PENGGUNAAN KARTU DISKON DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MENURUT PERSPEKTIF FIKIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)
Oleh: M.SYA'BAN EVENDI NIM 11100043100014
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 April 2015 M 3 Jumaditsaniah 1436 H
M.Sya'ban Evendi NIM: 1110043100014
iii
ABSTRAK M.Sya'ban Evendi,NIM: 1110043100014, Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli Menurut Perspektif Fikih, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2015. Skiripsi ini merupakan upaya untuk menjelaskan mengenai permasalahan ketika sebagian masyarakat melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan kartu diskon. Alasannya,agar mendapatkan potongan harga dari produk barang atau jasa yang tertentu. Hal ini tidak berlaku untuk yang tidak memiliki kartu diskon tersebut. Dimana pengguna kartu diskon di wajibkan membayar sejumlah uang untuk pendaftaran selama setahun, dan membayar juga untuk perpanjangan masa aktif kartu setiap tahunnya. Seperti halnya yang terjadi di diskonplus.com, dengan kartu diskon FlipFlop Card nya. Jual beli seharusnya sesuai dengan syarat dan rukunnya dan tidak melanggar dari prinsip-prinsip fiqh muamalat. Tujuan dari penelitian ini supaya masyarakat mengetahui hukum penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif fikih.. Karena bisa dibilang, ini merupakan masalah fikih muamalat kontemporer. Jenis penelitian yaitu menggunakan Metode Pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyekpenelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.Data pun dicari melalui studi kepustakaan (library research), sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun metodenya menggunakan metode induktif, yaitu pengambilan kesimpulan dan Metode deduktif, menarik fakta yang bersifat umum, untuk dijadikan fakta umum yang bersifat khusus. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa jual beli dengan menggunakan kartu diskon baik yang diberikan secara gratis atau yang berbayar adalah sah atau boleh. Karena tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip fikih muamalah.
Kata kunci
: Jual Beli, Kartu Diskon, dan Muamalah
Pembimbing
: Prof.Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA
Tahun Daftar Pustaka : Dari Tahun 1994-2012
iii
ABSTRAK M.Sya'ban Evendi,NIM: 1110043100014, Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli Menurut Perspektif Fikih, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2015. Skiripsi ini merupakan upaya untuk menjelaskan mengenai permasalahan ketika sebagian masyarakat melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan kartu diskon. Alasannya,agar mendapatkan potongan harga dari produk barang atau jasa yang tertentu. Hal ini tidak berlaku untuk yang tidak memiliki kartu diskon tersebut. Dimana pengguna kartu diskon di wajibkan membayar sejumlah uang untuk pendaftaran selama setahun, dan membayar juga untuk perpanjangan masa aktif kartu setiap tahunnya. Seperti halnya yang terjadi di diskonplus.com, dengan kartu diskon FlipFlop Card nya. Jual beli seharusnya sesuai dengan syarat dan rukunnya dan tidak melanggar dari prinsip-prinsip fiqh muamalat. Tujuan dari penelitian ini supaya masyarakat mengetahui hukum penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif fikih.. Karena bisa dibilang, ini merupakan masalah fikih muamalat kontemporer. Jenis penelitian yaitu menggunakan Metode Pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyekpenelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.Data pun dicari melalui studi kepustakaan (library research), sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun metodenya menggunakan metode induktif, yaitu pengambilan kesimpulan dan Metode deduktif, menarik fakta yang bersifat umum, untuk dijadikan fakta umum yang bersifat khusus. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa jual beli dengan menggunakan kartu diskon baik yang diberikan secara gratis atau yang berbayar adalah sah atau boleh. Karena tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip fikih muamalah.
Kata kunci
: Jual Beli, Kartu Diskon, dan Muamalah
Pembimbing
: Prof.Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA
Tahun Daftar Pustaka : Dari Tahun 1994-2012
iv
بسم هللا الرحمن الرحيم KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahNYA, ridho dan ‘inayahNYA kepada penulis, sehingga
bisa
menyelesaikan
penulisan
skripsi
yang
insyallah
dengan
keridhoaanNYA memberi manfaat kepada penulis khususnya dan bagi pembaca pada umunya. Amin Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah sampaikan kepada junjungan alam, uswatun hasanan kita, Nabi besar Muhammad SAW, yang dengan wasilah ilmu-ilmunya lewat para pengikutnya, kemudian sampai kepada penulis, memberi peranan penting bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada untaian kata yang pantas untuk disenandungkan, selain rasa syukur yang tiada terhingga yang menunjukan betapa Allah telah memberikan rasa kasih dan sayang-NYA kepada penulis dengan memberikan kekuatan fisik, psikis dan ilmu pengetahuan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN KARTU DISKON DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MENURUT PERSPEKTIF FIKIH” Penulis sangat menyadari selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa semangat, tukar pikiran maupun berupa fiansial, sehingga penulisan ini selesai. Adapaun penulis, tidak dapat melukiskan degan untaian kata-kata, ungkapan yang pantas penulis haturkan kepada mereka. Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada:
v
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.,selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syaraif Hidayatullah Jakarta. Semoga menjadi pemimpin yang memberikan teladan dan integritas yang lebih baik. 2. Dr. Khamami, MA selaku Ketua Program Studi PMH, yang telah memberikan pelayanan dan bantuan kepada penulis. Dan ibu Siti Hanna, MA selaku Sekretaris Prodi yang sudah membantu menyelesaikan penilaian penulis dari awal hingga akhir. 3. Ibu Prof.Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA yang telah membimbing, memberi ilmu, memotivasi penulis dengan penuh keihklasan selama melakukan penulisan skripsi sampai dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan. 4. Dosen penguji yang telah menguji penulis dalam ujian skripsi ini, dan telah memberikan kritik maupun saran serta arahan masukannya untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan tenaga dan pikirannya, untuk mendidik penulis agar kelak menjadi manusia yag berguna dalam agama, duni dan akhirat. Semoga doa dan didikannya menjadi berkah dan dappat menuntun penulis untuk memasuki kehidupan yang lebih baik. 6. Ayahku yang senantiasa mensuport, membimbing, mendidik penulis dan beramat berjasa, arif mendidik, tiada hentinya mendoakan anaknya agar menjadi manusia yang shaleh yang berbakti kepada keduanya dan berguna bagi Bangsa dan Negara terlebih untuk Agama. ”Doaku selalu ada untukmu yah”. Serta Adikku Rani yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis. 7. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.si yang selalu memberi masukan saran dan kritiknya dalam penulisan skripsi ini. Moga apa yang abah berikan ke penulis,
vi
menjadi uswatun hasanah bagi penulis dan diberikan balasan dengan sebaikbaiknya balasan. Amin. 8. Pegawai perpustakaan Utama dan Perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menyediakan bahan-bahan yang menjadikan referensi dalam penulisan skripsi ini. 9. Kepada My big family yang telah memberi semangat, kepada penulis agar bisa menyelesikan skripsi dengan baik . 10. Kepada sahabat PMF 2010, Irsyad, Rosyid, Anas, Umam, Iwan, Aan, Ade, Ayu, Nabilah, Nurcholis, Sigit dan sahabat PH 2010 Aidz, Wiwin, Rafika, Fani, Winda, Ilyas, Tedi, Laka, Muzi, Bambang, Ridwan, Sandi, Ade, Rianzani, Apri, Dayat, lusi, Rani, Sofa, Fajrin, Amel, Ipul, Anjo, Ucup, Fathin, serta temantemanku semua yang menjadi guru, teman diskusi, seperjuangan dalam penulisan skripsi, semoga persahabatan ini selalu dalam RidhoNYA dan apa yang dicitacitakan akan tercapai. amin 11. Kepada sahabat semua anggota KKN BUMI Akhirnya, kepada semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini, penulis berdoa semoga Allah SWT, senantiasaa mencurahkan rahmat dan hidayahNYA, balasan dan karunianYA kepada kita semua. Amin. Harapan terakhir penulis agar skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Jakarta, 16 Maret 2015 M 25 Jumadil Awal 1436 H
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................i LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...................................................................ii LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................iii ABSTRAK ...............................................................................................................iv KATA PENGANTAR ..............................................................................................v DAFTAR ISI .............................................................................................................viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................7 C. Pembatasan Masalah............................................................................8 D. PerumusanMasalah ..............................................................................9 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................9 F. Review KajianTerdahulu .....................................................................10 G. Metode Penelitian ................................................................................11 H. Sistematika Penulisan ..........................................................................15
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI A. Pengertian Jual Beli dalam Hukum Islam ...........................................17 B. Dasar Hukum Jual Beli ........................................................................19 C. Rukun dan Syarat Jual Beli .................................................................22 D. Jual Beli yang Dilarang dan Diperbolehkan ........................................32 i
BAB III PRAKTEK JUAL BELI DENGAN KARTU DISKON A. Pengertian dan Macam-Macam Kartu Diskon ....................................41 B. Praktek Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli ...........44 BAB IV PENGGUNAAN KARTU DISKON DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MENURUT PERSPEKTIF FIKIH A. Hukum Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli Menurut Perspektif Fikih....................................................................................50 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................................59 B. Saran-Saran ...........................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................62
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendirian, ia harus hidup bermasyarakat, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi.1 Oleh karena itu semenjak manusia pertama diciptakan di dunia ini, yaitu Nabi Adam A.S telah terjadi hubungan sesama mereka dengan saling melengkapi. Oleh karena itu, Allah Ta'ala menciptakan manusia berpasang-pasang, dan beraneka-ragam kemampuan mereka.2 Pada umumnya orang memerlukan benda yang ada pada orang lain (pemiliknya) dapat dimiliki dengan mudah, tetapi pemiliknya kadang-kadang tidak mau memberikannya. Adanya syariat jual beli menjadi wasilah (jalan) untuk mendapatkan keinginan tersebut, tanpa berbuat salah.3 Dalam melakukan aktivitas jual beli, seseorang tidak bisa bermuamalah secara sendirian, bila ia menjadi penjual, maka sudah jelas ia memerlukan pembeli, dan seterusnya.4 Dewasa ini, banyak sekali usaha-usaha di berbagai bidang, misalnya usaha dari industri bisnis tempat-tempat kuliner, industri bisnis fotografi, sampai industri bisnis jasa laundry kiloan. Usaha-usaha tersebut menyajikan banyak 1
Sohari Sahrani dan Ru'fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011)
hlm. 31 2
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW, (Jakarta : Darul Ilmi,2012) hlm
1-2 3
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW, hlm.65
4
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW,hlm.31 1
2
macam barang dan/atau jasa dengan segala kelebihannya masing-masing yang bertujuan untuk menarik perhatian konsumen dan kemudian konsumen tersebut memutuskan untuk membeli barang dan/ jasa tersebut demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Maraknya usaha-usaha bisnis dewasa ini, bukan berarti para pemilik usaha diperbolehkan untuk memikirkan kepuasan dan keselamatan konsumennya. Pada dasarnya kepuasan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya akan tercapai apabila konsumen tersebut memperoleh barang dan/ jasa yang dibutuhkannya itu, sesuai dengan selera dan tidak merugikan dirinya, baik dari segi ekonomi, kesehatan, kegunaan serta keselamatannya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan dengan
menarik manfaat atau kegunaan suatu produk.
Manfaat atau kegunaan suatu produk dilihat dari teori ekonomi adalah ditimbulkan dari kegunaan (utilities), karena bentuk kegunaan karena tempat, kegunaan karena waktu, dan kegunaan karena kepemilikan.5 Islam memandang kegiatan transaksi bisnis sebagai suatu aktivitas yang memiliki nilai ganda bagi kehidupan individu dan masyarakat dalam memenuhi hajat material dan spiritualnya. Melalui interaksi dan transaksi antara penjual dan pembeli yang kemudian apa yang dikenal dengan pasar, yaitu tempat di mana antara penjual dan pembeli bertemu dalam rangka melaksanakan aktivitas jualbeli, atau tempat dimana penjual menawarkan barang maupun jasa kepada
5
Sofjan Sauri, Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1987), hlm.16.
3
pembeli, mendapat apresiasi positif dalam Islam selama tidak dilakukan di luar konteks yang digariskan Islam.6 Perkembangan ekonomi khususnya di bidang perdagangan, telah membawa manfaat bagi para konsumen, yakni semakin banyaknya pilihan barang dan jasa yang ditawarkan, dengan aneka jenis yang berkualitas. Seiring dengan kemajuan teknik dan informasi yang semakin canggih serta pola distribusi yang modern dan meluas, konsumen dapat berinteraksi sampai ke pelosok tanah air. Di era globalisasi dan perdagangan bebas ini, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang mudah di dapat, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi batas-batas negara. Hal ini mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan produk barang dan jasa7. Kondisi demikian telah memberi banyak manfaat bagi para konsumen, namun di sisi lain konsumen menjadi objek aktivitas bisnis bagi para pelaku usaha yang mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya baik para pelaku usaha yang mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya baik melalui promosi, pemotongan harga, maupun penjualan yang sering merugikan para konsumen. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan konsumen sangat lemah karena tingkat kesadaran dan tingkat pendidikan konsumen relatif rendah, hal ini
6
7
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW, hlm93.
Sri Neni Imaniati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam, (Bandung: Mandarmaju, 2002).hlm
161.
4
diperburuk dengan anggapan sebagian pengusaha yang rela melakukan apapun demi produk mereka, tanpa memperhitungkan kerugian-kerugian yang dialami oleh konsumen, juga pemahaman mereka tentang asas-asas bisnis yang tidak benar, mereka beranggapan dalam berbisnis harus memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, ada juga yang beranggapan bahwa bisnis itu tidak mempunyai nurani dan memerlukan banyak biaya maka akan merugikan apabila dibebani oleh biaya-biaya sosial, dan sebagainya. Perhatian terhadap perlindungan konsumen sangat diperlukan mengingat setiap orang memiliki hak-hak sendiri, maka dalam keadaan apapun, konsumen tidak boleh dirugikan harus ada rasa kepercayaan , kenyamanan dan keadilan terhadap masing-masing pihak. Oleh karena itu diadakan pemberdayaan konsumen8 Dalam hal ini islam telah mengajarkan bahwa setiap perbuatan yang merugikan pihak lain itu dilarang, terutama dalam transaksi atau pemakaian barang/jasa. Sebagaimana tercantum dalam Al-qur'an surat An-Nisa' ayat 29
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.9 8
Sri Neni Imaniati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam, .hlm 162
9
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: CV Thaha Putra 1989), hlm. 404
5
Para ulama mengatakan ض ِم ْن ُك ْم ٍ ( عَنْ تَ َراkalian saling ridha): Jual beli itu harus dilandasi dengan keikhlasan dan keridhoan. Artinya tidak boleh ada kedhaliman, penipuan, pemaksaan dan hal-hal lain yang merugikan kedua pihak. Oleh karena itu, pembeli berhak mengembalikan barang yang dibeli ketika mendapati barangnya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Tentang kejujuran, sejarah Islam telah mencatat banyak kisah tentang hal itu. Di antaranya, sebagaimana dikisahkah oleh Imam Ghazali, yang dinukil oleh Syaikh Yusuf Qordhawi dalam bukunya “al- Iman wal-Hayah”, bahwa Yunus bin Ubaid berjualan pakaian dengan harga yang beragam. Ada yang berharga 200 dirham dan ada juga 400 dirham. Ketika ia pergi untuk sholat, anak saudaranya menggantikan untuk menjaga kios. Pada saat itu datang seorang Arab Badui (kampung) membeli pakaian yang berharga 400 dirham. Oleh sang penjuan diberikan pakaian yang berharga 200 dirham. Pembeli merasa cocok dengan pakaian yang ditawarkan, maka dibayarlah dengan 400 dirham. Badui tersebut segera pergi dan menenteng pakaian yang baru ia beli. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Yunus bin Ubaid. Ia sangat paham bahwa pakaian yang di beli Badui tersebut adalah berasal dari kiosnya. Maka ditanyakanlah, “Berapa harga pakaina ini?” “Empat ratus dirham”. Yunus menjawab, “ Harganya tidak lebih dari dua ratus dirham, mari kita kembali untuk kukembalikan kelebihan uangmu”. Badui tersebut menjawab “Ditempat lain pakaian semacam ini harganya 500 dirham, dan saya sudah merasa senang”. “Mari kembali bersamaku, karena dalam pandangan agama kejujuran
6
lebih berharga dari dunia seisinya” Sesampainya di kios, dikembalikannya sisi uang pembelian tersebut sebanyak 200 dirham.10 Dalam ayat tersebut Allah SWT, telah mengisyaratkan bahwa transaksi ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia harus dengan yang baik dan benar, yaitu harus saling merelakan dan dengan cara cara-cara yang tidak dilarang oleh agama. Manusia sebagai agen perubahan sosial dalam Islam dalam melaksanakan aktivitas ekonomi harus dilandasi oleh kode etik dan nilai-nilai humanitas. Nilai-nilai tersebut sangat diperlukan sebagai penopang langkah dan pandangan manusia dalama rangka membangun sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia agar sejalan dengan misi dasarnya sebagai khalifah Allah.11Disyaratkan atas dasar suka sama suka dalam perdagangan untuk menunjukkan bahwa akad perdagangan tersebut bukan akad riba, karena riba bukan termasuk perdagangan, bahkan menyelisihi maksudnya, dan bahwa kedua belah pihak harus suka sama suka dan melakukannya atas dasar pilihan bukan paksaan. Oleh karena itu, jual beli gharar (tidak jelas) dengan segala bentuknya adalah haram karena jauh dari rasa suka sama suka. Termasuk sempurnanya rasa suka sama suka adalah barangnya diketahui dan bisa diserahkan. Pembeli atau konsumen seharusnya
dalam bertransaksi atau menerima
barang dalam kondisi yang baik dan dengan harga yang wajar. Mereka juga harus
10
http://mkitasolo.blogspot.com/2011/12/tafsir-surat-nisa-4-ayat-29.html tanggal 18 Juli 2014 Pukul 21.00 WIB. 11
diakses
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat.(Yogyakarta : Graha Ilmu,2007), hlm.81
pada
7
diberitahu ketika ada kekurangan-kelurangan
pada suatu barang.12 Dengan
demikian terjadi rasa saling ridha satu sama lain dalam jual-beli. Di zaman yang semakin modern dan teknologi yang canggih ini. Untuk menarik perhatian dari ketatnya persaingan bisnis. Para produsen membuat konsumen agar tertarik membeli barang tersebut dengan cara mengadakan diskon, dan banyak cara untuk membuat diskon. Salah satunya dengan mengadakan yang namanya kartu diskon atau kartu member dalam transaksi jual-beli. Dalam praktek kartu diskon atau member card ini sangat erat hubungannya dengan kaedah hukum jual beli dimana didalamnya juga harus mengandung unsur etika bisnis Islam. Apakah penggunaan kartu diskon ataupun kartu member dalam transaksi jual beli itu sesuai dengan prinsip-prinsip fikih muamalah ?. Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul "Penggunaan Perspektif
Kartu
Diskon
dalam
Transaksi
Jual
Beli
Menurut
Fikih "
B. Identifikasi Masalah Saat ini memang banyak pelaku usaha ataupun perusahaan-perusahaan menggunakan konsep promosi produknya dengan kartu diskon. Namun sebaiknya mereka tetap memperhatikan etika bisnis Islam dalam kegiatannya. Agar tidak ada pihak yang dirugikan dan sesuai dengan syarat, rukun jual beli maupun prinsip fikih muamalahnya.
12
Rafik Isa Beekum, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), hlm.72
8
Kartu diskon ada yang diberikan secara cuma-cuma kepada pelanggannya. Ada juga kartu diskon yang mewajibkan pelanggannya membayar sejumlah uang setiap tahun untuk masa aktif kartunya. Penulis berusaha mengidentifikasikan beberapa masalah dari pembahasan ini secara umum yaitu : 1. Apakah penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli sesuai dengan prinsip-prinsip fikih muamalah ? 2. Apakah penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli khususnya yang berbayar termasuk riba al-fadhl ?
C. Pembatasan Masalah Agar tidak melebar dan fokus dalam pembahasan ini, maka penulis berusaha untuk memberikan sebuah batasan atas permasalahan yang penulis bahas. Pembatasan masalah dimaksudkan agar masalah lebih terfokus dan spesifik, serta untuk menghindari kemungkinan terjadi tumpang tindih dengan masalah lain di luar penelitian.13 Penulis membatasi masalah penelitian kepada diskonplus.com karena kartu diskon yang terdapat disana sangat berbeda dengan kartu diskon pada umumnya. Kebanyakan kartu diskon yang ada digunakan di supermarket ataupun perusahaan lainnya tidak membebani biaya perpanjangan setelah menjadi anggota. Namun lain halnya di diskonplus.com, konsumen yang sudah tedaftar 13
Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta, UIN SYAHID, 2007), hlm.23
9
sebagai anggota diharuskan membayar sejumlah uang setiap tahunnya untuk masa aktif kartunya.
D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hukum penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif fikih ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hukumpenggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli menurut perspektif fikih. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Program Akademisi Skripsi bisa menambah literatur dalam pengkajian ilmu-ilmu yang dipelajari serta sebagai referensi kepustakaan dalam mengembangkan khasanah keislaman khususnya dibidang fikih muamalah kontemporer. 2. Bagi Masyarakat Umum Agar mengetahui hukum penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual-beli sehingga tidak ragu lagi melakukan praktek jual beli dengan kartu diskon.
F. Tinjauan (Review) kajian Terdahulu Pembahasan mengenai penggunaan kartu diskon dalam Transaksi Jual-Beli menurut perspektif Fikih memang merupakan salah satu masalah fikih muamalah
10
kontemporer, namun demikian ada juga yang membahas tentang masalah yang berkaitan dengan ini. Oleh karena itu penulis melakukan beberapa review studi terdahulu, agar nantinya penelitian ini menghasilkan sebuah penelitian yang baik, sebagai pengembangan wacana yang mungkin sudah ada literatur tersebut yaitu. " Perlindungan konsumen dalam perspektif hukum Islam : tinjauan terhadap undang-undang no.8/1999 tentang perlindungan konsumen" yang ditulis oleh Andi Syafrani, Fakultas Syariah dan Hukum. Dalam skripsi ini menyebutkan bahwa Undang-undang tersebut sangat relevan dengan ajaran Islam tentang jual beli yang baik dalam hal melindungi konsumen dalam bertransaksi. Dan juga skripsi Arifin, Fakultas Syariah dan Hukum dengan judul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Potongan Harga Dengan Menggunakan Kartu Member dalam Transaksi Jual Beli dan Relevansinya dengan UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlingdungan Konsumen (Studi Kasus di Alfamart Kelurahan Ngalian Semarang) yakni membahas pemberian potongan harga dengan kartu member tanpa harus membayar setiap tahunnya menurut Hukum Islam dan relevensinya dengan UU Perlindungan Konsumen dalam penerapannya. Ada pula Skripsi Abdul Hakim 2005 dengan judul " Transaksi Jual Beli melalui Electronic Commerce (E-commerce) Dipandang dari Hukum Perikatan Islam. Dalam skripsi ini membahas mengenai transaksi jual beli yang dilakukan melalui internet yang disandarkan pada ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam Hukum Perikatan Islam.
11
Satu lagi skripsi dengan judul "Pencurian Kartu Kredit untuk transaksi Jual Beli melalui internet menurut hukum Islam dan Hukum positif Indonesia" ditulis oleh Teguh Santoso tahun 2007. Skripsi ini membahas tentang pencurian kartu kredit yang digunakan untuk transaksi jual beli melalui internet dengan menyorot kepada hukum Islam dan hukum positif. Dari skripsi semua diatas tentang transaksi jual-beli, berbeda halnya dengan judul skripsi yang penulis ambil. Dalam skripsi diatas penulis tidak menemukan pembahasan yang saat ini sedang penulis bahas, yaitu mengenai Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli menurut Perspektif Fikih. Pembahasan dalam skripsi ini berbeda halnya dengan skripsi Arifin diatas, jika dia hanya membahas skripsi tentang kartu member yang diberikan secara cuma-cuma tanpa harus membayar menurut hukum Islam dengan relevansinya terhadap UndangUndang Perlindungan konsumen, sedangkan skripsi yang penulis bahas disini adalah kartu diskon yang dimana konsumennya wajib membayar sejumlah uang setiap tahunnya sebagai masa aktif kartu diskon tersebut menurut perspektif prinsip-prinsip fikih muamalah.
G. Metode Penelitian Suatu
metode
ilmiah
dapat
dipercaya
apabila
disusun
dengan
mempergunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Metode adalah pedoman–pedoman, cara seseorang ilmuwan
12
mempelajari dan memahami lingkungan–lingkungan yang dihadapi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode–metode sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Dalam ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis data kualitatif cendrung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.14 Dalam masalah ini prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggabarkan/melukiskan
keadaan
subyek/obyek
penelitian
(seorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.15 Dari pemaparan di atas Penulis berusaha memaparkan suatu kejadian dan peristiwa. Metode ini berguna untuk melahirkan teori-teori tentative, metode deskriptif berusaha mencari bahan bukan mengujinya, penelitian ini lahir karena kebutuhan. Penelitian ini memerlukan kualifikasi, yaitu peneliti harus memiliki sifat yang represif (mau menerima) yang berarti
harus selalu mencari
informasi, bukan menguji kebenaran suatu teori dan penelitian harus memiliki 14
. Lexi Moeleong. Metotodologi penelitian Kualitatif, Cet. 13,(Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2002), hlm.135. 15
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. 12, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press 2007), hlm. 67.
13
kekuatan integrative, yaitu kekuatan untuk memadukan berbagai informasi yang diperoleh menjadi satu kesatuan penafsiran. 2. Jenis Penelitian Dalam penyusunan skiripsi ini, penulis
memilih studi kepustakaan
(library research). Penulis mencari bahan-bahan dari sumber tulisan yang berhubungan dengan permasalahan judul skiripsi. 3. Sumber Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Studi Pustaka, yaitu menyelidiki dokumen-dokumen tertulis untuk memperoleh data yang terdiri dari: a. Sumber data primer yaitu kitab suci Al-Quran, Hadist, Kitab Fikih dan lain-lain b. Sumber data sekunder yaitu data yang di peroleh dari bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan primer seperti, buku teks, Dokume-dokumen, Analisis data, Biografi, Kamus, maupun data dari internet (website). 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penulisan skiripsi ini adalah dengan di peroleh dari hasil riset pustaka yaitu dengan mencari informasi-informasi dari data sekunder, primer dan literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang di angkat.
14
5. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data yang telah dihimpun, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Metode induktif, yaitu pengambilan kesimpulan yang dimulai dari kesimpulan atau fakta-fakta khusus menuju kepada kesimpulan yang bersifat umum.16 Jadi metode induktif adalah menganalisa data yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan secara umum, oleh karenya dalam penelitian sebagai isi dari skiripsi ini, penulis mencari berdasarkan literarture tentang judul yang sedang penulis teliti kemudian dari temuan tersebut dilakukan analisa atau kesimpulan secara umum. b. Metode deduktif, menarik fakta atau kesimpulan yang bersifat umum, untuk dijadikan fakta atau kesimpulan umum yang bersifat khsusus.17 6. Teknik Penulisan Adapun Teknik penulisan dan penyusunan skripsi berpedoman pada Prinsip-prinsip yang telah diatur dan di bukukan dalam buku pedoman penulisan skiripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
16
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Cet ke 7, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), hlm.7. 17
hlm. 56.
Sutrisno Hadi, Metodelgi Penelitian Resreach, (Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2007),
15
H. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penyusunan skripsi ini, penulisan membaginya kepada lima bab, yang garis besarnya penulis gambarkan sebagai berikut : BAB I :
Pendahuluan Merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar belakag masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Dengan berangkat dari pendahuluan kita sudah mengetahui garis besar penelitian
Bab pertama ini adalah sebagai pengantar. Adapun isi
penelitian seluruhnya tertuang dalam bab II, III, IV. Inti dari penelitian seluruhnya tertuang dalam bab V, berisi kesimpulan dan saran. BAB II : Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Pengertian dan dasar hukum jual beli, Rukun dan Syarat Jual Beli, Macam-Macam Bentuk Jual Beli, Jual Beli yang dilarang dan yang diperbolehkan. BAB III : Praktek Jual Beli Menggunakan Kartu Diskon Membahas tentang Pengertian Kartu Diskon, Macam-Macam Kartu Diskon, Praktek Transaksi Jual Beli dengan Potongan Harga Menggunakan Kartu Diskon. BAB IV: PenggunaanKartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli Menurut Perspektif Fikih Membahas tentang Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaki Jual Beli menurut Perspektif Fikih dan Hukum Islam
16
BAB V : Penutup Sebagai bab penutup, berisikan Kesimpulan dan Saran-saran. Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi yang meliputi; kesimpulann, saran-saran, kata penutup. Sedangkan pada bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.
BAB II SEPUTAR JUAL BELI
A. Pengertian Jual Beli dalam Hukum Islam Jual beli menurut hukum perdata (B.W) adalah suatu peristiwa perjanjian timbal balik dimana pihak yang satu (penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lain (pembeli) berjanji untk membayar dengan harga yang terdiri dari sejumlah uang sebagai imbalan.1 Adapun Jual Beli dalam istilah fikih disebut dengan "al-ba-'i", adalah yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Lafal "al-ba'i" dalam bahasa Arab digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata "asy-syira'" (beli). Dengan demikian kata "al-ba'i" berarti juga jual, tetapi juga sekaligus beli.2 Secara etimologi, jual beli dapat diartikan :
Artinya : "pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain"3
ُم َقابَلَةٌ َش ْي ٍء بِ َش ْي ٍء
Jual beli menurut pengertian lughowi adalah saling tukar menukar (pertukaran). Dan kata al-ba'i (jual) dan asy-syira' (beli) dipergunakan biasanya dalam arti yang sama.4
1
R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hlm.1.
2
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah 12, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007) hlm.111
3
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), hlm.73.
4
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 12, Alih Bahasa Kamaludin A. Marzuki, (tk : Perc.Offset, T.Th.) hlm.47 17
18
Secara terminologi, jual beli menurut Sayyid Sabiq adalah "penukaran harta dengan harta yang lain dengan jalan saling merelakan, atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.5 Adapun menuurt ulama Hanafi adalah tukar menukar maal (barang atau harta) dengan maal yang dilakukan dengan cara tertentu. Atau tukar- menukar- barang yang bernilai dengan semacamnya dengan cara yang sah dan khusus, yakni, ijab-qabul atau mu'ȃthȃ' (tanpa ijab qabul).6 Sedangkan definisi lain yang dikemukakan oleh ulama' malikiyah, syafi'iyah dan hanabilah mengartikan jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.7 Pengertian jual beli sama dengan pengertian muamalah dalam arti sempit (khas) yaitu semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan.8 Perdagangan atau perniagaan pada umumnya adalah membeli barang dari satu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu berikut dengan maksud memperoleh keuntungan. Dari berbagai definisi di atas, dapat dipahami bahwa yang diperjualbelikan adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
5
Isnawati Rais dan hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, cet I ( Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hlm 66. 6
Wahbah az-Zuhaili Fiqih Islam 5, penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk cet X (Damaskus: Darul Fikr, 2007) hlm 25 7
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 12, Alih Bahasa Kamaludin A. Marzuki,hlm..47.
8
Nasroen Haroen,Fiqh Muamalah, hlm.vii.
19
secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara' dan disepakati.9 Dari uraian pengertian jual beli diatas yang dapat penulis simpulkan adalah bahwa jual beli merupakan pertukaran barang yang bermanfaat antara kedua belah pihak secara sukarela dengan cara-cara dan aturan yang telah ditentukan.
B. Dasar Hukum Jual Beli. Jual Beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah saw. Terdapat sejumlah ayat Al-Qur;an yang berbicara tentang jual beli, diantaranya:10 …..
…..
Artinya"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (Q.S. Al-Baqarah 275) Ayat ini menunjukkan tentang kehalalan jual-beli dan keharaman riba. Ayat ini menolak argumen kaum mushrikin yangmenentang disyari'atkannya jual beli yang telah di syariatkan Allah SWT dalam Al-Qur'an dan menganggap identik dan sama dengan sistem ribawi.11 Kemudian ditegaskan lagi dalam surat An-Nisa' ayat 29 yang berbunyi :
9
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.68-69
10
Nasroen Haroen,Fiqh Muamalah, hlm.113
11
Dim Yaudim Juaini, Fiqh Mu'amalah, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.71.
20
Artinya : . Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yangBerlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S An-Nisa :29) Ayat ini merujuk pada perniagaan atau transaksi-transaki dalam mu'amalah yang dilakukan secara bathil. Ayat ini mengindikasikan bahwa Allah SWT, melarang kaum muslimin memakan harta orang lain secara bathil dalam konteks memiliki arti yang sangat luas diantaranya : melakukan transaksi berbasis bunga (riba), transaksi yang bersifat spekulatif judi (maisir) maupun transaski yang mengandung unsur gharar (adanya resiko dalam transaksi) serta hal-hal lain yang bisa dipersamakann dengan itu.12 Jual beli yang diberkahi adalah jual beli yang tidak mengandung unsur penipuan dan merugikan orang lain. Hukum jual beli juga dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW yakni :
ٍ اِّّنَا البَ ْي ُع َع ْن تَ َر )اض (رواه ابن حبان "Jual beli itu atas dasar saling suka sama suka " (HR.Ibnu Hiban) No. Hadits 128313 Sabda Rasulullah Saw : 12
13
Dim Yaudim Juaini, Fiqh Mu'amalah,hlm.70.
Muhammad Nashirudin Al-Albani, Irwaul-Gholil Fi Takhriji Ahadits, Juz V, Cet II (Beirut : Munari As-Sabil, Al-Maktabah Al-Islamiyah-, hlm 125.
21
ِ َّ الص ُدو ُق األ َِمْي مع النَّبِ ْْي و ِ )ُّه َد ِاء (رواه الرتمذي َ ْ الصدِّيْق َّ َ َ ُ ْ َ ْي َو الش ْ َّ التَّا ج ُر "Pedagang yang jujur dan terpercaya sejajar (tempatnya di surga) bersama-sama dengan para Nabi, shidiqin, dan syuhada." (HR.At-Tirmidzi, No. Hadits 10196)14 Terakhir dalil dari ijma'. Ulama muslim sepakat atas kebolehan akad jual beli.15. Karena kebutuhan manusia sehari-hari pada umumnya bergantung pada apa yang ada ditangan kawannya, sedangkan kawan tersebut terkadang tidak memberikannya dengan cuma-cuma kepada rekannya. Maka di dalam persyariatan jual beli terdapat sarana yang sah untuk menggapai tujuan dengan cara yang sah tanpa menzhalimi orang lain.16 Pada dasarnya hukum jual beli adalah boleh. Imam Syafi'i mengatakan, "Semua jenis jual beli hukumnya boleh kalau dilakukan oleh dua pihak yang masing-masing mempunyai kelayakan untuk melakukan transaksi, kecuali jual beli yang dilarang atau diharamkan dengan izin-Nya maka termasuk dalam kategori yang dilarang.17 Namun menurut Imam asy-Syȃtibȋ (ahli fikih Mazhab Imam Maliki), hukumnya bisa berubah menjadi wajib dalam situasi tertentu, sebagai contoh dikemukakannya, bila suatu waktu terjadi praktek penimbunan barang, sehingga
14
Ahmad Al-Husain bin Ali bin Musa Abu Bakr Al-Baihaqi, Sunan Baihaqi Al-Kubro, juz v , (Maktabah Darul-Bazi:Maktabah Al-Mukaromah, 1994), hlm 266 15
Dim Yaudim Juaini, Fiqh Mu'amalah,hlm.73.
16
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, hlm 68. 17
Wahbah az-Zuhaili Fiqih Islam 5,penerj Abdul Hayyie al-Kattani, dkk , hlm 27.
22
persediaan (stok) hilang dari pasar dan harga melonjak naik. Apabila terjadi praktek semacam itu, maka pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual barang-barang sesuai dengan harga pasar sebelum terjadi pelonjakan harga barang itu. Para pedagang wajib memenuhi ketentuan pemerintah di dalam menentukan harga di pasaran. Berdasarkan dalil-dalil yang diungkapkan jelas sekali bahwa praktek akad atau kontrak jual beli mendapatkan pengakuan dan legalitas dari syara' dan sah untuk dilaksanakan dalam kehidupan manusia.18 Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dasar hukum jual beli adalah mubah, namun bisa menjadi wajib disebabkan kejadian tertentu. Dan transaksi jual beli tidak bisa kita pungkiri keberadaannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita membutuhkannya untuk saling mendapatkan manfaat. Jual beli juga merupakan sarana yang sah untuk menggapai tujuan dengan cara yang sah tanpa menzhalimi orang lain.
C. Rukun dan Syarat Jual Beli Jual beli adalah merupakan suatu akad, dan dipandang sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat jual beli,19 1. Rukun-rukun Jual Beli. Dalam melaksanakan suatu perikatan (jual beli) terdapat rukun dan 18
19
Dim Yaudim Juaini, Fiqh Mu'amalah,hlm.73.
M.Ali Hasan Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) hlm 117
23
syarat yang harus di penuhi. Secara bahasa rukun adalah "sesuatu yang harus dipenuhi untuk syahnya pekerjaan".20 Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama berbeda pendapat. Menurut mazhab Hanafi rukun jual beli hanya ijab dan kabul saja. Menurut mereka yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan antara kedua belah pihak untuk berjual-beli itu.21 Sedangkan menurut jumhur ulama ada empat rukun jual beli :Ba'i (Penjual), Mustari (pembeli), Ma,qud'alaih (benda/barang), Sighat (IjabQabul).22 a. Ba'i (penjual) Adalah seorang atau sekelompok orang yang menjual benda/barang kepada pihak lain atau pembeli baik berbentuk individu atau kelompok. b. Mustari (pembeli). Adalah seorang atau sekelompok orang yang membeli benda/ barang dari penjual baik berbentuk individu atau kelompok. c. Ma'qud 'alaih (benda/barang) Adalah objekk dari transaksi jual beli baik berbentuk barang/benda atau uang. 20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta;Balai Pustaka, 2002), hlm. 996 21
M.Ali Hasan Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, hlm 117-118
22
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah,hlm.76.
24
d. Sighat.(ijab-qabul). Yaitu ucapan penyerahan hak milik dari satu pihak dan ucapan penerimaan di pihak lain baik darii penjual dan pembeli. 2. Syarat-syarat Jual Beli. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam akad jual beli adalah sebagai berikut : a. Terkait dengan Suubjek Akad (Aqad). Subjek akad atau aqad (penjual dan pembeli) yang dalam hal ini bisa dua atau beberapa orang melakukan akad, adapun syarat-syarat bagi orang yang melakukan akad ialah.: 1) Baligh, Berumur 15 tahun keatas /dewasa. Anak kecil tidak sah jual belinya. Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur
dewasa,
menurut
pendapat
sebagian
ulama,
mereka
diperbolehkan berjual beli barang-barang yang kecil, karena kalau tidak diperbolehkan, sudah tentu menjadi kesulitan dan kesukaran, sedangkan agama Islam sekali-kali tidak akan menetapkan peraturan yang mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya.23 2) Kehendak Sendiri, artinya tidak ada unsur pemaksaan kehendak baik dari penjual atau pembeli dalam transaksi jual beli. Unsur yang dikedepankan adalah adanya kerelaan (suka sama suka) antara penjual dan pembeli). 23
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam,Cet. XXIV, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 1994), Hlm 281.
25
3) Tidak Mubazir, (Pemboros), Sebab harta orang yang mubazir ditangan walinya. 4) Berakal, yang dimaksud dengan berakal adalah dapat membedakan atau memilih mana yang terbaik bagi dirinya24. Hal ini agar tidak dimudah ditipu orang, maka batal akad orang gila dan orang bodoh, sebab mereka tidak pandai mengendalikan harta, oleh karena itu orang gila, dan orang bodoh tidak boleh menjual harta sekalipun miliknya, Allah berfirman :
…. Artinya. "Dan janganlah kamu serahkan hartamu kepada orang-orang yang bodoh" (Q.S. An-Nisa' :5) Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa harta tidak boleh diserahkan kepada orang bodoh, illat larangan tersebut ialah karena orang bodoh tidak cakap dalam mengendalikan harta, maka orang gila dan anak kecil juga tidak cakap sah melakukan ijab dan qabul.25 b. Terkait dengan Objek Akad (Ma'qud 'alaih) Ma'qud 'alaih (objek akad). Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah: 1) Suci atau mungkin untuk disucikan, maka tidak syah penjualan bendabenda najis seperti anjing, babi, dan yang lainnya. 24
Suhardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2000), hlm.130.
25
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 12, hlm.51.
26
Menurut riwayat lain dari Nabi dinyatakan "kecuali anjing untuk berburu"boleh
diperjualbelikan.
Menurut
Syafi'iyah
bahwa
sebab
kebenaran arak, bangkai, anjing, dan babi karena najis, berhala bukan karena najis tapi karena tidak ada manfaatnya, menurut Syara', batu berhala bila dipecah-pecah menjadi batu biasa boleh dijual, sebab dapat digunakan untuk membangun gedung atau yang lainnya. Abu Hurairah, Thawas dan Mujahid berpendapat bahwa kucing haram diperdagankan alasannya
Hadits
Shahih
yang
melarangnya,
jumhur
ulama
membolehkannya selama kucing tersebut bermanfaat, larangan dalam Hadits shaih dianggap sebagai tanzih (makrȗh tanzȋh).26 2) Memberi manfaat menurut syara', maka dilarang jual beli benda-benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara', seperti menjual babi, kala, cecak, dan yang lainnya. Alasannya adalah bahwa yang hendak diperoleh dari transaksi ini adalah manfaat itu sendiri. Bila barang itu tidak ada manfaatnya, bahkan dapat merusak seperti ular dan kalajengking, maka tidak dapat dijadikan objek transaksi.27 Sedangkan yang dimaksud dengan barang yang bermanfaat yaitu kemanfaatan barang tersebut sesuai dengan ketentuan hukum agama (syari'at Islam). Maksudnya pemanfaatan barang tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Misalnya jika sesuatu 26
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, .hlm.72.
27
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, cet I(Bogor: Kencana,2003),hlm.197
27
barang dibeli, yang tujuan pemanfaatannya untuk berbuat yang bertentangan denga syari'at Islam maka barang tersebut dapat dikatakan bermanfaat.28 3) Jangan dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti : jika Ayahku pergi ku jual motor ini kepadamu. 4) Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan saya jual motor ini kepada Tuan selama satu tahun, maka penjualan tersebut tidak sah, sebab jual beli adalah salah satu sebab pemilikan secara penuh yang tidak dibatasi apa pun kecuali ketentuan syara'. 5) Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat, tidak sah menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi, barang-barang yang sudah hilanng atau barang yang sulit diperoleh kembali karena samar, seperti seekor ikan jatuh ke kolam, maka tidak diketahui dengan pasti sebab dalam kolam tersebut terdapat ikan-ikan yang sama.29 6) Milik orang yang telah melakukan akad. Maksudnya bahwa orang yang melakukan perjanjian jual beli atau sesuatu barang adalah pemilik sah barang tersebut dan atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang tersebut.30 Tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak seizin pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi miliknya. 28
Suhardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam, hlm.133.
29
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,hlm.72-73.
30
Suhardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam,hlm.133.
28
7) Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak. c. Terkait dengan Ijab Qabul (Lafaz Shighat) Definisi Ijab menurut ulama Hanafiyah yaitu penetapan perbuatan tertentu yang menunjukkan keridhaan yang diucapkan oleh orang pertama, baik yang menyerahkan maupun yang menerima, sedangkan qabul adalah orang yang berkata setelah orang yang mengucapkan Ijab, yang menunjukkan keridhaan atas ucapan orang yang pertama. Sedangkan ulama selain Hanafiyah berpendapat bahwa Ijab adalah persyaratan yang keluar dari orang yang menyerahkan benda, baik yang dikatakan oleh orang pertama atau kedua, sedangkan qabul adalah pernyataan dari orang yang menerima barang.31 Sayyid Sabiq dalam bukunya Fikih Sunnah ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam Shighat Akad, yaitu : 1) Satu sama lainnya berhubungan di satu tempat tanpa ada pemisah yang merusak. 2) Ada kesepakatan ijab dengan qabul pada barang yang saling mereka rela berupa barang yang dijual dan harga barang. Jika sekiranya kedua belah pihak tidak sepakat, jual beli (akad) dinyatakan tidak sah. Seperti 31
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah,hlm.45-46.
29
jika si penjual mengatakan "Aku jual kepadamu baju ini seharga lima pound", dan si pembeli mengatakan "Saya terima barang tersebut dengan harga empat pound", maka jual beli dinyatakan tidak sah. Karena ijab dan qabul berbeda. 3) Ungkapan harus menunjukan masa lalu (madhi) seperti perkataan penjual : Aku telah jual dan perkataan pembeli : Aku telah terima, atau masa sekarang : sekarang aku jual dan sekarang aku beli. Jika yang diingini masa yang akan datang atau terdapat kata yang menunjukkan masa datang, misalnya maka hal itu baru merupakan janji untuk berakad. Janji itu berakad tidak sah sebagai akad sah, karena itu menjadi tidak sah menurut hukum.32 Transaki berlangsung secara hukum bila padanya telah terdapat saling ridha yang menjadi kriteria utama dan sahnya suatu transaksi. Namun suka saling ridha itu merupakan perasaann yang berbeda pada bagian dalam hati manusia yang mungkin tidak diketahui orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu indikasi yang jelas yang menunjukkan adanya perasaan hati tentang saling ridha itu. Para ulama terdahulu menetapkan ijab-qabul itu sebagai indikasi.33 Ijab qabul adalah salah satu bentuk indikasi yang meyakinkan adanya rasa suka sama suka. Bila pada waktu ini dapat menemukan cara 32
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, hlm.50
33
Amir Syarifuddin, Garis-Garis BesarFiqh, cet I,hlm.195
30
lain yang dapat ditempatkan sebagai indikasi seperti saling mengangguk atau saling mendatangani dokumen, maka dengan demikian telah memenuhi unsur suatu transaksi. Umpamanya transaksi yang dilakukan di supermarket atau minimarket, pembeli telah menyerahkan uang dan penjual melalui petugasnya di counter telah memberikan slip tanda terima, maka sah jual-beli itu.34 Dalam literatur fikh muamalah terdapat pengertian ijab dan qabul dengan berbagai rumusan yang bervariasi namun intinya sama. Misalnya dalam buku "fikih muamalah" susunan Hendi Suhendi dijelaskan bahwa ijab permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad, sedangkan qabul ialah perkataan yang keluar dari pihak berakad pula, yang diucapkan setelah ijab.35 Menurut mazhab Hanafi, ijab ialah sesatu yang keluar pertama kali dari salah satu dari dua orang yang mengadakan akad. Baik dari si penjual, seperti ucapan, "saya menjual kepadamu barang ini" maupun dari si pembeli seperti ucapan : "saya membeli barang ini dengan harga seribu", kemudian si penjual menjawab : "barang itu aku jual kepadamu". Sedangkan "qabul" ialah suatu yang keluar kedua (sesudah ijab). 34
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, hlm.195
35
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,.hlm.47
31
Rachmad Syafe'i dengan mengutip ulama Hanafiah dalam redaksi yang berbeda mengatakan ijab ialah penetapan perbuatan terentu yang menunjukkan keridhaan yang diucapkan orang pertama, baik yang menyerahkan maupun yang menerima, sedangkan qabul ialah orang yang berkata setelah orang yang mengatakan ijab yang menunjukkan keridhaan atas ucapan orang pertama.36 Dari rumusan-rumusan diatas dapat dapat disimpulkan bahwa ijab ialah suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak pertama untuk melakukan atau tidak melakukan seuatu. Qabul ialah suatu pernay pernyataan menerima dari pihak kedua atas penawaran yang dilakukan oleh pihak pertama. Dalam hubungannya dalam ijab qabul, bahwa syarat-syarat sah ijab qabul ialah : 1) Jangan ada yang memisahkan, jangan pembeli diam-diam saja setelah penjual menyatakan ijab dan sebaliknya. 2) Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan qabul 3) Beragama Islam. Syarat beragama Islam khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu, seperti seorang dilarang menjual hambanya yang beragama Islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan abid yang beragama Islam, sedangkan Allah melarang orang mukmin membeli jalan orang kafir untuk merendahkan mukmin. 36
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah,hlm.45.
32
D. Jual Beli yang Dilarang dan yang Diperbolehkan 1. Jual beli yang dilarang. Jual beli yang dilarang dalam Islam, Wahab Al-Juhlili membagi menjadi 4 (empat) poin yaitu sebagai berikut.37 a. Terlarang sebab ahliyah (ahli akad) Ahli akad adalah orang yang melakukan akad, baik dari penjual maupun pembeli. Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan syahid apabila dilakukan oleh orang yang baligh, berakal dalam memilih. Adapun yang dipandang tidak sah dalam jual beli adalah sebagai berikut: 1) Jual beli orang gila Ulama Fikih sepakat bahwa jual beli orang yang gila tidak sah, begitu pula sejenisnya seperti orang mabuk dan lain-lain. Jika orang gila dapat sadar seketika (kadang-kadang sadar dan kadang-kadang gila). Maka akad yang dilakukannya pada waktu sadar dinyatakan sah dan yang dilakukan ketika tidak gila tidak sah.38 2) Jual beli anak kecil Ulama fikih sepakat bahwa jual beli anak kecil (belum mumayyiz) dipandang tidak sah, kecuali dalam perkara-perkara yang ringan atau sepele. 37
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah,hlm.93.
38
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 12,hlm.51.
33
3) Jual beli orang yang buta Jumhur ulama mengatakan bahwa jual beli orang buta adalah sah apabila orang buta itu memiliki hak khiyar. Sedangkan menurut ulama syafi'iyyah membolehkan jual ini, kecuali jika barang yang dibeli itu telah ia lihat sebelum matana buta.39 4) Jual beli terpaksa Jual beli ini tidak sah karena tidak ada keridhaan baik dari penjual maupun pembeli. Jual beli dianggap tidak sah hukumnya, jika salah satu dari penjual atau pembelinya merasa terpaksa yang bukan dalam hal yang benar.40 5) Jual beli fudhul Adalah jual beli milik orang tanpa seijin pemiliknya, disyari'atkan agar kedua belah pihak yaang melakukan akad jual beli adalah orang yang mempunyai hak milik penuh terhadap barang yang sedang diperjualbelikan atau ia mempunyai hak untuk menggantikan posisi barang yang asli.41 6) Jual beli orang yang terhalang Terhalang disini adalah terhalang karena kebodohan, bangkrut atau sakit. Jual beli orang yang bodoh yang suka menghamburkan hartanya 39
Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, hlm. 127.
40
Saleh Al-Fauzan Al-Mulakhasul, Fiqh Sehari-hari, Alih bahasa Hayyie,Fkk, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 366. 41
Saleh Al-Fauzan Al-Mulakhasul, Fiqh Sehari-hari, hlm. 367
34
menurut para ulama' Malikiyyah, Hanafiyyah, dan pendapat paling shahih dikalangan Hanabilah harus ditangguhkan. Adapun menurut ulama' Syafi'iyyah jual beli tersebut tidak sah sebab tidak ada ahli dan ucapannya dipandang tidak dapat dipegang.42 7) Jual beli majlis Jual beli majlis adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari perbuatan dhalim. Jual beli tersebut fasad, menurut ulama' Hanafiyyah dan batal menurut ulama Hanabilah.43 b. Terlarang sebab sighat. Jual beli terlarang sebab sighat maksudnya adalah tidak terpenuhinya perkataan, ucapan serah terima (ijab-qabul) baik dari penjual maupun pembeli. Jual beli yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dipandang tidak sah. c. Terlarang sebab mauqud 'alaih Secara umum mauqud 'alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, biasa disebut maba'i (barang jualan) dan harga. Ulama fikih sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila mauqud alaih adalah orang barang yang tetap atau bermanfaat, dapat diserahkan dapat dilihat oleh orang yang melakukan akad, tidak bersangkutan dengan milik orang lain dan tidak ada larangan dari syara'.44 42
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hlm.94-95
43
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hlm.95
44
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hlm.97
35
Selain itu, ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama, tetapi diperselisihkan oleh ulama' yang lain, diantaranya sebagai berikut: 1) Jual beli muhaqalah (barang yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada) Jual beli sesuatu yang tidak ada atau yang dikhawatirkan tidak ada. Para ulama' fikih menyatakan jual beli seperti ini tidak sah atau batal.45 Misalnya memperjual belikan buah-buahan yang putiknyapun belum muncul dipohon. 2) Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan. Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan seperti burung yang ada di udara, ikan yang ada di air tidak berdasarkan syara' 3) Jual beli gharar Yaitu jual beli yang samar, sehingga ada kemungkinan terjadinya penipuan, seperti penjualan ikan yang masih dikolam atau menjual kacang tanah yang diatasnya kelihatan bagus tapi bawahnya kelihatan jelek.46 4) Jual beli barang najis dan terkena najis Ulama' sepakat tentang larangan jual barang yang seperti najis seperti khamr. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat barang 45
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Bogor, hlm.203.
46
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,hlm.98
barang yang
36
terkena najis (al-mutanajis) yang tidak mungkin dihilangkan, seperti minyak yang terkena bangkai tikus.47 5) Jual beli air Air laut, sungai, dan yang serupa dengannya, seperti air sumber dan air hujan, adalah mubah bagi semua orang. Air-air ini tidak khusus dimiliki orang oleh seseorang tanpa yang lain dan tidak boleh dijual selama masih berada ditempatnya. 6) Jual beli mudhamin Jual beli mudhamin adalah transaksi jual beli yang objeknya adalah hewan yang masih dalam perut induknya.48 Menurut ulama' Hanafiyya jual beli seperti ini adalah fasid, sedangkan menurut jumhur adalah batal, sebab akan mendatangkan pertentangan. Berarti jual beli seperti ini dilarang, karena barangnya belum ada dan tidak tampak. 7) Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad (ghaib), ridak dapat dilihat Menurut ulama Malikiyyah, membolehkan jual beli seperti ini dengan memberikan syarat, yaitu : barang jauh sekali dari tempatnya, tidak boleh dekat sekali tempatnya, bukan pemilik harus ikut memberikan gambaran, harus meringkas sifat-sifat barang secara menyeluruh dan penjual tidak boleh memberikan syarat.49 47
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah,hlm.98
48
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh,hlm.202
49
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah,hlm.99
37
8) Jual beli sesuatu yang belum dipegang Ulama Hanafiyyah melarang jual beli barang yang dapat dipindahkan sebelum dipegang, tetapi untuk barang yang tetap dibolehkan. Sedangkan ulama Syafiiyyah melarang mutlak. Ulama Malikiyyah melarang atas makanan, sedangkan ulama hanabillah melarang atas makanan yang diukur.50 9) Jual beli buah-buahan atau tumbuh-tumbuhan Menjual buah-buahan yang belum pantas untuk dipanen seperti menjual rambutan yang masih hijau, mangga yang masih kecil-kecil dan lainnya. Hal dilarang karena barang tersebut masih samar, dalam artian mungkin saja buah tersebut jatuh tertiup angin kencang atau yang lainnya sebelum diambil oleh si pembelinya.51 d. Terlarang sebab syarat Ulama sepakat membolehkan jual beli yang memenuhi persyaratan rukunnya. Namun demikian ada beberapa masalah yang diperselisihkan diantara para ulama, diantaranya sebagai berikut : 1) Jual beli Riba Adalah kelebihan dari modal dasar atau asli, yang ditentukan sebelumnya, karena semata-mata imbalan bagi berlalunya waktu.
50
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hlm.99
51
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hlm.99
38
Menurut ulama hanafiyah adalah fȃsid,52 tetapi menurut jumhur ulama batal. 2) Jual beli barang dari hasil merampas Yakni merampas pedagang dari perjalanan menuju tempat yang dituju sehingga orang yang dicegatnya akan mendapatkan keuntungan, ulama Malikiyyah berpendapat bahwa jual beli seperti ini adalah fȃsid. 3) Jual beli waktu adzan Jum'at. Yakni bagi laki-laki yang berkewajiban melaksanakan sholat Jum'at. 4) Jual beli anggur untuk dijadikan khamr Menurut ulama Hanafiyah dan Syafiiyah dhahirnya shahih, tapi bathinnya makruh, sedangkan menurut ulama Malikiyyah dan Hambaliiyah adalah batal. 5) Jual beli induk tanpa anak yang masih kecil Hal ini dilarang sampai anaknya besar dan mandiri. 6) Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain. Seseorang telah sepakat akan membeli suatu barang, namun masih dalam khiyar, kemudian datang orang lain yang menuruh untuk membatalkan sebab ia akan membelinya dengan harga yang yang lebih tinggi.
52
Jual beli fasid adalah jual beli yang tidak mengikuti ketentuan Islam dengan sendirinya tidak
valid (jual beli yang sesuai dengan perintah syar’at)
39
7) Jual beli memakai syarat. Jual beli dengan syarat (iwadh majhul), jual beli seperti ini hampir sama dengan jual beli menentukan dua harga, hanya saja disini dianggap sebagai syarat, seperti seseorang berkata : "aku jual mobilku kepadamu dengan syarat jual dulu motor padaku ". lebih jelasnya jual beli ini sama dengan jual beli dengan dua harga menurut Al-Syafe'i. 8) Jual beli yang dilarang tapi sah. Adapun beberapa jual beli yang dilarang oleh agama tetapi sah hukumnya, tetapi orang yang melakukannya mendapat dosa. Jual beli tersebut antara lain : a) Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk kepasar untuk membeli benda-bendanya dengan harga yang semurah-murahnya, sebelum mereka tahu harga pasaran, kemudian ia jual dengan harga yang setingginya. Perbuatan ini sering terjadi dipasar-pasar yang berlokasi di daerah perbatasan kota dan kampung. Tapi bila orang kampung sudah mengetahui harga pasar, jual beli seperti ini tidak apa-apa. b) Menawarkan barang yang sedang ditawar oleh orang lain, seperti seseorang berkata "tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku yang akan membeli dengan harga yang lebih mahal". c) Jual beli dengan najasyi, ialah seseorang menambah atau melebihkan harga temannya dengan maksud memancing-mancing agar orang tersebut membeli barang kawannya.
40
d) Menjual diatas penjualan orang lain. Seumpamanya seseorang berkata "kembalikan saja barang itu kepadanya, nanti barangku saja kau beli dengan harga yang lebih murah dari itu53 2. Jual beli yang diperbolehkan Jual beli yang diperbolehkan oleh agama Islam adalah jual beli yang dilakukan dengan kejujuran, tidak ada kesamaran atau unsur penipuan. Kemudian rukun dan syaratnya terpenuhi, barangnya bukan milik orang lain dan tidak terikat dengan khiyar lagi.
53
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,hlm.82-83
BAB III PRAKTEK JUAL BELI DENGAN KARTU DISKON
A. Pengertian dan Macam-Macam Kartu Diskon Kartu diskon atau biasa dikenal juga dengan member card adalah kartu yang mana pemiliknya akan mendapatkan discount dari harga barang-barang atau beberapa pelayanan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan tertentu. Member card ini dalam bahasa Arab dsebut dengan nama Bitaqatu at- Tahfȋzh. Nurmadjito mengatakan, berbagai cara penjualan dilakukan untuk mencapai target penjualan atau pengutamaan meraih pangsa serta keuntungannya, dilakukan pelaku usaha dengan mengupayakan barang dan atau jasa (produk) yang ditampilkan menarik dengan harga yang terjangkau.1. salah satu caranya dengan mengadakan promosi kartu diskon Secara sederhana promosi dapat diartikan sebagaimana diungkapkan Rendra Widyatama dalam buku "Pengantar Periklanan" promosi adalah upaya menyampaikan suatu pesan tentang hal yang kurang dikenal sehingga menjadi dikenal oleh publik.2 Promosi adalah sarana paling ampuh dalam menarik dan mempertahankan pemasaran modern, tidak hanya memerlukan pengembangan produk atau jasa yang baik, penetapan harga atau setiap tarif jasa yang menarik
1
Ahmadi Niru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008).hlm. 89-93 2
Didih Suryadi, Promosi Efektif Menggugah Minat dan Loyalitas Pelanggan, (Yogyakarta: tugu Publiser, 2006), h.61. 41
42
serta lancarnya arus barang atau jasa menuju pelanggan harus menjadi prioritas utama. Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Walaupun kualitas suatu produk sangat baik, bila konsumen belum pernah mendengar dan tidak yakin kalau produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.3 Philip Kotler dalam bukunya Managemen Pemasaran, alih bahasa Hendra Teguh dan Ronny A.Rusly memaparkan bahwa, untuk memasarkan sebuah produkseorang produsen mengguanakan kiat promosi konsumen, diantaranya dengan potongan harga dan hadiah.4 Buchari Alma, dalam bukunya Pengantar Etika Bisnis, menjelaskan bahwa bisnis adalah aktifitas ekonomi manusia yang bertujuan mencari laba semata-mata, karena itu cara apapun boleh dilakukan demi meraih tujuan tersebut, asalkan tidak mengabaikan aspek moralitas dalam bisnis.5 Dalam persaingan bisnis yamg semakin modern saat ini, perusahaan-perusahaan berlomba-lomba membuat agar konsumen lebih tertarik dengan produk-produk mereka. Harga yang lebih murah dengan pengadaan kartu diskon untuk konsumen dan member merupakan salah satu sarana promosinya. Pada prinsipnya dalam Islam mempromosikan suatu barang diperbolehkan. Hanya saja dalam promosi tersebut mengedepankan faktor kejujuran dan
3
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi Press, 1997) edisi II, hlm.219
4
Philip Kotler, Managemen Pemasaran/ Marketting Management, alih bahasa Hendra Teguh danRonny A. Rusly, Jilid II, (Jakarta: P.T. Prehallindo, 1998), hlm.259 5
Buchari Alma, Pengantar Etika Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 1997), hlm 12.
43
menjauhi penipuan. Konsep promosi yang digunakan oleh Rasulullah SAW. Ketika menjual, beliau tidak pernah melebih-lebihkan produk dengan maksud untuk memikat pembeli. Rasulullah SAW, menyatakan dengan tegas bahwa seorang penjual harus menjauhi diri dari sumpah-sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang. Rasulullah SAW pun tidak pernah melakukan sumpah untuk melariskan dagangannya. Sumpah yang berlebihan dalam promosi telah sejak dulu dianjurkan untuk dijauhi. Mengapa.. ? karena sumpah yang berlebihan, yang dilakukan hanya untuk mendapatkan penjualan yang lebih, tidak akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan. Kartu member card mempunyai beberapa macam, diantaranya adalah : Pertama : Free Member Card, yaitu kartu keanggotaan yang didapatkan dengan cara gratis, atau sekedar membayar uang biaya pembuatan kartu. Kedua : Special Member Card, yaitu yang mana transaksi terjadi dari dua pihak saja : penyelnggara yang mengeluarkan kartu, dan anggota atau peserta yang membeli kartu. Ketiga : Common Member Card, yang mana transaksi terjadi dari tiga pihak : penyedia barang dan jasa, penyelenggara yang mengeluarkan kartu, serta anggota atau peserta yang membeli kartu. Kedua macam Member Card tersebut didapat dengan cara membayar.6
6
http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/262/hukum-menggunakan-member-card/diakses pada tanggal 19Desember 2014 Pukul0.10 WIB.
44
B. Praktek Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaksi Jual Beli Allah swt mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasan kepada hamba-hambanya-Nya. Karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan seperti ini tak pernah putus selama manusia masih hidup. Tak seorangpun dapat memenuhi hajat hidupnya sendiri, karena itu manusia dituntut berhubungan satu sama lainnya.7 Inilah yang menyebabkan adanya praktek jual beli. Pada umunya praktek transaksi sama, namun ada beberapa pelaku bisnis yang menggunakan sarana kartu diskon kepada konsumennya untuk lebih menarik perhatian pelanggannya. Cara ini banyak digunakan di supermarket, outlet-outlet dan juga di www.diskonplus.com sebagai pihak ketiga. Kartu diskon atau biasa juga disebut kartu member adalah kartu yang hanya dimiliki oleh anggota perusahaan atau organisasi. Kartu member biasanya menawarkan keuntungan-keuntungan tertentu seperti potongan harga) diskon terhadap pemegangnya. Pemilik kartu member akan merasa lebih eksklusif dengan kartu eksklusifnya dalam transaksi barang ataupun jasa. Dan membuat member tersebut merasa lebih dihargai. Sebagai contoh pelaku bisnis yang menggunakan sarana kartu diskon adalah
7
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalat, cet II, (Jakarta : Prenada Media Group, 2012), hlm.88-89
45
dari website www.diskonplus.com. lebih tepatnya sebagai penyelenggara atau perantara yang membantu para pelaku bisnis yang sudah bergabung untuk mendapatkan manfaat. Danpara customer yang sudah bergabung dengan Flip Flop Card supaya mendapatkan kemudahan dari discount-discount yang sudah diberikan dari pelaku bisnis barang maupun jasa yang sudah bergabung.8 Kartu member akan membuat anggotanya merasa lebih ekslusif dan mendapatkan keuntungan yang lebih dibanding dengan yang tidak memilikinya. Cara Mendapatkan Kartu Exclusive DiskonPlus dari Flipflop 1. Foto copy KTP/identitas lain 2. Membayar biaya registrasi Rp.150.000. dan transfer ke rekening yang ditentukan 3. Setelah Transfer Selesai ,lalu pengiriman kartu diskon ke alamat pelanggan 4. Exclusive Card/ Kartu Eksklusif berlaku 1 tahun Setelah
konsumen
memiliki
karu
exclusive
tersebut
atau
di
www.diskonplus.com biasa disebut dengan FlipFlop Card, maka konsumen tersebut akan seacara langusng bisa menikmati semua promo diskon berupa barang dan jasa tertentu yang ada di websitenya.. Secara sederhana praktek transaksi di jual beli dengan kartu diskon di www.diskonplus.com sangat mudah. Setelah member mendapatkan kartu exclusive atau kartu member yang berlaku untuk setahun. Konsumen dapat melihat promo apa aja yang tersedia di situs tersebut. Setelah sudah mengetahui 8
http://www.diskonplus.com/flipflop.html
46
produk atau jasanya, ketika konsumen membayar harus membawa kartu exclusive tersebut ketika transaksi berlangsung, dan langsung mendapatkan potongan harga atau diskon sesuai ketentuan masing-masing produk dan jasa tersebut. FlipFlop Card adalah nama kartu diskon eksklusif yang digunakan di www.diskonplus.com sebagai penyelenggara, atau perantara yang memberikan kemudahan bagi konsumen dan perusahaaan-perusahaan bisnis tertentu yang bekerjasama. Adapun beberapa produk berupa barang dan jasa yang sedang promo di diskonplus.com periode 2015. 1. The jungle waterpark bogor, bisa mendapatkan 3 tiket, dengan harga harga hanya 2 tiket, berlaku setiap hari dari bulan Februari-Maret 2015. 2. Paparonz Pizza, mendapatkan diskon 20% setiap hari, promo ini berlaku dari 1 Mei sampai 30 April 2015. 3. Gondola di Taman Impian Jaya Ancol, mendapatkan diskon 20% berlaku untuk maksimal 4 orang, 4. D’Frenz Family Karaoke, mendapatkan diskon dari 25%-50% setiap harinya, promo ini berlaku sampai 31 Juli 2015. 5. Dairy Queen, Dapatkan Discount 20% All Item dengan minimal belanja Rp : 50.000, Promo ini berlaku sampai 31 Desember 2015 Konsumen yang memiliki kartu member diskon flipflop card dapat keuntungan tersendiri dibandingkan dengan konsumen biasa yang tidak menggunakan kartu diskon. Pelanggan yang memiliki kartu diskon dapat
47
menikmati potongan harga dari produk ataupun jasa tertentu seperti diatas. Hanya saja member yang sudah menjadi pelanggan Flipflop Card, diharuskan membayar sebesar Rp.150.000 setiap tahunnya untuk memperpanjang masa aktif kartu diskonnya, seperti yang dikatakan dalam situs diskonplus.com. Praktek jual beli merupakan bagian dari ta'aawun (saling menolong). Bagi pembeli menolong penjual yang membutuhkan uang (keuntungan), sedangkan bagi penjual juga berarti menolong pembeli yang sedang membutuhkan baran. Karenanya, jual beli itu merupakan perbuatan yang mulia dan pelakunya mendapat keridhaan Allah swt. Bahkan Rasulullah saw, menegaskan bahwa penjual yang jujur dan benar kelak diakhirat akan ditempatkan bersama para nabi, syuhada, dan orang-orang saleh. Hal ini menunjukan tingginya derajat penjual yang jujur dan benar. Lain halnya, jika jual beli yang mengandung unsur kezaliman, seperti berdusta, mengurangi takaran, timbangan, dan ukuran, maka tidak lagi bernilai ibadah, tetapi sebaliknya, yaitu perbuatan dosa. Untuk menjadi pedagang yang jujur itu sangat berat, tetapi harus disadari bahwa kecurangan, kicuhan, dan kebohongan itu tudak ada gunanya. Untuk sementara, jual beli ini sepertinya menguntungkan, tetapi justru sebaliknya, sangat merugikan. Misalnya, pembeli yang merasa dirugikan, baik karena dikurangi kadarnya maupun kualitasnya, dapat dipastikan tidak akan ada lagi orang yang berbelanja, maka bangkrutlah usahanya. Selain itu, juga praktik kezaliman seperti ini akan mendapatkan murka
48
dari Allah swt.9 Kondisi demikian telah memberi banyak manfaat bagi para konsumen, namun di sisi lain konsumen menjadi objek aktivitas bisnis bagi para pelaku usaha yang mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya baik para pelaku usaha yang mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya baik melalui promosi, pemotongan harga, maupun penjualan yang sering merugikan para konsumen.10. Jangan sampai kesempatan ini dijadikan iming-iming penipuan belaka. Karena Al-qur'an sangat tidak setuju dengan penipuan dalam bentuk apapun. Penipuan (kelicikan) digambarkan oleh Al-qur'an sebagai karakter utama kemunafikan, dimana Alqur'an telah menyediakan siksa yang pedih bagi tindakan ini, di dalam neraka, Allah berfirman :
145. Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang
paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.(Q.S An-nisaa' :145). Islam menuntut pemeluknya untuk menjadi orang yang jujur dan amanah. Orang yang melakukan penipuan dan kelicikan tidak dianggap sebagai umat Islam yang sesungguhnya, meskipun dari lisannya keluar pernyataan bahwasannya
9
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalat, cet II, (Jakarta : Prenada Media Group, 2012),
hlm.89 10
Sri Neni 2002).hlm 162
Imaniati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam, (Bandung: Mandarmaju,
49
dirinya adalah seorang Muslim.11 Dengan hanya menjual keunggulan produk tanpa memberitahukan faktor-faktor yang mendukung ataupun efek samping yang mungkin muncul, berarti sama dengan melakukan pembohongan pada konsumen.12 Oleh karena itu diperlukan rasa saling percaya dan kerelaan (ridha/taradhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur harti yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab dan kabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang (ta'athi).13
11
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, penerj. Samson Rahman cet I (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm.136. 12 Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, Strategi Handal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW (Bandung: Madania Prima, 2007), h.59 13
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah 12, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007) hlm.115
BAB IV PENGGUNAAN KARTU DISKON DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MENURUT PERSPEKTIF FIKIH
A. Hukum Penggunaan Kartu Diskon dalam Transaki Jual Beli menurut Perspektif Fikih Kartu diskon merupakan suatu hal yang baru dalam transaksi jual beli. Salah satunya, FlipFlop Card dari diskonplus.com sebagai pihak penyelenggara atau perantara antara penjual dan pembeli. Namun ini hanya salah satu bentuk lain dari potongan harga (diskon). Menurut fikih sebenarnya boleh atau sah-sah saja penggunaan kartu diskonnya, asalkan memang bentuk transaksinya masih sesuai dengan prinsip-prinsip fikih muamalat. Menurut Juhaya S. Praja, terdapat lima prinsip dalam melaksanakan kegiatan muamalah yaitu tabadul al-manafi (memberikan keuntungan dan manfaat bersama), pemerataan, 'an taradhin (suka sama suka), 'adamul ghurur (tidak boleh terdapat tipu daya), kebaikan dan takwa, dan musyawarah (kerjasama).1 Sedangkan dalam hukum ekonomi syariah (Fikih Muamalat) menurut buku Mar'ruf Amin terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, karena prinsipprinsip ini merupakan salah satu substansi dari aktifitas ekonomi yang dianjurkan oleh syariah. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1
Juhaya S.Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: LPPM UNISBA, 1995),h.114 50
51
Pertama, pada dasarnya segala bentuk mu'amalat adalah boleh (mubah) kecuali jika ditentukan lain oleh suatu dalil, baik al-Qur'an maupun hadits. Ini mengandung arti bahwa hukum Islam memberi kesempatan luas bagi perkembangan bentuk dan macam mu'amalat baru sesuai dengan perkembangan kebutuhan hidup masyarakat. Adapun landasan prinsip ini salah satunya adalah ayat :2
"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya Haram dan (sebagiannya) halal". Katakanlah: "Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah ?" (QS.Yunus : 59) Dalam hal ini penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli berarti bolehboleh saja, karena tidak ada dalil al-Qur'an maupun Hadits yang menentukan larangannya. Kedua, Ekonomi syariah (fikih muamalat) dilakukan atas dasar sukarela (taradhi) tanpa mengandung unsur paksaan (ikrah). Prinsip sukarela ini merupakan prinsip yang fundamental dalam setiap aktifitas perekonomian syariah.3 Dalam hal ini pengguna kartu member FlipFlop Card, sudah melakukan pendaftaran, membayar uang pendaftaran, mengetahui produk khusus apa saja 2
Ma'ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, Cet-I(Jakarta : elSAS Jakarta, 2008)
hlm.293 3
Ma'ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum, hlm.297
52
yang mendapatkan diskon dan kedua belah pihak sudah saling merelakan dalam transaksi jual beli. Ketiga, terciptanya pelayanan sosial (tahqiq al-khidmah al-ijtima'iyah) Aktifitas ekonomi syariah harus diorientasikan pada terciptanya pelayanan sosial yang bisa meringankan beban kaum yang lemah secara ekonomi. Prinsip ini menjadi tujuan dari setiap aktifitas ekonomi syariah, karena dalam ekonomi syariah selain diperbolehkan untuk menambah keuntungan dan kekayaan yang berlimpah, juga harus memperhatikan kondisi sosial disekitarnya.4 Keempat, terciptanya keadilan dan keseimbangan (al-'adlu wa at-tawazun). Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari unsurunsur kezaliman. Segala bentuk muamalat yang mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan. Keadilan adalah salah satu sifat Tuhan dan Al-qur'an menekankan agar manusia menjadikannya sebagai ideal moral sebagaimna firman Allah SWT :5
…
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan," (QS.An-Nahl :90) Kelima, tidak ada tipu daya ('adam al-gharar). Salah satu prinsip lainnya itu adalah tidak adanya gharar dalam setiap transaksinya. Al-imam al-Khithabi 4
Ma'ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum, hlm.302
5
Ma'ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum, hlm.303
53
menyatakan bahwa setiap jual beli yang tidak diketahui maksudnya dan tidak bisa diukur maka itu gharar. Akan tetapi tentu sulit untuk menghindari unsur gharar seratus persen dalam setiap transasksi, karena gharar ini termasuk hal yang sulit dihindari seratus persen. Oleh karenanya, yang dilarang adalah gharar yang banyak, sedangkan gharar yang sedikit tetap diampuni oleh ajaran Islam. Bolehnya jual-beli yang mengandung sedikit mengandung gharar ini merupakan kesepakatan diantara para ulama, dengan alasan bahwa gharar yang sedikit tersebut sulit untuk dihindari, dan dalam kaidah fikih sesuatu yang sulit untuk dihindari termasuk yang diampuni. Diantara contoh bolehnya gharar kecil ini sebagaimana yang lazim di setiap hotel, bahwa makan pagi telah termasuk dalam harga sewa kamar hotel. Akan tetapi pihak hotel tidak mematok harga makan pagi dengan menu tertentu, tidak peduli apakah yang sewa kamar makan pagi sedikit ataupun banyak. Sebenarnya contoh kasus ini mengandung unsur gharar, tapi menurut para ulama gharar dalam kasus tersebut termasuk gharar yang kecil, sehingga diampuni, dan transaksinya tetap dianggap sah.6 Keenam, Profitable (al-Istirbah). Setiap kegiatan ekonomi tentunya yang diharapkan adalah adanya keuntungan. Tidak logis jika transaksi ekonomi tidak mengharapkan keuntungan. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh FlipFlop Card dari diskonplus.com yang mengadakan kartu diskon dengan biaya pembuatan Rp.150.000 dan 6
Ma'ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum, hlm.304-305
54
perpanjangan masa aktifnya setiap tahun Rp.150.0000 yang dibebankan kepada konsumennya. Pihak penyelenggara kartu diskon ini hanya sekedar mengambil keuntungan untuk pembayaran administrasi dan gaji karyawannya. Tidak ada aturan dalam syariah yang melarang mengambil keuntungan dalam aktifitas perekonomian. Sebaliknya, syariah menganjurkan berniaga yang menguntungkan, sehingga bisa membayar zakat dan shadaqah.7 Ketujuh, mu'amalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat (jalb al-mashalih wa dar'u al-mafasid). Konsekuensi dari prinsip ini adalah bahwa segala bentuk mu'amalat yang dapat merusak atau mengganggu kehidupan masyarakat
tidak dibenarkan, seperti
perjudian, penjualan narkotika secara tidak sah, prostitusi dan sebagainya.8 Transaksi jual beli dengan kartu diskon FlipFlop Card dari diskonplus.com jelas memberikan manfaat kepada pelanggannya, dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan kartu diskon Mereka akan mendapatkan bonus diskon potongan harga dari produk atau jasa tertentu dari harga normal tidak menggunakan kartu tersebut. Pada umumnya orang memerlukan benda yang ada pada orang lain (pemiliknya) dapat dimiliki dengan mudah, tetapi pemiliknya kadang-kadang tidak mau memberikannya. Adanya syariat jual beli menjadi wasilah (jalan) untuk
7
Ma'ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum, hlm.306
8
Ma'ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum, hlm.306
55
mendapatkan keinginan tersebut, tanpa berbuat salah9. Dalam melakukan aktivitas jual beli, seseorang tidak bisa bermuamalah secara sendirian, bila ia menjadi penjual, maka sudah jelas ia memerlukan pembeli, dan seterusnya10 Jual beli merupakan proses perpindahan hak kepemilikan yang dalam Islam diperbolehkan dan dihalalkan oleh Allah SWT. Sebagaimana dalam surat AlBaqarah 275, berbunyi
....
….
Artinya :..."padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" Dengan diperbolehkannya jual beli, maka manusia dapat memperoleh apa yang diinginkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam AlQur'an. Sedangkan hikmah diperbolehkannya jual beli dalam Islam untuk menghindarkan manusia dari kesulitan dalam bermuamalah dengan hartanya. Seseorang memiliki harta di tangannya namun dia tidak memerlukannya, sebaliknya dia memerlukan harta, namun harta yang diperlukannya itu ada di tangan orang lain. Kalau seandainya orang lain yang memiliki harta yang diinginkannya itu juga memerlukan harta yang ada di tangannya yang tidak diperlukannya itu, maka dapat berlaku usaha tukar-menukar yang dalam istilah bahasa arab disebut al-ba'i/ jual beli.11
9
Muhammad Arifin bin Badri Sifat Perniagaan Nabi SAW, (Jakarta : Darul Ilmi, 2012), hlm
hlm.65 10
Muhammad Arifin bin Badri Sifat Perniagaan Nabi SAW,hlm. 31
11
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, cet I(Bogor: Kencana,2003),hlm.194
56
Dengan adanya aturan-aturan tersebut diharapkan mampu menciptakan keadilan dalam transaksi jual beli yang terjadi di masyarakat. Islam telah mengajarkan bahwa segala perbuatan yang berhubungan dengan sesama manusia harus berlandaskan pada akad dan manfaat terhadap sesamanya dan juga bahwa setiap perbuatan yang merugikan pihak lain itu dilarang terutama dalam barang dan jasa. Karena Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa transaksi ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia harus dengan cara yang baik dan benar, yaitu harus saling merelakan dan cara-cara yang bathil dilarang oleh agama. Sehubungan dengan hal tersebut, Allah SWT, berfirman :
29.Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (Q.S.An-Nissa:29) Ayat tersebut memberikan isyarat, bahwa perniagaan yang diperbolehkan dalam muamalah yang Islami adalah perniagaan yang dapat memperoleh keuntungan disamping juga bisa menimbulkan kerugian, tidak dapat disebut perdagangan, sehingga tidak diperbolehkan melakukan riba. Pada dasarnya, setiap tindakan untuk mengembangkan harta kekayaan itu diperbolehkannya perniagaan asalkan saling rela.12
12
Muhamad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, penerj: Saefullah Mas'shum dkk, cet XIV (Jakarta: Pustaka Firdaus,2011), hlm.129-131
57
Sekalipun Al-Qur'an menyerukan ta'awun (pertolongan semata-mata mencari ridha Allah), dalam batasan tertentu Al-qur'an menghalalkan tijarah (niaga) yang bertujuan mencari keuntungan berdasarkan prinsip antaradhin (saling rela) sebagaimana diajarkan dalam surat An-Nisa' (4:29,30) Tijarah (niaga) sesungguhnya merupakan kerja-usaha untuk menghasilkan suatu produk (barang) atau memberikan pelayanan kepada pihak lain. Dalam hal ini konsep tijarah harus dipahami secara luas, tidak hanya terbatas pada kerjausaha mengerahkan potensi SDM, melainkan termasuk juga kerja-usaha dengan mengerahkan asset (barang dan modal). Menurut Ghufran S. Mas'adi dalam bukunya Fiqh Muamalah Kontekstual keuntungan atas barang atau modal yang dipinjamkan dalam konteks tijarah (kerja-usaha) bukan dalam konteks ta'awun (pertolongan kepaa fakir miskin), tidak tergolong riba. Demikianlah terdapat dua konteks dalam pinjaman (atau piutang) yakni konteks tijarah dan ta'awun. Keduanya harus dipahami secara proporsional. Memungut keuntungan atau manfaat atas pinjaman terhadap orang yang seharusnya ditolong (fakir-miskin) inilah praktek riba.13 Penggunaan kartu diskon untuk mendapatkan potongan harga yang diberikan secara cuma-cuma tidak dipermasalahkan, hukumnya sah dan boleh-boleh saja. Namun bagaimana dengan kartu diskon yang berbayar setiap tahunnya sebagai
13
Ghufran S. Mas'adi, Fiqh Muamalah Kontekstual (Jakarta : PT RajaGrafndo persada) Cet.I, 2002 Hal 155-156
58
masa aktif kartu. seperti halnya yang terjadi di diskonplus.com dengan FlipFlop Cardnya. Apakah bisa disebut dengan riba al-fadhl ? Riba al-fadhl itu sendiri adalah penambahan pada salah satu dari benda yang dipertukarkan dalam jual beli benda ribawi yang sejenis, bukan karena faktor penundaan pembayaran.14 Jika dilihat dari keuntungan berlangganan kartu diskon Flip Flop Card sangat besar. Dengan membayar Rp.150.000/tahun kartu itu bisa digunakan untuk mendapatkan potongan harga dari macam-macam produk dan jasa yang disediakan pada situsnya. Dan yang terpenting dari akad jual beli ini adalah kedua belah pihak antaradhin (saling ridha). Format dari prinsip antaradhin adalah ijab-qabul. Sedangkan substansinya adalah "saling menguntungkan". Gharar (curang) atau tipuan), dzulum (memeras) dan ikrah (paksaan) merupakan cara-cara bertijarah secara bathil. Semua cara tersebut mengakibatkan keuntungan pada satu pihak dan menimbulkan kerugian pada pihak lain. Melihat indikasi-indikasi tersebut, menurut penulis bahwa penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli baik yang diberikan secara cuma-cuma ataupun yang berbayar setiap tahunnya, seperti di diskonplus.com dengan FlipFlop Cardnya, hukumnya sah dan boleh saja, karena tidak bertentangan dengan prinsipprinsip fikih muamalah.
14
Ghufran S. Mas'adi, Fiqh Muamalah Kontekstual , Hal 161.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan yang penulis garis bawahi, yaitu : Pada dasarnya segala bentuk mu'amalat, termasuk jual beli adalah boleh (mubah) kecuali jika ditentukan lain oleh suatu dalil, baik al-Qur'an maupun hadits. Begitu juga dengan penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli berarti boleh saja digunakan, karena tidak ada dalil al-Qur'an maupun Hadits yang menentukan larangannya. Penggunaan kartu diskon ini juga tidak melanggar prinsip-prinsip fikih muamalah diantaranya, dilakukan atas dasar sukarela (antaradhin) tanpa mengandung unsur paksaan (ikrah), menciptakan pelayanan sosial
(tahqiq
al-khidmah
al-ijtima'iyah),
menciptakan
keadilan
dan
keseimbangan (al-'adlu wa at-tawazun). tidak ada tipu daya ('adam al-gharar), dan terakhir Profitable/keuntunga (al-Istirbah).tidak ada masalah penggunaan kartu diskon untuk mendapatkan potongan harga yang dibeikan secara CumaCuma, artinya hukumnya boleh dan sah saja.Namun dalam hal keuntungan ini, kartu diskon yang mewajibkan konsumennya membayar uang masa aktif kartu setiap tahunnya seperti di diskonplus.com, semata-mata hanya ingin mendapatkan keuntungan. Karena mereka adalah pihak ketiga penyelenggara kartu diskon atau yang mempertemukan antara perusahaan dengan konsumen. Keuntungan atas barang atau modal yang dipinjamkan dalam konteks tijarah (kerja-usaha) bukan dalam konteks ta'awun (pertolongan kepada fakir miskin) tidak tergolong riba.
59
60
Diantara kedua belah pihak juga sudah saling rela. Format dari prinsip antaradhin
adalah
ijab-qabul.
Sedangkan
substansinya
adalah
"saling
menguntungkan". Gharar (curang) atau tipuan), dzulum (memeras) dan ikrah (paksaan) merupakan cara-cara bertijarah secara bathil. Semua cara tersebut mengakibatkan keuntungan pada satu pihak dan menimbulkan kerugian pada pihak lain Melihat indikasi-indikasi tersebut, bahwa penggunaan kartu diskon dalam transaksi jual beli baik yang diberikan secara cuma-cuma ataupun yang berbayar setiap tahunnya, seperti di diskonplus.com dengan FlipFlop Cardnya, hukumnya sah dan boleh saja, karena tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip fikih muamalah.
B. Saran-saran Sebagai akhir dari uraian ini, ada beberapa hal yang perlu penulis sampaikan sebagai saran-saran dan masukan kepada ; 1. Pemerintah, lewat menteri perdagangan agar lebih memperhatikan juga pedagang-pedagang kecil yang kalah saing dengan pedagang besar karena menggunakan bentuk promosi kartu diskon. 2. Kepada konsumen mayoritas muslim, agar lebih berhati-hati dalam jual beli dengan kartu diskon untuk mendapatkan potongan harga, selidiki terlebih dahulu kebenarannya. Dan perhatikan hak dan kewajiban dari ketentuan kartu diskon tersebut.
61
3. Kepada penjual, agar memberikan informasi produk kepada konsumen dengan jelas dan melakukan persaingan dengan penjual lainnya dengan cara yang sehat. Akhirnya penulis yang awam ini, berharap semoga penulisan skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat, minimal untuk diri penulis sendiri. Senantiasa penulis juga membuka diri terhadap kritik dan saran dari semua pihak, untuk dan demi mendekati atau mencapai kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Syaikh bin Abdullah bin baz, penerjemah, hanif yahya, amir hamzah, fatwa-fatwa terkini 2, Jakarta: Darul Haq, 2003. Abu, Muhamad Zahrah, Ushul Fiqh, penerjemah Mas'shum, Saefullah dkk, cet XIV, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011 Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, penerjemah Samson Rahman, cet I, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2001. Ali ,M. Hasan Berbagai Macam Transaksi dalam Islam,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,.2003. Alma, Buchari, Pengantar Etika Bisnis,Bandung: CV. Alfabeta, 1997. Amin, Ma'ruf, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, Cet-I, Jakarta : elSAS Jakarta, 2008. Arifin, Muhammad, bin Badri Sifat Perniagaan Nabi SAW, Jakarta : Darul Ilmi, 2012. Bakry, Nazar, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 994. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta;Balai Pustaka, 2002 Dim Yaudim Juaini, Fiqh Mu'amalah, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Fauzan, Saleh Al-Mulakhasul, Fiqh Sehari-hari, Alih bahasa Hayyie,fkk, Jakarta: Gema, 2006 Ghazaly , Abdul Rahman dkk, Fiqh Muamalat, cet II, Jakarta : Prenada Media Group, 2012. Gunara, Thorik dan Hardiono, Utus Sudibyo, Strategi Handal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW, Bandung: Madania Prima, 2007. Hadi, Sutrisno, Metodelgi Penelitian Resreach, Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2007.
62
63
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah 12, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007. Isa, Rafik Beekum, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004. K, Suhardi Lubis, Hukum Ekonomi Islam,Jakarta : Sinar Grafika, 2000. Kotler, Philip, Managemen Pemasaran/ Marketting Management, penerjemah Teguh, Hendra dan A. Ronny Rusly, Jilid II, Jakarta: P.T. Prehallindo, 1998. Mas'adi, Ghufran A, Fiqh Muamalah Kontekstual, Cet.I, Jakarta : PT RajaGrafndo persada, Cet.I, 2002. Moeleong, Lexi, Metotodologi penelitian Kualitatif, Cet. XIII, Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2002. Muhammad bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW, Jakarta : Darul Ilmi, 2012 Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, Yogyakarta: Graha Ilmu,2007. Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. XII,Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press 2007 Neni, SriImaniati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam, Bandung: Mandarmaju, 2002. Niru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Rais, Isnawati dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, cet I. Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam,Cet. XXIV, Bandung: Sinar Baru Algensido, 1994 S, Juhaya. Praja, Filsafat Hukum Islam, Bandung: LPPM UNISBA, 1995. Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah Juz 12, penerjemah Kamaludin A. Marzuki, tk : Perc.Offset, T.Th. Sahrani, Soharidan Ru'fah Abdullah Fikih Muamalah ,Bogor : Ghalia Indonesia, 2011. Sangid, Akhmad, Dasyatnya Sedekah, cet.I, Jakarta: Qultum Media, 2008.
64
Sauri, Sofjan, Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi, Jakarta : Raja Grafindo 1987 Subekti, R, Aneka Perjanjian,Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995 Sudjana, Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah,Cet keVII, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003. Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Suryadi, Didih, Promosi Efektif Menggugah Minat dan Loyalitas Pelanggan, Yogyakarta : tugu Publiser, 2006. Syafei, Rachmat, Fiqh Muamalah, Bandung : Pustaka Setia, 2001. Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqh, cet I Bogor: Kencana,2003. Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta : UIN SYAHID, 2007. Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, edisi II,Yogyakarta: Andi Press, 1997. Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam 5, penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk cet X Damaskus: Darul Fikr, 2007.
Internet: http://mkitasolo.blogspot.com/2011/12/tafsir-surat-nisa-4-ayat-29.html diakses pada tanggal 18 Juli 2014 Pukul 21.00 WIB. http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/262/hukum-menggunakan-member-card/ Artikel diakses pada tanggal 19Desember 2014 Pukul0.10 WIB. http://www.diskonplus.com/flipflop.html diakses pada tanggal 19 Desember 2014 Pukul 0.30 WIB.