara para penambang sekalipun jumlahnya sangat terbatas. Para penambang sering sekali hutang karena tidak ada bank yang mau memberi kredit.
3.
Para penambang bekerja dengan teknik sederhana yang dipelajari secara tradisonal dan turun temurun, sehingga tidak terjadi inovasi. Hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Selanjutnya Ngadiran et al (2002) menyatakan bahwa dampak positif dari
penambangan emas mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat. Selain itu juga berdampak negatif seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, termasuk merusak manusia. Apabila kondisi seperti ini berlangsung terus menerus di suatu daerah maka ketahanan daerah tersebut bisa rapuh. 2.7
Konsep Wilingness to Pay Menurut Yakin (1997), konsep Wilingness to Pay (WTP) atau keinginan
untuk membayar didefinisikan sebagai uang yang ingin diberikan seseorang untuk memperoleh suatu peningkatan kondisi lingkungan dan dia masih lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sementara itu, menurut Fauzi (2004) WTP merupakan keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Keinginan membayar tersebut didasarkan pada survey yang diperoleh secara langsung dari responden yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tulisan. Menurut Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2004), pengukuran WTP dapat diterima dengan syarat WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif, batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan adanya konsistensi keacakan pendugaan perhitungannya.
2.8
Konsep Keberlanjutan Menurut
Komisi
Brundtland
dalam
Fauzi
(2004)
pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu: 1.
Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintah dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produk pertanian industri.
2.
Keberlanjutan lingkungan: sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumberdaya
yang stabil, menghindari
eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. 3.
Keberlanjutan
sosial:
sistem
yang
mampu
mencapai
kesetaraan,
menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik. 2.9
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang
identifikasi potensi wisata, penelitian menggunakan WTP, penelitian terhadap dampak ekonomi wisata, dan penelitian terhadap dampak pertambangan emas. 2.9.1
Penelitian Identifikasi Potensi Wisata Beberapa penelitian yang dilakukan untuk identifikasi potensi wisata
dilakukan oleh Rimbawanti (2003) dan Siswanto (2006). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penelitian Identifikasi Potensi Wisata No 1
Peneliti Rimbawanti, A
Judul Penelitian Studi Potensi Alam dan Konsep Pengembangannya di Areal HTI PT. Finnantara Intiga Distrik 1 Mengkiang Unit Sanggau Kec. Kapuas Kab. Sanggau Prop. Kalimantan Barat
2
Siswanto, H
Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata serta Alternatif Perencanaan Paket Wisata di Kabupaten Merangin Propinsi Jambi
2.9.2
Hasil Penelitian Potensi wisata pada kawasan ini berupa: (1) Daya tarik fisik berupa kawasan hutan tanaman alam Plomas dengan air terjun Plomas dan Batu Mas, air terjun riam Penarik, air terjun Riam Jelipa, air terjun Sedamar, dan aliran sungai Sekayam. (2) Daya tarik sosial: kawasan penelitian Makam Raja Sanggau, Kebudayaan Dayak dan kebudayaan. (3) Daya tarik biologis : keragaman flora dan fauna pada kawasan tersebut. Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Merangin terdiri dari obyek wisata alam, buatan, dan budaya. Pada obyek wisata berbentuk darat (alam) memiliki daya tarik wisata paling tinggi adalah teluk, obyek wisata buatan yang memiliki daya tarik paling tinggi adalah Dam, sedangkan untuk obyek wisata gua adalah gua Singering, pada obyek wisata danau adalah Pauh.
Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay Penelitian menggunakan konsep WTP telah dilakukan oleh Buckley, et al
(2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay No 1
Peneliti Buckley, et al (2008)
Judul Penelitian Recreational Demand For Form Commonage In Irland: A Contingent Valuation Assesment
2
Firandari,T
Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan
Hasil Penelitian Penelitian ini mengukur besarnya WTP pengunjung terhadap akses publik dan pengembangan trek pada lahan pertanian bersama yang digunakan sebagai saarana rekreasi berjalan kaki pada area dataran tinggi dan dataran rendah di Irlandia Barat. Berdasarkan penelitian tersebut 54% sampel dari dataran rendah dan 44% pada dataran tinggi memberikan WTP yang positif terhadap scenario implementation yang ditawarkan. Permintaan akan skenario yang ditawarkan pada dataran rendah memiliki preferensi yang lebih baik, hal ini tercermin dari median WTP yang diperoleh sebesar € 12.22 jika dibandingkan dengan € 9.08 yang merupakan median WTP pada area dataran tinggi. Berdasarkan analisis WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk sampai harga Rp 8.577,00. Hal itu terwujud asalkan tempat wisata PSG-3 dapat mempertahankan kelestarian lingkungannya dan pengelola PSG-3 melakukan pengembangan wisata serta penambahan fasilitas wisata.
2.9.3
Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata Penelitian terhadap dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Suasani
(2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata No
Peneliti
Judul Penelitian
1
Suasani, P.S
Persepsi Multipihak dan Dampak Sosial Ekonomi Pengelolaan Kampung Wisata Cinangneng (KWC) terhadap Masyarakat Sekitar.
2
Firandari, T
Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan
2.9.4
Hasil Penelitian Adanya KWC memberikan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar yaitu pekerja wisata yang terdiri dari guide meningkat pendapatannya sebesar 59,5%, petugas kebersihan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga, petugas keamanan meningkat pendapatannya sebesar 38,2%, petugas makanan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. Petani ubi kayu mengalami peningkatan sebesar 22,71% dan petani buah-buahan meningkat pendapatannya sebesar 45,4%. Pengrajin anyaman bambu mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga sedangkan pengrajin obor meningkat pendapatannya sebesar 260%, untuk pedagang makanan mengalami peningkatan pendapatan sebesar 17,1% dan pedagang cinderamata mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Pekerja wisata yang terdiri dari petugas kebersihan dan petugas maintenance masing-masing mengalami peningkatan pendapatan sebesar Rp 300.000 dan Rp 483.333 per bulan. Selain pekerja wisata peningkatan pendapatan juga dialami oleh masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai pedagang makanan yaitu sebesar Rp 900.000 dan tukang ojek sebesar Rp 340.000 serta tukang parkir sebesar Rp1.500.000.
Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas Penelitian terhadap dampak kegiatan pertambangan emas telah dilakukan
oleh Kardina, D. S. L (2005) dan Siallagan (2010). Hasil penelitian tersebut terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas No
Peneliti
Judul Penelitian
1
Kardina, D. S. L.
2
Siallagan, M.B
Analisi Kesediaan Membayar Biaya Remediasi Masyarakat Pertambangan Emas Tanpa Ijin terhadap Pencemaran Sungai Cikaniki di Kabupaten Bogor Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor
2.9.5
Hasil Penelitian Sungai Cikaniki yang berada di wilayah Kecamatan Nanggung, telah tercemar akibat proses pengolahan limbah merkuri yang tidak ramah lingkungan, yang dilakukan oleh Peti emas.
Proses pengolahan emas yang dilakukan oleh para gurandil tidak memenuhi prosedur yang benar, karena mereka menggunakan bahan kimia berbahaya dalam melakukan proses pengolahan bijih emas yang mereka peroleh dengan cara menambang secara liar. Setelah mereka melakukan pengolahan tersebut mereka tidak mengolah limbah yang dihasilkan secara benar, mereka hanya menampung limbah tersebut atau membuangnya ke tanah kosong, sawah, selokan dan sungai, atau sekedar menjadikannya bentengan di halaman rumah mereka.
Perbaruan (novelty) dari Penelitian Perbaruan dari penelitian ini adalah menilai potensi wisata pada kawasan
wisata Musiduga dimana di dalam kawasan wisata ini juga terdapat penambangan emas ilegal yang dilakukan oleh masyarakat sekitar desa Musiduga yang berindikasi merusak sumberdaya alam dan lingkungan. Adanya kegiatan wisata pada kawasan ini diharapkan dapat dikembangkan secara optmal yang dapat berdampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar berupa peningkatan pendapatan. Kegiatan wisata di Musiduga tersebut diharapkan juga dapat menjadi salah satu alternatif masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata sehingga dapat meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan akibat kegiatan penambangan emas ilegal tersebut.
III. KERANGKA PEMIKIRAN Kawasan
Musiduga
merupakan
kawasan
yang
memiliki
potensi
sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Pemanfaatan sumberdaya alam tersebut memperlihatkan adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam. Menurut Fauzi (2004), apabila suatu wilayah hanya bergantung pada pemanfaatan sumberdaya alam secara langsung, maka akan mempengaruhi keberlanjutan sumberdaya alam tersebut, dan keberlanjutannya akan terancam jika pemanfaatan dan pengelolaannya buruk (tidak bijaksana) yang dapat membahayakan manusia dan sumberdaya alam tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan seperti apa pemanfaatannya. Pada sektor pertambangan, masyarakat melakukan kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga. Kegiatan tersebut telah berkontribusi nyata terhadap perekonomian masyarakat. Meskipun manfaatnya secara nyata dirasakan oleh masyarakat dalam waktu singkat, penambangan emas berpeluang besar menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan. Besarnya dampak negatif yang muncul akibat pengelolaan dapat mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan identifikasi persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal di Musiduga. Sementara itu, potensi wisata yang disuguhkan oleh kawasan Musiduga berupa wisata alam dan wisata minat khusus. Potensi wisata di kawasan Musiduga tersebut masih belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini
dapat dilihat dengan masih terbatasnya masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan di bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang pariwisata juga belum tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan keterbatasan anggaran Pemerintah Daerah dan belum ditetapkannya tarif masuk kawasan wisata Musiduga. Potensi
wisata
di
Musiduga
dapat
menjadi
sebuah
alternatif
pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan ini. Kegiatan wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata memberikan dampak ekonomi berupa peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan wisata Musiduga. Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dan dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak sumberdaya alam. Agar pemanfaatan potensi sumberdaya bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan meminimalkan kerusakan, maka dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dalam upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga. Adapun alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 2:
Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam di Musiduga
Pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat Musiduga
Kegiatan pertambangan emas
Kegiatan wisata
Potensi wisata
Pengelolaan belum optimal
Belum ada penetapan tarif
Pendapatan masyarakat
Dampak ekonomi masyarakat sekitar
Potensi kerusakan lingkungan
Potensi kerusakan lingkungan
WTP pengunjung
Atraksi wisata yang diminati pengunjung
Penetapan tarif masuk
Pengelolaan ilegal
Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata
Pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan Gambar 2. Kerangka Alur Berpikir
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga
kenagarian
(struktur
pemerintahan
setingkat
desa)
Kenagarian
Muaro,
Kenagarian Silokek, dan Kenagarian Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat potensi wisata, namun di dalam daerah ini juga terdapat kegiatan penambangan emas ilegal yang berindikasi merusak sumberdaya alam dan lingkungan. Pengambilan data dilakukan pada bulan MaretMei 2011. 4.2
Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan jalan dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan langsung dari objek yang diteliti. Data primer diperoleh melalui pembagian kuesioner dan wawancara kepada pengunjung, penambang emas, dan masyarakat sekitar kawasan Musiduga. Data sekunder diperoleh dari literatur, website dan dari instansi yang terkait dengan penelitian, seperti Dinas Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olah Raga (Parsenibudpora) Kabupaten Sijunjung, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung, dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Sijunjung. Selain dari instansi terkait, datadata sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitian ini.
4.3
Metode Pengambilan Sample Pada penelitian ini responden berasal dari pengunjung yang berkunjung ke
obyek wisata Musiduga, masyarakat sekitar Musiduga, penambang emas, dan instansi terkait. Metode pengambilan sample dilakukan dengan purposive sampling, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara sengaja sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki yang sesuai dengan kriteria penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel adalah cara memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara sengaja dan dengan menggunakan perencanaan tertentu. Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan responden yang berusia 17 tahun ke atas yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk mengikuti proses wawancara. Banyaknya sample pengunjung dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla 1993) yaitu:
dimana n adalah ukuran sample, N merupakan banyaknya populasi dan e sama dengan nilai kritis/ batas kesalahan sehingga berdasarkan rumus tersebut, responden pengunjung yang dijadikan sebagai sample penelitian ini berjumlah 100 orang. Selain pengunjung, dilakukan wawancara terhadap 50 orang masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan Musiduga. Masyarakat yang dimaksud memiliki kriteria sehat jasmani dan rohani, mampu berkomunikasi dengan baik dan yang sudah memiliki pekerjaan dan kehidupannya terkait langsung dan tidak langsung dengan kawasan Musiduga. Selanjutnya, dilakukan juga wawancara terhadap 50 responden yang bekerja sebagai penambang emas dengan syarat mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki pekerjaan utama
sebagai penambang emas di kawasan Musiduga. Pengambilan sample pada 50 responden masyarakat Musiduga dan 50 responden penambang emas diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih representatif. Wawancara secara mendalam dilakukan kepada informan (key person), yaitu kepada dua orang dari Dinas Parsenibudpora Kabupaten Sijunjung yaitu satu orang Kepala Bidang (Kabid) Kepariwisataan dan satu orang staff bidang kepariwisataan, dua orang dari Dinas pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung yaitu satu orang Kabid Pertambangan Umum dan satu orang staff Pertambangan Umum, dua orang dari KLH, dan Wali Nagari di desa Musiduga. 4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan
komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab 14 for windows. Pada Tabel 5 akan diuraikan matriks analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini. Tabel 5. Matriks Analisis Data No Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya 5. .
2.
Mengidentifikasi persepsi stakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal
Sumber Data Data sekunder: - Monografi Desa Data primer: - Wawancara dengan masyarakat melalui kuesioner - wawancara mendalam kapada aparat desa di kawasan Musiduga
Data primer: - Wawancara dengan masyarakat yang menjadi responden baik yang bekerja sebagai penambang
Analisis Data - Inventarisasi jenis pekerjaan masyarakat Musiduga - Persentase pendapatan masyarakat yang berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam - Analisis Deskriptif
emas maupun yang tidak - Wawancara secara mendalam pada key person seperti: Dinas Parsenibudpora dan Dinas Pertambangan dan Energi, Aparat Desa, KLH 3.
6.4.
4.4.1
Menganalisis potensi dan dampak kegiatan wisata di Musiduga: Data Primer: - Menganalisis nilai WTP - Wawancara dengan pengunjung terhadap pengunjung melaui penetapan tarif di kawasan kuesioner Musiduga
- Wilingness To Pay untuk penetapan tarif dan atraksi wisata yang diminati
- Menganalisis dampak ekonomi dari kawasan wisata Musiduga bagi masyarakat sekitar.
Data primer: - Wawancara dengan masyarakat melaui kuesioner
- Analisis Perubahan Pendapatan dan pekerjaan
- Menganalisis dampak lingkungan dari kegiatan wisata alam.
Data primer: Wawancara mendalam dengan Dinas Parsenibudpora Data Primer: - Wawancara dengan penambang emas melalui kuesioner - Wawancara kepada Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas parsenibudpora, KLH,Wali Nagari
- Analisis Deskriptif
Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata
- Analisis Deskriptif - Model Regresi Logit
Identifikasi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Pemenuhan Kebutuhannya Identifikasi tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap
pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup dilakukan dengan inventarisasi jenis pekerjaan masyarakat Musiduga terlebih dahulu. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis persentase pendapatan.
Analisis mengenai besarnya persentasi pendapatan yang diterima oleh masyarakat dengan adanya kawasan Musiduga digunakan untuk mengetahui apakah pendapatan yang diterima oleh masyarakat dengan adanya pemanfaatan sumberdaya alam Musiduga merupakan usaha pokok, cabang usaha, atau hanya sebagai penghasilan tambahan bagi mereka. Menurut Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) menjelaskan persentase pendapatan seseorang dan membaginya menjadi tiga tipologi usaha berdasarkan share pendapatan yaitu: (1) usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30% (<30%) disebut sebagai usaha sambilan, (2) usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30 sampai 70% (30-70%) disebut sebagai cabang usaha, (3) usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan lebih dari 70 sampai 100% (70,1-100%) disebut sebagai usaha pokok. Perhitungan persentase pendapatan masyarakat yang berasal dari pemanfaatan SDA secara langsung terhadap total pendapatan adalah: .................................(4.1) dimana: %IMM = Persentase pendapatan masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam ISDA
= Pendapatan rata-rata masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam
ITotal
= Pendapatan total masyarakat
4.4.2
Identifikasi Persepsi Multistakeholder terhadap Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal
Kerusakan
Identifikasi persepsi multistakeholder terhadap penambangan emas ilegal melalui wawancara dengan masyarakat yang bekerja sebagai penambang emas maupun yang tidak sebagai penambang emas yang menjadi responden dalam penelitian (kuesioner) dan wawancara secara mendalam kepada aparat desa, Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, dan KLH yang dianalisis secara
deskriptif. Responden diberi pilihan mengenai ada tidaknya kerusakan lingkungan akibat penambangan emas berupa polusi air, udara, suara, struktur tanah rusak, mempengaruhi kehidupan biota, dan mempengaruhi kesehatan. Analisis ini diharapkan menghasilkan persepsi multipihak (masyarakat, penambang emas, dan instansi terkait) terhadap kondisi lingkungan di sekitar kawasan Musiduga akibat adanya kegiatan tambang emas tersebut. 4.4.3
Analisis Potensi Wisata dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan Wisata di Kawasan Musiduga Keberadaan kawasan wisata Musiduga memiliki potensi yang dapat
dianalisis seperti potensi obyek wisata alam dan dampak ekonomi lingkungan dari kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Analisis pada penelitian ini yaitu analisis nilai WTP pengunjung dalam penetapan tarif masuk kawasan Musiduga, dampak ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar, dan analisis dampak kegiatan wisata terhadap lingkugan sekitar Musiduga. 4.4.3.1 Analisis Nilai WTP Pengunjung dalam Penetapan Tarif Masuk Kawasan Musiduga Guna mendapatkan nilai kesediaan membayar atau WTP pengunjung di kawasan wisata Musiduga dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Sebelum mendapatkan nilai kesediaan membayar, penulis membuat skenario berdasarkan usaha pengembangan tempat wisata Musiduga memerlukan dana yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan pengelolaan tempat wisata dimana sumber pendapatan berasal dari Pemerintah Daerah. Namun, dana dari Pemerintah Daerah tersebut belum mencukupi untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga. Selanjutnya dana tersebut akan dialokasikan untuk penyediaan fasilitas-fasilitas dan pengadaan
sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas rekreasi di kawasan wisata Musiduga, meningkatkan daya tarik wisata, serta untuk upaya pemeliharaan lingkungan tempat wisata. Oleh karena itu Pemerintah Daerah berencana mengadakan penetapan tarif masuk kawasan wisata. Seluruh responden diberi informasi mengenai skenario tersebut agar responden dapat mengetahui gambaran tentang situasi hipotesis yang dimaksud. Setelah membuat pasar hipotetik, guna mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan survey ke pengunjung. Tujuan dari survey ini adalah memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung sebagai responden. Nilai penawaran yang diajukan terhadap pengunjung adalah menggunakan teknik pertanyaan tertutup atau close-ended question yaitu teknik bertanya terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang sudah disertai dengan jawaban-jawaban untuk dipilih (Mubyarto dan Suratno 1981). Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai rata-rata WTP menggunakan nilai ratarata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash 1993): =
........................................(4.2)
Dimana : = Dugaan rataan WTP (Rp) Wi
= Nilai WTP ke-i (Rp)
n
= Jumlah responden (orang)
i
= Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk kawasan wisata (i=1,2,...,n)
4.4.3.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Musiduga bagi Masyarakat Sekitar Dampak ekonomi keberadaan tempat wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar dianalisis dengan mengkaji kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat dari adanya kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Kontribusi tersebut dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata masyarakat berdasarkan kelompok pekerjaan. Perhitungan pendapatan rata-rata dihitung dengan rumus sebagai berikut: ..................................(4.3) dimana:
IM
= Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan rata-rata responden masyarakat
ITM = Pendapatan total responden masyarakat IT
= Pendapatan rata-rata responden masyarakat di luar sektor wisata Musiduga
Tujuan dari analisis yang dilakukan terhadap pendapatan masyarakat di sektor wisata adalah untuk melihat proporsi pendapatan rata-rata masyarakat sebagai pekerja yang terkait baik langsung maupun tidak langsung terhadap pengelolaan kawasan wisata Musiduga. Berdasarkan proporsi pendapatan tersebut dapat diketahui apakah keberadaan Musiduga merupakan usaha pokok, cabang usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan. Persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari Musiduga tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: ........................(4.4) dimana :
% IM = Persentase proporsi pendapatan responden masyarakat pada sektor wisata Musiduga
IM
= Pendapatan rata-rata responden masyarakat dari kegiatan wisata Musiduga
ITM
= Pendapatan total responden masyarakat Musiduga
4.4.3.3 Analisis Dampak Kegiatan Wisata terhadap Lingkungan Sekitar Musiduga Penelitian untuk mengetahui apakah pemanfaatan sumberdaya untuk kegiatan wisata memberikan dampak terhadap lingkungannya dilakukan dengan melakukan wawancara kepada responden (kuesioner) yaitu pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait seperti pihak Dinas Parsenibudpora, KLH, dan Wali Nagari. Adapun indikator yang ditanyakan kepada responden tentang dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan sekitar yaitu menambah keindahan pemandangan, menjaga keasrian lingkungan, membuat segar udara sekitar, dan menimbulkan
sampah.
Analisis
ini
diharapkan
menghasilkan
persepsi
multistakeholder (pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait) terhadap kondisi lingkungan di sekitar kawasan Musiduga akibat adanya kegiatan wisata. 4.4.4
Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke kegiatan Wisata Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke
kegiatan wisata dengan wawancara kepada penambang emas dan melalui wawancara secara mendalam kepada Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Parsenibudpora, dan KLH. Selanjutnya, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke wisata digunakan model regresi logistik; Bentuk umum model logit adalah: .......................(4.5)
Dalam kasus penelitian ini, nilai biner diberikan kepada variabel dependen yaitu keinginan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata. Nilai “0” untuk penambang emas yang tidak bersedia beralih profesi dan nilai “1” untuk penambang emas yang bersedia beralih profesi. Guna menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi keinginan penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata menggunakan model regresi logit dengan menduga variabel penjelas (independent) seperti jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, lama menambang emas, pendapatan per bulan, pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan, dan penyuluhan dari Pemerintah Daerah. Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk beralih mata pencaharian dari pertambangan emas ke sektor wisata, maka digunakan model sebagai berikut : Z = β0 -
Dimana : Z
1JTK +
2PNDDKN -
3LME -
4PNDPTN +
5PDJPPEI +
6PNYLH +
εi
= Kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata, nilai “0” untuk penambang emas yang tidak bersedia beralih profesi dan nilai “1” untuk penambang emas yang bersedia beralih profesi. β0 = Intersep ... = koefisisien regresi. 1 6 JTK = Jumlah tanggungan keluarga (orang). PNDDKN = Tingkat pendidikan (bernilai 1 jika ”SD”, bernilai 2 jika ”SMP”, bernilai 3 jika ”SMU”, bernilai 4 jika ”D1/D3” bernilai 5 jika ”S1”, bernilai 6 jika ”S2/S3). LME = Lama menambang emas (tahun). PNDPTN = Pendapatan per bulan (rupiah). PDJPPEI = Pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan: ”0” tidak tahu, ”1” tahu. PNYLH = Penyuluhan dari Pemerintah Daerah: ”0” tidak ada penyuluhan, ”1” ada penyuluhan. = error term εi
Variabel-variabel di atas dipilih karena berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu, dan observasi di lapangan. Menurut Pangesti (1995) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau program dikelompokkan dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dijabarkan sebagai berikut: 1.
Faktor
internal:
mencakup
karakteristik
individu
yang
dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. 2.
Faktor eksternal: merupakan faktor diluar karakteristik individu. Pada penelitian ini faktor internal yang diteliti terbatas pada hal-hal
berikut: jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, lama menambang emas, pendapatan, dan pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan emas ilegal, sedangkan faktor eksternal berupa penyuluhan dari Pemerintah Daerah. Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata, yang dinyatakan dalam besaran jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Jumlah tanggungan keluarga diduga bernilai negatif. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung akan menyebabkan semakin sedikit kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga akan mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Menurut Sumarwan (2004) menyatakan bahwa pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang. Pemasukan variabel pendidikan ini dapat melihat bagaimana tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kemungkinan beralih profesi dari kegiatan penambangan emas
ilegal ke kegiatan wisata. Tingkat pendidikan diduga bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan penambang emas semakin mudah untuk memahami tentang lingkungan. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Pada penelitian ini, lama menambang emas diduga bernilai negatif. Semakin lama penambang emas berprofesi sebagai pekerja diduga akan semakin kecil kemauan penambang emas tersebut untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Faktor selanjutnya yang diduga berpengaruh adalah pendapatan. Menurut Sukirno (1985) menyatakan bahwa besarnya pendapatan berhubungan dengan kemampuan membiayai kebutuhan hidup. Tingkat pendapatan diduga bernilai negatif. Semakin tinggi pendapatan penambang emas maka diduga semakin kecil kemauan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Menurut Kurniawan (2008) adanya pengetahuan terhadap manfaat dari suatu hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Pada penelitian ini, pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan emas ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan diduga bernilai positif. Semakin penambang emas mengetahui dan memahami tentang dampak jangka panjang penambangan emas ilegal akan mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Adanya
penyuluhan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
diduga
mempengaruhi kemungkinan responden untuk beralih profesi. Penyuluhan dari Pemerintah Daerah diduga bernilai positif. Semakin banyak penyuluhan yang didapat oleh penambang emas maka akan mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.
4.4.4.1 Pengujian Model Regresi Logit Pengujian signifikansi model dan parameter dalam analisis regresi logistik diuraikan sebagai berikut: Uji Likelihood Ratio Uji Likelihood Ratio dalam uji secara keseluruhan model logit dimana rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR (H0 benar). Fungsi kemungkinan tersebut adalah (Juanda 2009):
Dengan hipotesis: H0 :
1=
2 = …. = k
H1 : minimal
j#0,
untuk j= 1,2,3...k
Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan) jika dan jika statistik G > X2α (k-1) dan jika H0 ditolak maka dapat disimpulkan minimal ada #0, dengan pengertian model regresi logistik dapat menjelaskan atau memprediksikan pilihan individu pengamatan. Uji Signifikansi Tiap Parameter (uji Wald) Untuk menguji faktor mana ( j#0) yang berpengaruh terhadap pilihannya, perlu uji statistik lanjut. Dalam hal ini, uji signifikasi dari koefisian secara parsial dapat dilakukan dengan statistik uji Wald yang serupa dengan statistik uji-t atau uji Z dalam regresi linear biasa (Juanda 2009). Hipotesisnya adalah: H0 :
j=
0 untuk suatu j tertentu ; j = 0,1,...,p
H1 :
j
0
Statistik uji yang digunakan adalah Wj =
j
/ SE ( j) ; j = 0,1,....p
Dimana :
i
= vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)
SE ( i) = Galat kesalahan dari
i
Odd Ratio Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Makin besar nilai Odds makin besar peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai Odds merupakan kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis dapat dituliskan (Juanda 2009):
Dimana: P = Peluang kejadian yang terjadi P-1 = Peluang Kejadian yang tidak terjadi
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1
Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,
Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Kawasan ini memiliki luas 41.158 hektar dengan keadaan daerah sebagian besar adalah pegunungan , perbukitan, dan dialiri Sungai Kuantan dan beberapa sungai kecil. Batas fisik kawasan wisata Musiduga yaitu sebelah utara dan timur berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Air Hangat, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sumpur Kudus. Pengelolaan kawasan Wisata Musiduga berada di bawah Dinas Pariwisata Seni Budaya dan Olah Raga (Parsenibudpora) dan bekerja sama dengan Wali Nagari (kepala Desa) Muaro, Silokek, dan Durian Gadang. Upaya pengembangan Kawasan wisata Musiduga dalam jangka pendek akan mengadakan dayung perahu secara berkala setiap peringatan hari kemerdekaan yaitu tanggal 17 Agustus, setiap peringatan hari jadi kabupaten dan hari peringatan nasional. Selanjutnya untuk jangka panjang akan meningkatkan infrastruktur sektor wisata dan pengembangan obyek-obyek wisata pada kawasan ini. Untuk pengembangan obyek-obyek wisata ini Dinas Parsenibudpora telah membuat grand design yang sedang diproses untuk mendapat persetujuan dari Bupati Sijunjung. Grand design ini berisikan pembangunan fasilitas yang mendukung pengembangan obyek wisata Musiduga seperti pembangunan jembatan hubung antara pulau andam dewi di tengah Sungai Kuantan dengan pinggiran sungai, pembuatan arena permainan, arena outbond, dramaga arung jeram, dan plaza panjat tebing.
Kawasan wisata Musiduga biasanya ramai dikunjungi oleh para wisatawan pada akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. Pada saat ada kegiatan seperti sepak bola, voli, sepak takrau, dan seni budaya pada obyek wisata di hamparan pasir putih maka kawasan ini akan banyak dikunjungi wisatawan sehingga kegiatan tersebut perlu diadakan secara berkala. 5.2
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Menurut data dari Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang (tahun
2010), terdapat 8 jorong (setingkat RT) yaitu satu jorong di Nagari Muaro, dua jorong di Nagari Silokek, dan lima jorong di Nagari Durian Gadang dengan jumlah penduduk 4.113 orang. Penduduk desa sekitar kawasan wisata Musiduga seluruhnya memeluk agama islam. Mata pencaharian penduduk adalah sebagai petani, pekerja tambang (penambang dan buruh tambang), buruh bangunan, pedagang, pegawai negeri, jasa, pekerja wisata serta sebagian kecil sebagai TNI/POLRI. Tabel 6. Inventarisasi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata Musiduga Nagari Mata Pencaharian Nagari Nagari Persentase Durian Jumlah Masyarakat Muaro Silokek (%) Gadang Petani Pekerja Tambang Buruh Bangunan Pedagang Pegawai Negeri Jasa Pekerja Wisata TNI/POLRI Total
18 31 7 56
500 59 177 9 5 2 752
698 498 35 85 3 1.319
1.216 588 35 177 16 85 8 2 2.127
57,17 27,64 1,65 8,32 0,75 4 0,37 0,09 100
Sumber: Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang (2009)
Secara umum masyarakat desa sekitar Musiduga memiliki mata pencaharian dari pemanfaatan sumberdaya alam seperti pada sektor pertanian,
pertambangan, dan pariwisata. Pada sektor pertanian masyarakat bekerja sebagai petani musiman yang tergantung cuaca. Keadaan ekonomi masyarakat pada sektor pertanian tergolong pada tingkat menengah kebawah dilihat dari kepemilikan lahan dan modal usaha. Pada sektor pertambangan masyarakat bekerja sebagai penambang emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga. Hasil penambangan ini telah memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu, pada sektor wisata masyarakat memanfaatkan potensi sumberdaya alam berupa panorama yang belum optimal dikembangkan oleh pemerintah daerah. Masyarakat yang berusaha di sektor wisata masih sedikit dibandingkan sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor wisata harus lebih dikembangkan secara optimal. 5.3
Karakteristik Pengunjung Pengunjung yang datang ke kawasan wisata Musiduga berasal dari
berbagai elemen, mulai dari masyarakat biasa, mahasiswa, dan lembaga pemerintah. Jumlah pengunjung yang datang paling banyak adalah pada akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu serta hari libur Nasional. Karakteristik pengunjung kawasan wisata Musiduga dalam penelitian ini dilihat dari hasil survey yang telah dilakukan kepada beberapa responden yang ditemukan dilokasi sebagai sample. Pengunjung kawasan wisata Musiduga yang menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 100 orang. Responden terdiri dari 68% berjenis kelamin laki-laki dan 32% berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena secara umum atraksi wisata seperti arung jeram, memancing, dan bermain di pasir putih seperti bermain sepak bola, voli, dan takrau lebih disukai oleh kaum laki-laki daripada kaum perempuan.
Tingkat usia pengunjung dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu kelompok responden dengan kategori usia kurang dari 20 tahun sebanyak 24%. Kategori kedua berumur 20 sampai 29 tahun yaitu sebanyak 60%, kategori ketiga berumur 30 sampai 39 tahun sebanyak 11%, dan responden dengan umur 40 sampai 49 tahun sebanyak 5%. Pengunjung kawasan wisata Musiduga diominasi oleh pengunjung yang berumur 20-29 tahun, hal ini memperlihatkan bahwa wisata Musiduga diminati oleh kalangan muda. Pengunjung yang berusia 20-29 tahun tersebut cenderung belum menikah dan menyukai atraksi wisata tantangan seperti arung jeram, atau hanya menikmati indahnya air terjun dan pasir putih bersama pasangannya. Status pernikahan pengunjung secara tidak langsung didukung oleh perbandingan tingkat usia, sebagaimana telah dibahas di atas. Berdasarkan hasil survey, didapat sebanyak 83% responden belum menikah dan 17% responden sudah menikah. Delapan puluh tiga persen belum menikah karena rentang usia pengunjung mayoritas pada rentangan 20-29 tahun. Tingkat pendidikan responden (berdasarkan pendidikan formal terakhir yang telah dijalani) cukup bervariasi. Sebanyak 63% pengunjung pendidikan terakhirnya adalah SMA, 29% pengunjung pendidikan terakhirnya adalah SMP, lulusan S1 sebanyak 5%, dan 3% responden berpendidikan terakhir SD. Data tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas pengunjung yang datang ke kawasan wisata Musiduga memiliki pendidikan terakhir SMA dan usianya kurang dari 30 tahun. Jenis Pekerjaan Pengunjung di kawasan Musiduga yaitu sebanyak 56% berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa, masing-masing 14% berprofesi sebagai
pegawai swasta dan wirausaha, 10% berprofesi sebagai TNI, dan 6% berprofesi sebagai PNS. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengunjung kawasan wisata Musiduga belum bekerja. Variasi usia dan jenis pekerjaan menyebabkan tingkat pendapatan juga bervariasi. Tingkat pendapatan responden sebagian besar berada pada kisaran kurang dari Rp. 1.000.000 yaitu sebesar 58%. Hal ini didukung oleh usia responden kurang dari 30 tahun dan kebanyakan responden belum memiliki pekerjaan karena masih pelajar/mahasiswa. Pada
penelitian
ini,
domisili
atau
tempat
tinggal
pengunjung
diklasifikasikan ke dalam dua kriteria, yaitu dekat lokasi kawasan wisata Musiduga dengan parameter satu kecamatan dengan kawasan wisata Musiduga dan jauh dari lokasi kawasan wisata Musiduga dengan parameter berbeda kecamatan dengan Musiduga. Sebanyak 58% responden berdomisili satu kecamatan dengan kawasan wisata Musiduga, sedangkan sisanya 42% responden berdomisili berbeda kecamatan dengan lokasi kawasan wisata Musiduga. Hal ini sesuai dengan persepsi dinas Parsenibudpora, dimana kebanyakan pengunjung Musiduga adalah mereka yang berasal dari daerah yang dekat dengan kawasan wisata Musiduga. Karakteristik pengunjung tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga Karakteristik Persentase (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki 68 Perempuan 32 2. Tingkat Usia (tahun) < 20 20 – 29 30 – 39 40 – 49
24 60 11 5
3. Status Pernikahan Sudah Menikah Belum Menikah
17 83
4. Tingkat pendidikan SD SMP SMA S1
3 29 63 5
5. Jenis Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa PNS Pegawai Swasta Wirausaha TNI
56 6 14 14 10
6. Tingkat Pendapatan < 1.000.000 1.000.000 - 2.000.000 2.000.000,1 - 3.000.000 > 3.000.000
58 15 21 6
7. Domisili Satu Kecamatan dengan Musiduga Berbeda Kecamatan dengan Musiduga Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
58 42
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Tingkat Ketergantungan Masyarakat Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Musiduga
terhadap
Berdasarkan data pada Tabel 6 pada bab V terlihat bahwa lebih dari 80% masyarakat di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan sumberdaya alam yaitu sebanyak 57,17% pada sektor pertanian dan sebanyak 27,64% pada sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena kondisi alam kawasan Musiduga sebagian besar berupa kawasan hutan, pegunungan, perbukitan dan dialiri oleh Sungai Kuantan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pertanian dan pertambangan. Selain di sektor pertanian dan pertambangan, masyarakat Musiduga ada pula yang bekerja di sektor pariwisata, namun masih kecil yaitu sebanyak 0,37%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam cukup tinggi. Tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam yang cukup tinggi ini akan dapat terlihat pada persentase pendapatan
dari
pemanfaatan
sumberdaya
alam.
Mengamati
persentase
pendapatan tersebut maka dapat diketahui apakah dengan pemanfaatan sumberdaya alam menjadikan pendapatan masyarakat Musiduga sebagai usaha pokok, cabang usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat. Persentase pendapatan masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam (dihitung dengan menggunakan rumus 1 pada Bab.IV) dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pendapatan Rata-rata Perbulan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam Sektor Mata Pencaharian
Pendapatan Total (Rp)
(2) 3.018.000
Pendapatan bukan dari pemanfaatan SDA (Rp) (3) 98.000
Pendapatan dari pemanfaatan SDA (Rp) (4)= (2-3) 2.920.000
(1) Pertanian Perkebunan
2.774.967
141.667
2.633.300
94,89
Pertambangan emas
4.020.000
-
4.020.000
100,00
231.250
566.667
71,01
797.917 Pariwisata Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Persentase Pendapatan dari Pemanfaatan SDA (%) (5)=(4)/(2) x 100% 96,75
Tabel 8 memperlihatkan bahwa sebanyak 96,75% pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor pertaian berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam, untuk masyarakat yang bekerja di sektor perkebunan sebagai penyadap karet sebanyak 94,89%, sektor pertambangan emas sebanyak 100%, dan sektor pariwisata sebanyak 71,01%. Hal ini menunjukkan penghasilan yang didapat masyarakat di semua sektor mata pencaharian yang memanfaatkan sumberdaya alam merupakan usaha pokok bagi mereka karena memiliki persentase lebih dari 70% sampai 100% sebagaimana dinyatakan oleh Soehaji (1995) dalam Soetanto (2002). Mata pencaharian dari sektor pertambangan emas memiliki persentase sebanyak 100%, hal ini menunjukkan bahwa pada sektor ini masyarakat tidak memiliki pendapatan selain dari bekerja pada sektor penambangan emas. Beberapa responden memiliki pendapatan bukan dari pemanfaatan sumberdaya alam yaitu masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan memperoleh pendapatan dari berdagang kebutuhan sehari-hari di depan rumah mereka, sedangkan untuk sektor pariwisata pendapatan bukan dari pemanfaatan sumberdaya alam diperoleh dari berdagang makanan di luar kawasan wisata Musiduga karena mereka bukan merupakan pedagang tetap di Musiduga dan ada juga beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai aparat desa.
6.2
Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal di Sungai
Kuantan-Musiduga dianalisis dengan menggunakan persepsi multistakeholder (masyarakat (50 responden), penambang emas (50 responden), dan instansi terkait (delapan responden) yaitu: Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, KLH, dan Wali Nagari). Berikut tabulasi persentase persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan Musiduga. Tabel 9. Distribusi Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Jenis Kerusakan Polusi air
Responden yang Menjawab Ya (Orang)
Persentase (%)
Masyarakat
43
86,00
Penambang emas
42
84,00
Instansi terkait
8
100,00
93
90,00
Masyarakat
21
42,00
Penambang emas
22
44,00
Instansi terkait Total
4 47
50,00 45,33
Masyarakat
15
30,00
Penambang emas
18
36,00
Instansi terkait Total
3 36
37,50 34,5
Masyarakat
43
86,00
Penambang emas
42
84,00
Instansi terkait Total
8 93
100,00 90,00
Masyarakat
19
38,00
Penambang emas
0
0
Instansi terkait Total
2 21
25,00 21,00
Masyarakat
6
12,00
Penambang emas
8
16,00
2 16
25,00 17,67
Stakeholder
Total
Polusi suara
Polusi udara
Struktur tanah rusak
Mempengaruhi kehidupan biota
Mempengaruhi kesehatan
Instansi terkait Total Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Berdasarkan tabulasi pada Tabel 9 dapat digambarkan persepsi multistakeholder terhadap adanya kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal seperti pada Gambar 3 berikut. 100% 80% 60% 40% 20% 0%
90%
90% 45,33%
Polusi air
Polusi suara
34,50%
21%
17,67%
Polusi udara Struktur tanah Mempengaruhi Mempengaruhi rusak kehidupan kesehatan biota
Sumber : Data Primer, diolah (2011)
Gambar 3. Persepsi Multistakeholder terhadap adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Berdasarkan Gambar 3 terlihat persepsi multistakeholder (masyarakat, penambang emas, dan instansi terkait) menyatakan bahwa secara keseluruhan terjadi kerusakan lingkungan akibat penambangan emas berupa polusi air dan struktur tanah menjadi rusak dengan persentase masing-masing sebesar 90%. Alasan multistakeholder menyatakan terjadinya polusi air karena adanya kegiatan tambang emas mengakibatkan air Sungai Kuantan menjadi keruh dan kotor, sedangkan alasan bahwa kegiatan tambang emas mengakibatkan struktur tanah rusak adalah karena kegiatan tersebut mengakibatkan tebing-tebing di pinggir sungai runtuh akibat pengerukan untuk mencari lokasi yang mengandung emas. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa mayoritas masyarakat tidak bisa menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk mandi dan mengambil air minum. Selanjutnya Dinas Parsenibudpora menyatakan bahwa kegiatan penambangan emas ini dapat mengganggu kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Air Sungai Kuantan yang keruh merusak pemandangan bagi pengunjung yang melakukan ataupun melihat atraksi arung jeram.
Persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat adanya kegiatan tambang emas berupa polusi suara dan udara relatif kecil jika dibandingkan dengan polusi air dan struktur tanah yang rusak dengan persentase masing-masingnya 45,33% dan 34,50%. Kebanyakan masyarakat yang dekat dengan lokasi kegiatan tambang emas ilegal telah merasakan dampak dari kegiatan tersebut. Mesin dan asap yang ditimbulkan kapal pengeruk emas menimbulkan kebisingan dan menjadikan udara kotor. Dampak negatif berupa polusi suara dan udara dirasakan oleh penambang emas khususnya penambang emas yang belum terbiasa berada dilokasi penambangan emas. Sementara penambang emas yang sudah lama sudah terbiasa mendengar suara bising dan menghirup udara yang berpolusi sehingga tidak dianggap sebagai gangguan lagi. Jarak yang sangat berdekatan antara penambang emas dengan sumber polusi yang berasal dari mesin kapal pengeruk emas dan hasil pembakarannya merupakan faktor utama dirasakannya dampak polusi ini bagi penambang emas. Menurut Wali Nagari dan Dinas Parsenibudpora kegiatan penambangan emas ilegal tersebut mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar lokasi tambang emas ilegal dan pengunjung wisata Musiduga. Dampak adanya kerusakan lingkungan akibat tambang emas ilegal yang merusak kehidupan biota memiliki persentase sebesar 21%. Dampak negatif tersebut dirasakan oleh masyarakat yang biasa memancing di Sungai Kuantan karena mereka kesulitan mendapatkan ikan yang semakin sedikit. Bagi penambang emas menyatakan bahwa tidak mengetahui dampak negatif berupa merusak kehidupan biota akibat penambangan emas illegal yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang dampak negatif dari kegiatan
penambangan emas tersebut. Menurut pihak KLH, terdapat potensi terhadap terganggunya kehidupan biota di Sungai Kuantan dimana hal ini masih dalam penelitian sehingga belum diketahui besarnya dampak tersebut terhadap kehidupan biota. Persentase
persepsi
multistakeholder
terhadap
kerusakan
akibat
penambangan emas berupa mempengaruhi kesehatan sebesar 17,67%. Bagi beberapa masyarakat yang masih menggunakan air Sungai Kuantan untuk kebutuhannya mengakibatkan alergi. Begitu juga bagi beberapa penambang emas juga mengalami hal yang sama akibat air sungai yang kotor. Menurut Wali Nagari, beberapa masyarakat mengeluhkan air Sungai Kuantan yang mereka konsumsi telah tercemar akibat kegiatan penambangan emas ilegal sehingga mengakibatkan peyakit kulit seperti alergi dan gatal-gatal. Berdasarkan observasi lapang, kegiatan penambangan emas ilegal ini telah mengakibatkan pencemaran air akibat bahan bakar kapal tambang emas yang digunakan untuk mengeruk emas. Selain itu, tebing-tebing di tepi sungai menjadi runtuh akibat pengerukan tanah yang dilakukan oleh penambang emas. Asap dari kapal juga menimbulkan polusi udara yang mengakibatkan udara di sekeliling lokasi tambang emas menjadi berwarna hitam dan bau. Berikut adalah gambar kerusakan lingkungan akibat penambangan emas di kawasan Musiduga:
Sumber : Data Primer (2011)
Gambar 4. Pencemaran Sungai Kuantan (Musiduga) Akibat Kegiatan Penambangan Emas Ilegal
6.3
Analisis Potensi dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan Wisata Kawasan Musiduga Keberadaan kawasan wisata Musiduga memiliki banyak potensi yang
dapat dianalisis seperti potensi obyek wisata alam dan dampak ekonomi lingkungan dari kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Analisis pada penelitian ini seperti penetapan tarif masuk kawasan wisata, dampak ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar akibat adanya kegiatan wisata di musiduga. 6.3.1
Potensi Obyek Wisata Musiduga Kawasan wisata Musiduga yang terletak sekitar 12 km dari kabupaten
Sijunjung terdiri dari beraneka obyek wisata alam, sejarah, dan minat khusus. Pada sepanjang kawasan ini para wisatawan dapat menikmati bentangan alam yang indah, seperti Arung jeram, Pasir Putih, Ngalau Talago, Ngalau Seribu, Air Terjun Palukahan, dan sebuah lokomotif uap peninggalan Jepang. Arena Arung Jeram Arung Jeram merupakan salah satu olahraga wisata alternatif Kabupaten Sijunjung. Arung jeram ini memanfaatkan aliran Sungai Kuantan sepanjang 23 km dengan arus yang selalu stabil dan bergelombang sedang sampai tinggi dengan tingkat kesulitan tinggi kelas IV dan V yang sangat ideal untuk wisata arung jeram.
Sumber: Data Primer (2011)
Gambar 5. Arung Jeram Musiduga
Pasir Putih Pasir Putih terletak di pinggir Sungai Kuantan. Pasirnya yang putih dan lembut menjadikan lokasi ini nyaman untuk bermain dan beristirahat bagi keluarga maupun bagi muda mudi. Selain itu, kawasan ini didukung oleh udara yang segar dan suara satwa liar sehingga menjadikan obyek wisata ini sebagai tempat favorit menikmati panorama alam Musiduga.
Sumber: Data Primer, (2011)
Gambar 6. Pasir Putih Musiduga Ngalau Talago Ngalau atau goa Talago terletak sekitar 2,5 km dari Nagari Silokek, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Medan untuk mencapai obyek wisata ini yang cukup berat merupakan tantangan tersendiri bagi pengunjung. Pada Ngalau ini terdapat telaga yang tak pernah kering. Selain itu, stalagtit dan stalagmit yang berkilauan dan adanya batuan yang menyerupai buaya menjadikan ngalau ini layak dikunjungi.
Sumber: Dinas Parsenibudpora, (2010)
Gambar 7. Ngalau Talago Musiduga
Ngalau seribu Selain Ngalau Talago, di kawasan Musiduga juga terdapat Ngalau Seribu. Masyarakat di sekitar daerah ini memberi nama Ngalau Seribu karena ngalau ini bisa menampung sekitar seribu orang di dalamnya. Menurut informasi yang didapat, para pejuang menggunakan ngalau ini untuk rapat dan menyusun strategi untuk melawan Belanda.
Sumber: Data Primer, (2011)
Gambar 8. Ngalau Seribu Musiduga Air Terjun Palukahan Air Terjun Palukahan terletak di Nagari Durian Gadang. Air terjun ini memiliki ketinggian 75 meter. Untuk mencapai lokasi air terjun ini harus berjalan sejauh satu kilometer. Kawasan air terjun ini merupakan pilihan yang tepat untuk kegiatan trekking, istirahat, dan mendapatkan sensasi segarnya air pegunungan. Air terjun Palukahan dapat dilihat pada Gambar 9.
Sumber: Data Primer, (2011)
Gambar 9. Air Terjun Palukahan Musiduga Lokomotif Uap Peninggalan Jepang Lokomotif uap ini terletak di Nagari Durian Gadang yang berjarak 17 kilo meter dari ibu kota kabupaten. Lokomotif uap merupakan bukti sejarah terjadinya kerja paksa Romusha untuk pembuatan rel kereta api dari Muaro ke Logas Pekan Baru, Riau.
Sumber: Data Primer, (2011)
Gambar 10. Lokomotif Uap Peninggalan Jepang Musiduga Potensi wisata yang dimiliki oleh kawasan Musiduga menjadikan kawasan ini layak untuk dikunjungi pengunjung. Pengunjung dapat menikmati berbagai kegiatan wisata baik wisata alam, wisata sejarah, dan wisata minat khusus. Oleh
karena itu, diperlukan pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga yang serius dari berbagai pihak yang terkait agar kawasan wisata ini banyak dikunjungi pengunjung. 6.3.2
Analisis Kesediaan Musiduga
Membayar
Pengunjung
Kawasan
Wisata
Potensi wisata di Musiduga belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini terlihat dari belum adanya penetapan tarif masuk kawasan wisata Musiduga. Diharapkan dengan penetapan tarif tersebut penyediaan fasilitas serta sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata di Musiduga dapat dilengkapi dan meningkatkan jumlah kunjungan sehingga keberadaan kawasan wisata dapat memberikan dampak ekonomi berupa peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, agar pengelolaan dan pengembangan Musiduga dapat berkelanjutan maka dibutuhkan penetapatan tarif masuk kawasan wisata ini. 6.3.2.1 Deskripsi Skenario Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata Musiduga Pengelolaan kawasan wisata Musiduga yang berada di bawah Dinas Parsenibudpora dan bekerja sama dengan Wali Nagari selama ini mendapatkan dana pengelolaan yang berasal dari APBD. Pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Musiduga memerlukan dana yang banyak. Dengan demikian untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga, Dinas Parsenibudpora dan Wali Nagari memiliki suatu rencana dengan mengadakan penetapan tarif bagi para pengunjung kawasan wisata Musiduga. Dana yang diperoleh dari tarif masuk tersebut akan digunakan pengelola untuk melayani berbagai macam kebutuhan dan keinginan pengunjung. Misalnya dengan mendesain produk wisata yang baru, menetapkan strategi promosi yang baru,
menambah fasilitas di sekitar kawasan wisata, dan upaya pemeliharaan lingkungan sekitar kawasan wisata Musiduga. Berdasarkan perencanaan dari Pemerintah Daerah, tarif untuk dewasa sebesar Rp 2.000 dan untuk anak-anak sebesar Rp 1.000. Penetapan tarif tersebut didasarkan lebih kepada keadaan ekonomi masyarakat yang tergolong pada masyarakat berekonomi menengah ke bawah dimana pengunjung banyak yang berasal dari masyarakat yang dekat dengan lokasi kawasan wisata Musiduga daripada perhitungan kebutuhan biaya pengelolaan kawasan wisata tersebut. Selain itu kawasan wisata Musiduga masih pada tahap pengembangan dengan fasilitas dan sarana prasarana yang masih sedikit, sehingga diharapkan dengan adanya penetapan tarif pengunjung yang berkunjung ke kawasan wisata Musiduga semakin meningkat. Melihat potensi wisata dan tren peningkatan pengunjung yang cukup besar, maka diperlukan analisis nilai WTP yang bersedia dibayar pengunjung untuk menikmati kawasan wisata Musiduga. 6.3.2.2 Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga Analisis WTP digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kesediaan pengunjung membayar untuk menikmati wisata di Musiduga. Hal ini terkait dengan rencana penetapan tarif masuk pada kawasan ini. Langkah awal yaitu membangun pasar hipotetik dan mendapatkan penawaran besarnya nilai WTP, selanjutnya ditanyakan apakah responden bersedia membayar atau tidak sejumlah uang tersebut dalam upaya pengembangan kawasan wisata Musiduga. Dugaan nilai rata-rata WTP responden kawasan wisata Musiduga diperoleh berdasarkan rasio jumlah nilai WTP yang diberikan responden dengan
jumlah responden yang bersedia membayar. Distribusi nilai WTP ditampilkan pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Distribusi Nilai WTP Responden Kawasan Wisata Musiduga Jumlah Persentase WTP X Jumlah No WTP (Rp) Responden (%) Responden (Rp) (Orang) A B AXB C 1 2.000 34 34 68.000 2 3.000 47 47 141.000 3 4.000 5 5 20.000 4 5.000 14 14 70.000 Total 100 100 299.000 Rata-Rata WTP 2.990~3.000 Sumber : Data Primer, Diolah (2011)
Berdasarkan Tabel 10, sebanyak 100 responden yang ditanyakan kesediaannya membayar tarif masuk ke kawasan Musiduga dan semua responden tersebut menyatakan kesediaannya untuk membayar tarif tersebut. Selain itu, diperoleh nilai rata-rata WTP responden yang menunjukkan nilai maksimum yang bersedia dibayarkan oleh pengunjung sebesar Rp 2.990 dibulatkan menjadi sekitar Rp 3.000. Nilai rata-rata WTP responden ini lebih besar dari nilai rencana penetapan tarif oleh Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung ingin berpartisipasi aktif dalam upaya pengelolaan kawasan wisata Musiduga yang ramah lingkungan dan untuk kelengkapan fasilitas dan sarana prasarana pada kawasan ini serta meningkatkan daya tarik wisata pada tempat wisata Musiduga. Kesediaan membayar pengunjung ini dapat dijadikan acuan dengan syarat penambahan dan perbaikan sarana prasarana wisata serta pengembangan atraksi wisata yang lebih menarik dan nyaman untuk berwisata. Berdasarkan WTP dan rata-rata jumlah pengunjung Musiduga tiap tahun, dapat dihitung estimasi penerimaan dari penerapan tarif masuk di kawasan wisata pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11. Estimasi Penerimaan dari Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata Musiduga Kawasan Wisata Musiduga WTP (a) Rp 3.000
Rata-rata Jumlah Pegunjung setiap Tahun (b) 6.608 Total
Estimasi Penerimaan/Tahun (c=axb) Rp19.824.000 Rp19.824.000
Sumber : Data Primer, Diolah (2011)
Berdasarkan tabel estimasi penerimaan dapat dilihat bahwa total pemasukan pengelola setiap tahunnya sebesar Rp 19.824.000. Total estimasi penerimaan tersebut masih rendah, namun bisa ditingkatkan dengan cara peningkatan pengunjung dan segmentasi tiket pada setiap obyek wisata. Peningkatan pengunjung dilakukan dengan cara peningkatan sarana prasarana dan atraksi wisata dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peningkatan promosi. Pengunjung yang bersedia membayar menginginkan perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata di Musiduga. Perbaikan sarana dan prasarana yang diinginkan pengunjung adalah mushola dan tempat sampah. Selain itu pengadaan fasilitas seperti papan penunjuk jalan menuju obyek wisata, pusat informasi, dan toko cendramata. Penambahan gazebo yang lebih merata pada setiap obyek wisata juga diinginkan pengunjung sehingga pengunjung lebih nyaman untuk berekreasi di kawasan Musiduga dan pengadaan atraksi wisata seperti arung jeram, dayung perahu, dan seni budaya secara berkala di kawasan ini. Promosi juga perlu ditingkatkan melalui media cetak dan elektronik sehingga tidak hanya masyarakat sekitar yang mayoritas berekonomi menengah ke bawah yang banyak berkunjung ke kawasan wisata Musiduga namun juga pengunjung dari kalangan atas.
Untuk itu, perlu adanya segmentasi wisata yaitu selain penetapan tarif tiket biasa yang terjangkau oleh semua kalangan di gerbang utama, juga dibentuk tarif khusus pada obyek-obyek wisata lain di kawasan wisata Musiduga seperti wisata arung jeram, wisata goa, wisata air terjun, dan wisata budaya. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung yang berekonomi menengah ke bawah tetap dapat berkunjung ke kawasan wisata Musiduga sehingga tidak terjadi penurunan jumlah pengunjung sedangkan bagi pengunjung yang berekonomi dari kalangan atas dapat menikmati atraksi wisata yang lebih dengan membayar lebih. Masyarakat sekitar diharapkan dapat memanfaatkan peluang usaha di bidang pariwisata dengan adanya pengunjung yang memiliki daya beli lebih. Untuk itu, dalam pengembangan kawasan wisata Musiduga dibutuhkan perhatian Pemerintah Daerah dalam pengelolaan kawasan wisata untuk menyediakan lapangan pekerjaan di sektor wisata bagi masyarakat sekitar kawasan wisata Musiduga. 6.3.3 Dampak Keberadaan Kawasan Wisata Perekonomian Masyarakat Sekitar Musiduga
Musiduga
terhadap
Keberadaan kawasan wisata Musiduga sedikit banyak telah memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar Musiduga. Adapun jenis pekerjaan di sektor wisata yang telah ada di kawasan Musiduga adalah pedagang makanan, tukang parkir, dan guide. Berikut jumlah pekerja dan persentasenya yang disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Jenis Pekerjaan Sektor Wisata Musiduga Jenis Pekerjaan Jumlah Pekerja (Orang) Presentase (%) Pedagang Makanan 8 61,54 Tukang Parkir 2 15,38 Guide 3 23,08 Total 13 100,00 Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Tabel 12 menunjukkan terdapat delapan orang yang bekerja sebagai pedagang makanan, lima orang diantaranya merupakan pedagang tetap yang menjual barang daganganannya setiap hari dan selebihnya bukan merupakan pedagang tetap karena hanya berjualan makanan di Musiduga pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur. Tukang parkir di kawasan Musiduga berjumlah dua orang yang bekerja tetap di kawasan Musiduga. Jumlah guide di kawasan Musiduga sebanyak tiga orang yaitu dua orang sebagai guide arung jeram dan satu orang sebagai guide panjat tebing. Adanya kegiatan di sektor wisata Musiduga memberikan kontribusi terhadap pendapatan yang diterima masyarakat sekitar Musiduga. Dampak ekonomi keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar dianalisis dengan melihat kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat sekitar. Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat sekitar dihitung dengan rumus 3 pada Bab. IV, dapat diamati pada Tabel 13. Tabel 13. Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar Musiduga
No
Pendapatan Rata-Rata / Bulan (Rupiah) Pendapatan di Luar Sektor Kelompok Pekerjaan Pendapatan Total Wisata (1) (2) (3)
1
Pedagang Makanan
2
Tukang Parkir
3 Guide Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan (Rp) (4)=(2)-(3)
1.693.750
443.750
1.250.000
250.000
-
250.000
450.000
250.000
200.000
Tabel 13 menunjukkan kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan ratarata masyarakat sekitar Musiduga pada kelompok pekerjaan pedagang makanan, tukang parkir, dan guide. Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat yang proporsinya paling banyak adalah pada kelompok pedagang makanan yaitu sebesar Rp 1.250.000, karena pada kelompok ini masyarakat memperoleh pendapatan yang cukup besar akibat adanya peningkatan pengunjung yang berkunjung ke kawasan wisata Musiduga. Pada kelompok pekerjaan tukang parkir kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat sebesar Rp 250.000, karena pada kelompok ini tidak memiliki pendapatan dari sumber lain hanya dari kawasan wisata Musiduga. Selanjutnya kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan juga terjadi pada kelompok pekerjaan sebagai guide yaitu sebesar Rp 200.000. Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat sekitar juga akan dapat terlihat perbedaannya berdasarkan proporsi pendapatan yang diperoleh dengan adanya kegiatan wisata di Musiduga terhadap pendapatan total. Dari proporsi pendapatan tersebut dapat diketahui apakah keberadaan Musiduga merupakan penghasilan utama, cabang usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat sekitar kawasan wisata Musiduga. Persentase 70,01%-100% dari pendapatan total merupakan penghasilan utama, 30%-70% merupakan cabang usaha, dan persentase kecil dari 30% merupakan usaha sambilan (Soehaji (1995) dalam Soetanto (2002). Persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat sekitar dengan adanya Musiduga (dihitung dengan menggunakan rumus 4 pada Bab.IV) dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dari Kegiatan Wisata Musiduga terhadap Pendapatan Total Pendapatan Rata-Rata / Bulan (Rupiah) Kelompok Pekerjaan
Pendapatan Total
(1) Pedagang Makanan Tukang Parkir Guide
(2) 1.693.750 250.000 450.000
No
1 2 3
Pendapatan dari Kegiatan Wisata Musiduga (3) 1.250.000 250.000 200.000
Peresentase Proporsi Pendapatan dari Sektor Wisata (%) (4)=(3)/(2)x100% 73,80 100,00 44,44
Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Tabel 14 di atas dapat memperlihatkan bahwa proporsi pendapatan ratarata masyarakat sekitar dengan adanya Musiduga terhadap pendapatan total terbesar adalah kelompok pekerjaan tukang parkir sebanyak 100%. Tukang parkir yang bekerja di Musiduga adalah dua orang pria yang tidak mempunyai pekerjaan lain selain bekerja di Musiduga. Kelompok pekerjaan pedagang makanan dengan adanya Musiduga juga memberikan proporsi pendapatan yang cukup besar pada pendapatan mereka yaitu sebesar 73,80%. Sebagian besar pedagang makanan ini merupakan pedagang tetap, namun beberapa pedagang makanan merupakan pedagang yang tidak menetap di Musiduga. Penghasilan yang didapat dengan adanya Musiduga berkontribusi sebagai usaha pokok bagi kelompok pekerjaan tukang parkir dan pedagang makanan. Sementara itu, kelompok pekerjaan sebagai guide memberikan proporsi pendapatan dengan persentase sebesar 44,44%. Masyarakat yang berada pada kelompok pekerjaan ini juga memiliki penghasilan lain selain bekerja sebagai guide yaitu ada yang berprofesi sebagai aparat desa namun ada juga yang masih mahasiswa yang tergabung dalam kelompok pencinta alam. Hal ini menunjukkan
penghasilan yang didapat dengan adanya Musiduga berkontribusi sebagai cabang usaha bagi kelompok pekerjaan sebagai guide. 6. 3.4 Dampak Keberadaan Kawasan Lingkungan Sekitar Musiduga
Wisata
Musiduga
terhadap
Dampak adanya tempat wisata Musiduga terhadap lingkungan di sekitar kawasan wisata Musiduga di analisis dengan persepsi multistakeholder (pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait seperti pihak Dinas Parsenibudpora, Kantor Lingkungan Hidup, dan Wali Nagari). Dalam pelaksanaan penelitian, para responden diberi pilihan mengenai dampak keberadaan Musiduga terhadap lingkungan. Pilihan-pilihan tersebut dibedakan menjadi dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif antara lain menambah keindahan pemandangan, menjaga keasrian lingkungan, dan membuat udara menjadi segar sedangkan pilihan dampak negatif keberadaan Musiduga adalah menimbulkan sampah. Berikut persepsi multistakeholder mengenai dampak keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap lingkungan sekitar:
5,40% 7,07%
D
16,67%
10,00% 16,67% 21,62% 23,07%
C
Instansi Terkait
20,00%
B
23,07%
Masyarakat Sekitar
33,33% 32,43%
Pekerja
28,00% 33,33%
A
40,54% 46,15%
Pengunjung
42%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Gambar 11. Persepsi Multistakeholder Mengenai Dampak Tempat Wisata Musiduga terhadap Lingkungan Sekitar Keterangan: A: Menambah Keindahan Pemandangan B: Menjaga Keasrian Lingkungan C: Membuat segar udara sekitar D: Menimbulkan sampah
Gambar 11 memperlihatkan bahwa multistakeholder (pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait) lebih memilih dampak positif daripada dampak negatif dari kegiatan wisata Musiduga terhadap lingkungan. Dampak positif yaitu menambah keindahan pemandangan dan menjaga keasrian lingkungan sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan sampah. Berdasarkan persepsi multistakeholder (pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait) memilih bahwa keberadaan Musiduga memberikan dampak positif paling besar terhadap lingkungan yaitu menambah keindahan pemandangan dengan persentase masing-masing pilihan 42%, 46,15%, 40,54 %, dan 33,33%. Multistakeholder juga memilih dampak positif yaitu menjaga keasrian lingkungan dengan persentase masing-masing pilihan 28%, 23,07%, 32,43%, dan 33,33%. Selain itu, multistakeholder memilih dampak positif yaitu membuat segar udara sekitar dengan persentase masing-masing pilihan 20,00%, 23,07%, 21,62%, dan 16,67%. Pihak pengunjung, pekerja, dan masyarakat sekitar memilih dampak positif karena dengan adanya kawasan wisata Musiduga menambah keindahan pemandangan dengan adanya fasilitas dan sarana prasarana yang tertata dengan baik di kawasan Musiduga, menjadikan lingkungan sekitar kawasan wisata Musiduga tetap asri, dan membuat udara sekitar kawasan wisata menjadi segar. Menurut pihak Dinas Parsenibudpora, adanya obyek wisata alam yang terdapat pada pemandangan
terhadap
kawasan wisata Musiduga memberikan keindahan lingkungan
sekitar
Musiduga
sehingga
menarik
pengunjung untuk berkunjung ke kawasan wisata Musiduga. Selain itu, pihak pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait juga memberikan penilaian keberadaan Musiduga memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan yaitu timbulnya sampah (masing-masing presentase pilihan 10,00%, 7,07%, 5,40%, dan 16,67%). Pihak pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait memilih dampak negatif karena dengan adanya Musiduga dapat menimbulkan sampah walaupun jumlahnya tidak terlalu besar yang dihasilkan dari kegiatan wisata di tempat tersebut. 6.4
Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata Kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga telah
berdampak terhadap kerusakan lingkungan, sementara itu terdapat potensi wisata di kawasan Musiduga yang belum dikembangkan secara optimal dan masyarakat masih sedikit yang berusaha pada sektor tersebut. Diharapkan dengan pengembangan dan pengelolaan yang optimal oleh Pemerintah Daerah, sektor wisata dapat menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Usaha pengembangan sektor wisata secara optimal tentunya akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, dimana saat ini masyarakat yang berusaha di sektor wisata masih sedikit sehingga dapat menjadi sebuah alternatif bagi penambang emas untuk dapat beralih profesi ke sektor wisata tersebut. 6.4.1 Persepsi MultiStakeholder terhadap Kemungkinan Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata
Masyarakat
Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam kepada pihak Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, Kantor Lingkungan Hidup, dan Wali Nagari. Secara keseluruhan semua pihak menyatakan bahwa kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi tersebut sulit dilakukan.
Menurut pihak Dinas Parsenibudpora, kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata untuk saat ini sulit dilakukan, karena pengembangan kawasan wisata Musiduga belum optimal karena masih minimnya dana. Namun, kemungkinan penambang emas beralih ke kegiatan wisata bisa terjadi apabila obyek wisata di Musiduga lebih dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pengunjung ke Musiduga. Adanya peningkatan pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di Musiduga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar berupa peningkatan pendapatan. Selain itu, kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi dapat dilakukan dengan menghimbau masyarakat secara bertahap oleh Pemerintah Daerah Sijunjung dengan cara membuat peraturan daerah yang berpihak untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan, menyediakan lapangan pekerjaan baru di sektor wisata, dan melakukan sosialisasi secara berkala kepada penambang emas tentang dampak kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal di kawasan Musiduga. Persepsi pihak Dinas Pertambangan dan Energi bahwa kemungkinan beralih profesi sulit karena lapangan pekerjaan di sektor wisata masih rendah dan kurang menjanjikan seperti pendapatan yang didapat dengan adanya kegiatan penambangan emas oleh masyarakat. Hal tersebut juga diungkapkan oleh pihak KLH dan Wali Nagari bahwa kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi dari penambang emas ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat sehingga mereka tidak mempedulikan dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan emas
tersebut. Selain itu melalui kegiatan ini mereka mendapatkan penghasilan yang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 6.4.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata Berdasarkan hasil wawancara kepada 50 responden penambang emas
menyatakan bahwa kemungkinannya untuk beralih profesi ke kegiatan wisata, sebanyak 28% menyatakan kemungkinan mereka untuk beralih profesi. Persentase ini masih kecil, hal ini disebabkan karena melalui profesi ini penambang emas mendapatkan pendapatan per bulan yang jauh lebih tinggi yaitu sebesar Rp 4.020.000 dibandingkan dengan pendapatan per bulan pada sektor wisata sebesar Rp 566.667 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 8. Untuk itu, Pemerintah Daerah perlu membatasi kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan Musiduga dan perlu mencari alternatif pekerjaan selain tambang emas yang lebih ramah lingkungan. Salah satu alternatif pekerjaan yang lebih ramah lingkungan adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata diharapkan dapat dikembangkan dan dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah sehingga sektor wisata ini layak sebagai profesi bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam pengambilan keputusan oleh penambang emas dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel independen yang menjadi faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah jumlah tanggungan keluarga (JTK), tingkat pendidikan (PNDDKN), lama menambang emas (LME), pendapatan (PNDPTN), pengetahuan jangka panjang tentang dampak penambangan emas ilegal (PDJPPEI), dan penyuluhan (PNYLH).
Variabel dependen dalam model ini adalah kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata, nilai “0” untuk penambang emas yang tidak bersedia beralih profesi dan nilai “1” untuk penambang emas yang bersedia beralih profesi. Pengolahan model regresi logistik menggunakan program Minitab 14.0 for Windows (Lampiran 2). Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil
Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata Predictor Coef P Odds Ratio Constant 20,6378 0,132 JTK -2,34198 0,139* 0,10 PNDDKN 1,70510 0,274 5,50 LME -1,91067 0,091* 0,15 PNDPTN -0,0000024 0,098* 1,00 PDJPPEI 1,20796 0,516 3,35 PNYLH 2,97534 0,099* 19,60 Log-Likelihood = -6,327 Test that all slopes are zero: G = 46,641, DF = 6, P-Value = 0.000 Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Keterangan : * Signifikan pada tingkat kepercayaan 85%
Kemungkinan
Model regresi logistik yang didapat dari model dapat dituliskan sebagai berikut : Z = 20,637 – 2,341JTK – 1,911LME – 0,0000024 PNDPTN + 2,975 PNYLH Pengujian keseluruhan model regresi logistik dapat dilakukan dengan melakukan uji G yang menyebar menurut sebaran Chi-Square (X2). Pengujian dapat dilakukan dengan membandingan antara nilai G dengan nilai X2 pada taraf nyata tertentu dengan derajat bebas k-1, namun jika menggunakan paket program Minitab dapat dilihat dari nilai P. Berdasarkan hasil olahan di atas didapatkan nilai Log-Likelihood sebesar -6,327 menghasilkan nilai G sebesar 46,641 dengan nilai P sebesar 0,000. Nilai P dibawah taraf nyata 15%, maka dapat disimpulkan model regresi logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan masyarakat untuk beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata. Pada uji kebaikan model atau Goodness-of-Fit dengan melihat pada metode Pearson,
Deviance, dan Hosmer-Lameeeshow, nilai P untuk ketiga model tersebut adalah lebih besar dari taraf nyata 15% sehingga model layak. a)
Penjelasan Variabel-Variabel Signifikan Variabel jumlah tanggungan keluarga signifikan secara statistik pada taraf
nyata 15% dengan nilai P sebesar 0,139. Nilai odds ratio JTK sebesar 0,1 artinya peluang terjadinya kemungkinan beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ilegal ke kegiatan wisata 0,1 kali lebih kecil daripada peluang tidak terjadinya kemungkinan beralih profesi. Koefisien JTK bertanda negatif yang berarti bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga penambang emas maka mengurangi kemauan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan, dimana semakin banyak JTK penambang emas, maka kemauan penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata semakin kecil. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya tanggungan keluarga maka pengeluaran rumah tangga akan semakin besar, sehingga pendapatan dari hasil penambangan emas yang cukup besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Variabel lama menambang emas signifikan secara statistik pada taraf nyata (α) 15% dengan nilai P sebesar 0,091. Odds ratio LME sebesar 0,15 artinya peluang terjadinya kemungkinan beralih profesi dari kegatan penambangan emas ilegal ke kegiatan wisata 0,15 kali lebih kecil daripada peluang tidak terjadinya kemungkinan beralih profesi. Koefisien LME bertanda negatif berarti semakin lama responden berprofesi sebagai penambang emas maka akan mengurangi kemauan responden untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa semakin lama responden berprofesi sebagai penambang emas maka kemauan beralih profesi ke kegiatan
wisata semakin kecil karena semakin lama berprofesi sebagai penambang emas, mereka memiliki pendapatan yang lebih banyak sehingga tidak bersedia pindah ke sektor wisata. Variabel pendapatan penambang emas signifikan secara statistik pada taraf nyata (α) 15% dengan nilai P sebesar 0,098. Pendapatan penambang emas memiliki nilai odds ratio sebesar 1,00 artinya peluang terjadinya kemungkinan beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ilegal ke kegiatan wisata 1,00 kali lebih kecil daripada peluang tidak terjadinya kemungkinan beralih profesi. Koefisien pendapatan penambang emas bertanda negatif berarti semakin tinggi tingkat pendapatan penambang emas maka akan mengurangi kemauan responden untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Hal ini sesuai dengan kondisi lapangan yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan penambang emas maka kemauan beralih profesi semakin kecil karena melalui profesi sebagai penambang emas mereka mendapatkan pendapatan yang cukup besar dibandingkan dengan pendapatan di sektor wisata. Variabel selanjutnya signifikan secara statistik pada taraf nyata (α) 15% adalah penyuluhan dengan nilai P sebesar 0,099. Nilai odds ratio sebesar 19,60 berarti tambahan frekuensi dari penyuluh kepada penambang emas maka peluang untuk beralih profesi dari penambangan emas ke kegiatan wisata 19,60 kali lebih tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak beralih profesi, cateris paribus. Variabel pengaruh penyuluhan bertanda positif artinya semakin banyak penambang emas mendapatkan informasi dari penyuluh maka kemauan berpindah penambang emas ke kegiatan wisata semakin besar. Berdasarkan kondisi di lapangan telah ada upaya untuk melakukan penyuluhan kepada penambang emas
oleh pihak KLH, pihak Kepolisian, dan pihak Dinas Pertambangan dan Energi, walaupun belum semua penambang emas bersedia untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Namun, melalui kegitan penyuluhan tersebut, maka penambang emas mendapatkan informasi tentang pentingnya menjaga lingkungan sehingga mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata semakin besar. b)
Penjelasan Variabel-Variabel Tidak Signifikan Hasil analisis regresi logistik menunjukkan terdapat dua variabel yang
tidak signifikan yaitu pendidikan (PNDDKN) dan pengetahuan jangka panjang tentang dampak penambangan emas ilegal (PDJPPEI). Variabel tingkat pendidikan tidak signifikan secara statistik karena memiliki nilai P sebesar 0,274 yang lebih besar dari taraf nyata 15%, sehingga dapat diabaikan secara statistik. Tingkat pendidikan yang dimiliki responden secara umum yang bersedia atau tidak untuk beralih profesi ke kegiatan wisata adalah pada umumnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), sehingga responden yang bersedia atau tidak beralih profesi ke kegiatan wisata pada umumnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar. Variabel selanjutnya yang tidak signifikan adalah pengetahuan jangka panjang tentang dampak penambangan emas ilegal karena memiliki nilai P sebesar 0,516 yang lebih besar dari taraf nyata 15%, sehingga dapat diabaikan secara statistik. Hal ini disebabkan karena responden yang memiliki pengetahuan atau tidak memiliki pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan emas ilegal tidak mempengaruhi kemungkinan mereka untuk beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan
1.
Masyarakat Musiduga dalam memenuhi kebutuhannya sangat bergantung dengan pemanfaatan sumberdaya alam karena lebih dari 80% masyarakat di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan sumberdaya alam.
2.
Berdasarkan persepsi multistakeholder kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan Musiduga telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dimana yang banyak dipilih berupa polusi air dan merusak struktur tananyah dengan persentase masing-masingnya sebesar 90%.
3.
Potensi wisata kawasan Musiduga sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki obyek wisata alam dan atraksi wisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata membutuhkan dana untuk kegiatan wisata dan konservasi. Salah satu caranya dengan penetapan tiket. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Musiduga terhadap masyrakat sekitar masih kecil. Diharapkan dengan pengembangan dan pengelolaan yang optimal dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dengan tetap memperhatikan lingkungan, sedangkan dampak lingkungan akibat kegiatan wisata Musiduga berdasarkan persepsi multistakeholder adalah berdampak positif terhadap lingkungan sekitar Musiduga.
4.
Persepsi Multistakeholder terhadap kemungkinan penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal ini terlihat dari persentase kemungkinan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata
masih rendah yaitu sebanyak 28%. Faktor yang signifikan mempengaruhi kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata adalah jumlah tanggungan keluarga, lama menambang emas, pendapatan, dan penyuluhan. 7.2
Saran
1.
Pemerintah Daerah diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antara lembaga/instansi terkait untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Musiduga dan melarang/membatasi kegiatan penambangan emas ilegal dengan membuat peraturan daerah serta menciptakan alternatif pekerjaan selain di sektor wisata agar masyarakat penambang emas ilegal mau beralih profesi.
2.
Pengadaan dan penambahan sarana prasarana harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pengunjung
kawasan
wisata
Musiduga,
namun
tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Terutama perbaikan mushola dan tempat sampah, pengadaan papan penunjuk jalan menuju obyek wisata dan penambahan gazebo yang lebih merata pada setiap obyek wisata sehingga pengunjung lebih nyaman untuk berekreasi di kawasan Musiduga. 3.
Pada penelitian ini, nilai WTP pengunjung dapat dijadikan acuan oleh Pemerintah Daerah dalam penetapan tarif masuk kawasan wisata Musiduga.
4.
Pemerintah Daerah harus dapat lebih meningkatkan kegiatan promosi melalui media cetak dan elektronik agar menarik wisatawan lokal dan mancanegara sehingga meningkatkan daya beli pengunjung yang
diharapkan dapat meningkatkan dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar kawasan wisata Musiduga. 5.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk analisis segmentasi tiket pada setiap obyek wisata dan penelitian jalur paket wisata di kawasan wisata Musiduga sehingga dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga.
DAFTAR PUSTAKA Anom, I. P. 2010. Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development). http://balisustain.blogspot.com/2010/08/ pembangunankepariwisataan.html. Diakses: 10 Februari 2011. Anonim. 2007. Sumatera Barat. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat. Diakses: 18 Maret 2011. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia. 1990. Kepariwisataan. Nomor 9. Buckley, et al. 2008. Recrational Demand For Form Commonage In Ireland: A Contingent Valuation Assesment. Jurnal Land Use Policy. Vol. 26. no. 846: 846-854. Cooper, et al. Editor. 1998. Tourism: Principles and Practice. Edisi ke-2. Pearson Education Limited. England. Departemen Kehutanan. 1989. Kamus Kehutanan Edisi Pertama. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Dinas
Parsenibudpora Kabupaten Sijunjung. Wisata alam. Http://sijunjung.go.id/?mod=konten&menu=wisata_alam. Diakses: 20 Desember 2010.
Dingin M. 2011. Pertambangan Liar dan kerusakan lingkungan (Suatu Refleksi dalam Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia). http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=446. Diakses: 8 Juni 2011. Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Firandari, T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Hanley, N dan CL Spash. 1993. Cost Benefit Analysis and The Environment. Edwar Elger Publishing Limited. Hanst-England. Juanda, B. 2009. Ekonometrika 1. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kardina, D.S.L. 2005. Analisis Kesediaan membayar Biaya Remediasi Bagi Masyarakat Pertambangan Emas Tanpa Ijin terhadap Pencemaran Sungai Cikaniki di Kabupaten Bogor. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Kurniawan, E. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Mardalis, 2004. Metode Penelitian. PT Bumi Aksara, Jakarta. Mubyarto dan Suratno. 1981. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yayasan Agro Ekonomika. Yogyakarta. Mukri, A. R. 2008. Sektor Pariwisata Sumatera Barat Mutiara yang Belum Tergarap.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Sektor+ Pariwisata+Sumatra+Barat+Mutiara+yang+Belum+Tergarap&dn=20080 426231618. Diakses: 31 Desember 2010. Ngadiran, et al. 2002. Dampak Sosial Budaya Penambangan Emas di Kecamatan Mandor Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat. Tesis. Program Studi Ketahanan Nasional. Universitas Gajah Mada. Pangesti, M.H.T. 1995. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Perhutanan Sosial (studi kasus: KPH Cianjur, Jawa Barat). Tesis. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Porter M.E., et al.1990. Executive Summary: Competitiveness and Stages of EconomicDevelopment.http://www1.eeg.uminho.pt/economia/priscila/int ocaveis/LEA_CI/Execsumm_gcr.pdf. Diakses: 8 Juni 2011. Rimbawanti, A. 2003. Studi Potensi Wisata Alam dan Konsep Pengembangannya di Areal HTI PT> Finnantara Intiga Distrik I Mengkiang Unit Sanggau Kec. Kapuas Kab. Sanggau Prop. Kalimantan Barat. Skripsi. Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Samsiarni. 2009. Benarkah Sumbar Siap Menjadi Daerah Tujuan Wisata Unggulan?. http://padang-today.com/?mod=artikel&today=detil&id=450. Diakses: 18 Juni 2011. Sevilla, et al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah, Alimuddin Tuwu. UI-Press. Jakarta. Siallagan, M. B. 2010. Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor. Skripsi. Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Siswanto, H. 2006. Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata serta Alternatif Perencanaan Paket Wisata di Kabupaten Merangin Propinsi Jambi. Skripsi. Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor.
Soerjani, M., et al. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan kependudukan dalam Pembangunan. Universitas Indonesia. Jakarta. Soetanto, H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Dan Teknologi Tepat Guna Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong.Makalah.http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=co m_content&View=article&id=78:makalah-utama&catid=50: prosoding & ltemid=33. Diakses: 26 Juni 2011. Suasanai, P.S. 2008. Persepsi Multipihak dan Dampak Sosial Ekonomi Pengelolaan Kampung Wisata Cinangneng (KWC) terhadap Masyarakat Sekitar. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Bima Grafika. Jakarta. Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen Teori Penerapannya dalam Pemasaran. Editor. Lolita Krisnawati. Ghalia Indonesia. Jakarta. Suwantoro, G. 2002. Dasar-dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier. Burlington. Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Akademika Presindo. Jakarta. Yoeti, O. A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 2006. Tours and Travel Marketing. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 2008. Ekonomi Pariwisata Introduksi, Informasi, dan Aplikasi. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Kuesioner Penelitian No Responden………………………… Tanggal Wawancara…………………… Kuesioner ini digunakan untuk penelitian Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan oleh Ratih Trianita, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Saya akan menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Terimakasih atas kesediaannya. A. 1. 2. 3. 4. 5.
Karakteristik Responden Nama : ………………………………….. Jenis Kelamin : L/P (lingkar) Usia :…………… Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Diploma/S1/S2/S3 Status Perkawinan……. a. Menikah b. Belum menikah Jika sudah menikah, berapa jumlah anggota keluarga?..........orang 6. Tempat tinggal: Desa/kelurahan…………………….kecamatan…………kabupaten………… 7. Pekerjaan pokok : a. Pegawai Negeri sipil/BUMN f. Ibu Rumah Tangga b. TNI/ABRI g. Pensiunan c. Pegawai Swasta h. Buruh/pabrik d.Pengusaha/Wiraswasta I .Pelajar/Mahasiswa e. Petani j.Lain-lain (sebutkan)………………
B. Motivasi Responden 1. Anda datang ke tempat ini: a. sendiri b. kelompok c. keluarga 2. Anda melakukan rekreasi pada waktu: a. libur b. tidak harus hari libur c. akhir pekan 3. Biasanya anda datang ke lokasi ini hari:……………… 4. Apa yang mendorong anda untuk datang kesini? (jawaban boleh dari satu) a. Belum pernah berkunjung ke tempat ini b. Mudah dijangkau c. Diajak teman d. Mendengar cerita pengalaman orang e. Melihat obyek yang menarik f. Lainnya (sebutkan)…………… 5. Berapa lama anda berekreasi disini? a. 1 jam b. 2 jam c. 3 jam d. lebih dari 3 jam
6. 7. 8. 9. 10.
11. 12.
13.
14. 15.
Frekuensi kunjungan anda ke kawasan ini?...........kali Bagaimana menurut anda perjalanan menuju lokasi ini? a. mudah b. sulit Berapa lama waktu yang anda tempuh menuju lokasi ini?............................ Apakah sebelumnya anda sudah mengetahui tempat wisata Musiduga? a. ya b. tidak Jika ya, anda mengetahui tempat ini dari siapa? a. Teman/keluarga b. Surat kabar/majalah c. radio/televisi d. brosur e. lainnya………… Apakah anda berkeinginan untuk datang lagi kesini? a. ya b. tidak Jika ya, apa yang membuat anda untuk datang kesini lagi? a. Lokasinya dekat dari rumah b. Biaya rekreasi murah c. tempatnya indah dan menarik d. lainnya…………. Selain Musiduga, tempat wisata alternatif anda? a. Talabang Sakti c. Aia Angek b. Kandi Sawahlunto d. lainnya………. Apa alasan anda berkunjung ke tempat tersebut?.................... Adakah tempat wisata alternatif anda untuk berekreasi yang sejenis dengan Musiduga? a. ada, sebutkan………. b. tidak
C. Aktivitas Responden 1. Jumlah yang ikut berkunjung ke kawasan ini? a. sendiri b. berdua c. bersama keluarga/lkelompok (…..orang) 2. Kegiatan apa yang dilakukan/ disukai di kawasan ini a. Wisata gua b. Arung jeram c. panjat tebing d. Menikmati panorama alam e. Penelitian f. Fotografi g. Memancing h. Lainnya……………………….. 3. Perlengkapan apa yang anda bawa ? a. kamera b. teropong c. tape recorder d.lainnya/tidak ada D. Preferensi Responden Terhadap Keberadaan Musiduga 1. Obyek unggulan apa yang suka anda kunjungi? a. Ngalau Seribu c. Pasir Putih e. Arung jeram b. Ngalau Talago d. Air Terjun
2. 3.
4.
5.
Adakah hambatan untuk sampai ke obyek unggulan tersebut? a. Ya, sebutkan………………….. b. tidak Menurut anda, kondisi lingkungan setelah ada obyek wisata Musiduga? a. Menambah Keindahan Pemandangan b. Menjaga keasrian lingkungan c. Membuat udara segar d. Menimbulkan sampah Bagaimana kesan anda setelah berkunjung pada kawasan ini a. Puas d. Ingin datang kembali b. Menyenangkan e.. Tidak menyenangkan c. kecewa f. perlu diperbaiki Menurut anda sejauh mana peran pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan Musiduga?dalam hal apa? a. sarana infrastruktur b. pelatihan c. membantu pemasaran d. informasi e. lainnya………
E. Pendapatan 1. Berapa pendapatan anda per-bulan a. Kurang dari Rp 1.000.000 tepatnya Rp.............. b. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 tepatnya Rp.............. c. Rp 2.000.000,1 – Rp 3.000.000 tepatnya Rp.............. d. Lebih dari Rp 3.000.000 tepatnya Rp.............. 2. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan? a. ya, bekerja sebagai…………….. b. tidak 3. Jika ya, berapa pendapatan sampingan anda per bulannya?...................................... 4. Jika anda sudah menikah, apakah pendapatan selain dari pendapatan anda, jika ya maka kisaran pendapatan perbulan tersebut adalah a. Kurang dari Rp 500.000 tepatnya Rp............ b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 tepatnya Rp............ c. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000` tepatnya Rp............. tepatnya Rp................ d. Lebih dari Rp 2.000.000 F. Willingness To Pay 1. Menurut anda, perlukah pembayaran tiket masuk di tempat wisata ini? a. Perlu b.tidak Skenario Usaha pengembangan tempat wisata Musiduga memerlukan dana yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan pengelolaan tempat wisata dimana sumber pendapatan berasal dari Pemda. Namun, dana dari Pemda tersebut belum mencukupi untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga. Selanjutnya dana tersebut akan dialokasikan untuk penyediaan fasilitas-fasilitas dan pengadaan prasarana dan sarana yang mendukung aktivitas rekreasi di kawasan wisata Musiduga, meningkatkan daya tarik wisata, serta untuk upaya pemeliharaan lingkungan tempat wisata. Oleh karena itu Pemda berencana mengadakan penetapan harga tarif masuk kawasan wisata.
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia untuk membayar tiket masuk dalam rangka pengembangan dan perawatan dan pelestarian lingkungan di Musiduga? a. Ya b. tidak Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan selanjutnya 3 .Berapa harga tiket maksimum yang bersedia anda bayarkan untuk pengembangan dan perawatan wisata di Musiduga? d. Rp 5.000 g. Rp 8.000 a. Rp 2.000 b. Rp 3.000 e. Rp 6.000 h. Rp 9.000 c. Rp 4.000 f. Rp 7.000 i. Rp 10.000 G. Harapan dan Saran 1. Apa harapan dan saran anda dari keberadaan Musiduga ini? ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... Terimakasih atas kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, Semoga amal kebaikan anda dibalas oleh Yang Maha Kuasa. Amin.
Lampiran 2. Hasil Estimasi Pendugaan Model Logistic Regression Table Predictor Constant JTK PNDDKN LME PNDPTN PDJPPEI PNYLH
Coef 20,6378 -2,34198 1,70510 -1,91067 -0,0000024 1,20796 2,97534
SE Coef 13,7078 1,58328 1,55989 1,13048 0,0000014 1,86070 1,80511
Z 1,51 -1,48 1,09 -1,69 -1,65 0,65 1,65
Odds P Ratio 0,132 0,139 0,10 0,274 5,50 0,091 0,15 0,098 1,00 0,516 3,35 0,099 19,60
95% CI Lower Upper 0,00 0,26 0,02 1,00 0,09 0,57
2,14 117,04 1,36 1,00 128,37 674,08
Log-Likelihood = -6,327 Test that all slopes are zero: G = 46,641, DF = 6, P-Value = 0,000 Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance Hosmer-Lemeshow
Chi-Square 12,2809 12,6544 1,7813
DF 38 38 8
P 1,000 1,000 0,987
Measures of Association: (Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Concordant Discordant Ties Total
Number 496 8 0 504
Percent 98,4 1,6 0,0 100,0
Summary Measures Somers' D Goodman-Kruskal Gamma Kendall's Tau-a
0,97 0,97 0,40
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Muaro Gambok, Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 20 Januari 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Ermayulis, SH dan Nelbahren AN, Spd.I. Pendidikan formal diawali di TK Pertiwi Gambok, tahun 1995 melanjutkan pendidikan ke SDN 27 Muaro Ganting Mudik, tahun 2001 melanjutkan pendidikan ke SMPN 7 Sijunjung dan tahun 2005 melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Sijunjung. Tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, Tahun 2008 penulis aktif pada organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) sebagai Staf divisi Perekonomian dan aktif pada Himpunan Mahasiswa Sawahlunto, Sijunjung dan Dharmasraya (HIMASWISS) sebagai bendahara selama satu tahun. Tahun 2009 penulis aktif pada organisasi himpunan mahasiswa Resource Economics and Environmental Students Association (REESA) sebagai bendahara umum selama satu tahun. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Penulis menyusun skripsi yang berjudul “Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan” dibawah bimbingan Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, SP, M.Sc.