Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 1 No.3, Juni 2004 ISSN 1693-248X
Pengolahan Limbah Padat Pabrik Karet Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Pupuk Alternatif Zaimahwati* ABSTRAK Tuntutan pasar akan lateks yang terus meningkat akan mendorong pabrik karet meningkatkan hasil produksinya. Peningkatan produksi ini akan menimbulkan dampak yaitu meningkatnya limbah padat (sludge) yang dihasilkan. Hasil analisa laboratorium menunjukkan adanya unsur hara yang berguna bagi tanaman yang terkandung dalam limbah padat tersebut, dan limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Penelitian ini untuk mengetahui apakah unsur hara yang terkandung dalam limbah padat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan pupuk alternatif. Hasil akhir menunjukkan bahwa limbah pabrik pengolahan karet alam dapat dijadikan sebagai bahan campuran pembuatan pupuk alternatif. Kata kunci: Sludge, unsure hara, pencemaran, pupuk alternatif PENDAHULUAN.
satu alternatif yang mungkin dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi salah satu bahan yang bermanfaat seperti pupuk. Limbah yang terdapat pada pabrik pengolahan karet alam ada dua golongan yaitu dalam bentuk cairan dan dalam bentuk padatan (sludge). Limbah dalam bentuk cairan dapat di proses sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh pabrik pengolahan karet, sedangkan limbah dalam bentuk padatan (sludge) belum dimanfaatkan.
Pada umumnya limbah hasil pengolahan karet alam belum dimanfaatkan dan hanya dikubur dalam tanah sehingga dapat mencemari lingkungan. Dengan semakin sempitnya lahan menjadi masalah bagi pabrik pengolahan untuk penguburan limbah yang selanjutnya akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diusahakan mencari pemecahannya dengan berbagai alternatif pemanfaatan limbah. Salah Berdasarkan analisa awal karet alam memiliki komposisi sebagai berikut : Tabel 1 Komposisi kimia karet alam. Komposisi Kandungan ( % ) Glukosa Nitrogen Protein Sulphuric Acid (SO3) Phosphoric Acid (P2O5) Lime (Ca O) Magnesium (Mg O) Potasium (K2O) Lain – lain
0,24 0,048 0,30 0,008 0,13 0,013 0,02 0,60 1,66
Sumber : Chemistry of Rubber Latex (1998).
9
Zaimahwati, Pengolahan Limbah Padat Pabrik Karet Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Pupuk Alternatif Limbah dari suatu industri yang sudah dimanfaatkan tidak lagi dikatakan sebagai limbah dan pemanfaatannya akan berdampak positif bagi peningkatan sumber daya (Arismunandar, 1997). Dari komposisi kimia karet talah diketahui bahwa karet memiliki kandungan unsur hara N, P, K dan limbah padatnya (sludge) juga memiliki kandungan hara N, P, K walaupun kandungannya sedikit.
dalam karung plastik menghasilkan padatan.
dan
akan
-
Karakterisasi Sludge. Sludge yang telah terjadi kemudian dikeringkan disinar matahari selama empat hari, sehingga dihasilkan sludge kering. Sludge kering digiling pada alat Cutter Mill 3000 rpm. Tepung Sludge yang diperoleh dianalisa dengan metode Kjedahl, Analisa Laurenz dan Analisa Serapan Atom, untuk menentukan persentase unsur hara sebagai kandungan dari tepung sludge tersebut.
Unsur N, P, K dalam suatu bahan dapat digunakan sebagai sumber unsur hara tanaman atau dapat memperbaiki pertumbuhan dan kualitas suatu tanaman (Lingga, 2000). Berdasarkan informasi tersebut penulis ingin menyelidiki pembuatan campuran bahan baku pupuk alternatif dari bahan sludge. Pengolahan karet alam Kebun Rambutan memiliki kapasitas produksi 6,2 ton per hari. Sepuluh persen dari produksi industri karet adalah limbah sludge (Lasminar, 1998), sehingga sludge yang dihasilkan oleh pabrik adalah 0,62 ton / hari.
-
Pembuatan Pupuk Alternatif. Tepung Sludge yang telah dianalisa kemudian dicampur dan digiling dengan bahan tambahan yang tergantung dari hasil analisa tepung sludge dengan menggunakan alat Sentrifugal Milling SM 820 XP. Kemudian tepung sludge dianalisa kembali dengan metode Analisa Kjedahl, Analisa Laurenz dan Analisa Serapan Atom. Setelah sesuai dengan standar mutu maka tepung sludge dapat digunakan menjadi pupuk alternatif.
Pada penelitian ini sludge yang akan diteliti diambil dari pabrik karet Kebun Rambutan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara dan tujuan akhir yang diinginkan adalah berapa kapasitas dan bagaimana kandungan hara limbah padat (sludge) dari pabrik pengolahan karet Kebun Rambutan. METODELOGI. -
Penyediaan Sampel Sludge diperoleh dari limbah pabrik karet alam yang berupa cairan dan padatan, kemudian limbah tersebut diambil dan diendapkan. Setelah diendapkan dimasukkan ke
10
Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 1 No.3, Juni 2004 ISSN 1693-248X
Skema pembuatan pupuk alternatif. -
Pengadaan sampel Limbah Karet diendapkan
Sludge -
Pembuatan pupuk alternatif Cair Tepung Sludge
Padat Bahan Tambahan
Digiling dengan Sentrifugal milling SM 820 XP
Diayak pada screen 40 mesh
1. 2. 3. 4. 5.
Analisa Kjeldahl. Analisa Laurenz Analisa Serapan Atom (AAS) Analisa P2O5 Analisa K2O
Tepung Pupuk Alternatif
11
Zaimahwati, Pengolahan Limbah Padat Pabrik Karet Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Pupuk Alternatif
Parameter yang diamati adalah kandungan unsur-unsur hara yang terdapat pada sludge seperti kandungan P2O5, K2O, CaO, MgO, Nitrogen, Protein, dan C organik.
Hasil analisa parameterparameter yang diamati dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.
HASIL PENELITIAN Tabel 2. Hasil analisa unsur hara Sludge sebelum perlakuan. No. Parameter Hasil uji (%) 1 2 3 4 5 6 7
P2 O5 larut (asam sitrat 2 %) (%) K2 O larut (asam sitrat 2 %) (%) Ca O (%) Mg O (%) Nitrogen (%) Protein (%) C Organik (%)
9,86 5,42 5,05 5,65 1,42 8,88 5,27
Pengolahan limbah pabrik karet alam sebagai bahan baku pembuatan pupuk alternatif dilakukan dengan beberapa perlakuan diantaranya penambahan unsur-unsur mikro. Penambahan unsur mikro bertujuan untuk menyamakan
Metode uji Gravimetri Gravimetri AAS AAS Kjeldahl Kjeldahl Volumetri
kandungan senyawa/unsur mikro tepung sludge dengan senyawa/unsur mikro yang terdapat pupuk alternatif yang dipakai sebagai acuan adalah pupuk Super-Vit
Tabel 3. Hasil analisa unsur hara setelah perlakuan. No. Parameter Hasil uji (%) 1 2 3 4 5 6 7
P2 O5 larut (asam sitrat 2 %) (%) K2 O larut (asam sitrat 2 %) (%) Ca O (%) Mg O (%) Nitrogen (%) Protein (%) C Organik (%)
13,97 10,22 2,35 4,26 0,97 6,06 4,82
Metode uji Gravimetri Gravimetri AAS AAS Kjeldahl Kjeldahl Volumetri
Perbandingan Carbon – Nitrogen tidak (Mulyani, 1997). Perbandingan adalah salah satu ciri apakah C : N dikatakan baik jika <30 dan humifikasi fermentasi suatu kurang baik jika >30 (Aquaab, 1999). pemupukan berlangsung baik atau Harga C : N tepung sludge sebelum perlakuan dapat dihitung sebagai berikut : % C. Organik
5,27 x 100 % =
% Protein / % Nitrogen
= 84 %. 8,88 / 1,42
12
Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 1 No.3, Juni 2004 ISSN 1693-248X
Dan harga C : N tepung sludge setelah perlakuan adalah : % C. Organik
4,82 x 100 % =
% Protein / % Nitrogen
= 77 %. 6,06 / 0,97
Tabel 4 Komposisi kimia pupuk Super-Vit sebagai acuan No Parameter Kandungan (%) 1 2 3 4 5 6
0,04 – 0,06 15,70 – 16,50 13,00 – 15,00 3,50 – 4,00 9,00 – 10,00 0,25 – 0,31
Nitrogen P2O5 K2O MgO CaO Protein
Sumber: Katalog Super-Vit, CV. Tabita Jaya, 2001 PEMBAHASAN.
Hal ini menunjukkan bahwa tepung sludge setelah perlakuan memiliki sifat organik yang lebih baik.
Dari hasil analisa laboratorium yang terdapat pada Tabel 3 dapat dilihat adanya peningkatan persentase senyawa/unsur hara setelah perlakuan. Hal ini disebabkan karena adanya unsur tambahan yang diberikan sesuai dengan analisa perlakuan dengan tujuan pencapaian standar untuk bahan pupuk alternatif. Bahan tambahan yang diberikan adalah bahan yang mengandung senyawa/unsur yang diperlukan untuk ditambah
Unsur nitrogen sebelum perlakuan dan setelah perlakuan kandungannya konstan karena tidak adanya bahan tambahan yang mengandung unsur tersebut ditambahkan. Persentase Nitrogen setelah perlakuan menurun 0,45 % disebabkan waktu pelapukan yang terjadi sedikit terhambat akibat kadar air yang sedikit pada pupuk tersebut, jika pelapukan terjadi maka kandungan unsur Nitrogen akan meningkat (Acquaab, 1999).
Dan harga C:N setelah perlakuan sedikit menurun diakibatkan adanya perlakuan sehingga sedikit mempengaruhi waktu pelapukan. Harga C:N = 77 pada pupuk ini berda diatas 30, ini menunjukkan bahwa proses humufikasi fermentasi belum berlangsung sempurna.
Dari hasil analisa setelah perlakuan kandungan unsur hara yang terdapat pada tepung sludge mendekati kandungan Super-Vit yang dijadikan standar acuan pupuk alternatif KESIMPULAN DAN SARAN.
Tepung sludge memiliki kandungan unsur hara organik yaitu P2 O5 organik dan K2O organik yang meningkat yaitu P2 O5 organik dari 9,88 % menjadi 13,97 % dan K2O organik dari 5,42 % menjadi 10,22 %.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sludge mengandung unsur hara yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan pemberian tambahan
13
Zaimahwati, Pengolahan Limbah Padat Pabrik Karet Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Pupuk Alternatif dengan tujuan meningkatkan kandungan unsur hara pada sludge agar sesuai dengan pupuk alternatif.
Lasminar Siahaan, (1998), “Pemanfaatan Sludge sebagai Pupuk Tanaman Kedelai”, tesis PPS USU.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan disarankan pada peneliti untuk mengetahui penambahan unsur lain terhadap pelapukan yang terjadi.
Mul Mulyani Sutedjo, (1997), “Pupuk dan cara Pemupukan”, Rineka Cipta, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA. Nazaruddin, (1999), “Karet Strategi Pemasaran dan Budidaya Pengolahan”, Penebar Swadaya, Jakarta.
Arismunandar, (1997), “Mengurangi Limbah Menghemat Sumber Daya”, Teknologi Informasi Perkembangan Industri dan Bisnis, Vol. 12 Juli 1997.
Pinus
Acquaab, (1999), “Hosticulture Principles and Prantice Hill”, New Jersey, USA.
14
Lingga, Marsono, (1999), “Petunjuk Penggunaan Pupuk”, Penebar Swadaya, Jakarta.