PENGETAHUAN ROHANI Bab 7 Sloka 19 Sesudah dilahirkan dan meninggal berulangkali, orang yang sungguhsungguh memiliki pengetahuan menyerahkan diri kepada-Ku, dengan mengenal-Ku sebagai sebab segala sebab dan sebab segala sesuatu yang ada. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan. PENJELASAN: Selama makhluk hidup melaksanakan bhakti atau ritualritual rohani yang melampaui hal-hal duniawi sesudah dilahirkan berulang kali, mungkin ia sungguh-sungguh mantap dalam pengetahuan rohani yang murni bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan utama keinsafan rohani. Pada awal keinsafan rohani, selama seseorang sedang berusaha melepaskan ikatannya terhadap keduniawian, ada kecenderungan kepada filsafat yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Tetapi kalau seseorang sudah maju lebih lanjut, dia dapat mengerti bahwa ada kegiatan dalam kehidupan rohani dan bahwa kegiatan itu merupakan bhakti. Setelah menginsafi kenyataan ini, dia terikat pada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menyerahkan diri pada Beliau. Pada waktu itu, seseorang dapat mengerti bahwa karunia ŽrOE K‚‰†a adalah segala sesuatu, bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah sebab segala sebab dan bahwa manifestasi material ini tidak lepas dari hubungan dengan Beliau. Dia menginsafi bahwa dunia material adalah bayangan yang terputar balik dari keanekawarnaan rohani dan bahwa ada hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa ŽrOE K‚‰†a di dalam segala sesuatu. Jadi, dia memikirkan segala sesuatu berhubungan dengan Vƒsudeva, atau ŽrOE K‚‰†a. Penglihatan semesta seperti itu tentang Vƒsudeva menyebabkan seseorang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa ŽrOE K‚‰†a sebagai tujuan tertinggi. Roh-roh yang mulia yang sudah menyerahkan diri seperti itu jarang sekali ditemukan. Ayat ini dijelaskan dengan baik sekali dalam Bab Tiga (ayat 14 dan 15) dari _vetƒ_vatara Upani‰ad: sahasra-_OEr‰ƒ puru‰a‹ sahasrƒk‰a‹ sahasra-pƒt sa bh_mi„ vi_vato v‚tvƒ- tyƒti‰‡had da_ƒ…gulam puru‰a eveda„ sarva„ yad bh_ta„ yac ca bhavyam utƒm‚tatvasye_ƒno yad annenƒtirohati Dalam Chƒndogya Upani‰ad (5.1.15) dinyatakan, na vai vƒco na cak‰_„‰i na _rotrƒ†i na manƒ„sOEty ƒcak‰ate prƒ†a iti evƒcak‰ate prƒ†o hy evaitƒni sarvƒ†i bhavanti: ÐDi dalam badan makhluk hidup, unsur yang paling penting bukan daya bicara, daya melihat, daya mendengar, maupun daya berpikir; yang paling penting ialah nyawa, pusat segala kegiatan." Begitu pula, ŽrOE Vƒsudeva, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, ŽrOE K‚‰†a, adalah Kepribadian Yang Paling Utama di dalam segala sesuatu. Di dalam badan ini ada daya bicara, melihat, mendengar, kegiatan pikiran, dan sebagainya. Tetapi segala unsur itu tidak penting bila tidak ada hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena Vƒsudeva berada di mana-mana dan segala sesuatu adalah Vƒsudeva, seorang penyembah menyerahkan diri dalam
pengetahuan yang lengkap (lihat Bhagavad-gOEtƒ 7.17. dan 11.40). Bab 2 Sloka 40 Dalam usaha ini tidak ada kerugian ataupun pengurangan, dan sedikitpun kemajuan dalam menempuh jalan ini dapat melindungi seseorang terhadap rasa takut yang paling berbahaya. PENJELASAN: Kegiatan dalam kesadaran K‚‰†a, atau bekerja demi keuntungan K‚‰†a tanpa mengharapkan kepuasan indria-indria, adalah sifat rohani pekerjaan tertinggi. Kalau seseorang memulai kegiatan ini secara kecil saja ia tidak akan menemukan alangan, dan permulaan yang kecil itu tidak mungkin hilang pada suatu tahap. Pekerjaan mana pun yang dimulai pada tingkat material harus diselesaikan, kalau tidak demikian, seluruh usaha akan gagal. Tetapi pekerjaan apapun yang dimulai dalam kesadaran K‚‰†a membawa efek yang kekal, walaupun pekerjaan itu belum diselesaikan. Karena itu, pelaksanaan pekerjaan seperti itu tidak mengalami kerugian, walaupun pekerjaannya dalam kesadaran K‚‰†a kurang lengkap. Satu persenpun yang dilakukan dalam kesadaran K‚‰†a membawa hasil yang kekal, sehingga awal berikutnya mulai dari tingkat dua persen; sedangkan dalam kegiatan material, tanpa sukses seratus persen, tidak ada keuntungan. Ajƒmila melaksanakan tugas kewajibannya dalam kesadaran K‚‰†a sampai beberapa persen, tetapi atas karunia Tuhan akhirnya hasil yang dinikmatinya seratus persen. Dalam _rOEmad-Bhƒgavatam (1.5.17) ada ayat yang baik sekali sehubungan dengan hal ini: tyaktvƒ sva-dharma„ cara†ƒmbuja„ harer bhajann apakvo 'tha patet tato yadi yatra kva vƒbhadram abh_d amu‰ya ki„ ko vƒrtha ƒpto 'bhajatƒ„ sva-dharmata‹ ÐKalau seseorang meninggalkan tugas-tugas kewajibannya dan bekerja dalam Kesadaran K‚‰†a kemudian jatuh karena belum menyelesaikan pekerjaannya, apa kerugiannya? Sedangkan apa keuntungan seseorang kalau ia melakukan kegiatan materialnya secara sempurna?" Atau, sebagai perbandingan dinyatakan dalam kitab Injil: ÐApakah keuntungan bagi seseorang kalau ia memperoleh seluruh dunia, namun mengalami kerugian rohnya yang kekal?" Kegiatan material dan hasilnya berakhir pada saat badan hancur. Tetapi pekerjaan dalam kesadaran K‚‰†a membawa seseorang sampai Kesadaran K‚‰†a sekali lagi, bahkan setelah dia kehilangan badannya. Sekurang-kurangnya seseorang pasti mendapat kesempatan untuk dilahirkan lagi sebagai ma2.40 Ringkasan Isi Bhagavad-gOEtƒ 125 nusia dalam penjelmaan berikutnya, baik dalam keluarga brƒhma†a yang mempunyai kebudayaan tinggi atau dalam keluarga bangsawan kaya yang akan memberikan kesempatan kepadanya untuk maju lagi dalam bhakti. Itulah sifat istimewa pekerjaan yang dilakukan dalam kesadaran K‚‰†a.
Bab 2 Sloka 69 Malam hari bagi semua makhluk adalah waktu sadar bagi orang yang mengendalikan diri, dan waktu sadar bagi semua makhluk adalah malam hari bagi resi yang mawas diri. PENJELASAN: Ada dua golongan manusia yang cerdas. Yang satu cerdas dalam kegiatan material untuk kepuasan indria-indria, dan yang lain mawas diri dan sadar terhadap pengembangan keinsafan diri. Kegiatan seorang resi yang mawas diri, atau orang yang banyak berpikir, adalah malam hari bagi orang yang sibuk secara material. Orang duniawi tetap tidur selama malam hari seperti itu karena kebodohan mereka terhadap keinsafan diri. Seorang resi yang mawas diri tetap sadar selama Ðmalam hari" orang duniawi. Resi tersebut merasakan kesenangan rohani dalam mengembangkan kebudayaan rohani tahap demi tahap, sedangkan orang yang sibuk dalam kegiatan duniawi tidak sadar terhadap keinsafan diri. Orang duniawi mimpi tentang pelbagai kenikmatan indria-indria. Kadang-kadang ia merasa bahagia dan kadang-kadang berdukacita dalam keadaan tidur yang sedang dialaminya. Orang yang mawas diri selalu acuh terhadap kesenangan dan duka-cita duniawi. Dia, melanjutkan kegiatannya untuk keinsafan diri dan tidak digoyahkan oleh reaksi-reaksi material. Sloka 3.21 Perbuatan apapun yang dilakukan orang besar, akan diikuti oleh orang awam. Standar apa pun yang ditetapkan dengan perbuatannya sebagai teladan, diikuti oleh seluruh dunia. PENJELASAN: Rakyat umum selalu memerlukan pemimpin yang dapat mengajar rakyat dengan tingkah laku yang praktis. Seorang pemimpin tidak dapat mengajar rakyat untuk berhenti merokok kalau dia sendiri merokok. ŽrOE Caitanya Mahƒprabhu mengatakan bahwa seharusnya tingkah laku seorang guru sudah baik bahkan sebelum dia mulai mengajar. Orang yang mengajar dengan cara seperti itu disebut ƒcƒrya, atau guru teladan. Karena itu, seorang guru harus mengikuti prinsip-prinsip _ƒstra (Kitab Suci) untuk mengajar orang awam. Seorang guru tidak dapat membuat peraturan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Kitab-kitab Suci yang sudah diwahyukan. Kitab-kitab Suci, misalnya Manu-sa„hitƒ dan lain sebagainya, dianggap buku-buku baku untuk diikuti oleh masyarakat manusia. Jadi, apa yang diajarkan oleh pemimpin seharusnya berdasarkan prinsip-prinsip _ƒstra-_ƒstra baku seperti itu. Orang yang ingin memperbaiki dirinya harus mengikuti aturan baku sebagaimana dipraktekkan oleh para guru besar. _rOEmad-Bhƒgavatam juga membenarkan bahwa hendaknya seseorang mengikuti langkahlangkah penyembah-penyembah yang mulia, dan itulah cara maju dalam menempuh jalan keinsafan rohani. Seorang raja, atau pemimpin negara, ayah dan guru di sekolah semua dianggap pemimpin yang wajar bagi rakyat umum yang tidak berdosa. Semua pemimpin tersebut harus memikul tanggung jawab
yang besar terhadap bawahannya. Karena itu, mereka harus menguasai kitab-kitab baku yang berisi rumus-rumus moral dan rumus-rumus rohani. Bab 7 Sloka 3 Di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang berusaha untuk mencapai kesempurnaan, dan di antara mereka yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir tidak ada satupun yang mengetahui tentang Diri-Ku dengan sebenarnya. PENJELASAN: Ada berbagai tingkat manusia, dan di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang cukup tertarik pada keinsafan rohani hingga ia berusaha mengetahui apa itu sang roh, apa itu badan, dan apa itu Kebenaran Mutlak. Pada umumnya manusia hanya sibuk di dalam kegiatan seperti binatang yaitu; makan, tidur, membela diri dan berketurunan, dan hampir tiada seorangpun yang tertarik pada pengetahuan rohani. Enam bab pada awal Bhagavad-gOEtƒ dimaksudkan untuk orang yang tertarik pada pengetahuan rohani, untuk mengerti tentang sang roh, Roh Yang Utama dan cara keinsafan melalui jŠƒna-yoga, dhyƒna-yoga dan cara membedakan antara sang roh dan alam. Akan tetapi, K‚‰†a hanya dapat dikenal oleh orang yang sadar akan K‚‰†a. Rohaniwan lainnya barangkali mencapai keinsafan terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi, sebab keinsafan ini lebih mudah daripada mengerti tentang K‚‰†a. K‚‰†a adalah Kepribadian Yang Paling Utama, tetapi pada waktu yang sama Beliau berada di luar jangkauan pengetahuan Brahman dan Paramƒtmƒ. Para yogOE dan para jŠƒnOE bingung dalam usaha-usaha mereka untuk mengerti tentang K‚‰†a. Walaupun yang paling terkemuka di antara orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, yaitu ŽrOEpƒda Ža…karƒcƒrya, dalam penafsiran beliau tentang Bhagavad-gOEtƒ beliau juga mengakui bahwa K‚‰†a adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Namun para pengikut Ža…karƒcƒrya tidak mengakui K‚‰†a sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab sangat sulit mengenal K‚‰†a, walaupun seseorang sudah mencapai keinsafan rohani terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi. K‚‰†a adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab segala sebab, ŽrOE Govinda yang asli. oe_vara‹ parama‹ k‚‰†a‹ saccidƒnandavigraha‹/anƒdir ƒdir govinda‹ sarva kƒra†a-kƒra†am. Orang yang bukan penyembah sulit sekali mengenal K‚‰†a. Walaupun mereka menyatakan bahwa jalan bhakti, atau pengabdian rohani sangat mudah, mereka tidak akan sanggup mempraktekkan cara bhakti. Kalau memang jalan bhakti begitu mudah, seperti yang dikatakan oleh golongan orang yang bukan penyembah, mengapa mereka memilih jalan yang lain dan sulit? Sebenarnya, jalan bhakti tidak mudah. Sesuatu yang hanya namanya saja jalan bhakti yang dipraktekkan oleh orang yang tidak berkualifikasi, karena mereka tanpa pengetahuan tentang bhakti barangkali tampaknya mudah, namun apabila bhakti dipraktekkan secara nyata menurut aturan dan peraturan, mereka para sarjana dan para filosof yang berangan-angan pikiran akan jatuh dari
7.3 Pengetahuan Tentang Yang Mutlak 365 jalan itu. ŽrOEla Rłpa GosvƒmOE menulis di dalam karyanya berjudul Bhaktirasƒm‚ ta-sindhu (1.2.101): _ruti-sm‚ti-purƒ†ƒdi- paŠcarƒtra-vidhi„ vinƒ aikƒntikOE harer bhaktir utpƒtƒyaiva kalpate ÐBhakti kepada Tuhan yang mengabaikan kesusasteraan Veda yang dibenarkan, misalnya Upani‰ad-upani‰ad, Purƒ†a-purƒ†a, dan Nƒrada-paŠcarƒtra, hanya merupakan gangguan yang tidak diperlukan di dalam masyarakat." Bagi yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan sudah menginsafi Brahman atau yogOE yang sudah menginsafi Paramƒtmƒ tidak mungkin mengerti tentang K‚‰†a Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebagai putera ibu YaŁodƒ atau kusir kereta Arjuna. Para dewa yang muliapun kadangkadang bingung tentang K‚‰†a: K‚‰†a bersabda, (muhyanti yat s_raya‹). Mƒ„ tu veda na ka_cana, ÐTiada seorangpun yang mengenal Diri-Ku dengan sebenarnya." Kalau seseorang sungguh-sungguh mengenal K‚‰†a, maka sa mahƒtmƒ sudurlabha‹. ÐRoh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan." Karena itu, kalau seseorang tidak melakukan latihan bhakti kepada Tuhan, ia tidak dapat mengenal K‚‰†a dengan sebenarnya (tattvata‹), walaupun ia sarjana yang hebat atau ahli filsafat. Hanya para penyembah yang murni dapat mengetahui sesuatu tentang sifat-sifat rohani yang tidak terhingga di dalam K‚‰†a, di dalam sebab segala sebab, dalam Kemahakuasaan dan kemewahan Beliau, dan di dalam kekayaan, kemashyuran, kekuatan, ketampanan, pengetahuan dan ketidakterikatan Beliau, sebab K‚‰†a bersikap murah hati terhadap para penyembah-Nya. K‚‰†a adalah kata terakhir dalam keinsafan Brahman, dan hanya para penyembah dapat menginsafi Beliau dengan sebenarnya. Karena itu, dinyatakan: ata‹ _rOE-k‚‰†a-nƒmƒdi na bhaved grƒhyam indriyai‹ sevonmukhe hi jihvƒdau svayam eva sphuraty ada‹ ÐTiada seorangpun yang dapat mengerti tentang sifat rohani, nama, bentuk, sifat dan kegiatan K‚‰†a melalui indria-indrianya yang dicemari secara material. Tetapi K‚‰†a memperlihatkan Diri-Nya kepada para penyembah karena K‚‰†a menyayangi mereka atas cinta-bhakti rohani mereka kepada Beliau." (Bhakti-rasƒm‚ta-sindhu 1.2.234). Sloka 9.2 Pengetahuan ini adalah raja pendidikan, yang paling rahasia di antara segala rahasia. Inilah pengetahuan yang paling murni, pengetahuan ini adalah kesempurnaan dharma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri secara langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan riang. PENJELASAN: Bab dari Bhagavad-gOEtƒ ini disebut raja pendidikan karena bab ini adalah hakekat segala ajaran dan filsafat yang telah dijelaskan sebelumnya. Tersebutlah beberapa di antara filosof-filosof yang paling terkemuka
dalam sejarah India bernama Gautama, Ka†ƒda, Kapila, YƒjŠavalkya, Žƒ†ˆilya dan VaiŁvƒnara. Akhirnya ada Vyƒsadeva, penyusun Vedƒnta-s_tra. Jadi, tidak ada kekurangan pengetahuan di bidang filsafat atau pengetahuan rohani. Sekarang ŽrOE K‚‰†a menyatakan bahwa Bab Sembilan ini adalah raja segala pendidikan tersebut, hakekat segala pengetahuan yang dapat diperoleh dengan mempelajari Veda dan berbagai jenis filsafat. Pengetahuan ini paling rahasia, sebab pengetahuan rahasia atau pengetahuan rohani di luar hal-hal duniawi menyangkut pengertian perbedaaan antara roh dan badan. Raja segala pengetahuan rahasia memuncak dalam bhakti. Pada umumnya, orang tidak dididik dalam pengetahuan rahasia tersebut; mereka dididik di bidang pengetahuan lahiriah. Di bidang pendidikan biasa, orang sibuk dalam berbagai bidang pengetahuan; politik, ilmu sosial, fisika, kimia, matematika, ilmu perbintangan, ilmu mesin, dan sebagainya. Ada banyak bidang pengetahuan di seluruh dunia dan banyak universitas yang ternama tetapi sayang sekali, belum ada universitas ataupun lembaga pendidikan yang memberi pelajaran tentang ilmu pengetahuan sang roh. Padahal bagian yang terpenting dalam badan ialah sang roh; tanpa adanya sang roh, badan tidak berguna. Namun orang sangat mementingkan kebutuhan jasmani dalam kehidupan, tanpa mempedulikan sang roh yang hidup. Dalam Bhagavad-gOEtƒ, khususnya dari Bab Dua dan selanjutnya, pentingnya sang roh ditegaskan. Pada permulaan, ŽrOE K‚‰†a menyatakan bahwa badan ini dapat dimusnahkan sedangkan sang roh tidak dapat dimusnahkan (antavanta ime dehƒ nityasyoktƒ‹ _arOEri†a‹). Itulah bagian pengetahuan yang rahasia: Mengetahui bahwa sang roh berbeda dari badan ini dan sifat sang roh bersifat kekal dan tidak dapat diubah atau dibinasakan. Tetapi pengetahuan itu belum memberi keterangan positif tentang sang roh. Kadangkadang, orang mempunyai kesan seolah-olah sang roh berbeda dari badan, dan apabila badan habis, atau seseorang dibebaskan dari badan, sang roh tinggal dalam kekosongan dan tidak bersifat pribadi lagi. Tetapi hal itu bukanlah kenyataan yang sebenarnya. Sang roh sangat giat selama ia berada di dalam badan. Bagaimana mungkin sang roh tidak giat sesudah dibebaskan dari badan? Sang roh selalu giat. Jika sang roh bersifat kekal, ia giat untuk selamanya, dan kegiatan sang roh di kerajaan rohani adalah bagian yang paling rahasia dalam pengetahuan rohani. Karena itu, kegiatan sang roh tersebut ditunjukkan di sini sebagai raja segala pengetahuan. 448 Bhagavad-gOEtƒ Menurut Aslinya 9.2 Pengetahuan ini adalah bentuk termurni segala kegiatan, sebagaimana dijelaskan di dalam kesusasteraan Veda. Dalam Padma Purƒ†a, kegiatan manusia yang berdosa sudah dianalisis dan dibuktikan bahwa kegiatan berdosa itu adalah akibat rangkaian dosa yang tertumpuk satu sama lain. Orang yang sibuk dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala terlibat dalam berbagai tahap dan bentuk reaksi dosa. Misalnya, bila biji pohon tertentu ditanam, pohon tidak segera tumbuh; pertumbuhan itu perlu waktu. Pertama-tama, biji pohon itu adalah semi yang kecil. Kemudian pada tahap permulaan, pohon itu berbentuk bibit yang kecil, lalu bibit itu berubah menjadi pohon. Sesudah beberapa waktu pohon berbunga dan berbuah.
Jika pohon sudah lengkap, buah dan bunganya dinikmati oleh orang yang telah menanam bibit pohon itu. Begitu pula, orang yang melakukan kegiatan yang berdosa, bagaikan perkembangan bibit, dosa itu berbuah sesudah beberapa waktu. Ada beberapa tahapan. Mungkin orang yang bersangkutan sudah berhenti melakukan perbuatan yang berdosa, tetapi hasil atau buah perbuatan yang berdosa itu masih harus diterimanya. Ada dosa yang masih dalam bentuk benih, adapun dosa-dosa lain yang sudah berbuah dan kita harus menerima akibatnya sebagai rasa duka dan rasa sakit. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat kedua puluh delapan dari Bab Tujuh, orang yang sudah mengakhiri sama sekali segala reaksi kegiatannya yang berdosa menjadi tekun sepenuhnya dalam kegiatan saleh, menekuni bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, K‚‰†a, setelah dibebaskan dari hal-hal relatif di dunia material ini. Dengan kata lain, orang yang sungguhsungguh tekun dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah dibebaskan dari segala reaksi. Pernyataan ini dibenarkan dalam Padma Purƒ†a: aprƒrabdha-phala„ pƒpa„ k_‡a„ bOEja„ phalonmukham krame†aiva pralOEyeta vi‰†u-bhakti-ratƒtmanƒm Segala reaksi dosa, baik yang sudah berbuah, tersimpan, maupun dalam bentuk benih, berangsur-angsur lenyap bagi orang yang menekuni bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, daya penyucian bhakti sangat kuat, dan bhakti disebut pavitram uttamam, atau yang paling suci dan murni. Uttama berarti rohani dan melampaui hal-hal duniawi. Tamas berarti dunia material ini atau kegelapan, dan uttama berarti sesuatu yang melampaui kegiatan material. Kegiatan bhakti tidak pernah dianggap material, walaupun kadang-kadang kelihatannya seorang penyembah sibuk seperti manusia biasa. Orang yang dapat melihat dan mengenali bhakti dengan baik mengetahui bahwa bhakti bukan kegiatan material. Kegiatan bhakti semua bersifat rohani, tidak dicemari oleh sifat-sifat material. Dinyatakan bahwa pelaksanaan bhakti sangat sempurna sehingga seseorang dapat melihat hasilnya secara langsung. Hasil langsung itu sungguhsungguh dirasakan, dan kami sudah mengalami secara nyata bahwa siapapun yang mengucapkan nama-nama suci K‚‰†a (Hare K‚‰†a, Hare K‚‰†a, K‚‰†a K‚‰†a, Hare Hare/Hare Rƒma, Hare Rƒma, Rƒma Rƒma, Hare Hare) tanpa berbuat kesalahan, merasakan sejenis kebahagiaan rohani dan dirinya disucikan dari segala pencemaran material dalam waktu yang singkat sekali. Kenyataan ini sungguh-sungguh tampak. Di samping itu, jika seseorang tidak hanya mendengar tetapi juga berusaha menyebarkan amanat kegiatan bhakti, atau kalau dia tekun membantu kegiatan penyebaran kesadaran K‚‰†a, berangsurangsur ia merasakan kemajuan rohani. Kemajuan kehidupan rohani tersebut tidak bergantung kepada sejenis pendidikan atau kwalifikasi sebelumnya. Cara bhakti dengan sendirinya begitu murni sehingga hanya dengan menekuninya seseorang disucikan. Dalam Vedƒnta-s_tra (3.2.26) hal itu juga diuraikan sebagai berikut: prakƒ _a_ ca karma†y abhyƒsƒt. ÐBhakti begitu kuat sehingga hanya dengan menekuni kegiatan bhakti seseorang pasti dibebaskan dari kebodohan." Contoh nyata tentang hal ini dapat dilihat dalam penjelmaan Nƒrada dahulu.
Dalam penjelmaan itu kebetulan Nƒrada dilahirkan sebagai putera seorang pembantu. Dia tidak terdidik, dan juga tidak dilahirkan dalam keluarga yang mempunyai kedudukan tinggi. Tetapi pada waktu ibunya sibuk melayani beberapa penyembah murni, Nƒrada pun menjadi tekun, dan kadang-kadang, bila ibunya sedang ke luar, dia sendiri melayani penyembah-penyembah yang mulia itu. Nƒrada sendiri berkata, ucchi‰‡a-lepƒn anumodito dvijai‹ sak‚t sma bhuŠje tad-apƒsta-kilbi‰a‹ eva„ prav‚ttasya vi_uddha-cetasas tad-dharma evƒtma-ruci‹ prajƒyate Dalam ayat _rOEmad-Bhƒgavatam (1.5.25), Nƒrada menguraikan penjelmaannya yang lalu kepada muridnya yang bernama Vyƒsadeva. Nƒrada mengatakan bahwa pada waktu dia masih anak-anak, dia sibuk sebagai pembantu penyembah-penyembah murni tersebut. Mereka tinggal di sana selama empat bulan. Pada waktu itu dia bergaul dengan mereka secara dekat. Kadangkadang resi-resi itu meninggalkan sisa-sisa makanan pada piringnya. Kemudian anak yang mencuci piring itu ingin mencicipi sisa makanan mereka. Karena itu, dia minta izin kepada penyembah-penyembah yang mulia itu. Setelah diizinkan, Nƒrada mencicipi sisa makanan tersebut. Karena itulah ia dibebaskan dari segala reaksi dosa. Nƒrada terus mencicipi sisa makanan resi-resi yang mulia, sehingga berangsur-angsur hatinya menjadi sesuci resiresi itu. Para penyembah yang mulia itu menikmati rasa bhakti yang dilakukan secara terus menerus kepada Tuhan dengan cara mendengar dan memuji. Tahap demi tahap Nƒrada mengembangkan rasa yang sama. Nƒrada juga berkata: tatrƒnvaha„ k‚‰†a-kathƒ‹ pragƒyatƒm anugrahe†ƒ_‚†ava„ manoharƒ‹ tƒ‹ _raddhayƒ me 'nupada„ vi_‚†vata‹ priya_ravasy a…ga mamƒbhavad ruci‹ Melalui pergaulan dengan para resi, berkembanglah minat dalam hati Nƒrada untuk mendengar dan memuji kebesaran Tuhan, dan dia mengembangkan keinginan yang besar untuk ber-bhakti. Karena itu, sebagaimana diuraikan dalam Vedƒnta-s_tra, prakƒ_a_ ca karma†y abhyƒsƒt: Kalau seseorang hanya menekuni perbuatan bhakti, segala sesuatu akan terungkap kepadanya dengan sendirinya, sehingga dia dapat mengerti. Ini disebut pratyak‰a, yang berarti dilihat secara langsung. Kata dharmyam berarti Ðjalan dharma." Nƒrada sebenarnya putera seorang pembantu. Dia tidak mendapat kesempatan untuk disekolahkan. Dia hanya membantu ibunya. Untungnya ibunya melayani para penyembah. Nƒrada yang masih anak-anak juga mendapat kesempatan, dan hanya dengan pergaulan saja ia mencapai tujuan tertinggi segala kegiatan dharma. Tujuan tertinggi segala kegiatan dharma ialah bhakti, sebagaimana dinyatakan dalam _rOEmad-Bhƒgavatam (sa vai pu„sƒ„ paro dharmo yato bhaktir adhok‰aje). Orang yang taat pada prinsip-prinsip dharma pada umumnya tidak mengetahui bahwa kesempurnaan tertinggi kegiatan dharma ialah tercapainya bhakti. Sebagaimana sudah kita bicarakan berhubungan dengan ayat
terakhir dari Bab Delapan (vede‰u yajŠe‰u tapa‹su caiva), pada umumnya pengetahuan Veda diperlukan untuk keinsafan diri. Tetapi dalam contoh ini, walaupun Nƒrada tidak duduk di bangku perguruan sekolah kerohanian dan belum dididik dalam prinsip-prinsip Veda, ia mencapai hasil tertinggi pelajaran Veda. Proses tersebut begitu kuat sehingga walaupun seseorang tidak melaksanakan proses dharma secara teratur, ia dapat di angkat sampai kesempurnaan tertinggi. Bagaimana mungkin demikian? Ini juga dibenarkan dalam kesusasteraan Veda; ƒcƒryavƒn puru‰o veda. Walaupun orang yang bergaul dengan ƒcƒrya-ƒcƒrya yang mulia belum terdidik atau belum pernah mempelajari Veda, ia dapat menguasai segala pengetahuan yang dibutuhkan untuk keinsafan. Proses bhakti adalah proses yang sangat membahagiakan (su-sukham). Mengapa? Bhakti terdiri dari _rava†a„ kOErtana„ vi‰†o‹. Jadi, seseorang dapat mendengar pujian kebesaran Tuhan atau mendengar ceramah-ceramah filsafat mengenai pengetahuan rohani yang diberikan oleh ƒcƒrya-ƒcƒrya yang dibenarkan. Dengan cara duduk saja seseorang dapat memperoleh pengetahuan. Kemudian dia dapat mencicipi sisa makanan yang dipersembahkan kepada Tuhan; makanan yang enak dan lezat. Bhakti bersifat riang dalam segala keadaan. Seseorang dapat merasakan bhakti dalam keadaan miskin sekalipun. K‚‰†a bersabda, patra„ pu‰pa„ phala„ toyam: K‚‰†a bersedia menerima jenis persembahan manapun dari seorang penyembah. Daun, bunga, buah atau air, yang tersedia di mana-mana di dunia, dapat dipersembahkan oleh semua orang, walau bagaimanapun kedudukannya dalam masyarakat, dan persembahan itu akan diterima bila dipersembahkan dengan cintabhakti. Ada banyak contoh mengenai hal ini dalam sejarah. Hanya dengan mencicipi daun tulasOE yang telah dipersembahkan pada kaki-padma K‚‰†a, resi-resi yang mulia seperti Sanat-kumƒra menjadi penyembah-penyembah yang mulia. Karena itu, proses bhakti sangat baik, dan dapat dilaksanakan dengan riang. K‚‰†a hanya menerima cinta-bhakti atas benda-benda yang dipersembahkan kepada-Nya. Di sini dinyatakan bahwa bhakti berada untuk selamanya. Pendapat para filosof MƒyƒvƒdOE tentang hal ini tidak benar. Kadang-kadang mereka mulai melakukan sesuatu yang hanya namanya saja bhakti. Tetapi maksud mereka ialah meneruskan bhakti selama mereka belum mencapai pembebasan, tetapi akhirnya, kalau mereka sudah mencapai pembebasan, mereka akan Ðmenunggal dengan Tuhan." Melakukan bhakti secara sementara sampai batas waktu tertentu itu tidak dapat diakui sebagai bhakti yang murni. Bhakti yang sejati berjalan terus, bahkan sesudah seseorang mencapai pembebasan sekalipun. Bila seorang penyembah memasuki planet rohani di kerajaan Tuhan, di sana pula dia tekun mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia tidak berusaha menunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagavad-gOEtƒ akan dilihat bahwa bhakti yang sejati dimulai sesudah pembebasan. Sesudah seseorang mencapai pembebasan, bila ia mantap pada kedudukan Brahman (brahma-bh_ta), bhakti-nya dimulai (sama‹ sarve‰u bh_te‰u mad-bhakti„ labhate parƒm). Tiada seorangpun yang dapat memahami Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan pelaksanaan
karma-yoga, jŠƒna-yoga, a‰‡ƒ…ga-yoga atau jenis yoga yang lain secara tersendiri. Cara-cara yoga tersebut barangkali memungkinkan seseorang maju sedikit menuju bhakti-yoga, tetapi tanpa mencapai tingkat bhakti, seseorang tidak dapat mengerti apa arti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam _rOEmad-Bhƒgavatam, juga dibenarkan bahwa bila seseorang sudah disucikan dengan cara melaksanakan proses bhakti, khususnya dengan mendengar _rOEmad-Bhƒgavatam atau Bhagavad-gOEtƒ dari orang yang sudah insaf akan dirinya, dan dia dapat mengerti ilmu pengetahuan tentang K‚‰†a, atau ilmu pengetahuan tentang Tuhan Yang Maha Esa. Eva„ prasanna-manaso bhagavad-bhakti-yogata‹. Bila hati seseorang sudah disucikan dari segala hal yang bukan-bukan, ia dapat mengerti arti Tuhan. Jadi, proses bhakti, kesadaran K‚‰†a, adalah raja segala pendidikan dan raja segala pengetahuan rahasia. Proses bhakti adalah bentuk kegiatan dharma termurni, dan dapat dilaksanakan dengan riang tanpa kesulitan. Karena itu, sebaiknya orang mulai melakukan proses bhakti tersebut.