Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI1 Nuryani2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta. Di UIN Syarif Hidayatullah, mata kuliah bahasa Indonesia hadir di semua fakultas yang ada. Namun demikian, keberadaannya belum mampu memberikan hasil yang signifikan dalam produksi menulis. Hal tersebut dapat dilihat dalam makalah yang disusun oleh mahasiswa guna memenuhi tugas mata kuliah. Dalam makalah tersebut masih banyak ditemukan kesalahan dalam bidang penggunaan EYD. Untuk itu, masalah yang hendak dilihat dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk-bentuk kesalahan yang ditemukan dalam makalah mahasiswa non-PBSI? Metode dalam penelitian ini adalah menggabungkan antara kuantitatif dan kualitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah makalah yang disusun oleh mahasiswa non-PBSI yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 1) bentuk-bentuk kesalahan yang ditemukan adalah penggunaan huruf kapital, penggunaan huruf miring, penulisan imbuhan, penggunaan tanda titik, penggunaan tanda koma, dan penggunaan tanda titik dua. Sementara itu, untuk penggunaan tanda hubung tidak ditemukan kesalahan. Kata kunci: Kesalahan EYD, makalah, non-PBSI
Disajikan dalam Seminar Internasional Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 4-6 November 2014 1
Dosen Linguistik Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2
Pendahuluan Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa nasional yang digunakan oleh seluruh masyarakat di Indonesia dari segala lapisan. Masyarakat memanfaatkan bahasa Indonesia dalam berbagai situasi dan untuk segala keperluan baik secara lisan maupun tulisan. Terkait dengan kedudukannya, bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang penting dalam perjalanan keberadaan
bangsa
Indonesia
kedudukan
sebagai
bahasa
sendiri.
Negara
Bahasa
dan
bahasa
Indonesia Nasional.
memiliki Dalam
kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia mengemban empat (4) fungsi), yakni sebagai bahasa pengantar resmi acara kenegaraan, bahasa pengantar resmi di lembaga pendidikan, bahasa resmi dalam kegiatan perhubungan tingkat nasional, dan bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan iptek. Melihat banyaknya fungsi yang dimiliki oleh bahasa Indonesia, dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia menduduki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, ternyata masih banyak ditemukan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam kegiatan tulis menulis. Karena dalam kegiatan tulis menulislah terdapat beberapa kaidah yang harus diikuti dan dipergunakan secara benar. Kesalahan tersebut tidak hanya ditemukan di kalangan umum, bahkan di perguruan tinggi, yang merupakan instansi yang menjadi rujukan penggunaan bahasa secara ilmiah. Kesalahan ditemukan pada mahasiswa dalam menulis makalah, skripsi, tesis, maupun tulisan-tulisan ilmiah yang lain. Tidak hanya mahasiswa, beberapa jurnal yang ditulis oleh dosen juga masih banyak ditemukan kesalahan. Sebagai bentuk atau wujud nyata penghargaan lembaga pendidikan terhadap fungsi bahasa Indonesia tersebut, di beberapa fakultasdi UIN telah menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Umum (MKU). Tujuan utama yang ingin dicapai adalah mengantarkan mahasiswa supaya
dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar baik secara lisan maupun tertulis. Menggunakan bahasa Indonesia secara baik artinya sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Sementara penggunaan secara benar artinya sesuai dengan kaidah ejaan yang berlaku. Penggunaan yang benar akan terlihat dengan jelas pada tataran tulisan formal, seperti makalah maupun skripsi. Pada tahap penulisan makalah, bagi mahasiswa non-PBSI masih ditemukan tulisan-tulisan yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Seperti penulisan huruf besar yang tidak tepat, penggunaan tanda baca yang tidak tepat, dan beberapa kesalahan yang lain. Hal tersebut berimbas pada penulisan-penulisan formal berikutnya. Penggunaan ejaan yang tidak tepat akan banyak menimbulkan masalah, karena seperti pengemudi yang tidak mengikuti rambu lalu lintas, sehingga keadaan jalan akan menjadi semrawut. Hal tersebut apabila terus berlanjut dan tidak ada tindak lanjut secara nyata akan berakibat buruk dalam proses penulisan yang lebih luas. Berdasarkan beberapa kasus yang penulis melihat di beberapa jurusan dan fakultas, hal tersebut dirasa cukup mengganggu. Untuk itu, penulis tertarik melihat beberapa kesalahan yang sering terjadi sehingga akan
didapatkan
jalan
keluar
guna
membantu
mahasiswa
dalam
menghasilkan tulisan yang bagus baik secara isi maupun teknisnnya. Peneliti dalam hal ini tertarik untuk melihat tulisan mahasiswa dalam makalah mata kuliah umum bahasa Indonesia di Jurusan Non-PBSI di beberapa fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentukbentuk kesalahan penggunaan EYD dalam makalah mahasiswa non-PBSI pada mata kuliah Bahasa Indonesia tahun ajaran 2011/2012. Data dalam penelitian ini berupa makalah mahasiswa non-PBSI yang disusun untuk mata kuliah Bahasa Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh makalah mahasiswa yang disusun untuk tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
pada semester genap 2011/2012. Total populasi yang ada berjumlah 75 makalah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling, yakni pengambilan sampel secara acak. Dalam penelitian ini diambil sampel sejumlah 15 makalah. Pembahasan Landasan Teori Terdapat banyak pengertian mengenai ejaan itu sendiri. Beberapa pakar memiliki pendapat yang berbeda-beda tetapi merujuk pada satu simpulan. Beberapa di antara pengertian tersebut aan diuraikan sebagai berikut. Badudu memberikan batasan mengenai ejaan, yakni pelambangan fonem dengan huruf. Merujuk pada pendapat ini, dapat dikatakan bahwa ejaan hanya dapat dilihat melalui bentuk huruf. Dengan demikian, untuk mengetahui kesalahan ataupun kebenaran penggunaan ejaan hanya dapat dilihat melalui bentuk tulisan. Sementara untuk bentuk lisan, kesalahan ataupun kebenaran penggunaan ejaan tidak dapat dilihat. Pendapat lain mengenai ejaan disampaikan oleh Kridalaksana seperti di bawah ini. Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandardisasikan, yang lazimnya mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis, yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfologis dan mennyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, serta aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca. Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan mengenai definisi ejaan. Ejaan dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang telah distandardisasikan dan diterapkan dalam kegiatan tulis menulis. Dengan demikian, untuk melihat ejaan diperlukan data yang berupa tulisan.
Sementara untuk data lisan, tidak dapat dilihat kesalahan ataupun kebenarannya. Terkait dengan aturan-aturan penggunaan EYD, pemerintah melalui Pusat Pembinaan Bahasa, pemerintah menerbitkan buku pedoman yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk melihat dan memahami penggunaan EYD. Dalam buku pedoman tersebut memuat sejumlah hal yang terkait dengan kaidah-kaidah tulis yang harus diikuti. Adapun tanda baca yang dibahas adalah tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda ellipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung siku, tanda petik ganda, tanda petik tunggal, tanda garis miring, dan tanda penyingkat. Dalam penelitian ini analisis akan difokuskan pada penggunaan huruf, penulisan imbuhan, dan penggunaan tanda baca. Untuk penggunaan huruf, penelitian difokuskan pada penggunaan huruf besar dan huruf miring. Sementara itu, untuk penggunaan tanda baca akan difokuskan pada beberapa tanda baca, yakni tanda titik (.), tanda koma (,), tanda hubung ( -), dan tanda titik dua (:). Penggunaan Huruf Kapital dan Huruf Miring Penggunaan Huruf Kapital Beberapa kaidah yang ditetapkan untuk penggunaan huruf kapital diuraikan di bawah ini. Huruf kapital dipakai dalam ketentuan: Dipakai untuk mengawali kalimat; Dipakai pada huruf pertama petikan langsung; Dipakai sebagai huruf pertama untuk menyebut hal-hal yang terkait dengan ketuhanan. a. Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan kegamaan yang diikuti nama orang.
b. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti, nama instansi atau nama tempat. c. Dipakai sebagai huruf pertama nama orang. d. Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, ataupun bahasa. e. Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. f. Dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. g. Dipakai sebagai huruf pertama pada semua unsur Negara dan kenegaraan. h. Dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat
pada
nama
badan,
lembaga
pemerintahan
dan
ketatanegaraan, dan dokumen resmi Negara i.
Dipakai sebagai huruf pertama pada semua kata dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali preposisi dan kunjungsi yang tidak di awal kalimat.
j.
Dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
k. Dipakai sebagi huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, dan adik yang dipakai dalam penyapaan. Penggunaan Huruf Miring Penggunaan huruf miring yang diatur dalam EYD meliputi: a. Digunakan untuk penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. b. Digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, ataupun kelompok kata.
c. Digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau istilah (ungkapan) asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Penulisan Imbuhan Imbuhan merupakan kata turunan yang memiliki beberapa kaidah penulisan. 1. Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mendahului atau yang mengikuti. 3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur tersebut ditulis serangkai. 4. Jika salah satu unsur gabungn kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. 5. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur tersebut dituliskan tanda hubung (-). Penggunaan Tanda Baca Tanda baca yang diatur dalam EYD meliputi beberapa tanda. Akan tetapi, dalam penelitian ini difokuskan pada empat tanda, yakni tanda titik (.), tanda koma (,), tanda hubung (-), dan tanda titik dua (:). Tanda titik (.) Tanda titik (.) diatur penggunaannya dalam beberapa hal berikut. a. Digunakan pada akhir kalimat yang menyatakan kalimat pernyataan atau kalimat berita.
b. Digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar, atau daftar. c. Digunakan untuk memisahkan angka jam, menitm dan detik yang menunjukkan waktu. d. Digunakan di antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. e. Digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan dan kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Tanda koma (,) Penggunaan tanda koma diatur sebagai berikut. a. Digunakan
di antara
unsur-unsur
dalam suatu
perincian
atau
pembilangan. b. Digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi dan melainkan. c. Digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat tersebut medahului induk kalimatnya. d. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, akan tetapi, dengan demikian. e. Digunakan untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. f. Digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. g. Digunakan di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah yang ditulis berurutan. h. Digunakan untuk memisahkan nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
i. Digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. j. Digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. k. Digunakan di depan angka yang menunjukkan desimal. l. Digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. m. Digunakan untuk menghindari salah baca. n. Tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain jika kalimat tersebut diakhiri dengan tanda tanya atau tanda seru . Tanda hubung (-) a. Digunakan untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. b. Digunakan untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. c. Digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. d. Digunakan untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. e. Digunakan untu memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata. f. Digunakan untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan – an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap. g. Digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Tanda titik dua (:)
a. Digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. b. Tidak digunakan jika rangkaian atau pemerian tersebut merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. c. Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. d. Digunakan dalam teks drama sesudah kata yanf menunjukkan pelaku dalam percakapan. e. Digunakan di antara (i) jilid atau nomor dan halaman, (ii) bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) judul dan anak judul suatu karangan, dan (iv) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka. Temuan Penelitian Kesalahan yang ditemukan dalam makalah mahasiswa terkait dengan penggunaan EYD sangat beragam. Dari 7 kriteria yang diambil, hampir setiap makalah memiliki kesalahan untuk setiap kriteria. Kesalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ketidaktahuan ataupun ketidakpahaman mahasiswa atas aturan-aturan ejaan yang ada. Kedua, ketidaktelitian mahasiswa dalam membuat atau menulis makalah, sehingga beberapa kesalahan yang ditemukan sepertinya bukan karena ketidaktahuan. Akan tetapi, karena kesalahan tersebut masuk dalam kategori ejaan maka tetap dimasukkan dalam kesalahan yang ditemukan, apapun penyebabnya. Sementara faktor yang ketiga lebih pada sikap mahasiswa terha dap bahasa Indonesia. Mahasiswa masih memiliki pemikiran bahwa bahasa Indonesia mudah, sehingga tidak terlalu memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku. Perlu diakui memang bahasa Indonesia mudah untuk digunakan karena posisi kita sebagai orang Indonesia. Sama halnya bahasa Inggris menjadi mudah bagi penutur asli bahasa Inggris. Meskipun demikian, kemudahan yang ada hendaknya membuat kita lebih mengerti dan
memahami adanyan kaidah yang berlaku dalam bahasa kita. Dengan demikian, kesalahan-kesalahan kecil dapat dihindari. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, terlihat jenis-jenis kesalahan yang ditemukan. Dari lima belas makalah yang diambil sebagai sampel, terdapat 193 total kesalahan dari 7 kriteria yang ditetapkan. Dalam tabel 8 dapat dilihat kesalahan untuk tiap-tiap makalah. Makalah (3) yang memiliki jumlah kesalahan paling banyak, sedangkan makalah (9) merupakan makalah yang paling sedikit memiliki kesalahan. Kesalahan dalam makalah (3) sebanyak 23 kesalahan, sementara untuk makalah (7) memiliki 5 kesalahan. Sementara itu, makalah kedua yang memiliki jumlah kesalahan paling banyak adalah makalah (11) dengan jumlah total kesalahan sebanyak 21. Kesalahan paling banyak berikutnya adalah makalah (6) dengan 19 total kesalahan. Kemudian disusul oleh makalah (14) dengan total kesalahan sebanyak 17. Untuk makalah-makalah yang lain, memiliki rentang kesalahan antara 8-15. Dilihat dari kriteria jenis kesalahan, kesalahan paling banyak ditemukan adalah pada penulisan imbuhan, dengan 69 total kesalahan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, kesalahan dalam penulisan imbuhan ini lebih banyak didasari oleh faktor ketidaktahuan penulis perbedaan antara imbuhan (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks) dengan preposisi (kata depan). Beberapa kesalahan yang ditemukan adalah menempatkan preposisi sebagai prefiks, dan sebaliknya. Sebagai contoh kata “dibelakang”, yang seharusnya ditulis dengan “di belakang”. Hal itu karena kata “belakang” adalah menunjukkan tempat, sehingga morfem di berfungsi sebagai preposisi bukan awalan. Dengan demikian, penulisannya harus dipisah. Demikian juga dengan contoh kata “di revisi” yang seharusnya ditulis “direvisi”. Hal ini karena kata “revisi” merupakan bentuk kegiatan, sehingga
morfem di berfungsi sebagai awalan. Dengan demikian, penulisannya harus disambung. Selain karena faktor di atas, faktor lain yang didapat oleh penulis adalah karena mahasiswa kurang tahu bentuk dasar dari kata bentukan tersebut. Dengan pemahaman terhadap kata dasar yang salah, maka dapat dipastikan kata bentukan atau kata turunannya juga salah. Sebagai contoh adalah kata “dirubah” yang seharusnya “diubah”. Dengan kata dasar “ubah” kemudian mendapatkan awalan di-, sehingga bentukannya menjadi “diubah”. Apabila kata bentukannya adalah “dirubah”, maka kata dasarnya adalah “rubah” dengan mendapatkan awalan di-. Sementara “rubah” maknanya adalah sejenis hewan. Kemungkinan lain adalah kata dasarnya “ubah” dengan mendapatkan awalan dir-, sehingga menjadi “dirubah”. Padahal, dalam bahasa Indonesia tidak terdapat awalan dir-, sehingga dapat dipastikan bentukan ini salah. Dari ke-7 kriteria yang ditetapkan, hanya satu kriteria yang tidak ditemukan kesalahan, yakni penggunaan tanda hubung. Dalam penggunaan tanda hubung, dalam semua makalah tidak ditemukan kesalahan sama sekali. Artinya, 0 kesalahan dalam kriteria ini. Hal tersebut lebih dikarenakan pada faktor fungsi. Tidak banyak fungsi yang diemban oleh penggunaan tanda hubung, terlebih dalam penulisan karya ilmiah seperti makalah. Dengan demikian, wajar jika tidak ditemukan kesalahan dalam kriteria ini. Kesalahan yang paling sedikit kedua adalah krteria penggunaan tanda titik dua (:). Dalam kriteria ini hanya ditemukan 7 kesalahan yang didominasi oleh makalah (12) dengan total 3 kesalahan. Disusul kemudian oleh penggunaan tanda titik sebesar 15 kesalahan. Penggunaan huruf kapital menempati urutan ketiga dalam kesalahan yang sedikit, yakni sebanyak 29 total kesalahan. Sebanyak 32 total kesalahan yang ditemukan pada penggunaan huruf miring. Kesalahan ini menempati urutan kelima dalam
kesalahan yang sedikit. Kesalahan keenam dalam jumlah kesalahan yang sedikit adalah pada penggunaan tanda koma dengan 41 total kesalahan. Sementara itu, jumlah kesalahan yang paling banyak ditemukan pada penulisan imbuhan. Penutup Berdasarkan analisis data dan interpretasi data yang telah dilakukan di atas, didapatkan beberapa simpulan yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan. Bentuk-bentuk
kesalahan
penggunaan
EYD
dalam
makalah
mahasiswa non-PBSI pada mata kuliah Bahasa Indonesia tahun ajaran 2011/2012 ditemukan beberapa bentuk, yakni penggunaan huruf kapital, penggunaan huruf miring, penulisan imbuhan, penggunaan tanda titik, penggunaan tanda koma, dan penggunaan tanda titik dua. Sementara untuk penggunaan tanda hubung tidak ditemuka kesalahan sama sekali dalam lima belas makalah mahasiswa.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Badudu, J.S. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Prima, 1985. Keraf, Gorys. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah, 1989. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. Sudarno dan Eman A. Rahman. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah. Tt. Tim Pusat Bahasa. Pedoman Penulisan EYD. 2000