1
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PROSES THAWING INDUSTRI PINDANG DENGAN TEKNIK ELEKTROKOAGULASI
MUHAMAD REZA FAHLEPI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyampaikan bahwa skripsi berjudul Pengolahan Limbah Cair Proses Thawing Industri Pindang dengan Teknik Elektrokoagulasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016
Muhamad Reza Fahlepi NIM C34110041
4
5
ABSTRAK MUHAMAD REZA FAHLEPI. Pengolahan Limbah Cair Proses Thawing Industri Pindang dengan Teknik Elektrokoagulasi. Dibimbing oleh BUSTAMI IBRAHIM dan UJU. Limbah industri perikanan mengandung komponen-komponen organik seperti protein dan lemak yang dapat direcovery untuk pemanfaatan lebih lanjut. Komponen organik tersebut diperoleh dari air dari proses pencucian, sisa pemasakan dan pengepresan ikan. Pengolahan limbah cair banyak dilakukan untuk memisahkan komponen organik pada limbah dengan metode yang beragam. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah elektrokoagulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur potensi limbah cair proses thawing serta mempelajari penggunaan metode elektrokoagulasi sebagai metode alternatif dalam mengolah limbah cair industri perikanan. Bahan utama yang digunakan merupakan air thawing ikan salem (Decapterus kurroides) yang digunakan untuk pembuatan pindang. Perlakuan menggunakan kombinasi variasi tegangan dan lama waktu kontak. Tegangan yang diberikan 6 v, 9 v dan 12 v dan variasi waktu kontak yang ditetapkan 30 menit, 60 menit dan 90 menit. Perbedaan variasi tegangan dan waktu kontak listrik pada metode elektrokoagulasi mempengaruhi nilai kualitas air limbah. Semakin tinggi tegangan dan lama waktu kontak yang diberikan mampu menurunkan nilai BOD5 92,31%, COD 48,14%, TSS 71,15%, TDS 90,84%, kekeruhan 99,13%, protein 95,87% serta menaikkan nilai pH dari 6,1 menjadi 8,8 setelah elektrokoagulasi. Kata kunci: elektrokoagulasi, limbah cair, komponen organik, air thawing
ABSTRACT MUHAMAD REZA FAHLEPI. Treatment Wastewater from Thawing Process on Pindang Industry using Electrocoagulation. Supervised by BUSTAMI IBRAHIM and UJU. Wastewater of Fish processing industry contains organic components such as protein and fat which can be recovered for further utilization. The potential of organic components wastewater are obtained from washing process, the cooking effluent and fish pressing step. Wastewater treatment technology has been used to separate the organic pollutants with several methods. One the methods is electrocoagulation. The aims of study were to measure the potential polluting of thawing process and to study the use of electrocoagulation as an alternative method for treating wastewater of fish processing industry. We used pindang processing thawing water of Decapterus kurroides. The thawing water was treated with several of combination voltage (6 V, 9 V and 12 V) and contact time (30, 60 and 90 minutes). The contact time and voltage of electrocoagulation
6
affecteds the value of the quality of waste water. Higher voltage and longtime contact could reduce 92,31% of BOD5, 48,14% of COD, 71,15% of TSS, 90,84% of TDS, 99,13% of turbidity, 95,87% of protein. Wheras the pH values increased from 6,1 to 8,8 after electrocoagulation. Keywords: electrocoagulation, organic component, thawing, wastewater
7
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2016 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atauseluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentinganpendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
8
9
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PROSES THAWING INDUSTRI PINDANG DENGAN TEKNIK ELEKTROKOAGULASI
MUHAMAD REZA FAHLEPI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
10
12
13
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu WaTa’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Karya tulis ilmiah yang disusun dengan judul ”Pengolahan Limbah Cair Proses Thawing Industri Pindang dengan Teknik Elektrokoagulasi’ ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, antara lain kepada: 1 Dr Ir Bustami Ibrahim MSc dan Dr Eng Uju SPi MSi selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian. 2 Dr Dra Pipih Suptijah MBA selaku dosen tamu penguji atas masukan serta saran perbaikan yang diberikan. 3 Bambang Riyanto SPi Msi selaku Wakil Komisi Pendidikan Departemen Teknologi Hasil Perairan atas masukan dan saran perbaikan yang diberikan. 4 Dr Ir Iriani Setyaningsih MS, selaku Ketua Program Studi Departemen Teknologi Hasil Perairan atas motivasi dan dukungan kepada penulis dalam mengikuti berbagai kegiatan selama dikampus. 5 Prof Dr Ir Joko Santoso MSi, selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 6 Teman-teman Teknologi Hasil Perairan Angkatan 48, Faiz, Ayu, Fitri, kepada keluarga, serta sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan atau kesalahan yang tidak disadari penulis. Besar harapan penulis agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Januari 2016
Muhamad Reza Fahlepi
14
15
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................... Manfaat Penelitian ................................................................................. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ................................................................................. Bahan ..................................................................................................... Alat ......................................................................................................... Prosedur Penelitian ................................................................................ Analisis Data .......................................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Limbah Air Thawing Industri Pemindangan .................... Pengolahan Limbah Cair dengan Metode Elektrokoagulasi .................. Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap pH ................................................ Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap Kekeruhan ................................... Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap TSS .............................................. Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap TDS ............................................. Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap BOD ............................................ Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap COD ............................................ Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap Penyisihan Protein ...................... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................ Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................
xi xi xii 1 2 3 3 3 3 4 4 5 8 8 9 10 12 13 15 16 18 20 20 20 24
TABEL 1
Karakateristik limbah air thawing ........................................................
8
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Rangkaian elektrokoagulasi untuk pengolahan limbah air thawing .... Tahapan proses penelitian .................................................................... Pengolahan limbah cair dengan elektrokoagulasi ................................
5 5 9
16
4 5 6 7 8 9 10
Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap pH limbah air thawing ................................................................................................ Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap kekeruhan limbah air thawing .............................................................................. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap TSS limbah air thawing ........................................................................................... Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap TDS limbah air thawing ........................................................................................... Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap BOD limbah air thawing ........................................................................................... Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap COD limbah air thawing ........................................................................................... Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap protein limbah air thawing ...........................................................................................
10 11 13 14 15 17 19
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Analisis ragam uji pH .......................................................................... Analisis ragam uji kekeruhan .............................................................. Analisis ragam uji TSS ....................................................................... Analisis ragam uji TDS ....................................................................... Analisis ragam uji BOD ...................................................................... Analisis ragam uji COD ...................................................................... Analisis ragam uji protein ...................................................................
27 27 28 29 30 30 31
PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan konsekuensi logis dari pendirian suatu industri. Dampak yang ditimbulkan dari limbah industri menjadi salah satu masalah bagi lingkungan (Thirugnanasambandham et al. 2014). Industri yang paling banyak menghasilkan limbah dalam kegiatan operasionalnya adalah industri pangan termasuk didalamnya industri perikanan (Mu’lholland 2006). Industri perikanan menggunakan air dalam jumlah yang banyak dan menghasilkan limbah dalam volume yang tinggi. Limbah yang dihasilkan dari industri perikanan dikelompokkan menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat meliputi kepala udang atau ikan, cangkang atau kulit, tulang, jeroan ikan, dan lain sebagainya. Limbah cair hasil pengolahan ikan bersumber dari air proses (pencucian, sisa pemasakan dan pengepresan ikan) yang mengandung banyak bahan organik terlarut, padatan tersuspensi dan terlarut, nutrien dan minyak (Suprihatin dan Romli 2009). Kemajuan ilmu pengetahuan serta kesadaran tentang dampak limbah bagi lingkungan, mendorong penelitian mengenai pengolahan dan pemanfaatan limbah sebagai hasil samping untuk kebutuhan pangan dan non-pangan (Arvanitoyanis dan Kassaveti 2008). Penelitian mengenai pemanfaatan limbah padat industri perikanan sudah banyak dikembangkan seperti pembuatan kitosan dari cangkang udang (Mirari et al. 2014), pembuatan gelatin dari limbah tulang ikan (Marzuki et al. 2011), pembuatan pakan ikan dengan memanfaatkan limbah ikan (Yano et al. 2008) dan lain-lain. Pengolahan limbah cair yang ada saat ini masih banyak menggunakan teknologi dengan prinsip degradasi aerobik (Pant et al. 2010). Pengolahan tersebut hanya bertujuan untuk mengurangi dampak dari cemaran limbah yang akan dibuang ke lingkungan dan belum memperhatikan aspek pemanfaatannya. Pemanfaatan limbah cair mulai dikembangankan seperti recovery protein sebagai bahan flavor dari limbah cair pengolahan rajungan (Uju et al. 2008), pemanfaatan minyak hasil samping dari pengalengan ikan lemuru (Estiasih dan Ahmadi 2002), serta biolistrik dari limbah cair perikanan (Apriyani 2013). Limbah cair industri perikanan mengandung komponen-komponen organik yang masih bisa dimanfaatkan seperti protein, lemak, dan komponen organik lainnya dalam kadar yang berbeda-beda (Islam et al. 2004). Limbah cair proses pemindangan masih menyisakan komponen protein terlarut 12,38% (Murniati 2007), air sisa pasteurisasi rajungan menyisakan kandungan protein terlarut 0,88% (Uju et al. 2008), sementara kadar protein yang diperoleh dari limbah industri surimi berkisar 0,46-2,34% (Lin et al. 1995). Limbah air thawing memiliki potensi bahan organik yang dapat dimanfaatkan. Icier et al. (2010) menyatakan proses thawing dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba pada produk serta mengurangi protein terlarut dalam daging yang terbuang bersama aliran air. Penelitian mengenai pemanfaatan limbah air thawing masih jarang dilakukan, sehingga menjadi penting adanya pembahasan mengenai potensi air thawing untuk dimanfaatkan. Teknologi yang sudah digunakan dalam proses recovery limbah cair antara lain separasi membran (Ohlrogge et al. 2010) dan
2
pemanas ohmic (Kanjanapongkul et al. 2009). Penggunaan membran dalam proses recovery limbah terdapat kekurangan yakni timbulnya fouling pada permukaan membran. Peristiwa fouling mengakibatkan menurunnya kinerja membran sehingga berpengaruh pada kualitas effluen dan menghambat pemisahan berikutnya (Rosenberger et al. 2002). Teknologi alternatif pengolahan limbah yang bisa digunakan adalah elektrokoagulasi. Aplikasi elektrokoagulasi yang sudah dilakukan dalam beberapa tahun belakangan diantaranya penerapan elektrokoagulasi untuk peningkatan kualitas air (Holt et al. 2005), untuk menangani limbah cair industri penyamakan kulit (Babu et al. 2007) dan untuk pemisahan mikroalga dari effluent lumpur aktif (Afriyanti 2011). Holt (2002) menerangkan elektrokoagulasi melibatkan proses elektrokimia, koagulasi dan flotasi yang dapat dilakukan dalam sebuah reaktor kontinyu ataupun dengan reaktor batch. Bayat et al. (2006) menjelaskan mekanisme dari metode elektrokoagulasi adalah dengan memproduksi ion logam (Al3+, Fe3+, atau Fe2+) sebagai prekursor koagulan aktif dari anoda sacrificial misalnya aluminium atau besi yang dialiri arus listrik. Ion logam tersebut akan menetralkan ion negatif yang tidak stabil dalam limbah menjadi bentuk presipitat (endapan) dan biasanya sangat stabil, selain itu ion logam tersebut akan bereaksi dengan ion hidroksil (OH-) pada katoda menghasilkan logam hidroksida, yang kemudian membentuk flok dan mengapung pada permukaan (Blais et al. 2000). Proses elektrokoagulasi tergantung pada kemampuan partikel air menanggapi medan listrik yang kuat dalam reaksi redoks (Ezechi et al. 2010). Prinsip yang ditawarkan elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi kontaminan tersuspensi dan teremulsi didalam media larutan dengan menggunakan arus listrik. Oleh karena itu teknologi elektrokoagulasi diharapkan mampu mengolah limbah cair serta memisahkan protein dari limbah cair industri perikanan dengan waktu yang lebih cepat serta diproses memakai alat yang sederhana tanpa perlu lahan yang luas.
Perumusan Masalah Penggunaan air yang banyak dalam industri perikanan menghasilkan limbah cair yang mengandung bahan organik dalam volume yang tinggi. Limbah tersebut akan berdampak negatif jika dibuang langsung ke lingkungan. Pengolahan limbah cair di industri perikanan sejauh ini masih mengandalkan sistem aerasi yang membutuhkan tempat yang luas serta biaya yang tinggi dalam prosesnya. Elektrokoagulasi dikenal sebagai elektrolisis gelombang pendek yang digunakan untuk pengolahan air, pengolahan air limbah, air olahan industri dan limbah cair rumah sakit. Teknologi elektrokoagulasi berbasis listrik untuk menghilangkan kontaminan yang kurang efisien dengan penyaringan, mikrobiologi atau sistem pengolahan dengan bahan kimia, seperti emulsi minyak, hidrokarbon dari minyak bumi, padatan tersuspensi, dan logam berat tanpa penggunaan bahan kimia (Khandegar and Saroha 2013). Putero et al. (2008) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi proses elektrokoagulasi antara lain, kerapatan listrik, waktu operasi, tegangan, kadar asam, ketebalan plat dan jarak elektroda. Proses elektrokoagulasi juga tidak memerlukan tempat yang luas dan biaya yang tinggi sehingga diharapkan dapat diaplikasikan untuk pengolahan limbah cair di industri perikanan.
3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah air thawing serta efektifitas proses elektrokoagulasi sebagai proses alternatif pengolahan limbah cair. Selanjutnya mengetahui pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak listrik pada elektroda dengan proses elektrokoagulasi menggunakan alumunium pada sistem batch. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kualitas limbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan elektrokoagulasi dengan melihat kadar protein total, BOD5, COD, TSS, TDS, pH serta kekeruhan.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru mengenai potensi dari limbah cair proses thawing serta teknik elektrokoagulasi sebagai metode alternatif pengolahan limbah cair yang efektif. Manfaat yang lainnya adalah kualitas limbah yang dihasilkan memenuhi standar baku mutu limbah sehingga limbah aman dibuang ke lingkungan.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada pengujian metode elektrokoagulasi sebagai proses alternatif pengolahan limbah cair industri perikanan. Proses elektrokoagulasi difokuskan terhadap pengaruh kombinasi tegangan listrik dan waktu kontak proses. Variasi tegangan yang ditetapkan 6 volt, 9 volt dan 12 volt. Variasi waktu kontak yang ditetapkan adalah 30 menit, 60 menit dan 90 menit. Hasil percobaan kemudian dianalisa parameter pencemar meliputi pH, kekeruhan, TSS, TDS, BOD, COD serta kadar protein.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juni 2015. Pengambilan sampel dilakukan di UKM Cindy, Parung, Bogor. Pengolahan dengan alat elektrokoagulasi dilakukan di Laboratorium Membran Departemen Teknologi Hasil Perairan dan uji karakteristik sampel dilakukan di Laboratorium Produktifitas Lingkungan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
4
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah air thawing pengolahan pindang ikan salem (Decapterus kurroides) dari UKM Cindy, Parung, Bogor dan plat alumunium. Bahan yang digunakan untuk analisis kualitas air antara lain aquades, MnSO4, AIA (NaOH+KI), H2SO4, Na2S2O3, kanji (BOD), Ag2SO4, H2SO4, digestion solution (COD), kertas saring Whatman Grade 934 AH 1,5 µm (TSS). Bahan yang digunakan untuk analisis protein secara kuantitatif adalah larutan Bradford dan larutan standar BSA.
Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerigen 20 L, gelas ukur 1 L, plat alumunium (10 x 2 cm2), Adaptor DC Montana (6V, 9V dan 12V), stopwatch, kabel, penjepit buaya, botol winkler 250-300 mL, erlenmeyer, buret (BOD), spektrofotometer UV-VIS, tabung pencerna, COD reaktor, pipet volumetrik, (COD), desikator, oven suhu 103-105oC, cawan alumunium, corong (TSS), cawan, oven suhu 180oC (TDS) pH meter Thermo Scientific ORION 3 STAR (pH) dan turbidimeter HACH 2100Q dan spectrophotometer HACH DR/2000 untuk uji kekeruhan, spektrofotometer UV-2500 Libra S-22 Double Beam UV-Visible Biochrome untuk analisis kadar protein total.
Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari pengambilan sampel, karakterisasi limbah cair, pengolahan limbah dengan alat elektrokoagulasi, karakterisasi limbah setelah pengolahan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan jerigen 10 L dimasukkan kedalam coolbox yang diisi es balok untuk mempertahankan kondisi limbah. Limbah air thawing diambil sebanyak 500 mL untuk dianalisis kualitas awal. Pengolahan limbah dilakukan dengan proses elektrokoagulasi dengan menggunakan elektroda plat alumunium (10 x 2 cm2) yang dialiri listrik dari adaptor DC Montana. Perlakuan yang diberikan terhadap limbah cair dengan metode elektrokoagulasi merupakan kombinasi variasi tegangan dan waktu kontak. Tegangan yang digunakan ada 3 taraf yaitu 6 v, 9 v dan 12 v. Waktu kontak yang digunakan ada tiga taraf yaitu 30 menit, 60 menit dan 90 menit. Skema rangkaian reaktor elektrokoagulasi dalam pengolahan limbah air thawing disajikan pada Gambar 1. Tahap proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Kualitas limbah air thawing dianalisis sesudah proses elektrokoagulasi dilaksanakan. Analisis kualitas air limbah dilakukan untuk melihat peningkatan kualitas limbah air thawing dengan mengacu pada perhitungan yang diajukan oleh Arifin (2000), yaitu : E(%) = Keterangan: A = Nilai kualitas air sebelum pengolahan B = Nilai kualitas air setelah pengolahan
x 100% E = Efektivitas pengolahan
5
Gambar 1 Rangkaian elektrokoagulasi untuk pengolahan limbah air thawing Limbah air thawing
Karakterisasi limbah awal (BOD, COD, TSS, TDS, pH, Kekeruhan dan Protein) Pengolahan limbah dengan elektrokoagulasi
6V
9V
30 menit
12V
6V
9V
12V
90 menit
6V
9V
12V
120 menit
Karakterisasi limbah akhir (BOD, COD, TSS, TDS, pH, Kekeruhan dan Protein)
Data hasil
Gambar 2 Tahapan proses penelitian
Prosedur Analisis Nilai Biologycal Oxygen Demand (APHA 2012) Analisis Biologycal Oxygen Demand diukur dengan cara titrimetri. Sampel limbah air thawing sebanyak 250 mL yang sudah diencerkan diberi penambahan larutan yang terdiri dari buffer fosfat, MgSO4, CaCl2 dan FeCl2 masing-masing sebanyak 1 mL. Sampel air limbah tersebut diaerasi selama 1 jam sebelum dimasukan kedalam dua botol Winkler 125mL. Botol Winkler yang pertama
6
dimasukan kedalam inkubator dalam kondisi gelap dan suhu tetap (20 oC) selama 5 hari (DO5). Botol Winkler kedua dianalisa kadar oksigen terlarut dengan penambahan 1 mL MnSO4 1,25 N dan AIA (NaOH+KI) sehingga membentuk gumpalan dan mengendap. Larutan H2SO4 pekat ditambahkan sebanyak 1 mL untuk melarutkan gumpalan. Sampel kemudian diambil sebanyak 50 mL kedalam erlenmeyer untuk dititrasi menggunakan Na2S2O3. Titrasi dilakukan sampai berwarna kuning muda lalu diberi penambahan kanji sebanyak 3 tetes membentuk warna biru kemudian dititrasi kembali hingga warna biru tersebut hilang (D0). Sampel pada botol Winkler kedua dianalisis kadar oksigen terlarut setelah inkubasi selesai, selisih nilai DO0 dan DO5 merupakan nilai BOD (mg/L). Nilai Chemical Oxygen Demand (APHA 2012) Analisis Chemical Oxygen Demand dilakukan menggunakan metode dikromat refluks tertutup. Sampel sebanyak 2,5 mL yang telah diencerkan ditambahkan dengan 1,5 mL larutan pencerna (digestion sol-high) dan 3,5 mL Ag2SO4.H2SO4. Sampel selanjutnya divortex selama 1 menit dan direfluks pada suhu 150 °C selama 2 jam. Sampel yang telah dingin dihitung absorbansinya pada panjang gelombang 640 nm. Konversi nilai absorbansi menjadi nilai COD didapat melalui persamaan regresi kurva standar. Nilai Total Suspended Solid (APHA 2012) Pengukuran nilai Total Suspended Solid dilakukan dengan menyaring 25 mL limbah air thawing menggunakan kertas saring yang telah diketahui bobot keringnya. Kertas saring dipasang pada vacum pump untuk memudahkan proses penyaringan. Kertas saring yang telah berisi padatan dari limbah air thawing dioven pada suhu 105 °C selama 1 jam. Pendinginan dilakukan menggunakan desikator minimal 30 menit kemudian kertas saring dihitung bobotnya. Penghitungan nilai TSS dilakukan dengan membagi berat sampel akhir (mg) dengan jumlah sampel awal (L). Nilai Total Dissolved Solids (TDS) (APHA 2012) Analisis Total Dissolved Solids dilakukan dengan mengoven cawan kosong pada suhu 180 ± 2 °C selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator sebelum ditimbang bobot awalnya. Limbah air thawing sebanyak 25mL dituang kedalam cawan yang sudah ditimbang bobot awalnya lalu dikeringkan menggunakan oven selama 1 jam pada suhu 180 ± 2 °C, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan berat. Siklus pengeringan, pendinginan dengan desikator dan berat dilakukan berulang sampai berat konstan diperoleh atau sampai perubahan berat kurang dari 4% dari berat sebelumnya atau 0,5 mg. Lakukan analisis setidaknya 10% dari semua sampel.
7
Nilai Kekeruhan (APHA 2012) Kekeruhan diukur menggunakan alat turbidimeter (HACH 2100Q). Sampel dimasukkan kedalam kuvet sampai batas lalu bersihkan bagian luar kuvet dengan tissue sebelum dimasukkan kedalam alat. Angka yang tertera pada layar digital dicatat dan kuvet dibilas setelah digunakan. Analisis Protein (Bradford 1976) Uji bradfrod dilakukan untuk menentukkan konsentrasi protein pada sampel dengan Bovine Serum Albumin (BSA) sebagai standar. Larutan Bradford dibuat dengan mencampurkan 10 mg Coomasive Briliant Blue (CBB) dengan 5 mL etanol 96%, kemudian ditambahkan 10 mL larutan asam Ortofosfat 85% dan akuades hingga volumenya mencapai 500 mL. Larutan Bradford tersebut kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 1. Penentuan protein terlarut dengan metode Bradford dilakukan menggunakan spektrofotometer. Sampel sebanyak 0,1 mL ditambahkan larutan Bradford sebanyak 5 mL kemudian divortex. Sampel ditentukan absorbansinya dengan spektrofotometer UV-2500 pada panjang gelombang 595 nm.
Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian pendahuluan dan utama dianalisis dengan menggunakan softwear Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17. Analisis statistik data penelitian diolah dengan Rancangan Acak Faktorial (Steel dan Torrie 1993) dengan 2 faktor yaitu voltase sebanyak 3 taraf (6v, 9v, 12v) dan lama waktu kontak dengan 3 taraf (30 menit, 60 menit, 90 menit). Semua perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan. Model rancangannya adalah: Yijk = µ + τi + βj + εijk Keterangan: Yijk = Nilai pengamatan dari perlakuan voltase ke-i, lama waktu kontak ke-j dan ulangan ke-k µ = Nilai rataan umum populasi τi = Pengaruh perlakuan voltase ke-i βj = Pengaruh perlakuan lama waktu kontak ke-j (τβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan voltase ke-i dengan lama waktu kontak ke-j εijk = Galat pengamatan pada perlakuan voltase ke-i, perlakuan lama waktu = kontak ke-j dan ulangan ke-k. Data yang diamati dianalisis secara statistik dengan analisis ragam (ANOVA). Apabila hasil analisis menunjukkan berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan 95%. Hipotesis pengaruh voltase dan lama waktu kontak adalah sebagai berikut:
8
H0 H1
= Perbedaan voltase, lama waktu kontak dan interaksi antar perlakuan = tidak berpengaruh nyata terhadap karakteristik limbah air thawing. = Perbedaan voltase, lama waktu kontak dan interaksi antar perlakuan = berpengaruh nyata terhadap karakteristik limbah air thawing.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Limbah Air Thawing Industri Pemindangan Limbah air thawing diperoleh dari ikan yang dikeluarkan dari cold storage kemudian dilakukan thawing sebelum diproses pindang. Proses thawing dilakukan dengan mengalirkan air pada ikan. Pengukuran sampel limbah air thawing dilakukan analisis protein dengan Uji Bradford beserta parameter kualitas air meliputi pH, kekeruhan, TSS, TDS, BOD dan COD. Hasil pengujian karakteristik limbah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik limbah air thawing Air cucian Parameter Nilai Baku Mutu surimi* pH 6,1 6,7 ± 0 6-9 Tidak ditemukan Kekeruhan (NTU) 256 ± 3,54 20 ± 0 TSS (mg/L) 0,25 ± 0,02 55 ± 0,0032 100 Tidak ditemukan TDS (mg/L) 5990 ± 2,12 1633 ± 20,8 COD (mg/L) 7373 ± 4,24 4233 ± 115,47 200 Tidak dilakukan BOD (mg/L) 2399,19 100 Tidak ditemukan Protein (mg/mL) 0,977 ± 0,03 410 ± 0 *sumber : Uju et al. (2009) Karakterisasi limbah menunjukkan nilai beberapa parameter menunjukkan angka melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan seperti COD dan BOD. Karakteristik air thawing memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan air cucian surimi hasil pengujian Uju et al. (2009). Baku mutu yang digunakan sesuai dengan Permen LH No. 06 tahun 2007, tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan. Hal tersebut menandakan bahwa limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Tray et al. (2006) operasi pengolahan menunjukkan produksi BOD per ton produk sebesar 1-72 kg, sedangkan pemfilletan ikan memproduksi 12,5-37,5 kg BOD per ton produk. Keberadaan BOD dikarenakan hasil proses pembersihan dan adanya nitrogen berasal dari darah yang terdapat pada limbah cair.
Pengolahan Limbah Cair dengan Metode Elektrokoagulasi Elektrokoagulasi merupakan proses koagulasi atau penggumpalan dengan tenaga listrik melalui proses elektrolisis untuk mengurangi partikel-partikel
9
pencemar di dalam air. Sampel yang digunakan sebanyak 500 mL air thawing ikan salem industri pemindangan dengan sistem batch (Gambar 3a). Perlakuan yang diberikan terhadap limbah cair dengan metode elektrokoagulasi merupakan kombinasi variasi tegangan dan waktu kontak. Perubahan limbah cair selama proses elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 3b.
6v
9v
12v
kontrol
(a) Sampel sebelum diproses dengan elektrokoagulasi
protein terkoagulasi
6v
9v
12v
kontrol
air limbah endapan
(b) Pembentukan koagulasi protein selama proses
(c) Flok diakhir proses
Gambar 3 Pengolahan limbah cair dengan elektrokoagulasi Prinsip dasar dari elektrokoagulasi ini merupakan reaksi reduksi dan oksidasi (redoks). Reaksi oksidasi pada anoda akan menghasilkan gugus Al(OH)3 sebagai koagulan hasil dari reaksi ion Al3+ dan ion OH-. Ion OH- dihasilkan melalui reduksi air (H2O) di katoda, sedangkan ion AL3+ terbentuk melalui reduksi elektroda alumunium di anoda (Juriah 2011).
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap pH Derajat keasaman atau pH merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam air. Nilai pH juga dapat mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air limbah (Ropi 2015). Limbah air thawing memiliki pH awal 6,1. Nilai pH air limbah setelah proses elektrokoagulasi dengan tegangan 6V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit berturut-turut 6,92; 7,13; 8,68. Perlakuan tegangan 9V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit menunjukkan nilai pH berturut-turut 6,86; 7,36; 8,51; serta perlakuan tegangan 12V dengan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit nilai pH yang ditunjukkan berturut-turut 7,47; 7,82; 8,87. Grafik pengaruh teknik elektrokoagulasi terhadap pH limbah cair dapat dilihat pada Gambar 4.
10
Gambar 4 menunjukkan peningkatan pH limbah cair. Hasil analisis ragam terhadap nilai pH dengan taraf nyata 95% menunjukkan bahwa perbedaan voltase yang digunakan dan lama waktu perlakuan berpengaruh nyata terhadap nilai pH, artinya semakin tinggi voltase yang digunakan serta semakin lama waktu yang digunakan terjadi peningkatan nilai pH. Interaksi antara voltase dan lama waktu perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH (Lampiran 1). Peningkatan nilai pH disebabkan adanya akumulasi ion OH- (Niam et al. 2007).
Gambar 4 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap pH limbah air thawing: 6V; 9V; 12V; kontrol Ion OH- mengindikasikan kebasaan yang dihasilkan pada anoda dengan rumus kimia: 3H2O + 3e
3/2H2 + 3OH-
Kadar ion OH- yang meningkat dari hasil reaksi reduksi air pada katoda dalam proses elektrokoagulasi maka nilai pH akan meningkat. Nilai pH yang dihasilkan dari proses elektrokoagulasi memenuhi baku mutu limbah cair menurut Permen LH No. 6 Tahun 2007 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan menyebutkan bahwa batas nilai pH limbah cair yaitu 6-9. Nilai pH limbah yang tidak sesuai dengan baku mutu lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan organisme didalamnya (Ibrahim et al. 2009).
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap Kekeruhan Kekeruhan atau turbidity digunakan untuk menyatakan derajat kekeruhan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang umumnya bahan organik dan inorganik (Effendi 2003). Semakin pekat atau keruh suatu limbah cair yang dibuang maka kualitas limbah dan keamanannya semakin buruk (Gameissa 2012). Nilai kekeruhan limbah air thawing sebelum perlakuan sebesar 256 NTU. Elektrokoagulasi dengan perlakuan tegangan 6V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit menunjukkan nilai kekeruhan berturut-turut 8,97; 3,66; 3,08 NTU. Nilai kekeruhan limbah air thawing dengan perlakuan
11
tegangan 9V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit berturut-turut 6,86; 4,57; 2,24 NTU, sementara perlakuan tegangan 12V dan waktu kontak yang sama dengan perlakuan sebelumnya menunjukkan nilai kekeruhan berturut-turut 4,61; 2,74; 2,29 NTU. Grafik pengaruh elektrokoagulasi terhadap nilai kekeruhan limbah cair dapat dilihat pada Gambar 5a. a)
b)
Gambar 5 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap kekeruhan limbah air thawing : [a] Penurunan nilai kekeruhan [b] Efektifitas penyisihan 6V;
9V;
12V;
kontrol
Gambar 5a menunjukkan semakin tinggi tegangan dan waktu kontak maka penurunan nilai kekeruhan semakin besar, serta efektifitas penurunan kekeruhan akan semakin tinggi seperti pada Gambar 5b. Data hasil analisis ragam terhadap nilai kekeruhan limbah air thawing menunjukkan bahwa perbedaan voltase dan lama waktu kontak yang digunakan berpengaruh nyata terhadap nilai kekeruhan akan tetapi tidak adanya interaksi diantara keduanya. Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi voltase yang digunakan dan semakin lama waktu kontak yang diberikan nilai kekeruhan semakin rendah (Lampiran 2). Elektrokoagulasi dapat menurunkan kekeruhan sebagai fungsi dari waktu (Aulianur 2013), artinya semakin lama waktu yang diberikan maka penurunan nilai kekeruhan pada limbah akan semakin besar. Penelitian Chen (2004) menyatakan bahwa koagulan yang dihasilkan mengurangi polutan yang menyebabkan kekeruhan dan menyebabkan terjadinya ketidakstabilan muatan sehingga membentuk flok yang tidak larut untuk mencapai kestabilannya kembali.
12
Nilai efektifitas penyisihan kekeruhan tertinggi sebesar 99,13% pada perlakuan tegangan 9V dan waktu kontak selama 90 menit. Penelitian yang dilakukan oleh Ni’am et al. (2007) proses elektrokoagulasi yang dilakukan pada 2 L limbah cair sintetik dari susu menggunakan elektroda besi dapat menurunkan nilai kekeruhan sebesar 98% pada arus 5,62 mA/cm2 selama 50 menit sementara penelitian Gameissa et al. (2012) menggunakan plat stainless steel sebagai elektroda pada pengolahan tersier limbah cair industri pangan mampu menurunkan nilai kekeruhan sebesar 76,85% dengan tengangan 24V selama 60 menit. Variasi tegangan dan waktu kontak yang digunakan dalam proses elektrokoagulasi mempengaruhi nilai efektifitas penyisihan kekeruhan yang dihasilkan. Nilai efektifitas meningkat seiring meningkatnya variasi tegangan serta waktu kontak yang diberikan (Aulianur 2013).
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap TSS Total Suspended Solid (TSS) merupakan jumlah bobot bahan tersuspensi yang dalam suatu volume air terdiri atas komponen terendapkan, bahan melayang dan komponen tersuspensi koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan organik berupa padatan biologi seperti bakteri dan anorganik berupa liat dan butiran pasir (Pujiastuti et al. 2013). Padatan tersuspensi sangat berhubungan dengan kekeruhan air, semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut maka air akan semakin keruh (Metcalf dan Eddy 2003). Limbah air thawing sebelum diproses dengan elektrokoagulasi memiliki nilai TSS sebesar 0,25 mg/L. Hasil pengujian elektrokoagulasi dengan tegangan 6V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit menunjukkan nilai TSS limbah air thawing berturut-turut 0,23; 0,12; 0,08 mg/L. Nilai TSS limbah air thawing yang dihasilkan dengan perlakuan tegangan 9V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit menunjukkan penurunan berturut-turut 0,11; 0,08; 0,08 mg/L sementara perlakuan dengan tegangan 12V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit menunjukkan nilai TSS berturut-turut 0,15; 0,11; 0,08 mg/L. Grafik pengaruh elektrokoagulasi terhadap nilai TSS limbah cair dapat dilihat pada Gambar 6a. Gambar 6a menunjukkan seiring dengan peningkatan tegangan dan waktu kontak yang diberikan, maka semakin besar nilai penurunan TSS. Analisis ragam diketahui bahwa variasi tegangan dan perlakuan waktu kontak mempunyai pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai TSS limbah air thawing, artinya semakin tinggi voltase dan waktu kontak yang diberikan penurunan nilai TSS semakin tinggi. Interaksi diantara keduanya berpengaruh nyata terhadap nilai TSS (Lampiran 3). Proses elektrokoagulasi terdapat 2 tahap, yakni destabilitas dan koleksi partikel yang berlangsung dalam waktu singkat (Sadeddin et al. 2011). Koagulan aluminium hidroksida (Al(OH)3) dapat mengadsorbsi zat organik dan inorganik sehingga menyebabkan ketidakstabilan muatan dan membuat padatan tersuspensi membentuk flok yang tidak larut untuk mencapai kestabilannya kembali (Chen 2004). Sarala (2012) menambahkan bahwa konsentrasi total suspensed solid diketahui menurun seiring peningkatan arus dan lama waktu kontak. Penurunan ini disebabkan adanya flokulan yang dihasilkan selama peningkatan waktu yang memberikan kontribusi untuk penghapusan komponen tersuspensi.
13
Hal ini sejalan dengan efektifitas penyisihan nilai TSS pada limbah air thawing semakin tinggi. Besar efektifitas penyisihan nilai TSS pada limbah air thawing dapat dilihat pada Gambar 6b. a)
b)
Gambar 6 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap nilai TSS limbah air thawing : [a] Penurunan nilai TSS [b] Efektifitas penyisihan 6V;
9V;
12V;
kontrol
Hasil pengukuran efektifitas nilai penurunan TSS yang dihasilkan dari elektrokoagulasi mencapai 71,15%. Penilitian Aulianur (2013) proses elektrokoagulasi yang dilakukan pada pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit dengan elektroda alumunium mampu menurunkan nilai TSS sebesar 87,93%. Nilai tersebut memenuhi baku mutu sesuai Permen LH No. 6 Tahun 2007 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan menyebutkan bahwa batas nilai TSS limbah cair yaitu 100 mg/L.
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap TDS Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid) adalah bahan-bahan terlarut dan koloid yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain yang tidak tersaring oleh kertas saring berdiameter 0,45 µm (Effendi 2003). Grafik pengaruh elektrokoagulasi terhadap nilai TDS limbah cair dapat dilihat pada Gambar 7a.
14
Gambar 7a menunjukkan peningkatan tegangan dan waktu kontak yang diberikan, mempengaruhi nilai penurunan TDS. Nilai TDS limbah air thawing sebelum perlakuan elektrokoagulasi mencapai 5990 mg/L. Nilai TDS air limbah setelah proses elektrokoagulasi dengan tegangan 6V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit berturut-turut 1087; 918,5; 579 mg/L. Perlakuan tegangan 9V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit menunjukkan nilai TDS berturut-turut 608,11; 15,56; 564 mg/L, serta perlakuan tegangan 12V dengan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit nilai TDS yang ditunjukkan berturut-turut 1155,5; 918,5; 548,5 mg/L. a)
b)
Gambar 7 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap nilai TDS limbah air thawing : [a] Penurunan nilai TDS [b] Efektifitas penyisihan 6V;
9V;
12V;
kontrol
Efektifitas yang dihasilkan terhadap penurunan nilai TDS air thawing meningkat seiring peningkatan variasi tegangan dan waktu kontak. Hasil pengukuran efektifitas yang dicapai elektrokoagulasi terhadap penurunan TDS dapat dilihat pada Gambar 7b. Analisis ragam diketahui bahwa variasi tegangan tidak memiliki pengaruh yang berbeda nyata, artinya perbedaan tegangan yang diberikan pada limbah air thawing mampu menurunkan nilai TDS dengan nilai penuruan yang relatif sama. Hal tersebut berbeda dengan perlakuan waktu kontak yang mempunyai pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai TDS limbah air thawing, artinya semakin lama waktu kontak yang diberikan maka nilai TDS dalam limbah cair semakin menurun, serta tidak ada interaksi diantara keduanya (Lampiran 4). Sarala (2012) menyatakan bahwa penurunan nilai TDS disebabkan fenomena restabilitasi yang terjadi karena kelebihan dosis koagulan dan membawa kembali kedalam suspensi. Babu et al. (2007) menambahkan, gas
15
hidrogen yang dilepaskan hasil reaksi pada katoda membantu penghapusan TDS dengan mengangkatnya kepermukaan. Perbedaan tegangan dan waktu kontak yang digunakan dalam proses elektrokoagulasi mempengaruhi nilai efektifitas penyisihan TDS yang dihasilkan. Nilai efektifitas penyisihan TDS tertinggi sebesar 90,84% pada perlakuan tegangan 12V dan waktu kontak selama 90 menit, namun nilai TDS tersebut masih belum memenuhi standar baku air bersih. Nilai TDS air bersih menurut Djuhariningrum (2005) berkisar 100 mg/L - 500 mg/L.
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap BOD Kandungan bahan organik yang tinggi dalam suatu perairan dapat dilihat dari besaran kadar BOD. Kadar BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya diperairan, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut (Dirgayusa 2013). Parameter BOD merupakan salah satu parameter yang di lakukan dalam pemantauan parameter air, khusunya pencemaran bahan organik yang tidak mudah terurai. Grafik pengaruh elektrokoagulasi terhadap kadar BOD limbah air thawing dapat dilihat pada Gambar 8a. a)
b)
Gambar 8 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap nilai BOD limbah air thawing : [a] Penurunan nilai BOD [b] Efektifitas penyisihan 6V;
9V;
12V;
kontrol
16
Gambar 8a menunjukkan peningkatan tegangan dan waktu kontak yang diberikan, mempengaruhi kadar BOD limbah cair. Kadar BOD limbah air thawing sebelum perlakuan elektrokoagulasi sebesar 2399,19 mg/L. Perlakuan elektrokoagulasi dengan tegangan 6V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit menunjukkan kadar BOD berturut-turut 369,11; 461,39; 184,55 mg/L. Pengukuran kadar BOD juga dilakukan pada perlakuan 9V dan 12V dengan variasi waktu kontak yang sama yakni 30, 60 dan 90 menit menunjukkan kadar BOD berturut-turut 738,21; 738,21; 553,66 dan 738,21; 738,21; 645,94 mg/L. Hasil analisis ragam bahwa variasi tegangan dan waktu kontak yang diberikan memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar BOD dalam limbah, artinya semakin tinggi voltase dan lama waktu kontak yang diberikan kadar BOD semakin menurun. Interaksi diantara keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar BOD serta efektifitas penyisihannya (Lampiran 5). Grafik pengukuran efektifitas penurunan BOD dengan elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 8b. Penurunan kadar BOD pada limbah air thawing menunjukkan nilai efektifitas tertinggi sebesar 92,31% pada tegangan 6V dengan waktu kontak 90 menit. Hasil pengukuran kadar BOD setelah perlakuan masih belum sesuai Permen LH No. 6 Tahun 2007 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan menyebutkan bahwa batas nilai BOD limbah cair yaitu 100 mg/L.
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap COD Chemical oxygen demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia menurut Wardana (2005) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan agar senyawa organik dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia dalam sampel terlarut. Kadar COD yang tinggi menunjukkan bahwa adanya bahan pencemar berupa senyawa organik dan inorganik yang cukup besar yang dapat mengakibatkan tumbuhan air, ikan dan hewan air lainnya yang membutuhkan oksigen tidak dapat hidup (Gameissa 2012). Limbah air thawing sebelum perlakuan memiliki kadar COD sebesar 7373 mg/L. Perlakuan elektrokoagulasi dengan tegangan 6V dan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit menunjukkan kadar COD berturut-turut 5323,34; 5106,67; 4740 mg/L. Pengukuran kadar COD juga dilakukan pada perlakuan 9V dan 12V dengan variasi waktu kontak yang sama yakni 30, 60 dan 90 menit menunjukkan kadar COD berturut-turut 5456,67; 4523,33; 4306,67 dan 5023,34; 3823,34; 4006,67 mg/L. Grafik pengaruh elektrokoagulasi terhadap kadar COD limbah air thawing dapat dilihat pada Gambar 9a. Gambar 9a menunjukkan adanya penurunan kadar COD seiring dengan peningkatan variasi tegangan dan waktu kontak yang diberikan terhadap limbah cair. Hasil analisis ragam diketahui bahwa variasi tegangan dan perlakuan waktu kontak mempunyai pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar COD limbah air thawing, serta interaksi diantara keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar COD (Lampiran 6). Grafik pengukuran efektifitas penurunan COD dengan elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 9b. Penurunan kadar COD pada limbah air thawing (Gambar 9b) menunjukkan nilai efektifitas tertinggi sebesar 48,14% pada tegangan 12V dengan waktu kontak
17
60 menit. Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi voltase dan waktu kontak yang diberikan penurunan kadar COD serta efektifitas penyisihannya semakin tinggi. a)
b)
Gambar 9 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap nilai COD limbah air thawing : [a] Penurunan nilai COD [b] Efektifitas penyisihan 6V;
9V;
12V;
kontrol
Penurunan kadar COD dikarenakan adanya netralisasi ion negatif yang terkandung dalam limbah ketika bergabung dengan aluminium dan polimer hidroksida sebagai kation membentuk massa yang mengendap (Sharma 2014) serta pembentukan Al(OH)3 dan polimer hidroksida pada pH basa yang membentuk koagulan (Layhans et al. 2006). Penurunan kadar COD pada limbah air thawing menunjukkan nilai efektifitas tertinggi sebesar 48,14% pada tegangan 12V dengan waktu kontak 60 menit. Pengujian pada setiap parameter dengan metode elektrokoagulasi dengan menggunakan aluminium terdapat fenomena terjadinya penurunan efektifitas parameter pencemar kekeruhan, TSS, TDS, BOD dan COD. Hal ini disebabkan karena pembentukan koagulan dari reaksi oksidasi anoda plat aluminium. Penelitian El-Ashtoukhy et al. (2013) menjabarkan reaksi utama yang terjadi pada anoda:
18
Al(s) Al3+(aq) + 3eO2(g) + 4H+(aq) + 4e-
2H2O
Pada katoda: 3/2H2 + 3OH-
3H2O + 3e
Ion Al3+ dan OH- yang dihasilkan pada elektroda akan bereaksi dalam air limbah membentuk aluminium hidroksida. Al3+ + 3OH-
Al(OH)3
Aluminium hidroksida akan mendestabilisasi partikel pencemar dan membentuk flok yang berfungsi sebagai adsorben dan dapat menyebabkan presipitasi ion logam sehingga dapat menurunkan parameter pencemaran tersebut (Adhoum et al. 2004). Gugus Al(OH)3 sebagai koagulan mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pencemar (Layhans et al. 2006). Hasil pengukuran kadar COD setelah perlakuan masih belum sesuai Permen LH No. 6 Tahun 2007 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan menyebutkan bahwa batas nilai COD limbah cair yaitu 200 mg/L.
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap penyisihan protein Protein mempunyai struktur yang tidak stabil sehingga mudah mengalami denaturasi yang meliputi presipitasi dan koagulasi. Ishiwatari et al. (2013) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat menyebabkan denaturasi protein seperti perubahan pH yang drastis, penambahan garam dan garam logam berat. Proses denaturasi protein menyebabkan perubahan struktur jaringan, tekstur dan warna (Tornberg 2005; Garcia-Segovia et al. 2007). Dekomposisi pada protein juga dapat menyebabkan bau busuk akibat tingginya kandungan asam amino bersulfur (sistein) serta asam sulfida, gugus thiol dan amoniak (Oktavia et al. 2012). Karakteristik awal protein yang dihasilkan dari limbah air thawing mencapai 0,977±0,03 mg/mL. Nilai tersebut mendekati kadar protein yang dihasilkan dari limbah air surimi sebesar 1.23±0.08 mg/mL (Bourtoom et al. 2009). Grafik pengaruh elektrokoagulasi terhadap kadar protein limbah air thawing dapat dilihat pada Gambar 10a. Pengukuran kadar protein juga dilakukan pada perlakuan 6V, 9V dan 12V dengan variasi waktu kontak yang sama yakni 30, 60 dan 90 menit menunjukkan kadar protein berturut-turut 0,12; 0,60; 0,17 dan 0,05; 0,38; 0,08 mg/mL. Hal tersebut menunjukkan adanya penyisihan kadar protein setelah dilakukan proses elektrokoagulasi. Hasil analisis ragam diketahui bahwa variasi tegangan dan perlakuan waktu kontak mempunyai pengaruh yang berbeda nyata dalam penyisihan protein limbah air thawing, serta interaksi diantara keduanya berpengaruh nyata terhadap penyisihan kadar protein (Lampiran 7). Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi voltase dan waktu kontak yang diberikan penyisihan protein serta efektifitas penyisihannya semakin tinggi. Kadar protein terlarut limbah air thawing berasal dari darah, lendir dan serpihan daging yang bercampur saat proses thawing. Perlakuan elektrokoagulasi dilakukan untuk memisahkan protein secara optimal
19
dari limbah air thawing. Grafik pengukuran efektifitas penyisihan protein dengan elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 10b. a)
b)
Gambar 10 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap nilai protein limbah air thawing : [a] Penurunan nilai protein [b] Efektifitas penyisihan 6V;
9V;
12V;
kontrol
Penyisihan protein pada limbah air thawing menunjukkan nilai efektifitas tertinggi sebesar 95,87% pada tegangan 12V dengan waktu kontak 30 menit. Ion H+ serta ion OH- yang terdapat dalam larutan protein dapat mengganggu struktur tersier protein yang diakibatkan oleh ikatan elektrostatik dan menyebabkan denaturasi protein. Protein yang terdenaturasi dapat dicirikan dengan terbentuknya gumpalan atau endapan (deMan 1997).
20
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Air thawing memiliki bahan organik terlarut yang cukup tinggi. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak listrik pada metode elektrokoagulasi mempengaruhi nilai kualitas air limbah. Kualitas limbah yang dihasilkan dari pengolahan elektrokoagulasi masih belum memenuhi baku mutu limbah. Semakin tinggi tegangan dan lama waktu kontak yang diberikan mampu menurunkan nilai BOD5 sebesar 92,31%, COD 48,14%, TSS 71,15%, TDS 90,84%, kekeruhan 99,13%, protein 95,87% serta menaikkan nilai pH.
Saran Penggunaan metode elektrokoagulasi cukup efektif dalam menurunkan kadar polutan dalam air limbah namun agar memenuhi baku mutu diperlukan penanganan lebih lanjut, misalnya dengan penggunaan membran atau absorpsi. Penggunaan elektroda selain menggunakan alumunium perlu dilakukan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut serta penggunaan sampel yang berbeda agar diketahui efektifitas metode tersebut dalam pengolahan limbah cair di industri perikanan.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemyst. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemyst. Arlington [US]: The Association of Official Analytical Chemyst Inc. [APHA] American Public Health Association. 2012. Standar Methods for Examination of Water and Waste Water. Washington DC [US]: American Public Health Association. Adhoum N, Monser L, Bellakhal N, Belgaied J. 2004. Treatment of electroplating wastewater containing Cu2+, Zn2+ and Cr(VI) by electrocoagulation. Journal Hazard Material B 112 : 207–213. Afriyanti N. 2011. Kajian teknik elektrokoagulasi untuk pemisahan mikroalga [skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor. Apriyani D. 2013. Potensi biolistrik dari limbah cair industri perikanan dengan metode microbial fuel cell satu bejana. Jurnal Dinamika Maritim PPSPL Universitas Raja Ali Haji 3(2) : 45-55.
21
Aulianur RW. 2013. Perbandingan metode elektrokoagulasi dengan presipitasi hidroksida untuk pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit. [skripsi]. Bogor [ID]. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Arifin M. 2000. Pengolahan limbah hotel berbintang [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor Arvanitoyannis IS, Kassaveti A. 2008. Fish industry waste: treatments, environments impacts, current and potential uses. International Journal of Food Science and Technology 43 : 726-745. Babu RR, Bhadrinarayana NS, Begun KMMS, Anantharaman N. 2007. Treatment of tennery waterwaste by electrocoagulation. Journal Chemical Technic and Metal 42 (2) : 201-206 Bayat O, Kilic O, Bayat B, Anil M, Akarsu H, Poole C. 2006. Electrokinetic dewatering of Turkish glass sand plant tailings. Water Resource 40 : 61–6. Blais J, Dufresne S. 2000. State of the art of technologies for metal removal from industrial effluents. Rev. Science Eau 12 (4) : 687–711. Bourtoom T, Chinnan MS, Jantawat P, Sanguandeekul R. 2009. Recovery and characterization of protein precipitated from surimi wash-water. Journal Food Science and Technology 42 : 599-605. Chen G. 2004. Electrochemical technologies in wastewater treatment. Separation Purification Technology 38 : 11–41. DeMan JM. 1997. Kimia Makanan. Bandung [ID]: Penerbit ITB Bandung. Dirgayusa PD. 2013. Dinamika kandungan bahan organik (BOD) di Kalimalang Bekasi [skripsi]. Bogor [ID]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Djuhariningrum T. 2005. Penentuan total zat padat terlarut dalam memprediksi kualitas air tanah dari berbagai contoh air. Kumpulan Laporan Hasil Penelitian Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Batan. 118-131. Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkunga perairan. Yogyakarta [ID]: Kanisius. El-Ashtoukhy E-SZ, El-Taweel YA, Abdelwahab O, Nassef EM. 2013. Treatment of petrochemical wastewater containing phenolic compounds by electrocoagulation using a fixed bed electrochemical reactor. International Journal Electrochemical Science 8 : 1534-1550. Estiasih T, Ahmadi. 2002. Pembuatan trigliserida kaya asam lemak ω-3 dari minyak hasil samping pengalengan ikan lemuru (Sardinella longiceps). Jurnal Teknik Pertanian 5(3) : 116-128. Ezechi EH, Isa MH, Kutty SRM. 2010. Removal of boron from produced water by electrocoagulation. In: 10th WSEAS International Conference on Environment, Ecosystems and Development (EED’12), Switzerland [CH]. Gameissa MW. 2012. Proses koagulasi dan flokulasi secara kimia dan elektrik untuk pengolahan limbah cair [skripsi]. Bogor [ID]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
22
Gameissa MW, Suprihatin, Indrasti NS. 2012. Pengolahan tersier limbah cair industri pangan dengan teknik elektrokoagulasi menggunakan elektroda stainless steel. Jurnal Agroindustri Indonesia 1(1) : 31-37. Garcia-Segovia P, Andres BA, Martinez MJ. 2007. Effect of cooking method on mechanical properties, color and structure of beef muscle (M. pectralis). Journal of Food Engineering 80 : 813-821. Holt P. 2002. Electrocoagulation: Undervelling and synthesising the mechanisms behind a water treatment process [tesis]. Sydney [AU]. University of Sydney Holt P, Barton GW, Mitchell CA. 2005. The future for electrocoagulation as a localisec water treatment technology. Journal Chemosphere 59 : 355-367. Ibrahim B, Suptijah P, Prantommy. 2009. Pemanfaatan kitosan pada pengolahan limbah cair industri perikanan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan 7(2) : 154-166. Icier F, Izzetoglu GT, Bozkurt H, Ober A. 2010. Effect of ohmic thawing on histological and textural properties of beef cuts. Journal Food Engineering 99 : 360-365. Ishiwatari N, Mika F, Noboru S. Effect protein denaturation degree on texture and water state of cooked meat. Journal of Food Engineering 117 : 361-369. Islam MDS, Khan S, Tanaka M. 2004. Water loading in shrimp and fish processing effluent: potential source of hazards to the coastal and nearshore environmets. Water Pollution Bulletin. 49: 103-1 10. Juriah. 2011. Penjernihan Air Sungai Menjadi Air Bersih Dengan Elektrokoagulasi Di Desa Air Hitam Kabupaten Labuhan Batu Utara. [skripsi]. Medan [ID]. Departemen Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Kanjanapongkul K, Tia S, Wongsa-Ngasri P, Yovidhya T. 2009. Coagulation of protein in surimi waterwaste using a continuous ohmic heater. Journal of Food Engineering 91 : 341-346. Khandegar V and Saroha AK. 2013. Electrooagulation for the treatment of textile industry effluent. Journal of Environmental Management 128 : 949-963. Layhans, Engil, Mahmut. 2006. Treatment of dairy wastewaters by electro coagulation using mild steel electrodes. Journal of Hazardous Materials 137 : 1197-1205 Lin TM, Park JW, Morrissey MT. 1995. Recovery protein and reconditioned water from surimi processing waste. Journal Food Science 60(1) : 4-9. Marzuki A, Pakki E, Zulfikar F. 2011. Ekstraksi dan penggunaan gelatin dari limbah tulang ikan bandeng (chanos chanos forskal) sebagai emulgator dalam formulasi sediaan emulsi. Majalah Farmasi dan Farmakologi 15(2) : 63-68. Metcalf, Eddy. 2003. Wastewater Engineering. Third Edition. Singapore (SG). McGrawHill International Edition.
23
Mirari Y. Arancibia, Alemán A, Calvo MM, López-Caballero ME, Montero P, Gómez-Guillén MC. 2014. Antimicrobial and antioxidant chitosan solutions enriched with active shrimp (Litopenaeus vannamei) waste materials. Food Hydrocolloids 35 : 710-717. Mu’lholland KL. 2006. Identification of Cleaner Production Improvement Opportunities. America (US). American Institute of Chemical Engineers and John Wiley and Sons, Inc. Murniati D. 2007. Pemanfaatan kitosan sebagai koagulan untuk memperoleh kembali protein yang dihasilkan dari limbah cair industri pemindangan ikan. [tesis]. Medan [ID]. Universitas Sumatera Utara. Ni’am M, Othman F, Sohaili J, Fauzia Z. 2007. Removal of COD and Turbidity to improve Wastewater Quality Using Electrocoagulation Technique. The Malaysian Journal of Analytical Science 11(1) : 198-205. Ohlrogge K, Wind J, Brinkmann T. 2010. Membranes for recovery of volatile organic compounds. Journal of Comprehensive Membrane Science and Engineering 2 : 213-242. Oktavia DA, Mangunwidjaja D, Wibowo S. 2012. Pengolahan limbah cair perikanan menggunakan konsorsium mikroba indigenous protelitik dan lipolitik. Jurnal Agrointek 6(2) : 65-71 Pujiastuti P, Ismail B, Pranoto. 2013. Kualitas dan beban pencemaran perairan Waduk Gajah Mungkur. Jurnal Ekosains. 5(1) : 51-75 Putero SH, Ayu A, Soemargono. 2008. Pengaruh tegangan dan waktu pada pengolahan limbah radioaktif yang mengandung Sr-90 menggunakan metode elektrokoagulasi. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia 4(2) : 96-107. Ropi R. 2015. Efektifitas inokulum mikro komersial sebagai pengurai limbah cair rumah sakit.[tesis]. Bogor [ID]. Pascasarjana, IPB. Saddedin K, Naser A, Firas A. 2011. Removal of turbidity and suspended solids by electro-coagulation to improve feed water quality of reverse osmosis plant. Journal of Desalination 268 : 204-207. Sarala C. 2012. Domestic wastewater treatment by electrocoagulation with Fe-Fe electrodes. International Journal of Engineering Trends and Technology 3(4) : 530-533. Sharma D. 2014. Treatment of dairy waste water by electro coagulation using aluminum electrodes and settling, filtration studies. International Journal of Chemical Technology Research 6(1) : 591-599 Suprihatin, Romli M. 2009. Pendekatan produksi bersih dalam industri pengolahan ikan: Studi kasus industri penepungan ikan. Jurnal Kelautan Nasional 2 : 131-143.
24
Thirugnanasambandham K, Sivakumar V, Maran JP. 2014. Efficiency of electrocoagulation method to treat chicken processing industry wastewatermodeling anf optimization. Journal of The Taiwan Institute of Chemical Engineers : 1-9. Tomberg E. 2005. Effect of heat on meat proteins-implications on structure and quality of meat products. Meat Science 70 : 496-508. Tray JH, Show KY, Hung YT. 2006. Seafood Processing Waterwaste Treatment. Boca Raton [US]. CRC Press. Uju, Bustami I, Wini T, Tati N, Bambang R. 2008. Proses recovery bahan flavor pada limbah cair pengolahan rajungan dengan teknologi reverse osmosis. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 19(1) : 67-79. Uju, Nurhayati T, Ibrahim B, Trilaksani W, Maglory S. 2009. Karakterisasi dan recovery protein dari air cucian minced fish dengan membran reverse osmosis. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 12(2) : 115-127. Wardana AW. 2005. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta [ID]: Andi Yano Y, Oikawa H, Satomi M. 2008. Reduction of lipids in fish meal prepared from fish waste by a yeast Yarrowia lipolytica. International Journal of Food Microbiology 121(3) : 302-307.
25
LAMPIRAN
26
27
Lampiran 1a Analisis ragam uji pH Source Voltase Waktu voltase*waktu Error Total
Jumlah kuadrat 0,906 8,503 0,172 0,753 1087,123
Dg 2 2 4 9 18
Kuadrat tengah 0,453 4,252 0,043 0,084
F
Sig.
5,416 50,849 0,516
0,029 0,000 0,727
1b Uji homogen pH Voltase
Waktu
6
30
Bartlett's Test Test Statistic P-Value
60
12,44 0,132
90 9
30 60 90
12
30 60 90 0 20 40 60 80 100 120 140 160 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
1c Uji lanjut Voltase 6V 9V 12V Waktu 30 menit 60 menit 90 menit
N 6 6 6
Rata-rata nilai pH 7,5750 7,5767 8,0517 N 6 6 6
Notasi A A B
Rata-rata nilai pH 7,0833 7,4350 8,6850
Notasi A A B
Lampiran 2a Analisis ragam uji kekeruhan Source voltase waktu voltase * waktu Error Total
Jumlah kuadrat 12,740 59,004 10,570 10,461 430,688
Db 2 2 4 9 18
Kuadrat tengah 6,370 29,502 2,643 1,162
F
Sig.
5,480 25,381 2,273
0,028 0,000 0,141
28
2b Uji homogen Kekeruhan Voltase
Waktu
6
30
Bartlett's Test Test Statistic P-Value
60
11,20 0,190
90 9
30 60 90
12
30 60 90 0 100 200 300 400 500 600 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
2c Uji lanjut Voltase 6V 9V 12V
N 6 6 6
Waktu 30 menit 60 menit 90 menit
N 6 6 6
Rata-rata kekeruhan 5,2350 4,5533 3,2100
Notasi A AB B
Rata-rata kekeruhan 6,8100 3,6550 2,5333
Notasi B A A
Lampiran 3a Analisis ragam uji TSS Jumlah kuadrat 0,009 0,021 0,008 0,004 0,271
Source Voltase Waktu Voltase * Waktu Error Total
Db 2 2 4 9 18
Kuadrat tengah 0,005 0,011 0,002 0,000
F
Sig.
9,612 22,741 4,000
0,006 0,000 0,039
3b Uji homogen TSS Voltase
Waktu
6
30
Bartlett's Test Test Statistic P-Value
60 90 9
30 60 90
12
30 60 90 0 2 4 6 8 10 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
3,54 0,738
29
3c Uji lanjut Voltase 6V 9V 12V
N 6 6 6
Waktu 30 menit 60 menit 90 menit
Rata-rata nilaI TSS 0,1400 0,0850 0,1133 N 6 6 6
Notasi A B AB
Rata-rata nilai TSS 0,1600 0,1000 0,0783
Notasi A B B
Lampiran 4a Analisis ragam uji TDS Jumlah kuadrat 94730,333 1528060,333 203957,333 426088,000 17454934,00 0
Source Voltase Waktu Voltase * Waktu Error Total
Kuadrat tengah 47365,167 764030,167 50989,333 47343,111
Db 2 2 4 9
F
Sig.
1,000 16,138 1,077
18
4b Uji kenormalan Probability Plot of TDS Trans Normal
99
Mean StDev N RJ P-Value
95 90
2,935 0,1580 18 0,949 0,066
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
4c Uji lanjut Voltase 6V 9V 12V Waktu 30 menit 60 menit 90 menit
2,5
2,6
2,7
N 6 6 6
2,8
2,9 3,0 TDS Trans
3,1
3,2
3,3
3,4
Rata-rata nilai TDS 816,5 874,1 1021,3 N 6 6 6
Rata-rata nilai TDS 1277,5 915,67 563,83
Notasi A A A Notasi A C B
0,405 0,001 0,423
30
Lampiran 5a Analisis ragam uji BOD Jumlah Source Db kuadrat Voltase 503116,423 2 Waktu 117543,497 2 Voltase * Waktu 18943,865 4 Error 102176,608 9 Total 6674598,686 18
Kuadrat tengah 251558,211 58771,748 4735,966 11352,956
F
Sig.
22,158 5,177 0,417
0,000 0,032 0,793
5b Uji homogen BOD Voltase
Waktu
6
30
Bartlett's Test Test Statistic P-Value
60
0,48 0,787
90 9
30 60 90
12
30 60 90 0 5000 10000 15000 20000 25000 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
5c Uji lanjut Voltase 6V 9V 12V
N 6 6 6
Waktu 30 menit 60 menit 90 menit
Rata-rata nilai BOD 338,34 676,52 707,45 N 6 6 6
Rata-rata nilai BOD 615,17 645,93 461,21
Notasi B A A Notasi A A B
Lampiran 6a Analisis ragam uji COD Source
Jumlah kuadrat
Db
Kuadrat tengah
F
Sig.
Voltase Waktu Voltase * Waktu Error Total
1822588,185 2943344,667 569625,037 1409438,889 404552924,978
2 2 4 9 18
911294,093 1471672,333 142406,259 156604,321
5,819 9,397 0,909
0,024 0,006 0,498
31
6b Uji homogen COD Voltase
Waktu
6
30
Bartlett's Test Test Statistic P-Value
60
13,85 0,086
90 9
30 60 90
12
30 60 90 0 50000 100000 150000 200000 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
6c Uji lanjut Voltase 6V 9V 12V Waktu 30 menit 60 menit 90 menit
N 6 6 6
Rata-rata nilai COD 5056,66 4762,22 4284,44 N 6 6 6
Notasi B AB A
Rata-rata nilai COD 5267,77 4484,44 4351,11
Notasi A B B
Lampiran 7a Analisis ragam penyisihan protein Source
Jumlah kuadrat
Db
Kuadrat tengah
F
Sig.
waktu
0,470
2
0,235
177,067
0,000
voltase
0,200
2
0,100
75,273
0,000
waktu * voltase
0,047
4
0,012
8,818
0,004
Error
0,012
9
0,001
Total
2,150
18
32
7b Uji homogen Protein Voltase
Waktu
6
30
Bartlett's Test Test Statistic P-Value
60
4,65 0,702
90 9
30 60 90
12
30 60 90 0 5 10 15 20 25 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
7c Uji lanjut Voltase 6V 9V 12V Waktu 30 menit 60 menit 90 menit
N 6 6 6
Rata-rata nilai COD 0,4090 0,2830 0,1509 N 6 6 6
Rata-rata nilai COD 0,1845 0,5087 0,1497
Notasi C B A Notasi A B A
33
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Januari 1993 dari ayah Muhammad Nawi dan ibu Ana Kursinah dengan adik Dea Najla dan Muhammad Zahran. Pendidikan yang telah ditempuh penulis dimulai dari TK Ass Sa’adah pada tahun 1998 dan melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Ciawi 1999-2005, SMP Negeri 2 Ciawi 2005-2008, MA Negeri 2 Bogor 2008-2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) jalur Undangan tahun 2011. Penulis aktif pada kegiatan di Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB) IPB periode 2011-2012, asisten mata kuliah Iktiologi pada tahun 2013, asisten mata kuliah Desain Alat Uji Praktis dan Metode Deteksi Mutu Bahan Baku Hasil Perairan pada tahun 2014, asisten mata kuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perairan II pada tahun 2015 serta asisten mata kuliah Biologi Laut pada tahun 2015. Kegiatan yang pernah diikuti penulis antara lain Kuliah Kerja Nyata (KKN) Nusantara 2014 di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Praktik Kerja Lapang (PKL) serta Kuliah Kerja Bersama Masyarakat (KKBM) 2014 di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Sertifikasi One Star Scuba Fisheries Diving Club (FDC) IPB 2015.