PENGESAHAN PEMBIMBING Jurnal
Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Materi Bunyi (Suatu Penelitian di SMP Negeri 08 Kota Gorontalo)
Oleh
YURNA 421 410 063
Pembimbing 1
Pembimbing II
Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd
Tirtawaty Abdjul, S.Pd, M.Pd
NIP. 19730816 199903 1 001
NIP. 19790720 200501 2 002
Mengetahui Ketua Jurusan Fisika
Dr. rer. nat. Mohamad Jahja, M.Si NIP. 19740217 199903 1 001
Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Materi Bunyi YURNA Jurusan Fisika, Universitas Negeri Gorontalo Masri Kudrat Umar, Tirtawaty Abdjul ABSTRAK Yurna. 2014. Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Materi Bunyi. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Tim Pembimbing, Pembimbing 1 Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Tirtawaty Abdjul, S.Pd, M.Pd. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi bunyi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan maksud mengetahui deskripsi/gambaran tentang aktivitas guru dan siswa serta hasil pembelajaran siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi bunyi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, selama 4 bulan Tahun Ajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian selama tiga kali pertemuan pada materi bunyi adalah Pengamatan terhadap keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat dan Tes hasil belajar. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis statistika deskriptif. Data dikelompokan berdasarkan aktivitas siswa, yang diamati melalui lembar observasi yang terdapat aktivitas siswa yang akan terlihat selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian dianalisis, dikelompokan, dan dipresentasikan melalui tabel dan diagram. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi bunyi di SMP N 8 Kota Gorontalo Dikelas VIII.3 dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar baik dari pertemuan pertama dengan criteria capaian baik, pada pertemuan kedua diperoleh kriteria capaian sangat baik dan pertemuan ketiga meningkat dengan criteria capaian sangat baik. Selain itu, Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi bunyi di SMP N 8 Kota Gorontalo Dikelas VIII.3 hasil pembelajaran meningkat hal ini dapat dilihat dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa sebagian besar diatas skor yang telah ditentukan yaitu 75 yang dalam kategori ketuntasan individu. Sedangkan untuk kategori ketuntasan klasikal sangat baik dengan persentasi capaian 93,94%. Kata Kunci: Think, Pair, Share dan Hasil Belajar Yurna, Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd Dosen Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo, Tirtawaty Abdjul, S.Pd, M.Pd Dosen Jurusan Fisika Unversitas Negeri Gorontalo
Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas merupakan aset bangsa dan negara dalam melaksanakan pembangunan nasional di berbagai sektor dan dalam menghadapi tantangan kehidupan masyarakat dalam era globalisasi. Sumber daya manusia ini tiada lain ditentukan oleh hasil produktivitas lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, yang terdiri atas jalur sekolah dan luar sekolah, serta secara spesifik merupakan hasil proses belajar-mengajar di kelas. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Rofiq, 2009: 1) Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawancara, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individuindividu guna menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian. Melalui pendidikan, manusia berusaha mengembangkan dirinya menghadapi setiap perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik bergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki peserta didik sejak lahir dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang. Fisika, ilmu sains tentang dunia fisik yang paling fundamental, mempelajari prinsip-prinsip dasar dari alam semesta. Fisika adalah ilmu yang menjadi dasar bagi ilmu sains lainnya seperti astronomi, kimia, biologi dan geologi. Keindahan dari Fisika terletak pada kesederhanaan teori-teori fisika yang Fundamental dan pada cara dimana sedikit konsep, persamaan, dan asumsi fundamental dapat mengubah dan mengembangkan pandangan kita terhadap dunia di sekitar kita. (Serway, 2009: 1) Berdasarkan observasi yang dilakukan, salah satu Faktor yang menyebabkan materi pelajaran Fisika sulit dipahami siswa, diantaranya adalah penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran. Guru cenderung menerapkan kegiatan belajar mengajar yang sama untuk semua materi dan mata pelajaran. Hal itu tentu bisa menyebabkan kesulitan sebagian siswa untuk dapat menerima materi pembelajaran dengan baik dan membuat jenuh siswa dalam mengikuti pelajaran karena kegiatannya yang monoton.
Untuk itu, diperlukan model pembelajaran yang tepat guna menciptakan suasana belajar yang kondisif sehingga berdampak pada hasil belajar yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan sistem Think Pair Share di dalamnya untuk mencapai kompetensi dasar. Dari penjelasan tersebut maka masalah dalam penelitian ini di identifikasi sebagai berikut: (1) Siswa menganggap Fisika merupakan pelajaran yang membosankan, dan tidak menyenangkan bagi siswa. (2) Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru Fisika dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu. (3) Pemahaman konsep Fisika yang relatif masih kurang sehingga hasil belajar rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi bunyi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi bunyi. Adapun Manfaat secara umum dalam penelitian ini adalah (1) Dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih baik ternyata dapat memberikan hasil yang baik, sehingga melalui penelitian memberikan pemahaman, analisis tentang pentingnya mengambil keputusan dengan melakukan penelitian terlebih dahulu. (2) Memberikan pemahaman dan wawasan kepada peneliti bahwa dalam menyelesaikan suatu masalah sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah yang ilmiah dengan mengambil pendekatan suatu teori yang lebih baik. Suatu teori bukanlah hanya sekedar teori tetapi dapat memberikan kontribusi yang nyata di dalam kehidupan manusia. (3) Bagi guru, dapat membantu guru dalam pemilihan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, agar hasil belajar siswa dapat meningkatkan lebih optimal atau meningkat dari sebelumnya. 1. Hasil Belajar Menurut Sudjana (2009: 22) bahwa hasil belajar kemampuan–kamampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar. Benyamin bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kongnitif, ranah efektif dan ranah psikomotorik antara lain : a. Ranah kongnitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu :
1. Pengetahuan atau ingatan yang mengacu pada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada materi-materi yang sukar. Dalam hal ini adalah kemampuan mengingat keterangan yang benar, seperti peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. 2. Pemahaman yaitu mengacu pada kemampuan memahami makna materi, seperti peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, kemudian memberi konsep atau prinsip. 3. Aplikasi yaitu mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang menyangkut penggunaan aturan dan prinsip,seperti peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. 4. Analisis yaitu mengacu pada kemampuan menguraikan materi kedalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan, seperti peserta didik diminta untuk menguraikan informasi kebeberapa bagian, memberikan asumsi membedakan fakta dan pendapat, serta menemukan sebab akibat. 5. Sintesis seperti peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita komposisi atau teorinya sendiri. 6. Evaluasi yaitu dalam hal ini pesrta didik mengevaluasi seperti bukti, sejarah, dan editorial b. Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku. c. Ranah Psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek yaitu gerak reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan membedakan secara visual, keterampilan dibidang fisik, keterampilan kompleks dan keterampilan komunikasi. Menurut Makmun (dalam Mahmud, 2010: 65-66) menyebutkan bahwa perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk sebagai berikut: 1. Informasi Verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik seara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi dans sebagainya
2. Kecakapan Intelektual, yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya penggunaan symbol matematika. 3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif adalah kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir untuk memperoleh aktivitas yang efektif. 4. Sikap, yaitu hasil berupa kecakapan untuk memilih jenis tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau peristiwa, yang didalamnya terdapat unsure pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran, dan kesiapan untuk bertindak. 5. Kecakapan motorik, yaitu hasil belajar berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa kelompok atau tim. Setiap kelompok/tim terdiri dari beberapa peserta didik yang memiliki kemampuan berbeda. Guru memberi tugas atau permasalahan untuk dikerjakan atau dipecahkan oleh masing-masing kelompok/tim. Satu kelompok memiliki empat sampai enam anggota. Johnson & Johnson (Mulyaningsih, 2010: 18) menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki lima elemen dasar yaitu: 1. Positive Interdependence (belajarnya sendiri dan saling membantu dalam kelompok), 2. Face to Face Interaction (berkewajiban untuk menjelaskan apa yang dipelajari kepada peserta lain) 3. Individual Accountability (harus menguasai apa yang menjadi tugas dirinya di dalam kelompok), 4. Social Skill (harus mampu berkomunikasi secara efektif, menjaga rasa hormat dengan sesama anggota dan bekerja bersama untuk menyelesaikan konflik), 5. Group Processing, kelompok harus dapat menilai dan melihat bagaimana tim mereka telah bekerjasama dan memikirkan bagaimana agar dapat memperbaikinya. (Mulyaningsih, 2010: 18) 3. Pembelajaran Think Pair Share Pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Marylank
sebagai salah satu struktur kegiatan cooparatif learning. Think Pair Share memberikan waktu kepada para siswa untuk berfikir dan merespon serta saling bantu sama lain. Think Pair Share memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. (Mansyur, 2008: 8) Dukungan teoritis penerapan pembelajaran kooperatif TPS adalah teori konstruktivisme. Konstruktivis lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky (Mansyur, 2008: 8) yang keduanya menekankan adanya hakekat sosial dalam belajar di samping penekanan utama pada perubahan kognitif yang hanya terjadi jika konsepsikonsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Metode Think pair share termasuk metode struktrul dalam pembelajaran kooperatif. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan metode lainnya, metode structural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Seperti metode resitasi yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban setelah lebih dulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Think Pair Share adalah structur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa , mengolah informasi, komunikasi, dan mengembangkan berfikir dengan relefansi skill: memberikan informasi, mendengarkan, bertanya, meringkas gagasan orang lain, menguraikan dengan kata-kata sendiri. (Widodo, 2009: 3-4) Salah satu keunggulan metode TPS adalah mudah untuk diterapkan pada berbagai tingkatan kemampuan dan dalam setiap kesempatan. Siswa di beri waktu lebih banyak berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Prosedur yang digunakan juga cukup sederhana. Bertanya kepada teman sebaya dan berdiskusi kelompok untuk mendapatkan terhadap apa yang dijelaskan oleh guru bagi siswa tertentu akan mudah dipahami. Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan memeahkan suatu masalah. (Septriana, 2006: 2) 4. Materi Bunyi Gelombang adalah gangguan yang merambat pada medium tertentu atau tanpa medium. Gelombang yang merambat pada frekuensi tertentu akan menggetarkan gendang telingamu, lalu memberikan informasi ke otak sebagai suara atau bunyi tertentu. Gelombang bunyi termasuk ke dalam gelombang longitudinal
karena perambatannya membentuk pola rapatan dan renggangan. Gelombang bunyi membutuhkan medium dalam perambatannya. Gelombang bunyi merupakan satu gelombang longitudinal yang paling umum. Gelombang bunyi merambat melalui berbagai jenis medium dengan kelajuan yang dipengaruhi oleh jenis medium tersebut. pada saat gelombang merambat diudara, elemen-elemen udara bergetar sehingga menimbulkan perubahan kerapatan dan tekanan disepanjang arah perambatan gelombang. Apabila sumber gelombang bunyi bergetar secara sinusoidal, maka variasi dalam tekanannya juga bersifat sinusoidal. Deskripsi matematis untuk gelombang bunyi sinusoidal sangat mirip dengan gelombang tali sinusoidal. Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena perapatan dan perganggan dalam medium gas, cair atau padat. Gelombang itu dihasilkan ketika sebuah benda, seperti garpu tala atau senar biola, yang digetarkan atau menyebabkan gangguan kerapatan medium. Gangguan dijalarkan didalam medium melalui interaksi molekul-molekulnya. Getaran molekul tersebut berlangsung sepanjang arah penjalaran gelombang. Seperti dalam kasus gelombang tali, hanya gangguan yang dijalarkan; sementara molekul-molekul itu sendiri hany bergetar kebelakang dan kedepan disekitar posisi kesetimbangan. (Serway, 2009: 780) Bunyi adalah bentuk energi yang merambat dalam bentuk gelombang longitudinal. Kamu sudah mengetahui bahwa bunyi merupakan gelombang. Bunyi merambat ke segala arah, melalui udara sekitarnya. Kamu dapat mendengar suara lonceng pada jarak tertentu karena lonceng menggetarkan udara di sekitarnya sehingga udara pun ikut bergetar. Perambatan getaran membentuk pola rapatan dan renggangan. Pola rapatan dan renggangan ini menggetarkan udara di dekatnya dan menjalar ke segala arah. Ketika getaran udara sampai di gendang telingamu maka informasi akan disampaikan ke otak. Hal itulah yang menyebabkan kamu dapat mendengar bunyi. (Tipler, 1991: 505) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan maksud mengetahui deskripsi/gambaran tentang aktivitas dan hasil pembelajaran siswa bila model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share diterapkan pada materi bunyi. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 8 kota Gorontalo yang duduk di kelas VIII pada tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII. 3 dengan jumlah 33 siswa. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi siswa dan guru, Menurut Larry Cristensen
(dalam Sugiyono, 2013: 235) Observasi adalah sebagai pengamatan terhadap pola prilaku manusia dalam situasi tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang diinginkan. Dalam penelitian ini lembar observasi yang digunakan adalah lembar keterlaksanaan RPP dan lembar observasi aktivitas siswa. Untuk menghitung presentasi digunakan rumus sebagai berikut: - Aktivitas Siswa frekuensi siswa yg mendapat skor nilai baik Pr esentasi Capaian 100 % Jumlah Siswa
Rata rata -
skor pengamat 1 dan pengamat 2 2
Tes Hasil Belajar Ketuntasan Individual
Ketuntasan Klasikal
Skor Skor maksimum
Jumlah Siswa yang Tuntas Jumlah Seluruh Siswa
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil pengamatan langsung diperoleh Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dalam Pembelajaran fisika materi bunyi, bahwa dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar. Sedangkan hasil pengamatan pertemuan 1, pertemuan II dan pertemuan III pada proses pembelajaran diperoleh berdasarkan rata-rata skor yang diperoleh oleh pengamat 1 dan pengamat 2 Sebagai berikut: 1. Aktivitas guru Tahap Pembelajaran Pertemuan 1 2 3 Rata-Rata
Pendahuluan
Think
Pair
Share
Penutup
Rata-Rata (%)
75% 79% 92% 82.00
79% 83% 92% 84.67
75% 81% 94% 83.33
75% 81% 88% 81.33
83% 88% 92% 87.67
77.40 82.40 91.60 83.80
Kriteria Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
2. Aktivitas siswa No 1 2 3 4 5 No 1 2 3 4 5 No 1 2 3 4 5
PERTEMUAN 1
Kegiatan Siswa Pendahuluan Think Pair Share Penutup
SB (%)
B (%)
C (%)
K (%)
22.22 22.73 34.85 28.79 18.18
55.56 62.63 60.62 50.00 64.15
22.06 13.64 4.55 20.46 17.68
0.00 1.01 0.00 0.76 0.00
PERTEMUAN II
Kegiatan Siswa Pendahuluan Think Pair Share Penutup
SB (%)
B (%)
C (%)
K (%)
34.34 41.42 49.25 44.70 39.40
57.08 55.56 46.97 50.01 55.06
8.59 3.79 3.79 5.31 5.56
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
PERTEMUAN III
Kegiatan Siswa Pendahuluan Think Pair Share Penutup
SB (%)
B (%)
C (%)
K (%)
61.12 62.63 56.07 59.86 59.60
37.37 37.37 43.94 40.15 40.40
1.52 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Berdasarkan perhitungan serta analisis data, bahwa deskripsi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share mengalami kemajuan dalam pembelajaran dilihat dari peningkatan yang terjadi baik dari proses pembelajaran hingga hasil belajar. Ini dapat dilihat bahwa salah satu kelebihan model think pair share adalah memberikan kesempatan siswa untuk saling membagi ide-ide dan jawaban paling tepat, dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan peran aktif dan kerjasama mereka sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar.
PEMBAHASAN a. Pertemuan 1 Aktivitas siswa pada pertemuan 1 dilakukan pengamatan dalam proses pembelajaran berlangsung diklasifikasi berdasarkan per tahapan pembelajaran sehingga mengambarkan model pembelajaran yang diharapkan dalam RPP. Adapun rata-rata presentasi aktivitas siswa dapat dilihat dalam diagram berikut: Aktivitas Siswa Pertemuan 1 SB (%) 55.56
62.63
22.22 22.06 22.7313.64 1.01 0
B (%) 60.62 34.85 4.550
C (%)
K (%)
64.15 50 28.7920.46 18.18 17.68 0.76 0
Gambar 5. Presentasi capaian siswa dalam pembelajaran sesuai tahapan Berdasarkan diagram di atas, rata-rata siswa melakukan aktivitas pendahuluan yakni 22,22% sangat baik, 55,56 baik, 22,06% cukup, dan 0,00% kurang. Untuk tahapaan think (berfikir) rata-rata aktivitas siswa yakni 22,73% sangat baik, 62,63% baik, 13,64% cukup, dan 1,01% kurang. Untuk tahapan pair (berpasangan) rata-rata aktivitas siswa yakni 34,85% sangat baik, 60,62% baik, 4,55% cukup, dan 0,00% kurang. Untuk tahapan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain) rata-rata aktivitas siswa yakni 28,79% sangat baik, 50,00% baik, 20,46% cukup, dan 0,76% kurang. Sedangkan Untuk tahapan penutup (penghargaan) rata-rata aktivitas siswa yakni 18,18% sangat baik, 64,15% baik, 17,68% cukup, dan 0,00% kurang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dalam pertemuan pertama ini aktivitas siswa rata-rata berada pada capaiaan tertinggi adalah pada kategori baik. b. Pertemuan II Aktivitas siswa pada pertemuan II dilakukan pengamatan dalam proses pembelajaran berlangsung diklasifikasi berdasarkan per tahapan pembelajaran sehingga mengambarkan model pembelajaran yang diharapkan dalam RPP. Adapun rata-rata presentasi aktivitas siswa dapat dilihat dalam diagram berikut:
Aktivitas Siswa Pada Pertemuan II SB (%) 57.08 34.34 8.59 0.00
55.56 41.42 3.79 0.00
B (%)
C (%)
K (%)
50.01 49.2546.97 44.70 3.79 0.00
5.31 0.00
55.06 39.40 5.56 0.00
Gambar 6. Presentasi capaian siswa dalam pembelajaran sesuai tahapan Berdasarkan diagram di atas, rata-rata siswa melakukan aktivitas pendahuluan yakni 34,34% sangat baik, 57,08 baik, 8,59% cukup, dan 0,00% kurang. Untuk tahapaan think (berfikir) rata-rata aktivitas siswa yakni 41, 42% sangat baik, 55,56% baik, 3,03% cukup, dan 0,00% kurang. Untuk tahapan pair (berpasangan) rata-rata aktivitas siswa yakni 49,25% sangat baik, 46,97% baik, 3,79% cukup, dan 0,00% kurang. Untuk tahapan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain) rata-rata aktivitas siswa yakni 44,70% sangat baik, 50,01% baik, 5,31% cukup, dan 0,00% kurang. Sedangkan Untuk tahapan penutup (penghargaan) rata-rata aktivitas siswa yakni 39,40% sangat baik, 55,06% baik, 5,56% cukup, dan 0,00% kurang. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam pertemuan Kedua ini aktivitas siswa rata-rata berada pada capaiaan tertinggi adalah pada kategori baik dengan perolehan 4 aspek sedangkan sangat baik pada 1 aspek pair mengalami peningkatan. c. Pertemuan III Aktivitas siswa pada pertemuan III dilakukan pengamatan dalam proses pembelajaran berlangsung diklasifikasi berdasarkan per tahapan pembelajaran sehingga mengambarkan model pembelajaran yang diharapkan dalam RPP III. Adapun rata-rata presentasi aktivitas siswa dapat dilihat dalam diagram berikut:
Aktivitas Siswa Pada Pertemuan III SB (%) 62.63
61.12 37.37
1.520.00
37.37
B (%) 56.07 43.94
0.000.00
C (%)
K (%)
59.86
0.00 0.00
59.60
40.15 0.00 0.00
40.40 0.00 0.00
Gambar 7. Presentasi capaian siswa dalam pembelajaran sesuai tahapan Berdasarkan diagram di atas, rata-rata siswa melakukan aktivitas pendahuluan yakni 61,12% sangat baik, 37, 37 baik, 1,52% cukup, dan 0,00% kurang. Untuk tahapaan think (berfikir) rata-rata aktivitas siswa yakni 62,63% sangat baik, 37,37% baik, 0,00% cukup, dan 0,00% kurang. Untuk tahapan pair (berpasangan) rata-rata aktivitas siswa yakni 56,07% sangat baik, 43,94% baik, 0,00% cukup, dan 0,00% kurang. Untuk tahapan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain) rata-rata aktivitas siswa yakni 59,86% sangat baik, 40,15% baik, 0,00% cukup, dan 0,00% kurang. Sedangkan Untuk tahapan penutup (penghargaan) rata-rata aktivitas siswa yakni 59,60% sangat baik, 40,40% baik, 0,00% cukup, dan 0,00% kurang. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam pertemuan Ketiga ini aktivitas siswa rata-rata berada pada capaian tertinggi adalah pada kategori sangat baik sedangkan cukup terdapat penurunan hingga tersisa pada aspek pendahuluan saja. d. Hasil Belajar Hasil belajar dalam penelitian ini mengukur keterlaksanaan pembelajaran selama 3 kali petemuan pada materi bunyi dengan sub pokok materi pertemuan pertama yakni Pengertian Bunyi, Cepat Rambat Bunyi, dan Frekuensi Gelombang Bunyi pertemuan kedua yakni nada dan resonansi, dan pertemuan ketiga yakni pemantulan gelombang bunyi. Pada akhir pembelajaran dilakukan penilaian atau evaluasi tertulis dengan bentuk objektif yang terdapat pada lampiran, dengan jumlah soal 20 nomor dengan criteria ketuntasan adalah 75. Adapun perolehan secara individu maupun klasikal dapat dilihat pada uraian berikut:
a. Ketuntasan Individu Ketuntasan individu dapat dilihat dengan skor total yang diperoleh individu dalam menjawab pertanyaan dalam soal objektif dan membaginya dengan skor maksimum. Ketuntasan ini merupakan capaian yang diperoleh secara individu dalam menerima materi pembelajaran selam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi bunyi pada siswa SMP N 8 Kota Gorontalo kelas VIII.3. Adapun hasil belajar siswa dalam bentuk ketuntsan individu dapat dilihat pada diagram berikut ini: Hasil Belajar Siswa
Skor
100
50
0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 No. Urut Siswa
Gambar 8.Hasil Belajar Siswa b. Ketuntasan Klasikal Ketuntasan klasikal dapat dilihat dengan jumlah siswa yang tuntas dalam menjawab pertanyaan dalam soal objektif dan membaginya dengan total siswa. Ketuntasan ini merupakan capaian yang diperoleh secara keseluruhan dalam menerima materi pembelajaran selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi bunyi pada siswa SMP N 8 Kota Gorontalo kelas VIII.3. Adapun hasil belajar siswa dalam bentuk ketuntasan klasikal dapat dilihat pada diagram berikut ini: Ketuntasan Klasikal 100 80 60 40 20 0
Tuntas Tidak tuntas 1
2
3
4
5
Gambar 9.Hasil Belajar Siswa Secara Kasikal
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe think pair share pada materi bunyi di SMP N 8 Kota Gorontalo Dikelas VIII.3 hasil pembelajaran meningkat hal ini dapat dilihat dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa sebagian besar di atas skor yang telah ditentukan yaitu 75. Simpulan dan Saran a. Simpulan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada materi bunyi di SMP N 8 Kota Gorontalo Dikelas VIII.3 dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap hasil belajar, Serta Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada materi bunyi di SMP N 8 Kota Gorontalo Dikelas VIII.3 hasil pembelajaran meningkat secara klasikal, untuk kategori ketuntasan klasikal sangat baik dengan persentasi capaian 93,94%. b. Saran 1. Dalam penelitian ini dapat memberikan beberapa informasi untuk tidak lanjut dalam penelitian mendatang yaitu pada tahapan pembelajaran, peneliti melihat bahwa dilingkungan siswa kurang berani dalam bertukar pendapat antara siswa tentang mata pelajaran fisika ini dilihat pada capaian pertemuan ketiga yaitu tahapan share walaupun hasilnya sangat baik tetapi dari kelima tahapan pada tahapan share tidak mencapai 90% sehingga dapat dicari lagi alternative model yang dapat membangkitkan kerjasama dan komunikasi antara siswa didalam pembelajaran. 2. Dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membelajarkan materi lain lagi, dengan melihat keterlaksanaan ini, diharapkan bagi pembaca atau pengajar dapat mengguji cobakan model ini untuk meningkatkan aktivitas dikelas antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. DAFTAR PUSTAKA. Mahmud. 2010. Psikologi pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia Mulyatiningsih, Endang. 2010. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif Dan Menyenangkan (PAIKEM) . Depok, Jawa Barat: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. Diklat peningkatan kompetensi pengawas dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Mansyur, Ali, dkk. 2008. Peningkatan Aktivitas Dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 7 Tuban Melalui Pembelajaran Kooperatif TPS. Tuban: Artikel SMP N 7 tuban.
Rofiq, M. Aunur, 2009. Pengelolaan kelas. Malang : departemen pendidikan nasional direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan kewarganegaraan dan ilmu pengetahuan sosial malang Sudjana, Nana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakaya. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: CV. Alfabeta Serway Jewett, 2009. Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika. Seprtiana, Nina, dkk. 2006. Penerapan think pair share (TPS) dalam pembelajaran koopertif meningkatkan prestasi belajar geografi. Malang: UNM. Jurnal pendidikan inovatif VOLUME 2. Nomor 1, September 2006 Tippler. 1996. Fisika untuk sains dan teknik edisi ketiga. Jakarta: Erlangga Widodo, Sri. 2009. Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Think Pair Share untuk mencapai ketuntasan hasil belajar biologi materi pokok struktur jaringan tumbuhan. Jember: SMP N 7 Jember. JP3 VOL 2 No 1. Maret 2012