Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Dan Tipe Talking Stick Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrosfer Rangers Djamalu, Yoseph Paramata*, Ahmad Zainuri** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK RANGERS DJAMALU. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Dan Tipe Talking Stick Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrosfer.Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ipa, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Prof. Dr. Yoseph Paramata M.pd dan Pembimbing II Ahmad Zainuri, S.pd, M.T. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui seberapa besar perbedaan hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dengan tipe talking stick serta yang yang menggunakan model pembelajaran kooperatif talking stick tanpa metode picture and picture. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tapa. Sampel diambil dengan menggunakan tehnik clustersampling kemudian dirandom untuk mengetahui kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah dirandom didapatkan kelas eksperimen adalah X1, jumlah siswa sebanyak 27 orang dan kelas control adalah X7 dengan jumlah siswa 28 orang. Teknik analisis data menggunakan uji t. Sebagai persyaratan analisis dilakukan uji normalitas dengan uji lilefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji kesamaan dua varians. Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa, terdapat pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan tipe talking stick terhadap hasil belajar siswa, dapat dilihat bahwa kata lain
atau
berada diluar daerah penerimaan hipotesis
menerima hipotesis alternatif (
(
2,021 dengan ditolak) yang berarti
diterima) hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar
siswa antara kelas eksperimen dan kelas control.
Kata Kunci: picture and picture, talking stick dan hasil belajar
1
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan pendidikan adalah perilaku yang diinginkan terjadi setelah siswa belajar. Sekolah dianggap sebagai tempat yang sangat cocok untuk menampung hal tersebut. (Arikunto, 1995: 130) Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan indenpenden sehingga mutu pendidikan belum dapat dimonitor secara objektif dan teratur sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum berfungsi sebagai sarana umpan balik untuk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan, distribusi guru yang tidak merata serta pendayagunaan yang belum efisien menghasilkan kinerja guru secara optimal, profesionalisme guru masih dirasakan rendah, terutama disebabkan oleh penyiapan pendidikan guru dan pengelolaan yang masih perlu ditingkatkan, kinerja guru yang hanya berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan, menyebabkan kemampuan siswa tidak dapat berkembang secara optimal dan utuh, evaluasi kinerja belum ditata didalam sistem akuntabilitas publik sehingga output pendidikan belum akuntabel dan belum mencapai kualitas yang diinginkan, sehingga pendidikan menjadi bagian kehidupan mereka (purwanto 2009: 6), kurikulum sekolah yang terstruktur dan syarat beban menjadikan proses pembelajaran steril terhadap keadaan dan permasalahan yang terjadi di lingkungan. Akibatnya, proses pendidikan menjadi rutin, tidak menarik, dan kurang mampu memupuk kreatifitas siswa untuk belajar secara lebih aktif dan efektif.
2
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture-Picture Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Sesuai dengan namanya, tipe ini media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara /mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Model pembelajaran kooperatif tipe Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi logis. Dimana guru mununjuk siswa untuk maju kedepan kelas untuk mengurutkan gambar sesuai dengan pasanganya.
Langkah-langkah (sanjana : 2008) 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Menyajikan materi sebagai pengantar. 3. Gurur menunjuk/ memperhatikan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. 4. Guru menunjuk / memenggil siswa secara bergantian memasangkan / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 5. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 6. Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menamakan konsep materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan. Kelebihan dari metode tersebut : 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Melatih berpikir logis dan sistematis Kekuranganya : 1. Memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif.
3
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Talking Stick (tongkat berbicara) adalah tipe talking stick yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust dalam (Maulina : 2013) berikut ini : Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah keorang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya.
Dengan cara ini tongkat berbicara akan
berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tipe talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian. Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick (bantuan tongkat), siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokok. (langkah-langkah) dari pembelajaran kooperatif tipe talking stick, yaitu : 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat. 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada buku pegangannya / buku paketnya. 3. Setelah selesai siswa membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya.
4
4. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru tersebut, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 5. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran, mengadakan refleksi, dan evaluasi. Carol Locust dalam (Maulina : 2013). Suprijono (2009: 125) menjelaskan bahwa langkah-langkah pelaksanaan tipe Talking Stick sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat. 2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangan/buku paketnya. 3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilakan siswa untuk menutup bukunya. 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, kemudian siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya, ketika Stick bergulir dari siswa ke siswa lainnya, seyogiannya diiringi musik. 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. 6. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa. Selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan. Kelebihan dari metode talking stick yaitu : (1) Menguji kesiapan siswa. (2) Melatih membaca dan memahami dengan cepat. (3) Agar lebih giat belajar ( belajar dahulu). sedangkan untuk Kekurangan atau kelemahan dari model pembelajaran talking stick, yaitu: Membuat siswa gelisah, dan bercanda (Maulina : 2013).
5
3. Integrasi model pembelajaran kooperatif picture and picture dan tipe Talking Stick Integrasi berasal dari bahasa Latin yaitu integer, yang berarti keseluruhan atau seluruh dan bersifat utuh. Integer adalah menggabungkan beberapa bagian sehingga dapat bekerja sama atau membentuk keseluruhan. Secara etimologi integrasi merupakan pembauran yang menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan tipe talking stick. (1).Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) Menyajikan materi sebagai pengantar, (3) Gurur menunjuk/ memperhatikan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, (4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, kemudian siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya, ketika Stick bergulir dari siswa ke siswa lainnya, seyogiannya diiringi musik. (5) dan setelah itu Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut. (6) Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menamakan konsep materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 4. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Tapa pada semester genap tahun ajaran 2012 / 2013. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan dengan jangka waktu selama 2 bulan mulai dari Bulan Mei sampai dengan Juni 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah Post test Only Control Design. Dalam desain ini kelompok yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan tipe talking stick disebut kelompok eksperimen dan kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick tanpa picture and picture disebut kelas kontrol. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan post test, untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Instrumen yang 6
digunakan mencakup semua indikator yang harus dicapai oleh siswa pada materi lingkungan hidup. Test hasil belajar siswa disusun dalam bentuk pilihan ganda.
5.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tehnik pengumpulan data
menggunakan instrument berupa test, selanjutnya diolah secara kuantitatif dengan menggunakan tehnik statistik berupa tehnik analisis data dalam bentuk pengujian normalitas data, homogenitas varians dan pengujian hipotesis hasil belajar. Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui jenis statistik apa yang digunakan pada pengujian hipotesis. Jika data yang terkumpul berdistribusi normal, maka digunakan statistik parametrik. Sebaliknya jika data yang terkumpul tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini pengujian normalitas data menggunakan uji Lilliefors pada taraf nyata
. Pengujian ini dikelompokan
menjadi dua bagian yaitu : (1) Pengujian Data Kelas Eksperimen, Berdasarkan hasil postest pada kelas eksperimen dan berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Lo sebesar 0,1650. Untuk taraf nyata
dan n = 27, diperoleh nilai Ltabel sebesar 0,173. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 diterima sebab Lo < Ltabel. Hal ini berarti sampel tersebut berdistribusi normal. (2) Pengujian Data Kelas Kontrol, Berdasarkan hasil postest kelas kontrol pada dan berdasarkan hasil perhitungan pada diperoleh nilai Lo sebesar 0,107. Untuk taraf nyata
dan n = 20 diperoleh nilai Ltabel sebesar 0,161. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 diterima sebab L0 < Ldaftar. Hal ini berarti sampel tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan hasil pengujian data dari kedua kelas diperoleh hasil bahwa data kedua kelas berdistribusi normal, sehingganya untuk pengujian hipotesisnya digunakan uji statistik parametrik. Pengujian homogenitas varians data dilakukan setelah kedua sampel telah diberikan perlakuan. Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi apakah kedua sampel dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan hasil tes belajar (postest) dilakukan pengujian homogenitas varians. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji F (uji varians terbesar dibagi dengan varians terkecil). Hipotesis yang diuji adalah H0 : Varians data berasal dari populasi yang homogen H1 : Varians data berasal dari populasi yang tidak homogen
7
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel dan H0 ditolak jika Fhitung Ftabel pada taraf signifikan (0,05) yang dipilih dengan derajat bebas(db) pembilang dan derajat bebas penyebut masing-masing n-1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai varians terbesar terkecil
Dengan demikian nilai Fhitung =
dan varians
sedangkan nilai Ftabel adalah 1,135.
Sehingga pada taraf signifikan α = 0,05 dengan db pembilang = (27 – 1 ) dan db penyebut = (228 - 1) diperoleh Ftabel = 2, 036 karena Fhitung Ftabel maka Ho diterima. Sehingga disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang homogen. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, digunakan uji kesamaan dua rata-rata, dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung = 14,73 dan ttabel = 2,021 . Dengan demikian karena thitung > ttabel maka Ho ditolak atau terima H1 yang menyatakan bahwa : terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan tipe talking stick dengan pembelajaran tipe talking stick tanpa picture and picture pada materi hidrosfer. Adapun perolehan hasil belajar siswa dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 1 Diagram hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol
Rata-Rata Skor Hasil Belajar Siswa
Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 45.6 45.4 45.2 45 44.8 44.6 44.4 44.2 44 43.8
45.33
Kelas Ekperimen Kelas Kontrol 44.35
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kemajuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan tipe talking stick mencapai skor 45,33, sedangkan pada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick tanpa picture and picture hanya mencapai skor
8
44,35. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa terdapat perbedaan yang signifikan.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan integrasi model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan tipe talking stick siswa dapat mengerti dan aktif dalam proses pembelajaran serta terjadi perubahan terhadap hasil belajar siawa. 2. Terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada materi hidrosfer dengan pembelajaran yang menggunakan integrasi model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan tipe talking stick dan pembelajaran yang hanya menggunakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick tanpa picture and picture. 3. Berdasarkan kriteria pengujian diatas maka dapat dilihat bahwa 2,021 dengan kata lain (
atau
berada diluar daerah penerimaan hipotesis
ditolak) yang berarti menerima hipotesis alternatif (
diterima) hal ini berarti
terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka peneliti megajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan tipe talking stick sangat baik digunakan untuk pembelajaran khususnya untuk materi hidrosfer karena dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disajikan dalam kegiatan belajar mengajar; 2. Model pembelajaran kooperatif integrasi tipe picture and picture dan tipe talking stick dapat membuat hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari pada hanya menerapkan tipe talking stick; 9
Daftar Pusataka Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Eni anjayani. try haryanto, dkk. 2009. Hidrosfer untuk
kelas X. SMA/MA. Depdiknas:
Jakarta. Hanafiah nanang & suhana cucu.2010. konsep strategi pembelajaran.bandung: PT.
Refika
Aditama. (http://smartgeosmanida.blogspot.com/2012/04/siklus
hidrologi.html).
Diakses
pada
tanggal 10 maret 2013. (http://model-pembelajaran-kooperatif-tipe-picture-and-picture.html).
Diakses
pada
tanggal 10 maret 2013. (http://wbungs.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-talking-stick.html).
Diakses
pada tanggal 10 maret 2013. Huda dan Miftahu. 2011. Cooperative Learning. Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Latif abdul.2007. pendidikan berbasis nilai kemasyarakatan.bandung: PT. Refika Aditama. Maulina.2013 model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Rusman. 2002. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo. Sanjana. 2008. model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudjana. 2002. Metoda Statistika, Bandung : Tarsito. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sugiyono.2010. metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Suprijono agus.2009. kooperative learning teori dan aplikasi paikem. surabaya: Pelajar. Takruf.2008.diktat
10
Pustaka