perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN DVD DUNIA HEWAN DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA ANAK TUNARUNGU-WICARA KELAS DII B SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh : UMI SHOLIKHAH NIM K5107043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN DVD DUNIA HEWAN DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA ANAK TUNARUNGU-WICARA KELAS DII B SLB-BYRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh : Umi Sholikhah NIM K5107043
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Umi Sholikhah. PENGGUNAAN DVD DUNIA HEWAN DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA ANAK TUNARUNGU-WICARA KELAS DII B SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2011. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan penguasaan kosakata melalui penggunaan DVD dunia hewan pada anak tunarungu-wicara kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelas DII B SLB-B YRTRW yang berjumlah 6 orang. Penelitian ini berbentuk classroom action research/Penelitian Tindakan Kelas yaitu kajian sistematk tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan melalui refleksi atau hasil tindakan tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data, penulis menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.Teknis analisis yang digunakan adalah dengan teknik statistik deskriptif komparatif untuk menghitung peningkatan prestasi belajar dan melakukan deskripsi secara kualitatif yaitu dengan analisis kritis. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Penggunaan DVD dunia hewan dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu-wicara kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Umi Sholikhah. THE USE OF ANIMAL WORLD DVD IN LEARNING TO IMPROVE THE VOCABULARY MASTERY OF DEAF-MUTE DII B GRADERS OF SLB-B YRTRW SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, March 2011. The objective of research is to improve the vocabulary mastery using the animal world DVD in the deaf-mute DII B Graders of SLB-B YRTRW Surakarta in the school year of 2010/2011. The subject of research was DII B Graders of SLB-B YRTRW consisting of 6 students. This study belongs to a Classroom Action Research, that is, a systematic study on the attempt of improving the quality of education practice by a group of society through practical action they do and reflection on such action result. Techniques of collecting data used were observation, test, and documentation. In order to validate the data, the writer used data source triangulation and data collection method triangulation techniques. Technique of analyzing data used was a descriptive statistic comparative technique to estimate the improvement of learning achievement and description making qualitatively by critical analysis. Considering the result of research, it can be concluded that the use of animal world DVD in learning can improve the vocabulary mastery of Deaf-Mute DII B Graders of SLB-B YRTRW Surakarta in the school year of 2010/2011.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “ Jadikanlah hari ini lebih baik dari hari kemarin” “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada ALLAH. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang- orang yang fasik”. ( Terjemah, Q.S Ali-’Imran ayat 110)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan ibu tercinta yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh cinta kasih dan jerih payah yang luar biasa. 2. Kakakku mbak Siwi beserta suami yang telah memberikan semangat untuk terus berkarya dalam hidup. 3. Adikku Yuli yang membuatku belajar menjadi seorang kakak serta keponakanku tersayang dek Azzam yang memberiku keceriaan. 4. Teman-teman yang telah memberi dukungannya dalam menyelesaikan karya ini. 5. Sahabat-sahabat yang selalu menghiasi harihariku,
terimakasih
atas
kebersamaan
dan
persahabatannya. 6. Sahabat-sahabatku aktivis dakwah UNS yang senantiasa memberikan nasehat dan semangatnya untuk terus berjuang di jalan ALLAH. 7. Almamater PLB UNS Surakarta. commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian; 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd; 3. Ketua Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ; 4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Maryadi, M.Ag; 5. Bapak Priyono, S.Pd, M. Si yang selalu saya banggakan pula selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi; 6. Bapak Misdi, S.Pd selaku Kepala SLB-B YRTRW Surakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut; 7. Ibu Sri Kristiawati, S.Pd selaku guru kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian ini; 8. Seluruh bapak dan ibu guru SLB-B YRTRW Surakarta yang selalu ramah dan telah ikut bekerjasama dengan peneliti selama pelaksanaan penelitian; 9. Siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian; 10. Para Pahlawan Tanda Jasaku di TK Dharma Wanita SDN Kedungharjo 1,
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SMPN1 Mantingan, dan di SMAN 1 Widodaren, serta di Program Studi PLB FKIP UNS; 11. Teman-teman PLB ’07; 12. Penghuni dan mantan penghuni ”Kost Az-zimah”; 13. Temanku alumni Rohis SMAN 1 Widodaren, yang telah memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 14. Teman-teman Aktivis Dakwah UNS 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, April 2010
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................... .............................................. i PENGAJUAN SKRIPSI………………………………………………… ................... ii PERSETUJUAN……………………………………………… ................................... iii PENGESAHAN………………………………………………. .................................... iv ABSTRAK ..................................................................................................................... v ABSTRACT ................................................................................................................... vi MOTTO ......................................................................................................................... vii PERSEMBAHAN……………………………………………. .................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR/SKEMA ..................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv DAFTAR GRAFIK ....................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1 A. Latar belakang.. ....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................4 C. Tujuan Penelitian...................................................................................................4 D. Manfaat Penelitian.................................................................................................4 BAB II. LANDASAN TEORI........................................................................................6 A. Tinjauan Pustaka...................................................................................................6 1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu-wicara.....................................................6 a. Pengertian Tunarungu-wicara.....................................................................6 b. Klasifikasi Anak Tunarungu-wicara...........................................................8 c. Karakteristik Anak Tunarungu-wicara.....................................................14 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Penyebab Anak Tunarungu.......................................................................17 e. Prevalensi .................................................................................................20 2. Tinjauan Tentang Hakikat Kosakata .............................................................21 a. Pengertian Kosakata..................................................................................21 b. Pengertian Penguasaan Kosakata..............................................................23 c. Cara Memperluas Kosakata.......................................................................24 3. Tinjauan Tentang Media DVD Dunia Hewan................................................25 a. Pengertian Media Pendidikan...................................................................25 b. Klasifikasi Media Pendidikan...................................................................27 c. Pengertian DVD Dunia hewan..................................................................28 d. Aturan Praktis Media Visual.....................................................................29 e. Kemampuan dan Kualitas DVD...............................................................31 B. Kerangka Berfikir ...........................................................................................33 C. Hipotesis Tindakan..........................................................................................33 BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................34 A. Tempat dan Waktu penelitian .......................................................................36 1. Tempat Penelitian....................................................................................36 2. Waktu Penelitian......................................................................................36 B. Subjek Penelitian...........................................................................................37 C. Sumber Data..................................................................................................37 D. Teknik pengumpulan Data............................................................................37 1. Tes ...........................................................................................................37 2. Observasi..................................................................................................38 3. Dokumentasi............................................................................................40 E. Validitas Data...............................................................................................40 F. Teknik Analisis Data.....................................................................................41 G. Indikator Kinerja............................................................................................42 H. Prosedur Penelitian........................................................................................42 1. Tahap Persiapan.......................................................................................42 commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tahap Tindakan.....................................................................................43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................48 A. Hasil Penelitian............................................................................................48 1. Deskripsi Kondisi awal.........................................................................48 2. Deskripsi Siklus I..................................................................................51 3. DeskripsiSiklus II.................................................................................58 B. Pembahasan Penelitian................................................................................66 BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................69 A. Simpulan………………………………………………………….……..69 B. Saran…………………………………………………………….………69 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..……...71 LAMPIRAN
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 01. Lembar observasi...........................................................................................38 02. Indikator ketercapaian belajar siswa .............................................................41 03. Rekapitulasi hasil pretest Bahasa Indonesia.................................................49 04. Rekapitulasi hasil belajar Bahasa Indonesia siklus 1.....…………............53 05. Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus I.......54 06. Rekapitulasi hasil belajar Bahasa Indonesia siklus II...................................61 07 .Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus I-siklus II............................................................................62
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR/SKEMA
Halaman Gambar 01. Skema Kerangka Berfikir.............................................................................32 02. Desain penellitian tindakan menurut kemmis dan Taggart .........................34
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................ 74 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .......................................... 80 Lampiran 3 Lembar Observasi keaktifan siswa .......................................................... 86 Lampiran 4 Lembar Soal Tes Tertulis ......................................................................... 87 Lampiran 5 Daftar Nilai Harian Kelas DII B SLB-BYRTRW .................................... 88 Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Pretest Bahasa Indonesia .......................................... 89 Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus I .............................. 90 Lampiran 8 Rekapitulasi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus II............................. 91 Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Postest Bahasa Indonesia ......................................... 92 Lampiran 10 lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ........................................... 93 Lampiran 11 lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II .......................................... 94 Lampiran 12 Data Siswa Kelas DII B SLB-BYRTRW ............................................... 95 Lampiran 13 Surat Keputusan Dekan FKIP ................................................................ 96 Lampiran 14 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .............................................. 97 Lampiran 15 Surat Permohonan Ijin Research/Try Out untuk Rektor......................... 98 Lampiran16 Surat Permohonan Ijin Research/Try Out untuk kepala sekolah............ 99 Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian ................................................................ 100 Lampiran 18 Foto-Foto Penelitian ............................................................................. 101
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
01. Nilai hasil hasil pretest siswa tunarungu ........................................................ 50 02. Rekapitulasi hasil belajar Bahasa Indonesia Siklus I ..................................... 53 03. Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus I ........ 55 04 Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus I .............................................................................................. 56 05. Rekapitulasi hasil belajar Bahasa Indonesia siklus II .................................... 62 06. Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus I-siklus II ............................................................................... 63 07 Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus I-siklus II ............................................................................... 63
Halaman
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Pendidikan Nasional dalam UU No. 20 Sisdiknas tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan menyatakan sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan
tersebut pemerintah melalui lembaga pendidikan
memiliki kewajiban memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan kebutuhan peserta didik, begitupula anak berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan layaknya anak normal pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus sudah pasti memerlukan pendidikan khusus. Pendidikan khusus seperti yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 32, adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Layanan khusus untuk anak yang memerlukan pendidikan khusus disesuaikan dengan jenis kelainan yang disandang. Sekolah Luar biasa bagian B diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan pendengaran. Secara sekilas tidak ada gangguan fisik pada anak tunarungu-wicara, tetapi setelah kita mencoba untuk mengajak berkomunikasi dengan anak tunarungu maka barulah diketahui bahwa anak tidak mampu berkomunikasi dengan baik layaknya anak normal pada umumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Adanya gangguan pada pendengarannya menyebabkan anak tunarungu mengalami masalah dalam penguasaan bahasanya, Sardjono (2000: 45) menjelaskan ciri-ciri anak tunarungu dalam segi penguasaan bahasanya antara lain: miskin dalam kosa kata, sulit mengartikan ungkapan- ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit mengartikan ungkapan- ungkapan bahasa yang mengandung irama dan gaya bahasa. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa anak tunarungu miskin dalam kosakata yang menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan bahasanya. karena kosakata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kurangnya penguasaan kosakata anak dapat dilihat dari nilai harian Bahasa Indonesia pada semester 1 yang masih rendah, hal ini terjadi pada beberapa siswa kelas DII B SLB-B YRTRW yang berjumlah 6 orang yaitu siswa A, siswa B, siswa C, siswa D, siswa E dan siswa F. Siswa A nilai harian rata-rata 50, siswa B nilai harian rata-rata 55, siswa C nilai harian rata-rata 62, siswa D nilai harian rata-rata 62, siswa E nilai harian rata-rata70, dan siswa F nilai harian rata-rata dalah 78. Dari data tersebut menunjukkan bahwa penguasaan kosakata pada siswa masih rendah dilihat dari hasil rata-rata nilai harian Bahasa Indonesia pada semester 1. Rendahnya penguasaan kosakata mempengaruhi bahasa seseorang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. Hal ini berarti bila sekelompok manusia memiliki bahasa yang sama, maka mereka dapat saling bertukar pikiran mengenai segala sesuatu yang dialami secara konkrit maupun abstrak. Sutjihati Somantri (1996: 76) menjelaskan fungsi bahasa antara lain: bahasa sebagai wahana untuk mengadakan kontak/hubungan, untuk mengungkapkan perasaan kebutuhan dan keinginan, untuk mengatur dan menguasai tingkah laku orang lain, untuk pemberian informasi dan untuk memperoleh pengetahuan. Tanpa mengenal bahasa yang dikenal suatu masyarakat maka kita sukar mengambil bagian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dalam kehidupan sosial. Hal inilah yang kemudian dialami oleh anak tunarungu, ia sulit mengambil bagian dalam kehidupan sosialnya. Ada banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan perolehan bahasa anak tunarungu. Faktor-faktor tersebut adalah factor internal atau factor dalam diri anak dan faktor eksternal atau faktor di luar diri anak. Faktor eksternal ini biasa disebut factor lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah yang mempunyai pengaruh strategis bagi perkembangan perolehan bahasa anak tunarungu adalah semua komponen sekolah yang terdiri kepala sekolah, guru, sarana prasarana dan lingkungan sosial sekolah. Untuk itu peningkatan kemampuan berbahasa melalui penguasaan kosakata bagi anak tunarungu dengan adanya pembelajaran di lingkungan sekolah dengan memanfaatkan sarana prasarana sekolah yang tersedia merupakan bagian penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan anak tunarungu dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Bagi anak normal sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan penting
yang menarik dan edukatif. sama halnya dengan anak tunarungu,
pembentukan kosakata merupakan kegiatan yang penting
tetapi anak tunarungu
mengalami kesulitan untuk memahami kosakata, untuk itu diperlukan suatu media yang mampu meningkatkan penguasaan kosakata yang dimiliki anak tunarungu, dalam hal ini penulis menggunakan media DVD dunia hewan dalam pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak karakteristik anak tunarungu-wicara, gambarnya konkrit sesuai dengan kehidupan nyata sehingga anak tunarungu tertarik untuk memperhatikan materi pembelajaran. Dengan adanya ketertarikan anak mengikuti pelajaran, maka penyajian materi pembelajaran dengan menggunakan DVD dunia hewan dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu-wicara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat rumuskan adalah: “Apakah penggunaan DVD dunia hewan dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu-wicara kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/2011?.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian, yaitu: Untuk meningkatkan penguasaan kosakata melalui penggunaan DVD dunia hewan pada anak tunarungu-wicara kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini untuk menambah khasanah dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dibidang kependidikan luar biasa. Sehingga
perkembangan tersebut dapat digunakan dalam peningkatan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa.
2. Manfaat Praktis Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini terdiri dari manfaat bagi guru dan siswa yang diuraikan sebagai berikut: a. Bagi guru 1) Memberikan variasi dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok ciriciri binatang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
2) Memberikan stimulus untuk bisa mengembangkan kemampuan menggunakan media DVD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang 3) Meningkatkan interaksi guru dan siswa ditandai dengan respon siswa selama guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media DVD dunia hewan dan repon siswa menjawab pertanyaan guru. b. Bagi siswa 1) Memberikan stimulus kepada siswa untuk memperhatikan pelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang. 2) Meningkatkan penguasaan kosakata tentang ciri-ciri binatang. 3) Memberikan stimulus kepada siswa untuk menulis kalimat sederhana tentang binatang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Tinjauan Tentang Anak Tunarungu-wicara
a. Pengertian Tunarungu-wicara Anak tunarungu adalah salah satu anak yang dikategorikan sebagai anak yang memiliki kekurangan dalam hal kemampuan mendengar, memiliki gangguan dalam beberapa hal. Mulyono Abdurrahman (1994: 73 ) menyebutkan beberapa gangguan yang ditimbulkan dari kerusakan pendengaran Anak tunarungu antara lain :gangg uan perseptual, gangguan bicara, gangguan komunikasi, gangguan kognitif, gangguan sosial, gangguan emosi, masalah pendidikan, gangguan dalam intelekual, masalah vokasional. Anak tunarungu dan Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu” tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. (Permanarian Somad,Tati Hernawati, 1996: 26). Menurut Moores (dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati, (1996: 27) ”orang Tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa menggunakan alat bantu mendengar”. Andreas Dwidjosumarto dalam seminar ketunarunguan di Bandung (1988) dalam Permanarian Somad,Tati Hernawati (1996: 27), mengemukakan “tunarungu” dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indera pendengaran”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Moores
(dalam Mulyono Abdurrahman, 1994: 59) menyatakan “Orang
dikatakan tuli pendengarannya rusak sampai pada satu saraf tertentu (biasanya 70 dB atau lebih) sehingga menghalangi pengertian terhadap suatu pembicaraan melalui indra pendengaran,baik tanpa maupun dengan alat bantu dengar (hearing aid)”. Sudibyo Markus (dalam Sardjono, 2000: 8) ”Tunarungu-wicara adalah mereka yang menderita tunarungu sejak bayi/sejak lahir, yang karenanya tak dapat mengangkap pembicaraan orang lain, sehingga tak mampu mengembangkan kemampuan bicara meskipun tak mengalami gangguan pada alat suaranya”. Menurut Moh. Amin (dalam Sardjono, 2000: 8) menjelaskan anak tunarunguwicara adalah: Mereka yang sejak lahir demikian kurang pendengarannya, sehingga memustahilkan mereka dapat belajar bahasa dan berbicara dengan cara-cara normal. Mereka yang sekalipun lahir dengan pendengaran normal tetapi sebelum dapat berbicara mendapat hambatan taraf berat pada pendengarannya. Mereka yang sekalipun sudah mulai dapat berbicara karena saat terjangkitnya gangguan pendengaran, sebelum umur kira-kira 2 tahun, maka kesan-kesan yang diterima mengenai suara dan bahasa seolah-seolah hilang. Menurut Soewito (dalam Sardjono, 2000: 9) Tunarungu adalah “seseorang yang mengalami ketulian berat sampai total, yang tidak dapat lagi menangkap tutur kata tanpa membaca bibir lawan bicaranya”. Menurut Imas A. R. Gunawan (dalam Sardjono, 2000: 9) anak tunarungu adalah ”anak yang kehilangan kemampuan pendengarannya demikian rupa sehingga anak tersebut tidak dapat mengerti bahasa oral walaupun menggunakan alat bantu dengar”. Menurut Andreas Dwidjosumarto (Sutjihati Somantri, 1996: 74) “tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids)”. Menurut Mufti Salim (dalam Sutjihati Somantri, 1996: 74-75) “Anak tunarungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya”. Mohammad Efendi (2006: 56) mengkategorikan normal, “apabila sumber bunyi didekat telinga yang memancarkan getaran-getaran suara dan menyebar ke sembarang arah dapat tertangkap dan masuk ke dalam telinga sehingga membuat gendang pendengaran menjadi bergetar”. Mohammad-Hossein Azizi (2010: 116) mengemukakan “Noise-induced hearing loss (NIHL) is an irreversible damage of the cochlear hair cells of the inner ear”.dari pendapat ini dapat kita ketahui kehilangan pendengaran karena suara yang terlalu keras adalah kerusakan permanen pada sel rambut koklea di telinga dalam. Jadi kehilangan pendengaran yang dialami sudah tetap tidak dapat diobati. Dari pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas dapat di tarik kesimpulan anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran pada tingkat 70 dB atau lebih, ketulian berat sampai total sehingga anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
b. Klasifikasi Anak Tunarungu-wicara Klasifikasi anak tunarungu berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan dimana penderita kelainan pendengaran diklasifikasikan sesuai dengan kehilangan pendengaran. Klasifikasi anak tunarungu menurut Samuel A Kirk (dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996: 29) 1) 0 dB
: menunjukkan pendengaran yang optimal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2) 0-26 dB
:menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran normal
3) 27-40 dB
: mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh
4) 41-55 dB
: mengerti bahasa percakapan tidak dapat mengikuti diskusi kelas membutuhkan alat bantu
dengar dan terapi bicara
(tergolong tunarungu sedang) 5) 56- 70 dB
: hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat
6) 71- 90 dB
: hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat
7) 91 dB ke atas
: mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran banyak bergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi dan yang bersangkutan dianggap tuli berat.
Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 32) 1). Tunarungu hantaran (konduksi) ialah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah. 2). Tunarungu syaraf (sensorineural) ialah tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinnya alat- alat pendengaran bagian dalam syaraf pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada lobus temporalis. 3). Tunarungu campuran adalah kelainan pendengaran yang disebabkan krusakan pada penghantar suara dan kerusakan pada syaraf pendengaran. Sardjono (2000: 21) mengklasifikasikan anak tunarungu-wicara menjadi 6 antara lain : Sam Isbani&Isbani (dalam Sardjono, 2000: 21) 1) Berdasarkan bagian alat pendengaran mana yang mengalami kerusakan: a) Tunarungu konduktif (conductive deafness): pada tunarungu secara konduktif telinga bagian luar dan tengah yang mengalami kerusakan. b) Tunarungu perseptif (perceptive loss deafness): pada tunarungu perseptif yang mengalami kerusakan ialah telinga bagian dalam,sehingga serabutserabut syaraf tidak dapat berfungsi normal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c) Gejala tunarungu campuran (Mixed deafness). Pada jenis gangguan atau kelainan pendengaran ini ogan pendengarannya rusak, baik bagian luar, tengah maupun dalam. 2) Berdasarkan bentuk kelainan pendengaran Menurut Samuel A. Kirk (dalam Sardjono, 2000: 30) a) Conductive losses adalah seseorang yang kehilangan intensitas pencapaian suara, telinga bagian tengah saat mulainya getaran syaraf pendengaran. b) Sensory neural or perceptive losses disebabkan kelainan telinga bagian dalam atau pada pengiriman syaraf pendengaran yang merangsang menuju ke otak. c) Central deafness kelainan jenis ini termasuk kondisi dimana suara seseorang dapat didengar, tetapi tidak dapat menafsirkannya. 3) Berdasarkan etiologis, anatomis dan fisiologis ukuran nada yang dapat didengar. Emon sastro Winoto (dalam Sardjono, 2000: 30) mengklasifikasikan ketunaan sesuai dengan dasar-dasarnya yaitu: a) Klasifikasi etiologis: tunarungu endogen/pembawaan, tunarungu eksogen yang disebabkan karena penyakit atau kecelakaan. b) Klasifikasi anatomis-fisiologis: tunarungu hantaran (konduktif) dan tunarungu perceptive (syaraf). c) Klasifikasi menurut ukuran nada yang tidak dapat didengar. d) Klasifikasi menurut saat terjadinya ketunarunguan: anak tunarungu yang terjadi pada waktu masih dalam kandungan ibu atau pre natal, tunarungu yang terjadi pada saat kelahiran atau neo natal dan anak tunarungu yang terjadi pada saat setelah kelahiran atau post natal. e) Klasifikasi menurut taraf ketunarunguan atas dasar ukuran audiometris dapat dibedakan menjadi : (1). Tunarungu taraf 5-25 dB: yaitu tunarungu taraf ringan, pada taraf ini anak masih dapat belajar bersama dengan anak normalpada umumnya dengan memakai alat bantu dengar (hearing aid) (2). Tunarungu taraf 26-50 dB: pada taraf ini anak termasuk dalam kelompok tunarungu taraf sedang, anak memerlukan pendidikan khusus dengan latihan bicara dan membaca ujaran. (3). Tunarungu taraf 51-75 dB yaitu tunarungu taraf berat, pada taraf ini anak memerlukan program pendidikan di sekolah luar biasa bagian B dengan mengutamakan pelajaran Bahasa Indonesia, bicara dan membaca ujaran (4). Tunarungu taraf 75 dB ke atas. Kelompok ini termasuk dalam kelas tunarungu taraf sangat berat, anak memerlukan pendidikan program commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
pendidikan kejuruan, meskipun pelajaran bahasa dan bicara dapat masih dapat diberikan. 4) Berdasarkan sifat dan cara rehabilitas. Soewito (dalam Sardjono, 2000: 32) membagi tunarungu dalam 3 kategori : a) Tuli konduksi b) Tuli persepsi (sensorineural, saraf) c) Tuli campuran 5) Berdasarkan tingkat gangguan dengan pemahaman bahasa dan bicara Connix dalam Sardjono (2000: 34) mengklasifikasikan tunarungu sebagai berikut:
Rata-rata frekuensi ucapan yang didengar Pengaruh kehilangan dalam memahami lebih baik
bahasa dan bicara
Ringan (slight)
Mungkin
mempunyai
kesulitan
27-40dB (ISO)
pendengaran
yang
kesulitan
ringan,
dalam berbahasa Ringan (Mild)
Mengerti percakapan /ucapan pada jarak
41-55 (ISO)
5 kaki(berhadapan muka).
Marked
Percakapan harus keras untuk dapat
56-70dB (ISO)
dimengerti.
Keras (Severe)
Bisa mendengar suara keras sekitar satu
71-90 dB (ISO)
kaki dari telinga.
Ekstrim (Extreme)
Bisa mendengar suara yang keras tetapi
91 dB atau lebih (ISO)
pada getaran/vibrasi yang lebih dari pada contoh-contoh nada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Klasifikasi tunarungu menurut Boothroyd (dalam Murni Winarsih, 2007: 2324) adalah sebagai berikut: Kelompok I : kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses atau ketunarunguan ringan; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal. Kelompok II : kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses atau ketunarunguan atau ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia hanya sebagian. Kelompok III : kehilangan 61-90 dB: severe hearing losses atau ketunarunguan berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada. Kelompok IV : kehilangan 91-120 dB: profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. Kelompok V : kehilangan lebih dari 120 dB: total hearing losses atau ketunarunguan total: daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. Uden (dalam Murni Winarsih, 2007: 24) membagi klasifikasi ketunarunguan menjadi tiga yakni: 1) Berdasar saat terjadinya ketunarunguan : a) Ketunarunguan bawaan, artinya ketika lahir anak sudah mengalami/ menyandang tunarungu dan indera pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi. b) Ketunarunguan setelah lahir, artinya terjadinya tunarungu setelah anak lahir diakibatkan oleh kecelakaan atau suatu penyakit. 2) Berdasarkan tempat kerusakan a) Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif. b) Kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga tidak dapat mendengar bunyi/suara, disebut tuli sensoris. 3) Berdasarkan taraf penguasaan bahasa a) Tuli pra bahasa (prelingually Deaf) adalah mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6 tahun) artinya anak menyamakan tanda (signal) tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih dan sebagainya namun belum membentuk sistem lambang. b) Tuli bahasa (Post Lingually Deaf) adalah mereka yang menjadi tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang, yang berlaku di lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Sutjihati Somantri (1996: 75) mengemukakan klasifikasi tunarungu sebagai berikut: 1) Klasifikasi secara etiologis Yaitu pembagian berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini penyebab ketunarungau ada beberapa factor : a) Pada saat sebelum dilahirkan b) Pada saat kelahiran c) Pada saat setelah kelahiran 2) Klasifikasi menurut tarafnya Andreas Dwidjosumarto dalam Sutjihati Somantri (1996: 76) mengemukakan klasifikasi anak tunarungu sebagai berikut: a) Tingkat I : kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54 db, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus. b) Tingkat II : kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 db, penderita kadang- kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam kebiasaan sehari- hari memerlukan latihan berbicara, dan bantuan latihan berbahasa secara khusus. c) Tingkat III : kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB. d) Tingkat IV : kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas. Penggolongan ketunarunguan menurut Connix (dalam Sardjono, 2000: 37) sebagai berikut: 1) Kehilangan 0-30 dB pendengaran normal 2) Kehilangan 31-50 dB ketunarunguan ringan 3) Kehilangan 51-70 dB ketunarunguan sedang 4) Kehilangan 71-90 dB ketunarunguan berat 5) Kahilangan lebih dari 90 dB > tergolong tuli. Dari klasifikasi yang sudah dipaparkan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan klasifikasi anak tunarungu adalah: 1) Berdasarkan bagian alat pendengaran mana yang mengalami kerusakan 2) Berdasarkan bentuk kelainan pendengaran 3) Berdasarkan “gradasi/tingkatan” dari pada gangguan pendengaran. 4) Berdasarkan etiologis, anatomis dan fisiologis ukuran nada yang dapat didengar. 5) Berdasarkan sifat dan cara rehabilitas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
6) Berdasarkan jenis ketunarunguan serta kemampuan mengerti bicara dan bahasa.
c. Karakteristik Anak Tunarungu Anak tunarungu secara sepintas fisik mereka tidak tampak jelas mengalami kelainan, tetapi ketika kita mencoba untuk berkomunikasi dengan anak akan katahuan anak tunarungu mengalami kelainan pendengarannya. Dampak dari kelainan pendengaran ini menyebabkan anak memiliki ciri yang khas. Adapun karakteristik anak tunarungu menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: Sardjono (2000: 45) menjelaskan ciri-ciri anak tunarungu dalam segi penguasaan bahasanya antara lain: “miskin dalam kosa kata, sulit mengartikan ungkapan- ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit mengartikan ungkapan- ungkapan bahasa yang mengandung irama dan gaya bahasa”. Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 34-36) 1) Karakteristik dalam segi inteligensi Anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau rata-rata akan tetapi karena perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka anak tunarungu menampakkan intelegensi yang rendah disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa 2) Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar, hal ini disebabkan perkembangan
bahasa erat kaitannya dengan
kemampuan mendengar. 3) Karakteristik dalam segi emosi dan sosial Ketunarunguan dapat mengakibakan merasa asing dari pergaulan sehari-hari, yang berarti mereka merasa asing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat dimana ia hidup. Sardjono (2000: 43-44) menjelaskan ciri khas anak tunarungu antara lain: 1) Ciri-ciri khas dalam segi pisik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Cara berjalannya cepat dan agak membungkuk, gerakan matanya cepat, agak beringas, gerakan anggota badannya cepat dan lincah, pada waktu bicara pernafasan pendek dan agak terganggu, dalam keadaan biasa (bermain, tidur, tidak bicara) pernafasan biasa. 2) Ciri-ciri khas dalam intelegensi Intelegensi merupakan motor dari perkembangan mental seseorang. Pada anak tunarungu dalam hal intelegensi tidak banyak berbeda dengan anak normal pada umumnya. Ada yang memiliki intelegensi tinggi, rata-rata, dan ada yang intelegensinya rendah. Sesuai dengan sifat ketunaan pada umumnya anak tunarungu sukar menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Dalam hal intelegensi potensial tidak berbeda dengan anak normal pada umunya, tetapi dalam hal intelegensi fungsional rata-rata lebih rendah. 3) Ciri-ciri khas dalam segi emosi Kekurangan pemahaman akan bahasa lisan atau tulisan sering kali dalam komunikasi
menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan. Sebab
sering
menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan hal yang negatif dan menimbulkan tekanan pada emosinya. 4) Ciri-ciri khas dalam segi sosial Dalam kehidupan sosial anak tunarungu mempunyai kebutuhan
yang sama
dengan anak biasa pada umunya, yaitu mereka memerlukan interaksi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok dengan keluarga dan dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. 5) Ciri-ciri dalam segi bahasa Sesuai dengan kekurangan atau kelainan yang disandangnya anak tunarungu dalam penguasaan bahasa mempunyai ciri-ciri khas seperti: Miskin dalam kosa kata, sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung irama dan gaya bahasa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Jan Stiles dan Kim Clark (1996: 96) menyatakan bahwa ”Children with hearing or communication disabilities 1) May have difficulty understanding directions and routines 2) May have limited communication with other children and may interfere with their play 3) May act out due to frustration with their inability to be understood 4) May demonstrate a lack of attention 5) May lack appropriate or expected speech development 6) May have difficulty making themselves understood 7) May lack the language skills to initiate or enter into play or learning situations 8) May have difficulty following directions 9) May use limited vocabulary Pernyataan di atas mengungkapkan adanya ciri-ciri anak tunarungu dengan berbagai permasalahan yang ada. Anak mempunyai masalah adanya kesulitan dalam memahami arah dan kebiasaan, anak mempunyai keterbatasan dalam komunikasi dengan anak yang lainnya, anak bertingkah karena frustasi terhadap ketidakmampuan mereka mengerti, anak menunjukkan kurangnya perhatian, anak kesulitan untuk diri mereka sendiri, anak kurang dalam ketrampilan berbahasa, anak memiliki kesulitan dalam mengikuti arah dan masalah yang terakhir adalah terbatasnya kosakata anak, dimana masalah ini menjadikan anak sulit untuk menerima apa yang disampaikan oleh orang lain. Freiberg (1997: 75) menyatakan bahwa “disorder language is usally more difficult to remedy than delayed language. Disorder language may be due to a receptive problem (difficulty understanding voice sounds), an expressive problem (difficulty producting the voice sounds that follow the arbitrary rules for that language), or to both”. Dari pernyataan di atas terdapat karakteristik anak yang mempunyai masalah dalam segi berbahasa, anak tunarungu dengan cacat bahasa yang dialami biasanya sulit untuk diobati daripada terlambat menguasai bahasa. Cacat bahasa mungkin disebabkan masalah keterterimaan (kesulitan memahami suara), masalah ekspresi, kesulitan mengeluarkan suara yang diikuti kesewenang- wenangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
sikap untuk berbahasa. Hal inilah yang menjadikan apa yang diucapkan anak sulit dipahami. Dari karakteristik yang sudah dipaparkan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan karakteristik anak tunarungu antara lain: 1) Karakteristik dalam segi fisik 2) Karakteristik dalam segi intelegensi 3) Karakteristik dalam segi emosi 4) Karakteristik dalam segi sosial 5) Karakteristik dalam segi bahasa
d. Penyebab Anak Tunarungu Secara umum penyebab anak tunarungu dapat terjadi sebelum lahir (prenatal), ketika lahir (natal) dan sesudah lahir (post natal). Beberapa ahli mengungkap penyebab ketunarunguan dengan berbagai sudut pandang berbeda. Trybus (dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996: 32-33) mengemukakan enam penyebab ketunarunguan pada anak-anak di Amerika Serikat yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Keturunan Campak Jerman dari pihak ibu Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran Radang selaput otak (meningitis) Otitis media (radang pada bagian telinga bagian tengah) Penyakit anak-anak, radang dan luka-luka. Murni Winarsih (2007: 28-29) mengelompokkan penyebab ketunarunguan
sebagai berikut: 1) Factor internal diri anak: factor dalam diri anak terdapat beberapa hal yang menyebabkan ketunarunguan: a) Factor keturunan dari salah satu atau kedua orang tua yang mengalami ketunarunguan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
b) Penyakit campak jerman (Rubella) yang diderita ibu yang sedang mengandung c) Keracunan darah atau toxaminia yang diderita ibu yang sedang mengandung. 2) Factor Eksternal Diri Anak a) Anak mengalami infeksi saat dilahirkan. b) Meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang labyrinth (telinga dalam) melalui system sel-sel udara pada telinga tengah. c) Radang telinga bagian tengah (otitis media) pada anak.
Jan Stiles dan Kim Clark (1996: 96) menyatakan penyebab kelainan pendengaran sebagai berikut: Hearing impairments can be caused by: 1) The aging process 2) Birth defects 3) Certain drugs 4) ear wax 5) head trauma or head injuries 6) heredity 7) middle ear infections 8) prolonged or repeted exposure to loud noises 9) tumors 10) viral infections Dari penyebab kelainan pendengaran di atas dapat diketahui penyebab kelainan pendengaran antara lain: proses penuaan, cacat lahir, obat-obatan tertentu, cairan yang keluar dari telinga, trauma kepala, keturunan, infeksi telinga tengah, di tempat yang berisik berulang-ulang, tumor dan infeksi virus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Moores (dalam Mohammad Efendi, 2006: 64)
mengidentifikasi beberapa
penyebab ketunarunguan masa kanak-kanak yang terjadi di Amerika, berdasarkan penelitiannya, ia menemukan bahwa “factor keturunan, penyakit maternal rubella, lahir sebelum waktunya (prematur), radang selaput otak, serta ketidaksesuaian antara darah anak dengan ibu yang mengandungnya, toxemia, pemakaian antibiotic overdeses, infeksi, otitis media kronis dan infeksi pada alat-alat pernafasan menjadi penyebab utama terjadinya ketunarunguan”. Mohammad-Hossein Azizi (2010: 116) menyatakan “the history of occupational NIHL (ONIHL) probably dates back to many centuries ago, even though as Alberti stated, it only became a major occupational aural disorder after discovery of gunpowder and has increased significantly after the industrial Revolution”. Dari penjelasan di atas dapat diketahui sejarah penyakit telinga karena pekerjaan yang berhubungan dengan suara yang terlalu keras sudah terjadi beberapa beberapa abad yang lalu, meskipun sesuai yang alberti katakan, ini hanya menjadi kelainan masalah pendengaran utamanya karena pekerjaan setelah ditemukannya bubuk mesiu dan meningkat secara signifikan setelah revolusi industri. Dari pendapat beberapa ahli terkait penyebab ketunarunguan maka penulis menyimpulkan penyebab ketunarunguan antara lain 1) Keturunan 2) Campak Jerman dari pihak ibu 3) Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran (cacat lahir, premature) 4) Radang selaput otak (meningitis) 5) Otitis media (radang pada bagian telinga bagian tengah) 6) Penyakit anak- anak, radang dan luka-luka 7) proses penuaan 8) obat-obatan tertentu, pemakaian antibiotic overdeses 9) cairan yang keluar dari telinga 10) trauma kepala, keturunan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
11) di tempat yang berisik berulang-ulang 12) tumor dan infeksi virus 13) penyakit maternal rubella 14) toxemia 15) serta ketidaksesuaian antara darah anak dengan ibu yang mengandungnya.
e. Prevalensi Heward dan Orlansky
(dalam Mulyono
Abdurrahman, 1994:
70)
memperkirakan “5% dari semua anak usia sekolah mengalami gangguan pendengaran. Akan tetapi banyak diantara anak yang mengalami gangguan pendengaran ini yang tidak cukup berat untuk diberikan pelayanan pendidikan khusus”. Hoeman dan Briga (dalam Mulyono Abdurrahman, 1994: 70) memperkirakan bahwa “ hanya 0,2% (1 diantara 500) dari populasi anak sekolah memiliki pendengaran yang rusak atau sangat berat. Davis
(2011:
916-917) dari hasil
penelitian
yang telah dilakukan
memperkirakan bahwa: The presence of acoustically abstructing wax was recorder in 2,3%; it occurred in conjunction with a ≥25 dBHL impairment in 1% of the population. These results do not substantially affect the the implication for rehabilitation, as 1 % is a relatively small proportion of the 16% with such impairment. Among this 1 % were individuals who also had significant sensorineural hearing impairments. The average effect of acoustically obstructing wax, after accounting for age, was 5.9 dB(s.e. 1,5 dB) over the four frequency average in the Better ear. Dari pernyataan Davis, kita dapat mengetahui presentasi dari gangguan suara akibat cairan telinga ini terjadi lebih besar atau sama dengan 25 dBHL dalam 1% populasi, hasil ini tidak menimbulkan efek yang substansi untuk rehabilitasi. 15 adalah proporsi yang relative kecil dari 16% kelainan. Hampir 1% individu juga mempunyai kelainan sensori pendengaran yang signifikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Dari pernyataan beberapa ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa prevalensi anak tunarungu terhitung sangat sedikit 1 diantara 500 populasi anak sekolah . dari presentasi inipun masih dibagi sesuai dengan jenis kecacatannya, jadi untuk masingmasing kecacatan memiliki presentas yang berbeda, salah satunya adalah adanya gangguan suara akibat cairan telinga sebanyak 1 % dari jumlah kelainan dengar dan 1% juga mempunyai kelainan sensori pendengaran yang signifikan.
2. Tinjauan Tentang Hakikat Kosakata a. Pengertian Kosakata Dalam komunikasi melalui bahasa, baik lisan maupun tulisan, kosakata merupakan unsur yang sangat penting. Makna suatu wacana sebagai bentuk penggunaan bahasa, sebagian besar ditentukan oleh kosakata yang digunakan dalam pengungkapannya. Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan melaui bahasa banyak ditentukan oleh ketepatan pemahaman terhadap kosakata yang digunakan. Kosakata (Inggris: vocabulary) adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat pendidikannya karenanya banyak ujian standar, Seperti SAT, yang memberikan pertanyaan yang menguji kosakata. (http://www.id.wikipedia.org/wiki/ kosakata). Kosa kata merupakan salah satu komponen yang penting dalam belajar bahasa. Semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki pembelajar, semakin mudah dia menyampaikan pikirannya baik dalam tulisan maupun lisan. Untuk memperkaya kosa kata, siswa sebaiknya mempunyai buku khusus untuk mencatat kata-kata baru. Cara-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
cara
berikut
bisa
dipakai
oleh
siswa
dalam
mencatat
kata-kata
baru.
(http://www.ialf.edu/bipa/july1999/belajarkosakata). Menurut W. J. S Poerwadarminta (dalam Eni Nuryati, 2005: 18) ”Kosakata adalah perbendaharaan kata”. Eni Nuryati (2005: 18) menyatakan”Dengan banyaknya perbendaharaan kosakata yang dimiliki akan memudahkan dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat yang lain”. Setiap orang perlu memperluas kosakatanya, perlu mengetahui sebanyak-banyaknya perbendaharaan kata dan bahasanya. Kosakata dalam bahasa Indonesia sangat luas cakupannya. Soedjito (dalam Eni Nuryati, 2005: 19) menggolongkan kosakata bahasa Indonesia sebagai berikut: (1) kata-kata abstrak dan kata-kata konkret; (2) kata umum dan kata khusus; (3) kata popular dan kata kajian; (4) kata baku dan kata non baku; (5) kata asli dan kata serapan. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh panca indera (dilihat, diraba, dirasakan, didengarkan atau dicium). Kata umum adalah kata yang luas ruang lingkupnya. Kata populer adalah kata yang dikenal dan dipakai oleh ilmuwan atau kaum terpelajar dalam karyakarya ilmiah. Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah atau ragam bahasa yang telah ditentukan. Kata asli adalah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri. Sedang kata serapan adalah kata yang berasal (diserap) dari bahasa daerah atau asing (Eni Nuryati, 2005: 19). Henry Guntur (dalam Eni Nuryati, 2005: 19) menyatakan bahwa ”kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain”. Sri Sukesi Adiwimarta et al (dalam Suyatmi, 2004: 32) menyatakan bahwa ”kosakata atau perbendaharaan kata yang dalam bahasa Inggris disebut lexicon, berasal dari bahasa Yunani Lexicon yang berarti kata. Kosakata merupakan seperangkat leksem yang termasuk didalamnya kata tunggal, kata majemuk dan idiom”. Vallete (dalam Suyatmi, 2004: 32) menyatakan bahwa ”kosakata sebagai kata atau kelompok kata yang memiliki makna tertentu”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Kosakata seseorang adalah keseluruhan kata yang berada dalam ingatan seseorang yang segera akan menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca. Reaksi bahasa adalah mengenal bentuk bahasa itu dengan segala konsekuensinya, yaitu memahami maknanya, melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan amanat kata itu. (http://www.pusatbahasaalazhar.wordpres.com) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah himpunan kata dimana kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam berbahasa. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang semakin banyak ide atau gagasan yang dapat diungkapkan. Untuk itu anak tunarungu perlu meningkatkan kosakata yang dimilikinya dengan mengetahui sebanyak-banyaknya perbendaharaan kata dari bahasa yang dipelajarinya.
b. Pengertian Penguasaan Kosakata Menguasai kosakata bagi anak tunarungu sangatlah penting, tidak sekedar menuliskan kata tapi juga bisa memahami arti kosakata itu. Penguasaan kosakata tampak jika anak sudah bisa mennggunakan atau menyusun kata itu dalam kalimat yang bermakna. Eni Nuryati (2005: 20) menyatakan bahwa ”penguasaan kosakata sangat membantu seseorang dalam memahami gagasan atau ide dari ujaran orang lain. Hal ini disebabkan kata adalah penyalur gagasan”. Sedangkan Suyatmi (2004: 33) menyatakan ”penguasaan kosakata itu merupakan hal yang sangat penting dalam tindak berbahasa”. Burhan Nurgiyantoro (dalam Suyatmi, 2004: 35) menyatakan bahwa ” memahami kosakata terlihat dalam kegiatan membaca dan menyimak, sedangkan kemampuan kemampuan mempergunakan kosakata nampak dalam kegiatan menulis dan berbicara”. Sri Hastuti PH (dalam Suyatmi, 2004: 4) menyatakan bahwa ”untuk dapat menghasilkan tulisan (termasuk tulisan deskripsi) yang baik diperlukan persyaratan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
mutlak yang harus dikuasai diantaranya memiliki sejumlah kata yang diperlukan atau penguasaan kosakata memadai”. wawasan yang luas tentang kosakata merupakan modal dasar dalam menulis, karena pada hakikatnya menulis merupakan upaya menuangkan kosakata yang dipahami/dikuasai dari bahasa lisan ke dalam tulisan. Oleh karena itu, penguasaan kosakata sangat menunjang ketrampilan menulis. Tanpa kosakata yang cukup, sulit diharapkan seseorang akan terampil menulis. (Suyatmi, 2004: 4). Jadi semakin banyak kosakata yang dikuasai oleh anak tunarungu maka semakin cepat anak memahami kata-kata yang disampaikan oleh orang lain baik katakata lisan maupun tulisan.
c. Cara Memperluas Kosakata Penguasaan kosakata dapat diperoleh melalui beberapa tahapan, dalam tahapan itu mengandung bermacam- macam cara bagaimana seseorang memperluas kosakata. Menurut Gorys keraf
(dalam Eni Nuryati, 2005: 20) perluasan kosakata dapat
ditempuh dengan jalan : (1) proses belajar, yaitu suatu usaha mmperluas kosakata melalui KBM yang dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan dan pendidikan yang harus berperan aktif untuk memperkenalkan berbagai istilah baru yang muncul kepada siswanya; (2) melalui konteks, yaitu suatu usaha memperluas kosakata dengan jalan mengamati konteks suatu wacana secara seksama baik lisan maupun tertulis; (3) melalui kamus, yaitu suatu usaha memperluas kosakata dengan cara menggunakan buku referensi yang khusus disusun untuk membantu setiap orang menetapkan kata marta yang paling tepat sesuai dengan maksudnya; dan (4) dengan menganalisa kata, yaitu suatu usaha memperluas kosakata dengan cara menggunakan kata/menentukan mana akar katanya, mana imbuhannya, serta apa makna yang terkandung dalam masing-masing unsurnya. Cara memperluas kosakata seseorang antara lain dapat dikemukakan: melalui proses belajar, melalui konteks, melalui kamus, kamus sinonim dan tesaurus, dan dengan menganalisis kata. (http://www.pusatbahasaalazhar.wordpres.com). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Cara mengaktifkan kosakata dengan cara yaitu: 1) Sering mempergunakan kata tertentu: cara yang pertama mengaktifkan kosakata dengan kemauan seseorang adalah dengan sengaja lebih sering mempergunakan sebuah bentuk yang baru didengar atau dibaca. 2) Mempertajam pengertian kata : Kesanggupan untuk membedakan nuansa arti dan nilai rasa yang dikandung oleh kata-kata tersebut, memungkinkan kita untuk menempatkan kata-kata itu di dalam konteks yang tepat dan sesuai. 3) Menertibkan pemakaian kata yang khas : Metode yang ketiga adalah menertibkan diri sendiri untuk mencari kata-kata yang khas, bila menulis atau membicarakan sesuatu yang khusus. (http://www.pusatbahasaalazhar.wordpres.com). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan kosakata seseorang dapat diperoleh melalui berbagai proses. Menguasai kosakata tidak sekedar mempunyai perbendaharaan kata banyak tapi juga memahami makna kosakata tersebut. Inilah yang penting bagi anak tunarungu, mampu memaknai kosa kata dan mampu menggunakannya dalam kalimat bermakna.
3.
Tinjauan Tentang Media DVD Dunia Hewan
a. Pengertian Media Pendidikan Dalam prose belajar diperlukan suatu media pendidikan yang menunjang keberlangsungan kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan . Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Arif S. Sadiman (1996: 60) “ Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and communication Technology/AECT) (dalam Arif S. Sadiman, 1996: 60) membatasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
”Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi”. Gagne (dalam Arif S. Sadiman, 1996: 6) menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Briggs (dalam Arif S. Sadiman, 1996: 6) berpendapat bahwa “media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Arif S. Sadiman (1996: 7) “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Mc Luhan (dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 11) “Media mencakup semua alat komunikasi dari seseorang ke orang lain yang tidak ada dihadapannya”. Menurut Romiszowski (dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 12) ”Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan”. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan AECT dalam Dinbakir (http://dinbakir.wordpress.com). Dari pendapat beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan media pendidikan adalah suatu alat pendidikan yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk menyalurkan pesan pengirim pesan ke penerima pesan sehingga memberi rangsangan pada siswa untuk belajar.
b. Klasifikasi Media Pendidikan Setijadi (1986: 38) mengklasifikasikan media sebagai berikut: 1) Audio seperti telepon, radio, konferensi jarak jauh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
2) Bahan cetak
seperti selebaran,gambar ungkap, papan tulis, diagram, grafik,
peta, 3) Audio cetak seperti buku pegangan siswa dan pita atau piringan audio, blanko, diagram, bahan acuan. 4) Visual, proyeksi diam seperti film bingkai, transparansi, hologram 5) Audio-visual, proyeksi diam seperti film rangkai suara, film bingkai bersuara. 6) Visual-gerak
seperti film tanpa suara
7) Audio-visual, gerak 8) Objek fisik
seperti film gambar gerak
seperti benda nyata, peragaan atau model benda sesungguhnya.
9) Sumber-sumber manusia dan lingkungan seperti situasi permainan perdu, studi kasus, studi wisata. 10) Computer seperti computer dan berbagai peragaan. Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 11) membedakan media visual menjadi dua yaitu: 1) Media Audio: berfungsi untuk menyalurkan pesan audiodari sumber ke penerima pesan. 2) Media Visual a) Media visual diam gambar,
film
: foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan
bingkai,
film
rangkai,
transparansi,
proyektor
dan
tachitoscopes, serta grafik, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe b) Media visual gerak : gambar-gambar proyeksi, bergerak seperti film bisu dan sebagainya. 3) Media audio visual Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual dapat dibedakan menjadi dua : a) Media audio visual diam
: slow scan TV, time shared TV, TV diam, film
rangkai bersuara, film bingkai bersuara, halaman bersuara dan buku berusara, film bingkai bersuara, halaman bersuara dan buku bersuara. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
b) Media audio visual gerak
: film bersuara, pita video, film TV, TV,
holografi, video tapes dan gambar bersuara. Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas, Penulis menyimpulkan dan menegaskan DVD
Dunia Hewan adalah sebuah media audio visual yang dapat
menampilkan suara dan gambar bergerak sekaligus menjelaskan kepada anak materi pelajaran kepada anak tunarungu-wicara secara konkrit sesuai dengan kehidupan nyata. c. Pengertian DVD Dunia Hewan DVD adalah salah satu jenis cakram padat penyimpan data yang secara perlahan digeser dengan format format Blu ray. Mungkin ada yang belum tahu kepanjangan DVD, DVD adalah Digital Versatile Disc atau Digital Video Disc. (http://pernikkomputer.blogspot.com). DVD adalah sejenis cakram optik yang dapat digunakan untuk menyimpan data, termasuk film dengan kualitas video dan audio yang lebih baik dari kualitas VCD. "DVD" pada awalnya adalah singkatan dari digital video disc, namun beberapa pihak ingin agar kepanjangannya diganti menjadi digital versatile disc (cakram serba guna digital) agar jelas bahwa format ini bukan hanya untuk video saja. Karena konsensus antara kedua pihak ini tidak dapat dicapai, sekarang nama resminya adalah "DVD" saja, dan huruf-huruf tersebut secara "resmi" bukan singkatan dari apapun. (http://www.id.wikipedia.org/wiki/). DVD berasal dari kata Digital Versatile Disc. Sesuai dengan namanya DVD merupakan sebuah media penyimpanan digital yang isinya sangat variatif. Bentuknya sangat mirip dengan CD. Bedanya DVD dapat memainkan film, audio lebih baik dan dengan data lebih banyak dan proses yang lebih cepat dibandingkan CD. DVD juga mampu menyimpan data lain seperti Foto atau data informasi dari komputer. (http://www.ubb.ac.id). DVD atau “digital versatile discs,” adalah perangkat penyimpanan yang menggunakan teknologi optik atau laser untuk menyimpan video atau data lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
DVD adalah sama sebagai ukuran dan bentuk CD (compact disk), tetapi mereka dapat menyimpan
lebih
dari
enam
kali
lebih
banyak
data.
(http://supriyonobantul.wordpress.com). Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan DVD (Digital Versatile Disc) adalah media penyimpanan data, berupa media audio visual gambar bergerak termasuk film dengan kualitas video dan audio yang lebih baik dari kualitas VCD.
d. Aturan Praktis Penggunaan Media Visual Menurut Setijadi (1986: 51) untuk pembelajaran aturan praktis penggunaan visual antara lain: 1) Pengulangan antara audio dan visual yang berlebihan harus dihindari a) Jika kata-kata diperagakan secara visual, penonton harus diberi waktu cukup untuk
membacanya
sebelum
narrator
memberikan
komentar
atau
membacakan pesan itu dengan cara lain. b) Jika kata yang tertulis hanya tersaji sekilas, narrator harus mengulangi kata itu dengan tepat. 2) Penampilan Visual tidak boleh mengganggu a) Gambar-gambar dan tulisan yang diproyeksikan harus dapat dibaca, untuk itu harus jelas dan terang. b) Visual tidak boleh meragukan dan setajam mungkin c) Objek-objek yang masih asing/belum dikenal hendaklah ditampilkan sedini mungkin. d) Visual tidak boleh terlalu ramai dan kacau, supaya pesan yang dimaksudkan dapat tertangkap jelas oleh penonton. 3) Visual haruslah disukai penonton. Karena kita ingin siswa mengubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan, kita tidak akan memperlihatkan sesuatu yang tidak berkenan bagi mereka. Sebaliknya kita ingin mereka tertarik pada hal itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Media yang digunakan dalam pembelajaran memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, artinya media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi. 3) Praktik, luwes dan bertahan. 4) guru terampil menggunakannya. 5) pengelompokan sasaran media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama dengan efektifnya jika digunakan untuk kelompok kecil. 6) mutu teknis 7) kondisi siswa (dari segi subjek belajar) (http://dinbakir.wordpress.com). Dalam penggunaan media ada beberapa yang harus diperhatikan, dari pendapat ahli yang sudah dikemukakan di atas penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1) Menghindari pengulangan antara audio dan visual yang berlebihan 2) Penampilan visual tidak boleh mengganggu 3) Visual haruslah disukai penonton 4) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.artinya media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. 5) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi. 6) Praktis, luwes dan bertahan. 7) Guru terampil menggunakannya. 8) Pengelompokan sasaran media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama dengan efektifnya jika digunakan untuk kelompok kecil. 9) Mutu teknis 10) Kondisi siswa (dari segi subjek belajar).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
e. Kemampuan dan Kualitas DVD 1) Kemampuan DVD a) DVD mampu memainkan video digital dengan kualitas yang sangat tinggi selama 2 jam penuh. Bahkan untuk satu keping dual-layer, double-sided mampu memainkan video digital dengan kualitas yang sama selama 8jam penuh. Semua ini setara dengan 30 jam video dalam kulitas VHS. b) DVD juga mendukung film yang menggunakan layar widescreen (yang berasio 4:3 dan 16:9). c) DVD mampu menyimpan semua filmnya dalam 9 angle kamera yang berbeda. d) DVD mampu menyimpan 32 judul lagu karaoke. e) DVD mampu menyimpa 8 track Digital audio untuk berbagai bahasa, yang masing-maing memiliki delapan channel. f) DVD mampu memberikan on-screen menu dan interactif fitur seperti behind the scene, games, interview dan masih banyak lagi. g) DVD dapat memuat DVD dengan berbagai bahasa, mulai dari percakapan, subtittle, nama lagu, dan sebagainya. h) Rewind dan Foward yang lebih instant. Atau bahkan memilih lewat chapter dan waktu (time code). i) DVD lebih tahan lama dari CD, sebab data dalam DVD tidak semudah rusak data dalam CD. Selain itu DVD juga lebih tahan terhadap panas. (http://www.ubb.ac.id).
2) Kualitas DVD DVD yang sebenarnya adalah menggunakan format MPEG-2. Baik gambar maupun suara yang dihasilkan oleh format ini jauh lebih baik dari CD ataupun VHS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Kualitas Audio yang dimiliki oleh DVD juga berkualitas tinggi. Jauh lebih baik dari CD Audio, karena audio pada DVD menggunakan ukuran dan sampling rate yang lebih besar dari CD Audio. (http://www.ubb.ac.id). Format MPEG-2 menggunakan system kompresi loosy Compression yang menghapus informasi- informasi tidak penting, seperti beberapa area pada gambar yang tidak mengalami perubahan sama sekali atau menghapuskan beberapa informasi yang tidak akan ditangkap oleh mata manusia. Kualitas audio yang dimiliki oleh DVD juga berkualitas tinggi, jauh lebih baik dari CD Audio, karena audio pada DVD menggunakan ukuran dan sampling rate yang lebih besar dari CD Audio, pada DVD video, file audio tidak menjadi satu dengan file gambar. Dan kualitas audio yang dimiliki oleh audio pada DVD video sama dengan kualitas yang ada pada ruang teater, yaitu multi channel surround sound menggunakan Dolby Digital, atau DTS. Dalam hal kompresi, Dolby Digital atau DTS dapat memiliki
kualitas
yang
sama
bahkan
lebih
baik
CD
Audio.
(http://www.cdproteksi.com/kualitasdvd video.html). Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan: a) Kualitas Audio yang dimiliki oleh DVD juga berkualitas tinggi. jauh lebih baik dari CD Audio. b) Format MPEG-2 menggunakan system kompresi loosy Compression yang menghapus informasi-informasi tidak penting. Ada banyak kemampuan DVD tapi disamping mempunyai kelebihan DVD juga mempunyai kekurangan yaitu system enkripsi (CSS), yang membuat backup DVD menjadi sulit, dan juga menyulitkan untuk memainkannya diplatform Linux secara legal,
karena
dibutuhkan
lisensi
(http://www.cdproteksi.com).
commit to user
untuk
mendeskripsinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
B. Kerangka Berfikir Kerangka pemikiran pada dasarnnya merupakan cara penalaran untuk bisa sampai pada pemberian jawaban atas
masalah yang telah dirumuskan, maka
kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Penguasaan kosakata pada anak tunarungu rendah
Penggunaan DVD hunia hewan dalam pembelajaran
Penguasaan kosakata pada anak tunarungu meningkat
Gambar 01. Skema Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan Kerangka berpikir di atas, hipotesis penelitian ini adalah: “Penggunaan DVD Dunia Hewan dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu-wicara kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/2011”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan peneliti guna mengetahui keberhasilan penggunaan DVD dunia hewan dalam pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Suharsimi Arikunto (2006: 91) menjelaskan penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut : Penelitian-kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan-sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelasadalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh umum dengan ”ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pengamatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model visualisaasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc taggart (dalam Zainal Aqib, 2009: 23) dengan skema sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Persiapan
Pelaksanaan tindakan Perencanaan
aksi
Pelaksanaan tindakan II Evaluasi/refleksi
Perencanaan
Persiapan
aksi
Laporan Akhir
Evaluasi/refleksi
Gambar 02. Desain penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart Selain model Kemmis dan Taggart ada juga model yang dikembangkan oleh Kurt lewin. Fokus permasalahan pada rencana penelitian ini adalah adanya penguasaan kosakata pada anak tunarungu di SLB-B YRTRW Surakarta yang masing sangat rendah. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata pada anak tunarungu. Dalam commit to user
rangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
merencanakan penelitian ini, peneliti akan memilih dua variabel yang terdiri dari satu variabel terikat (x) dan satu variabel bebas (y). Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan DVD dunia hewan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang. Sedangkan variabel terikat yang akan diteliti adalah penguasaan kosakata pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di SLB-B YRTRW jalan gumunggung Rt. 01/II Gilingan Banjarsari
Surakarta. Penetapan lokasi ini
berdasarkan pertimbangan adanya masalah yang sesuai dengan kemampuan peneliti, tersedianya data yang dibutuhkan, dan lokasi mudah dijangkau. Adapun kelas yang akan menjadi populasi dan sampel adalah siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut : N O
1. 2. 3. 4.
5.
6. 7.
Waktu Desember Kegiatan Persiapan Tindakan xxxx Penyusunan proposal Persetujuan proposal Perijinan penelitian Membuat instrumen alat peraga, RPP Pelaksanaan tindakan Siklus I dan Siklus berikutnya Pasca Tindakan Rekapitulasi hasil Penyusunan laporan
Januari
Tahun 2011 Februari Maret
April
xxxx
commit to user
xxxx xxxx xxxx
xxxx
xxxx
xxxx xxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
B. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas DII B yang berjumlah 6 orang siswa terdiri dari 4 (empat) laki-laki dan 2 (dua) perempuan. Siswa di kelas ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga seringkali kegiatan pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan kompetensi yang ada dalam kurikulum pembelajaran. C. Sumber Data Data diperoleh dari informasi tentang kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan secara lisan dan tertulis serta kemampuan siswa melengkapi kalimat sederhana dengan kosakata binatang. Data penelitian itu dapat dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: 1. Nara sumber, yaitu siswa, guru, dan orang tua 2. Dokumen antara lain berupa kurikulum, RPP dan buku penilaian.
D. Teknik Pengumpulan Data Setiap penelitian ilmiah dalam uji hipotesa perlu dikumpulkannya data yang relevan dari variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data antara lain: 1. Tes Menurut Budiyono (2003: 54)”Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan- pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 150) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes menulis diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dalam menulis deskripsi sederhana tentang binatang dengan melengkapi kalimat sederhana dan tes ini diberikan di setiap akhir siklus. Tes ini diberikan
untuk
mengetahui peningkatan mutu hasil melengkapi kalimat sederhana dengan menggunakan kosakata binatang. Dengan kata lain tes disusun dan dilakukan mengetahui peningkatan penguasaan kosakata siswa dengan melihat pada kemampuan siswa menulis deskriptif sederhana tentang binatang dalam kalimat sederhana. Alat yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data peningkatan penguasaan kosakata pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta. Data diproses melalui tes menulis deskripsi sederhana tentang binatang dengan kalimat sederhana. Lembar tes ini terdiri dari 5 soal berupa gambar binatang kemudian masing-masing gambar didiskripsikan dalam kalimat sederhana dengan cara melengkapi kalimat dengan 4 kosakata binatang yang merupakan ciri-ciri binatang tersebut. Total nilai dari 5 soal yang benar adalah 100, masing-masing soal mendapat nilai 20 dimana setiap kosakata yang benar dalam satu soal mendapat nilai 5.
2. Observasi Spradley (dalam HB Sutopo, 2002: 64-69) menjelaskan bahwa ” Pelaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi (1) Observasi Tak Berperan, (2) Observasi Berperan, yang terdiri dari berperan pasif, berperan aktif, dan berperan penuh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi berperan aktif. Dengan teknik ini peneliti akan mendatangi langsung ke lokasi observasi yang memungkinkan peneliti untuk melihat, mengamati serta mempelajari secara langsung keadaan tempat yang akan diteliti. Dengan observasi ini memudahkan peneliti untuk mendapatkan data secara mendalam, sebab peneliti dapat menangkap fenomenafenomena yang muncul pada saat itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Observasi ini dilakukan terhadap kinerja siswa selama proses belajar-mengajar yang difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Seperti terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi stimulus baik yang datang dari guru atau teman lain serta keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi sebagai berikut: Tabel 01. Lembar Observasi N o
Kegiatan pembelajaran
Hasil Pembelajaran Siswa A
1 2 3
4 5
6 7
Siswa memberi respon positif terhadap apersepsi Siswa tanggap terhadap perintah guru Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru Siswa mampu menjawab pertanyaan guru siswa tidak mengganggu siswa lain saat pembelajaran Siswa berani bertanya pada guru Siswa memperhatikan saat siswa lain menulis di depan kelas
8
Siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan guru tepat waktu
9
Siswa mampu mengerjakan soal secara mandiri Siswa tidak membuat gaduh setelah selesai mengerjakan soal
10
Siswa B Siswa C Siswa D Siswa E Siswa F 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Jumlah Total skor
Kriteria Penilaian Skor 10-20=kurang aktif Skor 21-30=cukup aktif Skor 31-40=aktif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
3. Dokumentasi Budiyono (2003: 54) ”Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada”. Suharsimi Arikunto (2006: 231) memberikan pengertian tentang metode dokumentasi adalah “ Mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa cacatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legguer, agenda, dan lain sebagainya”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik content analysis dengan tujuan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan di lokasi penelitian. Data yang dimaksud adalah dokumen dan arsip yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan. Dalam penelitian ini metode dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan datadata yang berhubungan dengan kemampuan menulis kalimat sederhana. Peneliti disini menggunakan dokumen hasil belajar siswa berupa raport dan daftar nilai Bahasa Indonesia. E. Validitas Data Informasi-informasi yang akan dijadikan data penelitian diperiksa validasinya, sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data yaitu triangulasi dan review informan kunci. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding itu (Lexy J. Moleong, dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69). Teknik triangulasi yang digunakan adalah : 1. Triangulasi sumber data Data dari buku ulangan harian siswa menunjukkan hasil prestasi bahasa Indonesia rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
2. Triangulasi metode pengumpulan data Peneliti memberikan tes menulis deskriptif sederhana tentang binatang dengan melengkapi kalimat sederhana.
F. Teknik Analisis Data Untuk memperlancar penelitian dan
menghindari terjadinya masalah yang
berarti, maka penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut : Peneliti datang ke SLB-B YRTRW Surakarta untuk memperoleh data tentang SLB-B YRTRW Surakarta secara Geografis, serta untuk memperoleh data lain tentang SLB-B YRTRW Surakarta. Peneliti mengadakan pengamatan langsung di SLB-B YRTRW Surakarta guna mendapatkan data tentang guru, murid KBM serta bimbingan yang diadakan di SLBB YRTRW Surakarta. Analisis penelitian dilakukan dengan cara pengelompokan data yang diperoleh sesuai dengan fokus permasalahannya. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan kosakata pada anak tunarungu-wicara, peneliti menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Adapun dalam penelitian ini, data kuantitatif dianalisis dengan teknik statistik deskriptif komparatif, yakni membandingkan hasil antar siklus (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Sedangkan data kualitatif dianalisis dengan membuat penilaian kualitatif (kategori: kurang aktif, cukup aktif dan aktif). Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Kemudian, dari hasil akhir siklus ini dibandingkan dengan indikator kinerja yang yang menjadi acuan keberhasilan, untuk mengetahui ketercapaian siklus ini terhadap indikator belajar yang ditentukan . Hasil penilaian terhadap penguasaan kosakata anak tunarungu sebelum menggunakan DVD dunia hewan dibandingkan dengan hasil penilaian terhadap penguasaan kosakata setelah menggunakan DVD dunia hewan pada siklus I dan siklus berikutnya. Penelitian ini dikatakan berhasil jikapelaksanaan pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang dengan menggunakan DVD dunia hewan pada hasil akhir siklus yang dilaksanakan mencapai indikator kinerja yang sudah ditentukan. G. Indikator Kinerja Indikator sebagai tolok ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Adapun indikator ketercapaian belajar siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 02. Indikator ketercapaian belajar siswa No
Aspek yang diukur
Cara mengukur
Indikator keberhasilan
1.
Kemampuan siswa menulis
Pemberian 5 soal berupa gambar
deskripsi sederhana tentang
binatang
binatang dalam kalimat
masing gambar didiskripsikan kalimat dengan
sederhana
dalam
kemudian
kalimat
Siswa dapat
masing- melengkapi
sederhana kosakata binatang
dengan cara melengkapi kalimat dengan nilai yang ada dengan menuliskan 5 minimal 70 kosakata binatang.
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini mencakup tahap-tahap berikut : 1. Tahap Persiapan a. Mempelajari kurikulum b. Membuat media pembelajaran berupa DVD c. Membuat lembar observasi d. Membuat lembar tes commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
2. Tahap Tindakan Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam bentuk siklus. direncanakan 2 siklus yang setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. a. Rencana siklus I Tolak ukur keberhasilan siklus I adalah siswa dapat menulis deskripsi sederhana tentang binatang dalam kalimat sederhana dengan nilai minimal 70. 1) Tahap Perencanaan (Planning) (a) Merancang sekenario pelajaran menulis (b) Menyusun RPP tentang kegiatan menulis (c) Menyediakan media DVD dunia hewan (d) Menyiapkan lembar evaluasi 2) Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pelaksanaan tindakan ini berarti perlakuan yang akan dilaksanakan kepada siswa. Adapun langkah kegiatannya sebagai berikut: (a) Guru menampilkan DVD dunia hewan (b) Guru menuliskan ciri-ciri binatang tersebut di papan tulis (c) Guru menjelaskan ciri dari masing-masing binatang dengan bantuan media DVD (d) Siswa menyebutkan l kosakata yang berupa ciri-ciri binatang dengan bantuan media DVD (e) Setelah siswa mengenal kosakata binatang, dilanjutkan menyebutkan ciri-ciri binatang tanpa menggunakan media DVD (f) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai ciri-ciri binatang (g) Siswa mendiskripsikan ciri-ciri binatang dengan menggunakan kalimat sederhana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
3) Pengamatan (observing) Pengamatan diarahkan pada point-point yang telah ditetapkan dalam indikator. Bentuk pengamatan dicatat dalam bentuk jurnal harian. 4) Refleksi (reflecting) Refleksi merupakan pengkajian dan penilaian hasil pengamatan dalam kaitannya dengan indikator kinerja tahap I, apabila hasil pengamatan menunjukkan peningkatan, maka dirumuskan tujuan tahap selanjutnya lebih tinggi tingkat pemahamannya. Untuk itu perlu disusun rencana tindakan II.
b. Rencana siklus berikutnya Pada siklus berikutnya perencanaan tindakan sesuai dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan dalam siklus I, sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut materi pembelajaran sesuai kurikulum sehingga pelaksanaan penelitian tidak mengganggu jadwal pembelajaran. Karena tujuannya adalah untuk meningkatkan penguasaan kosakata binatang pada anak. Tolok ukur keberhasilan siklus berikutnya adalah siswa dapat menulis deskripsi sederhana tentang binatang dalam
kalimat sederhana dengan cara
melengkapi kalimat sederhana dengan mencapai nilai 70.
Siklus I Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia (menulis deskripsi sederhana) di kelas DII B semester II, guru mencoba menggunakan media yang menarik dan mudah dipahami oleh anak, dalam hal ini guru menggunakan media DVD dunia hewan. Guru memberikan kosakata ciri-ciri binatang kemudian siswa mendiskripsikannya dalam kalimat sederhana dengan cara melengkapi kalimat sederhana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Adapun tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Tindakan (Planning) Subyek penelitian sebanyak 6 siswa kelas DII B, yang mana masih ada beberapa siswa yang mendapat nilai rendah atau kurang dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Ternyata setelah diamati masih ada beberapa siswa yang belum mampu menguasai kosakata ditan.dai dengan
penulisan kalimat yang masih
belum baik, sehingga dalam upaya meningkatkan penguasaan kosakata guru perlu memilih media menarik dan mudah dipahami oleh anak. Dalam hal ini guru menggunakan media DVD dunia hewan. Sebelum pelaksanaan tindakan, guru merancang
rangkaian kegiatan
pembelajaran atau sekenario pelajaran menulis. Setelah itu guru menyusun RPP tentang kegiatan menulis, yang perlu disiapkan sebelum mulai pembelajaran tentunya media pembelajaran, dalam hal ini DVD dunia hewan, guru membuat DVD sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan sesuai dengan kemampuan anak. Langkah terakhir yang harus disiapkan guru adalah lembar evaluasi dari pelaksanaan pembelajaran guna mengetahui hasil belajar siswa. 2. Pelaksanaan tindakan (Acting) Guru menanpilkan DVD dunia hewan, siswa disuruh mengamati DVD yang ditampilkan. Guru menampilkan gambar hewan dan tulisannya sesuai dengan binatang yang ada di DVD. Guru menulis ciri-ciri binatang dan memberikan penjelasan dengan bantuan media DVD. Kemudian Siswa menyebutkan kosakata berupa ciri-ciri binatang yang sudah ada. Setelah siswa mengenal kosakata binatang dilanjutkan menyebutkan ciri-ciri binatang tanpa menggunakan media DVD. Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai ciri-ciri binatang kemudian guru memberi contoh deskripsi ciri-ciri binatang dalam kalimat sederhana. Selanjutnya guru meminta siswa mendiskripsikan ciri-ciri binatang dengan melengkapi kalimat sederhana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
3. Observasi (observing) Pada tahapan ini guru mengumpulkan data dan mengamati siswa pada waktu proses pembelajaran, sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah bisa menguasai kosakata tentang binatang dengan mendiskripsikan ciri-ciri binatang dalam kalimat sederhana. 4. Refleksi (Reflecting) Pada tahapan ini guru/penulis melakukan pengolahan data hasil belajar siswa dari hasil pengamatan selama pembelajaran Bahasa Indonesia dan dari hasil penulisan deskripsi tentang binatang dalam bentuk kalimat sederhana. Dalam pengolahan data yang berasal dari pengumpulan data (observasi) tersebut dinyatakan berhasil bila siswa mencapai nilai 70. Hasil pengolahan data tersebut untuk menunjukkan adanya peningkatan penguasaan kosakata binatang pada siswa ditandai dengan kemampuan siswa mendiskripsikan ciri-ciri binatang dalam kalimat sederhana. Berdasarkan pengolahan data tersebut dipakai sebagai dasar analisis peningkatan penguasaan kosakata pada siswa untuk tindak lanjut menuju siklus berikutnya.
Siklus berikutnya Setelah melaksanakan siklus I yaitu menulis deskripsi sederhana tentang ciriciri binatang dalam kalimat sederhana dan mengetahui hasil pembelajaran pada siklus I, guru mempersiapkan pembelajaran pada siklus berikutnya. Adapun tahapan pada siklus berikutnya adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan Tindakan (Planning) Tindakan siklus berikutnya merupakan kelanjutan dari siklus I dengan melaksanakan proses pembelajaran menulis deskripsi sederhana tentang ciri-ciri binatang dalam kalimat sederhana. Materi pembelajaran pada siklus berikutnya sesuai kurikulum yaitu menulis deskripsi sederhana tentang binatang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap ini Guru menanpilkan DVD dunia hewan, siswa disuruh mengamati DVD yang ditampilkan. Guru menulis ciri-ciri binatang dan memberikan penjelasan
dengan bantuan media DVD. Guru dan siswa bersama-sama
menyebutkan kosakata kata yang berupa ciri-ciri binatang kemudian siswa tanpa bantuan guru menyebutkan kosakata berupa ciri-ciri binatang yang sudah ada. Setelah siswa mengenal kosakata binatang dilanjutkan menyebutkan ciri-ciri binatang tanpa menggunakan media DVD. Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai ciri-ciri binatang kemudian guru memberi contoh deskripsi ciriciri binatang dalam kalimat sederhana. Selanjutnya guru
meminta siswa
mendiskripsikan ciri-ciri binatang dengan melengkapi kalimat sederhana. Guru mengamati proses menulis pada siswa yang dilakukan dengan pendekatan individual. 3. Observasi (Observing) Pada tahap ini guru telah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media DVD sesuai dengan materi sub. Pokok bahasan. Setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi dengan tes menulis deskripsi tentang binatang dalam kalimat sederhana. Hasil yang dicapai siswa dicatat oleh guru digunakan untuk menganalisis adanya peningkatan penguasaan kosakata pada siswa. 4. Pengolahan Data (Reflecting) Guru melakukan pengolahan data berdasarkan hasil observasi selama pelajaran. Dari hasil tes menulis deskripsi sederhana tentang dengan melengkapi kalimat sederhana
dengan
melengkapi
kalimat
sederhana
diketahui
sejauhmana
penguasaan kosakata pada siswa kelas DII B. Dalam pengolahan data (Reflecting) yang berasal dari observasi dinyatakan berhasil bila siswa telah mencapai nilai 70.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas DII B anak tunarungu SLB-B YRTRW Surakarta semester II Tahun Pelajaran 2010/2011. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2011. Sebelum melaksanakan siklus I peneliti mengadakan pretest untuk mengatahui kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan tindakan.
1. Deskripsi Kondisi Awal Jumlah siswa Tunarungu kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta sebanyak 6 siswa yang terdiri dari 4 laki-laki dan 2 perempuan. Secara singkat kondisi siswa dapat penulis sampaikan sebagai berikut: a. Siswa A Siswa perempuan ini dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru, kadang suka bermain-main sendiri sehingga siswa ini kurang bisa menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk kalimat, karena siswa mengalami kesulitan dalam memahami kosakata. Nilai pretest pada Pelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang adalah 30. b. Siswa B Siswa perempuan ini dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kurang memperhatikan dan cenderung lambat dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Siswa juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk kalimat, karena anak mengalami kesulitan dalam memahami kosakata tanpa adanya penggunaan commit proses to userbelajar mengajar. suatu media konkrit yang mendukung
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
Dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh gurupun selesainya selalu yang terakhir diantara teman-temannya. Nilai pretest pada Pelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang adalah 35. c. Siswa C Siswa laki-laki ini dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat mengikuti pelajaran dengan baik cukup, akif mengikuti perintah guru. siswa dapat menjawab pertanyaan guru secara lisan,tetapi untuk perintah yang berupa menulis kosakata dalam kalimat, siswa kurang bisa mengerjakan dengan baik. Nilai pretest pada Pelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang adalah 50. d. Siswa D Siswa laki-laki ini dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat mengikuti pelajaran dengan baik cukup, akif mengikuti perintah guru walau terkadang anak juga usil dengan teman sebangkunya. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru secara lisan walau memang tidak begitu jelas, tetapi untuk perintah yang berupa menulis kosakata dalam kalimat, siswa kurang bisa mengerjakan dengan baik. Secara umum kemampuan siswa D hampir sama dengan kemampuan siswa C. Nilai pretest pada Pelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang adalah 50. e. Siswa E Siswa laki-laki ini dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat mengikuti pelajaran dengan baik, akif mengikuti perintah guru. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru secara lisan., untuk perintah yang berupa menulis kosakata dalam kalimat, siswa sudah cukup mampu mengerjakan soal. Nilai nilai pretest pada Pelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang adalah 80. f. Siswa F Siswa laki-laki ini adalah siswa yang paling pintar diantara teman-teman kelasnya. Dalam setiap ulangan yang diberikan selalu siswa ini yang mendapatkan nilai tertinggi. Dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran commit pelajaran to user dengan baik, akif mengikuti Bahasa Indonesia dapat mengikuti
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perintah guru. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru secara lisan., untuk perintah yang berupa menulis kosakata dalam kalimat, siswa mampu mengerjakan soal dengan baik. Nilai pretest pada Pelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang adalah 85. Nilai hasil pretest (sebelum siklus) pada siswa tunarungu kelas DII B SLBBYRTRW Surakarta semester I tahun pelajaran 2010/2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 03 Rekapitulasi hasil pretest Bahasa Indonesia (sebelum siklus)
NO Inisial
Tes Menulis
nama siswa
Nomor
Nilai akhir
1
2
3
4
5
1.
A
15
15
0
0
0
30
2.
B
20
15
0
0
0
35
3.
C
20
15
15
0
0
50
4.
D
20
15
15
0
0
50
5.
E
15
15
10
20
20
80
6.
F
15
15
15
20
20
85
Rata-rata
55
Nilai hasil pretest (sebelum siklus) pada siswa Tunarungu kelas DII B SLBB YRTRW Surakarta semester I tahun pelajaran 2010/2011 dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai rata- rata
100 80
80 60 40
50
85
50
35
30
20 0 Siswa A
Siswa B
Siswa C
Siswa D
Siswa E
Siswa F
Grafik 01 Nilai hasil pretest Bahasa Indonesia (sebelum siklus)
2. Deskripsi Siklus I Proses penelitian ini dilaksanakan dalam siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. Adapun secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan (Planing) Kegiatan perencanaan tindakan dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Maret 2011 dan pada hari Senin 7 Maret 2011, kemudian siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 8 Maret 2011 selama 2 jam pelajaran. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Merancang skenario pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru memberi apersepsi b) Guru menampilkan DVD dunia hewan c) Siswa memperhatikan dengan seksama d) Guru menuliskan ciri-ciri binatang tersebut di papan tulis e) Guru menjelaskan ciri dari masing-masing binatang dan mengucapkan ciri-ciri binatang dengan bantuan media DVD f) Siswa menirukan ucapan guru g) Siswa menyebutkan l kosakata yang berupa ciri-ciri binatang dengan bantuan media DVD h) Setelah siswa mengenal kosakata binatang, dilanjutkan menyebutkan commit to user ciri-ciri binatang tanpa menggunakan media DVD
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i)Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai ciri-ciri binatang j)Siswa mendiskripsikan ciri-ciri binatang dengan melengkapi kalimat sederhana. 2) Guru/peneliti menyusun RPP tentang kegiatan menulis 3) Guru/peneliti mempersiapkan media pembelajaran yang berupa DVD dunia hewan 4) Guru/peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa tes dan non tes instrumen penelitian berupa tes dapat diketahui hasilnya dengan menulis kosakata dalam kalimat sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman obervasi dengan mengamati keaktifan siswa selamam proses belajar mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan tindakan kelas terhadap 6 orang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Sub. Pokok ciri-ciri binatang. Tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu pertemuan, yaitu pada hari Selasa tanggal 8 Maret 2011 selama dua jam pelajaran (2x35 menit) di ruang aula SLB-B YRTRW Surakarta. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: 1) Guru memberi apersepsi berkaitan dengan sub pokok pembahasan ciri-ciri binatang 2) Guru menampilkan DVD dunia hewan 3) Siswa memperhatikan dengan seksama 4) Guru menuliskan ciri-ciri binatang tersebut di papan tulis 5) Guru menjelaskan ciri dari masing-masing binatang dan mengucapkan ciriciri binatang dengan bantuan media DVD 6) Siswa menirukan ucapan guru 7) Siswa menyebutkan l kosakata yang berupa ciri-ciri binatang dengan bantuan media DVD commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
8) Setelah siswa mengenal kosakata binatang, dilanjutkan menyebutkan ciriciri binatang tanpa menggunakan media DVD 9) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai ciri-ciri binatang 10) Siswa mendiskripsikan ciri-ciri binatang dengan melengkapi kalimat sederhana. Pada pelaksanaan tindakan siklus I media yang digunakan adalah DVD dunia hewan sesuai dengan kompetensi dasar, maka materi pembelajaran yang digunakan sebagai contoh adalah 5 nama binatang yaitu: gajah,burung, singa, rusa dan kerbau. Kegiatan apersepsi dimulai dengan kegiatan awal yaitu memberikan apersepsi tentang nama-nama binatang. Guru menampilkan DVD dunia hewan dengan memberikan penjelasan perihal ciri-ciri binatang yang ditampilkan di DVD dan menuliskannya di papan tulis. Siswa menirukan ucapan guru setelah itu guru meminta siswa menyebutkan kosakata hewan, siswa menyebutkan ciri-ciri binatang yang dengan bantuan DVD dunia hewan dan menyebutkan ciri-ciri binatang tanpa media DVD dunia hewan. Dengan bantuan media DVD dunia hewan guru memberikan pertanyaan lisan kepada siswa setelah itu guru meminta salah satu siswa menulis kosakata ciri-ciri hewan di papan tulis. Untuk evaluasi pembelajaran guru memberikan soal pada siswa dengan bentuk tes melengkapi kalimat sedangkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar selalu dicatat di lembar observasi. Di akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dengan do’a dan berpesan pada siswa untuk membaca kembali materi tentang ciri-ciri binatang.
c. Pengamatan (Observing) Guru/peneliti dan teman sejawat mengamati proses pembelajaran siswa kelas DII B pada materi sub pokok ciri-ciri binatang dengan menggunakan media DVD dunia hewan di ruang aula SLB-B YRTRW Surakarta. Pengamatan dilaksanakan pada hari selasa, 8 Maret 2011. Dari tes menulis kosakata ciri-ciri binatang dengan melengkapi kalimat commit to user pada siklus I dapat dilihat bahwa secara umum siswa mengalami
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan dan kemajuan hasil belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk 6 subyek penelitian tindakan kelas pada siklus I yang telah dilaksanakan guru pada hari Selasa 8 Maret 2011 dapat diperoleh data tabel sebagai berikut: Tabel 04 Rekapitulasi hasil belajar Bahasa Indonesia (siklus I)
NO
Inisial nama siswa 1
Tes Menulis Nomor 3 4
2
Nilai akhir
5
1.
A
20
15
0
5
0
40
2.
B
20
15
0
5
0
40
3.
C
15
20
15
10
5
65
4.
D
20
20
10
10
5
65
5.
E
20
20
10
20
20
90
6.
F
20
20
15
20
20
95
Rata-rata kelas
65 , 8
Prestasi belajar Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang siklus I pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
Nilai siswa
100
90
80
65
95
65
60 40
40
40
20 0 Siswa A
Siswa B
Siswa C
Siswa D
Siswa E
Siswa F
Grafik 02 Rekapitulasi hasil belajar Bahasa Indonesia Siklus I Dari data di atas menunjukkan bahwa hanya ada 2 siswa yang mencapai nilai lebih dari 70 (siswa E mendapat nilai 90 dan siswa F mendapat nilai 95), commit to user keempat siswa lainnya mendapat nilai kurang dari 70 (siswa A mendapat nilai
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
40, siswa B mendapat nilai 40, siswa C mendapat nilai 65 dan siswa D mendapat nilai 65) rata-rata kelas pada siklus ini 65,8. Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest ke siklus I pada sub pokok ciri-ciri binatang pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta di siklus I dapat diperoleh data tabel berikut ini: Tabel 05 Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus I No
Inisial
nama Pretest
Postest
Keterangan
siswa 1
A
30
40
< 70 = Tidak tercapai
2
B
35
40
≥ 70 = tercapai
3
C
50
65
4
D
50
65
5
E
80
90
6
F
85
95
Rata-rata
55
65,8
Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest ke siklus I pada sub pokok ciri-ciri binatang pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW
Nilai rata-rata
Surakarta di siklus I dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
100 80
80
65
60 40
30
40
35 40
50
90
85
95
65 50
Pretest Siklus I
20 0 Siswa A Siswa B
Siswa C Siswa D
Siswa E
Siswa F
Grafik 03 Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus I commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest ke siklus I pada sub pokok ciri-ciri binatang pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta di siklus I dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
Nilai rata-rata
70 65.8 65 60 55
55
50 45 Pretest
Siklus I
Grafik 04 Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretestsiklus I
Maka berdasarkan hasil tes melengkapi kalimat dengan ciri-ciri binatang pada siklus I dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Siswa dapat melengkapi kalimat dengan kosakata binatang dengan nilai minimal 70 ada 2 orang (33,3%) 2) Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 70 ada 4 orang (66,7%) 3) Adanya peningkatan nilai postest Bahasa Indonesia pada siklus I 4) Adanya peningkatan nilai rata-rata postest Bahasa Indonesia pada siklus I 5) Nilai Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang dengan tes melengkapi kalimat sederhana pada siswa kelas DII B di siklus I belum semuanya mencapai indikator yang ditentukan yaitu minimal 70, jadi penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
d. Refleksi Berdasarkan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia pada siklus I dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa belum mencapai indikator minimal, yang commit to user seharusnya setiap siswa mendapat nilai minimal 70. Dari hasil pelaksanaan
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tindakan dan observasi (pengamatan) terhadap proses belajar mengajar pada siklus I diperoleh beberapa kelemahan yang bersumber dari beberapa segi: 1) Kelemahan dari segi media a) Pada saat pembelajaran berlangsung, media DVD yang digunakan tampilannya kurang begitu jelas karena layar LCD nya berwarna merah b) DVD hewan yang ditampilkan durasinya terlalu cepat 2) Kelemahan dari segi siswa a) Pada umumnya siswa kurang bisa melihat binatang yang ditampilkan secara jelas b) Penguasaan siswa perihal kosakata ciri-ciri binatang masih sangat sedikit c) Ada beberapa siswa yang maju di depan kelas karena siswa tertarik melihat video lebih dekat. d) Adanya siswa yang maju di depan kelas mengganggu siswa- siswa yang lainnya. 3) Dari segi guru yang terlibat dalam tindakan a) Kurang adanya pendekatan individual terhadap siswa b) Banyak siswa yang terlihat aktif menyebutkan nama- nama bintang yang mereka ketahui jadi suasana ruang kelas cenderung ramai c) Tulisan guru di papan tulis kurang terlihat jelas oleh siswa.
Dari kelemahan-kelemahan di atas maka dapat direfleksikan sebagai berikut: 1) Beberapa siswa mengalami kesulitan memahami kosakata ciri-ciri binatang dilihat dari adanya kesalahan siswa menuliskan ciri-ciri binatang. 2) Pendekatan individual akan diterapkan dalam pembelajaran. 3) Banyaknya siswa yang aktif menjawab tapi menimbulkan keramaian dalam ruangan kelas, perlu adanya pengkondisian siswa untuk tenang dan memberikan kesempatan pada siswa untuk bergantian. commit to user
menyampaikan secara
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Agar siswa dapat melihat DVD dunia hewan dengan jelas maka media pembelajaran yang berupa LCD perlu diganti dengan LCD yang dapat menghasilkan gambar lebih jelas. 5) Memotivasi siswa yang dapat menuliskan ciri-ciri binatang di depan kelas dengan memberi hadiah seperti pujian atau nilai tambahan. 6) Guru memperhatikan seluruh siswa secara merata sehingga tidak ada siswa yang ramai sendiri. 7) Penguasaan kosakata ciri-ciri binatang perlu ditekankan pada pertemuan berikutnya yaitu pada siklus II.
3. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Tindakan (Planning) Dalam siklus II ini merupakan kelanjutan dari siklus I yang dilaksanakan selama 70 menit (2 jam pelajaran). pada hari Rabu, 16 Maret 2011. Dari analisis hasil observasi (pengamatan) bersama teman sejawat terhadap siswa kelas DII SLB-B YRTRW yang sudah dilaksanakan pada siklus I, ditemukan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Sebagai upaya mengatasi berbagai kekurangan maka perlu adanya perbaikan-perbaikan antara lain: 1) Guru menyediakan materi pembelajaran untuk setiap siswa, jadi siswa tidak disibukkan dengan mencatat materi tetapi memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan guru secara urut tidak bersama-sama yang menimbulkan kegaduhan. 3) Menggunakan media LCD yang dapat menghasilkan video lebih jelas. 4) Menggunakan pendekatan individual dalam pembelajaran. 5) Posisi tempat duduk siswa yang awalnya depan belakang dirubah menjadi bentuk V 6) Menjelaskan/memantau siswa yang mengalami keterlambatan memahami kosakata dalam melengkapi kalimat sederhana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
7) Memotivasi siswa yang dapat menulis kosakata ciri-ciri binatang di papan tulis dengan memberi hadiah pujian dan tepukan tangan.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Merancang skenario pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru memberi apersepsi untuk menggali ingatan siswa pada pembelajaran yang lalu. Apersepsi meliputi materi ciri-ciri binatang yang diajarkan b) Guru menampilkan DVD dunia hewan c) Siswa memperhatikan dengan seksama d) Guru menuliskan ciri-ciri binatang tersebut di papan tulis e) Guru menjelaskan ciri dari masing- masing binatang dan mengucapkan ciri-ciri binatang dengan bantuan media DVD f) Siswa menirukan ucapan guru g) Siswa menyebutkan l kosakata yang berupa ciri-ciri binatang dengan bantuan media DVD h) Setelah siswa mengenal kosakata binatang, dilanjutkan menyebutkan ciri-ciri binatang tanpa menggunakan media DVD i) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai ciri-ciri binatang j) Guru meminta beberapa siswa untuk menulis ciri-ciri kosakata binatang di depan kelas, siswa yang lain memperhatikan. k) Siswa mendiskripsikan ciri-ciri binatang dengan melengkapi kalimat sederhana. 2) Guru/ peneliti menyusun RPP tentang kegiatan menulis 3) Guru/ peneliti mempersiapkan media pembelajaran yang berupa DVD dunia hewan 4) Guru/ peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa tes dan non tes instrumen penelitian berupa tes dapat diketahui hasilnya dengan menulis kosakata dalam kalimat sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
pedoman obervasi dengan mengamati keaktifan siswa selamam proses belajar mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan pada hari kamis, 17 Maret 2011 selama 2 jam pelajaan (2 × 35 menit) terhadap 6 siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Sub ciri-ciri binatang dengan kalimat sederhana di kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut: 1) Guru memberi apersepsi berkaitan dengan sub pokok pembahasan ciri-ciri binatang 2) Guru menampilkan DVD dunia hewan 3) Siswa memperhatikan dengan seksama 4) Guru menuliskan ciri-ciri binatang tersebut di papan tulis 5) Guru menjelaskan ciri dari masing- masing binatang dan mengucapkan ciriciri binatang dengan bantuan media DVD 6) Siswa menirukan ucapan guru 7) Siswa menyebutkan l kosakata yang berupa ciri-ciri binatang dengan bantuan media DVD 8) Setelah siswa mengenal kosakata binatang, dilanjutkan menyebutkan ciriciri binatang tanpa menggunakan media DVD 9) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai ciri-ciri binatang 10) Guru meminta beberapa siswa yang hasil belajarnya kurang baik untuk menulis ciri-ciri kosakata binatang di depan kelas dengan bimbingan guru, siswa yang lain memperhatikan. 11) Dengan bimbingan guru siswa mendiskripsikan ciri-ciri binatang dengan melengkapi kalimat sederhana. Pada pelaksanaan tindakan II media yang digunakan adalah DVD dunia hewan dengan jenis binatang yang sama dengan binatang pada pembelajaran di commit dasar, to usermaka materi pembelajaran yang siklus I. sesuai dengan kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
digunakan sebagai contoh adalah 5 nama binatang yaitu: gajah,burung, singa, rusa dan kerbau. Kegiatan apersepsi dimulai dengan kegiatan awal yaitu memberikan apersepsi tentang nama- nama binatang dan menyebutkan ciricirinya. Guru menampilkan DVD dunia hewan dengan memberikan penjelasan perihal ciri-ciri binatang yang ditampilkan di DVD dan menuliskannya di papan tulis. Siswa menirukan ucapan guru setelah itu guru meminta siswa menyebutkan kosakata hewan, siswa menyebutkan ciri-ciri binatang yang dengan bantuan DVD dunia hewan dan menyebutkan ciri-ciri binatang tanpa media DVD dunia hewan. Dengan bantuan media DVD dunia hewan guru memberikan pertanyaan lisan kepada siswa setelah itu guru meminta salah satu siswa menulis kosakata ciri-ciri hewan di papan tulis, dalam menulis kosakata ciri-ciri hewan di papan tulis guru memberikan bimbingan kepada anak. Untuk evaluasi pembelajaran guru memberikan soal pada siswa dengan bentuk tes melengkapi kalimat, dalam mengerjakan soal ini guru memberikan bimbingan kepada anak yang masih mengalami kesulitan memahami koskata, sedangkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar selalu dicatat di lembar observasi. Di akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dengan do’a dan berpesan pada siswa untuk membaca kembali materi tentang ciri-ciri binatang.
e. Pengamatan (Observing) Guru/ peneliti dan teman sejawat mengamati proses pembelajaran siswa kelas DII B pada materi sub pokok ciri-ciri binatang dengan menggunakan media DVD dunia hewan di ruang aula SLB-B YRTRW Surakarta. Pengamatan dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Maret 2011. Dari tes menulis kosakata ciri-ciri binatang dengan melengkapi kalimat pada siklus II dapat dilihat bahwa secara umum siswa mengalami perkembangan dan kemajuan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk 6 subyek penelitian tindakan kelas pada siklus I yang telah dilaksanakan to user data tabel sebagai berikut: guru pada hari Kamis 17 Maretcommit 2011 diperoleh
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 06 Rekapitulasi hasil belajar Bahasa Indonesia (siklus II) NO
Inisial
Tes Menulis
nama
Nomor
siswa 1.
1
2
Nilai
3
4
akhir
5
A
20
10
20
15
10
75
2.
B
20
20
10
10
10
70
3.
C
10
20
15
15
20
80
4.
D
10
20
20
20
10
80
5.
E
20
20
20
20
20
100
6.
F
20
20
20
20
20
100
Rata-rata kelas
84,16
Prestasi belajar Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang siklus I pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut: 100
100
Nilai siswa
80
75
80
100
80
70
60 40 20 0 Siswa A
Siswa B
Siswa C
Siswa D
Siswa E
Siswa F
Grafik 05 Rekapitulasi hasil belajar Bahasa Indonesia siklus II
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari data di atas menunjukkan bahwa semua siswa sudah mencapai indikator yang ditentukan minimal 70 (siswa A mendapat nilai 75, siswa B mendapat nilai 70, siswa C mendapat nilai 80, siswa D mendapat nilai 80, siswa E mendapat nilai 100, siswa F mendapat nilai 100) dan
rata-rata kelas
pada siklus II adalah 84,16. Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus IsiklusII pada sub pokok ciri-ciri binatang pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta di siklus II dapat diperoleh data tabel berikut ini: Tabel 07 Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus Isiklus II No Inisial
Pretest
Siklus I
Siklus II
Keterangan
nama siswa 1
A
30
40
75
<70=Tidak tercapai
2
B
35
40
70
≥70=tercapai
3
C
50
65
80
4
D
50
65
80
5
E
80
90
100
6
F
85
95
100
Rata-rata
55
65,8
84,16
Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus Isiklus II pada sub pokok ciri-ciri binatang pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta di siklus II dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai siswa
100 80
80
75
70
65
60 40
80
100 95 85 Pretest
65
50 40 30
100 90 80
50
Siklus I
40 35
20
Siklus II
0 Siswa A
Siswa B
Siswa C
Siswa D
Siswa E
Siswa F
Grafik 06 Peningkatan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest-siklus Isiklus II Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretest – siklus I-siklus II pada sub pokok ciri-ciri binatang pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta di siklus II dapat digambarkan dalam histogram
Nilai rata-rata
sebagai berikut: 100 84.16 80 65.8 55
60 40 20 0
Pretest
Siklus I
Siklus II
Grafik 07 Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia dari pretestsiklus I-siklus II
Maka berdasarkan hasil tes melengkapi kalimat dengan ciri-ciri binatang pada siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Semua Siswa dapat melengkapi kalimat dengan kosakata binatang dengan nilai minimal 70 (100%)
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Adanya peningkatan nilai postest Bahasa Indonesia pada siklus II 3) Adanya peningkatan nilai rata-rata postest Bahasa Indonesia pada siklus II 4) Nilai Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang dengan tes melengkapi kalimat sederhana pada siswa kelas DII B di siklus II sudah mencapai indikator yang ditentukan yaitu nilai minimal 70. f. Refleksi Data selama proses pembelajaran menulis deskripsi tentang binatang sebagai masukan yang digunakan sebagai dasar melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Setiap akhir pembelajaran selalu diadakan evaluasi tau tes menulis dan hasilnya dinilai oleh guru untuk mengetahui sejauhmana penguasaan anak terhadap kosakata yang ada dilihat dari hasil yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media DVD. Dalam pembelajaran siklus I terdapat kekurangan-kekurangan/kelemahan dan dapat diatasi pada siklus II. Berdasarkan refleksi tersebut, penguasaan kosakata binatang dalam pelajaran bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang sudah menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Hal ini dilihat dari hasil belajar menulis deskripsi tentang binatang dengan melengkapi kalimat sederhana sudah mencapai nilai 70. Karena tolok ukur keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adalah apabila penguasaan kosakata tentang binatang meningkat dengan mencapai nilai 70. Maka tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pembahasan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan diskripsi hasil pengamatan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam pembahasan hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian ini meliputi: peningkatan penguasaan kosakata anak tunarungu-wicara melalui penggunaan DVD dunia hewan pada anak kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/2011 dilihat dari hasil belajar bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang. Penguasaan kosakata pada pembelajaran bahasa Indonesia sub pokok ciriciri binatang pada siswa kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta agar dapat meningkat, maka perlu tindakan kelas, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi siswa dan memudahkan siswa menerima materi pembelajaran, dalam hal ini peneliti menggunakan media DVD dunia hewan. Berdasarkan
tindakan-tindakan
tersebut,
guru
dikatakan
berhasil
meningkatkan penguasaan kosakata dilihat dari peningkatan prestasi belajar menulis deskripsi tentang binatang secara sederhana dengan menggunakan media DVD dunia hewan dalam pembelajaran.Selain itu penelitian juga bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan guru dalam mengelola kelas, karena dengan media DVD sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan menulis. Keberhasilan penggunaan media DVD dalam meningkatkan kualitas proses dan peningkatan penguasaan kosakata hewan dapat dilihat dari ketercapaian indikator pembelajaran yangmana hasil pembelajaran menulis deskripsi sederhana tentang binatang meningkat. Berdasarkan refleksi peneliti untuk meningkatkan penguasaan kosakata pada siswa dengan menulis deskripsi sederhana tentang binatang, penggunaan media DVD mempunyai pengaruh. Selama siklus I dan II dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar menulis deskripsi sederhana tentang binatang dengan melengkapi kalimat sederhana. Dari hasil belajar yang ada, dapat diketahui adanya peningkatan prestasi belajar, Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada menulis deskripsi sederhana commitkalimat to user sederhana menunjukkan adanya tentang binatang dengan melengkapi
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
peningkatan penguasaan kosakata siswa, hal ini karena dengan kemampuan siswa melengkapi kalimat sederhana dengan kosakata yang benar menunjukkan anak memahami hubungan kosakata yang ditulisnya dengan kalimat sebelumnya, pada dasarnya untuk memahami kosakata dapat terlihat pada kegiatan membaca dan mempergunakannya dalam bentuk kegiatan menulis seperti pendapat Burhan nurgiyantoro (dalam Suyatmi, 2004: 35) menyatakan bahwa ”memahami kosakata terlihat dalam kegiatan membaca dan menyimak, sedangkan kemampuan mempergunakan kosakata nampak dalam kegiatan menulis dan berbicara”. Sri Hastuti PH (dalam Suyatmi, 2004: 4) menyatakan bahwa ”untuk dapat menghasilkan tulisan (termasuk tulisan deskripsi) yang baik diperlukan persyaratan mutlak yang harus dikuasai diantaranya memiliki sejumlah kata yang diperlukan atau penguasaan kosakata memadai”. Dipertegas kembali oleh pendapat berikut: wawasan yang luas tentang kosakata merupakan modal dasar dalam menulis, karena pada hakikatnya menulis merupakan upaya menuangkan kosakata yang dipahami/dikuasai dari bahasa lisan ke dalam tulisan. Oleh karena itu, penguasaan kosakata sangat menunjang ketrampilan menulis. Tanpa kosakata yang cukup, sulit diharapkan seseorang akan terampil menulis. (Suyatmi, 2004: 4) ketika seseorang mampu menggunakan kosakata dalam kalimat dengan benar maka dia sudah menguasai kosakata yang digunakannya. Dan dalam penelitian ini peningkatan penguasaan kosakata melalui kegiatan menulis deskkripsi tentang binatang dengan menggunakan media DVD dunia hewan. Penggunaan media DVD dunia hewan dalam pembelajaran membuat anak lebih semangat untuk memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru dan lebih suka mengerjakan soal-soal yang berupa melengkapi kalimat dengan adanya gambaran konkrit yang ditampilkan dalam DVD dunia hewan. Oleh karena itu media mempunyai peran penting dalam pembelajaran dimana media dapat membantu siswa mencapai keberhasilan belajar seperti yang diungkapkan oleh Arif S. Sadiman (1993:7) “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Peneliti disini menggunakan media DVD sebagai penunjang dalam proses pembelajaran, DVD sebagai media seperti pernyataan berikut “DVD berasal dari kata Digital Versatile Disc. Sesuai dengan namanya DVD merupakan sebuah media penyimpanan digital yang isinya sangat variatif. Bentuknya sangat mirip dengan CD. Bedanya DVD dapat memainkan film, audio lebih baik dan dengan data lebih banyak dan proses yang lebih cepat dibandingkan CD. DVD juga mampu menyimpan data lain seperti foto atau data informasi dari komputer” (http://www.ubb.ac.id). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan data nilai hasil belajar menulis deskripsi sederhana tentang binatang dengan menggunakan media DVD dunia hewan
dari siklus II telah memenuhi kriteria keberhasilan yang
diharapkan yaitu siswa telah mendapat nilai minimal 70.
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media DVD dunia hewan dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu-wicara kelas DII B SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
B. SARAN Dalam rangka meningkatkan penguasaan kosakata pada siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Saran untuk kepala sekolah Sebaiknya Kepala Sekolah menyediakan media pembelajaran yang mampu membawa siswa pada kehidupan yang konkrit seperti DVD dunia hewan yang menampilkan video binatang bergerak sesuai dengan aslinya.
2. Saran untuk guru Guru sebaiknya
menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi
siswa dan sesuai dengan gambaran konkrit objek sehingga kosakata yang ada mudah dipahami siswa, diantaranya adalah menggunakan media DVD sebagai media penunjang pembelajaran.
3. Saran untuk orang tua Hendaknya orang tua senantiasa memperhatikan pendidikan anak untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata anak dengan suatu media pembelajaran yang menarik dan edukatif dalam hal ini menggunakan media DVD untuk kegiatan pembelajaran di rumah. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Saran untuk siswa Hendaknya siswa bersungguh-sungguh dan bersemangat memperhatikan materi pelajaran Bahasa Indonesia sub pokok ciri-ciri binatang dengan menggunakan media DVD dunia hewan yang mampu mengasah kemampuan berfikir anak tentang wujud konkrit binatang.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Ade Gustian. 2009. Batasan Kosakata dan Diksi. http://adegustiaan. come/2009/02/02/ Arif S. Sadiman. 1996. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Maulana. Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press. Davis. 2011. ”The Prevalence of hearing Impairment and Reported hearing Disability among Adults in great Britain”. Internasional Journal of epidemology. 18, 916-917. http://ye.oxfordjournals.org/content/18/4911.full.pdf.html. Eni Nuryati. 2005: Pengaruh Penggunaan Media Belajar dan Penguasaan kosakata terhadap Ketrampilan Menyimak pada Siswa Kelas I SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2004/ 2005. Surakarta. Freiberg, Karen L. 1997. Educating Exceptional Children.USA: Annual Edition. Infoview.2009. kelebihan dvd. http://www.indotechono.infoview/Diakses 21 Januari 2009. Jan Stiles dan Kim Clark.1996: Kids With Special Needs : information and Activities to promote Awareness and Understanding. Calivornia: The learning Works. Kolomayahinfo. 2010. Mengembangkan Kosakata Anak Umur 1 Tahun sampai 2 Tahun. http: //www.kolomayahinfo/tag/. Diakses Januari 2010. Mohammad Efendi. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi aksara. Mohammad Hossein Azizi. 2010. ”Occupational noise- induced Hearing Loss”. Internasional journal of occupational and Environmental Medicine. 1, 116. http://www.theijem.com/ijoem/index.php/ijoem/article/36. to user Mulyono Abdurrahman.1994.commit Orthopaedagogik umum.Jakarta: Depdikbud.
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Murni Winarsih. 2007. Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu Dalam Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdiknas. Ni Komang Wartini. 1999. Belajar Kosakata. http://www.ialf.edu/. Permanarian Somad dan Tati Hernawati. 1995. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Depdikbud. Sardjono. 2000. Orthopaedagogiek Tunarungu 1. Surakarta: UNS Press. Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Setijadi. 1986. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali. Sinta Mukti Jayanti. 2009: Skripsi. Pengaruh Penggunaan VCD Bernain Berhitung dalam Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Matematika Anak Tunarungu-wicara Kelas D1 SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Surakarta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Supriyono.2009. Apakah DVD itu?. http://supriyonobantul.wordpress.com diakses 30 Mei 2009. Sutjihati Somantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud. Sutopo H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Suyatmi. 2004: Skripsi. Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Kemandirian Belajar dengan Ketrampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas II SMU Negeri Nguter Kabupaten Sukoharjo. Surakarta. Urang Buana. 2009. DVD Player, DVDROM,DVD-ROM, DVDRAM Definisi, Pengertian, Tips, jenis, macam, kualitas dab Region Code DVD. http://www.ubb.ac.id. Diakses 21 Januari 2009. . 2009. Kualitas dvd video. http://www.cdproteksi.com/kualitas.html. Diakses 21 Januari 2009.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wikipedia. DVD. http://www.id.wikipedia.org/wiki/ Diakses 30 Mei 2009. . 2009. kosakata. http://www.id.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada 4 Januari 2010. Wordpres. 2010. Perluasan kosakata sebagai bekal menulis karya sastra. http://www.pusatbahasaalazhar.wordpres.com. Diakses 4 Januari 2010. Worktips. 2007. Vocabulary. http://www.home worktips.about .com/b/2007/12/23/vocabulary-journal.html. Diakses 21 Januari 2007
Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: YRama Widya.
commit to user