PENGENDALIAN PERILAKU MENYIMPANG SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-ISHLAH BAITIL MAL PONTIANAK Heru Prasetyo, Sulistyarini, Parijo Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP UNTAN Email :
[email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengendalikan perilaku menyimpang yang dilakukan siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan bentuk studi kasus. Hasil analisis data menunjukan bahwa bentuk perilaku menyimpang yang terjadi di MTs IBM Pontianak ialah merokok, pulang pada jam pelajaran, bolos sekolah, membawa HP, serta pelanggaran lain yang tidak tercatat di buku catatan pelanggaran guru BK. Selanjutnya, faktor yang mempengaruhi periaku menyimpang tersebut yaitu faktor lingkungan dan faktor imitasi atau peniruan, upaya pengendalian yang dilakukan oleh pihak sekolah sudah cukup baik dengan menekankan efek jera bagi siswa yang melanggar aturan. Kata kunci : Pengendalian, Perilaku Menyimpang Abstract : This research aims to determine how the efforts made by the school in controlling deviant behavior conducted junior secondary school students in AlIshlah Baitil Mal Pontianak. The method used in this study is a qualitative method form of case studies. Results of data analysis showed that the form of deviant behavior occurring in MTs IBM Pontianak is smoke, go home during school hours, skipping school, bringing Handphone, as well as other offenses that are not recorded in the logbook violation BK teacher. Furthermore, the factors that influence the deviant behavior that environmental factors and factors of imitation or mimicry, control measures undertaken by the school is good enough to emphasize the deterrent effect for students who break the rules. Keywords : Control, Deviant Behaviour
M
asa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masamasa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan berbagai jenis emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah baik di rumah, sekolah maupun di lingkungan pertemanannya, sehingga apabila siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya, maka akan menimbulkan bermacam-macam masalah yang sering kali tidak sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku sehingga berdampak merugikan baik bagi dirinya maupun terhadap orang lain. Pada dasarnya kenakalan remaja merupakan suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat, atau
dapat juga dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah suatu bentuk perilaku menyimpang. Definisi lain dari kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja zaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan remaja. Remaja-remaja sekarang seakan sudah tidak canggung lagi melakukan perilaku yang menyimpang. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun faktanya di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku, begitu juga keadaan yang sering kali dijumpai di sekolah misalnya seorang siswa menyontek pada waktu ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Begitu pula perilaku yang ditunjukan oleh siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal menunjukan tindakan penyimpangan atau pelanggaran terhadap norma/aturan yang berlaku di sekolah pada tahun ajaran 2012/2013, Yang di sajikan dalam tabel berikut ini : Dari data yang akan dijabarkan berikut menggambarkan jumlah perilaku menyimpang yang telah dilakukan siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak pada tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah pelanggar sebanyak 20 orang dengan rincian pelanggaran merokok di sekolah sebanyak 8 orang, pulang pada jam pelajaran 8 orang, mencuri 2 orang, tidak masuk sekolah tanpa berita 2 orang, membawa HP ke sekolah 3 orang, namun menurut guru yang bersangkutan data tentang pelanggaran berikut belum merupakan data secara keseluruhan, karena tidak semua pelanggaran yang dilakukan siswa dilaporkan kepada guru BK Tabel I : Perilaku Menyimpang Siswa Madrasah Tsanawiyah AlIshlah Baitil Mal Tahun Ajaran 2012/2013 TGL NAMA NAMA MASALAH SISWA ORTU/WALI 18-9-12 TH HJ Merokok di Sekolah RZ MD Merokok di Sekolah
25-9-12 28-9-12 29-9-12 18-10-12 19-10-12 20-10-12 8-1-13 9-1-13 11-1-13 22-1-13
Sumber :
DMS SL LW RY RK D AS LK LD BL RN RM RD MZ B BN P DS R
Pulang pada Jam Pelajaran Pulang pada Jam Pelajaran Pulang pada Jam Pelajaran SR Mencuri HP FZ Mencuri HP ES Bolos IJ Merokok di sekolah PD Merokok di Sekolah I Membawa HP A Merokok HD Bolos, Merokok HM Merokok HF Pulang pada jam Pelajaran AH Pulang pada Jam Pelajaran JK Pulang pada Jam Pelajaran IJ Pulang pada Jam Pelajaran PR Merokok Membawa HP Membawa HP Pulang pada Jam Pelajaran Guru BK tentang catatan pelanggaran siswa Madarasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal tahun ajaran 2012/2013
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa tersebut merupakan suatu masalah yang apabila tidak dilakukan upaya pengendalian dapat berakibat buruk baik bagi dirinya maupun bagi sekolah, untuk itu diperlukan suatu tindakan pengendalian perilaku menyimpang yang efektif untuk membentuk peserta didik yang sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang berahlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal inilah yang mendasari ketertarikan dan pemikiran penulis untuk meneliti hal tersebut. Menurut Roucek (dalam Maryati dan Suryawati 2007:142) pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana yang cenderung menganjurkan, membujuk, atau memaksa individu untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok. Menurut Asmani (2012:106-121) bentuk-bentuk perilaku menyimpang di sekolah meliputi rambut panjang bagi siswa putra, rambut disemir, mentato kulit, merokok, berkelahi, mencuri, merusak sepeda/motor temannya, ergaulan bebas, pacaran, tidak masuk sekolah, sering bolos, tidak disiplin, ramai di dalam kelas, bermain play station pada waktu jam pelajaran, serta mengotori kelas dan halaman sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan penyimpangan perilaku seperti yang dikatakan oleh Willis (dalam Muladi 2007), faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan perilaku menyimpang adalah faktor
yang ada dalam diri anank sendiri, faktor dari rumah tangga, faktor lingkungan masyarakat, serta faktor yang berasal dari sekolah. Menurut Gaza (2012:108), hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengendalikan atau menanggulangi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa dapat dengan memberikan hukuman kepada siswa tersebut agar menimbulkan efek jera bagi siswa tersebut sehingga di kemudian hari tidak lagi ditemukan siswa yang berperilaku menyimpang seperti dengan cara memberikan istifar dan komitmen ulang, isolasi, penghilangan hak istimewa, moving, lingkaran merah, pengalihan, penyekapan, skorsing, penugasan tulisan, penugasan komitmen dan bantuan dari pihak luar, line sircle, infaq, sedekah amal saleh, menghapus bintang, komentar buku penghubung, sms laporan orang tua, tambahan tugas(hafalan), penundaan hak, serta tembok ratapan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai upaya pengendalian perilaku menyimpang oleh Madrasah Tsanawiyaah Al-Ishlah Baitil Mal pontianak METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan bentuk studi kasus. Menurut Usman dan Abdi (2009: 7) penelitian kualitatif adalah meneliti subyek penelitian atau informan dalam lingkungan hidup kesehariannya. Selanjutnya Suryabrata (2010: 800) menjelaskan bahwa penelitian kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut. Tergantung kepada tujuannya, ruang lingkup penelitian itu mungkin mencakup keseluruhan siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja; studi demikian itu mungkin mengkonsentrasikan diri pada faktor-faktor khusus tertentu atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadiankejadian Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, yaitu kepala sekolah, 5 orang guru, serta 5 orang siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data dengan informan dilakukan dengan melakukan observasi langsung, wawancara langsung serta studi dokumenter. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan serta hasil observasi tentang pengendalian perilaku menyimpang siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 87) yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut : Reduksi Data Mereduksi data berarti mengurangi data atau merangkum data. Dalam penelitian ini, semua data yang peneliti kumpulkan dari hasil wawancara dengan informan di Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak akan di pilih hal – hal yang pokok saja berdasarkan fokus penelitian.
Penyajian Data Setelah merangkum data, proses selanjutnya adalah melakukan penyajian data dengan tujuan untuk memudahkan peneliti untuk mengorganisasikan data berdasarkan fokus penelitian. Verifikasi dan Pengambilan Keputusan Dalam penelitian ini, verifikasi data dilakukan selama penelitian berlangsung dan verifikasi data akan peneliti hentikan apabila data yang yang di peroleh sudah jenuh. Selanjutnya peneliti akan menarik keputusan atau kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dengan informan yang telah dipilih di Madrasah Tsanawiyah AlIshlah Baitil Mal Pontianak. Selanjutnya, kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penelitian dianalisis kembali dengan menggunakan teknik pemeriksaan data sebagai berikut : Perpanjangan Pengamatan / Observasi Perpanjangan pengamatan dilakukan bertujuan untuk meperoleh data yang lebih akurat mengenai pengendalian perilaku menyimpang siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak. Triangulasi Setelah melakukan perpanjangan pengamatan, peneliti akan melakukan triangulasi atau pengecekan data dari berbagai sumber referensi sehingga tingkat akurasi data lebih terjaga keabsahannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh dua kelompok data, yaitu data hasil observasi dan hasil wawancara. Dari hasil observasi yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak. Diantaranya yaitu siswa yang datang terlambat, siswa yang memakai seragam berbeda dengan siswa lainnya, ada beberapa siswa yang bersantai di teras sekolah ketika jam pelajaran sedang berlangsung dikarenakan guru yang seharusnya mengajar belum/tidak datang ke sekolah, serta siswa yang pulang ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Selain itu, pengendalian yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengatasi siswa yang melakukan perilaku menyimpang, ditemukan beberapa diantaranya yaitu, Guru memberi hukuman yang mendidik seperti menyuruh siswa yang melanggar untuk mencuci piring yang ada di kantor sebagai hukumannya, menyuruh siswa tersebut untuk menghafal surat-surat pendek, memanggil orang tua siswa yang melanggar aturan, serta memanggil siswa yang bersangkutan untuk selanjutnya diberikan nasehat tentang dampak dari pelanggaran yang dilakukan siswa tersebut agar di kemudian hari tidak lagi melakukan penyimpangan perilaku seperti yang telah dilakukan. Selanjutnya, dari hasil wawancara dengan kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak mengenai bentuk, faktor, serta pengendalian perilaku menyimpang siswa bapak Markan menyatakan bahwa perilaku menyimpang yang paling sering dilakukan siswa, misalnya pulang sekolah sebelum waktunya, jarang masuk sekolah, kalau untuk merokok dulu
cukup sering ditemukan, tapi sekarang sudah jarang ditemukan siswa yang merokok di lingkungan sekolah. Untuk faktor, beliau menyatakan siswa melakukan perilaku menyimpang dapat disebabkan karena ajakan teman dan faktor lingkungan yang cukup mendukung anak tersebut dalam melakukan perilaku menyimpang. Selanjutnya bentuk pengendalian yang dilakukan oleh sekolah, beliau menyatakan menyerahkan sepenuhnya kepada guru BK serta guruguru lainnya. Dari hasil wawancara dengan guru BK, Waka Kesiswaan serta guru-guru lain, bentuk perilaku menyimpang yang sering dilakukan siswa yaitu berupa bolos sekolah, pulang pada jam pelajaran, merokok di sekolah, pakaian sekolah yang tidak sesuai dengan aturan sekolah, siswa laki-laki yang menggunakan aksesoris, serta siswa yang sering datang terlambat. Selanjutnya, jika perilaku menyimpang yang terjadi di dalam kelas, biasanya siswa yang kedapatan mencontek, tidur ketika guru sedang menjelaskan, tindakan asusila dulu pernah tapi cuma sekali, sekarang sudah tidak pernah lagi ditemukan pelanggaran demikian. Cukup banyak pelanggaran yang ditemukan di MTs IBM tersebut, namun tidak semua pelanggaran tercatat di buku catatan guru BK. Faktor yang mempengaruhi siswa berperilaku menyimpang disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor teman yang cenderung mengajak anak untuk berperilaku menyimpang serta pengaruh kegiatan yang dilakukan sekolah yang biasanya membuat siswa bosan mengikuti kegiatan sampai selesai. Upaya pengendalian perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pihak sekolah yaitu dengan memperingati siswa tersebut agar tidak lagi mengulang kesalahan yang telah ia perbuat, jika masih mengulangi maka selanjutnya akan dipanggil orangtua/wali muridnya untuk selanjutnya membicarakan masalah tersebut. Untuk siswa yang kedapatan merokok, siswa tersebut diberikan hukuman yang menekankan kepada pemberian efek jera seperti disuruh menghisap rokok tersebut 4-5 batang sekaligus. Selanjutnya, dari hasil wawancara dengan 5 orang siswa diperoleh informasi bahwa bentuk perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh siswa yaitu merokok di sekolah, bolos sekolah, pulang pada jam pelajaran, membawa HP ke sekolah serta masih banyak lagi pelanggaran lainnya. Mereka menuturkan bahwa mereka melakukan perilaku menyimpang disebabkan oleh terpengaruh temannya yang juga merokok di sekolah sehingga ia tertarik untuk mengikuti temannya, merokok di sekolah dikarenakan tidak bisa merokok di rumah, sehingga di sekolah ia bisa merokok dengan sembunyi-sembunyi, pulang pada jam pelajaran karena bosan dengan pelajarannya dan didukung oleh kurangnya pengawasan yang diberikan oleh dewan guru, bolos sekolah karena ada temannya yang berasal dari sekolah lain yang ia lihat tidak sekolah, ia pun jadi ingin mengikuti temannya tersebut untuk tidak bersekolah, membawa HP ke sekolah dikarenakan merasa bahwa HP cukup penting dibawa ke sekolah untuk mengetahui informasi penting yang sewaktu-waktu diberikan oleh orangtuanya di rumah. PEMBAHASAN Perilaku menyimpang ialah perilaku yang dianggap oleh sebagian orang perilaku yang melanggar nilai dan norma yang telah tercipta di dalam
masyarakat. Di sekolah, perilaku yang dianggap menyimpang ialah perilaku yang melanggar aturan yang telah diberikan oleh sekolah dan telah dimuat dalam tata tertib yang telah mengatur segala bentuk perilaku yang tidak dibolehkan untuk dilakukan di sekolah, dan kemudian pihak sekolah lah yang akan memberikan hukuman/sanksi kepada siswa yang bermasalah sebagai upaya pengendalian agar memberikan efek jera bagi siswa yang melanggar aturan yang telah ditetapkan supaya dikemudian hari tidak lagi ditemukan siswa yang berperilaku menyimpang di sekolah. Dari hasil penelitian yang dilakukan di MTs Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak yaitu dengan metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi, peneliti menemukan beberapa bentuk pelanggaran diantaranya siswa yang melanggar aturan misalnya siswa yang mengeluarkan baju ketika masih di sekolah, siswa yang berpakaian tidak sesuai dengan dengan seragam yang dipakai pada hari itu. Ada juga siswa yang berperilaku menyimpang lainnya seperti siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah, siswa yang datang terlambat, bolos sekolah, siswa yang pulang pada jam pelajaran, siswa yang membawa HP ke sekolah, serta siswa yang mencuri, semua bentuk pelanggaran yang telah disebutkan di atas, tidak semuanya masuk ke dalam catatan buku pelanggaran siswa yang dibuat oleh guru BK, dikarenakan tidak semua bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dilaporkan ke guru BK. Bentuk-bentuk pelanggaran tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Asmani (2012:106-121) yang mengatakan bahwa bentuk-bentuk perillaku menyimpang siswa di sekolah yang meliputi ranbut panjang bagi siswa putra, rambut disemir, mentato kulit, merokok, berkelahi, mencuri, merusak sepeda/motor temannya, pergaulan bebas, pacaran, tidak masuk sekolah, sering bolos, tidak disiplin, ramai di kelas, bermain play station pada waktu jam pelajaran, serta mengotori kelas dan halaman sekolah. Perilaku menyimpang siswa mempunyai latar belakang tertentu yang menjadi penyebab atau yang mempengaruhi siswa tersebut berperilaku menyimpang. Penyebab siswa berperilaku menyimpang tidak hanya disebabkan oleh satu hal saja, akan tetapi banyak yang menjadi penyebab siswa berperilaku menyimpang, hal inilah yang seharusnya diminimalisir oleh sekolah agar kemudian tidak lagi ditemukan siswa yang berperilaku menyimpang supaya terciptanya ketertiban di sekolah, sehingga suasana menjadi kondusif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di MTs AlIshlah Baitil Mal Pontianak, peneliti menemukan bahwa faktor yang biasanya mempengaruhi siswa tersebut berperilaku menyimpang ialah faktor lingkungan dan faktor imitasi atau peniruan. Faktor lingkungan dibedakan menjadi 2, yang pertama faktor lingkungan pertemanan, lingkungan pertemanan merupakan faktor yang bisa mempengaruhi proses pembentukan sikap dan perilaku yang akhirnya dapat menimbulkan perilaku menyimpang siswa. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kepribadian siswa yang mana dampaknya dapat berimbas secara langsung pada pembentukan sikapnya. Faktor teman cukup berpengaruh sebagai penyebab siswa tersebut berperilaku menyimpang, namun pengaruh tersebut datang secara tidak langsung, karena menurut penelitian tidak ada siswa yang merasa diajak oleh teman yang berasal dari sekolah yang sama untuk berperilaku menyimpang, akan tetapi siswa tersebutlah yang menjadi tertarik untuk melakukan penyimpangan perilaku ketika
melihat temannya yang lain berperilaku menyimpang. Ajakan untuk berperilaku menyimpang juga ada yang datang dari temannya, namun teman yang mengajak siswa tersebut untuk berperilaku menyimpang bukan berasal dari sekolahnya, akan tetapi siswa yang biasanya mengajak untuk berperilaku menyimpang berasal dari sekolah lain. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Sutadipura (1982:87-90) yang mengatakan bahwa peranan teman sebaya yaitu teman-teman sekolah, teman sepermainan, sepengajian dan sebagainya merupakan sumber dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku, tutur kata, sikap si anak didik. Diantara rombongan anak-anak yang sebaya itu selalu ada seorang atau dua yang menonjol dalam ketangkasan atau keterampilannya, baik secara fisik atau psikis yang dapat mempengaruhi teman-temannya. Faktor lingkungan yang kedua yaitu faktor lingkungan sekolah, Sekolah sebagai sarana pendidikan kedua setelah keluarga tentunya memegang peranan penting, seorang anak apabila sudah sampai pada bangku sekolah, maka sepenuhnya anak tersebut menjadi tanggung jawab guru. Peran sekolah adalah membantu mengarahkan tingkah laku peserta didik yang dibawanya dari lingkungan keluarga. Bimbingan, arahan dan masukan yang diberikan diharapkan akan dapat membentuk mental dan perilaku peserta didik agar menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan agamanya. Faktor lingkungan sekolah juga bisa menjadi penyebab perilaku menyimpang yang dilakukan siswa apabila sekolah tidak mampu berperan dan berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Misalnya pelaksanaan tata tertib belum berjalan dengan baik, kedisiplinan pengelolaan sekolah belum berjalan dengan baik dan lain sebagainya, serta kurangnya pengawasan yang diberikan oleh pihak sekolah. Faktor lingkungan sekolah bisa mempengaruhi perilaku menyimpang yang dilakukan siswa yaitu dikarenakan kurangnya pengawasan dari pihak sekolah untuk memperhatikan siswanya yang menyebabkan siswa tersebut tidak merasa takut untuk melakukan pelanggaran seperti keluar pada jam pelajaran karena guru yang seharusnya datang mengajar tidak datang. Penyebab siswa berperilaku menyimpang juga berasal dari rasa bosan siswa, seperti ada siswa yang pulang ketika sekolah karena merasa bosan dan ketika sekolah mengadakan kegiatan dikarenakan siswa tersebut merasa bosan dengan pelajaran yang diberikan oleh guru dan kegiatan yang ada di sekolah. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Muchtar (dalam Muladi 2007:48) yang menyebutkan bahwa perilaku menyimpang siswa disebabkan oleh faktor psikologis dan faktor lingkungan. Dikemukakan kekesalan dan kesumpekan yang dialami siswa dapat menjadi penyebab, begitu pula faktor sosio-kultural, seperti disharmoni hubungan dalam keluarga dan situasi dalam masyarakat. Faktor yang kedua adalah faktor imitasi atau peniruan, faktor keinginan siswa untuk mengikuti atau meniru temannya juga cukup banyak ditemui. Faktor imitasi merupakan faktor yang bisa mempengaruhi proses pembentukan sikap dan perilaku yang akhirnya dapat menimbulkan perilaku menyimpang siswa. Salah satu penyebab siswa melakukan perilaku menyimpang karena siswa tersebut meniru temannya yang melakukan perilaku menyimpang tersebut. Diantaranya siswa yang pernah kedapatan merokok di sekolah, ia mengatakan bahwa ketika melihat temannya yang merokok di sekolah, timbul keinginan dari dalam dirinya
untuk mengikuti temannya merokok di sekolah, hal inilah yang dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi siswa tersebut melakukan perilaku menyimpang adalah faktor imitasi atau tiruan seperti yang dikatakan oleh Sutadipura (1982:87) yaitu manusia adalah makhluk yang paling cekatan untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan alam sekitarnya yang selalu berubahubah itu, berkat daya imitasinya, daya tirunya yang cepat. Pada saat-saat permulaan dari perkembangan si anak daya imitasi itu bergerak di bawah permukaan kesadaran. Suara, mimic, pantomimic dan lain-lain. Segala-galanya itu ditirunya tanpa melalui saringan. Contoh yang baik akan menghasilkan tiruan yang baik, sedangkan contoh yang tidak sesuai dengan apa yang dianjurkan sang pendidik, akan menghasilkan sikap yang sebaliknya dari apa yang diharapkan dan berbahaya sekali untuk kewibawaannya. Perilaku menyimpang siswa disekolah memerlukan penanganan dan perhatian khusus baik oleh orang tua maupun guru di sekolah, kenakalan siswa apabila dibiarkan berlarut-larut akan menjadi lebih parah dan susah untuk ditanggulangi. Perilaku menyimpang di kalangan siswa sering ditemukan walaupun sesungguhnya perilaku yang demikian tidak diharapkan sama sekali oleh sekolah, perilaku menyimpang ini tidak bisa begitu saja dibiarkan karena akan berakibat buruk bagi siswa itu sendiri, oleh karena itu diperlukan pengendalian. Untuk itulah diharapkan upaya pengendalian perilaku menyimpang yang baik oleh sekolah agar dikemudian hari perilaku menyimpang tidak lagi ditemukan di sekolah tersebut seperti menurut Gaza (2012:108) yaitu dengan cara Istifar dan komitmen ulang, Isolasi, Penghilangan hak istimewa, Moving, Lingkaran merah, Pengalihan (tak menghiraukan), Penyekapan, Skorsing, Penugasan tulisan, Penugasan komitmen dan bantuan dari pihak luar, Line sircle, Infaq, Sedekah amal saleh, Menghapus bintang, Komentar buku penghubung, Sms laporan orang tua, Tambahan tugas (hafalan),Penundaan hak serta Tembok ratapan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan beberapa bentuk pengendalian yang dilakukan oleh guru di MTs Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak, untuk pengendalian terhadap perilaku menyimpang diperoleh keterangan dari hasil wawancara yang pertama yaitu hukuman yang memberikan efek jera, Efek jera tidak selalu bersifat negatif. Efek jera ini bisa saja hukuman yang positif, tetapi efek jera ini adalah hal yang tidak disukai oleh siswa untuk dijalankan sehingga siswa merasa lelah menjalankannya. Efek jera bisa muncul jika hukuman yang diberikan bersifat menekan dan siswa sangat tidak nyaman berada dalam posisi terhukum. Jika memberikan hukuman yang terlalu ringan atau apalagi hukuman itu dijalankan oleh siswa dengan semangat, bisa jadi hukuman tersebut tidak berdampak apa-apa pada siswa, justru berbalik arah dari yang guru harapkan. Oleh karena itulah diperlukan adanya efek jera yang ditimbulkan dari hukuman yang diberikan oleh guru agar siswa yang melakukan pelanggaran tidak lagi melakukan kesalahan yang telah ia perbuat. Kedua, tambahan tugas (hafalan), untuk sekolah yang memberlakukan hafalan (bisa berupa hafalan ayat Al-Quran ataupun yang lainnya), dapat memberlakukan jenis hukuman positif ini kepada siswa-siswinya. Misalnya di sekolah yang saya teliti, ketika ada siswa yang kedapatan membolos maupun
pulang pada jam pelajaran, siswa tersebut dipanggil ke ruang guru BK untuk kemudian diberikan hukuman berupa tugas hafalan yang disetor siswa keesokan paginya untuk membuat siswa tersebut tidak berani untuk terlambat atau bahkan tidak masuk sekolah lagi karena siswa tersebut diberikan kewajiban untuk menyetorkan hafalannya. Ketiga yaitu skorsing, skorsing pada umumnya sudah berlaku di sekolahsekolah. Skorsing diberikan dengan menghilangkan hak dan mengurangi waktu belajar siswa sementara waktu. Pemberian skorsing ini bisa dilakukan dengan meminta siswa untuk tidak belajar beberapa menit. Untuk yang lebih ekstrem, skorsing diberlakukan dengan meminta siswa pulang ke rumah dan tidak masuk sekolah selama satu hari. Tentunya skorsing ini diberlakukan setelah melalui tahapan-tahapan panjang, proses nego dan pendampingan guru pada siswa yang bersangkutan telah berlangsung lama sehingga skorsing diberikan sebagai akhir dari proses pendidikan yang telah dilakukan guru untuk siswanya. Seperti yang terjadi di MTs Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak dimana skorsing baru akan diberikan ketika siswa tersebut melakukan pelanggaran seperti bolos sekolah, datang terlambat selama lebih dari satu kali. Keempat dengan pemberian nasehat, pemberian nasehat biasanya diberikan untuk pelanggaran yang masih terbilang kecil, biasanya pemberian nasehat diberikan kepada siswa yang melakukan pelanggaran seperti pulang pada jam pelajaran, bolos sekolah, pemberian nasehat dilakukan jika siswa tersebut masih melakukan pelanggrana satu kali, jika masih melakukan biasanya siswa tersebut dipanggil orang tuanya. Pemberian nasehat yang biasanya dilakukan di MTs Al-Ishhlah Baitil Mal Pontianak dilakukan oleh ibu Kusmawati selaku guru BK, yaitu dengan memanggil terlebih dahulu siswa yang bermasalah untuk kemudian diberikan nasehat tentang apa bahaya dari pelanggaran yang ia lakukan agar ia sadar dan tidak lagi mengulang kesalahannya. Kelima dengan melakukan pemanggilan orang tua, pemanggilan orang tua cukup penting untuk dilakukan oleh sekolah mengingat untuk melakukan pengendalian terhadap perilaku siswa, orang tua juga dapat berperan penting. Pemanggilan orang tua juga dapat berfungsi agar orang tua mengetahui perilaku anaknya di sekolah dan selanjutnya bisa lebih baik lagi dalam mengawasi perkembangan anaknya dirumah. Hampir semua kasus yang dilakukan siswa, pihak sekolah melakukan pemanggilan orang tua, hal ini dapat memudahkan pihak sekolah untuk berkoordinasi dengan orang tua siswa. Keenam dengan melakukan penyitaan, membawa HP ke sekolah merupakan salah satu bentuk perilaku yang telah dilarang di MTs Al-Ishlah Baitil Mal. Untuk itu, ketika ditemukan siswa yang membawa HP ke dalam sekolah, pihak sekolah akan menyita HP tersebut dan baru akan dikembalikan setelah pembagian rapor atau ketika siswa yang bersangkutan telah selesai menempuh ujian akhir, hal ini diharapkan oleh pihak sekolah dapat membuat siswa yang bersangkutan maupun teman-temannya yang melihat tidak berani untuk membawa kembali HP nya ke dalam ruang lingkup sekolah. Ketujuh dengan menyuruh siswa untuk melakukan sedekah amal saleh, sedekah amal saleh adalah sedekah siswa berupa satu kebaikan untuk satu pelanggaran yang ia lakukan. Berdasarkan observasi di MTs Al-Ishlah Baitil Mal
Pontianak, seseorang siswa yang melakukan kesalahan diminta untuk berbuat baik seperti disuruh mencuci piring, membersihkan kelas, serta bentuk amal saleh apapun yang bisa dianggap sebagai tebusan. Dari ketujuh bentuk pengendalian perilaku menyimpang siswa diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat berbagai metode yang digunakan oleh pihak sekolah MTs Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak dalam mengendalikan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa. Berbagai macam upaya dilakukan oleh sekolah demi satu tujuan yaitu agar terciptanya keamanan dan ketertiban di sekolah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data tentang upaya pengendalian perilaku menyimpang siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Baitil Mal Pontianak, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan cara pemberian efek jera bagi siswa yang melakukan perilaku menyimpang, juga menyuruh siswa yang terlambat untuk memungut sampah, membersihkan kelas dan piket kantor agar siswa tersebut jera untuk melakukan perilaku menyimpang lagi. Upaya pengendalian perilaku menyimpang dari pihak sekolah juga ada yang bersifat mendidik seperti ketika ada siswa yang bersalah, siswa tersebut diberi hafalan surah-surah pendek. Pihak sekolah juga menerapkan upaya pengendalian dengan menyita barang yang tidak seharusnya dibawa ke sekolah, seperti siswa yang membawa HP akan disita HPnya dan baru dikembalikan setelah pembagian rapor. Bentuk perilaku menyimpang yang ditemukan yaitu berupa pelanggaran yang meliputi merokok di sekolah, siswa yang datang terlambat, siswa yang sering bolos sekolah, siswa yang mencuri, siswa yang membawa HP ke dalam sekolah, siswa yang berpakaian tidak sesuai dengan aturan seragam yang ditetapkan oleh sekolah, siswa di MTs Al-Ishlah Baitil Mal juga sering terlihat keluar kelas ketika jam pelajaran dikarenakan guru yang mengajar tidak hadir. Namun tidak semua perilaku menyimpang diatas tercatat di catatan pelanggaran siswa yang dibuat oleh guru BK yang biasanya menangani perilaku menyimpang siswa. Selain itu, faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang di Madrasah Tsanawiyah al-Ishlah Baitil Mal yaitu faktor lingkungan dan faktor imitasi atau peniruan. Menurut pengakuan mereka pengaruh dari teman tidak datang secara langsung melalui ajakan temannya tersebut, akan tetapi siswa tersebut yang terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang ketika melihat temannya yang berperilaku menyimpang. Namun tidak hanya faktor peniruan yang mempengaruhi mereka berperilaku menyimpang, faktor lingkungan pertemanan dan lingkungan sekolah juga mendukung mereka untuk berperilaku menyimpang karena kurangnya pengawasan yang diberikan oleh pihak sekolah serta bosannya siswa untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sekolah juga mendorong siswa yang bersangkutan untuk pulang ketika jam pelajaran masih berlangsung.
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti berikan untuk memaksimalkan penunjangan pendidikan anak di panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak adalah: (1) Sebaiknya sekolah selalu mencatat sekecil apapun bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa di sekolah, sehingga pihak sekolah dapat mengetahui sejauh apa perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa agar pihak sekolah mudah untuk melakukan upaya pengendaliannya. (2) Sebaiknya pihak sekolah selalu mengawasi siswa di sekolah tersebut agar dapat meminimalisir pelanggaran yang terjadi karena dari penelitian yang telah dilakukan kebanyakan siswa berperilaku menyimpang karena dirasa tidak ada pihak yang mengawasi siswa tersebut, sekolah seharusnya memiliki pos satpam atau tempat bagi guru piket di luar kantor guru, sehingga guru piket bisa setiap saat mengawasi perilaku siswa. (3) Sebaiknya seluruh komponen sekolah mulai dari staf tata usaha sampai kepala sekolah bahkan siswa pun harus diberikan penyadaran untuk menjunjung tinggi nama baik sekolah. Dengan demikian, yang menangani siswa yang berperilaku menyimpang bukan hanya guru BK atau Waka Kesiswaan saja, melainkan seluruh elemen di sekolah tersebut termasuk siswa. DAFTAR RUJUKAN Balnadi Sutadipura.(1982).Aneka Problema Keguruan.Bandung: Angkasa Jamal Ma’mur Asmani.(2012).Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Yogyakarta: BukuBiru Kun Maryati & Juju Suryawati.(2007).Sosiologi. Jakarta: Esis Mamiq Gaza.(2012).Bijak Menghukum Siswa.Jogjakarta: AR-Ruzz Media Sugiyono. (2009).Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta Sumadi Suryabrata. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers Usman Rianse & Abdi.(2009).Metodologi Ekonomi.Bandung: Alfabeta
Penelitian
Sosial
Yahya Muladi. (2007) .Fenomena Perilaku Menyimpang Siswa.(online). (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/69074351)
dan