Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134
Pengetahuan Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Cagar Alam Raya Pasi Kota Singkawang Hangi Aziarsih1, Rizalinda1, Irwan Lovadi 1 1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email korespondensi:
[email protected] Abstract
Raya Pasi Nature Reserve is located in Singkawang region of West Kalimantan that is managed by Natural Resources Conservation Agency of Department of Forestry. By gathering data which was related to the knowledge and attitude of the people toward nature reserve and biodiversity can avoid the conflict among local people and conservation area management. The aim of this study was to investigate the knowledge and attitude of the people toward the conservation area and protected plant conservation in Raya Pasi Nature Reserve. This study was conducted in 3 months from March to May 2012. The data was collected by random sampling quetionaire technique and interview which was given to the resident from three villages adjacent to Raya Pasi Nature Reserve, i.e.Pangmilang village, Bagak Sahwa village, and Sagatani village. The result showed that most resident from those villages know about Raya Pasi Nature Reserve and they generally understand about its function. The resident from those three villages have the knowledge and general perception about the plants which protected by the government. Based on the survey, it is known that26% people from those villages got the information and knowledge fromtelevision and only about 5% people got it from the newspaper. Keywords: Public perception, Raya Pasi Nature Reserve, attitude PENDAHULUAN Departemen Kehutanan RI (1993) telah menetapkan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) di Indonesia seluas 23.214.626,57 Ha (hektar). Kawasan konservasi yang tersebar di seluruh Provinsi Kalimantan Barat secara total memiliki luas 598.827,1 Ha. Kawasan Suaka Alam di Kalimantan Barat terdiri dari Cagar Alam, sedangkan Kawasan Pelestarian Alam terdiri dari Taman Nasional.Setiap kawasan memiliki kekayaan flora dan fauna termasuk yang dilindungi serta memiliki beberapa tipe ekosistem yang unik didalamnya (BKSDA, 2008). Salah satu kawasan yang termasuk Kawasan Suaka Alam di Kalimantan Barat adalah Cagar Alam Raya Pasi di Kota Singkawang.Kawasan ini berada di wilayah Kota singkawang dengan luas sekitar 3.742 Ha dan terletak terletak di Kecamatan Singkawang Timur dan Kecamatan Singkawang Selatan (BKSDA, 2008). Keberadaan Cagar Alam sangat besar manfaatnya, keanekaragaman sumberdaya alam hayati yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia yang meliputi berbagai aspek seperti ekonomi, ekologi, sosial maupun budaya. Upaya untuk menjaga kawasan dari kerusakan dan dapat menyebabkan gangguan Cagar Alam juga dilakukan, tidak hanya mencegah tejadinya perambahan kawasan oleh aktivitas manusia, akan tetapi juga mencegah pencurian dan pembakaran hutan. Pelaksanaan dalam pengelolaan hutan, yang harus diperhatikan adalah nilai-nilai budaya masyarakat, aspirasi dan persepsi masyarakat, serta memperhatikan hak-hak rakyat, dan oleh karena itu harus melibatkan peran serta masyarakat setempat (Departemen Kehutanan, 1993). Sampai saat ini informasi pengetahuan dan persepsi mengenai konservasi kawasan dan Flora dilindungi di Cagar Alam Raya Pasi Kota Singkawang belum terdokumentasi.Informasi untuk melengkapi data dalam rangka pengembangan kawasan konservasi perlu dilakukan sebagai upaya antisipasi terhadap isu konflik yang mungkin terjadi. 125
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134
BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari Maret 2012 sampai Mei 2012. Pengumpulan data dilaksanakan di tiga desa yang berbatasan langsung dengan kawasan cagar alam yaitu Desa Pangmilang, Desa Bagak Sahwa dan Desa Sagatani.
Keadaan Umum Lokasi Penelitian Cagar alam Raya Pasi terletak antara 108º59‟00” 109º07‟40”BT dan 0º48‟30” – 0‟52‟20”LU (Gambar 1). Kawasan ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Singkawang Timur dan Singkawang Selatan serta sebagian kecil masuk dalam wilayah Kabupaten Bengkayang.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Objek Penelitian Objek yang diteliti adalah masyarakat dari Desa Pangmilang, Desa Bagak Sahwa dan Desa Sagatani di Kecamatan Singkawang Timur dan Singkawang Selatan. Alat Penelitian Peta lokasi penelitian, kamera, kalkulator, lembar kuisioner dan alat tulis. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukandengan teknik pencuplikan acak menggunakan kuisioner dan wawancara (Arikunto, 2006).Jumlah sampel dari tiap desa yang di cuplik mengikuti estimasi dari Arikunto (2006) sebanyak 10% dari total populasi. Jumlah total sampel yang diambilberdasarkan kepala keluarga (KK) yaitu sebanyak 206 orang. Penentuan syarat sebagai responden adalah sebagai berikut: 1. menempati satu rumah sendiri, kecuali masih tinggal di rumah orang tua 2. laki-laki dan perempuan 3. usia minimal 17 tahun
4. penduduk asli setempat 5. sehat jasmani dan rohani Kuisioner Kuisioner yang digunakan, terdiri atas pertanyaan untuk mengevaluasi pengetahuan dan persepsimasyarakat terhadap kawasan konservasi dan flora yang dilindungi.Wawancara formal dilakukan dengan masing-masing responden yang telah dipilih.Wawancara informal dengan masingmasing responden ditambahkan untuk mengkonfirmasi hasil wawancara formal dengan kuisioner.Informasi umum dikumpulkan dengan wawancara informal, semi terstruktur dengan responden kunci seperti pemimpin desa, tetua desa, serta masing-masing responden, untuk memperkuat dan memperkaya hasil wawancara kuisioner formal (Harada, 2003). Analisa data Tes Chi-kuadrat digunakan untuk menguji setiap pertanyaan dalam rangka menentukan perbedaan pengetahuan dan persepsi responden dari tiga desa yang berbatasan dengan Cagar Alam Raya Pasi 126
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134
Kota Singkawang. Pengujian hasil kuisioner dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (X2) (Harada, 2003). Analisis data statistik menggunakan program SPSS 17 (Priyatno, 2009).
paling banyak bekerja sebagai wiraswasta (44%). Jumlah penduduk yang paling terendah bekerja sebagai petani (10,1%). Jika dilihat untuk Desa Bagak Sahwa paling banyak yaitu bekerja sebagai wiraswasta (42,2%) dan yang terendah bekerja sebagai petani (13,3%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat pendidikan responden untuk Desa Pangmilang, Desa Sagatani dan Desa Bagak Sahwa paling banyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan nilai persentase berturut-turut 43,1%, 47% dan 48,9%. Tingkat pendidikan respoden untuk Desa Pangmilang, Desa Sagatani dan Bagak Sahwa paling sedikit adalah Perguruan tinggi, dengan persentase nilai berturut-turut yaitu 13,7%, 7,5 dan 13,3%.
Hasil Data Demografi Responden Berdasarkan data demografi dari hasil wawancara, sebagian besar responden dari ketiga desa yang berkerja sebagai wiraswasta, dan lainnya sebagai pegawai negeri, petani, ibu rumah tangga dan lainlain.
Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat terhadap Cagar Alam Raya Pasi telah diuji dengan menggunakan sepuluh pertanyaan, sebagaimana tertera pada Tabel 1 dibawah ini.
Hasil wawancara jumlah penduduk di Desa Pangmilang ditinjau dari mata pencarian, paling banyak yaitu bekerja sebagai wiraswasta (36,8%), sedangkan yang terendah adalah sebagai petani (8,44%). Jumlah penduduk di Desa Sagatani yang
Tabel 1. Pengetahuan Masyarakat terhadap Cagar Alam Raya Pasi (Angka dalam Kurung Menunjukan Persentase) Pangmilang
Bagak Sahwa
Ya
Tidak
Ya
Apakah anda tahu apa itu Cagar Alam?
73 (76,84)
22 (23,16)
36 (80)
2
Apakah anda mengetahui keberadaan Cagar Alam di sekitar anda?
81 (85,26)
14 (14,74)
3
Apakah anda tahu fungsi dari Cagar Alam Raya Pasi?
78 (82,10)
4
Apakah anda tahu instansi yang mengelola Cagar Alam Raya Pasi ini?
5
6
No
Pertanyaan
1
7
Sagatani
X2 Hitung
DB
P
23 (34,85)
3.901
2
0.142
44 (66,66)
22 (33,34)
7.766
2
0.021*
11 (24,45)
36 (54,54)
30 (45,46)
15.015
2
0.001*
22 (48,88)
23 (51,12)
22 (33,33)
44 (66,67)
9.257
2
0.01*
65 (68,43)
25 (55,55)
20 (44,45)
41 (62,12)
25 (37,88)
16.454
2
0,001*
32 (33,68)
63 (66,32)
34 (35,78)
11 (64,22)
19 (28,78)
47 (71,22)
28.324
2
0,001*
67 (70,52)
28 (29,48)
33 (73,33)
12 (26,67)
32 (48,48)
34 (51,52)
10.362
2
0.006*
Tidak
Ya
Tidak
(20)
43 (65,15)
35 (77,77)
10 (22,23)
17 (17,90)
34 (75,55)
40 (42,10)
55 (57,90)
Apakah anda pernah melihat tanda atau batas dari Cagar Alam Raya Pasi ini?
30 (31,57)
Apakah anda tahu jika memasuki kawasan konservasi menggunakan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi(SIMAKSI)? Apakah anda tahu bahwa cagar alam memiliki fungsi bukan sebagai objek wisata?
9
127
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134 Lanjutan Tabel 1. Pangmilang No
Pertanyaan
8
9
10
Bagak Sahwa
Sagatani
X2 Hitung
DB
P
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Apakah anda mengetahui larangan menggunakan lahan di dalam kawasan cagar AlamRaya Pasi ini?
73 (76,84)
22 (23,16)
32 (71,11)
13 (28,89)
40 (60,60)
26 (39,40)
4,94
2
0,085*
Apakah anda mengetahui apabila melakukan pelanggaran seperti menebang pohon, merambah hutan, atau kegiatan yang bersifat illegal akan dikenakan sanksi? Apakah anda pernah melihat atau mendengar peraturan atau perundang-undangan mengenai konservasi kawasan?
74 (77,89)
21 (22,11)
35 (77,77)
10 (22,23)
40 (60,60)
26 (39,40)
6.67
2
0.036*
69 (72,63)
26 (27,37)
30 (66,66)
15 (33,34)
34 (51,51)
32 (48,49)
7.701
2
0.021*
Keterangan : DB (Derajat Bebas), P ( Probabilitas), * (Berbeda Nyata)
Sebagian besar responden dari tiga desa mengetahui defenisi dari cagar alam.Hasil analisis statistik menunjukan bahwa, jawaban dari ketiga desa untuk pertanyaan No.1 proporsinya tidak berbeda nyata.Hasil jawaban kuisioner responden menunjukan bahwa sebagian besar dari ketiga desa mengetahui keberadaan cagar alam. Hasil jawaban pertanyaan No.2 untuk Desa Pangmilang, Desa Sagatani dan Desa Bagak Sahwa sebagian besar juga, mengetahui keberadaan cagar alam akan tetapi hanya mengetahui bahwa mereka berada disekitar kawasan konservasi atau kawasan yang dilindungi. Jika dilihat jawaban dari (Tabel 1) hasil analisa statistiknya berbeda nyata. Berdasarkan hasil data penelitan menunjukan 82,10% responden di Desa Pangmilang dan 75,55% di Bagak yang mengetahui fungsi dari cagar alam, untuk Desa Sagatani responden yang mengetahui fungsi dari cagar alam hampir setengahnya (54,54%) responden. Hasil analisis statistik menunjukan adanya perbedaan jawaban antara ketiga desa (Tabel 1). Hasil analisa statistik menunjukan, sekitar 42,10% responden Desa Pangmilang, 48,88% di Desa Bagak Sahwa dan 33,33% di Desa Sagatani mengetahui instansi yang mengelola kawasan Cagar Alam Raya Pasi. Masyarakat di Desa Pangmilang dan Bagak Sahwa tidak pernah melihat tanda atau batas Cagar Alam Raya Pasi. Responden di DesaSagatani cukup banyak yang
pernah melihat tanda atau batas Cagar Alam (62,12%). Sebagian besar responden dari ketiga desa tidak mengetahui mengenai Surat Izin Masuk Kawasan Konseravasi (SIMAKSI).Hasil analisa statistik menunjukan untuk pertanyaan No.5 dan No.6 jawaban dari ketiga desa proporsinya berbeda nyata. Peruntukan fungsi dari kawasan cagar alam bukan sebagai objek wisata menunjukan bahwa responden dari Desa Pangmilang (70,52%) dan Bagak Sahwa (73,33%) (Tabel 1). Hampir sebagian masyarakat di Desa Sagatani (48,48%) tidak mengetahui peruntukkan kawasan cagar alam bukan sebagai kawasan objek wisata. Proporsi jawaban dari ketiga desa menunjukan adanya perbedaan.Responden dari ketiga desa sebagian besar mengetahui bahwa adanya larangan menggunakan lahan di dalam kawasan cagar alam, 76,84% di Desa Pangmilang, 71,11% di Desa Bagak Sahwa dan 60,60% di Desa Sagatani. Hasil analisa statisik menunjukan proporsi yang berbeda nyata. Jawaban dari pertanyaan No. 9 dan 10 yaitu adanya sanksi apabila masyarakat melakukan pelanggaran seperti menebang pohon, merambah hutan dan kegiatan lainnnya yang bersifat illegal serta perundangan mengenai kawasan konservasi, sebagian besar masyarakat dari ketiga desa mengetahuinya.Sumber informasi dari pertanyaan diperoleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 2.
128
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134
Gambar 2 . Sumber Informasi Desa Pangmilang, Desa Bagak Sahwa dan Desa Sagatani Tentang Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Terhadap Cagar Alam Raya Pasi
Responden di Desa Pangmilang, mengetahui informasi mengenai Cagar Alam Raya Pasi paling banyak diperoleh dari televisi yaitu sekitar 21% (Gambar 2). Sumber informasi yang diperoleh paling sedikit yaitu dari koran atau sekitar 4,21%. Sumber informasi mengenai kawasan Cagar Alam Raya Pasi yang diperoleh masyarakat di Desa Bagak sahwa paling banyak dari televisi (28,78%). Sumber informasi yang paling sedikit didapatkan dari koran, poster dan buku masingmasing yaitu 3,03%. Masyarakat di Desa Sagatani mendapatkan informasi mengenai kawasan konservasi Cagar Alam Raya Pasi paling banyak diperoleh dari
keluarga (24,44%). Sumber informasi diperoleh paling sedikit yaitu radio (4,44%). Responden dari ketiga desa paling banyak mengetahui mengenai cagar alam termasuk Cagar Alam Raya Pasi diperoleh dari televisi (26%). Nilai yang paling terendah didapat dari Koran (5%).
Pengetahuan dan Persepsi terhadap flora yang dilindungi
masyarakat
Hasil analisis pernyataan untuk setiap pertanyaan dengan menggunakan Chi-kuadrat dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Flora yang dilindungi untuk pernyataan Ya dan Tidak (Angka dalam Kurung Menunjukan Persentase) Pangmilang No
Pertanyaan
11
Apakah Anda tahu bahwa bunga Anggrek ngengat (Phalaenopsis spp), Anggrek lilin (Aerides odoratum), Rafflesia (Rafflesiatuan -mudae), Kantong semar/kera dan Bunga bangkai (Amorphophallus spp) tergolong kelompok tumbuhan liar yang dilindungi oleh pemerintah?
Bagak Sahwa
Sagatani
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
80 (84,21)
15 (15,79)
33 (73,33)
12 (26,67)
33 (50)
33 (50)
X2 Hitung
DB
P
22.248
2
0,001*
129
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134 Lanjutan Tabel 2. Pangmilang No 12
Bagak Sahwa
Sagatani
Pertanyaan Apakah Anda tahu bahwa Anda dapat dikenakan sanksi jika mengambil dan memperdagangkan tumbuhan liar dilindungi dari dalam kawasan Cagar Alam Raya Pasi?
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
82 (86,31)
13 (13,69)
33 (73,33)
12 (26,67)
37 (56,06)
29 (43,94)
X2 Hitung
DB
P
18,437
2
0,001*
Keterangan : DB (Derajat Bebas), P ( Probabilitas), * (Berbeda Nyata)
Hasil penelitian menunjukkan responden untuk Desa Pangmilang dan Bagak Sahwa, sebagian besar mengetahui mengenai tumbuhan yang dilindungi oleh pemerintah. Berbeda halnya di Desa Sagatani hanya (50%) dari responden yang mengetahuinya. Jika dilihat dari analisis statistik ketiga desa berbeda nyata.
Responden di Desa pangmilang (86,31%) dan Bagak Sahwa (73,33%) mengetahui tentang adanya sanksi apabila mengambil dan memperdagangkan tumbuhan liar dan dilindungi. Desa Sagatani hanya sekitar 56,06% yang mengetahuinya. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa jawaban dari ketiga desa berbeda nyata.
Tabel 3. Persepsi Masyarakat Terhadap flora yang dilindungi untuk Pernyataan Setuju dan Tidak Setuju (Angka dalam Kurung Menunjukan Persentase) Pangmilang
Bagak Sahwa
Sagatani
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
X2 Hitung
DB
P
90 (94,73)
5 (5,27)
32 (71,11)
13 (28,89)
57 (86,36)
9 (13,64)
14.99
2
0.001*
1.863
2
0.394
9,019
2
0,001*
No
Pertanyaan
13
Tumbuhan liar tertentu perlu ditetapkan oleh pemerintah sebagai tumbuhan dilindungi untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia
14
Setiap orang harus terlibat dalam upaya penyelamatan tumbuhan yang tergolong dilindungi
74 (77,89)
21 (22,21)
36 (80)
9 (20)
57 (86,36)
9 (13,64)
15
Masyarakat memiliki hak untuk mengambil langsung tumbuhan liar yang tergolong dilindungi dari kawasan konservasi dan memeliharanya untuk kesenangan
32 (33,68)
63 (63,32)
26 (57,77)
19 (42,23)
34 (51,51)
32 (48,49)
Keterangan : DB (Derajat Bebas), P ( Probabilitas),* (Berbeda Nyata)
Masyarakat dari ketiga desa sebagian besar setuju mengenai tumbuhan liar yang ditetapkan pemerintah sebagai tumbuhan yang dilindungi dan perlu dijaga kelestariannya, mengetahui bahwa setiap orang harus terlibat dalam upaya penyelamatan tumbuhan yang tergolong dilindungi.Jika dilihat proporsi jawaban dari ketiga desa tidak berbeda nyata. Masyarakat di Desa Pangmilang (33,68%) dan Bagak Sahwa (57,77%) menjawab tidak setuju, disisi lain untuk Desa Sagatani sebagian dari respondennya yang menjawab setuju (51,51%). Hasil analisa jawaban
dari ketiga desa menunjukan bahwa jawaban dari ketiga desa ada perbedaan.
Peruntukan Konservasi
dan
Manfaat
Kawasan
Hasil analisis dari ketiga desa dengan menggunakan Chi-kuadrat, digunakan 3 pertanyaan dari pernyataan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang fungsi dan manfaat kawasan yaitu, dengan pernyataan “setuju” dan “tidak setuju” dapat dilihat pada ( Tabel 4).
130
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134 Tabel 4. Persepsi Masyarakat Terhadap Peruntukan dan Manfaat Kawasan (Angka dalam Kurung Menunjukan Persentase) Pangmilang Tidak Setuju Setuju 90 5 (94,73) (5,27)
Bagak Sahwa Tidak Setuju Setuju 35 10 (77,77) (22,23)
No
Pertanyaan
16
Setujukah anda bahwa kawasan Cagar Alam Raya Pasi berfungsi dalam menjaga kelestarian kehidupan
17
Apakah anda setuju Cagar Alam Raya Pasi mempunyai manfaat baik secara langsung terhadap masyarakat
81 (85,26)
14 (14,74)
36 (80)
18
Setujukah anda keberadaan Cagar Alam Raya Pasi tetap berfungsi diperuntukan sebagai Cagar Alam
90 (94,73)
5 (5,27)
35 (77,77)
Sagatani Tidak Setuju Setuju 57 9 (86,36) (13,64)
X2 Hitung
DB
P
8.904
2
0.012*
9 (20)
57 (86,36)
9 (13,64)
0.911
2
0.634
10 (22,23)
55 (83,33)
11 (16,67)
9.404
2
0.009*
Keterangan : DB (Derajat Bebas), P ( Probabilitas), * (Berbeda Nyata)
Masyarakat dari ketiga desa setuju bahwa kawasan Cagar Alam Raya Pasi berfungsi dalam menjaga kelestarian.Proporsi jawaban dari ketiga desa menunjukan adanya perbedaan. Masyarakat untuk ketiga desa sebagian besar menjawab “setuju” untuk manfaat secara langsung terhadap masyarakat. Hasil analisa statistik, menunjukan bahwa jawaban dari ketiga desa proporsinya tidak berbeda nyata. Keberadaan Cagar Alam Raya Pasi diperuntukan sebagai kawasan hutan dengan status kawasan cagar alam sebagian besar masyarakat di Desa Pangmilang yaitu 94,73% dan Bagak Sahwa yaitu 77,77% serta Sagatani yaitu 83,33% yang menjawab “setuju”. Proporsi nilai statistik menunjukan bahwa jawaban dari ketiga desa berbeda nyata.
Pengelolaan Kawasan Konservasi Pengelolaan kawasan konservasi dari ketiga desa dapat dilihat pada Tabel 5. Jika dilihat dari nilai persentasenya, untuk Desa Pangmilang yaitu 89,47%, Desa Bagak Sahwa yaitu 80% dan Desa Sagatani yaitu 83,88% dan tidak ada perbedaan hasil jawaban pertanyaan antara ketiga desa. Masyarakat dari ketiga desa juga banyak yang menjawab setuju mengenai pemerintah memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam memonitoring dan mengendalikan pemanfaatan tumbuhan yang dilindungi. Nilai pesentase di Desa Pangmilang yaitu 76,84%, Desa Bagak Sahwa yaitu 77,77% dan Desa Sagatani yaitu 83,33%.
Tabel 5. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolan Kawasan Konservasi (Angka dalam Kurung Menunjukan Persentase) Pangmilang
Bagak Sahwa
Sagatani
X2 Hitung
DB
P
11 (16,67)
2.548
2
0.28
11 (16,67)
1.057
2
0.59
No
Pertanyaan
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
19
Apakah anda setuju untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dalam kawasan Cagar Alam Raya Pasi perlu dilakukan oleh semua pihak termasuk pihak pengelola kawasan
85 (89,47)
10 (10,53)
36 (80)
9 (20)
55 (83,33)
20
Pemerintah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam memonitoring dan mengendalikan pemanfaatan tumbuhan yang tergolong dilindungi
73 (76,84)
22 (23,16)
35 (77,77)
10 (22,2)
55 (83,33)
Keterangan : DB (Derajat Bebas), P ( Probabilitas), * (Berbeda Nyata)
131
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134
Pembahasan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Cagar Alam Raya Pasi Responden dari ketiga desa mengetahui definisi dari cagar alam dan mengetahui keberadaan kawasan konservasi di sekitar desa mereka, akan tetapi masyarakat yang mengetahui fungsi cagar alam untuk Desa Sagatani hanya 50% dari total responden (Tabel 1). Hal ini dikarenakan, informasi yang diperoleh responden belum cukup memadai.Responden menyatakan, bahwa mereka jarang diberikan penyuluhan oleh petugas atau instansi terkait. Responden dari ketiga desa (Tabel 1) tidak mengetahui instansi yang mengelola kawasan Cagar Alam Raya Pasi. Responden dari ketiga desa juga tidak pernah melihat tanda atau batas dari kawasan Cagar Alam Raya Pasi ini. Responden tidak mengetahui jika memasuki kawasan konservasi menggunakan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI). Hasil wawancara langsung yang dilakukan, responden menyatakan bahwa mereka memang tidak pernah mengetahui dan belum pernah dilakukan penyuluhan mengenai surat izin masuk kawasan konservasi ini. Responden dari ketiga desa mengetahui apabila melakukan pelanggaran atau kegiatan yang bersifat illegal akan dikenakan sanksi (Tabel 1). Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden pernah melihat atau mendengar peraturan atau perundang-undangan mengenai konservasi kawasan dari televisi, teman, keluarga, sekolah, internet, radio, buku, poster dan koran. Responden di Desa Pangmilang dan Desa Bagak Sahwa sebagian besar (Tabel 1), mengetahui bahwa kawasan cagar alam bukan sebagai kawasan objek wisata, sedangkan di Desa Sagatani hanya 40% responden saja yang mengetahuinya. Hal ini dikarenakan informasi yang di peroleh masyarakatdi Desa Sagatani paling banyak dari keluarga, yang belum tentu akurat kebenarannya. Adanya informasi ini sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara pandang dan perubahan yang akan dialami seseorang dalam dirinya dan dalam mencerna berbagai hal (Newcomb, 1979). Hasil wawancara dari lokasi penelitian ketiga desa, dapat mempengaruhi persepsi seseorang.Hal ini dikarenakan, untuk beberapa pertanyaan sebagian besar dari ketiga desa menjawab “ya”. Kebanyakan responden yang mengisi lembar kuisioner, memiliki tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA), sehingga sebagian dari mereka mengetahuinya. Pendidikan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab VI pasal 13, menyatakan: “ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengetahuan dan Persepsi masyarakat terhadap flora yang dilindungi Pengetahuan dan Persepsi masyarakat terhadap flora yang dilindungi yaitu masyarakat disekitar Cagar Alam Raya Pasi yang ada di Desa Pangmilang, Desa Bagak Sahwa dan Desa Sagatani mengetahui bahwa bunga anggrek ngengat (Phalaenopsis spp), anggrek lilin (Aerides odoratum), Rafflesia (Rafflesia tuan mudae), kantong semar/kera dan bunga bangkai (Amorphophallus spp) termasuk tumbuhan liar yang dilindungi oleh pemerintah (Tabel 2). Responden dari ketiga desa mengetahui hukuman, apabila adanya kegiatan ilegal di dalam kawasan di kawasan konservasi atau tumbuhan liar yang dilindungi. Hal ini didukung oleh fakta bahwa lebih dari sebagian responden dari ketiga desa mengetahui bahwa adanya sanksi apabila masyarakat sekitar mengambil dan memperdagangkan tumbuhan liar dilindungi dari dalam kawasan Cagar Alam Raya Pasi (Tabel 2). Menurut wawancara informal, responden menyatakan bahwa hukum negara pasti ada mengingat kawasan Cagar Alam Raya Pasi merupakan kawasan yang dilindungi, sehingga mereka tidak bisa berbuat yang melanggar hukum didalam kawasan kaitan dengan masalah konservasi. Responden dari Desa Pangmilang, Desa Bagak Sahwa dan Desa Sagatani menjawab setuju, apabila mereka terlibat dalam upaya penyelamatan tumbuhan yang tergolong dilindungi. Respondenketiga desa juga tidak setuju, jika responden memiliki hak untuk mengambil langsung tumbuhan liar yang tergolong dilindungi dari kawasan konservasi dan memelihara untuk kesenangan (Tabel 3). Hal ini dikarenakan masyarakat disekitar Cagar Alam Raya Pasi memiliki pengetahuan dan persepsi secara umum 132
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134
dan tidak secara mendalam terhadap flora yang dilindungi oleh pemerintah. Persepsi Masyarakat Terhadap Peruntukan dan Manfaat Kawasan Konservasi Masyarakat disekitar Cagar Alam Raya Pasi sangat setuju jika kawasan cagar alam berfungsi dalam menjaga kelestarian kehidupan dan mempunyai manfaat secara langsung terhadap masyarakat.Manfaat ini berupa keanekaragaman sumberdaya alam hayati yang dapat dimanfaatkan meliputi berbagai aspek seperti ekonomi, ekologi, sosial maupun budaya sehingga mereka sangat setuju jika Cagar alam Raya Pasi tetap berfungsi diperuntukkan sebagai cagar alam. Pekerjaan masyarakat sekitar sebagian besar bekerja sebagai wiraswata atau pegawai swasta. Tingkat pendidikan juga menentukan dalam mendapakan perkerjaan, terutama pada sektor formal ke informal.Hal ini berpengaruh pada pemanfaatan lokasi hutan atau kawasan konservasi apabila pendapatan masyarakat tidak ditunjang dari pekerjaan mereka. Menurut Arman (1989) rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, akan mendorong mereka untuk memanfaatkan hasil hutan sebagai tempat untuk mencari tambahan pendapatan. Tingkat persepsi masyarakat dari ketigadesa terhadap kawasan konservasi, memiliki pandangan dan tanggapan yang positif terhadap diberlakukannya penetapan kawasan konservasi menjadi Kawasan Suaka Alam yaitu cagar alam.Hal ini karenakan keberadaan hutan yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Konservasi Masyarakat disekitar kawasan Cagar Alam Raya Pasi setuju bahwa mempertahankan keanekaragaman hayati dalam kawasan Cagar Alam Raya Pasi perlu dilakukan oleh semua pihak termasuk pihak pengelola kawasan (Tabel 5). Partisipasi masyarakat merupakan proses masyarakat turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan (Hadi, 1999). Pentingnya partisipasi masyarakat sehingga akan sangat sulit apabila dalam mewujudkan tujuan pengelolaan kawasan tanpa adanya keinginan atau peran serta masyarakat. Menurut beberapa responden melalui wawancara informal, bahwa Cagar Alam Raya Pasi mempunyai manfaat secara langsung terhadap masyarakat,sehingga tidak mempengaruhi mereka tentang peruntukan dan manfaat kawasan
konservasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal terpenting bagi masyarakat adalah bagaimana kawasan ini bisa dijaga dan dapat sehingga dapat dinikmati oleh anak cucu mereka nanti. Keinginan masyarakat dari ketiga desa dalam berpartisispasi pengelolaan kawasan cukup baik. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, di dalamnya telah diatur berbagai hal, termasuk hak dan kewajiban masyarakat dalam pelestarian hutan. Oleh karenanya masyarakat sangat setuju jika pemerintah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam memonitoring dan mengendalikan pemanfaatan tumbuhan dan satwa yang tergolong dilindungi sehingga masyarakat dan pemerintah dapat mengelola cagar alam secara bersama-sama, misalnya diadakan penyuluhan dengan mengumpulkan masyarakat sekitar kawasan konservasi di balai desa untuk diberikan informasi pemahaman seputar kawasan konservasi itu sendiri. Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya konservasi dan kawasan konservasi cagar alam sangat diperlukan sebagai masukan untuk merumuskan kebijakan dan strategi untuk peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi agar dapat berlanjut (Adiprasetyo et al., 2009). DAFTAR PUSTAKA Adiprasetyo, TE, Noor, E & Sofyar, F, 2009, Sikap Masyarakat Lokal terhadap Konservasi dan taman Nasional sebagai Pendukung Suatu Keputusan dalam Pengelolaan Taman Nasional Kerinci Sebelat (Studi Kasus di Kabupaten Kerinci dan Lebong, Indonesia), Akses 03 Januari 2013
Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi ke-4, Rineka Cipta, Jakarta Arman, S, 1989, Peran Serta Masyarakat Dalam Mendorong Pemanfaatan Hutan Secara Lestari, Dalam Hutan dan Revisi, Graha Pencinta Lingkungan Hidup, Pontianak Balai Konservasi Sumber Daya Alam, 2008, Informasi Kawasan Konservasi Kalimantan Barat 2008, Kalimantan Barat Hadi, SP, 1999, Manajemen Lingkungan Berbasis Kerakyatan dan Kemitraan (Pidato Pengukuhan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar Madya dalam Ilmu Manajemen Lingkungan dan Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan 133
Protobiont 2014 Vol 3 (2): 125 - 134 Ilmu Politik Universitas Diponegoro), Skiripsi, Universitas Diponegoro, Semarang Harada, K, 2003, „Attitudes of Local People Towards Conservation and Gunung Halimun National Park in West Java Indonesia‟, Journal Of Forest Researched, vol. 8, hal 271-282 Newcomb, TM, 1979, Psikologi Sosial, Diterjemahkan Oleh Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2004 Tentang Penetapan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Priyatno, D, 2009, Lima Jam Belajar Olah Data dengan SPSS17, Penerbit Andi, Yogyakarta Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
134