1
PENILAIAN KONDISI KEASAMAN PERAIRAN PESISIR DAN LAUT KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN PADA MUSIM PERALIHAN I
SKRIPSI
Oleh: NOVITA DWI YANTI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
i
ABSTRAK NOVITA DWI YANTI. L11112261. “Penilaian Kondisi Keasaman Perairan Pesisir dan Laut Kabupaten Pangkajene Kepulauan pada Musim Peralihan I” dibawah bimbingan Muhammad Lukman sebagai Pembimbing Utama dan Syafyuddin Yusuf sebagai Pembimbing Anggota. Alkalinitas dan derajat keasaman (pH) berperan penting dalam memahami kondisi Ocean Acification (pengasaman laut). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran nilai alkalinitas dan pH pada tiap lokasi serta jarak yang berbeda dari daratan utama. Sampel air diambil pada bulan Maret 2016 di perairan sekitar muara Sungai Labakkang, muara Sungai Pangkep, perairan Pulau Saugi, dan Pulau Camba Cambang. Pengukuran Total Alkalinitas (TA) dilakukan dengan menggunakan metode potensiometrik titik tunggal (single point potentiometric) dan pengukuran pH menggunakan pH meter digital. Data alkalinitas dan pH pada empat lokasi penelitian diuji menggunakan analisis varian satu arah (one way ANOVA). Untuk mengetahui sebaran pH dan alkalinitas diuji menggunakan analisis varian dua arah (two way ANOVA). Parameter lingkungan yang diukur meliputi suhu dan salinitas. Nilai alkalinitas bervariasi antara 103,84 µmol/L – 349,96 µmol/L. Selanjutnya nilai pH antara 6,80 – 7,90. Nilai pH dan alkalinitas dipengaruhi oleh suhu dan salinitas serta buangan limbah rumah tangga dan industri. Perbedaan lokasi penelitian berpengaruh terhadap nilai alkalinitas dan pH. Sementara perbedaan jarak berpengaruh terhadap sebaran pH, namun tidak berpengaruh terhadap sebaran total alkalinitas. Kata Kunci : pH, alkalinitas, muara sungai.
ii
PENILAIAN KONDISI KEASAMAN PERAIRAN PESISIR DAN LAUT KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN PADA MUSIM PERALIHAN I
NOVITA DWI YANTI
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi
: Penilaian Kondisi Keasaman Perairan Pesisir dan Laut Kabupaten Pangkajene Kepulauan pada Musim Peralihan I
Nama
: Novita Dwi Yanti
NIM
: L111 12 261
Jurusan
: Ilmu Kelautan
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
Dr. Muh. Lukman, ST. M.Mar,Sc NIP. 19711206 199802 1 001
Dr. Syafyuddin Yusuf, ST, M.Si NIP. 19690719 199603 1 004
Mengetahui,
Tanggal Lulus
iv
RIWAYAT HIDUP
Novita Dwi Yanti, lahir di Lebani pada tanggal 02
September
1994.
Anak
kedua
dari
lima
bersaudara ini merupakan putri dari pasangan Attar dan Hj. Hartini. Penulis lulus dari SD Negeri 270 Lebani Kabupaten Luwu pada tahun 2006, lulus dari SMP Negeri 4 Belopa Kabupaten Luwu pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya yaitu SMA Negeri 1 Belopa Kabupaten Luwu dan lulus pada tahun 2012. Penulis berhasil diterima di Universitas Hasanuddin Makassar melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2012 dan sejak itu terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten Vertebrata Laut. Di bidang keorganisasian mahasiswa, penulis bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan FIKP-UH 2014/2015. Penulis melakukan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata Gelombang 90 di Kabupaten Barru dan Praktek Kerja Lapang di Pusat Penelitian dan Pengembangan Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Puslitbang LP3K) dan di Koperasi Serikat Merdeka (Kospermindo), serta melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Kondisi keasaman Perairan Pesisir dan Laut Kabupaten Pangkajene pada Musim Peralihan I” pada tahun 2016.
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan, mulai dari pengumpulan literatur, pengerjaan data sampai pada pengolahan data maupun dalam tahap penulisan. Namun dengan kesabaran dan ketekunan sebagai mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini bisa selesai. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada : 1.
Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Attar dan Ibunda Hj. Hartini Haeridah, yang telah mencurahkan seluruh perhatian dan kasih sayang yang tiada habisnya, memberi dorongan dan motivasi, serta bantuan baik materi maupun doa yang tak pernah putus.
2.
Kepada saudara kandung yang selalu meluangkan waktu, materi dan kasih sayang, Feriwansa Attar, Muh.Rialdi Almaezar, Muh.Rifqi Alfarizi, dan Muh.Fahri Arrahman. Dan juga kepada semua keluarga yang telah memberikan dukungan materi serta nasehat yang bermanfaat.
3.
Bapak Dr. rer. net. Muhammad Lukman, ST., M.Mar,Sc selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan perhatian dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Bapak Dr. Syafyuddin Yusuf, ST., M.Si selaku pembimbing anggota dan penasehat akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan nasehat selama penulis menjadi mahasiswa.
5.
Bapak Dr. Ir. Muhammad Farid Samawi, M.Si, Bapak Dr. Ir. Abd. Rasyid J, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si selaku dosen penguji atas segala masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
6.
Bapak Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin beserta seluruh stafnya.
7.
Dr. Mahatma Lanuru, ST, M.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu Kelautan beserta Para Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis, baik dalam studi di kelas, praktik lapangan, maupun secara informal.
8.
Kepada pak Gatot, pak Sapril, ibu Surya, pak Yesi, dan semua pegawai fakultas yang telah memberikan kelancaran dalam pengurusan berkas.
vi
9.
Kepada kak Nurfadilah, S.Kel., M.Si yang selalu membantu dan sabar membimbing dalam penelitian dan penyelesaian skripsi. Serta kepada tim penelitian saya (Andi Sompa, Sry Ayuwandira, dan Iswari Darimun), teman seperjuangan penelitian hingga penyelesaian skripsi.
10. Kepada kak Reza, kak Takbir, dan kak Dedof yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengantarkan kami ke lokasi penelitian. 11. Teman-teman seangkatanku “IK ANDALAS” yang selalu kompak dan menemani masa-masa sulit maupun bahagia selama di bangku perkuliahan. Terkhusus kepada kalian, teman adalah nomor satu dan jangan pernah melupakan masa indah dan suram kita karena akan menghibur dihari esok. 12. Kepada Muhammad Faizal, ST yang selalu setia menemani, menghibur, menyemangati, dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 13. Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu tapi tidak sempat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala bantuannya. Semoga Allah SWT membalas semua bentuk kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ................................................................................................................. i HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi I.
II.
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 A.
Latar Belakang .....................................................................................1
B.
Tujuan dan Kegunaan ..........................................................................3
C.
Ruang Lingkup .....................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5 A.
Asidifikasi (Ocean Acidification) dan Karbondioksida (CO2)..................5
B.
Derajat Keasaman (pH) ........................................................................8
C.
Alkalinitas .............................................................................................9
D.
Parameter In-Situ ...............................................................................11 1.
Salinitas ...........................................................................................11
2.
Suhu ................................................................................................ 12
III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................................ 14 A.
Gambaran Umum Penelitian ..............................................................14
B.
Alat dan Bahan ...................................................................................14
C.
Prosedur Kerja ...................................................................................15 1.
Lapangan ........................................................................................15
2.
Laboratorium ...................................................................................16
D.
Pengolahan Data................................................................................16
E.
Analisis Statistik .................................................................................17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 18 A.
Kondisi Oseanografi Perairan .............................................................18 1.
Suhu ................................................................................................ 18
2.
Salinitas ...........................................................................................20
B.
Perbedaan Nilai Alkalinitas dan pH pada Tiap Lokasi .........................22 1.
pH (Derajat Keasaman) Perairan .....................................................23
viii
2.
Alkalinitas Perairan ..........................................................................25
C. Sebaran Nilai Alkalinitas dan pH dari Beberapa Lokasi Perairan dengan Jarak yang Berbeda dari Daratan Utama ...................................................27 1.
Sebaran pH (Derajat Keasaman) di Perairan ...................................27
2.
Sebaran Alkalinitas di Perairan ........................................................28
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 30 A.
Simpulan ............................................................................................30
B.
Saran .................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 31 LAMPIRAN ............................................................................................................. 35
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari parameter oseanografi perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep .......................18
2.
Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari pH dan alkalinitas di perairan pesisir dan pulau Kabupaten Pangkep ........................................22
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Reaksi air dengan CO2 membentuk asam karbonik ....................................6
2.
Lokasi Penelitian ......................................................................................14
3.
Botol niskin ..............................................................................................15
4.
pH meter dan conductivitymeter ...............................................................16
5.
Kisaran suhu di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep .................19
6.
Kisaran salinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep ............21
7.
Nilai pH di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep..........................24
8.
Nilai total alkalinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep .......25
9.
Sebaran pH pada jarak yang berbeda dari daratan utama ........................27
10. Sebaran alkalinitas pada jarak yang berbeda dari daratan utama .............29
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Data Hasil Penelitian ..............................................................................36
2.
Uji Normalitas .........................................................................................38
3.
Uji One Way ANOVA perbandingan nilai pH dan alkalinitas pada tiap lokasi ......................................................................................................39
4.
Uji Two Way ANOVA sebaran pH berdasarkan jarak dari daratan utama ...............................................................................................................40
5.
Uji Two Way ANOVA sebaran alkalinitas berdasarkan jarak dari daratan utama .....................................................................................................41
6.
Grafik Pasang Surut di Perairan muara Sungai Pangkep .......................42
7.
Data Kedalaman di Muara Sungai Labakkang dan Muara Sungai Pangkep .................................................................................................43
8.
Foto Penelitian .......................................................................................44
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan ancaman tingkat global yang berdampak pada perairan lingkungan pesisir dan laut. Akhir-akhir ini istilah pemanasan global sangat populer terutama di negara-negara maju. Hal ini sangat beralasan karena beberapa hasil riset menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan suhu bumi yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (terutama CO2 dan CH4). Dua dampak yang sering dibicarakan karena pengaruh pemanasan global yaitu adanya peningkatan suhu udara atau permukaan bumi dan pencairan es di daerah kutub. Kedua dampak tersebut juga berpengaruh pada lingkungan laut karena atmosfir dan lautan adalah dua lingkungan yang saling berinteraksi dan mengontrol iklim di planet bumi. Jika terjadi peningkatan suhu udara, maka akan meningkatkan suhu permukaan laut dan berpengaruh terutama pada pola arus dan tekanan udara di berbagai lautan sehingga mengubah pola iklim atau cuaca di permukaan bumi (Sterr, 2001b). Demikian pula dampak dari adanya pencairan es di daerah kutub juga berpengaruh langsung terhadap lingkungan laut, yaitu terjadinya peningkatan paras laut atau yang lebih dikenal dengan sea level rise, SLR (Sterr, 2001b; Hupfer, et al., 2001). Konsentrasi CO2 di atmosfer berkisar antara 200 ppm - 280 ppm lebih selama 400.000 tahun sebelum masa industri. Konsentrasi CO2 di atmosfer sekarang mendekati 380 ppm sebagai hasil dari industri dan kegiatan penggunaan lahan manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, hanya setengah dari CO2 dihasilkan oleh kegiatan manusia yang terserap di atmosfer, sisanya sekitar 30% diserap oleh laut dan 20% oleh biosfer terestrial (Feely, et al., 2004). Perkiraan di masa yang akan datang konsentrasi CO2 di atmosfer dan laut,
2
berdasarkan World Ocean Circulation Experiment/Joint Global Ocean Flux Study, memperkirakan bahwa pada akhir abad ini tingkat CO2 bisa menjadi lebih dari 800 ppm. Model yang sesuai untuk lautan menunjukkan bahwa karbon anorganik terlarut di permukaan air mungkin dapat meningkatkan lebih dari 12%, dan konsentrasi ion karbonat akan menurun hampir 60%. Selain membentuk selimut perangkap panas, gas CO2 juga menyebabkan gejala pengasaman pada perairan sebagai akibat meningkatnya adsorpsi gas CO 2 dari atmosfir ke permukaan perairan. Selain itu peningkatan konsentrasi CO 2 di atmosfir juga akan mengubah kimia laut dan berimplikasi serius terhadap terumbu karang dan organisme penghasil kapur lainnya (Feely, et al., 2004). Sumber utama CO2 di perairan bukan hanya akibat dari masukan melalui atmosfir, tetapi juga melalui besarnya buangan bahan organik dari daratan, sebab bahan organik akan diurai oleh bakteri-bakteri tertentu dan akan menghasilkan CO2. Keadaan ini tentu saja akan merubah keseimbangan kimiawi air laut karena peningkatan kelarutan gas CO 2 diprediksikan akan mampu menurunkan pH hingga 7,7. Tingkat keasaman air laut rata-rata adalah 8 - 8,5 (Kleypas et al., 2006). Tingginya konsentrasi CO2 di perairan akan menyebabkan peningkatan derajat keasaman (pH) perairan atau biasa dikenal sebagai Ocean Acidification (OA). Alkalinitas dan pH adalah parameter yang penting dalam menilai ocean acidification. Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air tuntuk menetralkan asam atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan (Effendi, 2003). Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap terlentu terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin
3
tinggi alkalinitas maka kemampuan air untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi pH perairan semakin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat. Sedangkan pH adalah algoritma negatif dari konsentrasi ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik buruknya suatu perairan (Sastrawijaya, 1991). Di lingkungan laut, pH relatif lebih stabil dan biasanya berada dalam kisaran antara 7,5-8,4 (Nybakken, 1988). Biasanya pH air lautan 7,6 – 8,3 dan terutama mengandung ion HCO3-. Nilai pH tetap konstan yaitu 7,6 – 8,3. Fakta inilah yang menjamin berbagai jenis ikan laut dapat hidup. Pengukuran pH air laut itu sulit, sebab adanya pengaruh temperatur dan salinitas. Bila temperatur naik atau tekanan naik maka proses disosiasi itu merubah konstante disosiasi H2CO3, dan akibatnya pH turun dan kadar oksigen juga turun (Brotowidjoyo, dkk., 1999). Mengetahui nilai alkalinitas dan pH perairan sangat penting dalam memahami kondisi ocean acidification. Namun belum ada cukup penelitian yang fokus pada analisa komperhensif dari kondisi alkalinitas dan pH dari perairan pesisir dan laut Pangkep. Oleh karena itu, perlu dipahami kondisi kimia oseanografi dari perairan pesisir dan laut Pangkep, utamanya kondisi alkalinitas dan pH sebagai parameter kondisi ocean acidification. B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ini bertujuan untuk : a. Menganalisis perbedaan nilai alkalinitas dan pH pada tiap lokasi. b. Menganalisis sebaran nilai alkalinitas dan pH dari beberapa lokasi perairan dengan jarak yang berbeda dari daratan utama. Adapun kegunaannya yaitu sebagai informasi dalam pengembangan sistem penilaian kondisi perairan dari tekanan antropogenik dan alamiah.
4
C. Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi pada pengukuran nilai alkalinitas dan pH perairan berdasarkan perbedaan jarak dari daratan utama, serta pengukuran kondisi oseanografi (suhu dan salinitas) di perairan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Asidifikasi (Ocean Acidification) dan Karbondioksida (CO2) Atmosfer bumi mengandung karbondioksida dengan presentase yang relatif kecil, yakni sekitar 0,033%. Namun dari tahun ke tahun kadar CO2 cenderung mengalami peningkatan akibat dari penggundulan hutan dan pembakaran bahan bakar fosil. Sekitar setengah dari karbondioksida yang merupakan hasil pembakaran tersebut berada di atmosfer dan setengahnya lagi tersimpan di laut (Efendi, 2003). Meningkatnya konsentrasi karbondioksida di atmosfer (CO2) menyebabkan pemanasan global dan pengasaman laut (Fabry, et al., 2008) Rilis antropogenik CO2 di atmosfer menyebabkan pemanasan laut dan pengasaman. Ini telah diusulkan sebagai ancaman utama bagi organisme laut, terutama pada organisme yang mengandung kapur (CaCO3). Namun, penelitian mengenai pengasaman laut saat ini adalah penemuan baru dan relatif sedikit bukti eksperimental yang tersedia pada potensi dampak terhadap biota laut (Stump, et al., 2011). Pengasaman laut (ocean acidification) merupakan istilah yang diberikan untuk proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah terjadi akibat kenaikan penyerapan karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia. Menurut Jacobson (2005), pH di permukaan laut diperkirakan turun dari 8,25 menjadi 8,14 dari tahun 1751 hingga 2004. Larutnya CO2 di lautan dapat menyebabkan naiknya konsentrasi ion hidrogen (H+), sehingga akan mengurangi nilai pH dan mengakibatkan lautan bersifat asam. Disamping itu, menurut Orr et al., (2005), sejak dimulainya revolusi industri pH lautan telah menurun sebesar kurang lebih 0,1 satuan yang setara dengan peningkatan 30% ion hidrogen dan diperkirakan akan terus menurun hingga 0,3 s/d 0,4 satuan pada tahun 2100. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya gas CO 2 yang
6
berasal dari berbagai aktivitas manusia yang diserap lautan tersebut. Perairan yang asam juga cenderung menyebabkan terjadinya pengurangan kalsifikasi untuk pembentukan cangkang ketika terpapar oleh naiknya kadar CO2, contohnya pada kerang-kerangan dan hewan bercangkang. Era revolusi industri banyak menimbulkan hasil sampingan berupa limbah zat kimia berbahaya serta polusi gas yang hingga kini masih menjadi sorotan masalah pemanasan global yaitu emisi karbon dioksida (CO 2) (Kendo, dkk., 2013). Peneliti menemukan bahwa laut telah menjadi salah satu penyerap CO2 terbesar setelah hutan sehingga memperlambat dampak polusi gas CO 2 terhadap atsmosfer bumi. Asidifikasi atau menurunnya pH pada suatu larutan hingga keadaan asam merupakan fenomena yang terjadi akibat adanya reaksi antara air laut dengan gas CO2. Reaksi antara air laut dengan gas CO 2 tersebut akan membentuk asam karbonik yang akan menurunkan pH air laut terutama pada daerah didekat permukaan (Kabangnga’, 2015).
Gambar
1.
Reaksi air dengan CO 2 membentuk asam karbonik (http://safeharborenv.com/climate-change/climate-change-andocean-acidification/)
7
Turunnya pH air laut menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap makhluk hidup di dalam ekosistem laut. Dampak terbesar dialami oleh hewan karang yang sensitif terhadap suhu dan pH lingkungan. Karang akan berlendir sebagai respon terhadap lingkungan yang tidak sesuai terhadap kelangsungan hidup karang dan dampak terburuknya adalah matinya hewan karang sehingga terumbu karang memutih atau dikenal dengan bleaching (Cormap II, 2009; Kendo, dkk., 2013). Sistem bikarbonat pada air laut, pada dasarnya mengikuti persamaan disosiasi sebagai berikut:
Peningkatan konsentrasi CO2 dan suhu sebagai komponen utama pengasaman laut dapat mempercepat pemutihan (bleaching) dan menghambat pertumbuhan pada karang. Selain itu juga dapat menghambat pertumbuhan populasi fitoplankton (berkapur dan tidak berkapur), makroalga, dan komunitas fitoplankton tropik. Dampaknya diprediksi semakin parah dan berpotensi merusak ekosistem dengan terganggunya produktivitas primer (Sahabuddin, 2015). Rusaknya
terumbu
karang
akan
memengaruhi
kelimpahan
dan
keanekaragaman hewan lain yang berasosiasi dengan karang seperti ikan karang, molusca, dan invertebrata lainnya. Asidifikasi air laut juga memengaruhi ikan secara hormonal sehingga menyebabkan anomali reproduksi. Dampak secara langsung juga dialami kerang-kerangan yang tidak tahan terhadap pH rendah sehingga cenderung menghindari perairan yang dangkal. Semua hal tersebut akan merubah pola rantai makanan terutama organisme dengan posisi terbawah dalam rantai makanan. Kurang lebih 22 juta ton gas CO 2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia diserap oleh lautan setiap harinya. Kesadaran akan kerusakan yang terjadi di
8
laut akibat ulah manusia ini perlu dibangun. Manusia harus mulai mampu untuk mengontrol emisi gas buang CO2 karena jika tidak, organisme laut akan berada di dalam tekanan untuk beradaptasi terhadap perubahan kimia air laut atau musnah karenanya (Burke, et al., 2012). B. Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas air. Nilai pH adalah gambaran jumlah atau aktivitas hidrogen dalam air. Secara umum, nilai pH menunjukkankan seberapa asam atau basa suatu perairan (Widigdo, 2001). Pengertian pH (power of Hydrogen) sebenarnya adalah sebuah ukuran tingkat asam (acidity) atau basa (alkalinity) dari air tersebut. Tingkat pH pada air laut berkisar antara 7,6-8,4 (Nursaiful, 2004). Kenaikan pH pada perairan akan menurunkan konsentrasi CO2 terutama pada siang hari ketika proses fotosintesis sedang berlangsung. Derajat keasaman atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung pada beberapa faktor yaitu, kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garamgaram karbonat dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan (Barus, 2004). Menurut Kusumaningtyas (2014), pH semakin meningkat ke arah laut lepas. Tinggi rendahnya pH dapat disebabkan oleh sedikit banyaknya bahan organik dari darat yang dibawa melalui aliran sungai. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air laut pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8.5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan menganggu kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan pada proses metabolisme dan
9
respirasi. Perubahan pH di atas netral akan meningkatkan konsentrasi amonia yang bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2004). Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan perairan sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kondisi suatu perairan sebagai lingkungan tempat hidup (Odum, 1971). Nilai pH erat kaitannya dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH <5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH maka semakin tinggi pula alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas (Mackereth, et al., 1989). Menurut Suciaty (2011), alkalinitas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap besarnya nilai pH air laut. Selain itu, terdapat pula faktor fisis lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pH seperti suhu, salinitas, curah hujan, perubahan musim, dan fenomena ENSO (El-Niño/La-Niña Southern Oscillation). Triyulianti, dkk (2012) menyatakan bahwa variabilitas suhu dan salinitas secara tidak langsung juga menyebabkan bervariasinya nilai pH dan alkalinitas yang terukur. Nilai pH di laut tidak akan drop karena air laut mengandung zat-zat penyangga (buffer) alami yang berfungsi mempertahankan pH level seperti bikarbonat, karbonat, kalsium, borat, dan hidroksida. Kemampuan air laut untuk mempertahankan turunnya pH akibat penambahan asam disebut alkalinitas, buffering capacity, dan carbonate hardness (KH atau dKH) (Nursaiful, 2004). C.
Alkalinitas Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk menetralkan asam-asam
lemah, meskipun asam lemah atau basa lemah juga dapat sebagai penyebabnya. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO 3-),
10
karbonat (CO3-), dan hidroksida (OH-). Garam dari asam lemah lain seperti : borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan amonia (NH3) juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas dalam jumlah sedikit (Limbong, 2008). Alkalinitas adalah kemampuan perairan untuk menetralisir asam. Weiner (2008) menjelaskan alkalinitas air sebagai kapasitas air dalam menetralisir asam. Sebaliknya, kapasitas menetralisir basa disebut acidity (keasaman). Alkalinitas dan acidity penting bagi organisme laut termasuk ikan, karena alkalinitas menyangga (buffer) perubahan pH yang tejadi di perairan, baik secara alami maupun antropogenik (akitifitas manusia, seperti pencemaran). Selanjutnya, Grasshoff, dkk., (1984) menjelaskan lebih operasional tentang alkalinitas sebagai kuantitas dari ion hidrogen dalam millimoles (mmol) untuk menetralisir basa lemah dalam 1 kg air laut. Total Alkalinitas adalah sejumlah asam yang dibutuhkan untuk menurunkan pH air sampel hingga ke suatu titik dimana seluruh bikarbonat [HCO 3-] and karbonat [CO3-] dapat diubah menjadi asam karbonat [H2CO3]. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah titik kesetimbangan asam karbonat atau titik akhir asam karbonat (Triyulianti, dkk., 2012). Millero (2006) mengungkapkan bahwa variasi nilai salinitas permukaan di samudera atlantik dan samudera oseanik sama dengan variasi nilai alkalinitas. Selain itu karakter suhu di perairan telah mempengaruhi aktivitas biologis organisme salah satunya adalah proses formasi atau pembentukan CaCO 3 oleh foraminifera dan pteripoda. Kolom permukaan perairan umumnya memiliki suhu yang lebih hangat sehingga organisme pembentuk cangkang akan meningkatkan formasi CaCO3 sehingga menurunkan nilai alkalinitas. Bertambahnya kedalaman maka akan dijumpai suhu yang semakin dingin (colder) dan memiliki nilai alkalinitas yang lebih tinggi karena adanya proses dissolasi CaCO3.
11
Di perairan laut, kontributor untuk alkalinitas selain karbonat (HCO 3-, CO32-, atau carbonate alkanility (CA)) adalah borat (B(OH)4-, borate alkalinity, BA), ionion fosfat (HPO42-, PO43-, H3PO4), dan ion hidroksi (OH-). Oleh karena itu, alkalinitas diperairan laut lebih dikenal dengan istilah Alkalinitas Total (Total Alkalinity (TA)) yang didefinisikan sebagai jumlah dari konsentrasi semua anion dari asam-asam lemah yang ada dalam perairan laut. Dari semua anion asam lemah yang ada, hanya CA dan BA yang memberikan kontribusi yang penting dalam penentuan TA. Sehingga TA dapat dihitung dengan persamaan berikut: TA = CA + BA dimana, CA = [HCO3-] + 2 [CO32-] , sedangkan BA = [B(OH)4-] sehingga persamaan diatas dapat ditulis: TA = [HCO3-] + 2 [CO32-] + [B(OH)4-] Penentuan TA dilakukan dengan metode potensiometrik titik tunggal (single point potentiometric), yaitu dengan menurunkan pH air laut yang akan diukur alkanitasnya hingga pHnya mencapai angka antara 3 dan 4. Penurunan pH ini dilakukan dengan menambahkan asam kuat yang diketahui konsentrasinya (misalnya: 0.01 M HCl). Nilai pH dapat diukur dengan menggunakan pH meter. Perlakuan menggunakan asam kuat karena alkalinitas tersusun oleh anion dan cenderung mengikat asam menjadi asam yang tidak terpisah. D. Parameter In-Situ 1.
Salinitas Salinitas adalah jumlah garam-garam terlarut yang terkandung dalam satu
kilogram air laut, yang dinyatakan dalam satuan perseribu (ppt) (Nybakken, 1992). Menurut Nontji (1987), jenis garam yang paling banyak terdapat didalam air laut yaitu natrium klorida (NaCl). Selain itu terdapat pula jenis garam yang lain seperti magnesium, kalsium dan lain sebagainya.
12
Salinitas di daerah pesisir dapat berubah-ubah tergantung pengaruh masukan air tawar dari aliran air sungai. Berbagai aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi salinitas perairan pesisir akibat dari kegiatan yang dilakukan di dekat muara sungai, seperti pembendungan sungai atau kanal (Anggraeni, 2002). 2.
Suhu Pemanasan yang terjadi di permukaan laut yang terjadi pada siang hari tidak
seluruhnya dapat diabsorbsi oleh air laut karena adanya awan dan posisi lintang. Energi akan cukup banyak diserap ketika matahari berada di atas ketinggian di langit dan berkurang ketika dekat dengan horizon. Posisi matahari di daerah tropik dan subtropik yang selalu berada di atas horizon sepanjang musim menjadikan daerah ini lebih hangat dibandingkan umumnya di daerah kutub (Widodo dan Suadi, 2006). Dahuri, dkk., (2001) menyatakan bahwa di perairan nusantara, suhu air laut umumnya berkisar antara 28°C-38°C. Suhu permukaan laut (SPL) Indonesia secara umum berkisar antara 19°C-26°C. Karena perairan Indonesia dipengaruhi oleh angin musim, maka sebaran SPL-nya pun mengikuti perubahan musim. Suhu di laut adalah faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme (Nybakken, 1992). Selanjutnya Romimohtarto (2001) menyatakan bahwa suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di laut. Perubahan suhu dapat memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut. Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu tinggi akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan perairan bervariasi berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat
13
terjadi secara harian, musiman, tahunan atau dalam jangka waktu panjang (Romimohtarto, 2001).
14
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pangkajene Kepulauan selama bulan Maret - April 2016. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 19 Maret 2016 disepanjang muara Sungai Labakkang sebanyak 4 titik, muara Sungai Pangkep sebanyak 9 titik, di laut depan Pulau Saugi sebanyak 4 titik, dan di laut depan Pulau Camba Cambang sebanyak 3 titik (Gambar 2). Analisis sampel dilakukan pada bulan April 2016 di Laboratorium Konsorsium LP3K Universitas Hasanuddin, Makassar.
Gambar 2. Lokasi Penelitian B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu perahu motor sebagai alat transportasi di lapangan, GPS (Global Positioning System) untuk penentuan posisi pengambilan sampel, kamera underwater sebagai alat dokumentasi, botol
15
niskin untuk mengambil sampel air pada kedalaman 5 meter, botol sampel 100 ml sebagai tempat sampel air, pH meter untuk mengukur pH air, handrefracto meter untuk mengukur salinitas, DO meter untuk mengukur suhu, cool box sebagai tempat menyimpan sampel di lapangan, erlenmeyer sebagai wadah sampel, gelas ukur untuk mengukur banyaknya air sampel yang akan digunakan, buret untuk titrasi dan alat tulis untuk mencatat data. Bahan yang digunakan yaitu air laut sebagai sampel, larutan HCl 0,01 mol sebagai bahan uji untuk menurunkan pH air sampel,
larutan aquades untuk
menetralkan alat, tisu untuk membersihkan alat, gloves dan masker untuk melindungi dari paparan bahan kimia. C. Prosedur Kerja 1.
Lapangan Dalam penelitian ini, aktivitas di lapangan yaitu mengambil sampel air
dengan menggunakan botol niskin. Caranya botol niskin dilemparkan ke bawah laut sedalam 5 m, kemudian air dipindahkan dari botol niskin ke botol sampel sebanyak 100 ml, lalu air sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Selain itu, dilakukan pula pengukuran suhu dengan menggunakan DO meter dan salinitas dengan menggunakan handrefracto meter.
Gambar 3. Botol niskin
16
2.
Laboratorium Di dalam laboratorium, seluruh peralatan dan bahan dipersiapkan dan
disterilkan menggunakan larutan aquades. Sampel air laut diambil sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke tabung erlenmeyer. Kemudian ukur pH air tersebut menggunakan pH meter. Pada sampel air laut ditambahkan larutan HCl 0,01 m dengan menggunakan buret dan diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai pH air turun menjadi 3,5 lalu didiamkan selama ±10 menit. Kemudian ditambahkan larutan HCl kembali hingga pH air turun menjadi 3. Selanjutnya catat banyaknya volume/jumlah larutan HCl yang digunakan untuk menurunkan pH air. Selain itu dilakukan pula pengukuran salinitas kembali di laboratorium dengan menggunakan alat conductivity meter agar data semakin akurat.
Gambar 4. pH meter (kiri) dan conductivity meter (kanan) D. Pengolahan Data Rumus yang digunakan untuk menghitung total alkalinitas (Grasshoff, et al.,1983) adalah sebagai berikut :
17
TA (𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 ) = A-B A= B=
(𝐻𝐶𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)× 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐶𝑙 (𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 )) 𝑣𝑜𝑙. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙) (𝐻𝐶𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙)) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙)
𝑎𝐻+
× (𝑦𝐻+ )
E. Analisis Statistik Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan Ms.Excel dan grafik dengan menggunakan perangkat lunak Grapher 7. Untuk mengetahui perbedaan nilai pH dan alkalinitas pada tiap lokasi dianalisis dengan menggunakan analisis varian satu arah (one way ANOVA). Sedangkan untuk mengetahui sebaran pH dan alkalinitas dianalisis menggunakan analisis varian dua arah (two way ANOVA) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16.0.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Oseanografi Perairan Pada umumnya kondisi oseanografi di perairan pesisir berbeda dalam banyak hal dari lautan terbuka. Wilayah pesisir adalah bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi, aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pencemaran (Mony, 2004) Hasil pengukuran kondisi oseanografi (suhu dan salinitas) di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari parameter oseanografi perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep Lokasi Suhu (°C) Salinitas (ppt) Muara 30,1 - 32,8 4,5 – 27,1 Labakkang 31,8 ± 1,18 20,78 ± 10,91 Muara Pangkep 29,6 – 34,6 2,2 – 22,7 32,2 ± 1,84 8,5 ± 7,24 Pulau Saugi 31,3 – 31,7 21,2 – 29,6 31,6 ± 0,19 27,3 ± 4,04 Pulau Cambang 31,4 – 31,9 28,9 – 29,7 Cambang 31,7 ± 0,26 29,3 ± 0,40 1.
Suhu Suhu perairan di daerah estuari lebih bervariasi daripada perairan laut. Hal
ini disebabkan oleh dasar perairan estuari yang dangkal, sehingga di perairan estuari akan lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Hal lain yang menyebabkan variasi ini adalah limpasan air tawar dari sungai dan akibat dari perubahan musim (Nybakken, 1998). Hasil pengukuran parameter suhu menunjukkan bahwa suhu di muara sungai Labakkang berkisar antara 30,1°C - 32,8°C, dengan nilai rata-rata (±standar deviasi) sebesar (31,8°C ± 1,18°C), muara Sungai Pangkep 29,6°C 34,6°C (32,2°C ± 1,84°C), perairan Pulau Saugi 31,3°C – 31,7°C (31,6°C ± 0,19), dan perairan Pulau Camba Cambang 31,4°C – 31,9°C (31,7 ± 0,26) (Gambar 5).
19
Kisaran suhu yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Suhu di perairan muara Sungai Pangkep pada bulan April 2013 (musim peralihan) berkisar antara 28,8°C – 32,4°C (Lukman, dkk., 2014) dan di lokasi perairan laut Pangkep 30,0°C – 30,6°C (Nasir, dkk., 2015). Sementara pengukuran suhu di perairan Spermonde pada bulan Maret 2009 berkisar pada 26,8ºC – 30ºC (Rasyid dan Ibrahim, 2013). Kisaran suhu yang normal di perairan Indonesia (daerah tropik) yaitu antara 24°C - 32°C (Nontji, 1987).
Gambar 5. Kisaran suhu di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa suhu tertinggi berada di muara Sungai Pangkep, sedangkan suhu terendah berada di perairan Pulau Saugi. Tinggi rendahnya suhu tersebut bisa disebabkan oleh kedalaman perairan pada tiap lokasi pengambilan sampel. Perbedaan suhu pada perairan muara bisa disebabkan karena adanya pengaruh pasang surut dan kedalaman. Namun demikian pengaruh pasang surut diperkirakan sangat kecil kontribusinya terhadap perubahan suhu. Pengaruh kedalaman yaitu dangkalnya perairan dan luasnya permukaan air akan mempengaruhi perubahan suhu dimana suhu akan lebih panas (Supriyadi,
20
2002). Pada lokasi penelitian, muara Sungai Pangkep lebih dangkal dan luas permukaannya lebih besar daripada muara Sungai Labakkang. Supiyati, dkk., (2012) juga menyatakan bahwa semakin dalam suatu perairan maka suhu akan semakin rendah sedangkan semakin dangkal suatu perairan maka suhunya semakin tinggi. 2.
Salinitas Estuari dicirikan dengan fluktuasi salinitas yang sangat tinggi, gradien
salinitas akan tampak pada saat tertentu tetapi pola gradien bervariasi tergantung pada musim, topografi estuari, pasang surut dan masukan jumlah air tawar. Perairan estuari dapat mempunyai struktur salinitas yang kompleks karena selain merupakan pertemuan antara air tawar yang relatif ringan dan air laut yang lebih berat juga karena pengaruh pengadukan air (Mony, 2004). Hasil pengukuran salinitas menunjukkan bahwa salinitas di muara Sungai Labakkang berkisar antara 4,5 ppt – 27,1 ppt (20,78 ppt ± 10,91 ppt), muara Sungai Pangkep 2,2 ppt – 22,7 ppt (8,5 ppt ± 7,24 ppt), perairan Pulau Saugi 21,2 ppt – 29,6 ppt (27,3 ppt ± 4,04 ppt), dan perairan Pulau Camba Cambang 28,9 ppt – 29,7 ppt (29,3 ppt ± 0,40 ppt) (Gambar 6). Kisaran salinitas yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Salinitas di perairan muara Sungai Pangkep pada bulan April 2013 (musim peralihan) berkisar antara 0,41 ppt – 32,2 ppt (Lukman, dkk., 2014) dan di lokasi perairan laut Pangkep 31,8 ppt – 32 ppt (Nasir, dkk., 2015). Sementara pengukuran salinitas di perairan Spermonde pada bulan Maret 2009 berkisar pada 27 – 32,5 ‰ (Rasyid dan Ibrahim, 2013).
21
Gambar 6. Kisaran salinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa salinitas tertinggi berada di perairan Pulau Camba Cambang, sedangkan salinitas terendah berada di muara Sungai Pangkep. Perbedaan konsentrasi salinitas di perairan kemungkinan besar dipengaruhi oleh masukan air tawar dari aliran sungai dan berbagai aktifitas warga yang bermukim di sekitar lokasi penelitian (Anggraini, 2002).
Salinitas di muara Sungai Pangkep lebih rendah karena pada saat pengambilan data terjadi surut yaitu sekitar pukul 12.00 WITA sedangkan pengambilan data di muara Sungai Labakkang terjadi pasang yaitu pada pukul 08.00 WITA (Lampiran 5). Selain itu, area pengambilan data pada muara sungai Labakkang lebih dekat dengan perairan laut dibanding dengan pengambilan pada muara Sungai Pangkep. Supriharyono (2000) menyatakan bahwa perairan estuari (muara) umumnya memiliki salinitas sangat bervariatif dan cenderung rendah saat surut karena mendapatkan pengaruh aliran air tawar dan cenderung tinggi pada saat pasang karena mendapatkan pengaruh aliran air laut. Hela dan Laevastu (1970) menyatakan bahwa perubahan salinitas lebih sering terjadi pada perairan pantai daripada perairan terbuka. Hal ini disebabkan
22
karena banyaknya air tawar yang masuk terutama dari sungai dan pada musim hujan. Pendapat ini diperkuat oleh Neuman dan Pierson (1966), menyatakan bahwa di perairan pantai khususnya perairan estuari atau muara salinitasnya rendah dikarenakan adanya pengenceran (pengaruh air sungai). Adanya pengaruh musim hujan dan kemarau yang menyebabkan besar kecilnya transportasi dari massa air sungai dan menentukan tinggi rendahnya nilai salinitas di perairan estuari atau perairan muara. B. Perbedaan Nilai Alkalinitas dan pH pada Tiap Lokasi Derajat keasaman atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung pada beberapa faktor yaitu, kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garamgaram karbonat dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan (Barus, 2004). Nilai pH erat kaitannya dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH <5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH maka semakin tinggi pula alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas (Mackereth, et al., 1989). Hasil pengukuran pH dan alkalinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari pH dan alkalinitas di perairan pesisir dan pulau Kabupaten Pangkep Lokasi pH Alkalinitas (µmol/L) Muara 6,80 – 7,31 183,02 – 268,81 Labakkang 7,05 ± 0,21 231,94 ± 42,66 Muara Pangkep 6,87 – 7,78 103,84 – 242,16 7,45 ± 0,31 168,30 ± 47,29 Pulau Saugi 7,33 – 7,90 329,34 – 349,96 7,67 ± 0,24 351,06 ± 30,60 Pulau Cambang 7,45 – 7,51 312,98 – 336,78 Cambang 7,48 ± 0,03 323,13 ± 12,28
23
1.
pH (Derajat Keasaman) Perairan Parameter pH merupakan satuan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan,
biasanya digunakan untuk menyatakan derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Nilai pH sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan sehingga tinggi rendahnya pH dapat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya bahan organik yang dibawa melalui aliran sungai (Kusumaningtyas, dkk., 2014). Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: aktifitas biologi, aktifitas fotosintesis, suhu, kandungan oksigen, dan adanya kation dan anion (Pescod, 1973). Nilai pH air laut umumnya lebih besar dari nilai pH netral. pH permukaan air laut umumnya berkisar antara 7,9 dan 8,3 (Biondoff, et al., 2007). Variasi nilai pH juga didasarkan pada perbedaan region dan variasi musim. Pada perairan pesisir, variasi nilai pH berkisar antara rata-rata 7,5 dan 8,5 yang juga ditentukan oleh habitat. Nilai pH pada perairan pesisir juga memiliki fluktuasi musiman dan harian (Middelboe and Hansen, 2007; Wootton, et al., 2008). Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa pH di muara Sungai Labakkang berkisar antara 6,80 - 7,31 (7,05 ± 0,21), muara Sungai Pangkep 6,87 – 7,78 (7,45 ± 0,31), perairan Pulau Saugi 7,33 - 7,90 (7,67 ± 0,24), dan perairan Pulau Camba Cambang 7,45 - 7,51 (7,48 ± 0,03) (Gambar 7). Kisaran pH yang didapatkan cukup berbeda dengan pengukuran yang dilakukan di perairan Selatan Jawa dan Samudera Hindia oleh Triyulianti, dkk (2012) pada bulan Februari 2012 yang secara keseluruhan berada pada kisaran nilai 8.152 – 8.305 pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 meter. Tingginya hasil tersebut disebabkan karena pada bulan Februari merupakan musim kemarau dan tempat pengambilan sampel berada di laut lepas.
24
Gambar 7. Nilai pH di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai pH tertinggi berada di perairan Pulau Saugi dan pH terendah berada di muara Sungai Labakkang. Pada tiap lokasi, pH terendah selalu berada di titik yang paling dekat dari daratan utama. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh muatan organik dari aktifitas penduduk (limbah rumah tangga). Menurut Kusumaningtyas, dkk., (2014), pH semakin meningkat ke arah laut lepas. Tinggi rendahnya pH dapat disebabkan oleh sedikit banyaknya bahan organik dari darat yang dibawa melalui aliran sungai. Hasil analisis ragam (one way anova) menunjukkan bahwa nilai pH berbeda nyata pada tiap lokasi (P = 0,025) (Lampiran 3). Perbedaan nilai pH di tiap lokasi kemungkinan disebabkan karena pengaruh banyaknya buangan limbah rumah tangga dan industri. Pada umumnya perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,6 – 8,3 yang berarti bersifat basa atau disebut alkali (Brotowidjoyo, et al., 1999). Namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat berubah menjadi lebih rendah sehingga menjadi bersifat asam. Perubahan nilai pH yang demikian dapat berpengaruh terhadap kualitas perairan yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan biota
25
didalamnya. Banyaknya buangan yang berasal dari rumah tangga, industriindustri kimia, dan bahan bakar fosil ke dalam suatu perairan dapat mempengaruhi nilai pH di dalamnya (Safitri dan Putri, 2013). Mahida (1981) menyatakan bahwa perubahan nilai pH dapat dipengaruhi oleh buangan industri dan rumah tangga. Akibat buangan yang dikeluarkan oleh industri dapat menyebabkan menurunnya nilai pH yang akan berakibat fatal terhadap organisme perairan. 2.
Alkalinitas Perairan Alkalinitas memberikan gambaran tentang jumlah ion-ion karbonat (HCO3-
dan CO32-) yang menjadi penyangga suatu perairan (buffer sistem) terhadap perubahan pH (Widigdo, 2001). Alkalinitas merupakan salah satu dari komponen sistem karbonat yang memegang peranan penting dalam keseimbangan konsentrasi karbonat di dalam perairan (Sahabuddin, 2015). Hasil pengukuran total alkalinitas menunjukkan bahwa alkalinitas di muara Sungai Labakkang berkisar antara 183,02 µmol/L – 268,81 µmol/L (231,94 µmol/L ± 42,66 µmol/L), muara Sungai Pangkep 103,84 µmol/L – 242,16 µmol/L (168,30 µmol/L ± 47,29 µmol/L), perairan Pulau Saugi 329,34 µmol/L – 394,96 µmol/L (351,06 µmol/L ± 30,60), dan perairan Pulau Camba Cambang 312,98 µmol/L – 336,78 µmol/L (323,13 µmol/L ± 12,28 µmol/L) (Gambar 8).
Gambar 8. Nilai total alkalinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep
26
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa total alkalinitas tertinggi berturutturut berada di perairan Pulau Saugi, perairan Pulau Camba Cambang, muara Sungai Labakkang, kemudian muara Sungai Pangkep. Rendahnya total alkalinitas di muara Sungai Pangkep dan di perairan Pulau Camba Cambang kemungkinan disebabkan oleh pengaruh buangan gas karbondioksida (CO 2) dari industri yang sangat dekat dengan kedua lokasi tersebut. Karena reaksi antara air laut dengan gas CO2 akan membentuk asam karbonik yang akan menurunkan pH air laut terutama pada daerah didekat permukaan (Kabangnga’, 2015). Semakin tinggi gas CO2 maka semakin rendah pH dan semakin rendah pula alkalinitas (Mackereth, et al., 1989) Andrew, dkk., (2004) menjelaskan bahwa air tanah yang mengisi air sungai dan air bawah tanah biasanya memiliki pH yang mendekati pH netral, dengan bikarbonat (HCO3-) sebagai ion utamanya. Ion itu merupakan hasil dari dissolusi CO2, hidrolisis asam silikat dan karbonat. Oleh karena itu, untuk perairan umum, ion asam lemah bikarbonat (HCO 3-) dan karbonat (CO32-) adalah dua komponen yang penting bagi alkalinitas. Berdasarkan analisis ragam (one way anova), nilai total alkalinitas berbeda nyata pada tiap lokasi (P = 0,000) (Lampiran 3). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan karbonat yang berbeda pada tiap lokasi serta adanya variasi salinitas dan suhu. Kandungan karbonat dipengaruhi oleh input CO 2 dari udara maupun dari dalam laut sendiri (Kerrison, dkk., 2011). Millero (2006) mengungkapkan bahwa variasi nilai salinitas sama dengan variasi nilai alkalinitas. Selain itu suhu yang rendah memiliki nilai alkalinitas yang lebih tinggi karena adanya proses dissolasi CaCO 3. Dan suhu yang lebih hangat membuat organisme pembentuk cangkang akan meningkatkan formasi CaCO 3 sehingga menurunkan nilai alkalinitas.
27
C. Sebaran Nilai Alkalinitas dan pH dari Beberapa Lokasi Perairan dengan Jarak yang Berbeda dari Daratan Utama 1.
Sebaran pH (Derajat Keasaman) di Perairan Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa pH semakin meningkat
berdasarkan jarak di perairan muara Sungai Labakkang dan perairan Pulau Camba Cambang, sedangkan pada muara Sungai Pangkep menunjukkan penurunan pH pada jarak 1 km dan pada perairan Pulau Saugi menunjukkan penurunan pH pada jarak 1,5 km (Gambar 9). Penurunan pH pada titik tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya peningkatan konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer akibat dari aktivitas pabrik Tonasa di sekitar lokasi tersebut khususnya di muara sungai Pangkep yang menyebabkan pengasaman laut (Fabry, et al., 2008). Konsentrasi pH di perairan juga dipengaruhi oleh buangan limbah rumah tangga serta aktivitas masyarakat di sekitar lokasi. Seperti diketahui pada titik 1,5 km di perairan Pulau Saugi sangat dekat dengan daerah pesisir pulau.
Gambar 9. Sebaran pH pada jarak yang berbeda dari daratan utama
28
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa pH lebih tinggi di perairan laut dibanding di muara sungai. Nilai pH air laut umumnya lebih besar dari nilai pH netral. Nilai pH permukaan air laut umumnya berkisar antara 7,9 dan 8,3 (Biondoff, et al., 2007). Variasi nilai pH juga didasarkan pada perbedaan region dan variasi musim. Pada perairan pesisir, variasi nilai pH berkisar antara ratarata 7,5 dan 8,5 yang juga ditentukan oleh habitat. Nilai pH pada perairan pesisir juga memiliki fluktuasi musiman dan harian (Middelboe and Hansen, 2007; Wootton, et al., 2008). Sebaran pH berdasarkan analisis ragam (two way anova) pada muara dan laut serta jarak yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan (P = 0,000) (Lampiran 4). Faktor utama variasi nilai pH di perairan adalah reaksi-reaksi terhadap senyawa yang dapat menyebabkan bertambahnya konsentrasi ion hidrogen. Senyawa yang sangat mempengaruhi nilai pH adalah kandungan karbonat suatu perairan. Kandungan karbonat dipengaruhi oleh input CO2 dari udara maupun dari dalam laut sendiri (Kerrison, dkk., 2011). 2.
Sebaran Alkalinitas di Perairan Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai alkalinitas semakin meningkat
berdasarkan jarak di perairan muara Sungai Labakkang, perairan Pulau Saugi dan perairan Pulau Camba Cambang, sedangkan pada muara Sungai Pangkep menunjukkan penurunan nilai alkalinitas berdasarkan jarak (Gambar 10). Penurunan alkalinitas kemungkinan disebabkan oleh pengaruh buangan CO2 dan rendahnya pH di lokasi tersebut. Alkalinitas total juga akan berubah karena adanya perubahan salinitas akibat adanya konsentrasi ion Na +, ion Cl-, dan lainnya (Friis, et al., 2003).
29
Gambar 10. Sebaran alkalinitas pada jarak yang berbeda dari daratan utama Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa total alkalinitas lebih tinggi di perairan laut dibandingkan di muara sungai. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh variasi salinitas dan suhu pada tiap lokasi. Millero (2006) mengungkapkan bahwa variasi nilai salinitas sama dengan variasi nilai alkalinitas. Selain itu suhu yang rendah memiliki nilai alkalinitas yang lebih tinggi karena adanya proses dissolasi CaCO3. Dan suhu yang lebih hangat membuat organisme pembentuk cangkang akan meningkatkan formasi CaCO3 sehingga menurunkan nilai alkalinitas. Hasil uji analisis ragam (two way anova) menunjukkan tidak terdapat perbedaan total alkalinitas di muara dan laut serta pada tiap jarak (P = 0,204) (Lampiran 5).
30
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat keasaman di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep berdasarkan nilai pH dan alkalinitas pada tiap lokasi menunjukkan adanya perbedaan (P = 0,000). pH tertinggi berada di sekitar perairan laut Pulau Saugi dan yang terendah berada di muara Sungai Labakkang. Sedangkan nilai alkalinitas tertinggi berada di perairan Pulau Saugi dan yang terendah berada di muara Sungai Pangkep. 2. Sebaran pH di perairan pesisir dan laut menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada tiap jarak dari daratan utama (P=0,000). Namun tidak terdapat perbedaan nilai alkalinitas berdasarkan jarak dari daratan utama (P = 0,204). B. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penilaian kondisi keasaman perairan pesisir dan laut pada lokasi tanpa pengaruh industri sebagai perbandingan penelitian ini dan dengan perbedaan waktu pengambilan sampel (pagi, siang, dan malam) serta pada perbedaan musim.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, I. 2002. Kualitas Air Perairan Teluk Jakarta Selama Periode 19962002. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor American Public Health Association (APHA). 1989. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water. Washington. Andrew, J.E., Brimblecombe, P., Jickells, T.D., Liss, P.S., and Reid, B. 2004. An Introduction to Environmental Chemistry. 2nd Edition. Blackwell Science Ltd. Blackwell Publishing. Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Fakultas MIPA. USU, Medan. Bindoff, N.L., Willebrand, J., Artale, V., Cazenave, A., Gregory, J., Gulev, S., Hanawa, K., Le Quéré, C., Levitus, S., Nojiri, Y., Shum, C.K., Talley, L.D., Unukrishnan, A. 2007. Observations: Oceanic Climate Change and Sea Level. In: Solomon, S., Qin, D.,Manning, M., Chen, Z., Marquis, M., Averyt, K.B., Tignor, M., Miller, H.L. (Eds.), Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to The Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and Impacts of Declining Ocean pH in a High-Resolution Multi-Year Dataset. Brotowidjoyo, M.D., Tribawono, D.J., dan Mulbyantoro, E. 1999. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta. Burke, L., Reytar, K., Spalding, M., dan Perry, A. 2012. Reefs at Risk Resivited in the Coral Triangle. World Resource Institute. Coremap II. 2009. Buletin Coremap II Provinsi Sumatera Utara : Rencana Aksi CTI disepakati dalam WOC Manado. Edisi ke-5. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera. Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P., Sitepu, M. J. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogjakarta. Fabry, V.J., Seibel, B.A., Feely, R.A., Orr, J.C. 2008. Impact of Ocean Acidification on Marine Fauna and Ecosystem Processed. Department of Biological Science. University of Rhode island. Kingston. Friis, K., A. Kortzinger and Wallace, D.W.R. 2003. The Salinity Normalization of Marine Inorganic Carbon Chemistry Data. Geophys. Ress. Lett. 30 (2): 1085, doi:10.1029/2002GL015898 Goldman, C.R and Horne, A.J. 1983. Limnology. Mc Graw Hill International Book Company. Tokyo
32
Grasshoff, K., Erhardt, M., Kremling, K. 1983. Methods of Seawater Analysis. Weinheim Chemie. Hela, I dan Laevastu, T. 1970. Fisheris Oceanograpy. Fishing New Book Ltd. London. Hal. 238 Hupfer, P., Grassl, H., lozán, J. 2001. Summary: Warning Signal from Climate. Wissenschaftliche Auswertungen. Hamburg. 400-408p. Jacobson, M. Z., 2005. Studying Ocean Acidification with Conservative, Stable Numerical Schemes for Nonequilibrium Air-Ocean Exchange And Ocean Equilibrium Chemistry. J. Geophys. Res., 110, D07302, doi:10.1029/2004JD005220. Kabangnga’, A. 2015. Penggunaan Biomarker pada Kerang Hijau, Perna viridis untuk Mendeteksi Pengaruh Pengasaman Laut terhadap Toksisitas Logam Pb. Tesis. Ilmu Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar. Kendo, O.P., Sugiyanto, E.K., Nurhasan, M. 2013. Keikutsertaan Indonesia di Bawah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Jurnal. Ilmu Hubungan Internasional. FISIP. Universitas Jember. Kerrison, P., Hall-Spencer, J. M., Suggett, D. J., Hepburn, L. J., Steinke, M., 2011. Assessment of pH Variability at Coastal CO 2 Vent for Ocean Acidification Studies. Marine Ecology Progress Series 338, 107e117. Kleypas, J.A and C. Langdon. 2003. Overview of CO2-Induced Changes in Seawater Chemistry. Proc. Ninth. Int. Coral Reef Symp., Bali 2 : 1085-1090 Kusumaningtyas, M.A, Bramawanto, R., Daulat, A., Pranowo, W.S. 2014. Kualitas Perairan Natuna Pada Musim Transisi. Jurnal Depik, Vol 3 (1) : 1020 Limbong, A. Alkalinitas : Analisa dan Permasalahannya untuk Air Industri. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan. Lukman, M., Nasir, A., Amri, K., Tambaru, R., Hatta, M., Nurfadilah, dan Noer, R.J. 2014. Silikat Terlarut di Perairan Pesisir Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Makassar. Mackereth, F.J.H., Heron, J. Dan Talling, J.F. 1989. Water Analisiys. Fresh Water Biological Association. Cumbria. UK. Mahida, U.N. 1981. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. CV. Rajawali : Jakarta. 543p. Middelboe, A.L., Hansen, P.J. 2007. High pH in Shallow-Water Macroalgal Habitats. New York, NY, USA, pp. 129e234. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of
33
Mony, A. 2004. Analisis Kondisi Lingkungan Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Nasir, A., Lukman, M., Tuwo, A., dan Nurfadilah. 2015. Rasio Nutrien Terhadap Komunitas Diatom-Dinoflagellata di Perairan Spermonde. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Makassar. Neuman, G dan Pierson, P. 1966. Principle of Physical Oceanography. Practice Hall Inc. England. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Nursaiful, A. 2004, Akuarium Laut. Penebar Swadaya. Depok. Nybakken, J., W., 1998. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia. Jakarta. Odum, E.P. 1971. Fundamental Ecology. 3rd ed. W. B. Saunders C. Philadelphia. Toppan Co. Ltd.Tokyo. Japan : 574 pp. Orr, J. C., Fabry, V. J., Aumont, O., Bopp, L., Doney, S. C., Feely, R. A., Gnanadesikan, A., Gruber, N., Ishida, A., Joos, F., Key, R. M., Lindsay, K., Maier-Reimer, E., Matear, R., Monfray, P., Mouchet, A., Najjar, R. G., Plattner, G. K., Rodgers, K. B., Sabine, C. L., Sarmiento, J. L., Schlitzer, R., Slater, R. D., Totterdell, I. J., Weirig, M., Yamanaka, Y., Yool, A. 2005. Anthropogenic Ocean Acidification Over the Twenty-First Century and its Impact on Calcifying Organisms. Nature. Vol. 437, pp. 681-686. Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. Enviromental Engineering Division. Asian Institute Technology. Bangkok. 145p. Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan. Djambatan. Jakarta. Sahabuddin. 2015. Respon Produktivitas Fitoplankton dan Makroalga Laut Tropis Terhadap Perubahan Iklim dan Pengasaman Laut. Disertasi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Safitri, M dan M.R. Putri. 2013. Kondisi Keasaman (pH) Laut Indonesia. Jurnal. Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian. ITB . Bandung. Sastrawijaya, A. T.1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta : Jakarta Sterr, H. 2001b. Coastal Zones at Risk. Pp. 245-250 in Climate of the 21 st Century: Changes and Risk: Scientific Facts (JL Lozán, H Graßl, and P Hupfer, eds.). Wissenschaftliche Auswertungen. Hamburg. Stump, M., Wren, J., Melzner, F., Thondyke, M.C., Dupont, S.T. 2011. CO2 Induced Seawater Acidification Impact Sea Urchin Larval Development I : Elevated Metabolic Rates Decrease Scope for Growth and Induce Developmental Delay. Journal. University of Gothenburg. Sweden.
34
Suciaty, F. 2011. Studi Siklus Karbon di Permukaan Laut Perairan Indonesia. Tesis. Magister Sains Kebumian. ITB. Bandung. Supiyati., Halaluddin., dan Arianty, G. 2012. Karakteristik dan Kualitas Air di Muara Sungai Hitam Provinsi Bengkulu dengan Software Som Toolbox 2. Jurnal. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Bengkulu. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Supriyadi, D.S. 2002. Kondisi Perairan Muara Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia di Muara Bengawan Solo Ujung Pangkah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Syafrani. 1994. Studi Lingkungan Perairan Sungai Siak Bagian Hilir dari Pencemaran Bahan Organik. Tesis. Pascasarjana IPB. Bogor. Triyulianti, I., Wijaya, D., Era, W., Arief, T., Widagti, N., Dipo, P., dan Trenggono, M. 2012. Distribusi Vertikal pH dan Alkalinitas Perairan Selatan Jawa dan Samudra Hindia. Jurnal. Balai Penelitian dan Observasi Laut. Jembrana Bali. Widigdo, B. 2001. Rumusan Kriteria Ekobiologis dalam Menentukan Potensi Alami Kawasan Pesisir untuk Budidaya Tambak. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Widodo dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta.(www.the child:ph sebagai indikator kualitas air limbah.com), diakses tanggal 9 Maret 2016 Wootton, J.T., Pfister, C.A., Forester, J.D., 2008. Dynamic Patterns and Ecological.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Data Hasil Penelitian NO
KODE SAMPEL
1 2 3 4
LB 1 LB 2 LB 3 LB 4
Lokasi S 04°45.795' 04°45.960' 04°46.116' 04°46.110' MIN MAX RATA-RATA STDEV
5 6 7 8 9 10 11 12 13
P 1.1 P 1.2 P 1.3 P 2.1 P 2.2 P 2.3 P 3.1 P 3.2 P 3.3
04°52'19.16" 04°52'54.24" 04°52'47.75" 04°52'44.11" 04°52'29.49" 04°52'09.14" 04°51'57.99" 04°51'41.63" 04°52'20.50" MIN
SUHU Salinitas E SUNGAI LABAKKANG 119°29.618' 30.1 4.5 119°29.467' 32.8 24.6 119°29.183' 32.3 27.1 119°28.852' 32 26.9 30.1 32.8 31.8 1.18 MUARA PANGKEP 119°30'51.62" 31.2 119°31'09.33" 31.5 119°31'00.24" 32.5 119°30'42.84" 34.6 119°30'33.92" 33.3 119°30'17.31" 33.1 119°30'22.94" 34.5 119°30'28.59" 29.6 119°30'51.38" 29.8 29.6
pH
Alkalinitas (µmol/L)
6.80 6.99 7.08 7.31
183.02 268.81 209.37 266.56
4.5 27.1 20.775 10.91
6.80 7.31 7.05 0.21
183.02 268.81 231.94 42.66
3.4 6.2 6.9 7.6 18.6 22.7 2.2 2.3 6.9 2.2
7.05 6.87 7.50 7.32 7.69 7.61 7.51 7.69 7.78 6.87
191.72 133.11 164.84 149.38 196.26 115.04 242.16 218.35 103.84 103.84
37
Lampiran 1. (Lanjutan) MAX RATA-RATA STDEV 14 15 16 17
SG 1 SG 2 SG 3 SG 4
04°46.119' 04°46.086' 04°45.956' 04°45.927' MIN MAX RATA-RATA STDEV
18 C 1 19 C 2 20 C 3
04°46.118" 04° 46.262' 04°46.434" MIN MAX RATA-RATA STDEV
PULAU SAUGI 119°28.682' 119°28.268' 119°27.887' 119°27.794'
34.6 32.2 1.84
22.7 8.5 7.24
7.78 7.45 0.31
242.16 168.30 47.29
31.7 31.6 31.3 31.7
29.2 21.2 29.6 29
7.90 7.71 7.73 7.33
394.96 349.01 330.93 329.34
21.2 29.6 27.3 4.04
7.33 7.90 7.67 0.24
329.34 394.96 351.06 30.60
28.9 29.2 29.7
7.45 7.49 7.51
312.98 336.78 319.63
28.9 29.7 29.3 0.40
7.45 7.51 7.48 0.03
312.98 336.78 323.13 12.28
31.3 31.7 31.6 0.19 PULAU CAMBA CAMBANG 119°27.895" 31.9 119° 27.838' 31.8 119°27.757" 31.4 31.4 31.9 31.7 0.26
38
Lampiran 2. Uji normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Lokasi pH
Alkalinitas
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Muara Labakkang
.184
4
.
.993
4
.973
Muara Pangkep
.235
9
.164
.889
9
.197
Pulau Saugi
.320
4
.
.899
4
.425
Pulau Camba Cambang
.253
3
.
.964
3
.637
Muara Labakkang
.291
4
.
.859
4
.255
Muara Pangkep
.134
9
.200*
.966
9
.859
Pulau Saugi
.277
4
.
.824
4
.153
Pulau Camba Cambang
.279
3
.
.939
3
.524
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
39
Lampiran 3. Uji Analisis of Varians (One Way ANOVA) perbandingan nilai pH dan alkalinitas pada tiap lokasi Descriptives 95% Confidence Interval for Mean
pH
Alkalinitas
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
Muara Labakkang
4
7.0450
.21174
.10587
6.7081
7.3819
6.80
7.31
Muara Pangkep
9
7.4467
.31004
.10335
7.2083
7.6850
6.87
7.78
Pulau Saugi
4
7.6675
.24061
.12030
7.2846
8.0504
7.33
7.90
Pulau Camba Cambang
3
7.4833
.03055
.01764
7.4074
7.5592
7.45
7.51
Total
20
7.4160
.31662
.07080
7.2678
7.5642
6.80
7.90
Muara Labakkang
4
2.3194E2
42.66346
21.33173
164.0529
299.8271
183.02
268.81
Muara Pangkep
9
1.6830E2
47.28974
15.76325
131.9499
204.6501
103.84
242.16
Pulau Saugi
4
3.5106E2
30.59623
15.29811
302.3746
399.7454
329.34
394.96
Pulau Camba Cambang
3
3.2313E2
12.27996
7.08984
292.6249
353.6351
312.98
336.78
Total
20
2.4080E2
86.76801
19.40192
200.1958
281.4132
103.84
394.96
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
pH
1.842
3
16
.180
Alkalinitas
2.338
3
16
.112
40
Lampiran 4. Uji Analisis of Varians (Two Way ANOVA) sebaran pH berdasarkan jarak dari daratan utama Descriptive Statistics Dependent Variable:pH Lokasi
Jarak
Muara
0,5 km
7.0217
.05672
6
1 km
6.9750
.13019
6
1,5 km
7.4050
.12755
6
Total
7.1339
.22364
18
0,5 km
7.5817
.14607
6
1 km
7.5983
.12432
6
1,5 km
7.5833
.08430
6
Total
7.5878
.11389
18
0,5 km
7.3017
.31095
12
1 km
7.2867
.34741
12
1,5 km
7.4942
.13892
12
Total
7.3608
.28908
36
Laut
Total
Mean
Std. Deviation
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:pH F 3.316
df1
df2 5
Sig. 30
.017
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Lokasi + Jarak + Lokasi * Jarak
N
41
Lampiran 5. Uji Analisis of Varians (Two Way ANOVA) sebaran alkalinitas berdasarkan jarak dari daratan utama Descriptive Statistics Dependent Variable:Alkalinitas Lokasi
Jarak
Muara Sungai
0,5 km
1.6610E2
47.19335
6
1 km
1.7124E2
49.21418
6
1,5 km
2.1570E2
65.85556
6
Total
1.8435E2
56.28556
18
0,5 km
3.3099E2
32.91301
6
1 km
3.3386E2
17.18462
6
1,5 km
3.2448E2
21.28345
6
Total
3.2978E2
23.55835
18
0,5 km
2.4855E2
94.44584
12
1 km
2.5255E2
91.90949
12
1,5 km
2.7009E2
73.51498
12
Total
2.5706E2
85.12864
36
Laut
Total
Mean
Std. Deviation
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:Alkalinitas F 2.947
df1
df2 5
Sig. 30
.028
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Lokasi + Jarak + Lokasi * Jarak
N
42
Lampiran 6. Grafik Pasang Surut di Perairan muara Sungai Pangkep
Ketinggian (m)
Grafik Pasang Surut 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24
2
4
6
8
10 12
43
Lampiran 7. Data Kedalaman di Muara Sungai Labakkang dan Muara Sungai Pangkep (April 2013) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Lokasi LB 1 LB 2 LB 3 LB 4 P 1.1 P 1.2 P 1.3 P.2 1 P 2.2 P 2.3 P 3.1 P 3.2 P 3.3
Kedalaman (m) 1.5 1.7 1.9 2.5 0.7 1.5 1.5 1.1 1.3 1.8 0.8 0.8 1.2
44
Lampiran 8. Foto Penelitian a.
Lapangan
b.
Laboratorium