A. PENDAHULUAN Isu tentang pendidikan di Indonesia masih hangat untuk diperdebatkan, dari serangkaian pergantian kurikulum yang terjadi, hingga menerapkan Kurikulum 2013 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terutama yang menyangkut masalah kualitas pembelajaran serta dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi para mahasiswa. Kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah, hal ini dikarenakan hasil laporan United Nasional Development Program mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia relative rendah. Sadar akan hasil-hasil pendidikan yang belum memadai, maka banyak upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan. Upaya tersebut diantaranya, melakukan perubahan atau revisi kurikulum secara berkeseinambungan, program penataan kerja pendidik, proyek peningkatan kualifikasi guru dan dosen dan masih banyak program lain dilakukan untuk perbaikan hasil-hasil pendidikan tersebut. Dalam rangka meningkatkan Mutu Pendidikan, Pemerintah dan DPR RI telah mensahkan Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. UndangUndang tersebut memuat peyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru agar profesional. Seorang pendidik dikatakan profesional jika mereka mempunyai kompetensi (pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial). Kompetensi tersebut antara lain dapat tercermin pada: memahami gaya belajar dan kesulitan belajar, menguasai teori dan prinsip belajar, merancang, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran, menguasai substansi bidang ilmu, meningkatkan kualitas pembelajaran dan menguasai serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Dari lain pihak, ada beberapa temuan tentang pengajaran yang ada di Indonesia berdasarkan hasil penelitian Sato (Manuharawati, 2009). Temuan-temuan tersebut antara lain: (1) banyak pendidik di Indonesia tidak memiliki inisiatif untuk belajar, (2) banyak pendidik membuat perangkat pembelajaran sendirian tanpa mengkomunikasikan ke teman sejawat atau ahli lain, sehingga perangkat yang dihasilkan sedikit sekali mendapatkan masukan dari teman sejawat, (3) banyak pendidik belajar sendiri untuk memantapkan
1
penguasaan materi pembelajaran, sehingga dimungkinkan terjadi salah konsep sangat besar, (4) banyak pendidik tidak ingin dicermati oleh orang lain di dalam kelas, sehingga guru tidak tahu kesalahan atau kekurangannya dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan, temuan-temuan Sato tersebut, juga terjadi di Jurusan Matematika Universitas Cokroaminoto Palopo, khususnya pada rumpun matematika terapan, dalam hal ini penerapan dalam teori ekonomi. Salah satu masalah atau topik pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana pendidik mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana mahasiswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran mahasiswa. Untuk merubah kebisaaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa memang tidak mudah, terutama di kalangan pendidik yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif. Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepangnya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan
kenkyuu
jugyo
di
Jepang.
Keberhasilan
Jepang
dalam
mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di
2
Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi. Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam
merencanakan,
melaksanakan,
mengobservasi
dan
melaporkan
hasil
pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Mulyana (2008) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson Study pada hakekatnya merupakan salah satu upaya signifikan untuk meningkatkan kualitas, profesionalisme dosen (pendidik) serta mengembangkan salah satu kemampuan mahasiswa dalam memfasilitasi proses pembelajaran yang dirancang sebagai bagian penting dari internal quality assurance terhadap kompetensi pedagogi dan profesionalisme pendidik yang disinergikan dengan karakter mahasiswa ataupun sesuai dengan masalah kontekstual yang diberikan. Mata kuliah Matematika Ekonomi sengaja dipilih dari berbagai keterampilan yang dapat dikategorikan sebagai hard-skills ataupun dapat mengembangkan kemampuan berpikir mahasiswa. Mata kuliah ini secara luas mengkaji tentang konsep-konsep matematika yang berhubungan
3
dengan masalah ekonomi dan memberikan permasalahan yang kontekstual agar mahasiswa merasakan manfaat langsung setelah mempelajari setiap materi yang diberikan. Menilik dari berbagai deskripsi dan fakta tentang mata kuliah mata kuliah Matematika Ekonomi, maka ada beberapa hal mendasar dan signifikan yang seharusnya dilaksanakan dan bersifat baik, yakni urgensnya suatu kebutuhan akan pembelajaran yang kolaboratif (collaborative learning) yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang kontekstual. Mengingat outcomes dalam mata kuliah ini adalah bukan hanya terjadi integrasi yang harmonis antara mahasiswa secara individual, namun yang manjadi poin utama adalah proses kolaborasi antar mahasiswa dengan pendidik diharapkan bisa terjadi secara signifikan melalui kerjasama antar individu atau antar kelompok dan setiap komponen-komponen pendukung terlaksananya pembelajaran tersedia, dalam hal ini komponen pendukung yang dimaksud yakni (1) Design Pembelajaran yang telah dirancang, (2) Media pembelajaran bersifat kontekstual, (3) Hand Out setiap pertemuan, (4) Alat evaluasi berupa saran-saran mengenai kekurangan pembelajaran di setiap pertemuan. Kenyataan yang terjadi melalui pengamatan awal khususnya para mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika kurang memiliki pengetahuan awal baik mengenai konsep-konsep matematika maupun hakikat pembelajaran kolaboratif sehingga cenderung timbul sifat individualism yang tidak mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Ini disebabkan mahasiswa yang telah terbisaa bekerja secara individu dan lebih menguntungkan mahasiswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik, sehingga mahasiswa yang kemampuan sedang atau rendah merasa tertinggal dengan kemampuan mahasiswa yang berkemampuan tinggi. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran seorang pendidik dituntut dapat mengembangkan sebuah pembelajaran baik dari segi model, pendekatan, metode agar mahasiswa yang berkemampuan sedang dan rendah saling bekerjasama dengan mahasiswa yang berkemampuan tinggi sehingga tercipta pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan bermanfaat. Sedangkan, isu mutakhir dalam pembelajaran matematika
4
saat ini adalah mengembangkan High-Order Thinking Skills (HOTS) dan menjadikannya sebagai tujuan utama dalam pembelajaran matematika. Pernyataan ini antara lain didukung oleh The National Education Association Research Division (Ennis, 1993:1) dengan mengungkapkan bahwa “student acquisition of high-order thinking skills is now a nation goal”. Sejalan dengan pendapat tersebut, harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika khususnya di setiap jenjang sekolah di Indonesia adalah setiap mahasiswa mempunyai kemampuan berpikir matematis, khususnya berpikir matematis tingkat tinggi. Kemampuan itu diperlukan mahasiswa, terkait dengan kebutuhan para mahasiswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir matematis terutama yang menyangkut doing math (aktivitas matematika) perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika. Selain mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis sangat didukung jika instrument atau permasalahan-permasalahan yang diberikan
bersifat
nyata
(kontekstual).
Penggunaaan
masalah
kontekstual
memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan pola berpikir yang lebih kompleks karena melibatkan pengetahuan matematika formal dan informal. Melalui masalah kontekstual, mahasiswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya dan berkaitan proses berpikir. De Corte (Anggo, 2011). Ketika masalah matematika disajikan dengan menggunakan konteks tertentu, maka pemecahan yang dilakukan mahasiswa mungkin saja tidak menggunakan prosedur matematika formal, tetapi menggunakan prosedur informal berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya tentang konteks tersebut. Agar dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur matematika formal, maka mahasiswa harus menterjemahkan konteks tersebut ke dalam model matematika. Merefleksi kondisi dan persoalan pembelajaran pada mata kuliah Matematika Ekonomi, ada beberapa persoalan mendasar yang bisa diformulasikan: (1) Keterbatasan pengetahuan mahasiswa baik dalam tataran konsep dan praktek tentang pembelajaran kolaboratif, (2) minimnya sharing of experience (saling berbagi
5
pengalaman) diantara mahasiswa, (3) merefleksi proses pembelajaran selama ini mata kuliah Matematika Ekonomi miskin akan pengalaman langsung bagi mahasiswa mengenai manfaat setiap materi yang diajarkan bagi kehidupan sehari-hari, (4) kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa (mahasiswa). Sehingga, kondisi tersebut harus diupayakan untuk diperbaiki. Upaya tersebut dilakukan diantaranya melalui perbaikan proses pembelajaran. Lesson Study dapat dijadikan jembatan untuk meniti kearah cita-cita proses pembelajaran yang ideal sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan. Oleh karena itu, sudah saatnya pendidik melakukan inovasi yang efektif dan efisien untuk mendorong mahasiswa belajar secara kolaboratif dan memenuhi kebutuhan masyarakat, belajar yang akan menuntun mereka mendapatkan kecakapan dalam mengikuti proses pembelajaran serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam menyikapi setiap permasalahan yang diberikan. Artinya secara teoritis, dalam pembelajaran matematika dapat mengakomodasi kebutuhan mahasiswa sesuai kemampuan berpikirnya dalam memahami materi. Dalam penelitian ini, dengan menerapkan konsep Lesson Study dalam mata kuliah Matematika Ekonomi diharapkan kualitas pembelajaran baik dari segi proses pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dapat berkembang sedikit demi sedikit. Kualitas pembelajaran yang diharapkan adalah terjadi interaksi antara pendidik dan mahasiswa yang didukung oleh design pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya (tahap Plan) yang telah direvisi untuk diterapkan pada saat pembelajaran (tahap Do) dan kekurangan-kekurangan pada saat pembelajaran (tahap See), Hand Out yang bercirikan masalah kontekstual, serta alat evaluasi berupa saransaran perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya yang masih dianggap kurang efektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2005) yang lebih fokus pada aktivitas mahasiswa diperoleh hasil bahwa kegiatan Lesson Study mendorong mahasiswa agar belajar secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dengan menerapkan Lesson Study dalam beberapa tahap, yakni: (1) membentuk tim, (2) menentukan tujuan pembelajaran, (3) merencanakan pembelajaran, (4)
6
mengumpulkan fakta-fakta dari proses pembelajaran, (5) menganalisis fakta-fakta pada pembelajaran dan (6) mengulangi proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, dengan melihat penelitian-penelitian terdahulu serta kajian-kajian
dan fakta-fakta yang terjadi, maka peneliti bermaksud
megimplementasikan konsep Lesson Study dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui masalah kontekstual khususnya pada mata kuliah Matematika Ekonomi. B. METODE PENELITIAN 1.
Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan Lesson Study ini bertempat di KampusvIII Universitas Cokroaminoto Palopo Program Studi Pendidikan Matematika yang disetting sebagai kelas perkuliahan mata kuliah matematika ekonomi. Adapun waktu kegiatan pelaksanaan Lesson Study berlangsung selama 4 bulan yang terdiri dari 4 siklus kegiatan, dimana masing-masing siklus dilaksanakan dengan tahapan Plan, Do dan See. Waktu kegiatan Lesson Study disajikan pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Waktu kegiatan Lesson Study
2.
Siklus
Plan
Do
See
I
Jumat, 21 Maret 2014
Selasa, 25 Maret 2014 Selasa, 25 Maret 2014
II
Rabu, 2 April 2014
Selasa, 8 April 2014
Selasa, 8 April 2014
III
Jumat, 9 Mei 2014
Selasa, 20 Mei 2014
Selasa, 20 Mei 2014
IV
Minggu, 13 Juli 2014
Selasa, 15 Juli 2014
Selasa, 15 Juli 2014
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan apa adanya tentang perkembangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui pemberian masalah kontekstual. Masalah kontekstual yang
7
diberikan sebelumnya telah dirancang dengan mengikuti tahapan kegiatan Lesson Study. 3.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang ditetapkan berfungsi mengarahkan peneliti sehingga dapat mencurahkan perhatian secara jelas tentang hal-hal yang semestinya diteliti agar pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan sebaik-baiknya. Untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan baik, maka fokus penelitian ini diarahkan untuk menelusuri perkembangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui pemberian masalah kontekstual yang sebelumnya telah mengikuti tahapan-tahapan kegiatan Lesson Study. Komponen kemampuan berpikir kritis yang akan diungkap yaitu (1) fase memicu kejadian (konflik kognitif), (2) eksplorasi (menggali atau menemukan), (3) menarik kesimpulan serta (4) klasifikasi dan resolusi. 4.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Peneliti sebagai instrumen akan mempermudah menggali informasi yang menarik meliputi informasi: lain dari yang lain, yang tidak direncanakan sebelumnya, yang tidak diduga terlebih dahulu, atau yang tidak lazim terjadi. Pada penelitian ini juga digunakan instrumen pendukung lainnya yaitu rekaman video. Rekaman video berguna untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang sebelumnya diberikan masalah kontekstual yang telah dirancang dengan mengikuti tahanapan Lesson Study 5.
Rancangan Penelitian
Secara umum, urutan langkah-langkah rinci Lesson Study sejak penyusunan (Plan) sampai dengan terjadinya pengembangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa adalah sebagai berikut: 8
a. Tahap Persiapan (Plan) Pada tahap persiapan dilakukan pertemuan awal dengan tim Lesson Study setelah sebelumnya dilakukan persiapan-persiapan. Adapun langkah-langkahnya: 1) Dosen model mempresentasikan maksud dan tujuan serta signifikansi dari Lesson Study bagi peningkatan profesionalisme pedagogik dosen. 2) Dosen model menyusun/merancang scenario pembelajaran. 3) Dosen model mempresentasikan satuan ajar perkuliahan (SAP) serta tujuan yang hendak dicapai dan scenario pembelajaran yang dipilih sebagai chapter design
serta
memberikan
permasalahan
bersifat
kontekstual
mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Dari
dalam aktivitas
Persiapan Lesson Study yang meliputi kegiatan identifikasi masalah pembelajaran, analisis masalah pembelajaran tersebut dari sisi materi ajar, teaching material, serta alternative strategi pembelajaran yang mungkin diterapkan dan penyusunan rencana pembelajaran. Hasil perencanaan pembelajaran terlampir dalam satuan ajar perkuliahan (SAP) mata kuliah matematika ekonomi 4) Tim memberikan masukan dan saran terkait dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Lembar observasi dikembangkan berdasarkan aspek-aspek penting pedagogis berdasarkan kompetensi yang hendak dicapai, berkembang menurut kebutuhan dalam setiap siklus. 5) Dosen model bersama tim melakukan perbaikan, membuat kesepakatan dari aktifitas pembelajaran berdasarkan SAP serta komitmen waktunya bersama. Termasuk teknis untuk melakukan rekaman proses sehingga seluruh aktivitas terdokumentasi dan menjadi layak sebagai sumber pelengkap bahan pembelajaran dalam kegiatan refleksi. b. Tahap Pelaksanaan (Do) Pada tahap pelaksanaan ini, seorang observer bertugas untuk merekam aktivitas yang terjadi selama kegiatan Open Lesson dilakukan secara menyeluruh
9
kemudian akan dilakukan editing pada beberapa kejadian yang dianggap penting. Sementara dosen observer yang lain mengamati aktivitas mahasiswa. Secara umum langkah kegiatan sebagai berikut: 1) Dosen pelaksana melaksanakan proses perkuliahan mulai kontrak belajar sampai dengan pertemuan berikutnya. 2) Dosen observer membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan mahasiswa. 3) Dosen observer membuat catatan tentang situasi dimana mahasiswa melakukan kerjasama atau memilih untuk tidak melakuakan kerjasama. 4) Dosen observer mencari contoh-contoh bagaimana terjadinya proses aktivitas berpikir kritis melalui diskusi dan aktivitas belajar yang dilakukan mahasiswa. 5) Dosen observer membuat catatan tentang variasi pemecahan masalah mahasiswa secara individual atau kelompok, termasuk pengambilan strategi pemecahan masalah. c. Tahap Refleksi (See) Kegiatan ini dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dibuktikan pada saat mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya karena setiap orang dipastikan masih mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas. Langkah-langkah dalam refleksi sebagai berikut: 1) Dosen model dan dosen observer merefleksi temuan-temuan selama pembelajaran berlangsung, dalam hal ini seluruh aktivitas kegiatan dikaji secara menyeluruh terhadap bukti-bukti yang sudah didokumentasikan. 2) Dosen model diberikan kesempatan untuk berbicara paling awal, yakni mengomentari
proses
pembelajaran
yang
telah
dilakukannya.
Pada
kesempatan itu, dosen model tersebut harus mengemukakan apa yang telah terjadi di kelas yakni kejadian apa yang sesuai harapan, kejadian apa yang tidak sesuai harapan dan apa yang berubah dari rencana semula.
10
3) Berikutnya dosen observer diberikan kesempatan memberikan komentar tambahan dan memberikan pendapat mengenai perbaikan pembelajaran kedepannya. 4) Setelah masukan-masukan yang dikemukakan observer dianggap cukup, selanjutnya notulen merangkum atau menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 6.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui rekaman video pada setiap siklus dan hasil pengamatan langsung peneliti (dosen model) yaitu dengan melakukan rekaman video saat open class berlangsung dan berdasarkan pengamatan para dosen observer dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan teknik validasi yang digunakan adalah perpanjangan pengamatan di setiap siklus. Langkah-langkah pengumpulan dan validasi data, dilakukan sebagai berikut: a. Mengambil data melalui rekaman video (RV) pada saat pembelajaran berlangsung (open class). b. Data siklus pertama hingga siklus keempat dibuatkan transkrip dan dikategorisasi berdasarkan konponen-komponen yang telah ditetapkan. c. Melakukan reduksi, abstraksi, transformasi, dan pengkategorian pada data siklus pertama hingga siklus keempat. d. Data setiap siklus dibandingkan. Semua data yang terkait dengan tujuan penelitian yang konsisten dijadikan acuan untuk melakukan analisis data. 7.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data sampai penarikan kesimpulan. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, yang ditandai dengan data yang sudah jenuh. Langkah-langkah analisis data, dilakukan sebagai berikut: a. Menelaah data yang telah diperoleh dari rekaman video pada saat open class. b. Reduksi data adalah kegiatan yang mengacu kepada proses menyeleksi, memfokuskan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data mentah.
11
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat rangkuman yang terdiri dari: inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perpanjangan pengamatan, sebagaimana dijelaskan pada bagian ketiga dari langkah-langkah pengumpulan dan validasi data. c. Penyajian data yang meliputi pengklasifikasian dan identifikasi data, yaitu menuliskan kumpulan data yang terorganisir dan terkategori sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. Dalam penelitian ini, data hasil rekaman video pembelajaran dari masing-masing subjek yang direduksi kemudian dikategorikan berdasarkan komponenkomponen pada setiap aspek yang diamati. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang diperoleh dengan mudah dapat disimpulkan. d. Pemaparan data dan penafsiran data, yaitu data valid sebagaimana dijelaskan pada bagian keempat dari langkah-langkah pengumpulan dan validasi data dipaparkan kemudian ditafsirkan untuk mendapatkan kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Deskripsi Pelaksanaan Lesson Study
Pada bagian ini, akan dijelaskan gambaran pelaksanaan Lesson Study yang terdiri dari empat siklus. Setiap siklus akan menjelaskan tentang kegiatan perencanaan (Plan), Pelaksanaan (Do) dan Refleksi Pelaksanaan (See). Setiap kegiatan Lesson Study mengacu pada rancangan masalah kontekstual yang akan digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, selain itu komponen yang mendukung berkembangnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa yaitu: (1) Design pembelajaran, (2) Satuan Ajar Perkuliahan yang disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, (3) Masalah kontekstual yang memungkinkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis, (4) Hand Out yang bercirikan masalah kontekstual, (5) Media pembelajaran yang digunakan dan (6) alat evaluasi mengenai pemahaman mahasiswa
12
selama pembelajaran berlangsung. Gambaran kegiatan Lesson Study setiap siklus diapaparkan sebagai berikut: a. Siklus Pertama Kegiatan Lesson Study Tindakan dalam siklus pertama diawali dengan menerapkan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share. Tujuannya adalah agar mahasiswa saling bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran. Kerjasama yang dimaksud adalah terjadi diskusi antar mahasiswa dalam kelompok tersebut yang diawali dengan menggali kemampuan awal mahasiswa untuk berpikir mengenai permasalahan yang akan diberikan. Pemilihan anggota kelompok dibagi secara heterogen dengan menempatkan mahasiswa yang berkemampuan tinggi disetiap kelompok tersebut. Selain itu, pendekatan yang digunakan agar mahasiswa memahami apa yang dipelajari adalah pendekatan kontekstual, yang diartikan bahwa setiap permasalahan yang diberikan mahasiswa terkait dengan kehidupan nyata. Kemudian komponen pendukung terlaksananya pembelajaran pada siklus pertama yang dijadikan rancangan awal yaitu (1) Satuan Acuan Pembelajaran (SAP), (2) Design pembelajaran dan (3) Media Pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan oleh satu dosen model yang bertugas untuk mengajar dan menjadi fasilitator pembelajaran dan beberapa dosen observer yang mengati proses pembelajaran. 1) Tahapan Perencanaan (Plan) Tahapan awal yang dilakukan pada siklus pertama adalah tahapan pelaksanaan (Plan) yang dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2014. Tahapan pelaksanaan (Plan) dimulai dengan menyusun
rancangan pembelajaran
yang akan
dilaksanakan berdasarkan pada data awal kondisi mahasiswa yang disampaikan berdasarkan pengalaman beberapa dosen pengampuh mata kuliah matematika ekonomi yang juga berperan sebagai dosen observer pada pelaksanaan kegiatan Lesson Study ini. Rancangan pembelajaran dibuat dengan memfokuskan pada penekanan pengembangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Tema materi 13
yang akan dipaparkan pada siklus pertama adalah aplikasi teori fungsi dalam ekonomi. Rancangan awal yang dibuat adalah bagaimana mahasiswa menemukan istilah penawaran, permintaan dan keseimbangan pasar dengan memberikan masalah yang bersifat kontekstual serta rancangan tersebut mampu menggali kemampuan berfikir kritis mahasiswa mengenai permasalahan ekonomi yang berkaitan dengan penawaran, permintaan dan keseimbangan pasar. Berdasarkan rancangan yang dibuat, terdapat beberapa revisi/perbaikan mengenai komponen yang didiskusikan dengan dosen pengamat yang terkait dengan satuan acuan pembelajaran (SAP), design pembelajaran dan media pembelajaran pada tahapan plan ditunjukkan pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Diskusi Tahapan Perencanaan (Plan) pada Siklus Pertama No
Hal yang didiskusikan
1
Design Pembelajaran
2
Perencanaan (Plan)
Revisi
Perencanaan awal mengenai design pembelajaran awalnya menggunakan model pembelajaran langsung. Ini dikarenakan pengetahuan mahasiswa yang masih bersifat kompetisi dalam pembelajaran. Dalam design pembelajaran, tujuan yang akan dicapai mahasiswa adalah
Berdasarkan hasil diskusi, model pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatfif dengan menggunakan tipe Think Pair Share (TPS).
“Melalui kegiatan menganalisa kondisi harga barang di pasar, mahasiswa mampu mengaplikasikan keterkaitan masalah fungsi penawaran, permintaan dan keseimbangan harga dengan cara pemecahan masalah pada lembar kerja setelah diskusi”
Berdasarkan hasil diskusi tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan terlalu banyak sehingga diubah menjadi Melalui kegiatan menganalisa kondisi harga barang di pasar, mahasiswa mampu mengaplikasikan keterkaitan masalah fungsi penawaran dengan cara pemecahan masalah pada lembar kerja setelah diskusi
Hal ini dikarenakan kondisi kemampuan awal mahasiswa yang belum terbentuk mengenai masalah ekonomi yang terkait dengan konsep fungsi. Sehingga hanya masalah fungsi penawaran yang 14
No
Hal yang didiskusikan
Perencanaan (Plan)
Rencana awal pada pembelajaran siklus pertama mengikuti setiap fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan setiap tahapan berpikir, berpasangan dan berbagi termuat didalam fase fase pembelajaran kooperatif
3
Rancangan awal media yang diberikan dalam menyajikan permasalahan ekonomi dibuat dengan menggunakan power point yang memuat konsep-konsep yang membantu mahasiswa mencermati apa yang akan dipelajari.
4
Media Pembelajaran Rancangan awal mengenai Tugas individu dan tugas kelompok masing-masing berbeda 5
6
Evaluasi Pemahaman
Rancangan awal mengenai evaluasi pemahaman mahasiswa setalah pembelajaran menggunakan masalah yang bersifat abstrak yang tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa
Revisi dikaji. Berdasarkan hasil diskusi, langkahlangkah pembelajaran kooperatif tipe think pair share digabungkan guna mengefisienkan waktu
Berdasararkan hasil diskusi, media yang memuat konsep-konsep saja, tidak akan menggali kemampuan berpikir mahasiswa. Sehingga pada media pembelajaran power point ditambahkan permasalahan yang bersifat kontekstual yang dijadikan langkah awal bagi mahasiswa untuk mengkonstruk pemahaman dan pengalaman belajarnya yang disesuaikan dengan masalah yang diberikan. Berdasarkan hasil diskusi, tugas individu dan kelompok digabungkan, selain berguna untuk mengefisienkan waktu, juga berguna agar mahasiswa saling bekerjasama memecahkan setiap permasalahan Berdasarkan hasil diskusi, untuk menggali pemahaman mahasiswa mengenai topik permasalahan yang dipelajari cukup dengan menuliskan secara kualitatif mengenai hal-hal apa yang mereka pahami serta halhal apa yang mereka tidak pahami.
Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa dosen pengamat maka revisi pada tahap perencanan (Plan) pada siklus pertama difokuskan pada design pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pemahaman mahasiswa. 2) Tahapan Pelaksanaan (Do)
15
Tahap pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama ini dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2014, kelas yang dijadikan sebagai kelas penelitian adalah kelas VI E yang berjumlah 20 mahasiswa. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan dosen model membuka perkuliahan dengan memberikan materi awal melalui gambaran keadaan pasar yang ada di Kota Palopo dan mengajak mahasiswa untuk mengajukan pendapat mereka mengenai masalah awal yang diberikan. Tujuannya agar mahasiswa antusias dan mulai mengkritisi permasalahan awal yang diberikan. Secara umum, hanya ada beberapa mahasiswa yang mengungkapkan pendapatnya mengenai permasalahan yang diberikan. Sedangkan, beberapa mahasiswa lainnya hanya memperhatikan pendapat temannya tersebut. Langkah selanjutnya, dosen model mulai mengaitkan konsep fungsi dengan masalah perekonomian, namun ada beberapa mahasiswa yang mempunyai kemampuan awal yang rendah mengenai fungsi. Sehingga, dosen model berinisiatif memberikan beberapa contoh pemecahan masalah fungsi dengan menggambarkan grafik fungsi, metode eliminasi dan substitusi. Pada tahapan kegiatan inti pembelajaran yakni mengajak mahasiswa untuk berpikir dan berdiskusi secara berpasangan dengan memberikan masalah kontekstual, hal yang terjadi adalah beberapa mahasiswa kurang aktif dengan kelompoknya baik dalam memikirkan masalah yang diberikan maupun pada saat berdiskusi. Langkah terakhir (kegiatan penutup), dosen model memberikan evaluasi pemahaman dengan memberikan mahasiswa untuk mengungkapkan apa yang mereka pahami mengenai materi yang diberikan dan hal-hal apa yang perlu didiskusikan sebagai kekurangan dari pembelajaran tersebut. 3) Tahapan Refleksi (See) Tahap Refleksi (See) atau evaluasi pembelajaran dilakukan langsung setelah tahap pelaksanaan (do) selesai dilakukan. Pada tahap See, tim Lesson Study mendiskusikan semua kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap pelaksanaan.
16
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh dosen observer pada tahap pelaksanaan terdapat beberapa saran, antara lain: a) Pada awal pembelajaran, tujuan pembelajaran tidak diungkapkan. Sehingga mahasiswa belum memiliki pemahaman awal mengenai materi yang disajikan. b) Manajemen waktu yang dilaksanakan oleh dosen model masih kurang tertata dengan baik dan tidak sesuai dengan fase-fase pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Serta tidak semua kegiatan yang direncanakan dalam tahap plan terlaksana. c) Ada beberapa mahasiswa yang tidak disiplin dalam mengikuti perkuliahan, ini terlihat dari beberapa mahasiswa yang datang terlambat. Serta, tercatat beberapa mahasiswa tidak memperhatikan pemaparan dosen model saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini diidentifikasikan karena motivasi awal mahasiswa dalam pembelajaran sangat kurang. d) Kerjasama tim belum maksimal, saat memaparkan pendapat, saat diskusi kelompok dalam memecahkan masalah, tidak semuanya serius dalam mengikuti diskusi, ada beberapa mahasiswa dalam kelompok terlihat sibuk dengan urusannya sendiri dan tidak terlibat dalam diskusi. Hanya satu kelompok saja yang berdiskusi secara optimal. e) Masalah kontekstual yang diberikan, kurang mengkaji kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis. Ini diidentifikasikan karena mahasiswa masih kurang paham mengenai masalah ekonomi yang terkait langsung dengan konsep matematika khususnya pada materi teori fungsi. Berdasarkan hasil diskusi dari tim Lesson Study, maka perlu melakukan pembenahan dan perencanaan pembelajaran yang lebih matang untuk siklus kedua, agar pelaksanaan Lesson Study ini berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang direncanakan .
17
b. Siklus Kedua Kegiatan Lesson Study Pelaksanaan kegiatan siklus kedua lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa mulai dari memahami permasalahan awal dan mengkritisi setiap langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan serta peningkatan kedisiplinan mahasiswa mulai dari ketepatan waktu kehadiran perkuliahan. Siklus kedua dilaksanakan satu kali dengan mengangkat tema pembelajaran yang berkaitan dengan pajak. Hal yang diinginkan terjadi adalah mahasiswa mampu mengkritisi pentingnya pajak bagi pemerintah dan mampu mengkritisi yang mana contoh pajak persatuan dan persentase dalam kehidupan sehari-hari. 1) Tahapan Perencanaan (Plan) Tahap perencanaan dalam siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 2 April 2014. Tahap ini diawali dengan perbaikan media pembelajaran yang akan dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus pertama. Pada siklus pertama lebih difokuskan keterlaksanaan pembelajaran dan kurang mengkaji setiap langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan, serta difokuskan pada kedisiplinan mahasiswa baik ketepatan waktu masuk perkuliahan. Berdasarkan rancangan yang dibuat dalam siklus kedua, direncanakan mengangkat tema pajak dalam teori ekonomi. Dalam rancangan yang dibuat, terdapat beberapa revisi/perbaikan mengenai komponen yang didiskusikan dengan dosen pengamat yang terkait dengan media pembelajaran yang akan disajikan pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Diskusi Tahapan Perencanaan (Plan) pada Siklus Kedua No
Hal yang didiskusikan
1 Media Pembelajaran
Perencanaan (Plan)
Revisi
Gambaran awal untuk gambaran awal sudah sesuai mengungkapkan materi yang dengan materi yang akan akan dipelajari masih rancu. Ini dipelajari dikarenakan ada kemungkinan mahasiswa memberikan jawaban
18
No
Hal yang didiskusikan
2
3
4
5
Fase Pembelajaran
6 Masalah Kontekstual
Perencanaan (Plan)
Revisi
yang kurang tepat. Sehingga tim pengamat memberikan saran agar mengubah masalah awal tersebut Penyajian grafik bersifat abstrak Grafik direvisi berdasarkan keadaan keuangan penjual dan pembeli yang terjadi dipasar (transaksi jual-beli) dan disajikan diawal pembelajaran Tujuan pembelajaran yang Setelah direvisi tujuan diungkap kurang mengacu pembelajaran secara spesifik pemahaman mahasiswa mengungkapkan isu mengenai kegunaan pajak jika berprofesi sebagai wiraswasta Menyajikan secara langsung Setelah direvisi, pengertian pengertian pajak pajak diungkapkan secara langsung oleh mahasiswa setelah diberikan gambaran awal dan grafik Rumus-rumus dijelaskan Mahasiswa menarik kesimpulan langsung dosen model sendiri mengenai bebrapa konsep rumus yang diberikan melalui grafik Permasalahan yang abstrak Untuk mengefisienkan waktu, dikerjakan langsung mahasiswa permasalahan yang abstrak dijadikan bahan refleksi secara individu.
Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa dosen pengamat maka revisi pada tahap perencanan (Plan) pada siklus kedua difokuskan pada mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dengan mengefisienkan pembelajaran dan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan. 2) Tahapan Pelaksanaan (Do) Tahapan pelaksanaan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 8 April 2014 di ruang M.1 Prodi Pendidikan Matematika. Sesuai dengan jadwal perkuliahan serta perencanaan dalam siklus kedua. Kegiatan perkuliahan dimulai dengan membuka perkuliahan dilanjutkan dengan memberikan gambaran awal yang bertujuan untuk 19
mengajak
mahasiswa
untuk
mengungkapkan
pendapatnya
berdasarkan
pemahaman awal mereka. Setelah terjawab, dosen model mengungkapkan isu mengenai
pentingnya
pembelajaran,
kemudian
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang akan dicapai selama perkuliahan berlangsung. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, dosen model mengajak mahasiswa mengkritisi kembali grafik yang dipaparkan dan mengajak mereka untuk berdiskusi secara kelompok mengenai kesimpulan yang mereka peroleh dengan mengamati permasalahan yang diberikan dalam grafik. Pelaksanaan diskusi berlangsung sekitar 20 menit, dimana beberapa mahasiswa mengungkapkan pendapat mereka. Setelah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan idenya, dosen model kembali memberikan masalah yang berkaitan dengan kondisi matematis dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendiskusikan kembali pemecahan masalahnya. Hal yang terjadi adalah mahasiswa kurang terlatih dalam memecahkan masalah secara matematis, sehingga dosen model memberikan beberapa arahan kepada mahasiswa secara individu dan berkelompok mengenai langkah pemecahan masalahnya. Diakhir pertemuan, dosen model kembali memberikan evaluasi pemahaman yang sama dengan siklus pertama yakni memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan sendiri pemahamannya mengenai materi yang dipelajari hari ini. 3) Tahapan Refleksi (See) Tahap refleksi dari kegiatan siklus kedua dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus tersebut berakhir. Pada tahap refleksi, tim Lesson Study mendiskusikan semua kekurangan-kekurangan pada tahap pelaksanaan (Do). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer beberapa hal yang digaris bawahi adalah a) Ada sebagian besar mahasiswa masih kurang memperhatikan pemaparan dosen model diawal pembelajaran, ada juga sibuk dengan aktivitasnya 20
sendiri mengakibatkan mahasiswa tidak mampu saling berbagi (share) dengan teman kelompoknya. b) Ada beberapa mahasiswa yang mempunyai kemampuan rendah masih kurang termotivasi mengikuti perkuliahan dan cenderung menunggu jawaban dari mahasiswa lainnya. c) Mahasiswa terkadang ingin mendengarkan arahan dari dosen pembimbing, terkadang ingin menulis pula. Sehingga tim observer memberikan saran untuk membagikan slide pada media pembelajaran atau membagikan hand out materi yang akan diajarkan disertai dengan lembar kerja mahasiswa. Sementara hal-hal yang sudah mengalami peningkatan pada siklus kedua adalah a) Tampak jumlah mahasiswa yang datang terlambat mengalami penurunan yang signifikan pada awalnya hampir sebagian besar terlambat. b) Motivasi mahasiswa pada siklus kedua mengalami peningkatan, ini dikarenakan diawal pembelajaran mahasiswa diberikan masalah awal yang terkait langsung dengan pengalamannya, khususnya dalam teori ekonomi dan berkaitan dengan masalah pajak. c) Masalah kontekstual yang diberikan, sudah mulai mengkaji kemampuan mahasiswa dalam berpikir secara kritis. Ini diinkasikan Ada beberapa mahasiswa sudah mampu mengkritisi masalah kontekstual yang diberikan, meskipun belum termasuk berpikir secara kritis karena cenderung mengkritisi kemampuan matematisnya dan mengajukan pendapatnya sesuai dengan teori yang ada. d) Kerjasama tim sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan, meskipun masih ada beberapa mahasiswa yang masih menunggu jawaban dari kelompok lain atau mahasiswa yang diaanggap mampu dalam matematika. e) Evaluasi
pemahaman
untuk
mahasiswa
sudah
cukup
dalam
hal
pengembangan pemahaman mahasiswa dengan mengungkapkan pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan.
21
Berdasarkan hasil dari diskusi tim Lesson Study, maka perlu melakukan pembenahan dan perencanaan pembelajaran dengan lebih menekankan peningkatan aktivitas berpikir mahasiswa yang lebih baik untuk siklus ketiga serta membuat beberapa perubahan keterlaksanaan pembelajaran dengan menyediakan Hand Out bagi mahasiswa, agar pelaksanaan Lesson Study ini berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang direncanakan. c. Siklus Ketiga Kegiatan Lesson Study Kegiatan siklus ketiga difokuskan pada aktivitas berpikir kritis mahasiswa dengan merancang masalah kontekstual yang lebih mengacu pada kemampuan menarik kesimpulan secara logis. Hal yang mendukung terlaksananya siklus ketiga adalah dengan membuatkan Hand Out yang berisi konsep materi dan contoh pemecahan masalah. Tema materi yang diangkat adalah aplikasi turunan dalam teori ekonomi, mengingat mahasiswa sudah mempunyai kemampuan awal mengenai konsep turunan pada mata kuliah kalkulus. Sementara kekurangan pada siklus kedua diusahakan mengalami perubahan menjadi lebih baik. 1) Tahapan Perancangan (Plan) Tahap perencanaan dalam siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2014. Tahap ini diawali dengan perbaikan media pembelajaran dan pembuatan Hand Out khususnya pada materi aplikasi turunan yang akan dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus kedua. Pada siklus ketiga lebih difokuskan peningkatan aktivitas berpikir kritis mahasiswa dengan merancang masalah kontekstual yang lebih mengacu pada kemampuan menarik kesimpulan secara logis dan keterlaksanaan pembelajaran yang mengacu mahasiswa untuk berpikir secara kritis. Berdasarkan rancangan yang dibuat dalam siklus ketiga dengan mengangkat tema biaya produksi yang terkait dengan konsep turunan. Dalam rancangan yang dibuat, terdapat beberapa revisi/perbaikan mengenai komponen yang didiskusikan dengan dosen pengamat yang terkait dengan media pembelajaran, Hand Out dan pelaksanaan pembelajaran yang akan disajikan pada tabel 3.3 22
Tabel 3.3 Diskusi Tahapan Perencanaan (Plan) pada Siklus Ketiga No
Hal yang didiskusikan
1 Media Pembelajaran
2 Hand Out
3
Pemecahan Masalah
Perencanaan (Plan)
Revisi
Belum ada gambar yang sesuai Berdasarkan revisi dosen dengan materi biaya produksi pengamat, untuk mengkaji pemahaman awal mahasiswa menggunakan gambar kontekstual mengenai perusahaan Rancangan awal tidak Berdasarkan revisi dosen memberikan gambaran tujuan pengamat, Hand Out dilengkapi materi yang akan diajarkan dengan tujuan pembelajaran dan disingkronkan dengan media pembelajaran Masalah yang diberikan bersifat Berdasarkan pengamatan abstrak dan kontekstual sebelumnya, mahasiswa sudah mampu mengkonstruk sendiri permasalahan yang bersifat kontekstual, sehingga masalah kontekstual yang diberikan sedikit diubah menjadi masalah abstrak.
Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa dosen pengamat maka revisi pada tahap perencanan (Plan) pada siklus ketiga difokuskan pada mengembangkan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa dengan memperhatikan aktivitas
mahasiswa dan mengefisienkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan. 2) Tahapan pelaksanaan (Do) Tahapan pelaksanaan siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2014 di ruang M.2 Prodi Pendidikan Matematika. Sesuai dengan jadwal perkuliahan serta perencanaan dalam siklus ketiga. Kegiatan perkuliahan dimulai dengan membuka perkuliahan dilanjutkan dengan memberikan gambaran awal yang bertujuan untuk mengajak
mahasiswa
untuk
mengungkapkan
pendapatnya
berdasarkan
pemahaman awal mereka dan hampir sama dengan siklus kedua. Setelah terjawab, dosen model mengungkapkan isu mengenai pentingnya pembelajaran, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai selama 23
perkuliahan berlangsung. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, dosen model mengajak mahasiswa mengkritisi pentingnya mengetahui kondisi pasar yang terkait dengan konsep turunan dan mengajak mereka untuk berdiskusi secara kelompok mengenai kesimpulan yang mereka peroleh dengan mengamati permasalahan yang diberikan. Pelaksanaan diskusi berlangsung sekitar 20 menit, dimana beberapa mahasiswa mengungkapkan pendapat mereka. Setelah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan idenya, dosen model kembali memberikan masalah yang berkaitan dengan kondisi matematis dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendiskusikan kembali pemecahan masalahnya. Hal yang terjadi adalah mahasiswa kurang terlatih dalam memecahkan masalah secara matematis, sehingga dosen model memberikan beberapa arahan kepada mahasiswa secara individu dan berkelompok mengenai langkah pemecahan masalahnya. Diakhir pertemuan, dosen model kembali memberikan evaluasi pemahaman yang sama dengan siklus pertama dan kedua yakni memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan sendiri pemahamannya mengenai materi yang dipelajari hari ini dan memberikan masalah tambahan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa membuat soal tersendiri dan setelah itu teman sebangkunya mengerjakan masalah yang diberikan oleh mahasiswa lainnya. Sehingga setiap mahasiswa mempunyai masalah yang berbeda. 3) Tahapan Refleksi (See) Tahap refleksi dari kegiatan siklus kedua dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus tersebut berakhir. Pada tahap refleksi, tim Lesson Study mendiskusikan semua kekurangan-kekurangan pada tahap pelaksanaan (Do). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer beberapa hal yang digaris bawahi adalah a) Ada beberapa mahasiswa yang ingin bertanya, namun kurang mampu mengkonstruk pertanyaan yang ingin ditanyakan dan hanya menunggu jawaban dari mahasiswa lainnya. 24
b) Ada kecenderungan mahasiswa tidak mengikuti instruksi dosen model dalam hal bekerjasama dalam diskusi kelompok. c) Dalam pelaksanaan pembelajaran hubungan timbal balik antara mahasiswa dengan mahasiswa itu sendiri tidak terlaksana, dikarenakan tidak diberikan kesempatan kepada mahasiswa saling mengkritisi hasil pemecahan masalah Sementara hal-hal yang sudah mengalami peningkatan pada siklus ketiga adalah a) Mahasiswa
sudah
antusias
dalam
mengikuti
pembelajaran
ini
diidentifikasikan karena masalah awal yang membangkitkan motivasi belajar siswa yang langsung terkait dengan pengalaman mahasiswa yang bersifat kontekstual b) Pemberian bimbingan arahan kepada mahasiswa sudah cukup efektif karena mahasiswa yanga walnya kurang mampu, hingga diakhir pembelajaran sudah mampu memecahkan sendiri permasalahan yang diberikan. c) Hand Out yang dibagikan ke mahasiswa sangat membantu keterlaksanaan pembelajaran sehingga kedepannya tetap membuatkan Hand Out. d) Masalah kontekstual yang diberikan, sudah mulai mengkaji kemampuan mahasiswa dalam berpikir secara kritis. Ini diidentifikasikan Ada beberapa mahasiswa sudah mampu mengkritisi masalah kontekstual yang diberikan, meskipun belum termasuk berpikir secara kritis karena cenderung mengkritisi kemampuan matematisnya e) Ada beberapa mahasiswa yang mempunyai kemampuan rendah sudah mulai bekerjasama meskipun kemampuannya dalam memecahkan masalah secara individu masih rendah. f)
Evaluasi dengan mengungkapkan saran perbaikan pembelajaran yang diungkapkan mahasiswa
menunjukkan pembelajaran yang tercapai pada
hari ini sangat efektif dan sudah cukup dalam hal pengembangan pemahaman mahasiswa dengan mengungkapkan pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan.
25
Berdasarkan hasil dari diskusi tim Lesson Study, dengan melihat pebaikanperbaikan pada siklus sebelumnya, mengalami peningkatan yang signifikan. Perencanaan pada siklus keempat lebih mengacu pada perbaikan-perbaikan pada siklus sebelumnya yang masih dianggap kurang. Sementara kemampuan berpikir kritis mahasiswa sudah mulai berkembang dalam hal menarik kesimpulan dan ketika mahasiswa dihadapkan pada permasalahan yang mengacu kemampuan eksplorasi. Beberapa hal pada siklus ketiga yang mengalami perubahan akan tetap dipertahankan dengan tetapa mengacu pada pembuatan Hand Out bagi mahasiswa, agar pelaksanaan Lesson Study ini berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang direncanakan serta pemberian masalah kontekstual yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. d. Siklus Keempat Kegiatan Lesson Study Kegiatan siklus keempat sama dengan siklus ketiga difokuskan pada aktivitas berpikir kritis mahasiswa dengan merancang masalah kontekstual yang lebih mengacu pada kemampuan menarik kesimpulan secara logis. Hal yang dipertahankan terlaksananya siklus keempat adalah dengan membuatkan Hand Out yang berisi konsep materi dan contoh pemecahan masalah. Tema materi yang diangkat adalah masih aplikasi turunan dalam teori ekonomi, mengingat mahasiswa sudah mempunyai kemampuan awal mengenai konsep turunan pada mata kuliah kalkulus. Sementara kekurangan pada siklus ketiga diusahakan mengalami perubahan menjadi lebih baik dengan memperhatikan instruksi dosen model. 1) Tahapan Perancangan (Plan) Tahap perencanaan dalam siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2014. Tahap ini diawali dengan perbaikan media pembelajaran dan pembuatan Hand Out khususnya pada materi aplikasi turunan yang akan dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus ketiga. Pada siklus keempat sama dengan siklus ketiga lebih difokuskan peningkatan aktivitas berpikir kritis mahasiswa dengan merancang 26
masalah kontekstual yang lebih mengacu pada kemampuan menarik kesimpulan secara logis dan keterlaksanaan pembelajaran yang mengacu mahasiswa untuk berpikir secara kritis. Berdasarkan rancangan yang dibuat dalam siklus keempat dengan mengangkat tema struktur pasar. Dalam rancangan yang dibuat, terdapat beberapa revisi/perbaikan mengenai komponen yang didiskusikan dengan dosen pengamat yang terkait dengan media pembelajaran, Hand Out dan pelaksanaan pembelajaran yang akan disajikan pada tabel 3.4 Tabel 3.4 Diskusi Tahapan Perencanaan (Plan) pada Siklus Keempat No
Hal yang didiskusikan
1
Media Pembelajaran 2
3 Fase Pembelajaran
Perencanaan (Plan)
Revisi
Merancang video kontekstual Berdasarkan revisi tim yang dikondisikan pengamat, boleh menggunakan video tetapi tetap fokus pada hand out yang bersifat kontekstual dan tetap memberikan stimulus pemahaman bagi mahasiswa Keterangan penyajian grafik Saran tim pengamat agar setiap tidak dituliskan grafik diberikan keterangan agar memudahkan mahasiswa dalam berpikir Masalah kontekstual yang Berdasarkan revisi tim diberikan lebih menekankan pengamat, masalah yang kerjasama kelompok diberikan dilengkapi instruksi yang jelas dan penguatan untuk tugas lanjutan.
Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa dosen pengamat maka revisi pada tahap perencanan (Plan) pada siklus keempat difokuskan pada mengembangkan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa dengan memperhatikan aktivitas
mahasiswa dan mengefisienkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan. 2) Tahapan pelaksanaan (Do) Tahapan pelaksanaan siklus keempat dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2014 di ruang M.2 Prodi Pendidikan Matematika. Sesuai dengan jadwal perkuliahan serta
27
perencanaan dalam siklus keempat. Kegiatan perkuliahan dimulai dengan membuka perkuliahan dilanjutkan dengan memberikan gambaran awal yang bertujuan untuk mengajak mahasiswa untuk mengungkapkan pendapatnya berdasarkan pemahaman awal mereka dan hampir sama dengan siklus kedua dan ketiga. Setelah terjawab, dosen model mengungkapkan isu mengenai pentingnya pembelajaran, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai selama perkuliahan berlangsung. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, dosen model mengajak mahasiswa mengkritisi pentingnya mengetahui kondisi pasar yang terkait dengan konsep turunan dan mengajak mereka untuk berdiskusi secara kelompok mengenai kesimpulan yang mereka peroleh dengan mengamati permasalahan yang diberikan. Pelaksanaan diskusi berlangsung sekitar 20 menit, dimana beberapa mahasiswa mengungkapkan pendapat mereka. Setelah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan idenya, dosen model kembali memberikan masalah yang berkaitan dengan kondisi matematis dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendiskusikan kembali pemecahan masalahnya. Hal yang terjadi adalah mahasiswa kurang terlatih dalam memecahkan masalah secara matematis, sehingga dosen model memberikan beberapa arahan kepada mahasiswa secara individu dan berkelompok mengenai langkah pemecahan masalahnya. Diakhir pertemuan, dosen model kembali memberikan evaluasi pemahaman yang sama dengan siklus sebelumnyayakni memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan sendiri pemahamannya mengenai materi yang dipelajari hari ini serta saran perbaikan pembelajaran kedepannya. 3) Tahapan Refleksi (See) Tahap refleksi dari kegiatan siklus kedua dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus tersebut berakhir. Pada tahap refleksi, tim Lesson Study mendiskusikan semua kekurangan-kekurangan pada tahap pelaksanaan (Do). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer beberapa hal yang digaris bawahi adalah
28
a) Ada mahasiswa yang berkemampuan rendah masih kurang mampu aktif bertanya, bekerjasama dan memecahkan masalah serta cenderung kurang aktif dalam pembelajaran. b) Dalam satu kelompok, hamper setiap mahaiswa mempunyai kemampuan yang rendah sehingga pembagian kelompok kedepannya diusahakan mengacu pada tingkat pengetahuan mahasiswa. Sementara hal-hal yang sudah mengalami peningkatan pada siklus keempat adalah a) Mahasiswa sudah mulai mengikuti instruksi dari dosen model dalam hal bekerjasama dalam pembelajaran, baik dalam diskusi maupun dalam memaparkan hasil pemecahan masalah. b) Mahasiswa sudah mampu menarik kesimpulan yang logis berdasarkan permasalahan yang diberikan dan sudah ada peningkatan berfikir secara kritis, meskipun itu terjadi secara individual saja. c) Evaluasi dengan mengungkapkan saran perbaikan pembelajaran yang diungkapkan mahasiswa
menunjukkan pembelajaran yang tercapai pada
hari ini sangat efektif. Berdasarkan hasil dari diskusi tim Lesson Study, dengan melihat pebaikan-perbaikan pada siklus sebelumnya, mengalami peningkatan yang signifikan. Sementara kemampuan berpikir kritis mahasiswa sudah mulai berkembang dengan memberikan masalah kontekstual yang disertai dengan petunjuk yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa setapak demi setapak. Secara umum, keberhasilan pelaksanaan Lesson Study yang tujuannya mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui pemberian masalah kontekstual mengalami peningkatan baik dari segi pelaksanaan maupun perbaikan pembelajaran, diantaranya:
29
a) Sebagian besar mahasiswa sudah memiliki pemahaman dan kesadaran akan kedisiplinan dan signifikansi kerjasama dalam kelompok karena mereka sangat menyadari bahwa setiap tema pembelajaran yang diberikan terkait dengan kondisi masyarakat yang terjadi dan berhubungan dengan konsep matematika. Hal ini dibuktikan dengan keseriusan beberapa mahasiswa yang diamati setiap siklus baik secara individual maupun secara berkelompok dalam mempresentasikan atau memaparkan pendapatnya. b) Guru model telah berhasil memberikan gambaran awal melalui masalah kontekstual dan memberi isu mengenai tujuan mempelajari materi tersebut, serta berhasil memotivasi mahasiswa dalam pemberian penguatan berkenaan dengan masalah kontekstual yang rancang dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini diidentifikasi dengan antusiasme mahasiswa dalam pembelajaran, meskipun masih ada beberapa mahasiswa yang belum mampu secara matematis c) Kekurangannya dalam pelaksanaan kegiatan Lesson Study ini, bagi mahasiswa yang terlihat kurang aktif dalam perkuliahan maupun dalam diskusi kelompok, meskipun dilakukan berbagai cara diantaranya dengan memasukkan mahasiswa tersebut kedalam kelompok yang aktif dalam belajar atau kelompok yang mahasiswanya tergolong mampu membantu teman kelompoknya. Akan tetapi, pada dasarnya maksud dari aktivitas tersebut sudah efektif dan sudah ada sedikit peningkatan, hanya saja mahasiswa yang tergolong pasif tersebut setelah diidentifikasi memang sudah memiliki track record yang kurang memuaskan baik pada perkuliahan matematika ekonomi maupun pda perkuliahan yang lainnya (jarang berpartisipasi dalam perkuliahan dan sering mengabaikan tugas-tugas) sehingga tidak mampu menunjukkan kemampuan berpikirnya. 2.
Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan Lesson Study dapat dideskripsikan sebagai berikut:
30
a. Dalam merancang masalah kontekstual dan terkait langsung dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena rancangan pembelajaran tidak diuji cobakan di kelas lain sebagai bahan pertimbangan dan sebagai kajian awal. b. Permasalahan selanjutnya kemampuan berpikir kritis tidak dikaji dengan menggunakan pedoman wawancara, mengingat waktu yang digunakan tidak mampu
dikondisikan
sehingga
informasi
mengenai
berkembangnya
kemampuan berpikir kritis mahasiswa hanya digambarkan secara umum. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaraan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: a)
Pelaksanaan pembelajaran selama kegiatan Lesson Study dirasakan cukup efektif dalam mata kuliah matematika ekonomi, dikarenakan mata kuliah ini dirancang sebuah permasalahan yang kontekstual dengan memberikan beberapa kontribusi langsung bagi mahasiswa, yakni: (1) Design pembelajaran, (2) Media pembelajaran bersifat kontekstual, (3) Hand Out setiap pertemuan, (4) Alat evaluasi berupa saran-saran mengenai kekurangan pembelajaran di setiap pertemuan.
b) Kegiatan Lesson Study yang dilaksanakan pada umumnya berjalan lancar, namun beberapa kendala yang terjadi berkaitan dengan kemampuan awal mahasiswa menjadikan permasalahan tersendiri yang harus dihadapi. c)
Kemampuan berpikir kritis yang mengalami pengembangan dengan adanya rancangan masalah kontekstual melalui Lesson Study meliputi: a.
Konflik kognitif, yang terlihat
dari mahasiswa yang mengalamai
peningkatan selama setiap siklus dan semakin terlihat pada saat menerapkan kemampuan berpikirnya untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapkan.
31
b.
Eksplorasi,
mengalami
diidentifikasikan
peningkatan
setiap
siklusnya.
memberikan kesempatan kepada
Hal
ini
mahasiswa untuk
memahami, menggali dan menemukan penyelesaian masalah yang dihadapkan. c.
Menarik kesimpulan, mengalami peningkatan setiap siklusnya. Hal ini dikarenakan beberapa mahasiswa mengembangkan keterampilan personal mereka dengan berani untuk mengungkapkan apa yang mereka peroleh dengan mengedepankan fakta dan konsep yang mereka miliki.
2.
Saran
Mengacu kepada deskripsi pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka berikut akan dikemukakan beberapa saran antara lain: a.
Perlunya alokasi waktu yang lebih memadai, sehingga pelaksanaan Lesson Study lebih memadai, sehingga pelaksanaan Lesson Study dapat berlangsung lebih maksimal, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui rancangan masalah kontekstual
b.
Untuk
penelitian
yang
relevan,
agar
meneliti
kembali
mengenai
pengembangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui rancangan masalah kontekstual dengan mengkaji secara kualitatif melalui wawancara dengan beberapa subjek penelitian c.
Temuan lain dalam penelitian ini, adalah: (1) beberapa mahasiswa masih kurang
mampu
mengembangkan
kemampuan
berpikirnya
dalam
memecahkan masalah kontekstual, ini diidentifikasikan bahwa kemampuan awal mahasiswa tersebut sangat kurang. Sehingga direkomendasikan untuk melakukan penelitian kualitatif dengan eksploratif untuk mengungkapkan kemampuan
berpikir
subjek
rendah
dalam
memecahkan
masalah
kontekstual; (2) kegiatan Lesson Study dengan 4 siklus pelaksanaan, sangat minim informasi yang diperoleh khususnya dalam mengungkapkan fokus penelitian
dalam
hal
ini
kemampuan
32
berpikir
kritis.
Sehingga
direkomendasikan untuk penelitian mengenai Lesson Study selanjutnya menggunakan lebih dari 4 siklus. E. DAFTAR PUSTAKA Anggo, Mustamin. 2011. Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa. Jurnal Nasional Volume 01 Nomor 02. ISSN: 2088-2157. Ennis, Robert H & Weir, Eric. 1985. The Ennis-Weir Critical Thinking Essay Test. International Journal. Midwest Publications _____________. 1993. Critical Thinking Assessment. Journal Volume 32 number 3. College of Education Ohio State University Manuharawati. 2009. Implementasi Lesson Study pada Mata Kuliah Analisis Real I. Proseding Seminar Nasional (310-316). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Mulyana. 2008. Mengembangkan Soal Terbuka (Opend-Ended) Dalam Pembelajaran Matematika. Proseding Seminar Nasional (457-479). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Supriyanto, Bambang. 2005. Penerapan Lesson Study Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Matematika Ekonomi. Tesis. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
33