Yoyon Suiyono, Pengukuran Efisiensi Sekolah dalain Penelitian Evaluasi: Konsep, Oper^sionalisasi, dan...
PENGUKURAN EFISIENSI SEKOLAH DALAM PENELITIAN EVALUASI: KONSEP, OPERASIONALISASI, DAN HAMBATA'N-HAMBATANNYA
Yoyon Suryono*)
Abstract Formerly there are separated concepts, of evaluation and research. Nowadays these concepts mixed as new research method called evaluation research, Evaluation and, evaluation research both can be used to measure the quality of educational improvement of schools. In their administration to measure the quality of education, a/though there are differences among them, both use the same basis of measurement, i.e. the concept of efficiency. Unfortunately, in fact this concepts is more economically based than educationally based (the effective school and the quality school are the examples of educationally based concepts). There are several economic approaches to be used in measuring school efficiency. To implementing this concept of efficiency through evaluation research, the concept has to be defined operationally in relation with the constraints usually faced in the field. Keywords:
evaluation research, the efficiency measurement
effective
school,
the
A. Pendahuiuan Ada dua konsep yang semu'Ja terpisah tetapi kini membentuk satu konsep baru yaitu konsep evaluasi (evaluation) dan penelitian (research) yang membentuk konsep baru penelitian evaluasi (evaluation research). Evaluasi berbeda dengan penelitian (Issac dan Michael, 1982:2). Evaluasi di satu sisi, lebih sebagai teknologi yang menghasilkan produk penyampaian atau pencapaian misi (tujuan), bukan teori, yang berupa umpan-badk untuk keberhasiian tujuan tertentu yang praktis dan konkrit. Penelitian pada sisi yang positivistik, menyangkut pengembangan ilmu dan teori, pada umumnya melalui metoda eksperimen. Evaluasi antara lain o'idefinisikan sebagai suatu kegiatan yang sistematik yang dilaksanakan untuk membantu pihak-pihak tertentu menetapkan dan meningkatkan nilai dari suatu program atau kegiatan (Chapman dan Windham, 1936:29). Secara umum,
konsep
evaluasi
mencakup empat
hal
penting,
yaitu:
(1)
evaluasi "Yoyon Suryono adalah Dosen pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeiri Yogyakarta y~x*u*l Manajemen Pendidikan No. 01/Th. Il/April 2006 E2
Yoyon Suryono, PenguKuran Efisie.nsi Sekolah oalam 3enelitian Evaluasi: Konsep, Operasionalisasi. dan ...
berkenaan dengan keputusan atau penetapan nilai, (2) evaluasi berbeda dari penelitian, (3) evaluasi memiliki kontribusi pada penetapan keputusan, dan (4) evaluasi merupakan kegiatan praktis yang memandu tindakan-tindakan. Dilihat dari sudut waktu perencanaan dan pelaksanaan program, Chapman dan Windham (1986:31-35) membedakan evaluasi dalam tiga tipe: (1) asesmen kebutuhan, (2) evaluasi formatif, dan (3) evaluasi sumatif. Stufflebeam (1971) mengajukan klasiiikasi lain tentang evaluasi yang disebutnya sebagai evaluasi CIPP yaitu (1) evaiuasi konteks (context), (2) evaluasi masuk.an (input), (3) evaluasi proses (process), dan (4) evaluasi sumatif atau evaluasi produk (product). Pierre dan Cook (1975:460) membagi evaluasi dalam dua katecyori (a) deskripsi program, dan (b) efektivitas program. Klasifikasi lain tentang evaluasi dibedakan dalvjm: (1) pseudo-evaluation dengan pendekatan orientasi poiitik yang diartikan sebagai "studies that promote a positive or negative view of an object irrespective o1 its worth, (2) quasi-evaluation dengan pendekatan orientasi pertanyaan yang d'/artikan sebagai " studies that address {specified questions whose answers mayor may not assess an object's worth", dan (3) true evaluation dengan pendekatan orientasi nilai yang diartikan sebagai" studies that are designed primanly to assess object's worth". Penelitian dalam pandangan aliran positivi.tik 7s undertaken to produce new knowledge. It is guided by theory and investigates why things happen as they do ... The ... is to provide generalizable findings that have applicability to other settings. Further, the purpose of research is not to impose value judgement, but to expose systematic relationships and patterns" (Chapman dan Windham, 1986:30). Penelitian evaluasi (evaluatiot) research) merupakan salah satu kategori penelitian yang dirancang untuk "to answer an applied question regarding value or worth-the effectiveness or worth of some kind of treatment, how well units, persons, or programs aire working, comparing programs against one another or against some standard" (Krathwohl, 1998:29). Levin (1975:89) menjelaskan bahwa tujuan penelitian evaluasi adalah mengumpulkan informasi yang akan dapat digunakan untuk memilih beberapa altematif kebijakan atau program dalam mencapai tujuan-tujuan sosial yang tidak terbata's pada pengaruh atau cJampak dari pilihan altematif itu, tetapi menyangkut juga aspek pembiayaannya.
P%*t*^/ Manajemen Pendidikan No. 01/Th. It/April 2006
Yoyon Suryono, Pengukuran Efisiensi Sekolah dalam Penelitian Evaluasi: Konsep, Operasionalisasi, dan ...
B. Konsep Efisiensi Sekolah Dalam konteks pendidikan, efisiensi selalu dikaburkan dengan dua konsep yang t/elevan tetapi berjauhan yaitu kualitas sekolah dan efektifitas sekolah. Kualitas sekolah dalam implementasi peningkatan mutu pendidikan melalui penevapan manajemen berbasis-sekolah (MBS) oleh Depdiknas (2000:5-6) dan Direktur SLTP (2002:7-8) dirumuskan menunjuk pada: (1) pengukuran input seperti pengeluaran siswa (individual maupun agregrasi), kualifikasi guru, ketersediaan fasilitas, peralatan, dan bahan-bahan; (2) pengukuran proses seperti interaksi guru-murid, jam efektif siswa melaksanakan tugas, pengaruh sebaya, penggunaan fasilitas, peralatan, dan bahan-bahan; (3) pengukuran output seperti skor test, tingkat kenaikan atau kelulusan; dan (4) pengukuran outcome yang menyangkut kejadian suksea ekonomi dan sosial. Pengertian mutu itu sendiri oleh Depdiknas (2000:5) dan Direktur SLTP (2002:7) didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidi'Kan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Efektivitas sekolah atau efektivitas pendidikan yang kemudian dalam perkembangannya memunculkan konsep sekolah efektif yang bervariasi, sebagai lawannya, pada umumnya di negara-negara yang sudah maju dibatasi hanya pada pengukuran output saja. Antara input dan output dalam tampilan yang sistematik riijembatani oleh konsep efisiensi internal. Dapat t.erjadi bahwa kualitas sekolah dan efektivitas sekolah dicapai tanpa adanya efiaiensi dalam sekolah. Analisis efisiensi internal dapat menjawab bahwa output yang bertambah dapat diperoleh dengan input yang ada atau dengan sedikit input dapat dicapai tingkat output yang sama. Konsep efisiensi internal lebih inklusif daripada konsep kualitas sekolah, efektivitas sekolah atau sekolah efektif karena berkaitan dengan kelangkaan sumber-sumber dan pemanfaatannya yang tepat di dalam sekolah. D-i Indonesia konsep efektivitas sekolah, efektivitas pendidikan atau sekolah efektif juga mengalami perubahan yang dikaitkan dengan mutu sekolah sehingga tidak menjadi dua konsep yang terpisah. Pengukurannya pun dikaitkan dengan pengukuran mutu sekolah. Secara lebih luas, konsep sekolah efektif oleh Tim Riset MBS (2004) dijelaskan bahwa selain mengandung perspektif mutu sekolah, mengandung juga perspektif lain yaitu perspektif manajemen yang mencakup
fc*t*u»6 Manajemen Pendidikan No. 01fl"h. If/April 2006
Voyon Suryono, Penguk'.i'-an Efisiensi Sakolah aalam Peneliiian Evaluasi: Konsep, Operasionafcasi, dfl
layanan belajar siswa, pengelolaan dan layanan siswa, sarana dan prasarana sekolah; program dan pembiayaan, partisipasi masyarakat, dan budiaya sekolah. Sekolah efektif memiliki pengertian yang beragam. Pertama, sekolah efektif menunjuk pada sekolah yang semua sumber dayanya diorganisasikan dan dimanfaatkan untuk menjamin semua siswa tanpa memandang ras, jenis kelarnin, maupun status sosial ekonomi dapat mempeiajari materi kurikulum yang esensial di sekolahnya. Rumusan ini menunjuk pada pengoptimalan pencapaian tujuan pendidikan seperti termuat dalam kurikulum (Tim Riset MBS, 2004:29). Kedua, dengan mengutip pendapat Cheng (Tim Riset MBS, 2004:9) sekolah efektif adalah sekolah yang menunjukkan kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksi.mal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Mengacu pada dua pendapat itu, secara teoritik evaluasi keefektifan sekolah diiakukan dengan mengkaji bagaimana seluruh komponen dan fungsi itu berinteraksi sam.a sama lain secara terpadu dalam mendukung terwujudnya sekolah
efekttf.
Namun
dalam
prakteknya,
pendangan
holistik
ini
sulit
diimplementasikan karena keterbatasan pendekatan evaluasi yang digunakan. Oleh karena itu, evaluasi sekolah efektif dirumuskan sebagai evaluasi terhadap keoptimalan berfungsinya setiap komponen sekolah dalam mendukung sekolah efektif. Konsep efisiensi interna! dapat diadaptasi untuk mempertimbangan konsep ekuiti dan akses pendidikan. Pengukuran ekuiti don akses pendidikan, misalnya partisipasi aan kesempatan pendidikan menurut seks, ternpat, agama, atau etnis, dapat tercakup dalam pengukuran output sepanjang pengukuran ketercapaian dan hasii belajar lebih bersifat umum. Konsjep efisiensi dan peranannya daiam evaluasi pendidikan dapat lebih dipahami dalam konteks yang lebih luas yaitu konsep optimasi ekonomik. Semiua proses optimasi meliputi maksimalisasi nilai yang melekat pada fenomenanya baik butir tunggal maupun butir ganda dalam hambatan-hambatan yang ada di lingkungannya. Maksimisasi keuntungan, optimalisasi utilitas sosial, dan minimisasi biaya adalah contoh proses optimisasi. Efisiensi ekonomi berkait tidak hanya dengan masalah efisiensi teknikal, tetapi juga dengan rasio antara output dengan input. Dalam terminologi teknikal, efisiensi bersifat kuantitatif fisfk
Efisiensi ekonomi meliputi efisiensi teknikal dan efisiensi
^UU Manajemen Pendidikan No. 01/Th. Il/April 2006
Yoyon Suryono. Penaukuran^EfistensiSekolah dalam Penegan Evaluasi: Ko.nsep, Operasionalisasl, dan..
___
nilai input dan output. Masalah yang muncul dalam menerapkan efisiensi ekonomik adalah menyangkut ketidaksatubahasaan tentang nilai output dan input serta keialaian untuk mempertimbangkan pendekatan teknologi alternatif. Masalah peetama menyangkut penggunaan harga pasar untuk menilai dan kesulitan mengkombinasikan nilai individu ke dalam kelompok serta ketidakmampuan menaksir keuntungan dan hiaya subyektif. Masalah kedua, seperti yang pertama berkait dengan kurang diterimanya diskusi oleh ahli non ekonomi. Menurut teori, proses menetapkan efisiensi ekonomi meliputi tiga set keputusan: mencampur output, mencampur input, dan teknologi yang memroses input menjadi output. Dalam hal dimana terdapat output tunggal dan teknologi tersedia, proses menspesifikasi efisiensi ekonomik, mencampur input lebih mudah jika niiai input telah diberikan. Sektor Iayanan sosial seperti pendidikan jarang meliputi pilihan-pilihan dimana output tunggal dan teknologi tepat guna nyata tersedia. Pada saat ini dikenal ada empat pendekatan dasar dalam efisiensi ekonomik yang d.ipakai dalam menetapkan keputusan sektor publik (Rothenberg, 1975-.55-88) dan Levin, 1975:89-119) yaitu (a) analisis biaya-keuntungan, (b) analisis keefektifan biaya, (c) analisis utilitas biaya, dan (d) analisis "least cost". Pada analisis biaya-keuntungan diasumsikan bahwa keuntungan (output) dan biaya (input) dinyatakan dalam nilai uang. Pada analisis keefektifan biaya sedapat mungkin input dinyatakan dalam nilai uang, sementara output tidak. Keefektifan biaya masih memerlukan output yang dinyatakan secara kuantitatif. Dalam pendicvkan, output diukur dalam bentuk hasii tes, tingkat mer:gulang atau putus sekolsih, tingkat pencapaian, dan jumlah atau proporsi siswa yang bekerja setelah lulus. Analisis manfaat biaya memerlukan kuantifikasi. Sementara biaya masih dihit'j ng dengan nilai uang, output dihitung hanya berdasarkan penetapan subyektif pengambil keputusan. Dalam kasus pendidikan, pengambil keputusan blsa politisi, birokrat, administrator, guru, siswa, orangtua, atau kombinasi individu-individu yang bertanggungjawab untuk menetapkan keputusan. Analisis "/easf-cosr'merupakan tingkat paling r.endah sebagai analisis alternatif dalam mengukur efisiensi ekonomik. Diasumsikan bahwa output yang diharapkan telah ditetapkan d,an hanya memeriukan bukti yang menyatakan bahwa cara yang Citetapkan untuk menghasilkan output adalfih alternatif yang mungkin dengan
ty»**y*>l Manajemen Pendidikan No. 01 Hh. Il/Aprt 2006 KlJ
_______ Yoyon Suryono, Pengukuran Efisiensi Sekolah dalam Peneiilian Eyaluasl: konsep, Operasionalisasi, dan...
biaya rendah. Berbagai pendekatan efisiensi ekonomik yang dibicarakan di atas, dapat diterapkan di dalam efisiensi internal sekolah (bagaimana sekolah mencapai tujuan yang dinyatakan) dan efisiensi eksternal (bagaim.ana output pendidkan sesuai dengan kebutuhan sosial). Fokus kajian ini men'akankan pada efisiensi internal sekolah. C. Operasionalisasi Efisiensi Sekolah Konsep efisiensi internal dalam pendidikan (sekolah) bergantung pada paradigma input-output. Efisiensi akan tercapai kalau nilai output pendidikan adalah maksimum untuk biaya input yang ditetapkan atau biaya input adalah minimum untuk harga tertentu output yang dihasilkan. Paradigma input-output menyelipkan teknologi sebagai variabel yang mentransformasikan input menjadi output. Oleh karena itu pengukuran proses produksi dalam pendidikan (sekolah) meliputi: input, teknologi, dan output. Pada umumnya pengukuran input dalam analisis pendidikan menggunakan pengeluaran per siswa (sering disebut dengan "unit cost"). Altematif pengukuran input dalam kualitas pendidikan mencakup mutu guru, ketersediaan dan mutu fasilltas, bahan-bahan, dan peralatan, dan perbandingan pemanfaatan antara siswa dan guru, siswa dan kelas, atau siswa dan sekolah. Perangkat kedua untuk mengukur variabel kualitas adalah mengukur proses. Contoh variabel proses adalah interaksi guru dan siswa, pengaruh terman sebaya waktu siswa mengerjakan tugas, alokasi kurikulum, dan mengukur pemanfaatan fasilitas, peralatan, dan bahan-bahan pengajaran. Pengkajian fenomena proses selaJu lebih memerlukan biaya daripada mengukur input. Beberapa analisis melihat bahwa mengukur output sebagai lebih nyata untuk mengukur mutu sekolah. Pengukuran output meliputi aspek kognitif, afektif, sikap, dan perilaku. D. Hamteatan-Hambatan Peningkatan Efisiensi Sekolah Terdapat
sembiian
hambatan
yang
berkaitan
dengan
kemampuan
meningkatkan efisiensi internal pendidikan dasar dan menengah khususnya di negara-negara sedang berkembang. Hambatan-hambatan yang dimaksud bukan untuk merintangi investasi pendidikan tetapi untuk meningkatkan kemungkinan
^U**w»^ Manajemen Pendidikan No. 01/Th. Il/April 2006
Yoyon Buryono, Pengukuran Efisiensi Sekolah dalam Penelitian Evaiuasi: Konsep, Operasionalisasi, dan ...
berhasilnya usaha-usaha intervensi yang dilakukan di dalam sistem pendidikan terutama yang menyangkut intervensi pada sisi input dan teknologi yang mendukung tercapainya peningkatan output. Mengacu
pada
pendapat
Chapman
dan
Windham
(1986:
14-27)
hambatan-hambatan yang dimaksud meliputi hambatan politik dan budaya, sumberdaya manusia, bahan pengajaran, fasilitas, insentif, sikap, manajemen, infrastruktur, dan keuangan atau biaya pendidikan. Peningkatan efisiensi internal sekolah memerlukan dukungan politik dan budaya bagi tercapainya mutu pendidikan di sekolah. Peningkatan efisiensi internal sekolah tidak bisa dilepaskan dari hambatan politik dan budaya terutama yang menyangkut pengaruh peninggalan kolonial dalam berbagai bentuk, orientasi kurikulum yang sering berganti-ganti dan tidak konsisten, dan konservatisme terhadap pembaharuan pendidikan yang muncui dalam berbagai bentuk penoiakan pemba'naruan pendidikan. Ketersediaan
dan
kemampuan
sumber
daya
manusia
menentukan
keberhasilan peningkatan efisiensi internal sekolah. Di banyak negara berkembang ditemi'/kan hambatan sumberdaya manusia, terutama mutu para guru khususnya dalam bidang matematik dan sains, serta kemampuan efisiensi manajemen dalam penge.?lolaan dan pengembangan sekolah. Peningkatan efisiensi internal sekolah menghadapi hambatan bahan-bahan pengajaran. Untuk meningkatkan efisiensi internal diperlukan tersedia dan termanfaatkannya bahan-bahan pengajaran yang dibuat dan disiapkan oleh para guru. Keterbatasan para guru dalam membuat dan menyiapkan bahan-bahan pengajaran memunculkan terjadinya hambatan bahan-bahan pengajaran. Jenis dan jumlah fasilitas yang dimiliki sekolah mempengaruhi peningkatan efisiensi internal sekolah. Sekolah menghadapi hambatan kurang tersedianya fasilitas
pendidikan
yang
diperlukan.
Banyak
sekolah
di
negara-negara
berkembang tidak memiliki fasilitas pendidikan yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Kurangnya fasilitas pendidikan menyebabkan tidak terjadinya peningkatan efisiensi internal di dalam sekolah. Peningkatan efisiensi internal sekolah memerlukan dukungan kerja keras dari para pelaksananya. Dukungan kerja keras akan muncui manakala diimbangan oleh tersedianya sistem insentif yang memadai. Banyak sekolah di negara sedang berkembang
kurang
mengembangkan
sistem
insentif
bagi
para
pelaksana
^***w*/ Manajemen Pendidikan No. 01/TJi. H/April 2006 S
Yoyon guryono, Pengukman Efisiensi Sekolah dalgm Penelilian Evaluasi: Konsep, Operasionalisasi, dan ...
pembaharuan pendidikan di tingkat sekolah. Sekolah menghadapi hambatan insentif sehingga peningkatan efisiensi internal di dalam sekolah tidak terjadi sebagaimana yang diharapkan. Sekolah mengadapi hambatan sikap dalam meningkatkan efisiensi internal sekolah. Para pelaku di tingkat sekolah cenderung memiliki sikap yang kurang mendukung terjadinya pembaharuan pendidikan di tingkat sekolah. Pembaharuan pendidikan cli tingkat sekolah cenderung menghadapi tantangan internal yang kuat dibanding tantangan eksternalnya. Sekolah dan para pelakunya lebih menunjukkan sikap kuranig mendukung terjadinya peningkatan efisiensi internal di sekolah sehingga sekolah kurang responsif terhadap gerakan-gerakan pembaharuan. Sekolah merupakan institusi sosial yang konservatif dibanding institusi sosial lainnya. Pembaharuan
sekolah
melalui
peningkatan
efisiensi
internal
sekolah
memeriukan dukungan manajemen yang handal. Banyak terjadi di sekolah di negara-negara sedang berkembang hambatan manajemen yang menyebabkan upaya peningkatan efisiensi internal tidak dapat berjalan dengan baik. Para pengelola sekolah kurang memiliki kemampuan manajemen seperti yang disyaratkan bagi terjadinya peningkatan efisiensi internal. frejalan dengan input pendukung yang telah diuraikan di atas, peningkatan efisiensi internal sekolah memerlukan dukungan ketersediaan infrastruktur pendidikan yang memadai. Sayangnya, banyak sekolah di negara sedang berkembang menghadapi hambatan tidak tersedianya infrastruktur yang mampu mendukung terlaksananya peningkatan efisien internal sekolah. Hal yang demikian itu pada gilirannya menyebabkan sekolah tidak bisa melaksanakan pembaharuan pendidikan yang sejalan dengan cepatnya perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Persoalan
klasik
sekolah
adalah
tidak
memiliki
cukup
dana
untuk
melaksanakan pengembangan sekolah. Sekolah menghadapi hambatan keuangan atau
biaya
pendidikan.
Sekolah tidak
dapat
meningkatkan mutu
output
•pendidikannya karena sekolah tidak memiliki cukup uang dan biaya untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Hambatan keuangan dan biaya pendidikan dihadapi oleh sekolah dalam meiaksanakan peningkatan efisiensi internal sekolah.
fy~t***6 Manajemen Pendidikan No. 01/Th. Il/Apri! 2006
Yoyci Suryono. Pengukuran Efisiensi Sekolah dalam Penelitian Evaluasi: Konsep, Operaslonalisasi,
B. Penutup Evaluasi program menempati posisi penting dalam evaluasi dan penelitian evaluasi. Seperti definisinya, evaluasi program menekainkan pada ketercapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, khususnya pada dirnensi pengaruh, dampak, atau pembiayaannya. Dalam konteks ini, pengukuran efisiensi dan efektifitas menjadi
aangat
penting.
Memahami
konsep,
operasioinalisasi,
dan
hambatan-harnbatan dalam pengukuran efisiensi sangat diperlukan untuk melaksanakan evailuasi program yang hasilnya berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan program-program pengembangan pendidikan. Disadari bahwa konsep dan operasionalisasi efisiensi dalam pendidikan memerlukan penyesuaian berkait dengan adaptasi konsep ekonomik dalam pendidikan yang pada dasarnya dilandasi oieh asumsi-asumsi yang memang berbeda. Daftar Pustaka Chapman, D.W dan Windham D.M. (1986). The Evaluation of Efficiency in Educational Developmental Activities. Florida: IEES. Depdiknas. (2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Direktur SLTP. (2002). Panduan Lengkap Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1 Konsep Deisar. Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Issac, S dan Michael W.B. (1982). Handbook in Research and Evaluation. Second Edition, Sail Diego: Editts Publisher. Krathwohl, D.R. (1998). Methods of Educational & Social Science Research. New York: Longman. Levin, H.M. 1975. Cost-Effectiveness Analysis in Evaluation Research, dalam Guttentag, M dan Stuening, E.L (Eds). Handbook of Evaluation Research. London: Sage Publications. Rothenberg, J. (1975). Cost Benefit Analysis: A Methodological Exposition dalam Guttentag, M dan Smening, E.L. (tds). Handbook of Evaluation Research. London: Sage Publications. Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. (1985). Evaluation in education and human services. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing. Tim Riset MBS. (2004). "Laporan Risot Implemeniasi Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat Tahun 2004". Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. ^***w*/ Manajemen Pendidikan No. 01/Th. Il/April 2006