PENGETAHUAN AWAL (PRIOR KNOWLEDGE) MAHASISWA PGSD TENTANG MATERI IPA PADA TAHUN PELAJARAN 2015-2016 DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Lilik B., Sri Estu W., Harti K. E-mail:
[email protected]
Abstrak: Mahasiswa PGSD sangat beragam baik asal sekolah maupun kemampuan akademiknya, khususnya dalam bidang IPA. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi pengetahuan awal mahasiswa berkaitan dengan materi IPA agar perencanaan dan pelaksanaan perkuliahan dapat efektif. Sehingga penguasaan materi mereka menjadi mapan dan mantap. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengetahuan awal mahasiswa terkait dengan lingkup materi 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, 2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, 3) Energi dan perubahannya, serta 4) bumi dan alam semesta. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan deskriptif kuantitatif. Adapun instrumen pengumpul datanya lembar tes dan angket. Teknik analisis data persentase, kemudian dikategorisasikan. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan ratarata pengetahuan Awal (Prior Knowledge) mahasiswa PGSD angkatan 2015 tentang Materi IPA, baik dimensi pemahaman konsep maupun proses sains (mengamati, melakukan percobaan, mengasosiasi, membuat kesimpulan, dan mengomunikasikan) masih dalam kategori kurang. Hanya 37% mahasiswa yang memiliki pengetahuan IPA sesuai konsep ilmiah. Sedangkan yang memiliki pengalaman belajar melakukan proses sains pengamatan, percobaan atau eksperimen hanya 49%. Kata Kunci: Prior Knowledge, Materi IPA, Mahasiswa PGSD
Mahasiswa PGSD berasal dari SMU dan SMK baik negeri maupun swasta. Mahasiswa yang berasal dari SMU dengan berbagai jurusan, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa. Mahasiswa yang berasal dari SMK asal jurusannya adalah administrasi perkantoran, tata boga, teknologi permesinan, multimedia, teknik komputer jaringan, rekayasa perangkat kendaraan, animasi dan keperawatan. Kemampuan mereka dimasingmasing bidang studi pasti juga beragam. Sebagai peserta seleksi jalur IPS, maka mereka harus mengikuti tes kemampuan dasar, tes potensi akademik, dan tes kemampuan IPS. Jadi tidak ada muatan IPA di seleksi tersebut.
Dengan demikian kemampuan IPA mahasiswa hanya diprediksi melalui tes kemampuan dasar dan tes potensi akademik. Pada dua bidang tersebut materi IPA minim sekali. Hasil analisis soal tes potensi akademik (TPA) menyatakan soal sangat reliabel, dan rerata validitas butir soal sangat memuaskan. Sedangkan tingkat kesukarannya 40% butir soal termasuk kategori sedang dan 28% mudah. Dengan reliabilitas soal TPA yang sangat baik (Wiyono, 2013), maka perlu ditindaklanjuti dengan perlakuan terhadap mahasiswa dalam perkuliahan yang baik juga. Antara lain penyelenggaraan perkuliahan 14
PENGETAHUAN AWAL (PRIOR KNOWLEDGE) MAHASISWA PGSD TENTANG MATERI IPA...
dengan memperhatikan pengetahuan awal mahasiswa. Berdasarkan hasil observasi selama mengampu matakuliah Konsep Dasar IPA, Sains lingkungan teknologi dan pembelajaran IPA SD diperoleh informasi bahwa mahasiswa tampak kesulitan mencerna dan memahami materi matakuliah tersebut, sehingga hasil belajar mahasiswa tidak maksimal. Sementara itu selama belajar di prodi PGSD mereka dibentuk untuk menjadi guru kelas di sekolah dasar (SD). Artinya mereka harus mampu mengelola pembelajaran dengan muatan berbagai mata pelajaran dengan karakter bidang studi masing-masing. Untuk dapat mengelola pembelajaran dengan baik diperlukan penguasaan materi yang benar-benar mapan dan strategi belajar yang tepat ketika belajar di PGSD. Karena pada umumnya guru itu akan mengajar sebagaimana dulu ia belajar. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah kompetensi profesional, yaitu kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya. Menurut PP 74 th 2008 disebutkan bahwa penguasaan tersebut sekurang-kurangnya meliputi: a) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. Dalam rangka mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menguasai materi pelajaran yang luas dan mendalam serta metode disiplin keilmuan terkait IPA maka perlu dirancang kegiatan perkuliahan yang dapat mengispirasi mereka untuk kelak
15
melaksanakan pembelajaran yang lebih baik di SD. Tahap awal dari perencanaan tersebut adalah merancang perkuliahan berdasar pengetahuan awal mahasiswa. Harapannya hal ini juga akan mempermudah pemrosesan informasi ketika mereka membangun konsep. Seperti yang dikatakan Widodo (2004 dalam Suyanto, 2010:8) bahwa ada hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran, antara lain 1) pembelajar telah memiliki pengetahuan awal, 2) belajar merupakan proses pengkontruksian suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Dengan demikian jika perkuliahan terkait IPA dirancang dan dilaksanakan berdasarkan pengetahuan awal mahasiswa, maka mahasiswa akan memproses informasi dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan dengan lebih mudah, sehingga mereka memiliki pemahaman konsep yang lebih mapan dan kokoh. Hal ini merupakan bagian penting dari pengembangan kompetensi profesional. Salah satu cara agar dosen dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran (perkuliahan) dengan efektif adalah mengetahui lebih dahulu pengetahuan awal (prior knowledge) mahasiswa, utamanya dari substansi materi. Karena pengetahuan awal yang dimiliki seseorang akan mempermudah orang tersebut dalam mengolah informasi dalam proses belajarnya, seperti yang dikatakan Suyanto (2010:8) bahwa pengetahuan awal yang dimiliki pembelajar memainkan peran penting pada saat dia belajar tentang sesuatu yang ada kaitannya dengan apa yang telah diketahui. Oleh karena itu pada tahun pelajaran 2015-2016 perlu segera dilakukan eksplorasi pengetahuan awal mahasiswa khususnya berkaitan dengan materi IPA. Agar kelak ketika mereka belajar materi IPA tidak banyak mengalami kesulitan. Karena dosen sudah merancang kegiatan perkuliahan yang sudah disesuaikan dengan pengetahuan awal mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengetahuan awal mahasiswa PGSD terkait dengan materi 1) makhluk hidup dan proses kehidupan; 2) benda, sifat- sifat dan
16
WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 24, Nomor 1,Januari 2016
kegunaannya; 3) Energi dan perubahannya, serta 4) bumi dan alam semesta. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, rancangan deskriptif. Sasaran dan subjek penelitian semua mahasiswa program studi PGSD angkatan tahun 2015 semester gasal dengan jumlah 345 orang. Karena keterbatasan waktu dan dana, dari 345 mahasiswa tersebut diambil sampel 47% atau 162 orang responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan tes dan angket. Instrumen berupa soal tes, dan kuesioner. Teknik tes digunakan untuk mengungkap konsep awal, yang selanjutnya digunakan untuk memetakan kemampuan awal berkaitan dengan substansi materi, atau pengetahuan mereka. Sedangkan teknik kuisioner/angket digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan kemampuan awal berkaitan dengan aktivitas proses atau kegiatan belajar (pengalaman belajar) IPA ketika di sekolah sebelumnya. HASIL Hasil analisis jawaban 162 responden terhadap pertanyaan dan pernyataan, baik pemahaman konsep maupun pengalaman praktikum pada semua lingkup materi secara ringkas disajikan pada tabel 1. Pemahaman konsep diungkap melalui 25 butir pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban. Sedangkan pengalaman praktikum diungkap melalui 15 pernyataan yang dapat dijawab dengan pernah atau tidak pernah oleh responden. (lihat tabel 1) Tabel 1 menginformasikan bahwa pengetahuan awal mahasiswa terkait pemahaman konsep dan pengalaman praktik pada materi makhluk hidup dan proses kehidupan masih dalam kategori kurang. Pengetahuan tersebut terkait dengan 1) unsur esensial yang dibutuhkan tanaman, 2) struktur tubuh hewan, 3) daur hidup lalat, 4) perlekatan
tumbuhan benalu dan tali putri dengan tumbuhan inangnya, 5) percobaan Ingenhouse ketika mempelajari peristiwa fotosintesis, 6) melakukan percobaan untuk menyelidiki kandungan gas yang kita hembuskan ketika bernafas, dan 7) kegiatan bermain peran ketika mempelajari sistem peredaran darah pada manusia. Pengalaman praktik diungkap melalui pernyataan 1) pengalaman melakukan percobaan untuk mengetahui transportasi air dalam tubuh tumbuhan, 2) pemahaman tentang langkah-langkah merancang percobaan; 3) contoh pernyataan tentang data hasil pengamatan; 4) contoh pernyataan tentang konsep; 5) langkah-langkah mengklasifikasi; 6) langkah-langkah proses inkuiri, dan 7) tujuan penilaian proses. Pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa terkait pemahaman konsep pada materi benda, sifat-sifat dan kegunaannya masih kategori kurang, sedangkan pengalaman praktikum sudah dalam kategori baik. Pengetahuan tersebut terkait dengan 1) perubahan wujud benda dan pemanfaatannya. Mahasiswa memiliki pengetahuan awal yang baik sekali tentang perubahan wujud benda. 2) Menghitung massa jenis kelereng. Pengetahuan ini dimiliki oleh 67% mahasiswa, dengan kategori baik. 3) memaknai fenomena titik–titik air pada dinding luar gelas berisi es, 4) penjelasan proses terbentuknya ikatan kimia, 5) sifat fisik air dan benda secara umum, dan 6) pemaknaan terhadap fenomena kertas di dalam gelas tetap kering ketika gelas dimasukkan tegak lurus ke dalam air, masih dalam kategori kurang. Pengalaman praktik diungkap melalui kegiatan 1) mengamati percobaan menjadikan telur tenggalam, terapung, dan melayang. Pengalaman mahasiswa pada aktivitas ini cukup baik. 2) Percobaan untuk menyelidiki sifat-sifat air, dan 3) percobaan sifat-sifat magnet. Pengalaman mahasiswa melakukan percobaan sifat-sifat air dan sifat-sifat magnet pada kategori baik. Pengetahuan awal tentang benda dan sifatnya mencapai rata-rata 46% responden (74 orang), dengan kategori kurang. Sementara pengalaman praktikum
PENGETAHUAN AWAL (PRIOR KNOWLEDGE) MAHASISWA PGSD TENTANG MATERI IPA...
17
Tabel 1 Persentase Pemahaman Konsep dan Pengalaman Mahasiswa pada Masing masing Lingkup Materi IPA No 1 2 3 4 Rata-rata:
Lingkup Materi Makhluk hidup dan proses kehidupan Benda dan sifatsifatnya Energi dan perubahannya, Bumi dan alam semesta
Pemahaman konsep (% mhs yang menjawab benar
Kategori
49
Kurang
% mhs pernah Praktik 46
46
Kurang
71
Baik
40
Kurang
55
Cukup
14 37
Kurang Kurang
23 49
Kurang Kurang
terkait materi benda dan sifatnya dialami oleh 114 orang (71%) dengan kategori baik. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal terkait pemahaman konsep energi dan perubahannya mencapai 40%, dengan kategori kurang. Sementara pengalaman praktikum terkait materi energi dan perubahannya dialami oleh 89 responden (55%) dengan kategori cukup. Pengetahuan awal terkait pemahaman konsep dan pengalaman praktikum pada materi bumi dan alam semesta yang diinformasikan pada tabel 1 tampak bahwa aspek pengetahuan dan proses, keduanya sama-sama masuk di kategori kurang. Hanya 14% responden yang memiliki pengetahuan awal tentang susunan tanah dan fungsi fraksi pasir di dalam tanah. Demikian juga dengan pengalaman praktikum, hanya 23% responden yang pernah melakukan percobaan untuk mengetahui komposisi tanah. Jawaban responden terhadap pertanyaan dan pernyataan, baik pemahaman konsep maupun aktivitas praktikum untuk semua lingkup materi rata-rata masih dalam kategori kurang. Dengan kata lain hanya 37% mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal konsisten dengan konsep ilmiah. Demikian juga pengalaman praktik untuk mencari dan menemukan pengetahuan IPA (fakta, konsep, dan prinsip) juga masih kurang. Hanya 49% mahasiswa yang pernah melakukan praktik atau percobaan ketika belajar IPA di sekolah sebelumnya.
Kategori Kurang
PEMBAHASAN Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Mahasiswa PGSD tentang Materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan Tabel 1 menginformasikan bahwa mahasiswa PGSD angkatan 2015 kurang memiliki bekal pengetahuan tentang makhluk hidup dan proses kehidupannya. Hanya 49% responden yang tahu unsur esensial penyusun tubuh tumbuhan. Tumbuhan adalah tempat bergantung makhluk hidup yang lain agar tetap hidup. Artinya untuk mempertahankan hidupnya semua makhluk hidup selain tumbuhan tergantung pada tumbuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pengetahuan tentang unsur-unsur yang diperlukan oleh tumbuhan perlu dimiliki oleh mahasiswa sebagai insan terdidik di masyarakat. Ditinjau dari sisi proses bagaimana responden mempelajari materi makhluk hidup dan proses kehidupannya ketika belajar di sekolah menengah, terungkap bahwa mereka belajarnya kurang melalui proses IPA. Hanya ada 46% responden yang menyatakan pernah mengamati jumlah kaki semut, daur hidup lalat, perlekatan tumbuhan benalu dan tali puteri pada inangnya, melakukan percobaan untuk mengetahui transportasi air pada tumbuhan, melakukan percobaan Ingenhouse ketika mempelajari peristiwa fotosintesis, menyelidiki kandungan gas pada udara yang
18
WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 24, Nomor 1,Januari 2016
kita hembuskan ketika bernafas, dan bermain peran ketika mempelajari sistem peredaran darah pada manusia. Mahasiswa pada umumnya mengetahui bahwa belajar IPA sebaiknya melalui proses dan dilakukan penilaian proses, tetapi rmereka belajarnya tidak selalu dengan praktik. Dengan kata lain mereka belajar dari membaca buku atau mendengarkan ceramah guru. Berarti pembelajaran yang mereka alami kurang sesuai dengan yang diharapkan. Yaitu proses pembelajaran seharusnya diselenggarakan secara interaktif, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif (UU Nomor 20 Tahun 2003). Berpijak dari pengetahuan awal mahasiswa terkait materi makhluk hidup dan proses kehidupan yang masih dalam kategori kurang, baik pada dimensi pengetahuan maupun praktik, maka sangat dianjurkan dalam perkuliahan di PGSD untuk melaksanakan praktik. Antara lain melalui pengamatan, bermain peran, maupun eksperimen/percobaan. Karena pada dasarnya media dan sumber belajarnya ada di sekitar mahasiswa. Kegiatan praktik ini utamanya terkait dengan materi makhluk hidup dan proses kehidupan yang dipelajari di SD, misalnya fotosintesis, simbiosis, pernafasan, dan lain-lain. Artinya mahasiswa cukup memiliki pengetahuan tentang proses sains. Tetapi dalam dimensi praktik atau pengalaman riil terkait proses sains bekal mereka masih kurang. Hanya 46% mahasiswa yang menyatakan pernah melakukan praktikum atau melakukan percobaan untuk mengetahui transportasi air dalam tubuh tumbuhan; percobaan Ingenhouse ketika mempelajari peristiwa fotosintesis; melakukan percobaan untuk menyelidiki kandungan gas yang kita hembuskan ketika bernafas; dan kegiatan bermain peran ketika mempelajari sistem peredaran darah pada manusia. Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Mahasiswa tentang Materi Benda, Sifatsifat dan Kegunaannya Tabel 1 menginformasikan bahwa mahasiswa PGSD angkatan 2015 kurang
memiliki bekal pengetahuan tentang benda, sifat-sifat dan kegunaannya. Hanya 46% responden yang tahu fakta dan konsep perubahan wujud zat, keterkaitan antara massa, volume, dan massa jenis, contoh manfaat perubahan kimia dan fisika dalam kehidupan sehari-hari, ikatan ion dan ikatan kovalen, sifat anomali air, interpretasi dan analisis data terkait kertas di dalam gelas tampak tetap kering ketika gelas dimasukkan kedalam air secara tegak lurus. Sementara 54% mahasiswa tidak memiliki pengetahuan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa kurang memiliki kemampuan menalar atau mengasosiasi. Oleh karena itu pada penyusunan RPS perlu direncanakan kegiatan yang mengajak mahasiswa untuk menalar dalam rangka membangun konsep, agar tidak hanya terjadi belajar secara hafalan saja. Untuk pengalaman praktik/ melakukan percobaan terkait materi benda, sifat dan kegunaannya sudah baik, 71% mahasiswa sudah pernah melaksanakan praktikum/ percobaan tentang menjadikan telur tenggelam, melayang dan terapung di dalam air, melakukan penyelidikan sifat-sifat air, dan sifat-sifat magnet. Sementara itu hanya 29% mahasiswa belum memiliki pengalaman praktikum materi tersebut. Pengalaman praktik di materi benda dan sifat-sifatnya merupakan satusatunya pengalaman praktik dalam kategori baik, dibandingkan dengan pengalaman di materi yang lain. Tetapi pengetahuan konseptualnya berada pada kategori kurang. Fenomena ini agak aneh, pengalaman praktik kategorinya baik tetapi pengetahuan yang diperoleh kategorinya kurang. Artinya kegiatan praktik yang dilakukan tampak digunakan sebagai pembuktian suatu fakta atau konsep, bukan sebagai cara pencarian dan penemuan/membangun pengetahuan (fakta atau konsep). Implikasi dari temuan ini dalam perkuliahan materi IPA adalah perlunya mahasiswa dibimbing dan dilatih mengamati dengan cermat untuk memperoleh data (fakta yang dihadapi), menafsirkan/menalar atau
PENGETAHUAN AWAL (PRIOR KNOWLEDGE) MAHASISWA PGSD TENTANG MATERI IPA...
analisis data untuk mengaitkan data yang diperoleh dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Dan selanjutnya ditarik kesimpulan berdasarkan analisis data. Kesimpulan tersebut dapat merupakan konsep atau prinsip yang dipelajari. Dengan demikian mahasiswa dibimbing dan dilatih untuk membangun konsep, bukan menghafal konsep. Pengalaman belajar seperti ini penting bagi calon guru SD, agar kelak ketika mereka mengelola pembelajaran terkait dengan muatan IPA, mereka dapat memfasilitasi peserta didik belajar IPA melalui proses. Seperti yang tercantum dalam Permendikbud RI nomor 103 tahun 2014 bahwa peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Perubahan wujud benda merupakan salah satu materi yang dipelajari siswa SD. Perubahan wujud benda meliputi menguap, mengembun, membeku dan menyublim. Peristiwa tersebut juga dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mempelajarinya melalui proses (percobaan) dapat menggunakan alat dan bahan-bahan yang ada di sekitar anak. Hanya memerlukan penguasaan proses dan konsep yang benar dari guru agar dapat memfasilitasi dan membimbing murid untuk membangun konsep perubahan wujud. Hal ini dilakukan agar pembelajaran terlaksana dengan pendekatan berbasis proses keilmuan (Permendikbud RI no.103 tahun 2014). Melalui kegiatan percobaan pada materi benda dan sifat-sifatnya akan berkembang kemampuan mengamati, mengasosiasi dan berkomunikasi. Implikasi penguasaan pengetahuan perubahan wujud benda dengan kategori baik sekali pada perencanaan perkuliahan yang akan datang adalah mahasiswa diberi kesempatan dan kepercayaan merancang percobaan untuk menemukan faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda
19
dan sifat-sifat magnet. Dengan demikian pembelajaran berpusat pada peserta didik, sehingga dapat mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar (Permendikbud RI Nomor 103/2014:7). Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Mahasiswa tentang Materi Energi dan Perubahannya Tabel 1 menginformasikan bahwa mahasiswa PGSD angkatan 2015 kurang memiliki bekal pengetahuan tentang energi dan perubahannya. Hanya 40% responden yang tahu pernyataan terkait pengertian gaya 1N & besar kecilnya gaya; menafsirkan gembungnya balon pada botol “kosong” yang dimasukkan ke dalam air panas; menafsirkan perubahan energi kinetik & potensial pada sebutir kelapa yang jatuh dari tandannya; dan konsep energi bunyi. Dari 8 pengetahuan terkait materi energi dan perubahannya, hanya 2 yang ada pada kategori cukup, sementara yang lain masih kategori kurang. Untuk pengalaman praktik/melakukan percobaan terkait materi energi dan perubahannya masuk dalam kategori cukup, 55% mahasiswa sudah pernah melaksanakan praktikum/percobaan tentang memanaskan air untuk mengetahui pengaruh panas terhadap suhu, volume, dan wujud air; memanaskan udara; membuat berbagai mainan yang menerapkan konsep sifat-sifat bunyi; dan membuat berbagai mainan yang menerapkan konsep sifat-sifat cahaya. Sementara itu hanya 45% mahasiswa belum memiliki pengalaman praktikum materi tersebut. Pengalaman praktik di materi energi dan perubahannya merupakan satu-satunya pengalaman praktik dalam kategori cukup, dibandingkan dengan pengalaman praktik di materi yang lain. Bahkan pengalaman praktik memanaskan udara masuk dalam kategori baik (74%). Namun demikian, sebaiknya aktivitas perkuliahan rumpun IPA tetap berbasis eksperimen, karena kegiatan eksperimen dapat mengembangkan
20
WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 24, Nomor 1,Januari 2016
kompetensi 1 dan 2, antara lain sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerjasama, toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, serta mensyukuri karunia Tuhan (Permendikbud RI Nomor 103/2014:10). Mahasiswa PGSD dengan berbekal banyak pengalaman belajar IPA melalui eksperimen/percobaan ketika di kampus, diharapkan kelak ketika membimbing dan mendampingi peserta didik di SD belajar IPA, mereka dapat memfasilitasi siswa belajar IPA melalui proses. Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Mahasiswa tentang Materi Bumi dan Alam Semesta Tabel 1 menginformasikan bahwa Mahasiswa PGSD angkatan 2015 kurang memiliki bekal pengetahuan tentang bumi dan alam semesta. Hanya 14% responden yang menjawab benar tentang struktur bumi, komposisi tanah, dan peran fraksi pasir dalam tanah. Sedangkan 86% mahasiswa belum memiliki pengetahuan tersebut. Sementara untuk pengalaman praktikum juga masih dalam kategori kurang. Hanya 23% mahasiswa pernah melakukan praktikum komposisi tanah, rotasi bumi, menggambar struktur atmosfer bumi, dan bermain peran terkait susunan tata surya. Secara keseluruhan pengetahuan dan pengalaman praktik pada materi bumi dan alam semesta berada pada posisi yang paling rendah dibandingkan dengan 3 materi yang lain. Hal ini merupakan informasi yang penting bagi dosen pengampu matakuliah IPA di PGSD, agar direncanakan banyak kegiatan praktik untuk mempelajari materi bumi dan alam semesta. Selain itu pelaksanaan perkuliahan sebaiknya diawali dengan pengetahuan awal mahasiswa untuk mempermudah pemrosesan informasi dalam proses kognitif. Seperti yang dikemukakan Cook (2006) dari hasil penelitian yang berjudul “Visual Representations in Science Education: The Influence of Prior Knowledge and Cognitive Load Theory on Instructional
Design Principles menunjukkan bahwa prior knowledge can determine the ease with which learners can perceive and interpret visual representations in working memory. Yang artinya kurang lebih pengetahuan awal menjadikan pembelajar merasa lebih mudah dalam menginterpretasi gambaran visual dalam rangka membangun memori. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Mahasiswa PGSD angkatan 2015 tentang materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan baik dalam dimensi pemahaman konsep maupun proses masih dalam kategori kurang. Pemahaman konsep 49%, proses 46%. Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Mahasiswa PGSD angkatan 2015 tentang materi Benda, sifat-sifat dan kegunaannya, untuk dimensi pemahaman konsep berada pada kategori kurang (46%), sedangkan dimensi proses dalam kategori baik (71%). Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Mahasiswa PGSD angkatan 2015 tentang materi Energi dan perubahannya dalam dimensi pemahaman konsep berada dalam kategori kurang (40%), sedangkan dimensi proses berada dalam kategori cukup (55%). Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Mahasiswa PGSD angkatan 2015 tentang Bumi dan alam semesta, baik dalam dimensi pemahaman konsep maupun proses masih dalam kategori kurang. Pemahaman konsep 14%, proses 23%. Secara keseluruhan rata-rata pengetahuan Awal (Prior Knowledge) mahasiswa PGSD angkatan 2015 tentang Materi IPA, baik dalam dimensi pemahaman konsep maupun proses masih dalam kategori kurang. Pemahaman konsep 37%, proses 49%.
PENGETAHUAN AWAL (PRIOR KNOWLEDGE) MAHASISWA PGSD TENTANG MATERI IPA...
Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, disarankan kepada beberapa pihak sebagai berikut. Kepada Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah (KSDP) melalui program studi PGSD agar merekonstruksi katalog jurusan dan deskripsi matakuliah yang berkaitan dengan materi IPA, dengan menambah persentase kegiatan praktikum untuk membangun pengetahuan. Selain itu kepada jurusan KSDP disarankan agar melengkapi fasilitas alat dan bahan kebutuhan praktikum IPA, minimal sama dengan di SD. Agar mahasiswa familier dengan perangkat praktikum tersebut. Kepada dosen pengampu matakuliah rumpun IPA disarankan untuk merancang RPS dan melaksanakan perkuliahan dengan menambah aktivitas praktikum. Agar mahasiswa berpengalaman melakukan kegiatan percobaan untuk menyelidiki, mencari dan menemukan pengetahuan IPA (fakta, konsep, dan prinsip). Artinya hasil penelitian ini dapat digunakan oleh dosen PGSD yang mengampu matakuliah IPA sebagai masukan dalam merekonstruksi struktur rencana perkuliahan semester (RPS) dan satuan acara perkuliahan (SAP) pada masa yang akan datang. Dengan kata lain, dosen dapat merancang kegiatan perkuliahan yang sesuai dengan keadaan pengetahuan awal mahasiswa. Kepada mahasiswa PGSD disarankan untuk mengikuti perkuliahan matakuliah khususnya rumpun IPA dengan penuh semangat dan aktif, agar pengalaman belajar praktikum/melakukan percobaan dapat dijadikan inspirasi ketika mengelola pembelajaran di SD. Karena hasil penelitian ini dapat memfasilitasi mahasiswa PGSD dalam
21
membangun konsep sehingga menjadi lebih mudah ketika mengikuti perkuliahan terkait materi IPA. Yaitu ketika dosen pengampu matakuliah IPA melaksanakan perkuliahan dengan berpijak pada pengetahuan awal mahasiswa terkait dengan materi yang akan dipelajari mahasiswa. Dengan demikian dasar-dasar kompetensi profesional dapat terbentuk dengan benar dan bermakna. Peneliti Lain Penelitian ini hanya mendeskripsikan pengetahuan awal mahasiswa PGSD angkatan 2015 tentang materi IPA, tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan mereka. Dengan demikian kepada peneliti lain disarankan untuk menindaklanjuti dengan penelitian berikutnya sesuai permasalahan terkait yang lain. DAFTAR RUJUKAN Cook, M.P. 2006. “Visual Representations in Science Education: The Influence of Prior Knowledge and Cognitive Load Theory on Instructional Design Principles. www. interscience.wiley.com Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Peraturan Pemerintah Nomor 74 th 2008 tentang GURU Suyanto, Kasihani K.E. 2010. Model-Model Pembelajaran. Malang: Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional