PENGUJIAN KINERJA PENETROMETER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535
SKRIPSI
TOFAN ARGANDHI PUTRA F14070069
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERFORMANCE TEST OF DIGITAL PENETROMETER BASE ON MICROCONTROLLER ATMEGA 8535 Radite Praeko Agus Setiawan and Tofan Argandhi Putra Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone 0857 1933 4499, e-mail:
[email protected]
ABTRACT Performance test of digital penetrometer had been conducted to evaluate the performance of developed digital penetrometer. Force was measured using a ring type load cell, while the penetration depth was measured using an ultrasonic distance sensor. All measured data can be displayed on the LCD and recorded on a flash memory. Measurement of forces have an accuracy of 0.1 kg, whereas the depth of measurement has an accuracy of 5 mm. Recorded data were force of penetration, depth of penetration and ambient temperature. Ambient temperature used to correct the speed of ultrasonic sensor in the air. Results of tests showed that the digital penetrometer based on microcontroller ATmega 8535 wich have accurate reading for measuring temperature, depth and penetration resistance of the soil. Cone index data used for determining trafficability, estimating traction ratio (at 50% slip), specific draft prediction for plowing and specific torque for rotary tilling. Keywords: penetrometer, microcontroller, flash memory , trafficability, traction ratio, specific draft, rotary tilling.
Tofan Argandhi Putra. F14070069. Pengujian Kinerja Penetrometer Digital Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535. Dibimbing oleh Radite Praeko Agus Setiawan. 2012.
RINGKASAN Penetrometer adalah alat untuk mengukur kekuatan tanah yang disebabkan karena adanya tahanan penetrasi tanah. Dengan data tahanan penetrasi tanah dapat dihitung indeks kerucut (cone index). Cone index merupakan besaran yang menunjukkan harga tahanan tanah terhadap gaya penetrasi dari cone (vertikal) dibagi luas dasar cone. Satuan besaran ini dinyatakan dalam satuan gaya per satuan luas (kg/cm2). Cone index atau indeks kerucut suatu tanah adalah nilai gaya penetrasi kerucut dibagi luas dari kerucut yang digunakan pada saat menguji. Pada umumnya cone yang digunakan pada saat uji di lapangan memiliki luas penampang 2 cm2 untuk lahan keras dan 4 cm2 untuk lahan lunak. Cara penggunaan penetrometer adalah pasang cone pada ujung batang penetrometer setelah itu tegakkan secara vertikal pada tanah yang akan diuji. Tekan penetrometer ke dalam tanah dengan gaya tekan yang tetap sampai ujung cone berada di bawah permukaan tanah. Pada kedalaman tertentu dibaca besarnya tekanan vertikal yang diberikan untuk menekan alat tersebut. Pengukuran cone index dapat dilakukan dengan beberapa metode. Salah satunya yaitu uji duga. Uji duga adalah gaya yang diperlukan untuk menekan atau memasukan sebuah alat duga ke dalam tanah yang merupakan ukuran kekuatan tanah. Data penetrometer digunakan untuk kegiatan pertanian salah satunya adalah mengetahui daya dukung tanah. Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat yang berada di atasnya. Apabila suatu alat berada di atas tanah, maka alat tersebut akan memberikan ground pressure. Jika ground pressure alat lebih besar dari daya dukung tanah, maka alat tersebut akan terbenam. Fungsi data pengambilan penetrometer juga dapat digunakan untuk mengetahui draft spesifik (ketahanan tanah spesifik), pendugaan rasio traksi, draft spesifik untuk pembajakan, pendugaan torsi spesifik untuk rotary tilling dan penentuan trafficability. Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran atau uji langsung di lapangan. Penetrometer yang ada sekarang ini masih berupa penetrometer tipe analog dan penetrometer tipe mekanis yang membutuhkan tiga hingga empat pekerja saat mengoperasikan penetrometer tersebut. Pekerja pertama sebagai penekan penetrometer, pekerja kedua sebagai pembaca skala tahanan penetrasi tanah, pekerja ketiga sebagai pembaca kedalaman tanah dan pekerja keempat mencatat hubungan antara tahanan penetrasi tanah dengan kedalaman tanah. Karena itu pada penelitian sebelumnya telah dikembangkan penetrometer digital yang dapat merekam data gaya penetrasi dan kedalaman penetrasi sekaligus mengetahui suhu pada saat pengujian (Muzani, 2012). Tujuan penelitian ini adalah menguji kinerja penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 yang telah dirancang oleh Muzani (2012) dimana terdapat sensor gaya tipe cincin, sensor kedalaman penetrasi tipe ultrasonic ranger dan sensor suhu dengan IC LM35. Data yang dihasilkan adalah data kekuatan tanah, nilai kedalaman penetrasi tanah dan suhu udara atau lingkungan. Data tersebut dapat disimpan melalui flash memory atau media penyimpanan sementara sehingga mudah untuk diolah lebih lanjut oleh pengguna dan untuk mengirim data dari penetrometer digital ke dalam komputer dibutuhkan kabel USB Serial dan program pembacaan port. Metode awal dari pengujian alat ukur kekuatan tanah yaitu membandingkan pembacaan tahanan penetrasi penetrometer digital dengan penetrometer mekanis di laboratorium dengan menyamakan pembacaan pada alat timbangan berat badan. Kemudian dilakukan antara masalah yang sering terjadi dalam penggunaan alat ukur kekuatan tanah (penetrometer). Tahapan berikutnya adalah
pengujian kinerja penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 di Laboratorium Siswadhi Soepardjo. Sistem kerja dari alat ukur kekuatan tanah yaitu menekan penetrometer hingga batang penekan masuk ke dalam tanah. Dengan adanya penekanan maka didapat nilai penetrasi tanah tersebut sesuai dengan kemampuan tanah menahan tekanan yang diberikan dari tenaga manusia sebagai penekan alat tersebut. Penetrometer digital memberikan data berupa nilai tekanan tanah, nilai suhu dan nilai kedalaman batang penekan tanah. Gaya tekan diukur dengan menggunakan sensor strain gage yang dipasang pada cincin tranduser. Pengerutan cincin tranduser direspon oleh sensor strain gage berupa nilai hambatan karena tegangan yang dihasilkan terlalu kecil, maka dibutuhkan penguat. Data tersebut kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk diubah menjadi satuan kgf. Data kedalaman diperoleh dengan menggunakan bantuan sensor utrasonic ranger. Data suhu diperoleh dengan menggunakan sensor suhu berjenis LM35. Suhu yang diukur adalah suhu lingkungan sekitar pengambilan data. Suhu lingkungan digunakan untuk membuktikan adanya indikasi perubahan pembacaan karena faktor suhu antara suhu lingkungan dengan sensor ultrasonic ranger. Tenaga yang diperoleh dari alat ukur kekuatan tanah (penetrometer) yaitu tenaga manusia. Sedangkan untuk pengoprasian alat dan baterai 9 volt untuk komponen elektronika penetrometer. Dimensi dari alat ini yaitu tinggi 95 cm yang terdiri dari panjang batang penekan sebesar 70 cm dan sisanya batang penghubung antara lengan dengan cincin. Hasil pengujian adalah data perbandingan pembacaan menggunakan penetrometer mekanis tipe SR-2 dengan pembacaan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 tanpa menggunakan cone yaitu dengan cara memanfaatkan timbangan berat badan sebagai indikator pembacaan gaya tekan. Hasil berikutnya yaitu perbandingan pembacaan penetrometer mekanis tipe SR-2 dan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 dengan menggunakan cone yang memiliki luas 2 cm2. Pada pengujian ini dilakukan di Laboratorium Siswadhi Soepardjo dengan menggunakan tanah jenis latosol. Data pendukung yaitu data kadar air tanah pada setiap tempat pengujian dari kedua penetrometer tersebut.
PENGUJIAN KINERJA PENETROMETER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh : TOFAN ARGANDHI PUTRA F 14070069
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi
:
Pengujian Kinerja Penetrometer Digital Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535
Nama
:
Tofan Argandhi Putra
NIM
:
F 14070069
Menyetujui, Pembimbing Akademik,
(Dr. Ir. Radite Praeko Agus Setiawan, M.Agr.) NIP. 196212231986011001
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Desrial, M.Eng.) NIP. 19661201 199103 1 004
Tanggal lulus:
vi
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pengujian Kinerja Penetrometer Digital Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, November 2012 Yang membuat pernyataan
Tofan Argandhi Putra F 14070069
vii
© Hak cipta milik Tofan Argandhi Putra, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
viii
BIODATA PENULIS
Tofan Argandhi Putra, dilahirkan di Pati, dari pasangan Agus Akhmadi dan Rita Maphilinda, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Brebes 5 Kabupaten Brebes, pada tahun 2004 lulus dari SMPN 2 Kota Brebes dan lulus dari SMAN 1 Kota Brebes pada tahun 2007. Penulis terdaftar di Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem pada tahun 2007. Selama kuliah penulis mengikuti beberapa kegiatan mahasiswa yaitu Agricultural Engineering Design Club (AEDC) sebgai staf, Pesatuan Tennis Fakultas Teknologi Pertanian (anggota), Organisasi Daerah Brebes (sebagai wakil ketua), Himpunanan Mahasiswa Teknik Pertanian (anggota) dan lain sebagainya. Penulis melaksanakan praktik lapangan pada tahun 2010 di PT. Agrowiyana Bakrie Sumatra Plantation, Tungkal Ulu, Jambi, dengan judul “Mempelajari Aspek Mekanisasi Pertanian Budidaya Kelapa Sawit di PT. Agrowiyana Bakrie Sumatra Plantation”. Penulis menyukai olahraga panjat tebing, tenis lapangan dan mempunyai hobi memancing.
ix
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “ Pengujian Kinerja Penetrometer Digital Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535“. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana S1 di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Radite Praeko Agus Setiwan, M.Agr. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan, praktik lapangan, penelitian dan penulisan skripsi dengan penuh pengertian. 2. Dr.Ir. Iwayan Astika, M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah membina penulis dalam menyempurnakan tugas akhir. 3. Kedua orang tua penulis (Agus Akhmadi dan Rita Maphilinda) atas segala kasih sayang dan doa yang tak pernah habis. 4. Ketiga adik penulis (Shefira Bella Ardiena, Aufa Linda Ardian dan M. Naffael Arasyid) atas segala dorongan dan doa untuk penulis. 5. M. Tahir Sapsal yang telah membantu penelitian penulis. 6. Ahmad Muzani, Hans Budi Findranov, Muammar Tawarudin Akbar, Damar Wahyu Bintoro, Satria Asa Negara, Fauzi Kadarisman dan M. Wiryawan yang selalu setia bersama penulis untuk membantu penelitian. 7. Teman-teman Teknik Pertanian angkatan 44 kenangan indah selama proses belajar, penelitian dan penulisan skripsi ini. 8. Ahmad Muzani yang selalu mendampingi serta memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam penulisan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Bogor, November 2012 Tofan Argandhi Putra
x
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ x DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................................... xv I. PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1 1.2 Ruang Lingkup..............................................................................................................2 1.3 Tujuan ...........................................................................................................................2 II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................... 3
2.1 Tanah Secara Umum .....................................................................................................3 2.2 Sifat Fisik Tanah ...........................................................................................................3 2.2 Sifat Mekanis Tanah .....................................................................................................8 2.3 Jenis-jenis Tanah ...........................................................................................................8 2.4 Penetrometer .................................................................................................................9 III. METODE PENELITIAN ................................................................................................................ 16
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................................................16 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................................16 3.3 Tahapan penelitian ......................................................................................................16 3.4 Prosedur Kalibrasi .......................................................................................................17 3.5 Tahapan Pengujian Penetrometer................................................................................17 3.6 Tahap Pengukuran Kadar Air .....................................................................................17 3.7 Tahapan Pengolahan Data...........................................................................................19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................................... 20
4.1 Hasil Kalibrasi Jarak untuk Sensor Ultrasonik Ranger ...............................................20 4.2 Hasil Kalibrasi Beban Penetrometer ...........................................................................23 4.3 Perbandingan Hasil Pengukuran Penetrasi Tanah.......................................................27 4.4 Perhitungan Peneterasi Tanah dan Cone index ...........................................................34 xi
4.5 Kalibrasi Sensor Gaya (Strain gage) dan Sensor Jarak (Ultrasonik) ..........................35 V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 36
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................36 5.2 Saran ...........................................................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 38 LAMPIRAN..................................................................................................................... .....................39
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penentuan trafficability (Setiawan 2004) ............................................................................... 13 Tabel 2. Pengujian penetrometer digital ke-1 ulangan ke-1 ................................................................. 35
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram segitiga tekstur dan sebaran besar butir tanah berdasarkan sistem USDA ............ 4 Gambar 2. Penampang vertikal lapisan tanah (sumber www.keisya-lambudi.bogspot.com)................. 5 Gambar 3. Bagian penetrometer SR-2 (Setiawan 2004) ...................................................................... 10 Gambar 4. Penetrometer Tipe SR-2 ..................................................................................................... 11 Gambar 5. Cone pada penetrometer ..................................................................................................... 12 Gambar 6. Bagan metodologi penelitian .............................................................................................. 16 Gambar 7. Timbangan digital dan cawan ............................................................................................. 18 Gambar 8. Pengering dengan suhu 110 oC ........................................................................................... 18 Gambar 9. Meja kalibrasi sensor jarak (ultrasonik) ............................................................................. 20 Gambar 10. Skala penggaris dan sudut kemiringan pada meja kalibrasi ............................................. 21 Gambar 11. Penghalang dengan sudut 0o ............................................................................................. 21 Gambar 12. Penghalang dengan sudut kemiringan 5o .......................................................................... 21 Gambar 13. Penghalang dengan sudut kemiringan 10o ........................................................................ 22 Gambar 14. Penghalang dengan sudut kemiringan 15 o ........................................................................ 22 Gambar 15. Penghalang dengan sudut kemiringan 20 o ........................................................................ 22 Gambar 16. Skala penggaris meja kalibrasi sensor jarak (ultasonik) ................................................... 23 Gambar 17. Penetrometer SR-2 dan timbangan ................................................................................... 24 Gambar 18. Kegiatan kalibrasi dengan operator ................................................................................. 24 Gambar 19. Kalibrasi dengan massa operator 62 kg ............................................................................ 24 Gambar 20. Kalibrasi dengan massa operator 67 kg ............................................................................ 25 Gambar 21. Kalibrasi dengan massa operator 64 kg ............................................................................ 25 Gambar 22. Kalibrasi dengan massa operator 74 kg ............................................................................ 26 Gambar 23. Kalibrasi dengan massa operator 63 kg ............................................................................ 26 Gambar 24. Kalibrasi dengan massa operator 65 kg ............................................................................ 27 Gambar 25. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-1 titik ke-1 .................................................................. 28 Gambar 26. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-1 titik ke-2 .................................................................. 28 Gambar 27. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-1 titik ke-3 .................................................................. 29 Gambar 28. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-2 titik ke-1 .................................................................. 29 Gambar 29. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-2 titik ke-2 .................................................................. 30 Gambar 30. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-2 titik ke-3 .................................................................. 30 Gambar 31. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-3 titik ke-1 .................................................................. 31 Gambar 32. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-3 titik ke-2 .................................................................. 31 Gambar 33. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-3 titik ke-3 .................................................................. 32 Gambar 34. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-4 titik ke-1 .................................................................. 32 Gambar 35. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-4 titik ke-2 .................................................................. 33 Gambar 36. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-4 titik ke-3 .................................................................. 33 Gambar 37. Penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 ........................................... 34 Gambar 38. Penetrometer mekanis tipe SR-2 ...................................................................................... 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Spesifikasi soil penetrometer SR-2 .................................................................................. 39 Lampiran 2. Contoh perhitungan cone index ....................................................................................... 40 Lampiran 3. Tabel spesifikasi mikrokontroler ATmega 8535.............................................................. 41 Lampiran 4. Spesifikasi penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 ........................ 42 Lampiran 5. Tabel pengujian tahanan penetrasi tanah ......................................................................... 44 Lampiran 6. Tabel kadar air pengujian ke-1 sampai pengujian ke-6 ................................................... 56 Lampiran 7. Tabel kalibrasi sensor jarak (ultasonik) ........................................................................... 62 Lampiran 8. Kalibrasi penguat untuk sensor gaya (strain gage) .......................................................... 63 Lampiran 9. Tegangan referensi pada ADC ......................................................................................... 66 Lampiran 10. Sifat Tanah di Laboratorium Siswadhi Soepardjo Leuwikopo, Dramaga ...................... 67 Lampiran 11. Spesifikasi sensor kedalaman (ultrasonik) DT-SENSE USIRR (#991-992).................. 68 Lampiran 12. Perhitungan ketelitian sensor gaya (strain gage) ........................................................... 69
xv
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesuburan tanah merupakan faktor vital yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Saat ini petani belum memiliki pedoman khusus untuk mengetahui apakah suatu tanah masih subur atau tidak. Untuk itu dengan beberapa pengujian kekuatan tanah yang dapat dilakukan di lahan setidaknya dapat menjadi pedoman sementara untuk mengindikasikan tingkat kesuburan suatu lahan sebelum penanaman produk pertanian. Pengujian tanah untuk keperluan perancangan lahan dapat berupa uji tanah di lapangan dan uji tanah di laboratorium, baik itu berupa uji fisik maupun uji mekanik dan uji untuk mengetahui kekuatan tanah. Sedangkan uji tanah di lapangan diperlukan untuk mencari data langsung dari lapangan. Uji ini dapat berupa uji lapisan tanah dengan alat bor, uji kepadatan dan kekuatan tanah. Uji kekuatan tanah dapat berupa uji penetrasi standar atau standard penetration test dan uji sondir atau uji penetrasi konus (cone penetration test). Uji lapangan ini termasuk pelaksanaan pengambilan sampel tanah untuk keperluan uji laboratoium. Sedangkan untuk uji di laboratorium dapat berupa analisis butiran dan komposisi butiran atau gradasi, kadar air, berat isi dan sifat kimia tanah. Uji geser dengan alat geser langsung maupun dan alat triaxial hingga uji pemampatan tanah atau consolidation test. Dalam pengujian kekuatan tanah ini dilakukan menggunakan alat yaitu penetrometer digital. Penetrometer adalah alat untuk mengukur kekuatan tanah. Data yang diambil dari penetrometer adalah data gaya tekanan tanah yang menjadi acuan kekuatan tanah. Penyondiran adalah proses pemasukan suatu batang tusuk ke dalam tanah, dengan bantuan manometer yang terdapat pada alat sondir tersebut, kita dapat membaca atau mengetahui kekuatan suatu tanah pada kedalaman tertentu sehingga dapat diketahui bahwa dari berbagai lapisan tanah memiliki kekuatan yang berbeda. Penyelidikan dengan penyondiran disebut penetrasi dan alat sondir yang biasa digunakan adalah penetrometer. Pada umumnya penetrometer memiliki ujung yang berbentuk cone (kerucut) dihubungkan pada suatu rangkaian stang dalam wadah luar dengan bantuan suatu rangka dari besi dan dongkrak yang ditekan ke dalam tanah. Ada dua macam ujung penetrometer, yaitu: 1.
Tipe standar atau mantel conus Pada jenis ini yang diukur adalah perlawanan pada ujung (konus). Hal ini dilakukan dengan cara menekan stang dalam hingga cone menembus ke bawah permukaan tanah, sedangkan seluruh wadah luar tetap di luar. Gaya yang dibutuhkan untuk menekan konus tersebut diukur dengan alat pengukur kedalaman.
2.
Tipe friction sleeve atau bikonus Pada jenis ini dapat diukur sekaligus nilai cone index dan hambatan lekatnya. Hal ini dilakukan dengan penekanan stang dalam seperti biasanya. Pembacaan nilai konus dan hambatan lekat dilakukan setiap 20 cm. Dengan alat sondir yang mungkin hanya mencapai pada kedalaman 30 cm atau lebih bila tanah yang diselidiki bertekstur lunak. Alat ini sangat cocok di Indonesia karena di sini banyak dijumpai lapisan lempung yang dalam dengan kekuatan rendah sehingga tidak sulit menembusnya.
1
1.2
Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi pada pengujian alat ukur kekuatan tanah secara mekanis (penetrometer tipe SR-2) dan digital dengan menghasilkan data berupa gaya reaksi tanah yang menjadi acuan untuk mengetahui nilai kekuatan tanah. Kemudian dilakukan pengujian tanah secara digital dengan penetrometer digital berbasis mikrokontroler Atmega 8535. Setelah mendapatkan hasil dari pengujian penetrometer digital, selanjutnya dilakukan uji penetrometer analog untuk membandingkan hasil dan diambil kesimpulan untuk kelayakan penetrometer digital.
1.3
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk pengujian kinerja alat yaitu penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 yang dilengkapi sensor kedalaman (ultrasonik), sensor tekan atau strain gage dan sensor suhu jenis LM35 yang dirancang oleh Muzani (2012). Dalam pengujian digunakan penetrometer mekanis tipe SR-2 sebagai perbandingan alat ukur penetrasi tanah. Dari perbandingan kedua alat tersebut diharapkan penetrometer digital memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dan diketahui beberapa kelebihan dari penetrometer digital dibandingkan penetrometer mekanis tipe SR-2.
2
II. 2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Secara Umum
Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman. Tanah berasal dari bahasa latin yaitu solum yang berarti bagian teratas kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah secara umum terdiri dari tiga bahan yaitu butiran tanah (padatan), cair (cairan) dan udara (gas) yang terdapat dalam ruang pori antar butiran-butiran tanah tersebut. Komposisi dari ketiga bahan penyusun tanah tersebut selalu beda untuk tiap jenis tanah dan kondisi lingkungan. Hubungan dari ketiga bahan penyusun tanah ini menunjukan sifat-sifat fisik tanah (Hillel 1971). Definisi ilmiah tanah (Hardjowigeno 1992) adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison yang terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Kondisi tanah yang baik adalah pemadatan tanah rendah, bobot isi tanah rendah, aerasi tanah yang baik, porositas tanah tinggi dan drainase yang baik.
2.2
Sifat Fisik Tanah
2.1.1 Warna Tanah Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief 1979). Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan munsell soil colour chart sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar, warna karat atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan mineralogi tanah (Thompson dan Troen 1978). Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu di dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang. Sebagai akibatnya tanah-tanah berwarna agak kelabu terang. Jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu maka tanah sedikit mengalami perubahan kimiawi. 2.1.2 Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Tekstur tanah memiliki perbandingan relatif dalam persen antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah erat hubungannya dengan indeks plastisitas, permeabilitas, kekerasan tanah, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al. 1986). Soepardi (1983) menyatakan bahwa dalam waktu yang singkat sifat tanah tidak banyak berubah walaupun proses yang terjadi di dalam tanah sangat aktif. Dengan demikian, tanah berpasir atau tanah berliat akan tetap menjadi tanah berpasir atau tanah berliat untuk waktu yang cukup lama. Nisbah antara beberapa kelompok ukuran suatu tanah merupakan ciri khas dan tidak mudah untuk berubah serta dianggap sebagai ciri dasar. Klasifikasi jenis tanah berdasarkan tekstur menurut USDA dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur dan sebaran besar butir tanah berdasarkan sistem USDA Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode yaitu dengan metode pipet dan metode hidrometer. Kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et al. 1986). 2.1.3 Struktur Tanah Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti pasir, debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah yang terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Struktur yang dapat memodifikasi pengaruh tekstur yaitu berhubungan dengan kelembaban porositas, unsur hara, jasad hidup dan pengaruh permukaan akar. Tipe struktur terdapat empat bentuk utama, yaitu: -
bentuk lempung bentuk prisma bentuk gumpal bentuk spheroidel atau bulat
Keempat bentuk utama di atas menghasilkan tujuh tipe struktur tanah. Suatu pengertian tentang sebab-sebab perkembangan struktur di dalam tanah perlu diperhatikan karena stuktur tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat berubah karena pengolahan tanah. Struktur tanah
4
dapat berkembang dari butir-butir tunggal ataupun kondisi tanah butiran besar. Pembentukan ini kadang-kadang sampai ke tahap perkembangan struktural yang mantap.
Gambar 2. Penampang vertikal lapisan tanah (sumber www.keisya-lambudi.bogspot.com) 1. Horizon O - Lapisan atas, lapisan olah dan lapisan humus. - Lapisan teratas suatu penampang tanah yang biasanya banyak mengandung bahan organik sebagai hasil dekomposisi seresah sehingga warnanya gelap. - Merupakan lapisan utama. 2. Horizon A - Horison mineral berwarna agak gelap. 3. Horizon E - Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar liat silikat, F dan Al rendah, tetapi pasir dan debu kuarsa dan mineral resistansi lainnya tinggi, berwarna terang. 4. Horizon B - Horrison illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci dari horison di atasnya (akumulasi bahan eluvial). - Ketebalan lapisan lebih besar dari horizon A. - Horizon B dibagi menjadi beberapa sub lapisan: 1. Sub lapisan B 1: daerah peralihan horizon (warna agak gelap). 2. Sub lapisan B 2: daerah kandungan kapur tinggi (warna terang). 3. Sub lapisan B 3: daerah penimbunan unsur Fe missal Fe2O3 (warna merah). 5. Horizon C - Horizon C atau lapisan batuan induk merupakan hasil pelapukan dan penghancuran oleh iklim terhadap batuan induk yang berlangsung lama. - Sifatnya mirip batuan induk.
5
6. Horizon R (bedrock) - Merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat pejal dan belum mengalami pelapukan. Kegunaan profil tanah adalah untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan tanah atas = O-A) dan solum (O-A-E-B), untuk mengetahui kelengkapan atau diferensiasi horison pada profil dan mengetahui warna tanah. Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar. Sistem penanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim et al. 1986). 2.1.4 Kadar Air dan Kerapatan Isi (bulk density) Kadar air adalah hilangnya berat ketika objek lembab dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban. Metode umum yang biasa dipakai untuk menentukan jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah kering (Hakim et al. 1986). Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena keadaan lembab sering bergejolak dengan keadaan air. Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi dan kedalaman solum atau lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar air serta ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga berpengaruh seperti curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranspirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta tingkat pertumbuhan yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman (Hanafiah, 2005). Pengukuran kadar air tanah dapat dilakukan dengan cara metode pengeringan pengering. Pada metode ini hanya air yang diuapkan selama pengeringan. Sesuai dengan standar pengukuran kadar air, agregat halus dan kasar dalam keadaan lembab atau kering dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan menimbang agregat yang masih mengandung kadar air, lalu mengeringkannya dalam pengering. Prosedur pengujian meliputi tahapan-tahapan, antara lain: 1. Tempatkan benda uji dalam cawan, lalu timbang dan catat massanya. 2. Keringkan dengan menggunakan pengering ataupun dengan menggunakan kompor. 3. Pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan dengan pengering maupun pengeringan di atas kompor untuk benda uji yang tidak mengandung bahan organik. Proses pengeringan menggunakan pengering yaitu dengan cara membuka tutup cawan dan menempatkan tanah di dalam pengering selama 24 jam. Sedangkan pengeringan untuk benda uji yang tidak mengandung bahan organik dilakukan di atas kompor atau dibakar langsung setelah disiram dengan spirtus. 4. Lakukan penimbangan dan pengeringan secara berulang-ulang sehingga mencapai bobot yang tetap. Lalu cawan yang berisi benda uji yang telah dikeringkan kemudian dinginkan dalam desikator. Setelah dingin, cawan yang berisi tanah kering ditimbang dan catat massanya. Besarnya kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kadar air =
x 100
(1)
Dimana : W1 = Berat cawan + tanah basah (gram) W2 = Berat cawan + tanah kering (gram) W3 = Berat cawan kosong (gram) W1 –W2 = Berat air (gram) 6
W2 –W3 = Berat bahan kering (gram). Besarnya kadar air dinyatakan dalam persen dengan ketelitian satu angka di belakang koma. Kerapatan isi tanah dapat dihitung dengan rumus (Setiawan et al. 2002): ρd = (2) Dimana : ρd = kerapatan isi tanah (g/cm3) mtk = massa tanah kering (gram) Vt = volume tanah dalam ring sampel (cm3) Kerapatan isi dapat dinyatakan dengan bulk density basah dan bulk density kering. Bulk density basah menyatakan massa tanah keseluruhan per unit volume. Bulk density kering menunjukan perbandingan massa tanah kering pengering terhadap volume keseluruhan. 2.1.5 Ruang Pori Total Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan porositas, contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian campuran ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air yang kering pengering merupakan volume ruang pori. Untuk 400 cm3 campuran yang berisi 200 gram (200 cm3) air pada kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth 1988). Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikel yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir mempunyai porositas kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah, tetapi mempunyai proporsi besar yang disusun dari komposisi pori-pori yang besar serta sangat efisien dalam pergerakan udara dan alirannya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir rendah serta menyebabkan kapasitas saat menahan air relatif rendah. Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total lebih banyak dan proporsi relatif besar yang tersusun atas pori-pori kecil, yang menyebabkan tanah mempunyai kapasitas kemampuan menahan air yang tinggi. 2.1.6 Infiltrasi Infiltrasi dari segi hidrologi penting karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah derajat kemampatan, kandungan air dan permeabilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air serta iklim mikro tanah. Infiltrasi berpengaruh saat mulai terjadinya aliran permukaan dan laju aliran permukaan atau run off. Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah sebagai berikut: -
Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh Kelembaban tanah Pemampatan tanah oleh curah hujan Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan) Pemampatan oleh orang dan hewan Struktur tanah Tumbuh-tumbuhan Udara yang terdapat dalam tanah Topografi Intensitas hujan 7
-
Kekasaran permukaan Mutu air Suhu udara Adanya kerak di permukaan
2.1.7 Stabilitas Agregat Stabilitas agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Stabilitas agregat tergantung pada ketahanan tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam stabilitas agregat antara lain bahan-bahan pelekat agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antar koloid dan partikel di dalam agregat pada saat basah.
2.2
Sifat Mekanis Tanah
2.2.1 Permeabilitas Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruangruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara. Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi. Hal ini dapat menurunkan laju aliran air. Koefisien permeabilitas tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel maka semakin kecil pula ukuran pori serta makin rendah koefisien permeabilitasnya. Menurut Susanto dan Purnomo (1996), pada kebanyakan tanah konduktivitas hidrolik tidak selamanya tetap. Hal ini dikarenakan berbagai proses kimia, fisika dan biologis. Konduktivitas hidrolik bisa berubah saat air masuk dan mengalir ke dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion komplek dapat dipertukarkan seperti saat air memasuki tanah sehingga mempunyai komposisi atau konsentrasi zat terlarut serta berbeda dengan larutan awal. Hal ini bisa merubah konduktivitas hidrolik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang. Hal ini disebabkan adanya fenomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhi oleh jenis-jenis kation. Selain itu juga terdapat pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung selama aliran yang lain bisa menghasilkan penyumbatan pori-pori tanah.
2.3
Jenis-jenis Tanah
Tanah sebagai benda alam mempunyai sifat-sifat yang bervariasi. Sifat tanah yang berbedabeda pada berbagai tempat mencerminkan pengaruh dari berbagai faktor pembentuknya di alam. Tanah dipandang sebagai alat produksi pertanian, karena tanah berfungsi sebagai media tumbuhnya tanaman. Produktivitas tanaman pertanian banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah yang bersangkutan, baik sifat fisika tanah, kimiawi tanah, maupun biologi tanah yang bersangkutan. Sebagai media tumbuhnya tanaman tanah mampu berperan sebagai berikut: -
Tempat berdirinya tanaman Tempat menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman Tempat menyediakan air yang dibutuhkan oleh tanaman Tempat menyediakan udara bagi pernafasan akar tanaman
Tanah bukan merupakan timbunan bahan padat yang mati dan statis, melainkan merupakan suatu proses yang dinamis dan hidup serta mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Setiap tanah 8
tersusun dari bahan mineral, bahan organik dan air tanah. Bahan mineral berasal dari hasil pelapukan batuan. Sedangkan bahan organik berasal dari hasil penguraian organisme yang mati. Di dalam tanah selalu terjadi proses destruktif dan konstruktif. Proses destruktif adalah penguraian bahan mineral dan bahan organik. Sedangkan proses konstruktif adalah proses penyusunan kembali hasil penguraian bahan mineral dan bahan organik menjadi senyawa baru. Adanya empat komponen tanah tersebut serta dinamika di dalam tanah menyebabkan tanah mampu berperan sebagai media tumbuhnya tanaman. Perbandingan komponen-komponen tanah pada setiap tempat tergantung pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca dan iklim serta campur tangan manusia. Karakteristik dari jenis-jenis tanah yaitu sebagai berikut: 1. Litosol yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah. Berasal dari batuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya cukup dan cocok dimanfaatkan untuk jenis tanaman hutan. Penyebarannya di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Sumatera. 2. Latosol yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol merah berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur sehingga dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Penyebarannya di seluruh Indonesia kecuali di Nusa Tenggara dan Maluku Selatan. 3. Aluvial yaitu tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti di Karawang dan Indramayu. 4. Regosol belum jelas penampakan pemisahan horisonnya. Tanah regosol terdiri dari regosol abu vulkanik, bukit pasir dan batuan sedimen. Tanah ini dapat dikategorikan tanah yang cukup subur. 5. Grumusol atau Margalit terdiri dari beberapa macam. Grumusol pada batu kapur, grumusol pada sedimen keras, grumusol pada lembah-lembah kaki pegunungan, grumusol endapan aluvial. Kesuburan tanah cukup sehingga dimanfaatkan untuk pertanian padi dan tebu. Penyebarannya di Madura, Gunung Kidul, Jawa Timur dan Nusa Tenggara. 6. Organosol yaitu tanah yang mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami perkembangan profil dan disebut juga tanah gambut. Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisasisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini kurang subur. Tanah ini belum dimanfaatkan secara maksimal tetapi dapat dimanfaatkan untuk persawahan. Penyebarannya di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
2.4
Penetrometer
Alat ini terdiri dari dua jenis yaitu penetrometer dinamis dan penetrometer statis. Penetrometer dinamis atau dynamic cone penetrometer pertama kali ditemukan tahun 1959 dan telah dikembangkan oleh Prof. George F. Penabur. Alat ini menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari baja dimana memiliki massa rata-rata sebesar 6.8 kg, panjangnya sebesar 153 cm dan memiliki kemampuan untuk melakukan penetrasi ke dalam tanah sekitar 38 cm serta memiliki kemiringan sisi luar dari kerucut sebesar 45 derajat. Selain penetrometer dinamis terdapat jenis penetrometer statis (static cone penetrometer). Alat ini pertama kali ditemukan di Belanda. Alat ini memiliki diameter kerucut sebesar 60 derajat. Alat ini untuk mengukur lahan dengan luas 1.5 cm2. Pada perkembangannya peralatan ini semakin praktis dan semakin canggih sehingga memudahkan pengguna dalam pengoperasiannya. Alat ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu: -
Penetrometer kerucut mekanis Penetrometer kerucut elektris Piezocone penetrometer
9
Alat ini mempunyai kekuatan atau gaya dorong dari 20 kN sampai 200 kN. Penetrometer terdiri dari kerucut dengan bahan baja tahan karat berbentuk lingkaran dengan besar sudut sebesar 30 derajat. Suatu poros penggerak dan suatu alat pengukur tekanan. Penetrometer pada umumnya terdiri atas dua jenis ukuran kerucut. Jenis pertama dengan suatu garis tengah dasar sebesar 0.798 inch yang digunakan untuk lahan bertekstur lunak. Jenis kedua mimiliki ukuran kerucut sebesar 0.505 inch digunakan untuk lahan yang sulit ditembus atau keras. Bagian ujung ukurannya lebih luas dibandingkan poros penggerak untuk membatasi friksi batang dengan lahan. Poros penggerak pada umumnya lurus setiap tiga inch untuk penentuan kedalaman compaction.
Gambar 3. Bagian penetrometer SR-2 (Setiawan 2004) Ujung dari penetrometer sendiri memiliki berbagai macam jenis seperti terlihat pada Gambar 3. Ujung penetrometer itu sendiri memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan penggunannya, misalnya apabila ujung penetrometer tersebut runcing biasanya digunakan untuk mengukur tanah yang dinamis atau biasa disebut dynamic penetrometer test dan apabila ujung penetrometer tersebut tumpul biasanya digunakan untuk mengukur tanah yang statis atau dapat disebut static penetrometer. Suatu penetrometer terdiri dari bagian-bagian seperti kerucut, lengan penetrometer dan sensor untuk mengukur nilai cone index dari suatu tanah yang akan diukur. Kerucut penetrometer statis dapat digunakan untuk mengevaluasi konsistensi lahan, tingkatan compaction suatu lahan dan kapasitas lahan tersebut. Kerucut penetrometer statis ini dikembangkan untuk mengukur jenis lahan yang berserat terutama lahan yang sangat lembut kedalaman 30 kaki. Alat ini menggunakan kerucut dengan kemiringan sudut 60 derajat dan digunakan untuk suatu area seluas 1.5 cm². Suatu kerucut opsional dengan luas kerucut 3 cm² dapat untuk digunakan di lahan yang sangat 10
lembut. Dengan menekan atau memukul berbagai macam alat ke dalam tanah serta mengukur besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan yang berbeda dan didapatkan indikasi mengenai kekuatannya (Wesley 1977). Percobaan ini sering disebut percobaan penetrasi. Dilihat dari cara penggunaannya penetrometer terbagi menjadi dua macam: -
-
Penetrometer statis Ujungnya ditekan ke dalam tanah pada kecepatan tertentu dan gaya perlawanannya diukur sehingga didapatkan nilai penetrasinya dalam kg/cm2. Penetrometer dinamis Penetrometer yang unjungnya dimasukkan ke dalam tanah dan saat pengambilan data penetrasi dilakukan dengan menjatuhkan beban sebagai indikator gaya penetrasi. Beban dijatuhkan dengan ketinggian tertentu yang sudah diatur dan jumlah pukulan yang diperlukan untuk mendorong ujung tersebut hingga harus menembus jarak tertentu (misalnya dalam satuan pukulan per meter). Penetrometer yang umum digunakan di Indonesia adalah alat sondir yang disebut dutch penetrometer. Dengan alat ini ujungnya ditekan secara langsung ke dalam tanah. Ujung alat berupa konus (kerucut) dan dihubungkan dengan rangkain stang bor (pipa sondir). Pipa sondir ditekan masuk ke dalam tanah dengan bantuan alat dongkrak. Pada dasarnya ujung penetrometer yang sudah ada terdapat dua macam (Soetoto dan Aryono 1980) yaitu: 1.
Tipe standar atau mantel conus Pada jenis ini objek yang diukur adalah perlawanan pada ujung (konus). Hal ini dilakukan hanya dengan menekan batang dalam. Selanjutnya menekan bagian kerucut tersebut ke bawah sedangkan bagian pembacaan tetap di luar. Gaya yang dibutuhkan untuk menekan konus tersebut ke bawah diukur dengan suatu alat pengukur. Setelah dilakukan pengukuran, konus, stang dalam dan wadah luar dimajukan sampai pada kedalaman berikutnya, dimana pengukuran selanjutnya dilakukan hanya dengan menekan bagian stang dalam saja.
2.
Tipe lengan gesek atau biconus Pada jenis ini kekuatan tanah dapat diukur sekaligus cone index dan hambatan lekatnya. Hal ini dilakukan dengan penekanan stang dalam seperti pada tipe standar. Pembacaan nilai konus dan hambatan lekat dilakukan setiap 10 cm. Dengan alat sondir yang mencapai pada kedalaman 30 cm atau lebih bila tanah yang diselidiki memiliki tekstur lunak. Alat ini sangat cocok di Indonesia karena banyak dijumpai lapisan lempung dengan kekuatan tanah rendah, sehingga tidak sulit saat kerucut menembus tanah. Perlu diketahui bahwa nilai cone index memiliki konversi nilai dari setiap jenis ukuran cone atau kerucut.
Gambar 4. Penetrometer Tipe SR-2 11
2.4.1 Cone index Cone merupakan konstruksi alat pengukur kekuatan tanah yang bersentuhan langsung dengan tanah sehingga perlu adanya bahan yang kuat, tidak mudah berkarat dan mudah menembus tanah. Cone index adalah ukuran dari resistensi tanah terhadap tindakan penetrasi dan juga sebagai indikator dari kekuatan tanah. Cone index mempunyai hubungan linier terhadap bulk density dan dipengaruhi oleh kelembaban. Cone index merupakan besaran ketahanan tanah terhadap gaya penetrasi dari penusukan cone ke arah yang tegak lurus. Hasil dari data tahanan penetrasi dibagi luas permukaan kerucut. Satuan besaran ini dinyatakan dalam satuan massa per satuan luas (kg/cm2). Cone index atau indeks kerucut suatu tanah juga didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk menahan gaya penetrasi kerucut dimana penetrometer sebagai alat untuk mendapatkan indeks kerucut tanah.
Gambar 5. Cone pada penetrometer Di samping itu banyak literatur yang menunjukkan bahwa nilai aplikasi untuk teknik ini tergantung pada mutu penafsiran data yang dikumpulkan. Pengujian penetrasi standar dan pengambilan sampel dengan tabung memiliki keunggulan, yaitu: 1. Diperoleh informasi berguna yang lebih akurat dan secara langsung mengenai sifat-sifat tanah. 2. Kecepatan pendugaan yang lebih tinggi. 3. Interval pengujian yang lebih pendek memungkinkan mengidentifikasi lapisan-lapisan tanah bawah permukaan yang lebih teliti. Cone index dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ci
(1)
Dimana : Ci = Cone index (kg/(cm2)) F = Tahanan penetrasi (kg) A = Luas kerucut kecil (cm2) Konversi cone index yang diukur dengan kerucut besar 2 =
+ 2.7 (
)
(2)
12
Dimana : Ab = Luas kerucut besar (cm2) Ak = Luas kerucut kecil (cm2) Cone indeks juga bisa dapat digunakan untuk menghitung rumus tahanan geser atau shear resistance, menentukan trafficability, pendugaan rasio traksi (pada slip 50%) dan draft spesifik untuk pembajakan (F). Rumus yang memakai data cone index sebagai berikut: -
Cone index untuk tahanan geser Tahanan geser dihitung dengan menggunakan rumus: S= (3)
Dimana : T = Torsi maksimum (kg cm) R = Jari-jari shear ring (cm) S = Shear resistance (kg/cm2) -
Cone index untuk menentukan trafficability Selain shear resistance data cone index juga dapat menduga trafficability dengan melihat nilai cone index dan melihat ukuran luas penampang lingkaran serta sudut pada kerucut penetrometer. Berikut adalah tabel trafficability. Tabel 1. Penentuan trafficability (Setiawan 2004) Instrument
Operation
Cone index (kg/cm 2 ) by cone 30 , 2 cm 2 0 – 15 cm dept h
Plate sinkage (cm) rectangular plate 10 x 2.5 cm, pressure 1.6 kg/cm
Easy
Possible
Impossible
Rotary tilling
> 5.0
2.5 – 5.0
< 2.5
Plowing
> 6.5
4.0 – 6.5
< 4.0
Plowing with gridle
> 3.5
2.0 – 3.5
< 2.0
Rotary tilling
> 6.0
6.0 – 10.5
< 10.5
0
0 – 3.0
< 3.0
> 3.5
3.5 – 11.0
< 11.0
Plowing 2
Trafficabilility
Plo wing with gridle
-
Cone index untuk pendugaan rasio traksi Data penetrometer dapat digunakan untuk pendugaan rasio traksi. Pendugaan rasio traksi pada slip 50% dihitung dengan rumus sebagai berikut: Berdasarkan cone index Tr = 0.65- Tr = 0.65 –
(4)
13
Berdasarkan shear resistance Tr = 0.65- Tr = 0.65 –
(5)
Tr = 0.65- Tr = 0.65 –
(6)
Berdasarkan shear resistance
Dimana : Tr = Rasio traksi pada slip 50% Ci = Cone index (kg/cm2) S = Tahanan geser pada 20 kg beban normal -
Cone index untuk draft spesifik dalam pembajakan
F =
(7)
Indeks plastisitas dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ip = F’ =
0.8C – 4.5
+
(8)
(9)
Atau F’ =
+
(10)
Dimana : Ip = Indeks plastisitas (%) C = Clay content (%) F = Draft spesifik untuk pembajakan (kg/cm2) F’ = Draft spesifik untuk pembajakan oleh indeks plastisitas (kg/cm2) -
Cone index untuk pendugaan torsi spesifik untuk rotary tilling F’ =
+ 0.013
(11)
atau F’ =
+ 0.013
(12)
2.4.2 Kemampuan untuk Memberikan Penyanggaan Beban Dinamis Kearah Vertikal.
14
Beban dinamis ke arah vertikal untuk penetrometer digital merupakan berat dinamis dari tekanan penetrometer yaitu jumlah total gaya tegak lurus pada permukaan bidang penyangga (permukaan tanah) yang tidak rusak. Beban tersebut ditimbulkan oleh penekanan alat penetrometer. Kemampuan tanah terhadap bidang dinamis kearah vertikal akan sangat mempengaruhi besarnya daya maksimal yang dipakai untuk bekerja pada tanah dan kedalaman tenggelamnya ujung paku penetrometer.
15
III.
3.1
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada November 2011 sampai Oktober 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
3.2
Alat dan Bahan
Dalam penelitian ini dilakukan tiga kegiatan yaitu kalibrasi alat, uji penetrasi dan pengukuran kadar air. Oleh sebab itu alat dan bahan digolongkan sebagai berikut: 1. Peralatan dikelompokan menjadi: (1) Alat kalibrasi penetrometer digital dan penetrometer mekanis terdiri atas: penggaris, timbangan, termometer, kalkulator, penetrometer mekanis dan penetrometer digital. (2) Alat pengujian penetrometer mekanis dan digital terdiri atas: software pembacaan port, alat tulis, plastik dan pipa besi berdiameter 6 cm. (3) Alat pengukur kadar air terdiri atas: pengering, cawan, timbangan digital dan alat tulis. 2. Bahan dikelompokan menjadi: (1) Bahan pengujian penetrometer mekanis dan digital yaitu lahan dengan jenis tanah latosol. (2) Bahan pengukuran kadar air yaitu sampel tanah hasil pengujian lapang.
3.3
Tahapan penelitian
Tahapan penelitian merupakan langkah untuk pengujian sebuah alat dengan adanya tahapan penelitian konsep kerja dari pengujian alat akan berjalan secara sistematis. Adapun tahap pengujian alat disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut: Mulai Kalibrasi penetrometer mekanis dan digital
Pengambilan sampel tanah dari tiap pengujian penetrometer mekanis dan digital
Pengukuran gaya dan kedalaman tanah Pengukuran dengan penetrometer digital
Pengukuran dengan penetrometer mekanis
Pengambilan data suhu lingkungan
Pengambilan data kadar air tanah
Menghitung cone index
Pengolahan data Selesai Gambar 6. Bagan metodologi penelitian
16
3.4
Prosedur Kalibrasi
Kemampuan alat pengukur penetrometer ditentukan dengan beberapa parameter oleh Holman (1985) sebagai berikut: a. b. c. d.
Alat adalah perubahan yang menunjukan nilai masukan perperubahan nilai keluaran. Ketelitian alat adalah besarnya penyimpangan yang dilakukan oleh instrumen untuk nilai masukan yang telah diketahui. Ketepatan alat adalah kemampuan alat untuk menunjukan kembali angka tertentu untuk ketelitian yang telah diketahui. Kemampuan baca adalah selang nilai parameter yang dapat diukur oleh instrumen.
Untuk memperoleh kemampuan baca penetrometer, pengujian penetrometer dilakukan pada penguat operasional, sensor gaya, sensor suhu dan cincin tranduser. Kalibrasi penetrometer mekanis dilakukan terhadap perbandingan nilai penetrasi dalam skala penetrometer dengan nilai massa yang dikeluarkan pada skala timbangan. Nilai massa yang diberikan dengan interval yaitu 10 kg, 20 kg, 30 kg, 40 kg dan 50 kg. Kalibrasi penetrometer digital dilakukan terhadap sensor tekanan, sensor kedalaman dan sensor suhu. Untuk kalibrasi sensor tekan dilakukan dua tahap yaitu kalibrasi penguat dan kalibrasi keluaran pada LCD dalam satuan kilogram. Kalibrasi penguat dilakukan dengan cara memberikan beban mati pada cincin tranduser dengan taraf kombinasi 1 kg, 2 kg, 3 kg, 4 kg, 5 kg, 6 kg, 7 kg, 8 kg, 9 kg dan 10 kg dimana konversi 1 kg = 51.8 mV. Sedangkan pembebanan kalibrasi dengan menggunakan timbangan massa dilakukan dengan pemberian massa 10 kg, 20 kg, 30 kg, 40 kg, 50 kg, 60 kg dan 70 kg. Kalibrasi sensor kedalaman dilakukan dengan cara membandingkan antara jarak pada sensor kedalaman dengan penggaris dengan interval 10 cm yang terdiri dari 60 cm, 50 cm, 40 cm, 30 cm, 20 cm dan 10 cm. Kalibrasi sensor suhu dengan membandingkan alat suhu yaitu termometer pada taraf suhu 29 oC, o 30 C, 31 oC, 32 oC, 33 oC, 34 oC dan 35 oC. Setelah itu dimunculkan melalui LCD.
3.5
Tahapan Pengujian Penetrometer
Pengujian dilakukan menggunakan penetrometer mekanis dan penetrometer digital. Tanah yang digunakan adalah tanah jenis latosol Dramaga IPB. Pengujian kedua penetrometer dengan memberikan kompresi ke dalam tanah pada setiap interval kedalaman 10 cm yang terdiri dari 10 cm, 20 cm, 30cm, 40 cm, 50 cm dan 60 cm. Penentuan titik dilakukan setiap hari secara acak. Setiap titik pengujian akan dibuat pengujian yang dilakukan pagi, siang, sore dan malam hari. Jumlah titik yang diambil setiap pengujian adalah sepuluh titik. Setiap titik dibuat garis membentuk segitiga. Dari setiap titik pada segitiga tersebut dilakukan penetrasi sebanyak enam kali, tiga kali untuk penetrometer analog dan tiga kali untuk penetrometer digital.
3.6
Tahap Pengukuran Kadar Air
Pengukuran kadar air diawali dengan mengambil sempel tanah pada setiap kedalaman 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm dan 60 cm. Sampel tanah tersebut kemudian di timbang dengan menggunakan timbangan digital. Setelah itu, sampel tanah yang sudah ditimbang akan dimasukkan ke dalam pengering untuk dikeringkan dengan suhu 110 oC selama 24 jam. Setelah sampel tanah kering sampel tanah ditimbang ulang dengan menggunakan timbangan digital. Kegiatan ini untuk mengetahui hasil kadar air tanah di lahan tersebut. Pengambilan sampel tanah yaitu dengan membuat lubang menggunakan pipa besi berdiameter 6 cm. Setelah kedalaman 60 cm setiap 10 cm diambil 17
sampel tanah menggunakan cone yang memiliki penampang lingkaran yang lebar dengan diameter 4 cm. Tanah akan menempel pada sisi atas cone. Selanjutnya tanah diambil dan dimasukan ke dalam plastik. Setelah semua sampel tanah dikemas, sampel tanah dibawa ke Laboratorium Mekatronika IPB untuk ditimbang dan dikeringkan dengan menggunakan pengering. Sampel tanah yang ditimbang yaitu hasil dari campuran tanah di tiga titik setiap pengujian. Hasil tersebut kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Sampel tanah dikeringkan dengan suhu 110 oC. Tanah yang dikeringkan, yaitu sampel tanah yang diambil dari kedalaman 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm dan 60 cm.
Gambar 7. Timbangan digital dan cawan
Gambar 8. Pengering dengan suhu 110 oC
18
3.7
Tahapan Pengolahan Data
a. Perhitungan Peneterasi Tanah dan Cone index Untuk penetrasi tanah dilakukan dengan menggunakan penetrometer digital dan penetrometer tipe SR-2 (Gambar 11) dengan kerucut berpenampang 2 cm2. (1) Dimana : Ci = Cone index (kg/ ) F = Tahanan penetrasi (kg) A = Luas kerucut kecil ( ) b. Perhitungan kadar air Kadar air merupakan jumlah air yang tersedia dalam pori tanah dalam massa tertentu. Kadar air tanah diukur dengan mengambil contoh tanah pada titik uji dengan ring sample, kemudian ditimbang (massa tanah basah + cawan). Contoh tanah dikeringkan di dalam pengering selama 24 jam dengan suhu 110 oC kemudian ditimbang (massa tanah kering + cawan). Kadar air tanah untuk seluruh contoh dihitung. Kadar air tanah dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar air =
x 100
(2)
Dimana : W1 = Massa cawan + tanah basah (gram) W2 = Massa cawan + tanah kering (gram) W3 = Massa cawan kosong (gram) W1 –W2 = Massa air (gram) W2 –W3 = Massa bahan kering (gram)
19
IV. 4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kalibrasi Jarak untuk Sensor Ultrasonik Ranger
Kalibrasi sensor ultrasonik bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemiringan suatu permukaan dengan pengaruh pembacaan sensor ultrasonik. Modul SRF-04 adalah sebuah modul pemancar dan penerima gelombang ultrasonik yang dipasang sebagai sensor jarak pada penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535. Pada sensor ultrasonic ranger terdapat dua mata yang berfungsi untuk memantulkan gelombang. Dari pantulan gelombang tersebut kemudian dimunculkan pada LCD sebagai jarak dengan satuan cm. Pada penetrometer digital, kemampuan dalam membaca kedalaman terbatas pada kedalaman 70 cm.
Gambar 9. Meja kalibrasi sensor jarak (ultrasonik) Penggunaan meja dibuat untuk kalibrasi sensor jarak (ultrasonik) yang dilengkapi dengan skala penggaris dan sudut. Kelengkapan lain yaitu kubus sebagai penghalang atau bidang pantul jarak pada saat kalibrasi. Kubus akan digerakan sesuai dengan uji kalibrasi dengan jarak yang ditentukan yaitu 10 cm, 20 cm, 30 cm sampai 60 cm. Skala penggaris digunakan 0 cm sampai dengan 60 cm. Sedangkan skala kemiringan sudut yaitu 5o, 10o, 15o dan 20o. Kubus juga dimiringkan terhadap sumbu horizontal dengan kemiringan 5o, 10o, 15o dan 20o. Untuk tabel kalibrasi jarak dapat dilihat pada Lampiran 8. Kalibrasi jarak penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki keluaran nilai error pada jarak 20 cm dengan sudut 20o, jarak 30 cm dengan sudut 20o, jarak 40 cm dengan sudut 15o dan 20o. Nilai error yang 20
dikeluarkan adalah nilai keluaran angka yang tidak stabil dan tidak sesuai pada kenyataannya. Nilai tersebut menunjukan angka maksimal dari pembacaan sensor ultrasonik yaitu 583.99 mm.
Gambar 10. Skala penggaris dan sudut kemiringan pada meja kalibrasi
Gambar 11. Penghalang dengan sudut 0o
Gambar 12. Penghalang dengan sudut kemiringan 5o 21
Gambar 13. Penghalang dengan sudut kemiringan 10o
Gambar 14. Penghalang dengan sudut kemiringan 15o
Gambar 15. Penghalang dengan sudut kemiringan 20o 22
Gambar 16. Skala penggaris meja kalibrasi sensor jarak (ultasonik)
4.2
Hasil Kalibrasi Beban Penetrometer
Pengukuran tahanan penetrasi tanah di lapang memerlukan kestabilan pada saat penekanan sebelum membandingkan kedua alat tersebut dilakukan kalibrasi. Kalibrasi penetrometer mekanis dan penetrometer digital berbasis ATmega 8535 dilakukan dengan cara memberi tekanan pada kedua penetrometer. Timbangan berat badan digunakan untuk melihat perbedaan skala antara penetrometer digital dan penetrometer mekanis tipe SR-2. Hasil yang didapat yaitu tingkat pembacaan gaya tekan dengan satuan kgf. Untuk kalibrasi penetrometer digital berbasis ATmega 8535 menggunakan timbangan berat badan. Pada kalibrasi ini tidak digunakan kerucut pada saat pengambilan data tahanan penetrasi. Kalibrasi ini dilakukan dengan cara menggunakan tiga orang yang memiliki massa berbeda. Kalibrasi penetrometer mekanis dilakukan dengan cara yang sama yaitu menggunakan tiga orang yang masingmasing memiliki massa berbeda. Hasil yang didapat yaitu perbandingan skala yang ditunjukan pada penetrometer dan timbangan berat badan. Hasil tersebut dapat dilihat di halaman 43 Lampiran 5. Sebagai pembanding kedua alat tersebut diambil beberapa data penetrasi tanah yang dilakukan pada kondisi berbeda. Data-data pembacaan skala kedua penetrometer tersebut disajikan pada Lampiran 5. Perbandingan ketelitian alat yaitu penetrometer mekanis tipe SR-2 dan penetrometer digital berbasis ATmega 8535 dengan alat timbangan badan menunjukan perbedaan ketelitian masingmasing penetrometer. Perbedaan skala yang dihasilkan timbangan berat badan saat kalibrasi penetrometer mekanis tipe SR-2 terjadi pada nilai tekan diatas 20 kg. Pada skala 1 kg sampai dengan 20 kg pada penetrometer SR-2 menghasilkan skala yang relatif sama dengan skala timbangan berat badan. Untuk pengambilan data skala pada penetrometer di atas 20 kg terjadi perbedaan pada skala timbangan. Sebagai contoh skala yang ditampilkan pada penetrometer 30 kgf, skala yang ditampilkan timbangan didapat kurang dari 30 kg. Penurunan skala sekitar 4 kg sampai 5 kg pada skala 30 kg. Pengambilan data kalibrasi terbatas pada skala 50 kgf karena pada skala penetrometer SR-2 untuk angka 60 kgf memberikan skala pada timbangan badan sebesar 54 kgf. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam 23
pembacaan penetrometer mekanis tipe SR-2. Pada penetrometer mekanis terdapat pegas sebagai pemberi nilai penetrasi pada penetrometer tipe SR-2. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada grafik kalibrasi yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Pengulangan pertama menggunakan operator dengan massa badan 62 kg, operator kedua memiliki massa 67 kg dan massa operator ketiga sebesar 64 kg.
Skala Penetrometer Mekanis (kgf)
Gambar 17. Penetrometer SR-2 dan timbangan
Gambar 18. Kegiatan kalibrasi dengan operator
60
y = 1.12x - 1.6 R² = 0.998
50 40
Kalbibrasi Ke-1 30
Linear (Kalbibrasi Ke-1)
20 10 0 0
10
20
30
40
50
60
Skala Timbangan (kg)
Gambar 19. Kalibrasi dengan massa operator 62 kg
24
Skala Penetrometer Mekanis (kgf)
60 y = 1.07x + 0.1 R² = 0.998
50 40
Kalibrasi ke-2
30
Linear (Kalibrasi ke-2)
20 10 0 0
10
20
30
40
50
60
Skala Timbangan (kg)
Gambar 20. Kalibrasi dengan massa operator 67 kg
Skala Penetrometer Mekanis (kgf)
60
y = 1.12x - 1.8 R² = 0.998
50 40 30
Kalibrasi ke-3 Linear (Kalibrasi ke-3)
20 10 0 0
10
20
30
40
50
60
Skala Timbangan (kg)
Gambar 21. Kalibrasi dengan massa operator 64 kg Kalibrasi juga dilakukan untuk penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535. Dalam pengambilan data kalibrasi, skala yang ditunjukan oleh penetrometer digital menunjukan nilai ketelitian alat yang bagus dengan nilai R2 = 0.998. Pengambilan gaya tekan pada penetrometer digital diambil hingga skala 70 kg. Hal ini merupakan salah satu kelebihan penetrometer digital berbasis ATmega 8535 yang mampu mengukur penetrasi tanah lebih dari 60 kgf. Pada saat kalibrasi penetrometer digital, operator yang digunakan memiliki beban yaitu 74 kg, 63 kg dan 65 kg. Skala yang dihasilkan penetrometer relatif berbanding lurus dengan timbangan berat badan. Berikut adalah grafik kalibrasi penetrometer digital.
25
80 y = 0.992x + 0.142 R² = 0.999
70 60 50 40 30
Kalibrasi Ke-1
20
Linear (Kalibrasi Ke-1)
10 0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 22. Kalibrasi dengan massa operator 74 kg
80
y = 0.989x + 0.428 R² = 0.997
70 60 50 40
Kalibrasi Ke-2
30
Linear (Kalibrasi Ke-2)
20 10 0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 23. Kalibrasi dengan massa operator 63 kg
26
80 y = 0.992x + 1.142 R² = 0.998
70 60 50 40
Kalibrasi Ke-3 30
Linear (Kalibrasi Ke-3)
20 10 0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 24. Kalibrasi dengan massa operator 65 kg
4.3
Perbandingan Hasil Pengukuran Penetrasi Tanah
Pengujian penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 dilakukan dengan membandingkan uji lapang penetrometer mekanis tipe SR-2. Setiap pengujian dilakukan di lahan percobaan Laboratorium Siswadhi Soepardjo dengan jenis tanah yang sama yaitu latosol. Pengujian ini dilakukan pada kondisi tanah tidak terlalu keras karena kemampuan dalam membaca untuk penetrometer mekanis tipe SR-2 hanya terbatas pada skala kurang lebih 60 kgf untuk tahanan penetrasi. Pengambilan data penetrasi tanah dilakukan enam kali pengujian. Setiap pengujian dilakukan empat kali pengulangan dalam jangka waktu enam jam. Sebaran pengambilan data dilakukan di tiga tempat dengan lahan dan jenis tanah yang sama secara. Dalam pengambilan lokasi ditentukan secara acak. Setiap titik pengambilan data dibuat alur membentuk segitiga. Terdapat enam titik penetrasi disetiap tempat. Tiga titik penetrasi untuk penetrometer mekanis dan tiga titik untuk penetrometer digital. Pengujian pertama dilakukan dengan kondisi lahan sehari setelah hujan dengan kondisi tanah lembab. Perbandingan nilai tahanan penetrasi pada penetrometer tipe SR-2 dengan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki kesamaan nilai tahanan pada skala 1 sampai 20 kgf, di atas nilai tersebut terjadi sedikit perubahan gaya untuk skala penetrometer digital. Seperti yang ditunjukan dari data kalibrasi saat pengujian kedua alat tersebut bahwa terjadi peningkatan skala penetrometer digital pada pembebanan di atas 20 kgf. Untuk data perbandingan pengujian pertama sampai keenam dapat dilihat pada tabel penetrasi tanah pada Lampiran 6. Pada pengujian ini digunakan cone dengan luas 2 cm2. Grafik pengujian penetrasi setiap alat dapat dilihat pada gambar berikut:
27
Cone indekd (kg/cm²) 0 0
10
20
30
-10
Kedalaman (cm)
-20 -30
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
-40 -50 -60 -70
Gambar 25. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-1 titik ke-1
Cone Indeks (kg/cm²) 0 0
10
20
30
-10
Kedalaman (cm)
-20 -30
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
-40 -50 -60 -70
Gambar 26. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-1 titik ke-2 28
Cone indeks (kg/cm²) 0 0
10
20
30
-10
Kedalaman (cm)
-20 -30
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
-40 -50 -60 -70
Gambar 27. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-1 titik ke-3
Cone indeks (kg/cm2) 0 0
10
20
30
-10
Kedalaman (cm)
-20 -30 -40
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
-50 -60 -70
Gambar 28. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-2 titik ke-1
29
Cone indeks (kg/cm2) 0 0
10
20
30
10
Kedalaman (cm)
20 Penetrometer Mekanis
30
Penetrometer Digital
40 50 60 70
Gambar 29. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-2 titik ke-2
Cone indeks (kg/cm2) 0 0
10
20
30
10
Kedalaman (cm)
20 30
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
40 50 60 70
Gambar 30. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-2 titik ke-3
30
Cone indeks (kg/cm2) 0 0
10
20
30
40
10
Kedalaman (cm)
20 Penetrometer Mekanis
30
Penetrometer Digital
40 50 60 70
Gambar 31. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-3 titik ke-1
Cone indeks (kg/cm2) 0 0
10
20
30
10
Kedalaman (cm)
20 30 40
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
50 60 70
Gambar 32. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-3 titik ke-2
31
Cone indeks (kg/cm2) 0 0
10
20
30
10
Kedalaman (cm)
20 30
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
40 50 60 70
Gambar 33. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-3 titik ke-3
Cone indeks (kg/cm2) 0 0
10
20
30
10
Kedalaman (cm)
20 30 40
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
50 60 70
Gambar 34. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-4 titik ke-1
32
Cone Indeks (kg/cm2) 0 0
10
20
30
10
Kedalaman (cm)
20 30
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
40 50 60 70
Gambar 35. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-4 titik ke-2
Cone indeks (kg/cm2) 0 0
10
20
30
10
edalaman (cm)
20 30
Penetrometer Mekanis Penetrometer Digital
40 50 60 70
Gambar 36. Grafik pengujian ke-1 ulangan ke-4 titik ke-3
33
Gambar 37. Penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535
Gambar 38. Penetrometer mekanis tipe SR-2
4.4
Perhitungan Peneterasi Tanah dan Cone index
Penetrasi tanah dilakukan dengan menggunakan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 dan penetrometer tipe SR-2 dengan kerucut berpenampang 2 cm2. Pengukuran dilakukan pada tiga tempat berbeda dengan jenis tanah yang sama. Kedalaman yang diuji yaitu 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm dan 60 cm. Tahanan penetrasi dihitung dengan rumus (Setiawan et al. 2002) berikut: Ci
(1)
Dimana : Ci = Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2) F = Tahanan penetrasi (kg) A = Luas kerucut (cm2)
34
Sebagai salah satu contoh perhitungan cone index dapat diambil dari pengujian pertama yang dilakukan pada pagi hari pukul 06.00. Untuk massa penetrometer mekanis tipe SR-2 yaitu sebesar 2 kg. Sedangkan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki massa yang sama sebesar 2 kg dan kerucut yang digunakan kedua penetrometer ini yaitu kerucut dengan luas 2 cm2. Contoh perhitungan diambil dari data penetrometer digital berbasis ATmega 8535 pada pengujian ke-1 pengulangan ke-1 titik ke-1 di Laboratorium Siswadhi Soepardjo Leuwikopo Dramaga IPB. Tabel 2. Pengujian penetrometer digital ke-1 ulangan ke-1 Titik
Kedalaman 30 cm 40 cm
10 cm
20 cm
1
37 kg/cm2
40 kg/cm2
44 kg/cm2
2
38 kg/cm2
45 kg/cm2
3
40 kg/cm2
Rata-rata
38.3 kg/cm2
4.5
50 cm
60 cm
45 kg/cm2
48 kg/cm2
42 kg/cm2
42 kg/cm2
40 kg/cm2
39 kg/cm2
40 kg/cm2
49 kg/cm2
41 kg/cm2
41 kg/cm2
43 kg/cm2
40 kg/cm2
44.7 kg/cm2
42.3 kg/cm2
42.0 kg/cm2
43.3 kg/cm2
40.7 kg/cm2
Kalibrasi Sensor Gaya (Strain gage) dan Sensor Jarak (Ultrasonik)
Penguat adalah salah satu rangkaian untuk menguatkan sensor dengan keluaran tegangan yang relatif rendah. Penguat dihubungkan pada sensor gaya. Ketika penetrometer digital ditekan, sensor gaya akan memberikan nilai masukan yang selanjutnya diteruskan ke penguat. Kalibrasi penguat menggunakan beban mati dari beban awal yaitu 1 kg dengan total massa sebesar 10 kg. Alat bantu untuk pengkalibrasian yaitu multitester, timbangan dan beban mati ukuran 1 kg sebanyak 10 buah. Dalam pengujian kalibrasi penguat didapat hubungan antara massa beban dengan tegangan keluaran dari penguat. Skala pengukuran pembacaan yang tetap yaitu kurang lebih 51.8 mV untuk setiap kilogram beban. Hasil kalibrasi penguat ini digunakan untuk kondisi sinyal di ADC dengan tegangan referensi sebesar 10 bit. Sedangkan ketepatan penguat relatif tetap pada selang beban untuk kemampuan baca penguat mencapai 100 kg. Sehingga pada penetrometer digital memiliki tingkat gaya tekan maksimum pada skala 100 kg. Penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki tingkat ketelitian pembacaan beban tekan sebesar 0.1 kg. Angka tersebut dihitung dan disajikan pada Lampiran 14. Sedangkan untuk ketelitian pembacaan jarak sebesar 5 mm. Angka tersebut didapat dari spesifikasi sensor kedalaman (ultrasonik) dan disajikan pada Lampiran 13.
35
V.
5.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian pengujian penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kalibrasi jarak penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki keluaran nilai error pada jarak 20 cm dengan sudut 20o, jarak 30 cm dengan sudut 20o, jarak 40 cm dengan sudut 15o dan 20o sehingga untuk penggunaan alat didapatkan toleransi kemiringan sampai sudut kurang dari 15o. 2. Pengambilan data kalibrasi penetrometer mekanis menunjukan nilai R2 sebesar 0.998 artinya bahwa penetrometer mekanis masih dapat digunakan. Sedangkan pengambilan data kalibrasi dengan menggunakan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 nilai R2 yang ditampilkan menunjukan nilai yang sama dengan penetrometer mekanis tipe SR-2 yaitu 0.998. 3. Pada pengujian di lapang terdapat penyimpangan data yaitu pengurangan skala tekan di penetrometer SR-2 sehingga dalam pembacaan skala di atas 20 kgf kurang tepat. Sedangkan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki ketepatan pembacaan sesuai dengan tekanan yang diberikan. 4. Penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 mampu membaca tahanan penetrasi sampai dengan 100 kg dengan kedalaman maksimal 70 cm. 5. Tingkat ketelitian sensor gaya didapat dengan akurasi 0.1 kg.
5.2 1.
2.
3.
Saran Untuk penyempurnaan penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 yang dilengkapi strain gage sebagai sensor tekan, ultrasonik sebagai sensor kedalaman dan sensor suhu (LM35) disarankan dilakukan perubahan sebagai berikut: a. Penambahan strain gauge (menjadi empat lempeng) kiri berjumlah dua dan kanan berjumlah dua lempeng. Hal ini dimaksudkan agar saat penekanan tidak terlalu condong ke arah posisi strain gage dalam hal ini ke arah kanan saja. b. Sebaiknya digunakan sensor ultrasonik dengan pembacaan yang lebih akurat, karena dengan penggunaan ultrasonik dua mata pada permukaan tanah saat pengambilan data harus diberi alas yang rata. Hal ini menyulitkan dalam pengambilan data dengan permukaan tanah yang tidak rata. c. Cassing atau wadah komponen diperkecil karena bentuk yang besar menyulitkan dalam penggunaan di lapang. d. Tidak perlu adanya sensor suhu dan dapat diganti dengan sensor lainnya seperti sensor kadar air. e. Kalibrasi penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 memiliki komponen penguat yang tidak stabil, dalam hal ini lebih baik digunakan penguat yang sudah ada dipasaran karena lebih stabil. Pengukuran tahanan penetrasi tanah hendaknya dilakukan pada kadar air tanah yang relatif sama. Selanjutnya data-data tahanan penetrasi tanah disertai dengan data kadar air dan selang interval tahanan penetrasi tanah yang lebih lebar. Kalibrasi jarak penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 digunakan penghalang dengan variasi sudut berbeda hal ini untuk lebih menghasilkan data kalibrasi jarak yang lebih akurat. Untuk lebih akurat dalam kalibrasi digunakan sudut yang lebih besar hingga 30o dengan selang interval yang kecil sebagai contoh pengukuran kemiringan setiap 1 derajat kemiringan. 36
4.
Untuk lebih membuktikan bahwa penetrometer sudah sempurna seharusnya dilakukan beberapa uji dan pengambilan data seperti data indeks plastisitas dan perbandingan dengan penetrometer selain penetrometer tipe SR-2.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1973. Buku Petunjuk Penggunaan Peta Beban Tahanan Tanah. Yogyakarta: Direktorat Teknik Pertanian. Astika IW. 1988. Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Tahanan Penetrasi Tanah Di Kebun Percobaan Darmaga IV IPB, Bogor [skripsi].Bogor: Institut Pertanian Bogor. Garedner BLDWH, Gardner WR. 1978. Soil Physics. New York: Willey Eastern Limited Hillel D. 1980. Soil and Water, Physical Princhiples and Processes. New York: Academic Press. Herlin. 2005. Desain Alat pengukur Kekuatan Tanah (Penetrometer) Digital. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Wirjodihardjo M. 1953. Ilmu Tubuh-Tanah. Jakarta :Noordhoff-Kolff N.V. Sanglerat G.1989. Soal- soal Praktis dalam Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta: Erlangga. Sapei Asep. 2000. Kajian antara Hubungan Kekuatan Tanah dengan Densitas pada Tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning. Bogor: Institut Pertanian Bogor Setiawan RPA. 2004. Materi Retooling. Bogor: Institut Pertanian Bogor Buckman HO, Brady NC. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya Aksara Henry DF. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
38
Lampiran 1. Spesifikasi soil penetrometer SR-2
DIK-5502 Soil Penetrometer, SR-2 Type This penetrometer is used to predict the trafficability of agricultural machinery that travels on the ground, and the resistance of working machinery. By measuring a penetrating resistance a rectangular board sinkage, a shear resistance and a friction resistance, the sinkage and the traction fo traveling area and the resistance of working machinery can be calculated. Measuring range Spring Cone Spindle Recording system Rectangular plate A Rectangular plate B Shear ring Friction ring Torque wrench Outside dimensions Total weight
211-2452 kPaA 0 – 60 cm 490N / 50 mm Top angle 30, sectional area 2 cm2 & 6 cm2 0 – 60 cm (graduated per 5 cm) Pen recording on rotating drum 50 x 100 x 10 mm 25 x 100 x 1 0 mm I.D.60 x O.D.100 mm with projection I.D.60 x O.D.100 mm without projection 3.23 N/m W250 x D110 x H1250 mm Approx. 5 kg
39
Lampiran 2. Contoh perhitungan cone index
Kedalaman 10 cm memiliki rata-rata nilai penetrasi tanah sebesar 38.3 kgf
98x38.3
Ci
2
1876.7 kPa
Kedalaman 20 cm memiliki rata-rata nilai penetrasi tanah sebesar 44.7 kgf
Ci
98x 44.7
Ci
98x 42.3
Ci
98x 42.0
Ci
98x 43.3
2190.3 kPa 2 Kedalaman 30 cm memiliki rata-rata nilai penetrasi tanah sebesar 42.3 kgf
2072.7 kPa 2 Kedalaman 40 cm memiliki rata-rata nilai penetrasi tanah sebesar 42.0 kgf 2058 kPa 2 Kedalaman 50 cm memiliki rata-rata nilai penetrasi tanah sebesar 43.3 kgf 2121.7 kPa 2 Kedalaman 60 cm memiliki rata-rata nilai penetrasi tanah sebesar 40.7 kgf Ci
98x 40.7
1994.3 kPa
2
40
Lampiran 3. Tabel spesifikasi mikrokontroler ATmega 8535
Spesifikasi ATmega 8535 - Dua 8-bit Timer/Counter, satu 16-bit Timer/Counter dan Real Time Counter - 4 channel PWM - Two-wire Serial Interface - Programmable Serial USART (Universal Synchronous and Asynchronous serial Receiver and Transmitter) - Master/Slave SPI Serial Interface - Programmable Watchdog Timer - On-chip Analog Comparator - Internal Calibrated RC Oscillator - Mendukung varian AVR® 40 pin antara lain: AT90S8535, ATmega8535L, ATmega16(L), ATmega8515(L), AT90S8515 dan ATmega162(L) (Seri AVR® yang tidak memiliki ADC membutuhkan converter socket) - Memiliki fasilitas In-System Programming untuk IC yang mendukung, dilengkapi LED Programming Indicator - Memiliki hingga 35 pin jalur input/output - Lengkap dengan osilator 4 MHZ dan memiliki kemampuan komunikasi Serial UART RS-232 yang sudah disempurnakan - Lengkap dengan rangkaian reset, tombol manual reset dan brown-out detector - Menggunakan tegangan input 9 - 12 VDC dan memiliki tegangan output 5 VDC
41
Lampiran 4. Spesifikasi penetrometer digital berbasis mikrokontroler ATmega 8535 - Mikrokontroler ATmega 8535 - Sensor strain gage KFC-5-CL-11L100 120 Ω - Sensor suhu LM35 - Sensor kedalaman DT Ultrasonik dan infrared ranger - Cincin tranduser - Dapat membaca kedalaman sampai 60 cm - Gaya tekan maksimal 100 kg
42
Lampiran 5. Tabel perhitungan ketepatan dan ketelitian gaya tekan penetrometer Skala di timbangan (kg ) 10 20 30 40 50
Skala di timbangan
Skala pada penetrometer mekanis (kg) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 10 10 10 20 21 20 32 32 31 44 43 44 54 54 54
r 10.0 20.3 31.7 43.7 54.0
S1 0.0 0.7 0.3 0.3 0.0
S2 0 1 2 4 4
Skala pada penetrometer digital (kg)
Ketepatan s1/r 0.0 3.3 1.1 0.8 0.0
Ketelitian s2/g (%) 0.0 5.0 6.7 10.0 8.0
Ketepatan
Ketelitian
(kg ) 10
Ulangan 1 10
Ulangan 2 11
Ulangan 3 10
r 10.3
S1 0.7
S2 1
s1/r 6.5
s2/g 10.0
20
20
20
22
20.67
1.33
2
6.4
10.0
30
30
31
32
31
1
2
3.2
6.7
40
40
38
40
39.3
0.7
0
1.7
0.0
50
50
50
51
50.3
0.7
1
1.3
2.0
60
59
59
60
59.3
0.7
0
1.1
0.0
70
70
71
71
70.7
0.3
1
0.5
1.4
Dimana : r = nilai rata-rata S1 = simpangan pengukuran terjauh dari nialai rata-rata S2 = simpangan pengukuran terjauh dari nilai asli
43
Lampiran 6.Tabel pengujian tahanan penetrasi tanah
Tabel pengujian ke-1 ulangan ke-1 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
38
40
38
50
55
40
37
40
44
45
48
42
2
42
50
42
30
30
32
38
45
42
40
39
40
3
40
45
40
39
37
32
40
49
41
41
43
40
Rata-rata
40.0
45.0
40.0
39.7
40.7
34.7
38.3
44.7
42.3
42.0
43.3
40.7
4
38
44
38
39
39
35
40
45
43
42
43
38
5
42
44
40
36
36
30
39
46
40
40
41
41
6
40
46
39
38
38
34
42
44
42
45
40
39
Rata-rata
40.0
44.7
39.0
37.7
37.7
33.0
40.3
45.0
41.7
42.3
41.3
39.3
7
38
42
41
45
37
35
36
41
41
48
40
41
8
38
39
46
44
40
33
37
40
44
46
44
40
9
36
38
44
40
42
40
39
42
49
43
43
42
Rata-rata
37.3
39.7
43.7
43.0
39.7
36.0
37.3
41.0
44.7
45.7
42.3
41.0
Tabel pengujian ke-1 ulangan ke-2 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
48
40
35
36
40
50
45
43
39
41
46
52
2
48
45
40
42
40
48
49
45
42
40
48
59
3
50
47
40
40
43
44
49
48
42
44
43
51
Rata-rata
48.7
44.0
38.3
39.3
41.0
47.3
47.7
45.3
41.0
41.7
45.7
54.0
4
47
45
41
43
43
48
48
48
39
43
49
55
5
50
49
40
38
41
45
49
47
42
40
47
55
6
48
46
40
41
45
47
47
43
46
45
45
47
Rata-rata
48.3
46.7
40.3
40.7
43.0
46.7
48.0
46.0
42.3
42.7
47.0
52.3
7
47
44
39
40
44
47
42
49
41
45
53
57
8
49
45
41
40
45
50
46
45
48
47
42
51
9
49
47
44
42
48
53
53
49
43
42
50
60
Rata-rata
48.3
45.3
41.3
40.7
45.7
50.0
47.0
47.7
44.0
44.7
48.3
56.0
44
Tabel pengujian ke-1 ulangan ke-3 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
44
42
40
36
39
49
41
40
40
40
48
59
2
48
48
34
34
37
50
44
48
41
42
43
57
3
39
44
38
33
33
48
41
47
40
37
50
63
Rata-rata
43.7
44.7
37.3
34.3
36.3
49.0
42.0
45.0
40.3
39.7
47.0
59.7
4
40
41
36
34
41
53
45
44
39
40
48
55
5
41
39
34
34
35
50
42
37
40
42
50
63
6
49
44
38
32
38
50
42
43
35
35
43
56
Rata-rata
43.3
41.3
36.0
33.3
38.0
51.0
43.0
41.3
38.0
39.0
47.0
58.0
7
49
41
36
32
36
49
48
41
38
39
44
54
8
41
37
33
31
38
48
47
40
38
36
51
62
9
45
38
34
28
38
53
45
37
36
34
43
51
Rata-rata
45.0
38.7
34.3
30.3
37.3
50.0
46.7
39.3
37.3
36.3
46.0
55.7
Tabel pengujian ke-1 ulangan ke-4 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
38
38
36
37
44
56
40
36
41
42
51
57
2
37
39
41
39
45
51
40
37
43
40
50
60
3
41
40
40
31
49
54
38
41
40
36
53
58
Rata-rata
38.7
39.0
39.0
35.7
46.0
53.7
39.3
38.0
41.3
39.3
51.3
58.3
4
48
42
41
36
42
45
44
44
48
36
44
58
5
44
46
39
40
38
48
46
34
41
42
45
55
6
47
41
41
34
41
50
46
39
41
37
45
55
Rata-rata
46.3
43.0
40.3
36.7
40.3
47.7
45.3
39.0
43.3
38.3
44.7
56.0
7
50
43
40
39
41
49
46
33
43
46
50
57
8
45
40
40
38
39
42
47
37
47
41
48
50
9
48
39
42
40
40
50
44
38
48
41
48
59
Rata-rata
47.7
40.7
40.7
39.0
40.0
47.0
45.7
36.0
46.0
42.7
48.7
55.3
45
Tabel pengujian ke-2 ulangan ke-1 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
45
48
32
40
50
58
44
40
36
44
51
64
2
50
40
34
46
40
58
48
43
38
48
59
67
3
44
41
32
41
40
54
41
47
36
44
48
67
Rata-rata
46.3
43.0
32.7
42.3
43.3
56.7
44.3
43.3
36.7
45.3
52.7
66.0
4
48
44
31
44
39
46
44
44
34
49
45
67
5
45
43
36
39
47
50
46
41
45
43
59
60
6
44
40
36
41
43
57
49
46
35
41
51
59
Rata-rata
45.7
42.3
34.3
41.3
43.0
51.0
46.3
43.7
38.0
44.3
51.7
62.0
7
44
49
39
44
47
60
40
46
47
48
45
57
8
49
39
36
36
38
55
47
40
35
43
48
62
9
45
41
39
40
38
49
45
39
35
41
50
57
Rata-rata
46.0
43.0
38.0
40.0
41.0
54.7
44.0
41.7
39.0
44.0
47.7
58.7
Tabel pengujian ke-2 ulangan ke-2 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
40
46
32
31
34
37
56
49
36
35
43
42
2
50
43
32
28
40
39
43
41
34
32
42
42
3
51
38
38
34
32
36
42
43
36
38
40
39
Rata-rata
47.0
42.3
34.0
31.0
35.3
37.3
47.0
44.3
35.3
35.0
41.7
41.0
4
51
55
41
39
38
38
49
50
41
41
39
41
5
55
42
40
36
31
37
55
43
46
46
40
45
6
57
40
40
39
39
40
55
47
46
37
38
48
Rata-rata
54.3
45.7
40.3
38.0
36.0
38.3
53.0
46.7
44.3
41.3
39.0
44.7
7
47
39
36
39
39
35
41
40
42
41
39
40
8
49
44
39
37
41
41
49
44
41
39
45
45
9
52
46
41
36
35
40
51
47
47
37
46
42
Rata-rata
49.3
43.0
38.7
37.3
38.3
38.7
47.0
43.7
43.3
39.0
43.3
42.3
46
Tabel pengujian ke-2 ulangan ke-3 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
45
41
40
38
34
49
45
40
44
41
39
61
2
40
39
40
39
40
56
42
38
46
40
40
63
3
47
39
37
42
35
59
45
41
40
43
41
59
Rata-rata
44.0
39.7
39.0
39.7
36.3
54.7
44.0
39.7
43.3
41.3
40.0
61.0
4
46
40
38
36
35
54
46
40
40
37
42
59
5
47
39
38
38
36
52
47
43
41
40
40
53
6
50
38
40
35
33
51
47
41
39
39
35
63
Rata-rata
47.7
39.0
38.7
36.3
34.7
52.3
46.7
41.3
40.0
38.7
39.0
58.3
7
50
42
41
36
41
50
49
41
47
40
40
55
8
51
41
39
38
39
50
51
44
43
41
41
62
9
44
39
40
37
38
48
50
45
45
42
45
63
Rata-rata
48.3
40.7
40.0
37.0
39.3
49.3
50.0
43.3
45.0
41.0
42.0
60.0
Tabel pengujian ke-2 ulangan ke-4 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
48
46
39
39
29
40
45
46
42
40
31
41
2
40
49
34
30
30
35
47
46
40
39
35
42
3
38
41
39
31
24
33
41
43
36
37
31
40
Rata-rata
42.0
45.3
37.3
33.3
27.7
36.0
44.3
45.0
39.3
38.7
32.3
41.0
4
42
40
40
34
30
38
44
38
37
37
33
43
5
36
40
42
35
33
38
40
39
43
43
36
50
6
39
38
32
38
32
41
35
37
36
38
37
41
Rata-rata
39.0
39.3
38.0
35.7
31.7
39.0
39.7
38.0
38.7
39.3
35.3
44.7
7
40
33
31
29
29
32
37
34
38
31
38
41
8
36
38
34
30
30
37
36
30
35
31
33
47
9
34
36
36
29
28
37
39
37
30
33
31
40
Rata-rata
36.7
35.7
33.7
29.3
29.0
35.3
37.3
33.7
34.3
31.7
34.0
42.7
47
Tabel pengujian ke-3 ulangan ke-1 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
45
44
32
39
31
38
49
43
42
42
34
42
2
55
45
36
36
33
34
43
49
36
40
34
45
3
42
39
28
32
34
37
55
41
37
32
37
33
Rata-rata
47.3
42.7
32.0
35.7
32.7
36.3
49.0
44.3
38.3
38.0
35.0
40.0
4
46
42
31
31
37
38
41
39
31
35
37
35
5
34
40
33
28
32
39
45
38
30
35
40
36
6
40
44
31
35
35
31
45
40
35
40
40
35
Rata-rata
40.0
42.0
31.7
31.3
34.7
36.0
43.7
39.0
32.0
36.7
39.0
35.3
7
41
47
35
34
33
31
43
44
39
38
34
39
8
39
42
33
30
36
40
40
40
33
40
40
47
9
53
41
29
38
34
36
50
40
30
37
40
45
Rata-rata
44.3
43.3
32.3
34.0
34.3
35.7
44.3
41.3
34.0
38.3
38.0
43.7
Tabel pengujian ke-3 ulangan ke-2 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
55
41
36
36
41
50
57
42
40
42
42
60
2
50
45
39
34
39
47
57
41
40
38
41
50
3
58
50
43
37
37
55
55
47
48
35
43
57
Rata-rata
54.3
45.3
39.3
35.7
39.0
50.7
56.3
43.3
42.7
38.3
42.0
55.7
4
60
41
41
35
34
45
59
44
44
46
40
63
5
45
42
41
39
41
48
55
45
41
41
38
57
6
49
44
40
30
33
41
49
44
44
39
49
50
Rata-rata
51.3
42.3
40.7
34.7
36.0
44.7
54.3
44.3
43.0
42.0
42.3
56.7
7
52
48
40
35
33
40
48
50
42
41
37
55
8
48
48
42
41
38
40
54
47
47
41
41
61
9
53
46
47
40
40
49
56
46
42
44
42
61
Rata-rata
51.0
47.3
43.0
38.7
37.0
43.0
52.7
47.7
43.7
42.0
40.0
59.0
48
Tabel pengujian ke-3 ulangan ke-3 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
44
40
42
36
32
60
49
40
46
38
38
67
2
42
37
40
38
40
60
45
38
40
47
40
71
3
50
39
40
40
33
60
46
37
44
43
41
66
Rata-rata
45.3
38.7
40.7
38.0
35.0
60.0
46.7
38.3
43.3
42.7
39.7
68.0
4
44
40
38
35
33
54
48
38
43
40
41
62
5
45
39
36
35
36
50
45
43
41
42
39
59
6
51
41
40
35
31
51
44
40
45
39
37
61
Rata-rata
46.7
40.0
38.0
35.0
33.3
51.7
45.7
40.3
43.0
40.3
39.0
60.7
7
49
38
38
37
40
60
51
41
47
43
43
62
8
51
40
39
40
38
50
55
40
43
46
41
63
9
46
37
40
38
38
57
47
41
44
45
44
65
Rata-rata
48.7
38.3
39.0
38.3
38.7
55.7
51.0
40.7
44.7
44.7
42.7
63.3
Tabel pengujian ke-3 ulangan ke-4 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
29
40
30
34
48
38
31
36
37
41
45
50
2
32
34
30
48
40
45
31
41
33
45
53
47
3
38
39
34
40
39
40
29
37
40
45
44
47
Rata-rata
33.0
37.7
31.3
40.7
42.3
41.0
30.3
38.0
36.7
43.7
47.3
48.0
4
29
37
38
40
42
40
34
37
34
50
51
44
5
34
37
30
44
44
33
30
34
32
49
51
46
6
28
28
28
43
42
32
30
40
34
50
49
40
Rata-rata
30.3
34.0
32.0
42.3
42.7
35.0
31.3
37.0
33.3
49.7
50.3
43.3
7
30
35
31
44
40
39
36
34
30
50
49
48
8
31
34
29
37
47
37
33
36
37
41
50
44
9
28
34
26
40
41
46
30
34
35
42
43
48
Rata-rata
29.7
34.3
28.7
40.3
42.7
40.7
33.0
34.7
34.0
44.3
47.3
46.7
49
Tabel pengujian ke-4 ulangan ke-1 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
55
49
36
42
38
38
54
46
40
39
36
42
2
60
48
38
30
30
24
51
48
40
37
40
44
3
59
39
42
32
32
28
62
41
42
35
36
43
Rata-rata
58.0
45.3
38.7
34.7
33.3
30.0
55.7
45.0
40.7
37.0
37.3
43.0
4
54
38
31
39
31
30
55
45
46
41
36
40
5
54
49
40
34
29
29
51
47
39
43
35
47
6
55
44
39
37
32
24
55
50
41
43
35
39
Rata-rata
54.3
43.7
36.7
36.7
30.7
27.7
53.7
47.3
42.0
42.3
35.3
42.0
7
50
46
39
37
36
32
49
49
39
40
34
37
8
58
38
50
41
34
24
55
42
49
41
35
38
9
54
38
42
40
30
29
56
39
42
43
39
41
Rata-rata
54.0
40.7
43.7
39.3
33.3
28.3
53.3
43.3
43.3
41.3
36.0
38.7
Tabel pengujian ke-4 ulangan ke-2 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
55
46
43
41
41
52
51
48
45
47
47
67
2
55
50
40
39
39
60
59
49
43
38
40
55
3
53
51
50
41
45
46
55
46
48
41
44
54
Rata-rata
54.3
49.0
44.3
40.3
41.7
52.7
55.0
47.7
45.3
42.0
43.7
58.7
4
60
49
41
41
36
55
62
44
49
43
44
53
5
55
52
42
46
41
49
56
51
44
53
48
57
6
54
42
42
38
39
36
60
44
45
42
44
50
Rata-rata
56.3
47.7
41.7
41.7
38.7
46.7
59.3
46.3
46.0
46.0
45.3
53.3
7
55
50
50
40
51
50
55
45
45
49
46
51
8 9
59
47
42
38
41
40
63
48
51
41
44
51
55
48
46
38
38
50
57
53
45
44
47
54
Rata-rata
56.3
48.3
46.0
38.7
43.3
46.7
58.3
48.7
47.0
44.7
45.7
52.0
50
Tabel pengujian ke-4 ulangan ke-3 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
55
38
36
34
55
54
49
41
40
46
54
68
2
59
50
38
44
42
60
61
48
41
50
59
66
3
44
36
41
44
48
55
54
39
43
43
50
61
Rata-rata
52.7
41.3
38.3
40.7
48.3
56.3
54.7
42.7
41.3
46.3
54.3
65.0
4
55
42
38
39
36
50
48
40
39
40
40
59
5
55
44
42
38
39
52
51
46
40
45
45
64
6
60
46
36
39
35
42
63
47
43
43
41
62
Rata-rata
56.7
44.0
38.7
38.7
36.7
48.0
54.0
44.3
40.7
42.7
42.0
61.7
7
57
39
36
41
42
50
60
38
37
44
49
60
8
57
40
39
44
41
49
63
36
40
48
47
55
9
49
37
40
43
45
48
56
41
42
44
44
47
Rata-rata
54.3
38.7
38.3
42.7
42.7
49.0
59.7
38.3
39.7
45.3
46.7
54.0
Tabel pengujian ke-4 ulangan ke-4 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
48
51
44
36
43
40
55
50
48
39
50
43
2
53
48
41
37
36
35
60
46
42
46
52
39
3
55
48
40
34
40
36
55
49
49
31
38
42
Rata-rata
52.0
49.0
41.7
35.7
39.7
37.0
56.7
48.3
46.3
38.7
46.7
41.3
4
47
44
43
39
41
35
44
42
48
41
45
41
5
51
47
40
39
44
41
52
40
40
39
49
41
6
50
48
40
39
43
40
58
50
45
40
51
47
Rata-rata
49.3
46.3
41.0
39.0
42.7
38.7
51.3
44.0
44.3
40.0
48.3
43.0
7
49
46
40
35
49
46
50
47
46
45
47
56
8
57
50
47
37
41
48
53
51
48
41
50
53
9
54
51
47
39
50
46
52
44
49
47
50
55
Rata-rata
53.3
49.0
44.7
37.0
46.7
46.7
51.7
47.3
47.7
44.3
49.0
54.7
51
Tabel pengujian ke-5 ulangan ke-1 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
29
50
40
40
38
42
30
49
46
40
42
51
2
28
52
44
34
34
42
30
50
49
41
38
44
3
22
45
36
32
34
46
20
43
38
36
41
48
Rata-rata
26.3
49
40
35.3
35.3
43.3
26.7
47.3
44.3
39
40.3
47.7
4
27
40
22
32
34
46
30
47
34
38
46
51
5
36
52
38
28
38
44
31
35
38
40
43
52
6
30
38
42
44
42
42
34
35
39
39
43
47
Rata-rata
31
43.3
34
34.7
38
44
31.7
39
37
39
44
50
7
34
40
50
48
38
42
31
41
48
42
44
49
8
24
40
47
40
40
36
26
41
48
46
43
48
9
32
42
40
46
44
44
25
39
50
51
49
49
Rata-rata
30
40.7
45.7
44.7
40.7
40.7
27.3
40.3
48.7
46.3
45.3
48.7
Tabel pengujian ke-5 ulangan ke-2 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
41
52
40
32
34
45
43
50
47
44
42
53
2
44
55
50
40
34
40
42
54
44
40
40
45
3
39
43
41
35
32
44
41
51
45
37
40
48
Rata-rata
41.3
50
43.7
35.7
33.3
43
42
51.7
45.3
40.3
40.7
48.7
4
49
51
42
35
35
41
46
50
40
38
40
51
5
48
43
40
32
31
47
46
46
45
37
44
49
6
48
53
41
33
37
40
47
51
43
43
40
48
Rata-rata
48.3
49
41
33.3
34.3
42.7
46.3
49
42.7
39.3
41.3
49.3
7
37
48
40
30
30
40
44
49
43
35
42
51
8
41
45
42
34
30
38
40
45
47
37
40
46
9
38
46
44
31
34
41
40
45
40
37
40
42
Rata-rata
38.7
46.3
42
31.7
31.3
39.7
41.3
46.3
43.3
36.3
40.7
46.3
52
Tabel pengujian ke-5 ulangan ke-3 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
47
54
44
37
40
40
43
53
43
41
44
47
2
43
51
45
37
31
35
42
52
48
45
45
46
3
47
55
40
39
48
40
48
53
51
41
43
48
Rata-rata
45.7
53, 3
43
37, 7
39.7
38, 3
44, 3
52, 7
47, 3
42, 3
44
47
4
47
49
48
33
33
41
45
50
53
35
44
45
5
45
50
47
38
40
41
46
49
47
43
42
48
6
49
47
46
36
37
35
46
51
50
43
41
45
Rata-rata
47
48.7
47
35, 7
36, 7
39
45, 7
50
50
40, 3
42.3
46
7
43
47
48
36
35
35
41
50
51
42
42
45
8
48
51
43
38
39
42
44
51
43
42
44
48
9
42
50
42
33
34
40
41
43
44
48
42
47
Rata-rata
44, 3
49, 3
44, 3
35, 7
36
39
42
48
46
44
42, 7
46, 7
Tabel pengujian ke-5 ulangan ke-4 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
48
42
42
30
32
40
38
39
40
33
36
45
2
40
39
33
29
31
37
45
40
40
33
42
40
3
38
41
40
31
35
39
41
42
42
38
39
45
Rata-rata
42
40.7
38.3
30
32.7
38.7
41.3
40.3
40.7
34.7
39
43.3
4
42
36
34
30
33
42
42
37
37
36
44
46
5
38
36
38
31
31
41
38
40
39
34
41
45
6
39
34
32
31
30
37
33
35
34
35
40
46
Rata-rata
39.7
35.3
34.7
30.7
31.3
40
37.7
37.3
36.7
35
41.7
45.7
7
40
34
31
31
33
40
43
35
40
38
48
49
8
36
35
33
35
30
41
35
30
34
31
37
47
9
38
33
33
30
30
34
38
32
36
36
36
45
Rata-rata
38
34
32.3
32
31
38.3
38.7
32.3
36.7
35
40.3
47
53
Tabel pengujian ke-6 ulangan ke-1 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
50
48
38
44
40
40
52
47
40
48
37
35
2
55
46
38
39
36
22
53
48
44
42
42
40
3
58
40
44
36
32
27
60
41
42
40
36
34
Rata-rata
54.3
44.7
40.0
39.7
36.0
29.7
55.0
45.3
42.0
43.3
38.3
36.3
4
54
38
32
38
30
30
55
44
45
40
35
33
5
54
45
40
40
30
29
53
48
38
44
36
34
6
55
46
39
41
32
28
55
50
44
42
33
26
Rata-rata
54.3
43.0
37.0
39.7
30.7
29.0
54.3
47.3
42.3
42.0
34.7
31.0
7
50
46
39
38
35
30
50
45
42
42
30
31
8
58
44
40
39
34
24
55
42
45
41
40
38
9
53
41
44
41
30
29
54
43
40
40
40
33
Rata-rata
53.7
43.7
41.0
39.3
33.0
27.7
53.0
43.3
42.3
41.0
38.0
34.0
Tabel pengujian ke-6 ulangan ke-2 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
55
45
42
40
40
50
53
43
49
45
42
53
2
55
54
42
39
39
50
60
55
50
44
44
51
3
60
50
50
41
43
49
55
51
43
41
48
54
Rata-rata
56.7
49.7
44.7
40.0
40.7
49.7
56.0
49.7
47.3
43.3
44.7
52.7
4
60
49
40
40
36
54
62
50
46
45
50
51
5
58
52
41
40
41
50
56
51
44
49
35
53
6
54
42
42
38
39
36
60
44
45
42
44
50
Rata-rata
57.3
47.7
41.0
39.3
38.7
46.7
59.3
48.3
45.0
45.3
43.0
51.3
7
58
48
48
42
45
50
55
50
45
42
45
47
8
60
47
45
41
41
40
63
44
51
48
45
53
9
55
48
46
43
40
50
57
59
48
44
47
51
Rata-rata
57.7
47.7
46.3
42.0
42.0
46.7
58.3
51.0
48.0
44.7
45.7
50.3
54
Tabel pengujian ke-6 ulangan ke-3 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
60
43
31
40
50
58
49
41
36
43
54
62
2
53
45
38
42
52
55
61
48
38
48
59
66
3
50
38
40
43
42
54
55
39
40
42
50
64
Rata-rata
54.3
42.0
36.3
41.7
48.0
55.7
55.0
42.7
38.0
44.3
54.3
64.0
4
48
40
36
40
36
50
55
42
39
40
40
59
5
51
41
38
37
40
51
50
42
40
38
45
54
6
63
42
37
37
35
43
60
45
38
40
41
50
Rata-rata
54.0
41.0
37.0
38.0
37.0
48.0
55.0
43.0
39.0
39.3
42.0
54.3
7
58
42
39
41
44
55
55
39
39
43
55
55
8
55
40
38
42
44
55
59
38
41
47
53
61
9
50
40
40
45
43
49
56
39
39
48
50
57
Rata-rata
54.3
40.7
39.0
42.7
43.7
53.0
56.7
38.7
39.7
46.0
52.7
57.7
Tabel pengujian ke-6 ulangan ke-4 satuan dalam kgf PENETROMETER MEKANIS TIPE SR-2
PENETROMETER DIGITAL
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
Titik Pengukuran
10
20
30
40
50
60
10
20
30
40
50
60
1
48
50
42
38
44
40
50
52
49
40
52
44
2
53
49
40
39
37
36
55
48
44
44
54
48
3
55
48
41
37
42
36
55
50
38
35
39
41
Rata-rata
52.0
49.0
41.0
38.0
41.0
37.3
53.3
50.0
43.7
39.7
48.3
44.3
4
48
44
46
38
41
35
49
42
49
42
48
47
5
50
46
44
39
43
41
48
44
44
40
49
47
6
48
48
41
37
43
40
52
47
46
40
50
42
Rata-rata
48.7
46.0
43.7
38.0
42.3
38.7
49.7
44.3
46.3
40.7
49.0
45.3
7
51
48
45
44
44
46
50
47
43
46
48
50
8
53
50
41
41
45
45
56
50
48
48
50
54
9
52
44
47
48
48
45
55
46
48
49
49
50
Rata-rata
52.0
47.3
44.3
44.3
45.7
45.3
53.7
47.7
46.3
47.7
49.0
51.3
55
Lampiran 5. Tabel kadar air pengujian ke-1 sampai pengujian ke-6
Pagi ke-1 Kedalaman (cm)
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
6.8
5.9
29.03
20
2.8
11.1
8.6
43.10
30
2.7
10.1
8.9
19.35
40
2.9
10.8
8.2
49.06
50
2.8
9.6
7.2
54.55
60
2.8
6.8
5.9
29.03
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
3
7.6
6.8
21.05
20
2.9
7.4
6
45.16
30
3.1
7.6
5.7
73.08
40
2.8
8.4
6.3
60.00
50
2.8
10.3
7.9
47.06
60
3
10
8.3
32.08
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.9
5.2
4.6
35.29
20
2.8
7.4
6.1
39.39
30
2.9
8
6.9
27.50
40
2.9
8.4
6.2
66.67
50
2.8
8.1
6.1
60.61
60
3
8.9
6.6
63.89
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
8.1
6.6
39.47
20
2.7
6.6
5.4
44.44
30
2.6
5.7
4.5
63.16
40
2.5
6.4
5.1
50.00
50
2.7
5.7
4.7
50.00
60
2.7
8.2
6.2
57.14
Siang ke-1 Kedalaman (cm)
Sore ke-1 Kedalaman (cm)
Malam ke-1 Kedalaman (cm)
56
Pagi ke-2 ketinggian
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
8.3
7.1
27.91
20
2.8
10
7.3
60.00
30
2.7
7.9
6.5
36.84
40
2.9
8.1
6.1
62.50
50
2.8
5.7
4.9
38.10
60
2.8
6.6
5.7
31.03
ketinggian
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
10
8.7
22.03
20
2.8
6.9
6
28.13
30
2.8
10.4
8.9
24.59
40
2.7
5.4
4.5
50.00
50
2.7
7.4
5.9
46.88
60
2.9
8.9
7.5
30.43
ketinggian
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.9
6.4
5.7
25.00
20
2.8
9.8
7.7
42.86
30
2.9
6.3
5.3
41.67
40
2.9
6
4.7
72.22
50
2.8
9.8
6.9
70.73
60
3
7
5.3
73.91
ketinggian
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
9.6
8.3
23.64
20
2.7
7.9
6.7
30.00
30
2.6
6.6
5.5
37.93
40
2.5
7.2
6
34.29
50
2.7
7
5.8
38.71
60
2.7
5.9
4.9
45.45
Siang ke-2
Sore ke-2
Malam ke2
57
Pagi ke-3 Kedalaman (cm)
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
9.1
7.3
40.00
20
2.7
10.9
8
54.72
30
2.7
8.9
6.7
55.00
40
2.7
8.9
6.5
63.16
50
2.7
8.9
6.6
58.97
60
2.8
9.6
7.4
47.83
Kedalaman (cm)
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
8.9
7.3
35.56
20
2.7
8.9
6.8
51.22
30
2.9
10.1
7.6
53.19
40
2.8
14
9.9
57.75
50
2.8
10.3
7.5
59.57
60
3
11.1
8.4
50.00
Kedalaman (cm)
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
11.3
9.3
30.77
20
2.7
8
6.2
51.43
30
2.5
8
6.4
41.03
40
2.5
10.6
8.4
37.29
50
2.6
11.7
9.2
37.88
60
2.5
8
6.5
37.50
Kedalaman (cm)
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.6
8.1
6.5
41.03
20
2.6
7.2
5.6
53.33
30
2.6
10.2
7.6
52.00
40
2.6
10.4
7.8
50.00
50
2.5
9.5
7.2
48.94
60
2.6
9.8
7.3
53.19
Siang ke-3
Sore ke-3
Malam ke-3
58
Pagi ke-4 ketinggian
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10cm
2.5
17
13.1
36.79
20cm
2.6
15.6
11.4
47.73
30cm
2.5
12.5
9
53.85
40cm
2.6
12.6
9.2
51.52
50cm
2.5
13.8
9.8
54.79
60cm
2.6
13.2
9.4
55.88
ketinggian
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10cm
2.8
14.8
11.6
36.36
20cm
2.8
18.4
13.3
48.57
30cm
2.8
13.4
9.9
49.30
40cm
2.8
13.2
9.6
52.94
50cm
2.8
15.9
11.2
55.95
60cm
2.8
14.3
10.6
47.44
ketinggian
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10cm
2.8
14.8
11.8
33.33
20cm
2.8
18.4
13.1
51.46
30cm
2.8
13.4
9.9
49.30
40cm
2.7
13.2
9.6
52.17
50cm
2.8
15.9
11.1
57.83
60cm
2.8
14.3
10.3
53.33
ketinggian
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10cm
2.5
8.7
7
37.78
20cm
2.6
9.5
7.1
53.33
30cm
2.6
9.9
7.4
52.08
40cm
2.7
13.5
9.6
56.52
50cm
2.7
11.9
8.5
58.62
60cm
2.8
9.9
7.7
44.90
Siang ke-4
Sore ke-4
Malam ke4
59
Pagi ke-5 Kedalaman (cm)
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10cm
2.8
14.3
11.3
35.29
20cm
2.7
12.8
9.9
40.28
30cm
2.7
13
10.2
37.33
40cm
2.7
10.7
8.4
40.35
50cm
2.7
11.6
8.5
53.45
60
2.8
9.8
7.2
59.09
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
10.1
8.6
25.86
20
2.7
13.9
10.7
40.00
30
2.9
12.5
9.8
39.13
40
2.8
10.1
7.8
46.00
50
2.8
9.8
7.3
55.56
60
3
11
8.2
53.85
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.8
8.4
7.3
24.44
20
2.7
7.9
6.5
36.84
30
2.5
5.7
4.7
45.45
40
2.5
7.1
5.7
43.75
50
2.6
5.9
4.8
50.00
60
2.5
6.6
5.1
57.69
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10
2.6
7.7
6.3
37.84
20
2.6
8.3
6.6
42.50
30
2.6
6.8
5.4
50.00
40
2.6
7.5
5.7
58.06
50
2.5
6.6
5.3
46.43
60
2.6
5.7
4.7
47.62
Siang ke-5 Kedalaman (cm)
Sore ke-5 Kedalaman (cm)
Malam ke-5 Kedalaman (cm)
60
Pagi ke-6 Kedalaman (cm)
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10cm
2.5
9.9
8
34.55
20cm
2.6
11.2
8.2
53.57
30cm
2.5
12.2
8.9
51.56
40cm
2.6
7.8
5.9
57.58
50cm
2.5
9.6
7
57.78
60cm
2.6
6.8
5.3
55.56
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10cm
2.8
9.5
7.9
31.37
20cm
2.8
10.7
8.3
43.64
30cm
2.8
9.3
7.1
51.16
40cm
2.8
8.6
6.8
45.00
50cm
2.8
7.9
6.3
45.71
60cm
2.8
6.9
5.5
51.85
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10cm
2.8
13.2
10.6
33.33
20cm
2.8
11.9
9.3
40.00
30cm
2.8
9.7
7.5
46.81
40cm
2.7
10
7.4
55.32
50cm
2.8
8.8
6.9
46.34
60cm
2.8
7.3
5.9
45.16
berat cawan (gr)
berat cawan +tanah basah (gr)
berat cawan +tanah kering (gr)
basis kering (%)
10cm
2.5
7.7
6
48.57
20cm
2.6
8.1
6.4
44.74
30cm
2.6
6.3
5.1
48.00
40cm
2.7
8.5
6.5
52.63
50cm
2.7
9
7.2
40.00
60cm
2.8
6.8
5.3
60.00
Siang ke-6 Kedalaman (cm)
Sore ke-6 Kedalaman (cm)
Malam ke-6 Kedalaman (cm)
61
Lampiran 6. Tabel kalibrasi sensor jarak (ultasonik) Ulangan ke-1
jarak (cm) 0 10 20 30 40 50 60
0 0.1 10.1 20.2 30.1 40.1 50.1 59.9
5 0.7 11.6 19.9 30.3 40.2 50.1 60.1
Sudut (derajat) 10 1.1 9.7 13.4 30.2 40.7 50.4 60.1
15 2.1 9 12.8 30.6 Error 50.5 60.4
20 3 8.6 Error Error Error 50.9 60.9
5 0.7 11.4 19.9 30.2 40 50.1 60
sudut(derajat) 10 0.9 9.6 13.3 30.2 40.6 50.5 60.1
15 2.2 9 12.9 30.6 Error 50.5 60.5
20 3.3 8.6 Error Error Error 50.8 60.9
5 0.8 11.6 19.7 30.1 40.2 50.2 60.2
Sudut (derajat) 10 1 9.6 13.4 30.2 40.6 50.5 60.2
15 2.2 9 12.9 30.6 Error 50.5 60.3
20 3.2 8.6 Error Error Error 50.8 60.8
5 0.7 11.6 19.7 30.2 40.1 50.2 60
Sudut (derajat) 10 0.9 9.6 13.3 30.3 40.6 50.5 60.1
15 2.1 9 12.8 30.7 Error 50.6 60.5
20 3.5 8.5 Error Error Error 50.9 60.9
Ulangan ke-2
jarak (cm) 0 10 20 30 40 50 60
0 0.1 10.1 20.1 30.2 40 50.1 60
Ulangan ke-3
jarak (cm) 0 10 20 30 40 50 60
0 0 10 20 30.2 40.1 50 60.2
Ulangan ke-4
Jarak (cm) 0 10 20 30 40 50 60
0 0.1 10 20.1 30.1 40 50 60
62
Lampiran 7. Kalibrasi penguat untuk sensor gaya (strain gage) Data pembacaan (mV)
No 1
2
3
4
Rataan (mV)
-
1590
1585
1540
1535
1485
1490
1435
1440
1380
1385
-
1330
1335
1280
1285
1230
1235
1175
1180
1120
1125
1065
1070
-
1580
1585
-
1520
1525
1530
1480
1475
1470
1420
1425
1430
1365
1370
1375
1310
1315
1320
1255
1260
-
1205
1210
-
1155
1160
-
1100
1105
-
1045
1050
-
1580
1585
-
1520
1525
-
1470
1475
-
1415
1420
-
1365
1360
-
1310
1305
-
1260
1255
-
1205
1200
-
1150
1145
-
1100
1095
-
1045
1040
-
1580
1585
-
1540
1545
-
1470
1475
-
1430
1425
-
1365
1370
-
1587.5 1537.5 1487.5 1437.5 1382.5 1332.5 1282.5 1232.5 1177.5 1122.5 1067.5 1582.5 1525 1475 1425 1370 1315 1257.5 1207.5 1157.5 1102.5 1047.5 1582.5 1522.5 1472.5 1417.5 1362.5 1307.5 1257.5 1202.5 1147.5 1097.5 1042.5 1582.5 1542.5 1472.5 1427.5 1367.5
Interval (mV)
50 50 50 55 50 50 50 55 55 55 55 57.5 50 50 55 55 57.5 50 50 55 55 55 60 50 55 55 55 50 55 55 50 55 55 40 70 45 60 50 63
5
6
7
8
1315
1320
-
1250
1255
-
1190
1195
-
1135
1140
-
1090
1095
-
1030
1035
-
1580
1585
-
1520
1525
1530
1470
1475
-
1420
1425
-
1365
1370
-
1310
1315
1320
1255
1260
-
1205
1210
-
1155
1160
-
1105
1110
-
1055
1060
-
1575
1580
-
1520
1515
-
1475
1470
-
1420
1425
-
1365
1370
-
1320
1325
-
1270
1275
-
1215
1220
-
1165
1170
-
1115
1120
-
1060
1065
-
1585
1580
-
1530
1535
1540
1480
1485
-
1420
1425
-
1365
1370
-
1310
1315
-
1250
1255
-
1198
1202
-
1148
1152
-
1095
1100
-
1040
1045
-
1590
1585
-
1515
1520
1525
1465
1460
1455
1405
1410
-
1360
1355
-
1317.5 1252.5 1192.5 1137.5 1092.5 1032.5 1582.5 1525 1472.5 1422.5 1367.5 1315 1257.5 1207.5 1157.5 1107.5 1057.5 1577.5 1517.5 1472.5 1422.5 1367.5 1322.5 1272.5 1217.5 1167.5 1117.5 1062.5 1582.5 1535 1482.5 1422.5 1367.5 1312.5 1252.5 1200 1150 1097.5 1042.5 1587.5 1520 1460 1407.5 1357.5
65 60 55 45 60 60 57.5 52.5 50 55 52.5 57.5 50 50 50 50 50 60 45 50 55 45 50 55 50 50 55 55 47.5 52.5 60 55 55 60 52.5 50 52.5 55 55 67.5 60 52.5 50 50 64
1310
1305
-
1250
1245
-
1190
1195
1200
1135
1140
-
1085
1090
-
1030
1035
-
1307.5 1247.5 1195 1137.5 1087.5 1032.5
60 52.5 57.5 50 55 55
65
Lampiran 8. Tegangan referensi pada ADC
Tegangan (mV)
keluaran ADC (bit)
0.41
60
0.46
69
0.51
80
0.56
89
0.61
100
0.66
111
0.71
121
0.76
131
0.81
142
0.86
152
0.91
162
1.01
183
1.11
204
1.20
222
1.30
244
1.40
265
1.50
284
1.60
304
1.70
326
1.80
347
2.00
387
2.20
427
2.40
467
2.60
507
2.80
547
3.00
587
3.20
630
3.40
670
3.60
711
3.80
751
4.00
793
4.76
947
66
Lampiran 9. Sifat Tanah di Laboratorium Siswadhi Soepardjo Leuwikopo, Darmaga
Karakteristik
Kedalaman (cm) 3
Densitas partikel (g/cm ) Fraksi : - Liat (%) - Debu (%) - Pasir (%) Batas cair (%) Batas plastis (%) Indeks plastisitas (%) Kohesi (kg/cm2) Internal friction (der.)
0-20 2.62 44.50 24.70 30.80 67.03 47.03 20.00 0.6 17.4
20-40 2.64 68.00 19.20 12.80 76.90 55.35 21.55 4.5 7.4
40-60 2.72 72.00 13.00 15.00 75.42 56.47 18.95 2.1 10.3
67
Lampiran 10. Spesifikasi sensor kedalaman (ultrasonik) DT-SENSE USIRR (#991-992)
Jangkauan ultrasonic : 2 cm – 3 cm Ketelitian ranger : 5 mm Keluaran berupa jarak (dalam milimeter) Dua antar muka : PC-Bus dan Pulse Width Dapat dihubungkan ke 2 sensor Infra Red Ranger GP2D12
68
Lampiran 11. Perhitungan ketelitian sensor gaya (strain gage) Diketahui : ADC 10 bit = 210 digital = 1024 digital Tegangan referensi = 5 volt Menghitung perubahan terkecil input sehungga mengubah 1 nilai digital (step) yaitu:
Jadi untuk mengubah 1 angka digital dibutuhkan tegangan 4.882 mV/digital Untuk menghitung sensitifitas alat yaitu:
Sensitivitas alat teoristis sebesar 50 mV/kg namum pada kalibrasi pembebanan mati didapatkan ratarata angka sensitivitas alat sebesar 51.8 mV/kg.
69