D. Affandi : Pengkajian Kapasitas Daya Dukung Tanah …..
JAI Vol 5. No. 2 2009
PENGKAJIAN KAPASITAS DAYA DUKUNG TANAH GAMBUT DIDAERAH PENGEMBANGAN IRIGASI DI KALIMANTAN TENGAH Diah Affandi Puslitbang Sumberdaya Air, Departeman Pekerjaan Umum Jl.Ir. H.Juanda No. 193 Bandung
Abstract Piles and pile foundations have been in use since prehistoric time. The commonest function of piles is to transfer a load that cannot be adequately supported at shallow depths to a depth where adequate support becomes available. When a pile passes through poor material and its tip penetrates a small distance into a stratum of good bearing capacity it is called a bearing pile. When piles are installed in a deep stratum of limited supporting ability and these piles developed their carrying capacity by friction on the sides of the pile, they are called friction piles. Many times the load carrying of piles results from a combination of point resistance and skin friction. The load taken by a single pile can be determined by static load test. The allowable load is obtained by applying a factor of safety to the failure load. Although it is expensive, a static load test is the only reliable means of determining allowable load on a friction pile. In this case,“Cerucuk” are widely used in foundation engineering to increase bearing capacity of the foundation andreduce the settlement. Keywords : Pile foundation, bearing capacity, skin friction. 1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Salah satu alasan dikembangkan daerah Irigasi di Kalimantan Tengah adalah untuk mengimbangi kebutuhan pangan sesuai pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin tinggi. Salah satu area yang masih cukup luas di Indonesia tepatnya di Kalimantan Tengah, yaitu area gambut yang luasnya mencakup kira-kira 27 Ha. Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dengan pembuatan tanggul pada jaringan irigasi di lahan gambut, diantaranya sifat kompresibilitas yang tinggi (penurunan yang terjadi cukup besar) serta daya dukung gambut yang rendah 7). Banyak cara untuk meningkatkan kapasitas daya dukung tanah lunak, diantaranya dengan memakai tiang pancang / cerucuk. Tiang pancang adalah type pondasi yang banyak digunakan pada lapisan tanah lunak terutama untuk memikul beban yang cukup besar. Pada lapisan tanah lunak dengan dengan lapisan lapisan dasar yang cukup dalam, biasanya beban yang bekerja terpaksa dipikul oleh gaya hambatan gesek antar permukaan selimut tiang dengan lapisan tanah dan dengan sistem group tiang yang banyak untuk memikul beban secara bersamaan. Untuk mendukung program pemerintah dalam pengembangan jaringan irigasi di daerah Kalimantan tersebut, maka
dalam tulisan ini akan dibahas kapasitas daya dukung tanah berdasarkan nilai sondir, pada jaringan irigasi baik pada saluran sekunder maupun saluran sekunder. Diharapkan hasil pengkajian ini dapat bermanfaat untuk mendukung dan mengurangi kendala dalam bidang geoteknik khususnya untuk pengembangan daerah rawa di Kalimantan Tengah. 1.2.
Maksud dan Tujuan
Maksud pengkajian dari tulisan ini adalah mengetahui kapasitas daya dukung tanah di daerah pengembangan irigasi Kalimantan Tengah, berdasarkan data dari pengujian lapangan (CPT). Tujuan dari pengkajian ini memberi masukan kepada instansi terkait dalam menghadapi kendala dalam bidang geoteknik khususnya di daerah rawa. 1.3.
Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan meliputi : 1) Pengumpulan data dan informasi dari referensi. 2) Pengujian Sondir 3) Analisa daya dukung tanah sebelum diberi perkuatan 4) Analisa daya dukung tanah sesudah diberi perkuatan 1.4.
104
Lokasi Kegiatan (Pengambilan Contoh Tanah)
D. Affandi : Pengkajian Kapasitas Daya Dukung Tanah …..
Daerah pengkajian terletak di daerah pengembangan irigasi khususnya pada tanggul di saluran primer dan sekunder di Kalimantan Tengah yang dibatasi oleh Terusan Tengah pada bagian barat, Terusan Mulyo disebelah selatan dan Sungai Kapuas di sebelah Timur lebih tepatnya di desa Terusan
JAI Vol 5. No. 2 2009
Karya, Kecamatan Selat Kabupaten Kuala Kapuas propinsi Kalimantan Tengah. Lokasi ini dapat dicapai dari Banjarmasin ke arah barat menyusuri Anjir Serapat sejauh kira–kira 50 km sampai di Kualakapuas adalah ujung selatan daerah penelitian, dapat dicapai menggunakan speed boat ataupun jalan darat menggunakan kendaraan roda empat.
Gambar 1. Peta Lokasi Pengujian Sondir 2.
PEMBAHASAN
Metode yang digunakan dalam pengkajian kapasitas daya dukung ini dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer yang dipakai adalah data hasil uji lapangan berupa hasil pengujian sondir.Sedangkan data sekunder berupa kajian pustaka untuk selanjutnya dipergunakan sebagai bahan evaluasi dalam pengkajian. 2.1.
Klasifikasi Gambut
Gambut adalah akumulasi bahan organik yang terjadi akibat dikomposisi yang tidak sempurna dari bagian tanaman dalam kondisi kelembaban tinggi dan anaerob atau dengan kata lain akumulasi lebh cepat dibanding dekomposisi. Tingkat keasaman tinggi, pH berkisar antara 2.0 – 4.5 dan kandungan abu rendah sekali 0.5 – 2.5 %. Dijumpai dalam hamparan yang mendatar di kawasan pantai dipengaruhi pasang surut, rawa maupun dalam bentuk kubang di kawasan cekungan antara dua sungai 10).
Gambut atau peat adalah tanah yang mempunyai kandungan organik sangat tinggi dan tanah tersebut pada umumnya terjadi dari fragmen material organik yang berasal dari tumbuh – tumbuhan. ASTM ( 1989 ) memberikan batasan bahwa gambut berbeda dengan tanah organik yang lain karena kandungan abu rendah yaitu kurang 25% dan berbeda dengan material phytogenic karena kandungan kalori rendah 5). Ada tiga macam cara klasifikasi gambut, yaitu: - berdasarkan derajat dekomposisi - berdasarkan jenis tumbuh – tumbuhan bahan organiknya - berdasarkan prosentase bahan organik Von Post (1922) mengelompokkan gambut dalam 10 kategori sebagai berikut : Klasifikasi gambut yang berdasarkan jenis tumbuhan pembentuk serat adalah ASTM (1969) selain dibedakan atas tanaman pembentuk serat juga kandungan seratnya dapat dilihat pada Tabel 1. 9) Klasifikasi yang dikembangkan orang teknik didasarkan kandungan organik di dalam tanah tanpa memperhatikan jenis tanaman pembentuknya
105
D. Affandi : Pengkajian Kapasitas Daya Dukung Tanah …..
dikenal dengan sitem Radforth. Pada sistem tersebut tedapat variasi kandungan organik ASTM (1985), Organic Sedimen Research Center (OSRC) dari University of South Carolina , 1983 dan Lousiana Geological Survey (LGS), 1982, tanah organik disebut tanah gambut apabila kandungan organiknya 75% atau lebih. Berbeda dengan USSR, 1982, tanah organik disebut tanah gambut apabila kandungan organiknya 50% atau lebih 5). Menurut Mac Farlane dan Radforth (1985) gambut masih dibagi menjadi dua kelompok lagi yaitu Fibrous peat (gambut berserat) dan Amorphous granular peat (gambut amorphous granular) Pengelompokannya didasarkan pada kandungan seratnya, bila kandungan seratnya > 20% dikelompokkan pada fibrous peat, bila kandungan seratnya < 20% dikelompokkan pada amorphous granular peat dapat dilihat pada Tabel 2 10). 2.2.
Sifat Fisik Gambut
Secara umum gambut mempunyai sifat fisik sebagai berikut : 1) Kadar air, mempunai kemampuan penyerapan air cukup tinggi, tergantung derajat dekomposisinya dapat mencapai 600%. Tetapi akan turun drastis bila bercampur dengan bahan organiknya. 2) Susut, bila kering akan menjadi keras. Penyusutan dapat mencapai 50% (Colley, 1950). Apabila sudah menyusut maksimum, hanya dapat menyerap air kembali 35% - 55% volume awal air yang dapat diserap (Fustel and Byer, 1930). 3) Rembesan, kemampuannya tergantung kepada kandungan bahan mineral, derajat dekomposisi, derajat konsolidasi. Harga kelulusan airnya berkisar antara 10-3 – 10-6 cm/detik. 4) Kadar gas, walaupun terendam air, gambut mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas methan, sedikit nitrogen dan gas karbondioksida. 5) Berat volume, berkisar antara 0.9 t/m3 – 1.25 t/m3. 6) Berat jenis, lebih besar dari 1.0 rata – rata 1.5 – 1.6 bila >2.0 berarti bercampur bahan inorganik. 7) Keasaman, mempunyai sifat „acidic reaction“, karena karbon diksida dan humid acid hasil proses pembusukan. Air gambut mempunyai pH antara 4 – 7 (Lea, 1956). Keasamannya tergantung musim. Bersifat korosif terhadap beton dan baja. 10)
2.3.
JAI Vol 5. No. 2 2009
Gambut sebagai material juga memiliki sifat–sifat teknik yang penting diantaranya adalah kuat geser. Gambut mempunyai daya dukung rendah. Menurut Adam, 1965 merupakan frictional material, non cohesive, sehingga kekuatan geser dapat dihitung dengan f = tan u atau f’ = ’ tan ’. Harga u dan ’ jauh lebih tinggi dari tanah inorganik, kira – kira 50 yang jenis amorphous dan 53 - 57 untuk yang berserat (Edil dan Dhowian, 1981). Hasil pengujian kuat geser contoh tanah gambut dari Katunjung diperoleh harga sebesar 22 dan 34 10). 2.4.
Cerucuk
Cerucuk banyak dipakai untuk meningkatkan daya dukung pondasi dan mengurangi penurunan yang akan terjadi. Salah satu alternatif pemakaian cerucuk ialah karena memiliki beberapa keunggulan antara lain biaya yang relatif murah, bahan mudah didapat, pelaksanaannya sederhana, mudah dikontrol serta waktu pelaksanaannya yang singkat 4). 2.5.
Daya Dukung Tiang Cerucuk
Daya dukung ijin pondasi tiang cerucuk berdasarkan data sondir (qc dan JHP) Sondir yang digunakan Merek Geonor, kapasitas 16 kg/cm2. Menggunakan konus tipe tunggal yang hanya dapat mengukur perlawanan konus, dipasang diujung stang, dipasang manometer diatas stang, kemudian ditekan kebawah, dan dibaca setiap 20 cm, diukur perlawanan konusnya hingga kedalaman 10 m atau hingga perlawanan konus 200 kg/ cm2. 5) Berdasrkan data sondir yang didapat dapat dihitung daya dukung tanah menurut persamaan (2.1) berikut ini. 10)
Q a Qa1 Qa 2 JHP.U Qa 2 ; Fk 2 q . Ab Qa1 c Fk1
……....................……. (2.1)
dimana : Qa = Daya dukung ijin satu buah pondasi tiang (kg) Qa1 = Daya dukung uji n friksi tiang. Qa2 = Daya dukung ijin ujung tiang. JHP = Jumlah hambatan pelekat (Total Friction) adalah penjumlahan sleeve friction konus sondir mulai ujung tiang bagian atas hingga kedalaman tertentu (kg/cm') U = Keliling penampang tiang (cm). Ab = luas dasar tiang (cm2).
Sifat Teknik Gambut
106
D. Affandi : Pengkajian Kapasitas Daya Dukung Tanah …..
qc Fk
= tahanan ujung konus pada level dasar tiang (kg/cm2). = Faktor keamanan. Qa M.T.
JAI Vol 5. No. 2 2009
konus sondir mulai ujung tiang bagian atas hingga kedalaman tertentu (kg/cm') qc = tahanan ujung konus pada level dasar tiang (kg/cm2). Fk = Faktor keamanan U = Keliling penampang tiang (cm). Ab = luas dasar tiang (cm2). Bila dalam 1.2 m x 1.2 m = 1.44 m2 terdapat 9 batang tiang cerucuk tertancap (jarak pusat ke pusat 40 cm) maka daya dukung tanah permukaan = (9 x daya dukung tiang tunggal) kg / 1.44 m2 . Daya dukung 1 buah cerucuk berdiameter 10 cm dipancang hingga kedalaman L m. Skema penempatan cerucuk dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Sketsa Daya Dukung Pondasi Tiang Untuk perhitungan daya dukung ijin pondasi tiang cerucuk berdasarkan data sondir (qc dan JHP) dapat dihitung menurut Persamaan (2.2) berikut ini.
Q a Qa1 Qa 2 …….................…....... (2.2) q . Ab JHP.U Qa 2 Qa1 c ; Fk 2 Fk1 dimana : = Daya dukung ijin satu buah pondasi Qa tiang (kg) Qa1 = Daya dukung ijijn friksi tiang. Qa2 = Daya dukung ijin ujung tiang. JHP = Jumlah hambatan pelekat (Total Friction) adalah penjumlahan sleeve friction
Gambar 3. Konfigurasi tiang cerucuk kayu. Bahan cerucuk yang dianalis dalam pengkajian ini adalah bahan dari kayu galam dengan diameter 10 cm yang banyak terdapat didaerah Kalimantan.
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Gambut Menurut ASTM 1969 (D 2607 ) No
Nama
Keterangan
1
Sphagnum Moss Peat ( Peat Moss )
Apabila dikeringkan pada 105C, kandungan serat dari sphagnum moss minimum 66 2/3%
Hypnum Moss Peat
Apabila dikeringkan pada 105C,kandungan seratnya minimum 33 1/3% dimana lebih dari 50% dari serat – serat tersebut berasal dari bermacam – macam jenis hypnum moss
3
Reed Sedge Peat
Apabila dikeringkan pada 105C kandungan seratnya minimum 33 1/3% dimana lebih dari 50% dari serat – serat tersebut berasal dari reed sedge dan dari non moss yang lain
4
Peat Humus
5
Peat-peat yang lain
2
Apabila dikeringkan pada 105C kandungan seratnya kurang dari 33 1/3% Gambut yang dikelompokkan disini adalah semua tanah gambut yang tidak masuk dalam 4 kelompok diatas
107
D. Affandi : Pengkajian Kapasitas Daya Dukung Tanah …..
JAI Vol 5. No. 2 2009
Tabel 2. Klasifikasi Gambut Berdasarkan Skala Von Post 10)
Skala Von Post
Keterangan
H1
Sama sekali belum terubah dan tanpa lumpur gambut, bila diperas menggunakan tangan, air yang keluar jernih
H2
Praktis tidak terubah dan tanpa lumpur gambut, bila diperas dengan tangan, air yang keluar sedikit berwarna
H3
Sedikit terubah atau berlumpur gambut sangat sedikit, bila diperas dengan tangan, air yang keluar berlumpur gambut sangat sedikit, tetapi tidak ada gambut yang keluar diantara jari, sisa perasan
H4
2.6.
Terubah ringan atau dengan lumpur gambut, bila diperas dengan tangan ditandai dengan air berlumpur gambut, sisa perasan tebal
H5
Terubah sedang agak berlumpur gambut, struktur pertumbuhannya masih tampak jelas tetapi sedikit kabur. Sebagian bahan gambut melewati antara jari bila diperas dengan tangan dan airnya berlumpur, sisa perasan masih tebal
H6
Terubah sedang atau agak berlumpur gambut dengan struktur pertumbuhan tidak tampak lagi. Bila diperas sekitar 1/3 bahan gambut keluar lewat antara jari, sisanya agak tebal, struktur pertumbuhannya masih jelas
H7
Terubah agak kuat atau berlumpur gambut, struktur pertumbuhannya masih dapat dilihat. Bila diperas dengan tangan hampir setengah bahan gambut keluar melalui antara jari. Bila airnya dibuang semua, akan menjadi seperti bubur
H8
Terubah kuat atau sangat berlumpur gambut dengan struktur pertumbuhan sangat tidak jelas. Bila diperas sektar 2/3 bahan gambut melalui antara jari dan kemudian menjadi seperti bubur
H9
Praktis terubah semua atau seperti lumpur gambut, struktur pertumbuha tidak tampak. Bila diperas hampir semua bahan gambut melalui antara jari seperti bubur yang homogen
H10
Terubah sempurna, seluruhnya menjadi sepert bubur, struktur pertumbuhan tidak tampak sama sekali. Bila diperas seluruh bahan gambut keluar dari antara jari
HASIL PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN
Pengujian sondir dilakukan pada tujuh titik yang menyebar dilokasi penelitian. Data sondir yang mewakili untuk saluran primer adalah titik sondir S2, S3 dan S4 sedangkan untuk saluran sekunder data yang mewakili terdiri dari S1 dan S5. Berdasarkan hasil penyelidikan geoteknik dilapangan didapat nilai tekanan konus (qc) rata-rata dari 7 titik sondir berkisar antara 2 kg/cm2 sampai 4.5 kg/cm2. Nilai hasil
sondir terkecil terletak di titik sondir S6 dan nilai sondir terbesar terdapat di titik sondir S5.Dari data yang didapat selanjutnya dilakukan analisa perhitungan dengan menggunakan metoda dan rumus yang sudah dibahas maka selanjutnya dibuat suatu analisis dari parameter yang ada terhadap rencana bangunan (tanggul) yang akan dibuat di saluran tersebut.Hasil perhitungan terhadap daya dukung tanah, tinggi tanggul yang bisa ditopang, daya dukung setelah dipasang cerucuk baik pada saluran primer maupun sekunder dapat dilihat hasil perhitungannya dari Tabel 3 sampai dengan tabel 8 dibawah ini :
108
D. Affandi : Pengkajian Kapasitas Daya Dukung Tanah …..
JAI Vol 5. No. 2 2009
Hasil Perhitungan Daya dukung tanah permukaan di lokasi pengujian dan tinggi tanggul yang bisa ditopang Tabel 3. Daya dukung tanah permukaan dan tinggi yang bisa ditopang. No. Titik/ Lokasi
SF
qc (kg/cm2)
q all (kg/cm2)
q all (ton/m2)
Tinggi tanggul yang bisa ditopang (m)
1
40
3
0.08
0.75
0.42
2
40
4
0.10
1.00
0.56
3
40
3.5
0.09
0.88
0.49
4
40
4
0.10
1.00
0.56
5
40
4.5
0.11
1.13
0.63
6
40
2.5
0.06
0.63
0.35
7
40
2
0.05
0.50
0.28
Min
0.50
0.28
Max
1.13
0.63
Avg
0.84
0.47
Perhitungan Daya Dukung Tanah Setelah dipasang Cerucuk di Tiap Lokasi Saluran Sekunder
Tabel 4. Lokasi S-1 : Daya dukung tiang cerucuk kayu dolken ditiap lokasi qc No.
Titik
Lokasi
L
Ab
U
Qa1
Qa2
Qa
(m)
(cm2)
(cm')
(kg)
(kg)
(kg)
Qa untuk 9 tiang (kg)
JHP
(kg/cm2) (kg/cm') di ujung
b=
10
cm
Daya Dukung Tanah Permukaan (ton/m2)
1
S-1
Kuala Kapuas
4.00
32.00
1
78.5
31.4
105
201
306
2752
2
S-1
Kuala Kapuas
3.00
60.00
2
78.5
31.4
79
377
456
4100
3
S-1
Kuala Kapuas
2.00
80.00
3
78.5
31.4
52
503
555
4995
4
S-1
Kuala Kapuas
5.00
106.00
4
78.5
31.4
131
666
797
7172
5
S-1
Kuala Kapuas
4.00
140.00
5
78.5
31.4
105
880
984
8859
1.91 2.85 3.47 4.98 6.15
Daya Dukung Tanah Permukaan (ton/m2)
1.28 2.15 4.56 4.20 6.58
Tabel 5. Lokasi S-5 qc No.
Titik
Lokasi
L
Ab
U
Qa1
Qa2
Qa
(m)
(cm2)
(cm')
(kg)
(kg)
(kg)
Qa untuk 9 tiang (kg)
JHP
(kg/cm2) (kg/cm') di ujung
b=
10
cm
1
S-5
Kuala Kapuas
4.00
16.00
1
78.5
31.4
105
101
205
1847
2
S-5
Kuala Kapuas
5.00
34.00
2
78.5
31.4
131
214
345
3101
3
S-5
Kuala Kapuas
12.00
66.00
3
78.5
31.4
314
415
729
6560
4
S-5
Kuala Kapuas
5.00
86.00
4
78.5
31.4
131
540
671
6041
5
S-5
Kuala Kapuas
9.00
130.00
5
78.5
31.4
236
817
1052
9472
109
D. Affandi : Pengkajian Kapasitas Daya Dukung Tanah …..
JAI Vol 5. No. 2 2009
Perhitungan Daya Dukung Tanah Setelah di Pasang Cerucuk di Tiap Lokasi Saluran Primer Tabel 6. Lokasi S-2 qc
U
Qa1
(cm2)
(cm')
(kg)
(kg)
(kg)
Qa untuk 9 tiang (kg)
78.5
31.4
79
126
204
1838
2
78.5
31.4
157
264
421
3789
3
78.5
31.4
157
452
609
5485
128.00
4
78.5
31.4
105
804
909
8181
172.00
5
78.5
31.4
157
1081
1238
11140
1.28 2.63 3.81 5.68 7.74
Daya Dukung Tanah Permukaan (ton/m2)
JHP
No.
Titik
Lokasi
(kg/cm2) (kg/cm')
1
S-2
Kuala Kapuas
3.00
20.00
2
S-2
Kuala Kapuas
6.00
3
S-2
Kuala Kapuas
6.00
4
S-2
Kuala Kapuas
5
S-2
Kuala Kapuas
b= L
Ab
(m) 1
42.00 72.00
4.00 6.00
di ujung
10
cm Qa2
Qa
Daya Dukung Tanah Permukaan (ton/m2)
Tabel 7. Lokasi S-3 qc No.
Titik
Lokasi
L
Ab
U
Qa1
Qa2
Qa
(m)
(cm2)
(cm')
(kg)
(kg)
(kg)
Qa untuk 9 tiang (kg)
JHP
(kg/cm2) (kg/cm') di ujung
b=
10
cm
1
S-3
Kuala Kapuas
3.00
22.00
1
78.5
31.4
79
138
217
1951
2
S-3
Kuala Kapuas
4.00
42.00
2
78.5
31.4
105
264
369
3318
3
S-3
Kuala Kapuas
4.00
66.00
3
78.5
31.4
105
415
519
4675
4
S-3
Kuala Kapuas
8.00
92.00
4
78.5
31.4
209
578
787
7087
5
S-3
Kuala Kapuas
7.00
118.00
5
78.5
31.4
183
741
925
8322
1.35 2.30 3.25 4.92 5.78
Daya Dukung Tanah Permukaan (ton/m2)
1.44 2.39 3.17 3.96 4.75
Tabel 8. Lokasi S-4 qc No.
Titik
Lokasi
(kg/cm2) (kg/cm') di ujung
: 2.7.
L
Ab
U
Qa1
Qa2
Qa
(m)
(cm2)
(cm')
(kg)
(kg)
(kg)
Qa untuk 9 tiang (kg)
JHP
b=
10
cm
1
S-4
Kuala Kapuas
4.00
20.00
1
78.5
31.4
105
126
230
2073
2
S-4
Kuala Kapuas
5.00
40.00
2
78.5
31.4
131
251
382
3440
3
S-4
Kuala Kapuas
5.00
60.00
3
78.5
31.4
131
377
508
4571
4
S-4
Kuala Kapuas
5.00
80.00
4
78.5
31.4
131
503
634
5702
5
S-4
Kuala Kapuas
5.00
100.00
5
78.5
31.4
131
628
759
6833
HASIL PENGKAJIAN INTERPRETASI
DAN
2.7.1. Perhitungan daya dukung tanah di saluran sekunder Daya dukung tanah permukaan untuk rencana tanggul pada saluran sekunder berkisar antara 0.75 ton/m2 – 1.13 ton/m2 dan rata-ratanya adalah 0.93 ton/m2. Tegangan kontak yang terjadi di dasar rencana tanggul yang tingginya 1.5 m, bila memiliki berat isi 1.8 ton/m3 adalah 1.5 x 1.8 = 2.7 ton/m2 > 0.94 ton/m2, daya dukung tanah setempat terlampaui (tanah longsor/ambles).
Dengan kondisi seperti ini maka diperlukan stabilisasi tanah. Sehubungan di lokasi banyak terdapat kayu dolken maka diusulkan stablisasi tanah dengan menggunakan cerucuk dolken.Tinggi tanggul yang bisa ditopang oleh tanah dasar menurut tabel 3. diatas berkisar 0.42 m – 0.63 m. Berdasakan hasil perhitungan yang tertera pada Tabel 4, untuk memikul tinggi tanggul 1.5 m pada lokasi sondir 1 (S-1) maupun lokasi sondir 2 (S-5), diperlukan pemasangan cerucuk dengan kedalaman 2 m dimana daya dukung yang dihasilkan sebesar 2.85 ton/m2 >~ 2.7 ton/m2. 2.7.2. Perhitungan Daya dukung tanah di saluran primer sebelum dan sesudah di pasang cerucuk
110
D. Affandi : Pengkajian Kapasitas Daya Dukung Tanah …..
Tegangan kontak yang terjadi di dasar rencana tanggul yang tingginya 2.5 m, bila memiliki berat isi 1.8 ton/m3 adalah 2.5 x 1.8 = 4.5 ton/m2 > 0.94 ton/m2, daya dukung tanah setempat terlampaui (tanah longsor/ambles). Dengan kondisi seperti ini maka diperlukan stabilisasi tanah. Sehubungan di lokasi banyak terdapat kayu dolken maka diusulkan stablisasi tanah dengan menggunakan cerucuk dolken. Daya dukung tanah permukaan untuk rencana tanggul pada saluran primer berkisar 0.88 – 1.00 ton/m2 dan rata-ratanya adalah 0.94 ton/m2. Tinggi tanggul yang bisa ditopang oleh tanah dasar adalah menurut tabel diatas berkisar 0.49 – 0.56 m.Perhitungan Daya Dukung Tanah Setelah di Pasang Cerucuk di Tiap Lokasi Saluran Primer dapat dilihat pada tabel 4 sampai dengan tabel 6. Untuk dapat memikul tinggi tanggul 2.5 m di lokasi S-2 harus diberi perkuatan cerucuk dengan kedalaman 4 m dimana daya dukungnya 5.68 ton/m2 >~ 4.5 ton/m2. (memenuhi). Dengan cara perhitungan yang sama didapat kedalaman cerucuk yang diperlukan untuk lokasi S-3 memikul tinggi tanggul 2.5 m diperlukan kedalaman cerucuk 4 m dimana daya dukungnya 4.92 ton/m2 >~ 4.5 ton/m2. Untuk lokasi S-4 diperlukan kedalam cecukuk 5 m dimana daya dukungnya 4.75 ton/m2 >~ 4.5 ton/m2. 3.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengkajian dapat disimpulkan sebagai berikut : 3.1.
Kesimpulan
1) Dari perhitungan daya dukung tanah di titik-titik lokasi penelitian daya dukung tanah berkisar antara 0.5 – 1.13 ton/m2 dengan rata-rata daya dukung sebesar 0.84 ton/m2. 2) Tinggi tanggul yang bisa ditopang oleh tanah setempat tanpa perkuatan berkisar antara 0,28 – 0,63 m. Apabila rencana tanggul dipasang setinggi 1,50 m pada saluran sekunder maka diperlukan perkuatan dengan memasang cerucuk, dikarenakan tegangan kontak yang terjadi 2,7 ton/m2 lebih besar dari daya dukung setempat berkisar antara 0,75 – 1,13 ton/m2. 3) Jumlah cerucuk yang diperlukan pada tanggul di saluran primer sebanyak 9 buah dengan kedalaman berkisar antara 4 – 5 m.
JAI Vol 5. No. 2 2009
4) Jumlah cerucuk yang diperlukan di saluran sekunder sebanyak 9 buah dengan kedalaman berkisar antara 2 – 3 m. 5) Bila tanpa menggunakan cerucuk maka alternative lain adalah dengan konsolidasi menggunakan vertical drain. 6) Bila tanpa menggunakan cerucuk maka alternative lain adalah dengan konsolidasi menggunakan vertical drain. 3.2.
Saran
1) Apabila rencana tanggul dipasang pada saluran primer setinggi 2,50 m diperlukan perkuatan cerucuk juga di karenakan tegangan kontak yang terjadi 4.5 ton/m2 lebih besar lebih besar dari daya dukung setempat berkisar antara 0,88 – 1,00 ton/m2. 2) Alternatif lain selain cerucuk adalah dengan menggunakan vertikal drain. DAFTAR PUSTAKA 1. Soil Mechanics, Foundation, and Earth Structure , NAVFAC DM-7, March 1971 2. Al-Khafaji, A.W. & O.B. Andersland, O.B., 1992. Geotechnical Engineering and Soil Testing. New York: Sounders College Publishing 3. Freudenthal, A.Am, Garrets, J.J, and Shinozuka,M. The Analysis of Structural Safety, “Journal of the Structural Division, ASCE,ST1, February 1986. 4. A.Aziz.Djajaputra “ Beberapa Permasalahan Fondasi Tiang” Kursus Singkat Geoteknik di Indonesia Menjelang Milenium ke-3. Januari 1998 5. Anonymous, 1997, Proceeding of National Seminar on Technology of Road and Bridge on Soft Soil, Puslitbang Transportasi Bandung, January 7-8, 1997. 6. Anonymous, 2005, Penyelidikan Geoteknik untuk Fondasi Bangunan Air, Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Vol. I, Departemen. Pekerjaan Umum. 7. Anonymous, 2005, Penyelidikan Geoteknik untuk Fondasi Bangunan Air, Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Vol. II, Departemen. Pekerjaan Umum. 8. Al-Khafaji, A.W. & O.B. Andersland, O.B., 1992. Geotechnical Engineering and Soil Testing. New York: Sounders College Publishing. 9. PCA, 1977, Soil Cement Laboratory Hand Book, Illinois, PCAAmerican Institute of steel construction,Inc.,”Proposed Load & Resistance Factor Design Specification for structural steel building.” Issued for trial use, September 1, 1983. 10. Komunikasi Personal, 1993,1994,1995.
111