Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur
PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE Ika Wahyu Mayangsari1, Retno Heru Setyorini2, Cahyaning Setyo Hutomo2 1 Mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta 2 Akademi Kebidanan Yogyakarta; Jl Parangtritis Km. 6 Sewon Bantul Yogyakarta ABSTRACT Background: Many things affect the acceptor in choosing short-term contraception. One reason is the challenge family planning knowledge, knowledge can be seen from the level of education as well as information from health workers. Another reason for age, side effects, number of children, the reason for religion, socio-economic reasons, namely because the cost is too expensive. So many factors that a reason contraceptive acceptors using short term. Objective: To determine the use of contraception of couple childbearing age in Wonocatur Banguntapan in 2013. Method: The method in this research is descriptive with cross sectional. Population in this research are couples of childbearing age in Wonocatur Village. The sample used was 105 responden. Data were analyzed descriptively and frequency distribution table. Result: Based on the results of research in Wonocatur, who use contraceptives long-term and short-term 45.7% 54.3%. Couple childbearing age with higher levels of education chose to use long-term contraception that is 11.4% while primary education choose to use short-term contraception that is 25.7%. Couple childbearing age with high incomes choose to use long-term contraception that is 40% and for low-income short-term use of contraceptives is 33.3%. Couple childbearing age with healthy reproductive age choose to use contraception is 21.9% short term and unhealthy reproductive age choose to use long-term contraception was 33.3%. Couple childbearing age with more than one children choose to use short-term contraception that is 44.8%. Conclusion: Couple childbearing age in Wonocatur still a lot of short-term use of contraceptives. Keywords: Contraceptive use, Couple childbearing age INTISARI Latar Belakang: Banyak hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi jangka pendek. Salah satu alasan adalah mengenai pengetahuan tentang KB, pengetahuan dapat dilihat dari tingkat pendidikan serta informasi dari petugas kesehatan. Alasan yang lain karena usia, efek samping, jumlah anak, alasan karena agama, alasan karena sosial ekonomi yaitu biayanya terlalu mahal. Sehingga banyak faktor yang menjadi alasan akseptor menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek. Tujuan: Untuk mengetahui penggunaan alat kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di Dusun Wonocatur Desa Banguntapan Bantul tahun 2013. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Pasangan Usia Subur di Dusun Wonocatur. Sampel yang digunakan sebanyak 105 responden. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian di Dusun Wonocatur yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang 45.7% dan jangka pendek 54.3%. Pasangan Usia Subur dengan tingkat pendidikan tinggi memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang yaitu 11.4% sedangkan pendidikan dasar memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek yaitu 25.7%. Pasangan Usia Subur dengan tingkat pendapatan tinggi memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang yaitu 40% dan untuk pendapatan rendah menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek yaitu 33.3%. Pasangan Usia Subur dengan usia reproduksi sehat memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek yaitu 21.9% dan usia reproduksi tidak sehat yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang sebesar 33.3%. Pasangan Usia Subur dengan jumlah anak lebih dari satu memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek yaitu 44.8%. Kesimpulan: Pasangan Usia Subur di Dusun Wonocatur masih banyak menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek. Kata Kunci: Penggunaan alat kontrasepsi, Pasangan usia subur
Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 3, Desember 2013 • 119
Ika Wahyu Mayangsari, dkk.
PENDAHULUAN Program Keluarga Berencana bertujuan mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi. Keberhasilan pelaksanaan program Keluarga Berencana akan menentukan kesejahteraan Bangsa Indonesia dan membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kekuatan sosial, ekonomi suatu keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.9 Hasil Sensus Penduduk 2008 menunjukkan bahwa angka prevalensi kontrasepsi Indonesia adalah 56.71%. Artinya satu diantara dua PUS di Indonesia pada tahun 2008 sedang menggunakan alat kontrasepsi, alat kontrasepsi yang digunakan alat kontrasepsi jangka pendek dan jangka panjang. Perbedaan angka prevalensi kontrasepsi di wilayah perkotaan dengan wilayah pedesaan sangat kecil, yang menunjukkan strategi pendekatan program KB di daerah perkotaan dan pedesaan sama kuatnya.1 Banyak hal yang mempengaruhi akseptor menggunakan kontrasepsi jangka pendek dari pada kontrasepsi jangka panjang antara lain tingkat pendapatan akseptor yang rendah, tingkat pengetahuan yang kurang saat diberi informasi tentang kontrasepsi oleh petugas kesehatan. Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang diperlukan pengetahuan yang baik, sehingga penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang dalam melaksanakan Keluarga Berencana akan meningkat dan sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program Keluarga Berencana berkurang. Mahalnya biaya dan kurangnya dukungan dari suami merupakan salah satu hambatan dalam rendahnya penggunaan kontrasepsi jangka panjang.2 Berdasarkan data BKKBN yang ada di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 jumlah
Hal. 119 - 123
pasangan usia subur 151. 998 atau 79,41 % dengan jumlah peserta KB aktif pada bulan Desember 2011 sebanyak 120.697 pasangan usia subur. Untuk jumlah target peserta keluarga Berencana dengan pencapaian 14.046 dengan 110,30 % target peserta baru. Sedang Un Med Need atau PUS atau yang tidak mengikuti KB sebanyak 4,445 atau 10,38 %. Bila di rinci lebih lanjut, proporsi peserta Keluarga Berencana yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang: Implan (4,78%), IUD (5,11%), MOW (0,94%), MOP (6,41%) dan kontrasepsi jangka pendek: Pil (11,03%) dan Suntik (49,22%) dari 151.998 pasangan usia subur.2 Berdasarkan data di Desa Banguntapan yang menggunakan kontrasepsi Implan (2,39%), IUD (38%), MOW (7,5%), MOP (0,6%), Pil (12%) dan Suntik (25,5%) dari 5631 Pasangan Usia Subur dan berdasarkan data dari studi pendahuluan tanggal 4 Oktober 2012 di Dusun Wonocatur Desa Banguntapan bahwa pasangan yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang dan kontrasepsi jangka pendek sebanyak 151 warga.4 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan alat kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di Dusun Wonocatur Desa Banguntapan Bantul Tahun 2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Dusun Wonocatur Desa Banguntapan pada bulan Maret-Mei 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang dan jangka pendek di Dusun Wonocatur yang berjumlah 151 orang jumlah sampel 105 responden.
120 • Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 3, Desember
Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, usia ibu dan paritas (jumlah anak). Instrumen dalam penelitian ini yaitu format pengumpulan data meliputi nama, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, umur anak terkecil, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu peneliti membagikan sendiri format pengambilan data kepada res ponden. Setelah responden mengisi format pengambilan data, pada hari itu juga dilakukan pengumpulan dan dilakukan pengolahan data dengan program komputer.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian ternyata res ponden dengan pendidikan dasar cenderung menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek sebanyak 27 responden (25.7%), sedangkan yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang sebanyak 10 responden (9.5%). Untuk responden dengan pendidikan menengah, penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek sebanyak 29 responden (27.6%) dan alat kontrasepsi jangka panjang sebanyak 26 responden (24.8%). Sedangkan responden dengan pendidikan tinggi, yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang seba nyak 12 responden (11.4%) dan responden yang menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek sebanyak 1 responden (1.0%). Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan responden dengan pendidikan lebih rendah lebih memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek dibanding responden dengan pendidikan yang lebih tinggi. Sesuai dengan teori Mantra5, menyatakan semakin tingginya tingkat pendidikan maka
pemilihan alat kontrasepsi jangka panjang banyak digunakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marliza6. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa ma yoritas pengetahuan responden berada dalam klasifikasi cukup 49 responden (56.3%) dan pengetahuan kurang 5 responden (5.7%), dari segi pendidikan 46 responden (56.3%) pendidikan SD dan 1 responden (1.1%) tamat Perguruan Tinggi. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor pendidikan masih mempengaruhi minat ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh responden dengan pendapatan rendah cen derung menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek sebanyak 35 responden (33.3%), sedangkan yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang sebanyak 6 responden (5.7%). Lain halnya dengan tingkat pendapatan tinggi, responden yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang sebanyak 42 responden (40.0%), sedangkan responden yang menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek sebanyak 22 responden (21.0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan responden dengan pendapatan lebih rendah lebih memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek dibanding responden dengan pendapatan yang lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya pendapatan responden dapat mempengaruhi pemilihan dalam penggunaan alat kontrasepsi. Sesuai dengan pendapat Yustina12 yang menyatakan bahwa penggu naan alat kontrasepsi jangka panjang biasa nya digunakan oleh akseptor KB dengan tingkat pendapatan yang tinggi karena biaya yang dikeluarkan lebih banyak serta akseptor
Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 3, Desember 2013 • 121
Ika Wahyu Mayangsari, dkk.
telah mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat dari tenaga kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marliza6. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa mayoritas dari segi ekonomi baik sebanyak 55 responden (63.2%) dan sumber ekonomi kurang sebanyak 4 responden (4.6%) untuk tidak ber-KB karena KB mahal. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi masih mempengaruhi minat ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan usia 20-35 tahun cenderung menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek sebanyak 23 responden (21.9%), sedangkan yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang sebanyak 13 responden (12.4%). Responden pada umur <20 tahun dan >35 tahun, cenderung lebih menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang sebanyak 35 responden (33.3%) dan yang menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek sebanyak 34 responden (32.4%). Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan responden pada usia 20-35 tahun lebih berminat menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek. Dan usia<20 tahun dan >35 tahun lebih memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Usia 2035 tahun merupakan usia reproduksi sehat serta sangat dianjurkan untuk masih bisa mengandung dan melahirkan sehingga untuk mengatur jarak kehamilan ibu menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek, selain biaya murah dan kembali kesuburannya sangat cepat. Usia<20 tahun dan >35 tahun merupakan kelompok usia berisiko untuk hamil sehingga untuk menjarangkan kehamilan perlu menggunakan alat kontrasepsi jangka
Hal. 119 - 123
panjang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur responden mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi. Sesuai dengan pendapat Siswosudarmo7 yang menyatakan bahwa usia ibu di atas 35 tahun lebih disarankan menggunakan kontrasepsi jangka panjang seperti Implan, IUD dan MOW. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Palti9. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi, yaitu umur (p=0,010) dan jumlah anak (p=0,008). Hasil analisis multivariat diperoleh faktor dominan yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal adalah jumlah anak dengan persamaan regresi logistik y=-2,499+0,074X1. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan primipara cenderung menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek sebanyak 10 responden (9.5%), sedangkan yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang sebanyak 4 responden (3.8%). Untuk responden multipara, penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek sebanyak 47 responden (44.8%) dan responden dengan alat kontrasepsi jangka panjang sebanyak 44 responden (41.9%). Hal tersebut menunjukkan bahwa res ponden lebih berminat menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek dibandingkan alat kontrasepsi jangka panjang berdasarkan jumlah anak. Salah satu alasan akseptor menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek ka rena murahnya biaya yang dikeluarkan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam sehingga mudah dan tidak repot menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek serta akseptor yang takut menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Sehingga dapat disimpulkan
122 • Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 3, Desember
Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur
bahwa jumlah anak responden mempenga ruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suyanti11 tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akseptor KB Memilih Alat Kontrasepsi IUD di Puskesmas Wonosalam Kabupaten Demak. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini adalah faktor-faktor umur, paritas, tingkat ekonomi dan dukungan suami sangat berpengaruh dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD. KESIMPULAN Responden lebih berminat menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek dibandingkan alat kontrasepsi jangka panjang berdasarkan jumlah anak. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik. (2008). Data Statistik Kesehatan RI 2008. Jakarta. 2. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2006). Buku Ajar Keluarga Berencana. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. 3. Hartanto, H. (2004). Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Cet-5. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. 4. Kecamatan Banguntapan. (2011). Data Pasangan Usia Subur Kecamatan Banguntapan. Bantul: Yogyakarta.
5. Mantra, I.B.G. (2006). Demografi Umum Edisi 2. Penerbit Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 6. Marliza. (2010). Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Alat Kontrasepsi Imlan sebagai Alat Kontrasepsi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Sumatra Utara. 7. Siswosudarmo. (2002). Teknologi Kontra sepsi. Gajah Mada University Press: Yog yakarta. 8. Palti, S. (2010). Skripsi “Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat tahun 2010”. Universitas Sumatera Utara: Medan. 9. Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika: Jakarta. 10. Suratun, A. (2008). Panduan Pasangan Usia Subur. Rineka Cipta: Jakarta. 11. Suyanti. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akseptor KB Memilih alat Kontrasepsi IUD di Puskesmas Wonosalam Kabupaten Demak Tahun 2007. Fakultas Kesehatan: Demak. 12. Yustina. (2007). Penggunaan Alat Kontrasepsi. Salemba Medika: Jakarta.
Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume I, Nomor 3, Desember 2013 • 123