JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
60
PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY DI PERUSAHAAN PERBANKAN INDONESIA KHAIRUL KAMAL1, NASIR AZIS2 1,2)
Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this research was to determine the effect of profitability on leverage in the company, the effect the structure of the assets to leverage on the company, the effect of growth companies to leverage on the company, the size of the company to leverage on the company and to determine the effect of profitability, asset structure, the company's growth and size of the company to leverage on the company. This research was conducted in the Indonesia Stock Exchange located at Jl. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190. The object of this study is profitability, asset structure, growth, and size as the independent variable and leverage as the dependent variable of the companies belonging to the banking company's shares on the Indonesia Stock Exchange. The research proves that the profitability variable values obtained tCount by 2,757 while tTable stand with 2,045, the result of this calculation indicates that tCount>tTable with a significance level of 0.011, variable asset structure obtained the value of tCount by 3,037, while tTable stand with 2,045, the result of this calculation indicates that tCount>tTable with a significance level of point by 0.006, Growth Opportunities Variable obtained the tCount amounted to 2.428 while the tTablevalue just 2.045, the result of this calculation indicates that tCount>tTable with a significance level of point by 0.023, while the size of company variable obtained the value of tCount by 1,028, while tTable stand with 2,045, the result of this calculation indicates that tCount>tTable with a significance level of point by 0.314.
Keywords: Profitability, Asset Structure, Growth, Company Size and Leverage
PENDAHULUAN Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya. Peran serta lembaga keuangan bagi pembangunan ekonomi, terutama peranan perbankan sangatlah besar dalam memajukan perekonomian. Lembaga keuangan yang kita sebut bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan di masa yang akan datang dalam menjalankan aktivitas keuangan baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan tidak akan terlepas dari dunia
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
61
perbankan. (Kasmir, 2008:2). Pengalokasian dana yang cukup besar untuk penyaluran kredit bank membutuhkan pembiayaan yang cukup besar, karena jika tidak, akan mengganggu likuiditas bank. Setiap rencana ekspansi kredit harus didukung oleh adanya tambahan modal, karena apabila tidak maka ekspansi kredit akan berdampak terhadap menurunnya CAR bank. Sehingga penting bagi manajemen bank untuk menentukan kebijakan struktur modal dalam mendukung kegiatan operasional bank, khususnya dalam menyalurkan kredit. Kebijakan struktur modal merupakan suatu kebijakan yang menyangkut kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi dan juga untuk mendukung operasional perusahaan dalam usaha untuk meningkatkan laba (profit) perusahaan dalam rangka mencapai nilai perusahaan yang tinggi (Gitman, 2009). Namun demikian jika kegiatan yang dilakukan manajemen yaitu pemberian pinjaman kepada masyarakat menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya justru memberikan keuntungan bagi bank. Mengingat kondisi tersebut, perusahaan industri perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai proporsi hutang yang lebih besar dari modalnya sendiri. Berdasarkan pendekatan Modigliani dan Miller (dalam Karadeniz et al, 2009), besarnya nilai perusahaan tergantung pada besarnya penggunaan hutang dalam struktur modal. Semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan maka akan semakin besar pula nilai perusahaan. Namun sampai pada titik tertentu manfaat penggunaan hutang berupa penghematan pajak justru lebih kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Tingkat kenaikan biaya akan semakin besar setelah proporsi hutang tertentu. Dengan demikian terdapat trade– off antara manfaat dan biaya dari penggunaan hutang. Saat keduanya ada pada 1 titik keseimbangan, saat itulah struktur modal yang optimal tercapai. Hal inilah yang disebut trade–off theory. Pecking Order Theory Myers dan Majluf (1984) menjelaskan suatu perusahaan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini mendasarkan pada adanya informasi asimetrik, yaitu suatu situasi dimana pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan daripada para pemilik modal. Informasi asimetrik ini akan mempengaruhi pilihan
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
62
antara penggunaan dana internal atau dana eksternal dan antara pilihan penambahan hutang baru atau dengan melakukan penerbitan equitas baru. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat hutang perusahaan, menurut penelitian yang dilakukan Viviani (2008) profitabilitas ditemukan berhubungan negatif dengan hutang sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan profitabilitas berhubungan negatif terhadap financial leverage, yang artinya semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan pendanaan melalui hutang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (SEN dan Eda, 2008). Struktur aset memiliki keterkaitan dengan financial leverage, struktur aset yang diproksikan dengan penggunaan aktiva tetap mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat leverage, perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang besar mencerminkan bahwa tingkat likuidasi perusahaan tersebut juga besar. Dengan menjadikan asetnya sebagai jaminan, perusahaan lebih mudah dalam mendapatkan hutang pada bank, karena bank mempunyai interpretasi bahwa aktiva tetap tersebut sebagai garansi. Hasil penelitian ini didukung oleh (Frank and Goyal, 2002). Sebaliknya, pada penelitian yang dilakukan oleh SEN dan Eda (2007) menyatakan struktur aktiva mempunyai keterkaitan negatif terhadap financial leverage, karena permasalahan utama teori pecking order adalah informasi yang tidak simetrik dan struktur aktiva merupakan variabel yang menentukan besar kecilnya masalah ini. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya jadi lebih mudah. Sehingga, permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat. Kesempatan bertumbuh merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam mempengaruhi struktur modal perusahaan. Untuk mengukur kesempatan bertumbuh digunakan market to book ratio atau biasa disebut price to book ratio yang mencerminkan posisi harga pasar saham terhadap nilai bukunya, rasio marke to book merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat perbandingan dengan perusahaan pesaing. Hal ini merupakan gambaran yang esensial bagi investor yang potensial dan analis karena
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
63
menyediakan cara yang sederhana dalam menilai apakah suatu perusahaan under atau overvalued. Semakin rendah market to book ratio hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kesempatan bertumbuh yang baik. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengujian Pecking Order Theory Pada Perusahaan Indonesia”.
KAJIAN KEPUSTAKAAN Struktur Modal Menurut cahyani (2013), Struktur modal adalah bauran penggunaan dana yang berasal dari ekuitas dan utang. Konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan jika menggunakan utang adalah perusahaan harus menaati perjanjian utang. Jika perusahaan menggunakan sumber dana berupa penerbitan saham maka perusahaan harus memberikan imbalan kepada investor berupa dividen. Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga dalam hal ini akan menyangkut sumber dana yang digunakan untuk membiayai proyek investasi tersebut.
Teori Pecking Order Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan untuk memaksimumkan
kesejahteraan
pemegang
saham.
Perusahaan
berusaha
menerbitkan sekuritas pertama dari internal fund, retained earning, kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers dalam Darminto dan adler, 2008). Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal.
Financial Leverage Warsono (2003:204) menyebutkan leverage adalah setiap penggunaan asset dan dana yang membawa konsekuensi biaya dan beban tetap. Jika perusahaan menggunakan sumber pembiayaan dari luar (modal asing) maka beban tetap yang ditanggung adalah bunga pinjaman, sedangkan apabila perusahaan menggunakan mesinmesin maka beban tetapnya berupa biaya penyusutan mesin-mesin
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
64
(depresiasi), dan jika perusahaan menyewa suatu aktiva tetap kepada pihak lain, maka konsekuensinya yaitu harus membayar biaya tetap berupa biaya sewa.
Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Kondisi profitabilitas yang baik akan mendorong para investor untuk melakukan investasi kedalam perusahaan tersebut. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen dalam Agus Sartono (2008).
Struktur Aktiva Struktur aktiva didefinisikan sebagai komposisi aktiva perusahaan yang akan menunjukkan seberapa besar aset perusahaan dapat digunakan sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman dalam Damayanti (2013:22) Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan stabilitas penjualan.
Kesempatan Bertumbuh Kesempatan bertumbuh dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengelola uang dengan cara menanamkan uang tersebut pada bidang-bidang tertentu dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Namun, kesempatan bertumbuh dapat diartikan juga sebagai pengkaitan sumbersumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Kesempatan bertumbuh yang identik dengan pertumbuhan perusahaan merupakan
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
65
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan size perusahaan, yang dapat diproksikan dengan peningkatan aktiva, ekuitas, laba dan penjualan. Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu dapat diturunkan sejumlah hipotesis sebagai berikut: H1 : Sesuai dengan hipotesis pecking order, profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial leverage. H2 : Sesuai dengan hipotesis pecking order, struktur aset berpengaruh negatif terhadap financial leverage. H3 : Sesuai dengan hipotesis pecking order, ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap financial leverage. H4 : Sesuai dengan hipotesis pecking order, kesempatan bertumbuh berpengaruh positif terhadap financial leverage. Gambar 1. Model Kerangka Penelitian
Profitabilitas (X1) Struktur Aset (X2)
Leverage (Y)
Pertumbuhan Perusahaan (X3) Ukuran Perusahaan (X4)
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014. Tehnik pengambilan sampel adalah dengan pendekatan proporsi dengan metode purposive sampling, yaitu dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria berikut : a. Perusahaan Perbankan yang secara konsisten tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2012-2014
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
66
b. Perusahaan yang rutin mengeluarkan laporan keuangan dan dapat diakses laporan keuangannya untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode 2012-2014. Tabel 1. Pemilihan Sampe NO Kriteria Sampel 1 Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 sampai 2014 2 Perusahaan yang tidak aktif memperdagangkan sahamnya selama periode bulanan Januari 2012 Desember 2014 (dikurangi) 3 Perusahaan yang tidak secara rutin mengeluarkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2012-2014 (dikurangi) Total Sampel Penelitian
Jumlah Perusahaan 41
(25)
(6)
10
Perusahaan yang memenuhi kriteria dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut: Tabel 2. Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kode BDMN BBTN BBNI BMRI BBRI BBKP BTPN BBCA BNII BSIM
Nama Perusahaan Bank Danamon Tbk Bank Tabungan Negara Tbk Bank Negara Indonesia Tbk Bank Mandiri Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Maybank Indonesia Tbk Bank Sinar Mas Tbk
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data didapatkan dari Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian di BEI.
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
67
Operasional Variabel Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabelvariabel sebagai berikut : 1) Variabel Dependen (Dependent Variable) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen/terikat adalah: Tingkat Hutang (Leverage Ratio). 2) Variabel
Independen (Independent Variable)
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Profitabilitas (X1), Struktur Aktiva (X2), Kesempatan Bertumbuh (X3) dan Ukuran Perusahaan (X4).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Hipotesis Untuk
mengetahui
pengaruh
masing-masing
variabel
bebas
yaitu
profitabilitas, asset structure, kesempatan bertumbuh dan ukuran perusahaan terhadap variabel terikat yaitu tingkat hutang secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Nama Variabel ß Standar t hitung t tabel Error Konstanta 0,202 1,597 0,127 2,045 Profitabilitas -0,357 0,129 2,757 2,045 Asset structure 0,189 0,062 3,037 2,045 Kesempatan -0,033 0,014 2,428 2,045 Bertumbuh Ukuran perusahaan
0,659
0,641
1,028
2,045
Sig.
Ket
0,900 0,011 0,006 0,023
Signifikan Signifikan Signifikan
0,314
Tdk Signifikan
Sumber: Data Diolah, 2016 Berdasarkan dari hasil Tabel 1, maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 0,202 – 0,357x1 + 0,189x2 – 0,033x3 + 0,659x4 + e Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut: 1.
Koefisien Regresi (β). Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa dari keempat variabel yang diteliti, ternyata variabel ukuran
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
68
perusahaan mempunyai pengaruh dominan dalam mempengaruhi perubahan tingkat hutang perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena diperoleh koefisien regresi terbesar adalah variabel ukuran perusahaan sebesar 0,659%, hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan akan memberikan dampak terhadap peningkatan hutang perusahaan karena semakin 2.
besarnya beban operasional perusahaan.
Koefisien Korelasi dan Determinasi Berdasarkan dari output komputer di atas maka diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian diperoleh nilai sebesar 0,781 dimana dengan nilai tersebut terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah sebesar 78,1%. Artinya tingkat hutang perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mempunyai hubungan yang kuat dengan profitabilitas, asset structure, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara variabel profitabilitas, asset structure, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan terhadap tingkat hutang perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.
Koefisien Determinasi (R²). Sementara itu koefisien determinasi yang diperoleh dengan nilai sebesar 0.611 Artinya bahwa sebesar 61,1% perubahanperubahan dalam variabel terikat (tingkat hutang di Bursa Efek Indonesia) dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor profitabilitas, asset structure, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan. Sedangkan selebihnya sebesar 38,9% dijelaskan oleh faktorfaktor lain diluar empat variabel seperti dijelaskan di atas. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel profitabilitas, asset structure, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan mempunyai kontribusi besar yang mempengaruhi perusahaan perbankan memiliki tingkat hutang.
Hasil Uji Secara Simultan Untuk menguji hipotesis mengenai variabel independent dalam hubungan dengan tingkat hutang di Bursa Efek Indonesia, maka dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
Tabel 2. Analisis Of Variance (Anova) Model Sum of df Mean Squares Squares Regresi 1,392 4 0,348 Sisa 0,888 25 0,036 Total 2,280 29 Sumber : Data Primer, 2016 (diolah)
69
Fhitung
9,803
Ftabel
2,758
Sig. 0.000a
Berdasarkan hasil pengujian dari uji ANOVA atau uji-F (secara simultan) diperoleh Fhitung sebesar 9,803, sedangkan Ftabel pada tingkat signifikansi α= 5% adalah sebesar 2,758. Hal ini memperlihatkan bahwa Fhitung > Ftabel, dengan tingkat signifikansi 0.000. Hasil perhitungan ini dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel profitabilitas, asset structure, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan, secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat hutang di Bursa Efek Indonesia sangat ditentukan oleh adanya indikator profitabilitas, asset structure, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan.
PENUTUP Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji regresi linier berganda, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Hasil pengujian terhadap variabel profitabilitas diperoleh nilai thitung sebesar 2,757 sedangkan nilai ttabel sebesar 2,045, hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,011. Dengan demikian hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan tingkat hutang perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
2.
Hasil pengujian terhadap variable asset structure diperoleh nilai thitung sebesar 3,037, sedangkan nilai ttabel sebesar 2,045, hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006. Dengan demikian hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
70
variabel asset structure berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. 3.
Hasil pengujian terhadap variabel kesempatan bertumbuh diperoleh nilai thitung sebesar 2,428, sedangkan nilai ttabel sebesar 2,045, hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,023 atau probabilitas lebih kecil dari α= 5%. Berdasarkan hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel kesempatan bertumbuh berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan perbankan pada Bursa Efek Indonesia.
4.
Hasil pengujian terhadap variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai thitung sebesar 1,028 sedangkan nilai ttabel sebesar 2,045, hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,314 atau probabilitas lebih besar dari α= 5%. Berdasarkan hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Untuk menambah referensi selanjutnya, ada beberapa saran yang
dikemukakan sebagai berikut : 1.
Untuk penelitian lanjutan perlu menggunakan data dan sampel yang lebih luas dari berbagai jenis perusahaan tidak hanya perbankan tapi juga melibatkan manufaktur maupun perusahaan makanan dan perusahaan jasa. Ini dimaksudkan agar kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut memiliki cakupan yang lebih luas dan tidak hanya merupakan perusahaan perbankan saja.
2.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan waktu penelitian lebih dari empat tahun agar hasil penelitiannya menggambarkan kondisi yang ada.
REFERENSI Agus Sartono, Manajemen Keuangan (2008) Yogyakarta: BPFE Atmaja, Lukas Setia (2008) Manajemen Keuangan, Buku I, Yogyakarta: Penerbit Andi
JIM-EKM. 01(2):60-71 (2017)
71
Karadeniz, E.,S.Y. Kandir, M. Balcilar dan Y.B. Onal (2009) Determinants of Capital Structure: Evidence From Turkish Lodging Companies. International Journal of Contemporary Hospitality Management. Vol. 21 (5), 594-609 Damayanti (2013) Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Peluang Bertumbuh dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal (Studi Pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Perspektif Bisnis, Vol. 1, (1) Darminto dan A.H. Manurung (2008) Pengujian Teori Trade-Off Dan Pecking Order: Dengan Satu Model Dinamis. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 1 (1) Viviani, J.L (2008) Capital Structure Determinants: An Empirical Study Of French Company In The Wine Industry. International Journal of Wine Business Research, Vol. 20 (2), 171-194 Warsono (2003) Manajemen Keuangan. Buku I. Edisi Ketiga. Malang: Bayumedia.