ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013 PENGGUNAAN PUPUK HAYATI DAN BATUAN FOSFAT ALAM PADA BUDIDAYA STROBERI PADA TANAH ANDISOL Oleh: Abubakar, Triana Ariati dan Joko Maryanto Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Joko Maryanto1* dan Ismangil1 ABSTRAK Pupuk hayati berperan penting dalam pelarutan batuan fosfat, sehingga unsur P dari batuan fosfat alam dapat diserap tanaman. Asam organik yang dihasilkan oleh pupuk hayati akan menurunkan pH sehinga fosfat yang terikat dalam batuan fosfat akan larut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati dan batuan fosfat alam terhadap ketersediaan P dan pertumbuhan stroberi pada tanah Andisol. Perlakuan yang dicoba terdiri atas 2 taraf pupuk hayati yaitu 0 (tanpa pupuk hayati) dan 200 L . ha-1 serta 5 takaran batuan fosfat alam yaitu 0; 100; 200; 400; and 800 kg P2O5 ha-1. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pupuk hayati dan batuan fosfat alam mampu meningkatkan ketersediaan P pada tanah Andisol, tinggi tanaman, bobot tanaman kering dan bobot buah segar. Interaksi antara pupuk hayati dan batuan fosfat alam dapat meningkatkan pH tanah Andisol. Kata kunci: pupuk hayati, batuan fosfat alam, stroberi
ABSTRACT Biofertilizer has an important role in P-solubilization from phosphate rock, therefore it can be absorbed by plant. The organic acid produced by biofertilizer lower the pH and bring about the dissolution of bound forms of phosphate rock. The objectives of the research were: to know the effect of biofertilizer and phosphate rock on the availability of P and the growth of strawberry at Andisol. The treatments included 2 levels of biofertilizer, i.e. 0 and 200 L . ha-1 and 5 levels of phosphate rock, i.e. 0; 100; 200; 400; and 800 kg P2O5 ha-1. The experiment was arranged in completely randomized design with 3 replications. The result showed that the application of biofertilizer and phosphate rock could increase the availability of P of Andisols, height of plant, dry weight of plant, and fresh weight of fruit. Interaction between biofertilizer and phosphate rock increased the soil pH. Key words: biofertilizer, phosphate rock,, strawberry
g), besi (0,8 mg), kalsium (28 mg), fosfor
PENDAHULUAN Stroberi (Fragaria ananassa Duch.) merupakan salah satu tanaman hortikultura bernilai
ekonomi
tinggi
mg) dan air (89,9 g).
sumber
Permasalahan yang muncul pada
pendapatan baru dalam sektor pertanian.
tanah Andisol adalah tingginya retensi
Fakta ini didasarkan dengan semakin
(fiksasi) P. Menurut van Wambeke (1992),
banyak
baik
tingginya retensi P disebabkan oleh adanya
dikonsumsi dalam keadaan segar maupun
mineral alofan, imogolit dan mineral mirip
buah yang diolah menjadi berbagai macam
alofan. Pada permukaan mineral tersebut
makanan atau minuman. Menurut Budiman
terdapat gugus Al, Fe-OH terbuka (Al-aktif)
dan Saraswati (2007), dalam 100 gram buah
yang mampu berdisosiasi atau mengalami
stroberi terkandung nutrisi dan komposisi
protonasi sehingga dapat bersifat sebagai
gizi cukup lengkap, seperti: kalori (37 kal),
asam maupun basa. Dalam suasana asam
karbohidrat (8 g), lemak (0,5 g), protein (0,8
ion H+ berperan sebagai ion donor yang
penggemar
dan
(27 mg), vitamin A (60 SI), vitamin C (60
stroberi,
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013 mengisi gugus Al-OH membentuk Al-OH2+
(biofertilizer) yang berisi mikroba pelarut
yang
ini
fosfat. Menurut Permentan (2009) pupuk
mineral
hayati adalah produk biologi aktif terdiri
mempunyai aktivitas yang tinggi dalam
dari mikroba yang dapat meningkatkan
meretensi anion fosfat. Penambahan batuan
efisiensi
fosfat alam diperlukan untuk menghambat
kesehatan tanah. Pupuk hayati umumnya
retensi P dan menambah pasokan P dalam
mengandung bakteri penambat nitrogen,
tanah.
mikroba pendegradasi selulosa dan mikroba
bermuatan
menyebabkan
positif.
Muatan
permukaan
pemupukan,
kesuburan
dan
Batuan Fosfat Alam (BFA) adalah
pelarut fosfat. Menurut Ponmurugan and
batuan yang terbentuk secara alami, antara
Gopi (2006), mikroba pelarut fosfat dalam
lain dari mineral apatit. Menurut Suhala dan
kegiatannya mengeluarkan asam organik,
Arifin (1997), BFA mengandung kadar
zat pengatur tumbuh (indole acetic acid dan
P2O5 antara 0,17 dan 43 % untuk endapan
gibberellic acid) dan enzim fosfatase yang
guano dan kadar P2O5 antara 20 dan 40 %
dapat membantu pelarutan fosfat dalam
untuk fosfat marin. Menurut Moersidi
tanah.
(1999), batuan fosfat alam dapat berupa
Penggunaan pupuk hayati diharapkan
batu fosfat beku, batu fosfat guano, dan batu
dapat
fosfat sedimen atau massa tanah yang
permasalahan retensi P pada tanah Andisol.
mengandung
fosfor
Hal ini disebabkan dalam dekomposisi
Pada batu fosfat beku
bahan organik yang dilakukan oleh mikroba
gugusan oksida fosfor berada dalam
akan dihasilkan asam organik. Asam
mineral
fluorapatit
organik yang dihasilkan oleh mikroba akan
sedimen
mengkhelat ion Ca2+ sehingga anion fosfat
gugusan oksida fosfor terkandung dalam
akan terlepas ke dalam larutan tanah (van
mineral francolite {Ca10-x-yNaxMgy(PO4)6-
Straaten, 2002; Maarten dan Peter, 2002).
z(CO3)zFo-4zF2}.
Anion
gugusan
[Ca3(PO4)3F2].
apatit,
[Ca5(PO4)3-F].
oksida
terutama Pada
mineral
Pada batu fosfat guano
membantu
fosfat
sangat
dalam
mengatasi
diperlukan
oleh
gugusan oksida fosfor terkandung dalam
tanaman stroberi karena akan menurunkan
karbonat
pertumbuhan fase vegetatif dan memacu
hidroksi
apatit
(Ca10(PO4,CO3)6(OH)2).
pertumbuhan fase reproduktif (Khayyat et
Namun demikian, batuan fosfat alam
al., 2007).
Namun demikian, data
umumnya mempunyai kelarutan fosfat
pemanfaatan pupuk hayati untuk budidaya
relatif rendah, sehingga Stamford et al.
tanaman stroberi pada tanah Andisol belum
(2006) dalam penelitiannya menyarankan
banyak dipublikasikan.
perlunya
penambahan
pupuk
hayati
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013 Penelitian
ini
bertujuan
untuk
Penelitian menggunakan rancangan
mengetahui pengaruh pupuk hayati dan
acak lengkap faktorial dengan 2 faktor.
batuan fosfat alam terhadap ketersediaan
Faktor pertama yaitu takaran BFA terdiri
unsur P dan pertumbuhan tanaman stroberi
atas 5 level yaitu: tanpa BFA (B0); 2,8 g
pada tanah Andisol.
BFA per pot setara 100 kg P2O5 per ha (B1); 5,6 g BFA per pot setara 200 kg P2O5 per ha (B2); 11,2 g BFA per pot setara 400 kg P2O5
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan percobaan
per ha (B3); dan 22,4 g BFA per pot setara
pot yang dilaksanakan di rumah plastik
800 kg P2O5 per ha (B4). Faktor kedua
kebun
Pertanian
adalah takaran pupuk hayati yaitu: tanpa
Kecamatan
pupuk hayati (D0); dan 2,4 ml per pot setara
percobaan
Unsoed
di
Desa
Karangreja,
Fakultas Serang,
Kabupaten
Purbalingga.
200 liter per ha (D1).
Lokasi penelitian terletak pada ketinggian
Variabel yang diamati terdiri atas
1.200 m di atas permukaan laut. Analisis
sifat
sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium
pertumbuhan tanaman. Variabel sifat kimia
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
tanah, yaitu: P tersedia tanah (metode Bray-
Jendral Soedirman.
II dan pH-tanah (metode potensiometri,
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: tanah Andisol dari Desa
Serang,
Kecamatan
kimia
tanah
dan
pengukuran
perbandingan tanah: H2O = 1:2,5). Variabel pertumbuhan, yaitu: tinggi
Karangreja,
tanaman (cm) diukur dari pangkal batang
Kabupaten Purbalingga yang diambil pada
sampai titik tumbuh. Pengukuran pertama
kedalaman antara 0 dan 20 cm, pupuk
dilakukan satu minggu setelah tanam, dan
hayati berisi Azotobacter sp, mikroba
diulangi setiap satu minggu sekali, bobot
pelarut
sp,
tanaman kering (g pot-1) diukur dengan cara
Lactobacillus sp, Pseudomonas sp., BFA
menimbang bagian tanaman setelah panen
deposit Ajibarang dengan kandungan P2O5
dan dikeringkan dengan menggunakan
sebesar 21%, benih tanaman stroberi
oven pada suhu 70 oC sampai bobotnya
varietas “Oso Grande”. dan bahan kimia
konstan, bobot buah segar (g) diukur saat
untuk analisis kimia tanah. Peralatan utama
tanaman
yang digunakan dalam percobaan ini
ditimbang dalam keadaan segar.
fosfat,
Azospirillum
berbuah
masak
kemudian
adalah: spektrofotometer, pH meter, shaker,
Pengamatan variabel pH-tanah dan P-
glassware dan plastik berukuran 30 x 40
tersedia dilakukan pada 4 fase pertumbuhan
cm.
tanaman, yaitu fase I, 30 hari setelah tanam (akhir vegetatif); fase II, 45 hari setelah
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013 tanam (akhir generatif); fase III, 60 hari
berubahnya harkat ketersediaan fosfat pada
setelah
dan
tanah dikarenakan kelarutan BFA pada
pemasakan); dan fase IV 80 hari setelah
tanah pada umumnya relatif rendah yaitu
tanam (akhir pemasakan buah atau panen).
2x10-8 mol L-1.
tanam
(pembuahan
Data yang terkumpul dari hasil
Selain itu diduga pada fase I dan fase
analisis sifat kimia tanah, pertumbuhan dan
III akar tanaman stroberi lebih banyak
hasil tanaman stroberi dianalisis dengan Uji
menyerap anion fosfat yang terdapat di
Fisher
dalam larutan tanah. Pada fase I, anion
(F),
apabila
berbeda
nyata
dilanjutkan dengan uji Duncan (DMRT)
fosfat
dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 5%).
pertumbuhan Menurut
diserap
akar awal
tanaman tanaman
Marschner
(1989),
untuk stroberi.
di
awal
HASIL DAN PEMBAHASAN
pertumbuhan fosfat berfungsi merangsang
P-tersedia tanah
perkembangan
Tabel
1
peningkatan
menunjukkan
takaran
penggunaan
dan
pengangkutan tanaman yang berpengaruh
pertumbuhan I (30 hst) dan III (60 hst)
pada produksi tanaman, perbaikan kualitas
meningkatkan kandungan P-tersedia tanah.
hasil dan mempercepat fase pematangan.
Artinya
dapat
Pada fase III (generatif) akar tanaman
meningkatkan pelepasan fosfat ke dalam
stroberi menyerap fosfat dalam jumlah yang
larutan tanah. Hal ini menunjukkan adanya
relatif sama dengan fase I, karena senyawa
pelarutan
Andisol,
fosfat pada fase III digunakan untuk
meningkatkan
perkembangan batang, daun, dan perakaran
ketersediaan fosfat dalam tanah, walaupun
sebagian untuk perkembangan bunga, buah
belum mampu mengubah harkat kandungan
dan biji.
BFA
sehingga
fosfat
yaitu
pada
mampu
sangat
pada
meningkatkan
tanaman,
fase
pemberian
BFA
bahwa
perakaran
BFA
tanah
rendah.
Belum
Tabel 1. Pengaruh takaran BFA terhadap P-tersedia tanah (ppm P2O5) selama 4 fase pertumbuhan tanaman Takaran BFA (kg P2O5.ha-1) 0 100 200 400 800 P-tersedia tanah (ppm P2O5) 30 1,83 c 2,26 bc 2,33 b 2,39 b 3,04 a 45 2,25 a 2,75 a 2,77 a 2,66 a 3,03 a 60 1,66 c 2,13 b 2,33 b 2,27 b 2,80 a 80 2,34 a 2,76 a 2,92 a 2,82 a 2,71 a Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf kepercayaan 95 %. Fase pertumbuhan (hst)
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013 Tabel 2. Pengaruh takaran pupuk hayati terhadap P-tersedia tanah selama 4 fase pertumbuhan tanaman Takaran pupuk hayati (L.ha-1)
Fase pertumbuhan (hst) 30 45 60 80 Keterangan:
0
200
P-tersedia tanah (ppm P2O5) 2,16 b 2,59 a 2,63 a 2,76 a 2,13 a 2,35 a 2,51 b 2,92 a Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada Duncan taraf kepercayaan 95 %.
Pada fase pertumbuhan II (45 hst) dan
apatit dalam larutan tanah, selanjutnya
IV (80 hst) terlihat peningkatan takaran
mengikat Al3+ dan Ca2+, sehingga fosfat
BFA
larut
tidak
berpengaruh
terhadap
dan
tersedia
bagi
tanaman
ketersediaan P tanah Andisol. Hal ini
(Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
disebabkan
penyerapan P oleh akar
Mudjiharjati et al. (2007) melaporkan asam
tanaman pada fase II dan IV mulai
sitrat berperan lebih baik dibandingkan
menurun. Hal ini dikarenakan akar sudah
asam oksalat dalam pelepasan P pada
tidak banyak membutuhkan P, atau akar
Andisol. Selain itu adanya unsur N dalam
hanya menyerap P sesuai kebutuhan untuk
pupuk hayati secara sinergis mampu
pembesaran dan pemasakan buah. Pada fase
meningkatkan ketersediaan P, karena unsur
vegetatif (fase II) tanaman menyerap P
N mampu meningkatkan kelarutan P dalam
lebih tinggi dibanding fase pembentukan
tanah.
buah, sebaliknya pada fase pematangan
Tabel 2 juga menunjukan bahwa pada
(fase IV), terjadi penurunan penyerapan
fase pertumbuhan II dan III peningkatan
unsur hara (Poerwowidodo, 1993).
takaran pupuk hayati tidak berpengaruh
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada
terhadap kandungan P-tersedia tanah. Hal
fase pertumbuhan I peningkatan takaran
ini dikarenakan aktifitas mikroorganisme
pemberian pupuk hayati meningkatkan
pupuk hayati rendah atau sudah tidak giat
jumlah
menghasilkan
P-tersedia
Andisol.
Artinya
asam
organik
yang
pemberian pupuk hayati meningkatkan
digunakan untuk pelarutan P (BFA),
jumlah P-tersedia tanah dari 2,16 ppm
sehingga pada fase IV pelarutan P terjadi
(kontrol) menjadi 2,59 ppm P2O5 pada aras
bukan karena aktivitas pupuk hayati
200 liter pupuk hayati per hektar (D1). Hal
melainkan pengaruh bahan organik tanah
ini dikarenakan (H+) yang dihasilkan asam
asli
organik mampu melepaskan P dari senyawa
terdekomposisi lanjut diketahui berperan
dari
Andisol.
Bahan
organik
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013 menyumbangkan
asam
organik
yang
membentuk khelat, sehingga melepaskan P yang terjerap oleh Al3+ dan melepaskan H2PO4- (Stevenson, 1994). Disosiasi asam organik dalam bentuk anion organik dapat berkompetisi dengan anion fosfat dalam memblokir Al dan Fe-amorf dari alofan Asam organik di dalam tanah akan membentuk kompleks fosfo-humat yang relatif lebih mudah tersedia bagi tanaman
Reaksi Tanah Berdasarkan Tabel 3, pada fase pertumbuhan IV terjadi interaksi antara BFA dan pupuk hayati terhadap pH tanah. terdapat
Peningkatan
takaran
BFA
meningkatkan bobot tanaman kering dari 3,71 g (kontrol) menjadi 7,73 g pada aras 800 kg BFA ha-1 atau terjadi peningkatan bobot kering tanaman sebesar 4,0 g. Artinya pemberian BFA meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. Hal ini dikarenakan sumbangan P dari BFA ke dalam tanah diserap akar tanaman digunakan dalam
(van Ranst, 1993).
Artinya
Bobot Tanaman, Tinggi Tanaman, Jumlah Daun Dan Bobot Buah Segar
saling
pengaruh
mempengaruhi antara keduanya atau baik BFA dan pupuk hayati saling bekerja sama. Hal ini dikarenakan (H+) hasil pupuk hayati bereaksi dengan (OH-) hasil hidrolisis BFA. Interaksi optimal antara BFA dan pupuk hayati dihasilkan pada pemberian 800 kg BFA ha-1 (B4) dan pemberian 200 liter pupuk hayati per ha (D1) yaitu sebesar 5,85.
penyusunan
organ
tanaman,
sehingga
pertumbuhan
dan
produksi
tanaman
meningkat.
Walaupun
telah
terjadi
peningkatan bobot tanaman kering, tetapi masih di bawah bobot tanaman stroberi kering
normal,
yang
pada
fase
perkembangan dapat mencapai 10 g per pot. Peningkatan bobot tanaman kering menurut Gonggo
dan
Yuni
(2006),
karena
ketersediaan P dalam tanah meningkat, sehingga
merangsang
pertumbuhan
perakaran tanaman, berat bahan kering, berat biji, mempercepat masa kematangan, serta meningkatkan daya tahan terhadap serangan oleh cendawan.
Tabel 3. Interaksi antara BFA dengan pupuk hayati terhadap pH-H2O tanah (fase IV) Takaran BFA (kg.ha-1) Takaran Pupuk Hayati (L.ha-1) 0 100 200 400 800 0 5,51 f 5,58 ef 5,61 de 5,60 de 5,75 bc 200 5,66 cde 5,67 bcd 5,72 bc 5,74 b 5,85 a Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada Duncan taraf kepercayaan 95 %.
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013 Tabel 4. Pengaruh takaran BFA terhadap bobot tanaman kering stroberi Takaran (kg P2O5 ha-1)
Bobot tanaman kering (g pot-1)
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun (helai)
0 100 200 400
3,71 c 4,83 bc 6,16 ab 6,98 a
14,08 c 14,93 b 15,30 b 16,30 a
15,7 a 14,0 b 11.8 c 9,30 d
Bobot Buah segar (g) 12,82 c 22,40 b 23,60 b 25,26 b
800
7,73 a
16,33 a
7,70 e
36,53 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada Duncan taraf kepercayaan 95 %. Peningkatan pemberian BFA sampai
tanaman, bobot tanaman kering dan bobot
takaran 400 kg P2O5 per ha mampu
buah segar. Interaksi antara pupuk hayati
meningkatkan tinggi tanaman. Hal ini
dan batuan fosfat alam dapat meningkatkan
dikarenakan ketersediaan P dalam tanah
pH tanah Andisol. Interaksi optimal untuk
mengalami
sehingga
meningkatkan pH tanah terdapat pada
penyerapan P oleh akar tanaman juga
takaran 800 kg BFA per ha dan 200 liter
mengalami peningkatan. Menurut Havlin
pupuk hayati per hektar.
peningkatan
et al. (2005), unsur hara P diserap tanaman untuk pembelahan sel tanaman, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan
tinggi
Budiman. S. dan D. Saraswati. 2007. Berkebun Stroberi Secara Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.
Peningkatan takaran pemberian BFA
Gonggo, H dan I. Yuni. 2006. Peran pupuk N dan P terhadap Serapan N, Efisiensi N dan Hasil Tanaman Jahe di Bawah Tegakan Tanaman Karet. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8 (1) : 61-68.
meningkatnya
tanaman.
meningkatkan bobot buah segar. Artinya pemberian BFA dapat meningkatkan bobot buah segar dari 12,82 g (kontrol) menjadi 36,53 g per pot pada aras takaran 800 kg P2O5 per ha. Hal ini diduga akar tanaman mampu menyerap P tersedia di dalam tanah digunakan
untuk
pembentukkan,
pembesaran, dan pematangan buah stroberi.
KESIMPULAN Penggunaan pupuk hayati dan batuan fosfat
alam
mampu
meningkatkan
ketersediaan P pada tanah Andisol, tinggi
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, and W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizers, An Introduction to Nutrient Management. 7th ed. Pearson Education, Inc., New Jersey. Khayyat, M., E. Tafazoli, S. Eshghi, M. Rahemi and S. Rajaee. 2007. Salinity, Supplementary Calcium and Potassium Effects on Fruit Yield and Quality of Strawberry (Fragaria ananassa Duch.). AmericanEurasian J. Agric & Environ. Sci. 2 (5) : 539-544.
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013 Maarten, H. dan H. Peter. 2002. Phosphorus Mobilization by Organic-Acid Exudation: Processes governing benefits in rotational cropping. 17th World Congress of Soil Science, Bangkok, Thailand.
Suriadikarta D. A dan Simanungkalit. 2006. Mikroba Pelarut Fosfat (On-line). http://balittanah.litbang.deptan.go.id/doku mentasi/buku/pupuk/pupuk7.pdf.diak ses 26 April 2010
Marschner, H. 1989. Mineral Nutrition of Higher Plants. Institute of Plant Nutrition Univ. Hohenheim. Federal Republic of Germany. Academic Press. London.
Stamford, N.P., P.R. Santos, C.E.S. Santos, A.D.S. Freitas, S.H.L. Dias, M.A. Lira Jr. 2006. Agronomic effectiveness of biofertilizers with phosphate rock, sulphur and Acidithiobacillus for yam bean grown on a Brazilian tableland acidic soil. J. Bioresource Technology 98 : 13111318.
Moersidi, S., 1999. Fosfat Alam Sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Mudjiharjati, A., T.C. Setiawati, dan M.H. Pandutama, 2007. Pola Pelepasan Fosfat pada Andisol, Inceptisol dan Oxisol yang Diaplikasi dengan Asamasam Organik Artificial. Kongres Nasional HITI IX, 5-7 Des. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 28/Permentan/Sr.130/5/2009. 2009. Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. Poerwowidodo. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa, Jakarta. 275 hal. Ponmurugan, P. And C. Gopi. 2006. In Vitro Production of Growth Regulators and Phosphatase Activity by Phosphate Solubilizing Bacteria. African Journal of Biotechnology. 4 : 348-350. Rao, S.N.S. 1999. Soil Microbiology (Fourth Edition of Soil Microorganisms and Plant Growth). Science Publisher. Inc. New Hampshire. USA. Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi. Institut Pertanian Bogor. 20 hal.
Stevenson, J. 1994. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reaction. Second Edition. John Wiley and Sons. Inc. New York. Suhala, S dan M Arifin. 1997. Bahan Galian Industri. Pusat penelitian dan Pengem-bangan Teknologi Mineral, Bandung. Suhendar, C dan A.G. Amal. 2009. Tiens Golden Harvest Pedoman Dasar Aplikasi. Angkasa, Jakarta. Van Ranst, E. 1993. Managing Soils of the Humid Tropics as Related to Their Mineralogical Properties. International Training Centre for Post-Graduate Soil Scientists State University Gent. Belgium. Pp. 1-48. Van Straaten. 2002. Rocks for Crops: Agrominerals of Sub-Saharan Africa. ICRAF, Nairobi, Kenya. Van Straaten, P., 2007. Agrogeology. The Use of Rocks for Crops. Department of Land Resources Science. University of Guelph. Guelph. Ontario. Canada. Van Wambeke. 1992. Soil of the Tropics. Properties and Appraisal. Mc.GrawHill. Inc. New York.