PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT KELURAHAN PASIR KUDA KOTA BOGOR TERHADAP VEKTOR PENYAKIT CHIKUNGUNYA
FARADISYAH ROZA ROSVARA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor terhadap Vektor Penyakit Chikungunya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir karya tulis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Faradisyah Roza Rosvara NIM B4080115
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.
2
ABSTRAK FARADISYAH ROZA ROSVARA. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor terhadap Vektor Penyakit Chikungunya. Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI HADI dan SUSI SOVIANA. Chikungunya merupakan penyakit yang potensial menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di masyarakat. Tahun 2008-2010 kejadian Chikungunya di Bogor sebanyak 1.919 kasus dan pada akhir tahun 2010 terdapat 41 kasus kejadian Chikungunya yang terjadi di Kelurahan Pasir Kuda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait vektor Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda serta hubungannya dengan karakteristik masyarakat. Sebanyak 110 responden dipilih secara acak sederhana, kemudian dilakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner. Pertanyaan-pertanyaannya meliputi data umum dari karakter responden, pengetahuan terhadap Chikungunya, sikap dan perilaku pencegahan Chikungunya. Setelah itu data dianalisis menggunakan SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 110 responden memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik masing-masing secara berurutan 54%, 90%, dan 87%. Uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan (p=0.001,p<0.05), antara pengetahuan dengan sikap (p=0.001,p<0.05), tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku (p=0.198,p>0.05), dan antara sikap dengan perilaku (p=0.214,p>0.05). Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, Chikungunya, Pasir Kuda, Kota Bogor
3
ABSTRACT FARADISYAH ROZA ROSVARA. The Level of Knowledge, Attitude and People’s Behaviour in Pasir Kuda Subdistrict Bogor against Vector of Chikungunya Diesease. Supervised by UPIK KESUMAWATI HADI and SUSI SOVIANA. Chikungunya is a disease which has potentially outbreak in the community. At 2008-2010 there has been a Chikungunya outbreak in Bogor which almost 1.919 cases and in the end of 2010 there has been 41 cases of Chikungunya in Subdistric Pasir Kuda. This study was conducted to measure knowledge, attitudes, and people’s behaviour related to the vector of Chikungunya in Pasir Kuda, and it’s relation to people’s characteristics. Out of 110 respondents were selected randomly, then they were interviewed by using questionares. Questions were consisted of common data of respondent’s characteristic, the knowledge of Chikungunya, the attitude and the people’s behaviour of Chikungunya preventions. The data were analyzed using the SPSS 16.0. The results showed that 110 respodents had a good knowledge, attitude, and behaviour as much as 54%, 90%, and 87%, respectively. The statistics test showed that there were significant difference between the education of respondent to their knowledges (p=0.001,p<0.05), and between the knowledge to their attitudes (p=0.001,p<0.05), but there were not significant difference between the knowledge to their behaviours (p=0.198,p>0.05), and between attitude to their behaviours (p=0.214,p>0.05). Keywords: knowledge, attitude, behaviour, Chikungunya, Pasir Kuda, Bogor
4
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya tulis ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
5
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT KELURAHAN PASIR KUDA KOTA BOGOR TERHADAP VEKTOR PENYAKIT CHIKUNGUNYA
FARADISYAH ROZA ROSVARA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
6
Judul Skripsi: Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor terhadap Vektor Penyakit Chikungunya Nama : Faradisyah Roza Rosvara NIM : B04080115
Disetujui oleh
Dr drh Upik Kesumawati Hadi, MS Pembimbing I
TanggalLulus:
27 AUG 2013
Dr drh Susi Soviana, MSi Pembimbing II
7
Judul Skripsi : Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor terhadap Vektor Penyakit Chikungunya Nama : Faradisyah Roza Rosvara NIM : B04080115
Disetujui oleh
Dr drh Upik Kesumawati Hadi, MS Pembimbing I
Dr drh Susi Soviana, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
drh Agus Setiyono,MS PhD APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
8
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2010 sampai Maret 2011, ialah Chikungunya, dengan judul Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor terhadap Vektor Penyakit Chikungunya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr drh Upik Kesumawati Hadi, MS dan Dr drh Susi Soviana, MSi selaku pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan selama penulisan dan penyusunan skripsi. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada masyarakat Kelurahan Pasir Kuda dan Staff Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga maupun teman-teman atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2013 Faradisyah Roza Rosvara
i
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
i
DAFTAR LAMPIRAN
ii
PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Hipotesis
2
TINJAUAN PUSTAKA METODE Lokasi dan Waktu penelitian
2 5 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
5
Kriteria Data Kuisioner
5
Pengolahan dan Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
6 16 17 17 17 23
ii
DAFTAR TABEL 1 Kasus Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda 2 Sebaran responden berdasarkan karakteristik 3 Sebaran responden mengenai pertanyaan pengetahuan terkait Chikungunya 4 Tingkat pengetahuan responden terkait Chikungunya 5 Sebaran responden berdasarkan jawaban setuju pada pertanyaan sikap terkait Chikungunya 6 Tingkat sikap responden terkait pencegahan Chikungunya 7 Sebaran jawaban responden terhadap pertanyaan perilaku terkait pencegahan Chikungunya 8 Tingkat perilaku responden terkait pencegahan Chikungunya 9 Hubungan karakteristik terhadap pengetahuan terkait Chikungunya 10 Hubungan pengetahuan dengan sikap pencegahan terjadinya Chikungunya 11 Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan terjadinya Chikungunya
7 8 9 10 12 13 13 14 14 14 15
DAFTAR LAMPIRAN 1
Kuisioner penelitian
22
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Isu tentang penyakit Chikungunya tahun 2010 banyak diberitakan media masa. Indonesia masih menjadikan penyakit Chikungunya sebagai masalah kesehatan masyarakat, ini disebabkan faktor iklim tropis dan tingkat sosial ekonomi mayoritas penduduk yang masih rendah serta masih terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang gejala dan penanggulangan Chikungunya (Alif 2008). Secara epidemiologis dari tahun 2006-2007, di Indonesia terjadi kejadian luar biasa (KLB) Chikungunya pada beberapa provinsi dengan 149.526 kasus tanpa kematian (Depkes 2012). Khusus di Kota Bogor, penyakit ini merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat karena sering terjadi KLB. Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2008-2010 tercatat jumlah penderita sebanyak 1.919 orang. Kasusnya masih terjadi sepanjang tahun dan tersebar hampir di seluruh kecamatan, walaupun jumlah kasus setiap tahun semakin menurun. Kasus Chikungunya yang terjadi pada bulan September 2010 di Kelurahan Pasir Kuda sebanyak 41 orang (2.96o/o) (Dinkes Kota Bogor 2010). Chikungunya adalah penyakit virus yang disebarkan oleh nyamuk. Virus ditularkan dari manusia ke manusia lain oleh gigitan nyamuk Ae. albopictus dan Ae. aegypti yang terinfeksi dan umum di Indonesia. Gejala klinis yang terjadi adalah nyeri sendi, nyeri otot, sakit kepala, ruam, mual, muntah, nyeri menelan, dan fotofobia. Nyeri sendi dapat bertahan selama beberapa hari, minggu, bulan, bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga menyerupai Rheumatoid Arthitis. Penyakit ini bersifat dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease) dan tidak pernah dilaporkan adanya kematian. Sampai saat ini penyakit ini belum ada obat ataupun vaksin, pengobatan hanya bersifat simptomatis dan suportif (Depkes 2007; WHO 2008; CDC 2012). Di negara berkembang seperti Indonesia, angka kematian akibat penyakit menular cukup tinggi karena banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku hidup masyarakat. Kejadian kasus penyakit menular memerlukan penanganan yang lebih serius, profesional, dan dilaksanakan dengan baik, terlebih lagi dalam kondisi sosial ekonomi yang memburuk. Salah satu masalah yang menjadi perhatian tercantum dalam PERPRES No. 5 tahun 2010 tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 adalah pengendalian penyakit menular yang masih menjadi perhatian dan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu penyakit Chikungunya yang sebarannya semakin luas (Depkes 2012). Mengingat kasus penyakit Chikungunya yang cenderung meningkat tersebut maka peran serta masyarakat dalam menangani Chikungunya perlu digalakkan. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam menyikapi Chikungunya perlu dipelajari sebagai dasar rekomendasi bagi penanggulangan Chikungunya berbasis peran masyarakat.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat Kelurahan Pasir Kuda terhadap masalah vektor penyakit Chikungunya serta hubungannya dengan karakter masyarakat.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi informasi dasar perilaku masyarakat untuk pengendalian vektor sehingga dapat mencegah dan mengurangi KLB penyakit Chikungunya khususnya di Kelurahan Pasir Kuda dan Kota Bogor pada umumnya.
Hipotesis Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik responden terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat Kelurahan Pasir Kuda.
TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Chikungunya Penyakit Chikungunya dengan nama lain demam Chikungunya, CHIKV, Buggy Creek (Epidemik poliartritis) disebabkan oleh virus Chikungunya yang tersebar luas di daerah tropis terutama di Afrika, India, dan Asia Tenggara. Vektor nyamuk Chikungunya pada dekade terakhir, telah menyebar di Eropa dan Amerika. Tahun 2007 transmisi penyakit dilaporkan pertama kali di Eropa, lokasi KLB terjadi di timur laut Italia. Virus Chikungunya ditularkan dari manusia ke manusia oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi dan dikenal pertama kali di Tanzania tahun 1952. Vektor utama virus Chikungunya (CHIKV) adalah Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Masa inkubasi penyakit Chikungunya adalah 3-12 hari (Harwood dan James 1979; Powers dan Logue 2007; WHO 2008; Sembel 2009; CDC 2012; Depkes 2012). Virus Chikungunya termasuk dalam kelompok virus famili Togaviridae (kelompok A arbovirus), genus Alfavirus, berbentuk sperikal, berdiameter 65-70 nm, berhelai tunggal, dan tergolong genom RNA positif (positive-sense RNA genome). Penyakit Chikungunya, selain menyerang manusia juga dapat menyerang orang utan, jenis mamalia lainnya, serta burung (WHO 2008; Sembel 2009; CDC 2012; Depkes 2012). Diagnosis penyakit Chikungunya dapat dilihat dari gejala klinis pasien, tempat dan tanggal pasien melakukan perjalanan (jika pasien dari negara atau daerah tidak endemik), kegiatan dan sejarah epidemiologi dari lokasi dimana infeksi terjadi. Gejala yang sering ditimbulkan infeksi virus Chikungunya berupa demam dengan derajat tinggi (lebih dari 40 ºC), nyeri sendi (arthralgia), nyeri otot
3
(myalgia), ruam, sakit kepala, mual, muntah, nyeri menelan, fotofobia dan nyeri abdomen. Keluhan arthralgia ditemukan sekitar 80% pada penderita Chikungunya, sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut, siku, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang. Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Gejala tersebut dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Artritis. Nyeri otot pula bisa terjadi pada seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu dan anggota gerak (Depkes 2007; Swaroop et al. 2007; WHO 2008; Ng et al. 2009; CDC 2012). Dampak yang diakibatkan oleh penyakit Chikungunya adalah kelumpuhan, aktivitas dan produktivitas kerja sehari-hari terganggu (Oktikasari et al. 2008). Pengobatan spesifik maupun vaksin yang berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatan hanya bersifat simptomatis dan suportif seperti pemberian analgesik, antipiretik, dan anti inflamasi (Sudeep dan Parashar 2008; WHO 2008; CDC 2012). Berbagai upaya untuk pengendalian Chikungunya adalah dengan cara kimiawi, biologi, manajemen lingkungan, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan pengendalian vektor terpadu. Satu di antaranya pengendalian vektor yang paling efektif dilakukan adalah pemberantasan vektor untuk memutuskan rantai penularan dengan melaksanakan PSN. PSN yang baik dengan cara 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Mencegah gigitan nyamuk, Menggunakan larvasida, Memelihara ikan). Selain itu, jika ada seseorang yang terinfeksi sebaiknya diisolasi dari gigitan nyamuk, sehingga dapat mencegah penularan ke orang lain. Setiap orang dapat mencegah gigitan nyamuk penular dengan obat nyamuk bakar maupun semprot, repelen, kelambu, menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai, memperbaiki saluran dan talang air yang rusak, menanam tumbuhan pengusir nyamuk. Peran serta masyarakat dan sektor lain baik swasta, LSM dan sebagainya sangat diperlukan dalam pemberantasan vektor penular. Oleh karena itu perlu diterapkan pendekatan terpadu terhadap pengendalian nyamuk dengan menggunakan metode yang tepat (modifikasi lingkungan, biologi dan kimiawi) yang aman, murah dan ramah lingkungan (WHO 2008; CDC 2012; Depkes 2012).
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari refleksi dan pengalaman seseorang dan terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kriteria pengetahuan berpusat di sekitar pemikiran yang memperkenalkan kita untuk membedakan antara benar dan salah, seperti pembelajaran berdasarkan logika dan metode ilmiah. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan, pengalaman, informasi yang disampaikan oleh tenaga profesional kesehatan, orang tua, guru, buku, media massa, dan sumber lainnya (Badran 1995; Fernandez dan Sabherwal 2001; WHO 2002; Alif 2008; Fitriani 2011). Selain pengetahuan, sikap juga
4
merupakan faktor penting dalam pengendalian vektor Chikungunya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dan merupakan suatu predisposisi untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan perilaku tertentu. Suatu sikap otomatis belum terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour), untuk mengubah sikap menjadi suatu kenyataan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas (Badran 1995; Fitriani 2011). Perilaku atau praktik menunjukkan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Ada dua hal yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya, lingkungan adalah tempat untuk perkembangan perilaku tersebut (Laurens 2005; Marini 2009). Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Fitriani 2011). Beberapa studi telah dilakukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) masyarakat terkait penyakit tular vektor serta hubungannya dengan karakter masyarakat. Wafa (2011) melaporkan bahwa dari 287 responden terdapat 68% pengetahuan responden terhadap DBD di Desa Babakan, Bogor termasuk dalam kategori buruk, sedangkan 53% perilakunya dalam mencegah dan mengendalikan vektor penyakit DBD termasuk dalam kategori cukup (sedang). Zulmy (2013) juga melaporkan hal yang sama di Desa Laladon, Bogor bahwa dari 196 responden terdapat 48% pengetahuan responden terhadap DBD termasuk dalam kategori buruk, disamping itu 80% sikap responden dalam PSN DBD termasuk dalam kategori sedang, serta 56% perilaku responden dalam pencegahan DBD termasuk dalam kategori sedang. Secara statistik hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku, tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap dan antara sikap dengan perilaku. Sementara itu, Santoso dan Budiyanto (2008) melaporkan bahwa dari 606 responden terdapat 51.7% pengetahuan responden terhadap DBD di Palembang termasuk baik, sedangkan 50.2% sikap responden terhadap DBD termasuk buruk, serta 54.3% perilaku responden baik dalam kaitannya dengan pencegahan penyakit DBD. Secara statistik hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap dan perilaku, serta antara sikap dengan perilaku. Shuaib et al. (2010) juga melaporkan hal yang sama di Westmoreland, Jamaica bahwa dari 192 responden yang tergolong mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik terhadap penyakit DBD, masing-masing secara berurutan adalah 54.4%, 46.6%, dan 28.5%. Secara statistik hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku.
5
METODE Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 4 bulan yaitu dari Desember 2010 sampai Maret 2011 bertempat di RW 3 dan RW 4 yang masing-masing tiga RT setiap RW di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer mengenai perilaku masyarakat dilakukan dengan cara wawancara dengan panduan kuisioner terstruktur terhadap penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun (contoh kuisioner pada lampiran). Bentuk kuisioner berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, Kantor Kelurahan Pasir Kuda, Puskesmas Pancasan, Rumah Sakit Karya Bakti dan Rumah Sakit PMI.
Sampel Besaran sampel ditentukan dengan rumus proporsi binomunal, seperti berikut (Lemeshow et al. 1997):
n=
Z21-α/2 p (1-p) N ---------------------------d2(N-1) + Z21-α/2 p (1-p)
Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan α = derajat kepercayaan p = proporsi penduduk yang pernah terserang Chikungunya q = proporsi penduduk yang belum pernah terserang Chikungunya d = limit dari error atau presisi absolut N = jumlah populasi Perhitungan jumlah sampel dengan rumus tersebut menunjukkan bahwa jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 100 sampel. Pada pelaksanaan penelitian didapatkan sampel sebanyak 110 responden.
Kriteria Data Kuisioner Pengetahuan responden terkait Chikungunya dikategorikan menjadi 3 bagian berdasarkan penilaian atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada responden. Pertanyaan mengenai pengetahuan berjumlah 14. Jika jawaban benar
6
diberi nilai 1, jika jawaban salah dan tidak tahu diberi nilai 0 (Palaian et al. 2006). Nilai maksimum untuk pengetahuan adalah 14, penilaian mengenai pengetahuan responden yaitu: pengetahuan dinilai buruk jika nilai < 4; pengetahuan dinilai sedang jika nilai antara 4 – 8; dan pengetahuan dinilai baik jika nilai > 8. Sikap responden terkait pencegahan Chikungunya diukur berdasarkan jawaban responden yaitu setuju dan tidak setuju. Pernyataan mengenai sikap responden berjumlah 9. Jika jawaban setuju diberi nilai 1 dan jika jawaban tidak setuju diberi nilai 0 sehingga nilai maksimum untuk sikap adalah 9. Penilaian mengenai sikap responden yaitu: sikap dinilai buruk jika nilai < 5 dan sikap dinilai baik jika nilai ≥ 5. Kriteria tingkat perilaku responden terkait pencegahan Chikungunya ditentukan melalui penilaian berdasarkan 7 pertanyaan yang diajukan pada responden. Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0 sehingga nilai maksimum untuk perilaku adalah 7. Penilaian mengenai perilaku responden yaitu: perilaku dinilai buruk jika nilai < 4 dan perilaku dinilai baik jika nilai ≥ 4.
Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang diperolah dianalisis melalui beberapa tahap, tahap pertama (editing) yaitu memeriksa nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah terisi. Tahap kedua (coding) yaitu memberi kode tertentu pada kuesioner untuk mempermudah saat melakukan tabulasi dan analisis. Tahap ketiga (entry) yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Tahap terakhir adalah melakukan cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah dientry untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak. Data yang telah dikumpulkan dientri dalam tabel beserta variabelnya. Hubungan antar variabel ditentukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN Selama tahun 2010 data kasus Chikungunya yang tercatat dari Puskesmas Pancasan, Rumah Sakit Karya Bakti dan Rumah Sakit PMI disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah kasus Chikungunya selama tahun 2010 mengalami fluktuasi. Jumlah kasus menurun pada bulan Maret, namun meningkat kembali pada bulan Agustus – September.
7
Tabel 1 Kasus Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah
Puskesmas Pancasan 0 0 0 0 0 0 0 15 16 0 0 0 31
Rumah Sakit Karya Bakti 2 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
Rumah Sakit PMI 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
Jumlah kasus Chikungunya 4 6 3 0 0 0 0 15 16 0 0 0 44
Karakteristik Responden Responden terdiri dari 110 orang yang bertempat tinggal di Kelurahan Pasir Kuda. Karakteristik responden yang diamati dalam data penelitian berupa jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, posisi dalam keluarga, serta riwayat kejadian Chikungunya dalam keluarga. Tabel 2 memperlihatkan karakteristik responden di Kelurahan Pasir Kuda. Responden dalam penelitian ini yang berjenis kelamin perempuan (75%) lebih mendominasi dibandingkan responden laki-laki (25%), hal ini mengindikasikan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki berada di luar rumah atau bekerja sehingga pada saat melakukan wawancara hanya istri ataupun putri mereka. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Oktikasari et al. (2008); Santoso dan Budiyanto (2008); dan Cuprasitrut et al. (2011) yaitu jumlah responden laki-laki lebih sedikit dibandingkan responden perempuan. Umumnya pendidikan terakhir responden hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (31%). Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan responden umumnya masih rendah, sehingga untuk mempelajari dan memahami suatu ilmu atau informasi baru lebih susah (Harahap 2012). Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir. Seseorang dengan pendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan lebih rasional sehingga lebih terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan rendah (Suhardjo 1989). Responden pada penelitian ini memiliki berbagai macam pekerjaan yang dikategorikan ke dalam 6 kelompok. Sebagian besar responden (77%) didominasi ibu rumah tangga. Posisi responden dalam keluarga dikategorikan dalam lima kategori. Posisi istri memiliki persentase 50% dari semua responden. Sisanya memiliki posisi sebagai ayah, anak, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan sasaran wawancara, karena ibu rumah tangga dan istri dianggap mengerti akan semua hal yang terjadi dalam rumah.
8
Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan karakteristik Karakteristik dan kategori Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Akademi/diploma Perguruan tinggi Pekerjaan PNS/ABRI Pegawai swasta Wiraswasta Buruh Tidak bekerja Ibu rumah tangga Posisi dalam keluarga Kepala keluarga Istri Anak Lain-lain Riwayat Kejadian Chikungunya dalam keluarga Pernah Tidak pernah
n
%
27 83
25 75
3 34 31 30 4 8
3 31 28 27 4 7
6 5 5 0 9 85
5 5 5 0 8 77
27 55 23 5
25 50 21 4
16 94
15 85
Pengetahuan Responden Kriteria tingkat pengetahuan responden ditentukan berdasarkan sejumlah pertanyaan terhadap penyakit Chikungunya, hal ini disajikan pada Tabel 3. Pertanyaan tersebut dikuantifikasikan dengan skor kemudian dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk, hal ini disajikan pada Tabel 4. Hasil wawancara terkait pengetahuan responden tentang Chikungunya pada Tabel 3 mengindikasikan bahwa 85% responden mengetahui penyakit Chikungunya. Informasi tersebut terbanyak didapat dari orang dekat (keluarga, teman dan tetangga) dan media elektronik (TV, radio, film) sehingga dapat dikatakan orang dekat dan media elektronik merupakan informan yang penting bagi masyarakat Kelurahan Pasir Kuda. Selain itu, informasi diperoleh dari kader posyandu, media cetak (surat kabar, majalah, brosur), pamong dan tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Hairi et al. (2003), Shuaib et al. (2010), dan Hafeez et al. (2012) yang menunjukkan bahwa sebagian besar sumber informasi tentang penyakit didapatkan dari televisi dan radio. Kekuatan dari media massa (media massa elektronik dan media massa cetak) sangat luar biasa, karena dengan permberitaan-pemberitaan, editorial, iklan-iklan, artikel-artikel dan sebagainya dapat mempengaruhi masyarakat (Alif 2008).
9
Tabel 3 Sebaran responden mengenai pernyataan pengetahuan terkait Chikungunya Aspek pengetahuan responden terhadap Chikungunya Pernah mendengar/mengetahui tentang penyakit chikungunya Ya Tidak Penyebab penyakit chikungunya Benar (virus) Salah (bakteri, parasit, nyamuk, tidak tahu) Gejala penyakit chikungunya Benar (demam, bercak merah dikulit, sakit persendian, nyeri otot, lumpuh, kejang) Salah (tidak tahu, lain-lain) Penyakit chikungunya dapat dicegah Benar (ya) Salah (tidak) Penyakit chikungunya berbahaya Ya Tidak Penular chikungunya Benar (nyamuk) Salah (lalat, tidak tahu, lain-lain) Ciri-ciri nyamuk chikungunya Benar (bintik-bintik putih/belang-belang) Salah (warna coklat, tidak tahu, lain-lain) Perilaku/kebiasaan nyamuk chikungunya Benar (menggigit pada siang hari, berkembang biak di air jernih) Salah (tidak tahu, lain-lain) Tempat perkembangbiakan/tempat hidup nyamuk Chikungunya Benar (bak mandi, bak wc, tempayan, ban, kaleng bekas, vas bunga, talang air, tempat minum burung, potongan bambu, ketiak daun, dispenser) Salah (tidak tahu, lain-lain) Tindakan yang dilakukan saat keluarga sakit Benar (berobat ke tenaga kesehatan) Salah (mengobati sendiri, dukun/orang pintar) Pernah mendengar PSN Ya Tidak Pelaksanaan PSN Perlu Tidak perlu Cara PSN Benar (3M, memelihara ikan, menaburkan abate) Salah Waktu yang tepat melaksanakan PSN Benar (seminggu sekali) Salah (kapan ada waktu)
N
%
93 17
85 15
5 10
5 95
83
75
27
25
87 23
79 21
83 27
75 25
66 44
60 40
27 83
25 75
34 76
31 69
39
35
71
65
88 22
80 20
91 19
83 17
87 23
79 21
83 27
75 25
92 18
84 16
10
Tabel 4 Tingkat pengetahuan responden terkait Chikungunya Tingkat pengetahuan secara umum Baik Sedang Buruk Total
Total N 59 35 16 110
% 54 32 14 100.0
Sebagian besar responden (85%) pada penelitian ini pernah mendengar atau mengetahui tentang penyakit Chikungunya, namun responden dapat menjawab dengan benar penyebab penyakit Chikungunya hanya sedikit (5%). Sebagian besar responden salah menjawab pertanyaan mengenai penyebab penyakit Chikungunya dan mengira bahwa penyakit Chikungunya disebabkan oleh nyamuk, responden banyak yang keliru dalam membedakan antara penyebab dan penular. Chikungunya merupakan satu di antara Arbovirosis (Arthropode borne viral diseases) yang disebabkan oleh virus dari Genus Alphavirus, Famili Togaviridae (Strauss dan Strauss 1994; WHO 2008; Sembel 2009; CDC 2012; Depkes 2012). Sebagian besar responden (75%) dalam penelitian ini dapat menjawab gejala penyakit Chikungunya dengan benar. Hal ini disebabkan adanya orang dekat yang pernah sakit Chikungunya. Gejala utama penyakit Chikungunya yang sering timbul berupa demam dengan derajat tinggi (lebih dari 40 ºC), nyeri sendi (arthralgia), nyeri otot (myalgia), ruam, sakit kepala, mual, muntah, nyeri menelan, fotofobia dan nyeri abdomen (Depkes 2007; Swaroop et al. 2007; WHO 2008; Ng et al. 2009; CDC 2012). Sebagian besar responden di Kelurahan Pasir Kuda mampu menjawab bahwa Chikungunya dapat dicegah dengan benar seperti menjaga kebersihan, mengadakan penyuluhan dan PSN yaitu sebanyak 79%. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Chikungunya dan bagaimana pencegahannya. Salah satu pengendalian vektor yang paling efektif dilakukan adalah pemberantasan vektor untuk memutuskan rantai penularan dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang merupakan kegiatan pengendalian populasi telur, larva, pupa, dan nyamuk penular berbagai penyakit seperti Chikungunya di tempat perkembangbiakannya, sehingga penularan penyakit dapat dicegah atau dibatasi (Depkes 2012). Responden pada penelitian juga menganggap bahwa Chikungunya berbahaya sebanyak 75%, akan tetapi pada kenyataannya tingkat mortalitas pada Chikungunya sangat rendah kecuali jika disertai infeksi sekunder (WHO 2008; CDC 2012). Hal ini menunjukkan tingginya tingkat ketakutan masyarakat terhadap penyakit Chikungunya. Responden dapat menjawab pertanyaan mengenai penular Chikungunya yaitu nyamuk dengan benar sebanyak 60.91%, dan yang menyebutkan bahwa Aedes sp adalah nama nyamuknya sebanyak 13.44%. Penularan pada manusia terjadi bila nyamuk menghisap darah penderita Chikungunya, kemudian nyamuk yang terinfeksi tersebut menghisap darah manusia yang sehat. Vektor utama virus Chikungunya (CHIKV) adalah Ae. aegypti dan Ae. albopictus (Harwood dan James 1979; Powers dan Logue 2007; WHO 2008; Sembel 2009; CDC 2012;
11
Depkes 2012). Selain itu, responden dapat menjawab ciri-ciri nyamuk penular vektor Chikungunya dengan benar sebesar 25% bintik-bintik putih atau belangbelang. Hal ini sesuai dengan Hadi dan Koesharto (2006) nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus berwarna belang hitam putih. Pengetahuan mengenai perilaku nyamuk vektor Chikungunya dalam penelitian ini, responden dapat menjawab dengan benar sebesar 30% yaitu menggigit pada siang hari dan berkembang biak di air jernih. Hal ini sesuai dengan Hadi dan Koesharto (2006) yang melaporkan bahwa aktivitas menggigit nyamuk Aedes sp. pada siang hari dengan dua puncak gigitan yaitu pukul 08.0009.00 dan 16.00-17.00 dan habitat perkembangbiakan Aedes sp. ialah tempattempat yang dapat menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum. Sebagian besar responden tidak mengetahui perilaku nyamuk Aedes sp. Hal ini disebabkan karena responden kurang memahami definisi kata perilaku nyamuk dari pertanyaan yang diajukan pada responden saat wawancara. Pengetahuan responden pada penelitian ini juga, dapat menjawab mengenai tempat perkembangbiakan Aedes sp dengan benar sebesar 35% yaitu bak mandi, bak wc, tempayan, ban/kaleng bekas berisi air, vas/pot bunga, talang air, tempat minum burung, potongan bambu, ketiak daun, dispenser dan sebesar 65% responden tidak dapat menyebutkan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. Bentuk tindakan yang dilakukan responden di Kelurahan Pasir Kuda dalam menangani penyakit Chikungunya adalah dengan berobat ke tenaga kesehatan (80%). Sebagian besar responden mengerti akan pentingnya kesehatan dan tidak mempercayai dukun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 75% responden dapat menjawab cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan benar. Sebagian besar responden dapat menjawab dengan benar (84%) waktu yang tepat untuk pelaksanaan PSN yaitu seminggu sekali. Hal ini disebabkan karena sering dilaksanakannya 3M di lingkungan sekitar dan kegiatan rutin yang dilaksanakan jumantik setempat. PSN ini sasaran utamanya adalah semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular Chikungunya. Hal ini sesuai dengan Depkes (2007) yang menganjurkan kegiatan 3M. Responden di Kelurahan Pasir Kuda yang menjawab pertanyaan terkait Chikungunya sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik (54%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Santoso dan Budiyanto (2008) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Palembang memiliki pengetahuan yang baik (64.7%) dan Shuaib et al. (2010) yang menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden di Westmoreland, Jamaica memiliki pengetahuan yang baik (54.4%), namun tidak sejalan dengan hasil penelitian Oktikasari et al. yang menunjukkan bahwa 53% responden di Kelurahan Cinere, Depok memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman (WHO 1992). Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki pengetahuan yang baik tidak terbatas dari jenjang pendidikan saja melainkan dari pengalaman. Pada Kelurahan Pasir Kuda, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap perilaku nyamuk Aedes sp, menunjukkan tingkat pengetahuan baik. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap perilaku nyamuk Aedes sp, dapat memberikan pengetahuan masyarakat mengenai keberadaan nyamuk tersebut, sehingga pengendalian dan pencegahan penyakit Chikungunya dapat dilakukan dengan tepat sasaran.
12
Sikap Responden Kriteria tingkat sikap responden ditentukan berdasarkan sejumlah pertanyaan terhadap penyakit Chikungunya, hal ini disajikan pada Tabel 5. Pertanyaan tersebut dikuantifikasikan dengan skor kemudian dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu baik dan buruk, hal ini disajikan pada Tabel 6. Tabel 5 memperlihatkan mayoritas responden (80%) setuju bahwa Chikungunya dapat dicegah. Mayoritas responden setuju bahwa PSN merupakan tanggung jawab pemerintah (61%), PSN perlu peran serta masyarakat (83%), melakukan PSN di rumah (85%), tokoh masyarakat perlu menggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN (90%), saling mengingatkan untuk melakukan PSN (84%), berpartisipasi dalam kerja bakti (87%), siap melakukan PSN jika ada warga yang terkena Chikungunya (84%), namun lebih dari setengah jumlah responden setuju penyemprotan oleh petugas kesehatan daripada PSN (54%). Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju pada pertanyaan terkait pencegahan Chikungunya, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden setuju akan pentingnya pencegahan Chikungunya dengan PSN. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Santoso dan Budiyanto (2008) di Palembang; dan Shuaib et al. (2010) di Westmoreland, Jamaica yang menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden memiliki sikap yang buruk. Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan jawaban setuju pada pertanyaan sikap terkait pencegahan Chikungunya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sikap Responden Chikungunya dapat dicegah PSN tanggung jawab pemerintah PSN perlu peran serta masyarakat Melakukan PSN dirumah Tokoh masyarakat perlu menggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN Saling mengingatkan untuk melakukan PSN Berpartisipasi dalam kerja bakti Jika ada warga yang menderita Chikungunya, maka warga sekitar harus siap melakukan PSN di lingkungannya Lebih suka penyemprotan oleh petugas kesehatan daripada PSN
N 88 67 91 94 99
% 80 61 83 85 90
92 96 92
84 87 84
59
54
Tabel 6 Tingkat sikap responden terkait pencegahan Chikungunya melalui PSN Tingkat sikap secara umum Baik Buruk Total
Total N 99 11 110
% 90 10 100.0
13
Sebanyak 90% responden masuk dalam kategori sikap yang baik terkait pencegahan Chikungunya dengan melaksanakan PSN dan hanya 10% responden yang masuk dalam kategori buruk. Hal ini menunjukkan bahwa responden sadar akan pentingnya pelaksanaan PSN. Sikap mengarah pada kecenderungan untuk bereaksi dengan cara dan dalam situasi yang tepat (Badran 1995). Sikap dapat dibentuk dari pengetahuan yang baik maupun hanya dari pengalaman (WHO 2002).
Perilaku responden Kriteria tingkat perilaku responden ditentukan berdasarkan sejumlah pertanyaan terhadap penyakit Chikungunya, hal ini disajikan pada Tabel 7. Pertanyaan tersebut dikuantifikasikan dengan skor kemudian dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu baik dan buruk, hal ini disajikan pada Tabel 8. Tabel 7 Sebaran jawaban responden terhadap pertanyaan perilaku terkait pencegahan Chikungunya No Perilaku terkait Chikungunya 1 Cara menghindarkan diri dari gigitan nyamuk a. cara benar b. cara salah 2 Kegiatan PSN a. cara benar b. cara salah 3 Menguras TPA dalam satu bulan terakhir a. ya, di dalam rumah b. ya, di luar rumah c. ya, di dalam dan luar rumah d. tidak melakukan 4 Berapa kali menguras TPA dalam satu bulan terakhir a. 1-5 kali b. tidak melakukan 5 Menguras TPA dalam satu minggu terakhir a. ya, di dalam rumah b. ya, di luar rumah c. ya, di dalam dan luar rumah d. tidak melakukan 6 Terakhir kali menguras TPA a. beberapa hari yang lalu b. hari ini 7 Larvasida a. memakai b. tidak memakai
n
%
73 37
66 34
99 11
90 10
86 2 8 14
78 2 7 13
94 16
85 15
73 1 3 33
66 1 3 30
90 20
82 18
28 82
25 75
14
Tabel 8 Tingkat perilaku responden terkait pencegahan Chikungunya Total
Tingkat perilaku secara umum
n 96 14 110
Baik Buruk Total
% 87 13 100.0
Tabel 7 memperlihatkan hasil dari jawaban responden yang menyatakan bahwa mayoritas responden menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan benar (66%). Hampir seluruh responden melaksanakan kegiatan PSN dengan cara yang benar (90%), namun mayoritas responden dalam satu minggu terakhir hanya menguras TPA di dalam rumah (66%) serta sebagian besar pula tidak memakai larvasida (75%). Sebanyak 87% responden masuk dalam kategori perilaku yang baik terkait pencegahan Chikungunya dan hanya 13% responden yang masuk dalam kategori buruk. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah melakukan perilaku yang baik terkait pencegahan Chikungunya dan perilaku responden sejalan dengan pengetahuan dan sikap mereka. Fitriani (2011) menyatakan bahwa tahap seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupan adalah pengetahuan dan sikap. Hasil penelitian sejalan dengan Santoso dan Budiyanto (2008) yang menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden di Palembang memiliki perilaku yang baik (54.3%), namun tidak sejalan dengan Shuaib et al. (2010) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Westmoreland, Jamaica memiliki perilaku yang buruk (71.5%).
Hubungan Karakteristik terhadap Pengetahuan Tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan pekerjaan dianalisis dan dihubungkan dengan pengetahuan responden. Hubungan tersebut disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Hubungan karakteristik terhadap pengetahuan terkait Chikungunya Pengetahuan Peubah Pendidikan Jenis kelamin
P
r
0.001 0.893
0.304* 0.013
Keterangan: *Menunjukkan hubungan yang nyata pada nilai p<0.05 (hubungan dua arah)
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara pendidikan dengan pengetahuan responden terkait Chikungunya (p=0.001,p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.304. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan responden, pengetahuannya pun semakin tinggi. Bukti
15
hal tesebut juga terlihat dari presentase kategori skor responden. Responden dengan tingkat pendidikan SLTA, akademi/diploma, dan perguruan tinggi sebagian besar memiliki kategori pengetahuan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Indah et al. (2011) yang menunjukkan tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Marini (2009) juga mengemukakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan informasi, sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi yang didapatkan. Sementara itu, Ridhwan (2010) mengemukakan bahwa informasi akan memberi pengaruh pada pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Syed et al. (2010) juga melaporkan hal yang sama di Karachi, Pakistan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan. Pengetahuan responden terkait Chikungunya tidak berkolerasi dengan jenis kelamin (p=0.893,p>0.05) dan tidak sejalan dengan skor pendidikan. Hal ini berarti jenis kelamin responden tidak berhubungan dengan pengetahuan responden terkait Chikungunya. Oktikasari et al. (2008) juga melaporkan hal yang sama bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin responden terkait pengetahuan tentang Chikungunya.
Hubungan Pengetahuan terhadap Sikap Hubungan antara pengetahuan yang dimiliki responden dengan sikapnya disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Hubungan pengetahuan dengan sikap pencegahan terjadinya Chikungunya Sikap Peubah Pengetahuan
p
r
0.001
0.313**
** korelasi signifikan pada level 0.05
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat korelasi positif antara pengetahuan dengan sikap responden terkait Chikungunya (p=0.001,p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.313. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan responden, sikapnya pun semakin baik. Blalock (2008) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang sangat menentukan sikap dan tingkah lakunya. Santoso dan Budiyanto. (2008) juga melaporkan hal yang sama bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap.
16
Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Hubungan antara pengetahuan dan sikap yang dimiliki responden dengan perilakunya disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku Perilaku Peubah Pengetahuan Sikap
p
r
0.198 0.214
0.124 0.119
** korelasi signifikan pada level 0.05
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara pengetahuan (p=0.198,p>0.05) dan sikap (p=0.214,p>0.05) terhadap perilaku responden. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku responden terkait Chikungunya. Hal ini disebabkan karena responden berperilaku tidak berdasarkan pengetahuan tetapi berdasarkan rutinitas. Fitriani (2011) menyatakan bahwa perilaku seseorang dalam memberikan respon tidak hanya bergantung pada faktor internal (kecerdasan, pengetahuan, jenis kelamin, dll) saja, tetapi juga faktor eksternal (lingkungan). Hal ini sesuai dengan penelitian Shuaib et al. (2010) yang melaporkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku. Zulmy (2013) juga melaporkan hal yang sama bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan (Depkes 2003). Perilaku mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan dari individu itu sendiri (Notoatmodjo 2003). Proses terjadinya penularan Chikungunya di suatu daerah meliputi tiga faktor utama yakni adanya manusia, virus dan vektor perantara yaitu nyamuk. Penyakit ini bisa menyebar dan menjangkiti individu lainnya melalui nyamuk. Oleh karena itu, upaya pencegahan harus dilakukan sesegera mungkin agar penularan dan angka kejadian penyakit ini tidak meningkat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya KLB Chikungunya adalah perpindahan penduduk dari daerah terinfeksi, sistem pengelolaan limbah dengan penyediaan air bersih yang tidak memadai, serta sanitasi lingkungan yang buruk. Kesadaran masyarakat Pasir Kuda sendiri akan pentingnya menguras bak mandi dengan benar masih kurang. Mereka hanya akan melakukan hal tersebut sebelum dilakukannya pemeriksaan oleh jumantik.
17
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Responden di Kelurahan Pasir Kuda memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik terkait Chikungunya, masing-masing secara berurutan 54%, 90%, dan 87%. Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan, antara pengetahuan dengan sikap, tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku serta antara sikap dengan perilaku. Saran Pemerintah dan Puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dengan metode yang lebih efektif dan lebih sering diberikan informasi mengenai Chikungunya yang akan meningkatkan pengetahuan responden menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Alif M. 2008. Pengaruh jenis bahasa narasi dan nentuk pesan visual video terhadap peningkatan pengetahuan tentang chikungunya dikalangan siswa SMAN 1 Ciampea [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Blalock CL. 2008. A qualitative evaluation of a professional development program on teacher health knowledge, health attitudes, and health behaviors [tesis]. Texas (USA): The University of Texas at San Antonio. Badran IG. 1995. Knowledge, attitude, and practice the three pillars of excellence and wisdom: a place in the medical profession. Eastern Mediteranian Health Journal 1(1): 8-16. [CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2012. Saving Lives, Protecting People CDC (24):7. Cupasitrut T, Srisorrachatr, Malai D. 2011. Food Safety knowledge, attitude, and practice of food handlers and microbiological and chemical food quality assesment of food for making merit for monks in Ratchathewi District, Bangkok. Asia J Publ Health 1(2): 27-34. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2003. Waspadai Demam Chikungunya. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta (ID): Depatemen Kesehatan RI. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2007a. Pedoman Pengendalian Penyakit Chikungunya. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2007b. Survai Entomologi Kesehatan Demam Berdarah Dengue. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.
18
[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2012. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI. [DINKES] Dinas Kesehatan. 2010. Data Distribusi Kasus Penyakit Chikungunya di Bogor Tahun 2008-2009. Bogor (ID): Dinas Kesehatan Kota Bogor. Fernandez IB, Sabherwal R. 2001. Organizational knowledge management: a contingency perspective. Journal of Management Information Systems 18:2355. Fitriani S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. hlm 264. Harahap NA. 2012. Praktik higiene pekerja kantin di dalam kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga, Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hadi UK, Koesharto FX. 2006. Nyamuk. Didalam S H Sigit & U K Hadi, editor. Hama Permukiman Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hafeez F, Akram W, Suhail A, Arsyad M. 2012. Knowledge and attitude af the public towards dengue control in urban and rural Areas of Punjab. Pakistan J Zool 44(1): 15-21. Hairi F, Ong CHF, Suhami A, Tjung TW, Ahmad MABA, Sundaraj C, Soe MM. 2003. A knowledge, attitude, and practice (KAP) study on dengue among selected rural communities in the Kuala Kangsar District. Asia Pac J Publ Health 15(1):37-43. Harwood RF, James MT. 1979. Entomology in Human and Animal Health. New York (USA): McMillan Pub Co. hlm 7:548. Indah R, Nurjannah, Dahlia, Hermawati D. 2011. Studi pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat Aceh dalam pencegahan demam berdarah dengue 2011 Apr 13-19; Banda Aceh, Indonesia. Banda Aceh (ID): TDMRC-Unsyiah. hlm 34-39. Laurens JM. 2005. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta (ID): PT Grasindo. Lemeshow S, Hosmer DW, Janelle K, Lwanga SK. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, penerjemah; Pramono D, editor.Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Marini D. 2009. Gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai DBD pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan tahun 2009 [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Ng KW, Chow A, Win MK, Dimatatac F, Neo HY, Lye DC, Leo YS. 2009. Clinical features and epidemiology of Chikungunya infection in Singapore. Singapore Medical Journal 50(8): 785-790. Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta (ID): Rineka Cipta. hlm 118-127. Oktikasari FY, Sussana D, Jaja IM. 2008. Faktor sosiodemografi dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian luar biasa Chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006. Makara Kesehatan 12(1): 20-26. Palaian S, Acharya LD, Rao PGM, Shankar PR, Nair NM, Nair NP. 2006. Knowledge, attitude, and practice outcomes: Evaluating the impact of counseling in hospitalized diabetic patients in India. J Pharmacol 31: 383-396. Powers AM , Logue CH. 2007. Changing patterns of Chikungunya virus: Reemergence of a zoonotic arbovirus. J Gen Virol 88(9):2363-2377.
19
Ridhwan AN. 2010. Gambaran perilaku mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap demam Chikungunya tahun 2010 [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Santoso, Budiyanto A. 2008. Hubungan pengetahuan sikap dan perilaku (PSP) masyarakat terhadap vektor DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatra Selatan. J Ekol Kes 7(2): 732-739. Sembel DT. 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta (ID): Andi Offset Hlm 219. Shuaib F, Todd D, Stennett DC, Ehri J, Jolly PE. 2010. Knowledge, attitudes, and practices regarding dengue infection in Westmoreland, Jamaica. West Indian Med J 59(2):139-146. Strauss JH, Strauss EG. 1994. The alphaviruses: gene expression, replication, and evolution. Microbiol Rev 58: 491–562. Sudeep AB, Parashar D. 2008. Chikungunya: An overview. J Biosci 33(4): 443– 449. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Swaroop A, Jain A, Kumhar M, Parihar N, Jain S. 2007. Chikungunya fever. J Indian Academy of Clin Med 8(2): 164-168. Syed M, Saleem T, Syeda UR, Habib M, Zahid R, Bashir A, Rabbani, Khalid M, Iqbal A, Rao EZ et al. 2010. Knowledge, attitude and practices regarding dengue fever among adults of high and low socioeconomic groups. West Indian Med J 60(3): 243-247. [WHO] World Health Organization. 1992. Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar: Pedidikan Kesehatan. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. [WHO] World Health Organization. 2002. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus Pendidikan Kesehatan. Jakarta (ID): EGC. [WHO] World Health Organization. 2008. Chikungunya: Fact Sheet. Wafa L. 2011. Pengetahuan dan perilaku masyarakat Desa Babakan Kabupaten Bogor terhadap masalah vektor dan penyakit Demam Berdarah. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zulmy A. 2013. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat Desa Laladon Kabupaten Bogor terhadap masalah vektor dan penyakit Demam Berdarah. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
20
LAMPIRAN KUISIONER Alamat Rumah RT/RW Nama surveyor Kode
: : : :
I. DATA UMUM A. KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA Nama : Umur : Pendidikan : 1. Tidak Sekolah 5. Akademi/Diploma 2. SD 6. Perguruan Tinggi 3. SLTP 7. Lainnya, sebutkan: 4. SLTA Pekerjaan : 1. PNS/ABRI 4. Buruh 2. Pegawai swasta 5. Tidak Bekerja 3. Wiraswasta 6. Lain-lain, sebutkan: Jumlah penghuni rumah: orang/ KK B. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama : Umur : Pendidikan : 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SLTP 4. SLTA Pekerjaan : 1. PNS/ABRI 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta
(L/P)
5. Akademi/Diploma 6. Perguruan Tinggi 7. Lainnya, sebutkan:
4. Buruh 5. Tidak Bekerja 6. Lain-lain, sebutkan:
II. DATA PENGETAHUAN DAN PERILAKU A. PENGETAHUAN Chikungunya 1. Apakah saudara pernah mendengar/mengetahui penyakit Chikungunya? 1 Ya 2 Tidak 2. Menurut saudara apa penyebab Chikungunya? 1 Bakteri 4 Nyamuk 2 Virus 5 Tidak Tahu 3 Parasit 6 Lain-lain, sebutkan: 3. Sebutkan gejala Chikungunya yang diketahui 1 Demam 5 Lumpuh 2 Bercak merah dikulit 6 Kejang 3 Sakit persendian 7 Tidak tahu 4 Sakit/nyeri otot 8 Lain-lain, sebutkan: 4. Apakah penyakit Chikungunya dapat dicegah? 1 Ya 2 Tidak Jika ya, sebutkan: 5.
Apakah penyakit Chikungunya berbahaya? 1 Ya Jika ya, sebutkan:
(L/P)
2 Tidak
21
6.
7.
8.
9.
10.
11. 12.
13.
Menurut saudara, apa penular Chikungunya? 1 Nyamuk, sebutkan jenis: 3 Tidak tahu 2 Lalat 4 Lain-lain, sebutkan: Sebutkan ciri-ciri nyamuk tersebut 1 Bintik-bintik putih/ belang-belang 3 Tidak tahu 2 Warna coklat 4 Lain-lain, sebutkan: Bagaimana perilaku nyamuk tersebut 1 Menggigit pada siang hari 3 Tidak tahu 2 Berkembangbiak di air jernih 4 Lain-lain, sebutkan: Sebutkan tempat perkembangbiakan nyamuk tersebut 1 Bak mandi 7 Tempat minum burung 2 Bak WC 8 Potongan bambu 3 Tempayan 9 Ketiak daun 4 Ban/kaleng bekas berisi air 10 Dispenser 5 Vas bunga 11 Lain-lain, sebutkan: 6 Talang air Apakah pernah mendengar tentang PSN/ Pemberantasan sarang Nyamuk atau 3M plus? 1 Ya 2 Tidak Apakah perlu melakukan PSN? 1 Ya 2 Tidak Bagaimana cara PSN yang diketahui? 1 Menguras tempat penampungan air 4 Menaburkan abate 2 Menutup tempat penampungan air 5 memelihara ikan 3 Mengubur barang bekas 6 Lain-lain, sebutkan: Kapan sebaiknya melakukan PSN? 1 Seminggu sekali 3 Kapan ada waktu 2 Sebulan sekali 4 Lain-lain, sebutkan:
B. SIKAP Sikap Responden No Sikap Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak setuju
Setuju
Chikungunya dapat dicegah dengan PSN PSN adalah tanggung jawab pemerintah Kegiatan PSN perlu peran serta masyarakat secara terus menerus Masyarakat harus melakukan PSN dirumah masing-masing Tokoh masyarakat perlu menggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN Setiap warga perlu mengingatkan tetangganya untuk melukan PSN Berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti dalam rangka PSN Jika ada warga yang menderita Chikungunya maka warga sekitar harus siap melakukan PSN di lingkungannya Saya lebih suka penyemprotan oleh petugas kesehatan daripada PSN
C. PERILAKU 1. Apa yang saudara lakukan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk? 1 Pakai kelambu disiang hari jika tidur 4 Memakai repelent/autan 2 Membakar obat nyamuk 5 Memakai pakaian lengan panjang 3 Menggunakan obat semprot nyamuk 6 Lain-lain, sebutkan: 2. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan untuk PSN? (tanyakan masing-masing kegiatan dan observasi) 1 Menguras bak mandi/bak WC 2 Menutup tempat penampungan air
22
3.
4.
5.
6. 7.
3 Mengubur kaleng bekas, gelas/plastik bekas 4 Menyimpan ban bekas dengan baik 5 Mengganti air vas bunga, berapakali dalam seminggu: 6 Mengganti air di tempat minum burung, berapakali dalam seminggu: 7 Memelihara ikan 8 manaburkan larvasida (abate, dll) 9 Lain-lain, sebutkan: Dalam 1 bulan terakhir apakah menguras TPA di dalam dan di luar rumah? 1 Ya, di dalam rumah 3 Tidak 2 Ya, di luar rumah Jika ya, berapakali dalam sebulan terakhir saudara menguras TPA tersebut 1 1kali 3 3kali 5 5kali 2 2kali 4 4kali Dalam 1 minggu terakhir apakah menguras TPA di dalam dan di luar rumah? 1 Ya, di dalam rumah 3 Tidak 2 Ya, di luar rumah Kapan saudara menguras TPA terakhir kalinya? 1 .........hari yang lalu 2 Hari ini Jika pertanyaan 4 point 8 (menggunakan larvasida) Ya, dimana saudara menaburkan larvasida/abate tersebut? (jawaban boleh lebih dari satu) 1 Bak mandi 1 Ya 2 Tidak 2 Ember/tempayan 1 Ya 2 Tidak 3 Drum 1 Ya 2 Tidak 4 Tower air 1 Ya 2 Tidak 5 Kolam ikan 1 Ya 2 Tidak 6 Lain-lain, sebutkan:
23
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Faradisyah Roza Rosvara. Penulis dilahirkan di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 12 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Zakki Mubarrok dan Emi Masruroh. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dari tahun 2005 sampai tahun 2008 di SMAN 2 Jombang. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Kedokteran Hewan IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2008. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi asisten mata kuliah, tahun 2011/2012 asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner: Ektoparasit, tahun 2012/2013 asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner: Ektoparasit, mata kuliah Pengelolalan Kesehatan Hewan dan Lingkungan, mata kuliah Ilmu Bedah Umum Veteriner, mata kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner 1, dan mata kuliah Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropika pada Fakultas Peternakan. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa: komunitas seni: Gentra Kaheman dan STERIL sebagai bendahara, HIMPRO: Satwa Liar sebagai anggota divisi pendidikan dan ketua subdivisi kesejahteraan anggota. Selain aktif dalam organisasi mahasiswa, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Pada tahun 2009 penulis menjadi pemain drama dalam Pamitran 2009 yang diadakan Gentra Kaheman. Penulis juga mengisi acara tari soyong dalam Seminar Nasional OWOH (One World One Health) yang diadakan BEM FKH dan VUH (Veterinary Unity in Harmony) yang diadakan Komunitas Seni STERIL FKH pada tahun 2010. Penulis juga aktif menjadi Master of Ceremony dalam berbagai acara. Penulis menjadi MC SEMNAS SATLI yang diadakan HIMPRO Satwaliar tahun 2011 dan 2012, MC VUH yang diadakan Komunitas Seni Steril tahun 2010 dan 2011, MC Afternoon Full Colour (AFC) yang diadakan Komunitas Seni Steril tahun 2010.