J. Sains MIPA, Agustus 2007, Vol. 13, No. 2, Hal.: 89 - 94 ISSN 1978-1873
PENGARUH VARIABEL DASAR ELEKTROKIMIA TERHADAP ELEKTROKOAGULASI LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU Wasinton Simanjuntak*, Irwan Ginting Suka dan Restuning Ramdhani Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 *Alamat surat menyurat: e-mail:
[email protected] Diterima April 2007, perbaikan Agustus 2007, disetujui untuk diterbitkan 19 Agustus 2007
ABSRACT This study was carried out to investigate the effects of three main electrochemical variables, namely potential, contact time, and pH, on electrocoagulation treatment of wastewater of tofu industry, using UV-Vis spectrometric analysis to monitor the performance of the method tested. The dilution experiments were conducted prior to electrocoagulation treatment and revealed that the absorbances at three wavelengths, namely 254, 272, and 285 nm, are well correlated with the concentration of the pollutant in the waste, thus enabling the decrease in the concentration of the pollutant during the treatment processes to be monitored using the decrease in the absorbance of the sample at three aforementioned wavelengths. Overall results indicated that the optimum values for the three variables investigated are 4 volt for potential, 60 minute reaction time, and pH equal to 6. It was also found that of the three variables investigated, the potential appeared to be the variable with the strongest effect on the results of the electrocoagulation processes tested. Keywords:
1. PENDAHULUAN Industri tahu merupakan salah satu industri yang membutuhkan air dalam jumlah besar untuk mendukung berbagai kegiatan yang terkait dengan proses pengolahan bahan baku. Berdasarkan jumlah produksinya industri ini masih tergolong ke dalam industri rumah tangga dengan teknologi pengolahan sederhana, serta tidak dilengkapi dengan unit pengolahan limbah. Salah satu sentra industri tahu di Bandar Lampung adalah daerah Gunung Sulah dengan jumlah limbah dari proses pengolahan yang dihasilkan setiap harinya mencapai 92.000 liter1) dan masih dibuang langsung ke lingkungan sekitar. Selain jumlahnya yang sangat besar, limbah cair industri tahu mempunyai karakter yang khas dan berbahaya bagi lingkungan, yakni kandungan bahan organik yang tinggi seperti karbohidrat, protein dan lemak, dengan kandungan yang paling utama adalah protein dan lemak2). Adanya polutan organik tersebut mengakibatkan limbah cepat membusuk dan menghasilkan bau yang sangat mengganggu serta kemungkinan pembentukan senyawa beracun terhadap mahluk perairan. Di samping itu, polutan juga akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut dan derajat keasaman limbah. Meskipun industri tahu merupakan industri yang umum di Indonesia, dalam kenyataannya belum ada sistim
2007 FMIPA Universitas Lampung
pengolahan limbah yang tepat untuk mendukung industri ini. Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam penelitian ini dipelajari metode elektrokoagulasi yang diharapkan akan dapat dikembangkan menjadi metode yang sesuai untuk pengolahan limbah cair industri tahu, ditinjau dari skala industri ini dan jenis polutan yang terdapat dalam limbah. Pemilihan metode elektrokoagulasi didasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain prosesnya berlangsung cepat, peralatan yang digunakan sederhana dan dapat dibuat dalam unit kecil sehingga sesuai untuk industri rumah tangga. Di samping itu, metode pengolahan ini tidak menghasilkan limbah skunder yang biasanya dihasilkan dalam metode koagulasi konvensional 3). Metode elektrokoagulasi pada prinsipnya adalah metode yang didasarkan pada proses elektrokimia, oleh karenanya proses yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel elektrokimia. Dari informasi literatur dapat diketahui bahwa proses elektrokoagulasi sangat dipengaruhi oleh potensial, jenis elektroda4) derajat keasaman (pH), waktu kontak5) jarak antar elektroda6), 1998), suhu, kuat arus7), serta jenis dan konsentrasi polutan dalam air. Dari berbagai variabel tersebut, elektroda, potensial, dan pH merupakan variabel dasar elektrokimia, sedangkan variabel lainnya merupakan variabel pendukung yang bertujuan untuk optimasi metode elektrokoagulasi dalam penggunaannya.
89
W. Simanjuntak dkk…Pengaruh Variabel Dasar Elektrokimia
Karena proses elektrokoagulasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti dipaparkan di atas, penelitiasn ini dibatasi untuk mempelajari pengaruh potensial, derajat keasaman (pH), dan waktu kontak. Percobaan elektrokoagulasi dilakukan dengan dua pasang elektroda terdiri dari Al dan Fe yang digunakan secara tandem. Susunan elektroda sedemikian digunakan karena dari penelitian lainnya8) diketahui bahwa elektroda yang paling baik untuk penanganan warna adalah Fe sedang untuk penanganan kekeruhan adalah Al, sehingga dengan penggunaan keduanya secara bersamaan diharapkan warna dan kekeruhan akan tertangani secara simultan.
pengenceran dan sampel yang telah diencerkan dengan faktor pengenceran 2, 4, 6, 8, dan 10 dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis dengan cara memindai sample pada panjang gelombang 250 – 700 nm. Absorbansi pada ketiga panjang gelombang di atas selanjutnya dialurkan terhadap faktor pengenceran untuk mendapatkan persamaan garis yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi polutan dengan absorbansi sampel. 2.5. Percobaan elektrokoagulasi dengan potensial yang berbeda
2. METODE PENELITIAN
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan potensial optimum. Untuk tujuan ini pH sampel terlebih dahulu diatur menjadi 7, selanjutnya dielektrokoagulasi pada potensial 2, 4, 6, 8, dan 10 volt, masing-masing percobaan dilakukan selama 20 menit. Sampel yang sudah diperlakukan selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis untuk mendapatkan potensial optimum berdasarkan penurunan absorbansi pada ketiga panjang gelombang di atas. Potensial optimum yang didapatkan selanjutnya digunakan dalam percobaan dengan waktu kontak yang berbeda.
2.1. Alat dan Bahan
2.6. Percobaan Elektrokoagulasi dengan Waktu Kontak yang Berbeda
Perubahan konsentrasi polutan dalam limbah selama percobaan akan dipantau dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, yakni dengan menentukan penurunan nilai absorbansi limbah pada panjang gelombang 254, 272, dan 285 nm, karena absorbansi pada ketiga panjang gelombang tersebut mempunyai korelasi yang baik dengan konsentrasi senyawa organik dalam limbah9,10).
Alat-alat yang digunakan antara lain adalah perangkat elektrokoagulator, power supply, pH meter, spektrofotometer UV-Vis dan peralatan gelas yang umum digunakan dalam laboratorium. Bahan-bahan yang digunakan adalah elektroda Fe, elektroda Al, larutan buffer pH 4 dan 7. Sampel limbah cair industri tahu diperoleh dari pengrajin di daerah Gunung Sulah Bandar Lampung. 2.2. Penyiapan Elektroda Elektroda yang akan digunakan adalah besi (Fe) dan alumunium (Al) dengan lebar 1,5 cm dan panjang 40 cm. Sebelum digunakan, permukaan elektroda terlebih dahulu diamplas dan dicuci dengan air suling lalu dikeringkan. 2.3. Preparasi Sampel Limbah Tahu Sampel limbah cair industri tahu diambil langsung dari daerah Gunung Sulah, sebelum limbah di buang para pengrajin. Pengambilan sampel dilakukan sehari sebelum perlakuan elektrokoagulasi, dan sebelum digunakan terlebih dahulu disaring untuk mengurangi kadar busa dan juga kotoran yang terdapat dalam limbah, yang dikhawatirkan akan mengganggu proses elektrokoagulasi. 2. 4. Penentuan Karakteristik UV-Vis Sampel Limbah Industri Tahu Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan konsentrasi polutan dalam limbah dengan absorbansi limbah pada panjang gelombang () 254, 272, dan 285 nm. Untuk tujuan tersebut, absorbansi sampel tanpa
90
Untuk menentukan waktu kontak optimum, percobaan pada potensial tetap, yakni potensial optimum yang didapatkan dari percobaan sebelumnya dan pH 7 dilakukan selama waktu yang berbeda, yakni 20, 40, 60 dan 80 menit. Absorbansi pada ketiga panjang gelombang untuk setiap percobaan selanjutnya dibandingkan untuk menentukan waktu kontak optimum. Waktu kontak optimum bersama dengan potensial optimum selanjutnya digunakan untuk menentukan pH optimum. 2.7 Percobaan Elektrokoagulasi pada pH yang Berbeda Untuk menentukan menentukan pH optimum, percobaan dilakukan pada tiga pH yang berbeda, yakni 4, 6, dan 7, masing-masing percobaan dilakukan dengan menggunakan potensial optimum dan waktu kontak optimum yang sudah didapatkan dari percobaan sebelumnya. Absorbansi pada ketiga panjang gelombang untuk setiap percobaan selanjutnya dibandingkan untuk menentukan pH optimum.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik UV-Vis Sampel Dalam penelitian ini, perubahan konsentrasi polutan akibat perlakuan dinyatakan berdasarkan perubahan absorbansi limbah cair pada beberapa panjang gelombang yang berdasarkan penelitian sebelumnya11,12,13) diketahui mempunyai korelasi yang cukup baik dengan konsentrasi polutan organik dalam air. Hal ini dilakukan karena spectrum UV-Vis limbah
2007 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains MIPA, Agustus 2007, Vol. 13, No. 2
tidak menunjukkan adanya maksima atau minima, namun spektrum tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa samplel menunjukkan absorbansi yang jauh lebih tinggi pada daerah ultraungu (UV) dibanding dengan absorbansi pada daerah tampak (Visibel). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa polutan yang terdapat dalam sampel didominasi oleh molekul yang berisfat UV-active.
seperti yang merupakan primsip dasar metode spektrometri UV-Vis.
Untuk mendapatkana hubungan antara konsentrasi dan absorbansi pada berbagai panjang gelombang, analisis dengan UV-Vis dilakukan dengan mengencerkan sample sebelum perlakuan dengan faktor pengenceran
Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa faktor pengenceran mempunyai korelasi yang cukup kuat dengan absorbansi pada ketiga panjang gelombang yang termasuk dalam daerah UV (254, 272 dan 285 nm). Dengan demikian, absorbansi pada ketiga panjang gelombang di atas dapat dianggap mempunyai hubungan linier dengan konsentrasi polutan yang bersifat UV-active dalam limbah untuk, sehingga penurunan absorbansi pada ketiga panjang gelombang di atas dapat digunakan sebagai parameter ukur untuk
Dari data yang diperoleh, hubungan absorbansi dengan faktor pengenceran dinyatakan dengan persamaan garis. Untuk komponen yang bersifat UV-active, persamaan garis pada panjang gelombang 254, 272 dan 285 nm disajikan dalam Gambar 1.
2, 4, 6, 8, dan 10, menghasilkan data seperti disajikan dalam Tabel 1. Data dalam Tabel 1 menunjukkan dengan jelas bahwa pengenceran sample diikuti dengan penuurunan absorbansi sample, yang menunjukkan adanya korelasi antara konsentrasi dengan absorbasni
Tabel 1. Pengaruh pengenceran terhadap absorbansi sample pada tiga panjang gelombang. Absorbansi pada faktor pengenceran (nm)
0
2
4
6
8
10
254
3,08
2,72
1,97
1,63
1,22
0,25
272
2,70
2,39
1,70
1,41
1,05
0,22
285
2,14
1,89
1,36
1,13
0,83
0,18
3,5 y = -0,2382x + 2,769
Absorbansi (Abs)
3
2
R = 0,9769
2,5
y = -0,271x + 3,1655 R2 = 0,9759
2 1,5 1 y = -0,1888x + 2,1967 2 R = 0,9779
0,5 0 0
2
4
6
8
10
Faktor Pengenceran
254 nm
272 nm
285 nm
Gambar 1. Grafik hubungan faktor pengenceran dengan absorbansi sampel pada tiga panjang gelombang dalam daerah UV
2007 FMIPA Universitas Lampung
91
W. Simanjuntak dkk…Pengaruh Variabel Dasar Elektrokimia
memantau penurunan konsentrasi polutan yang bersifat UV-active selama proses elektrokoagulasi. Berdasarkan nilai R2 persamaan garis untuk ketiga panjang gelombang di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara konsentrasi polutan dengan absorbansi pada ketiga panjang gelombang memiliki keeratan yang hampir sama, namun karena nilai R2 persamaan garis untuk panjang gelombang 285 nm sedikit lebih tinggi, absorbansi pada panjang gelombang ini dipilih untuk digunakan.
optimum dipengaruhi oleh jenis limbah cair yang diolah dan juga jenis elektroda yang digunakan. Nilai yang lebih besar dari nilai terbaik yang didapatkan dalam penelitian ini juga dilaporkan oleh Tsai 4) untuk pengolahan limbah cair dari tempat pembuangan sampah rumah tangga dimana potensial optimumnya adalah 15 volt.
3.2. Hasil Percobaan Dengan Potensial Yang Berbeda
Waktu kontak juga merupakan salah satu parameter yang cukup penting dalam proses elektrokoagulasi. Untuk mempelajari pengaruh waktu kontak terhadap proses elektrokogulasi, serangkaian percobaan dilakukan dengan waktu kontak yang berbeda, yakni 20, 40, 60 dan 80 menit. Seluruh percobaan dilakukan dengan menggunakan potensial tetap sebesar 4 volt, yang merupakan potensial optimum berdasarkan percobaan sebelumnya, dan pada pH tetap sebesar 7.
Untuk mempelajari pengaruh potensial, percobaan dilakukan pada potensial yang bervariasi yaitu 2, 4, 6, 8 dan 10 volt, dengan waktu kontak tetap, yakni 20 menit, dan pH tetap, yakni 7 untuk setiap percobaan. Hasil yang diperoleh disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk tiga panjang gelombang yang digunakan sebagai acuan penurunan konsentrasi polutan, absorbansi sampel paling kecil diperoleh pada percobaan dengan potensial 4 volt, dan mengalami kenaikan kembali pada potensial 6 volt, lalu menurunan kembali pada potensial 8 hingga potensial 10 volt. Dari data tersebut, disimpulkan bahwa potensial optimum adalah 4 volt. Potensial optimum yang diperoleh dalam penelitian ini lebih kecil dari potensial optimum untuk pengolahan limbah cair industri tekstil yang mengandung zat warna acid orange II, dengan menggunakan elektroda Fe, yang dilaporkan sebelumnya14), yakni sebesar 20 volt. Perbedaan nilai ini menunjukkan bahwa potensial
3.3. Hasil Percobaan Dengan Waktu Kontak Yang Berbeda
Hasil percobaan disajikan dalam Tabel 3 di bawah, yang menunjukkan terjadinya penurunan abosrbansi pada ketiga panjang gelombang secara konsisten dengan pola yang sama hingga percobaan dengan waktu kontak 60 menit, lalu diikuti kenaikan absorbansi kembali pada percobaan dengan waktu kontak 80 menit. Peningkatan kembali absorbansi pada waktu kontak 80 menit mengindikasikan terjadinya destabilisasi flok sehingga polutan yang sebelumnya telah terkoagulasi terlarut kembali ke dalam limbah. Dari kecenderungan data tersebut, disimpulkan bahwa waktui kontak optimum adalah 60 menit.
Tabel 2. Pengaruh potensial terhadap absorbansi sampel pada tiga panjang gelombang Absorbansi pada potensial (volt) Absorbansi sampel awal
2
4
6
8
10
254
3,10
3,15
2,92
2,97
2,96
2,91
272
2,70
2,68
2,62
2,65
2,68
2,65
285
2,14
2,16
2,06
2,13
2,13
2,08
(nm)
Tabel 3. Pengaruh waktu kontak terhadap absorbansi sampel pada tiga panjang gelombang Absorbansi pada waktu (menit) Absorbansi sampel awal
20
40
254
2,16
1,73
272
1,81
285
1,35
(nm)
92
60
80
1,54
1,47
1,68
1,55
1,38
1,31
1,50
1,15
0,98
0,93
1,05
2007 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains MIPA, Agustus 2007, Vol. 13, No. 2
Waktu kontak optimum yang telah didapatkan dalam penelitian ini sama dengan waktu optimum pada proses pengolahan air rawa15) dan juga pengolahan limbah cair industri tekstil16) dengan menggunakan metode elektrokoagulasi. Selain itu waktu kontak optimum selama 60 menit yang telah didapatkan dalam penelitian ini sesuai dengan waktu untuk penanganan air limbah yang tercemar dengan lemak, minyak, dan jelaga dimana waktu kontak optimum yang dilaporkan berkisar antara 1-3 jam tergantung elektroda yang digunakan17).
didapatkan, yang menunjukkan pH optimum sebesar 6, sesuai hasil yang dilaporkan oleh Lin15) yang melakukan pengolahan air rawa dengan metode elektrokoagulasi, dimana pH optimum yang didapatkan adalah 6, dengan menggunakan berbagai jenis elektroda. Penelitian lain untuk pengolahan limbah cair industri tahu dengan metode koagulasi konvensional menggunakan alum 18), juga menunjukkan bahwa pH optimum untuk proses koagulasi berlangsung pada pH 6. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini juga sesuai dengan hasil yang dilaporkan dalam pengolahan berbagai sampel air yang mengandung polutan organik dengan metode koagulasi19), dimana proses berlangsung paling optimum pada pH berkisar antara 5-7.
3.4. Hasil Percobaan Dengan pH Yang Berbeda. Untuk mempelajari pengaruh pH, percobaan dilakukan pada pH 5, 6, dan 7, masing-masing percobaan dilakukan menggunakan potensial optimum (4 volt) dengan waktu kontak optimum (60 menit) yang diperoleh dari percobaan sebelumnya, dengan hasil seperti dalam Tabel 4.
3.5 Rangkuman Hasil Percobaan Dari serangkaian percobaan yang telah dilakukan terlihat bahwa ketiga variabel elektrokimia yang diteliti mempunyai nilai optimum dan memberikan hasil yang berbeda. Perbedaan ini menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap proses elektrokoagulasi. Untuk menggambarkan tingkat signifikansi ketiga variabel dalam menentukan efektifitas proses elektrokoagulasi, persen penurunan absorbansi yang dicapai dengan penerapan nilai optimum dirangkum dalam Tabel 5. Dari data dalam Tablel 5 terlihat dengan jelas bahwa dari ketiga variabel yang diteliti, potensial merupakan variabel dengan signifikansi pengaruh yang tertinggi, diikuti oleh waktu kontak dan pH. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa potensial merupakan variabel paling berpengaruh terhadap proses elektrokoagulasi limbah cair indusri tahu yang diteliti.
Data dalam Tabel 4 di bawah menunjukkan bahwa percobaan dengan ketiga pH yang digunakan memberikan hasil yang berbeda, dengan kecenderungan penurunan absorbansi paling besar diperoleh dalam percobaan dengan pH sebesar 6, dan absorbansi mengalami kenaikan kembali pada percobaan pada pH = 7, yang berarti bahwa hasil terbaik diperoleh pada pH = 6, sehingga pH ini dianggap sebagai pH optimum. Kenaikan kembali nilai absorbansi pada percobaan dengan pH = 7 mengindikasikan bahwa dalam percobaan dengan pH tersebut, destabilisasi flok kemungkinan telah terjadi sehingga sebagian polutan terlarut kembali di dalam limbah sehingga konsentrasi polutan trerlarut dalam limbah naik kembali. Hasil yang
Tabel 4. Pengaruh pH terhadap absorbansi sampel pada tiga panjang gelombang Absorbansi pada pH (nm)
Absorbansi sampel awal
5
6
7
254
2,71
2,38
2,17
2,41
272
2,39
2,11
2,04
2,26
285
1,82
1,44
1,44
1,58
Tabel 5. Persen penurunan absorbansi sampel dengan penggunaan tiga variabel pada nilai optimum. % penurunan absorbansi pada Variabel 254 nm
272 nm
285 nm
Potensial optimum ( 4 volt)
58,1
29,7
37,4
Waktu kontak optimum (60 menit)
32,0
27.6
31,1
pH optimum (6)
20,0
14.6
20.9
2007 FMIPA Universitas Lampung
93
W. Simanjuntak dkk…Pengaruh Variabel Dasar Elektrokimia
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil berbagai yang dilakukan dalam penelitian ini, beberapa kesimpulan dapat ditarik sebagai berikut: (1). Hasil percobaan pengenceran sampel menunjukkan bahwa absorbansi pada panjang gelombang 254, 272, dan 285 nm berkorelasi kuat (R2 mendekati 1) dengan konsentrasi polutan dalam limbah cair industri tahu yang diteliti. (2). Hasil percobaan menunjukkan bahwa potensial optimum adalah sebesar 4 volt, waktu kontak optimum adalah 60 menit, dan pH optimum adalah 6, dan (3). Perbandingan hasil yang diperoleh dengan penerapan ketiga variabel yang diteliti menunjukkan bahwa potrensial merupakan variabel dengan signifikansi tertinggi, diikuti oleh waktu kontak dan pH.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Ramdhani, R. 2004. Survei Pengolahan Air Limbah Industri Tahu di Daerah Bandar Lampung. Laporan Kerja Praktek. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
2.
Nurhasan. 1987. Pengolahan Air Buangan Industri Tahu. Yayasan Binakarta Lestari dan Walhi. Semarang.
3.
Holt, P.K., Barton, G.W., Wark, M. and.Mitchell, C.A. 2002. A quantitative comparison between chemical dosing and electrocoagulation. Colloid and Surfaces, 211, 233-248.
4.
Tsai, C.T., Lin, S.T., Shue, Y.C. and Su, P.L. 1997. Electrolysis of solube organic matter in leachate from landfills. Water research, 31, 3073-3081
5.
Chen, X., Chen, G. and Yue, P.L. 2000. Separation of pollutans from restaurant wastewater by electrocoagulation. Separation and Purification Technology, 19, 65-67.
6.
Mameri, N.Y.,.Lounici, A.R., Grib, H.and Bariou, B. 1998. Defluorination of septentrional Sahara water of North Africa by electrocoagulation process using bipolar alumunium electrode. Water Research. 32, 1604-1612.
7.
Bejankiwar, R.S. 2002. Electrochemical treatment of cigarette industry wastewater: feasibility study. Water research, 36, 4386-4390.
8.
Simanjuntak, W. dan Pandiangan, K. 2004. Pengaruh Variabel Elektrokimia Terhadap Proses Elektrokoagulasi Senyawa Organik Dalam Air. Laporan Penelitian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
9.
94
spesific ultraviolet absorbance. Water Science and Technology, 43, 9-16 10. Thomsen, M., Lassen, P., Dobel, S., Hansen, P.E., Carlsen, L. and Mogensen, B.B. 2002. Characterisation of humic material of different origin; A multivariate approach for quantifying the latent properties of dissolved organic matter. Chemosphere, 49, 1327-1337. 11. Korshin, G. V., Li, C.-W. and Benjamin, M. M. 1997. Monitoring the Properties of Natural Organic Matter Through UV Spectroscopy: A Consistent Theory, Water Research, 31, 1787-1795. 12. Korshin, G. V., Croué, J. P., Li C.-W. and Benjamin, M. M. 1999. Comprehensive Study of UV Absorption and Fluoresence Spectra of Swannee River NOM Fraction, in: Understanding Humic Substances. Advanced Methods, Properties and Applications, Ghabbour, E. A., Davies, G. (eds.), The Royal Society of Chemistry Special Publication, 247, 147-156. 13. Kalbitz, K., Geyer, S. and Geyer, W. 2000. A Comparative Characterization of Dissolved Organic Matter by Means of Original Aqueous Samples and Isolated Humic Substances, Chemosphere, 40, 1305-1312. 14. Jiang, J.Q., Nigel, G., Cecile, H., Geoof, K. and Nigel. B. 2002. Laboratory study of electrocoagulation-flotation for water treatment. Water Research, 36, 4064-4078. 15. Lin, S.H.,.Shyu, C.T. and Sun, M.C. 1998. Saline wastewater treatment by electrochemical method. Water Research, 32, 1059-1066. 16. Naumczyk, J., Szpyrkowicz, L. and Grandi, F.Z. 1996. Electrochemical treatment of textile wastewater. Water Science and Technology, 34, 17-24. 17. Robinson, V. 1999. Electroflocculation in the treatment of polluted water. Australian Water and Wastewater Association. Joint NSW and Victoria State Conference, Wondonga 22 – 24 November 1999. 18. Camellia, Y. 2003. Akselerasi Proses Koagulasi Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Alumunium Sulfat Dengan Bantuan Elektrokimia. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 19. Gregor, G.H., Von, B.R. and Hemmerling, L. 1997. Treatment of household wastewater with alum. Water Science Technology, 32, 127-134.
Kittis, M., Karafil, T., Kilduff, J.E.and Wigton, A. 2002. The reactivity of natural organic matter by disinfection by products formation and its relation to
2007 FMIPA Universitas Lampung