Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
PENGEMBANGAN “WAYANG SAINS” UNTUK MENINGKATKAN ORKESTRASI PEMBELAJARAN IPA Winarto Jurusan Fisika FMIPA UM Abstrak: Penggunaan media dalam pembelajaran sains untuk menciptakan situasi kelas yang kondusif, pada umumnya belum optimal. Padahal berbagai teknologi telah berkembang pesat dan memberikan peluang terobosan baru dalam inovasi pembelajaran sains. Hal ini terutama sekali disebabkan oleh keterbatasan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam menguasai dan mengoperasikan peralat-an yang ada, serta fasilitas pendukung yang masih minim. Salah satu upaya untuk meningkatkan orkestrasi pembelajaran sains agar dapat menyampaikan pesan-pesan moral maupun konsep sains secara efektif dan menyenangkan adalah dengan mengembangkan “Wayang Sains”, yaitu berupa media komunikasi kultural yang sangat dikenal dan digemari masyarakat luas. Wayang Sains berupa kartun yang dapat digerakkan, terdiri atas siswa, guru, para penemu, gambaran produk yang ditemukan, serta kartun pendukung lainnya sebagaimana kelengkapan sebuah pertunjukkan wayang.Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah 1) mengembangkan Wayang Sains sebagi media pembelajaran IPA, 2) mengetahui kelayakan produk media pembelajaran dalam meningkatkan orkestrasi pembelajaran IPA. Model Pengembangan media pembelajaran mengadapsi Model Borg & Gall yang telah dimodifikasi. Secara garis besar langkah penelitian dan pengembangan, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan ke 3) uji model. Uji coba produk dalam penelitian ini dilaksanakan melalui lima tahap, yaitu 1) review ahli materi, 2) review ahli media, 3) uji coba perorangan, 4) uji coba kelompok kecil, dan 5) uji lapangan. Data pengembangan terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif terdiri dari masukan dan saran untuk perbaikan materi bahan ajar, diberikan oleh para validator dari dosen FMIPA UM, guru IPA SMP, dan siswa SMP. Data kuantitatif adalah skor penilaian kelayakan media yang diberikan validator. Hasil penilaian validator 1 dan validator 2 diperoleh nilai masing-masing 90,4% dan 81,5% atau dengan nilai rata-rata 85,95%. Menurut Kuswandi (2001), secara kuantitatif hasil penelitian menunjukkan bahwa produk Wayang Sains ini sangat layak untuk digunakan dalam meningkatkan orkestrasi pembelajaran IPA. Secara kualitatif diperoleh masukan bahwa belajar IPA dengan Wayang Sains dapat meningkatkan variasi (orkestrasi) pembelajaran, menciptakan suasana pemebelajaran menyenangkan, serta meningkatkan minat belajar dan pemahaman materi IPA. Selain itu, banyak pesan moral yang dapat disampaikan melalui Wayang Sains sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai K13 dalam meningkatkan karakter siswa. Kata Kunci: Wayang Sains, orkestrasi, pembelajaran IPA.
Tantangan abad ke-21 sebagai era informasi mendorong setiap individu meningkatkan keterampilan berpikirnya agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungannya yang pesat dan sangat dinamis. Bagi guru, tantangan terbesar adalah tercapainya tujuan pembelajaran secara tuntas, yaitu dapat membantu siswa agar dapat menjadi pelajar yang mandiri dan mampu mengatur dirinya sendiri (self regulated) (Arends, 2008:17). Untuk itu dibutuhkan guru-guru yang handal dan berkompeten yang dapat melaksanakan proses pembelajaran secara efektif. Secara rinci dapat diuraikan ciri-ciri guru efektif adalah: (1) memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan mereka mampu mengembangkan hubungan kemanusiaan yang autentik dengan siswa, orang tua, dan rekan sejawatnya, dan untuk mengembangkan kelas yang berkeadilan sosial dan demokratis bagi siswa, (2) memiliki disposisi positif terdadap ilmu pengetahuan, setidaknya menguasai dasar pengetahuan yang luas, perkembangan dan pembelajaran manusia dan pedagogi, (3) menguasai teknik mengajar beragam yang diketahui dapat menstimulasi motivasi siswa, meningkatkan pencapaian keterampilan dasar siswa, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan menghasilkan siswa yang self regulated, (4) secara pribadi terdisposisi ke arah refleksi dan problem solving (mengatasi masalah) dan dapat menggunakan pengetahuan professionalnya untuk meningkatkan pembelajaran siswa serta untuk meningkatkan sekolahnya (Arends, 2008:19). Secara umum, terdapat tiga pilar pengetahuan yang menjadi tumpuan profesionalitas seorang guru (Etkina, 2010) yaitu: content knowledge, pedagogical knowledge, dan pedagogical 474
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
content knowledge. Content knowledge (pengetahuan tentang subjek tertentu yang akan diajarkan) yang dimiliki oleh seorang guru IPA perlu didukung oleh Pedagogical content knowledge (pengetahuan tentang kandungan/ isi pedagogis) agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif di kelas. Sebaliknya, seorang guru IPA tidak mungkin dapat menyampaikan materi pembelajarannya dengan baik dan dimengerti siswa bila tidak mempunyai pengetahuan yang dalam tentang materi yang diajarkannya. Belajar IPA bukan hanya untuk tahu matematikanya, tetapi lebih jauh siswa diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung di dalamnya, menuliskannya ke dalam parameter atau simbol-simbol sains, memahami permasalahan dan menyelesaikannya secara matematis. Tidak jarang tuntutan inilah yang menyebabkan ketidaksenangan siswa terhadap pelajaran IPA semakin besar (Sugiarti, 2005). Oleh karenanya, diperlukan kreativitas dan inovasi guru dalam mengelola kelas dan mengembangkan proses pembelajaran IPA yang menarik dan menyenangkan dengan menghadirkan media pembelajaran yang tepat dan efektif. Salah satu faktor penting untuk proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terlaksana secara efektif (Sadiman, 2011:103). Dalam pembelajaran IPA, media sangat diperlukan karena IPA memiliki karakteristik khas diantaranya: IPA mempelajari hukum alam, IPA berkembang melalui pengamatan-pengamatan eksperimental, IPA mencakup produk, proses, dan sikap (Serway, 2010). Pada proses pembelajaran IPA seringkali dihadapkan pada materi yang sulit dibayangkan (abstark) dan di luar pengalaman mahasiswa sehari-hari, sehingga sulit diajarkan guru dan sulit dipahami mahasiswa (Daulay, 2012). Untuk mengatasi semua itu perlu dikembangkan media praktis dan terjangkau yang dapat menjelaskan dan menjembatani materi yang bersifat abstrak menjadi konkrit, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menarik (Prabu, 2006). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (PermenDIKBUD No.059/2014). Lebih lanjut secara singkat diuraikan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi budaya sebagai berikut. 1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. 2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi nilai-nilai budaya dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia. Pengembangan media pembelajaran IPA hingga saat ini sudah mencapai tahap yang menggembirakan, yaitu dengan melibatkan komputer sebagai alat produksinya. Namun produk media yang dihasilkan hanya sebatas pemahaman konsep dan materi saja, belum dapat menjawab tantangan Kurikulum 2013 yang mencanangkan aspek karakter (attitude) sebagai salah satu target pembelajaran. Sejumlah penelitian terdahulu tentang komik sains berbantuan komputer yang dilakukan oleh Andika (2011), Dwi Nuryani (2011), Zianharyati (2012), Nurhayati (2013), belum menyentuh ke ranah afeksi dan meningkatkan karakter siswa. Dalam dunia pendidikan, pendekatan budaya sangat cocok dipakai sebagai salah satu aspek pendukung pencapaian target pendidikan, terutama pendidikan di Indonesia yang memiliki multi budaya. Bahkan, oleh Mendiknas, pendekatan ini jelas-jelas dianggap ampuh untuk mencapai target penuntasan wajib belajar (Maryaeni,2010). Sejarah mencatat pendekatan kultural (cultural approach) telah terbukti efektif dalam membentuk peradaban bangsa. Hal ini dibuktikan dengan kisah sembilan wali (wali songo) yang berhasil menyebarkan agama Islam di Jawa (Mendikbud, 2014). Lebih lanjut Mendikbud mengatakan, dakwah dengan pendekatan budaya terbukti jauh lebih efektif dan lebih menghormati nilai kemanusiaan dibanding dengan
475
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
suatu dakwah menggunakan pendekatan normatif.Tidak hanya itu, pendekatan kultural dinilai juga lebih langgeng dan efektif dalam melakukan transformasi budaya. Bertolak dari pemikiran di atas, penelitian ini berupaya mengembangkan media pembelajaran sains (IPA) berbasis budaya (kultural) dalam bentuk Wayang Sains untuk meningkatkan orkestrasi pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, untuk meningkatkan minat belajar dan penyampaian pesan moral sains dalam mengikuti pelajaran IPA, diperlukan media praktis dan menarik yang dapat dipakai oleh guru sebagai media pendamping dalam proses pembelajaran. Pemakaian media ini secara intensif dan benar diharapkan dapat meningkatkan karakter dan pemahaman IPA siswa. Mengacu pada permasalahan yang ada, maka dirumuskan tujuan penelitian dan pengembangan ini untuk: 1) mengembangkan Wayang Sains sebagi media pembelajaran IPA, 2) mengetahui kelayakan produk media pembelajaran dalam meningkatkan orkestrasi pembelajaran IPA .Hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat mengevaluasi mengenai penggunaan Wayang Sains sebagai alat bantu dalam pembelajaran IPA. Pengembangan media inovatif Wayang Sains diharapkan menjadi sumbangan yang berarti dalam meningkatkan orkestrasi serta efektivitas pembelajaran IPA dan berujung pada peningkatan karakter dan pemahaman siswa. Metode Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dan pengembangan dilaksanakan di Universitas Negeri Malang pada Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Jurusan Fisika, pada bulan Agustus hingga Oktober 2014. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dugunakan dalam penelitian dan pengembangan ini terdiri dari perangkat lunak (softrware) dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunak: Program komputer MsPaint dan MsWord .Perangkat keras: komputer, printer, kamera digital, kertas karton, gunting, cat poster, alat gambar, bilah bambu, kain perca, benang bol, dan lem perekat. Pengembangan Wayang Sains Pengembangan produk Wayang Sains dilakukan mengacu pada langkah-langkah pengembangan media pembelajaran oleh Sadiman (2011), yang dimulai dengan merumuskan topik atau gagasan, kemudian dikembangkan menjadi naskah dan disusun dalam peristiwaperistiwa yang diurutkan sesuai dengan garis ceritanya dan melibatkan tokoh-tokoh cerita dan karakternya dalam sebuah bingkai cerita (storyboard). Sesuai dengan urutan pada storyboard, disusun skrip (narasi) untuk setiap peristiwa, selanjutnya tokoh-tokoh cerita akan berperan sesuai storyboard tersebut (Sadiman, 2011). Sejumlah tokoh wayang yang dikembangkan meliputi; tokoh Bapak Guru, tokoh Ibu Guru, tokoh Siswa/siswi, tokoh Penemu, dan Objek Gunungan sebagai representasi alam dan sekitarnya. Teknik dan Analisis Data Pengumpulan data penelitian menggunakan angket dengan skala Likert. Jawaban dari Validator, dan Siswa disajikan dalam bentuk tabel tunggal melalui perhitungan distribusi frekuensi dan persentasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masingmasing subjek uji coba seperti persamaan berikut ini, (Sugiyono, 2011). jawaban pilihan x bobot pilihan 𝑃= x 100% n x skor tertinggi Keterangan : P = Angka Presentase n = jumlah item angket Untuk menarik kesimpulan guna merevisi produk CNA yang dikembangkan, hasil persentase tersebut dirujuk dengan tabel validitas bahan ajar, sesuai pada Tabel 1.
476
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Tabel 1. Tabel Tingkat Validitas Keterangan Persentase A. Sangat Baik 86- 100% 71- 85% B. Baik C. Cukup Baik 56- 70% D. Kurang Baik <55% (Adaptasi dari Kuswandi, 2001 ) Secara komulatif apabila hasil yang diperoleh kriteria di atas nilai 70% maka media yang dikembangkan dianggap memiliki nilai validitas positif yang memadai dan dapat dinyatakan layak untuk digunakan (Kuswandi, 2001). Hasil Penelitian dan Pengembangan Pengembangan Produk Wayang Sains Produk Wayang Sains dikembangkan mengacu pada desain pengembangan produk yang telah ditetapkan. Hasilnya berupa wayang karton/kulit denga tokoh-tokoh sesuai rancangan sebagai berikut: Bapak Guru: Sebagai tokoh sentral dalam proses pembelajaran, digambarkan sebagai tokoh sederhana, berwajah ramah, selalu tersenyum, bertangan kokoh, siap bekerja dan membantu siswa. Bertelinga dan bermata lebar, bermulut kecil (tersenyum), menunjukkan banyak mendengar dan melihat, tidak banyak bicara. Berpakaian sederhana, standar abdi negara dan abdi masyarakat.
Ibu Guru: Sebagimana Bapak Guru Ibu Guru juga mempunyai peran yang sama dalam proses pembelajaran. Tokoh guru merupakan tokoh panutan yang dapat dijadikan contoh dalam pengembangan karakter siswa, baik di sekolah maupun di masyarakat.
477
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Para Siwa/siswi Tokoh Siswa/Siswi digambar sebagai tokoh yang penuh semangat dan ceria. Dengan postur
tubuhnya yang kuat mereka siap untuk giat belajar mencapai cita-cita. Tokoh-tokoh Sains
Tokoh-tokoh sains digambarkan secara detil sebagai orang yang berwibawa, baik sebagai saintis maupun sebagai tokoh masyarakat. Hal ini diharapkan dapat menginspirasi siswa untuk mengikuti jejak para saintis dalam mencermati alam dan mengembangkan IPA.
478
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Objek Gunungan
Sebagaimana pertunjukan wayang kulit pada umumnya, gunungan merupakan representasi alam sekitar dan lingkungan. Untuk bidang IPA dipilih gunungan bumi dan gunungan matahari sebagai wakil tatasurya. Pembuatan Wayang Sains melibatkan komputer untuk mendapatkan gambar wajah tokoh penemu secara detil. Melalui jaringan internet dapat diperoleh gambar wajah para penemu, kemudian dicetak sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Hasil cetakan kemudian digunting tepat dibagian kepalanya utnutk kedumian ditempelkan pada kertas karton. Langkah selanjutnya adalah mewarnai dan pemberian asesoris. Sebagaimana wayang kulit, ada bagian yang dapat digerakkan yaitu tangan. Untuk itu dilakukan pengolahan khusus untuk bagian tangan, hingga pemasangan bilah bambu untuk menggerakkannya. Sedang bagian tubuh dan kepalanya menyatu, dijepit dengan bilah bambu agar dapat berdiri tegak. Tahap akhir adalah memasang tokoh-tokoh pada layar (keber) dan siap untuk dimainkan, seperti terlihat pada gambar berikut.
Tema cerita maupun materi yang akan disampaikan disesuaikan dengan topik bahasan IPA yang sedang dibahas. Demikian pula pesan omunikasi dapat dilakukan moral dan tokoh yang terlibat, disesuaikan dengan situasi terkini dan topik yang dibahas.Agar tidak terasa monoton dan kaku, maka komunikasi dapat dilakukan dengan bahasa interaktif yang mudah dimengerti danmengena pada jiwa pada siswa. Untuk dapat lebih mengarah ke mmateri sains, dapat pula 479
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
ditambahkan benda tiga dimensi yang merupakan produk dari para penemu, misalnya bola lampu listrik (bohglam), buah apel, rumus E = mc2, rumus V = IR, dan sebagainya. Hasil Analisis Data Analisis Data bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk Wayang Sains sebagai media IPA dalam meningkatkan orkestrasi pembelajaran. Hasil angket Validator pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Angket Validator Aspek Tampilan Layar Tampilan Tokoh Pesan/Isi Cerita Daya Tarik Komposisi
Validator 1 3,33 3,75 3,50 4,00 3,50
Validator 2 3,67 3,13 3,50 3,00 3,00
Persentase1 83,3 93,8 87,5 100,0 87,5
Persentase2 91,7 78,1 87,5 75,0 75,0
Rata-rata
3,62
3,26
90,4
81,5
Tabel 2. menunjukkan bahwa kedua validator Ahli Media memberikan nilai masing-masing 90,4% dan 81,5% atau dengan nilai rata-rata 85,95%. Menurut Kuswandi (2001), persentase ini pada kriteria sangat layak. Pembahasan Keberadaan komputer sebagai alat bantu pembuatan gambar wajah tokoh sangat membantu untuk memdapatkan gambar yang lebih presisi. Untuk dapat menciptakan tokoh wayang yang memadai diperlukan ketrampilan mewarnai dan mengatur komposisi yang tepat. Untuk itu diperlukan proses latihan dan pengalaman yang cukup. Penggunaan kamera digital sangat dianjurkan untuk mempermudah menggambar wajah tokoh, sehingga diperoleh wayang yang secara representatif dapat mewakili tokoh atau peristiwa yang diperankan/dipresentasikan. Bagi yang belum mahir mewarnai dapat mencetak hasil kamera digital dalam full color, sehingga langkah penyelesaiannya menjadi lebih sederhana, yaitu tinggal memberi warna pakaiannya saja. Dari kuantitatif hasil penilaian validator diperoleh hasil bahwa produk Wayang Sains yang dikembangkan sangat layak untuk dipergunakan sebagai media pembelajarani IPA. Demikian pula dari data kualitatif hasil wawancara dengan sejumlah siswa SMP yang berkunjung pada pameran akademik UM (dalam rangka LUSTRUM ke 12) menyatakan bahwa Wayang Sains sangat atraktif dan dapat menyampaikan pesan-pesan moral yang lebih luas selain pesan sains itu sendiri. Sejumlah siswa menyarankan agar tampilan tokoh dibuat proporsinal, tidak seperti katon sehingga lebih tampak alami. Produk Wayang Sains yang dikembangkan masih banyak kelemahan dan kekurangannya, sehingga perlu diperhatikan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Beberapa kelemahan dapat diungkapkan: 1) membutuhkan waktu pengembangan yang lama dan rumit, tidak dapat menilai proses belajar, jadi hanya menilai hasil akhir saja, dan tidak semua permasalahan pembelajaran bisa diselesaikan dengan dengan menggunakan Wayang Sains, 2) diperlukan dukungan komputer yang memadai untuk menghasilkan produk dengan kualitas baik, 3) pengembangan produk Wayang Sains sebatas sebagai media appersepsi belum sepenuhnya interaktif untuk menyampaqikan materi secara tuntas. Kesimpulan dan Saran Dari hasil Penelitian dan pengembangan media pembelajaran Wayang Sains ini secara kuantitatif maupun secara kualitatif dinyatakan sangat layak sebagai alat bantu dalam pembelajaran IPA dan dapat meningkatkan daya tarik belajar siswa, dalam sistem ini sebagai pihak yang berusaha memahami materi yang disajikan. Oleh karena itu mahasiswa adalah pihak aktif yang yang mencari pemahaman; dengan mengindra presentasi media dan mencoba menata lalu memadukan materi-materi yang disajikan itu ke dalam representtasi mental yang koheren. 480
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Saran yang dapat diberikan adalah: 1) agar produk ini dapat berfungsi secara optimal, disarankan untuk mengembangkan/mengemas fenomena IPA menjadi sebuah cerita sehingga dapat merangsang siswa berfikir kritis, hipotetik, dan menggiring siswa untuk memahami IPA melalui scientific approach, 2) disarankan kepada para guru untuk menggunakan Wayang Sains, dikolaborasikan dengan model/metode pembelajaran lain yang dapat memotivasi siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri, 3) sebagai produk inovatif, bagi guru yang telah mencoba menggunakan Wayang Sains ini perlu menyebarluaskan kepada masyarakat pendidikan, khususnya kepada para guru IPA, 4) Bagi para praktisi pendidikan, dengan tersosialisasikannya produk ini tentunya akan muncul ideide baru sebagai masukan dan upaya untuk mengembangkan produk ini menjadi media pembelajaran atraktif sehingga dapat efektif digunakan meningkatkan orkestrasi pembelajaran IPA. Daftar Pustaka Arends. 2008. Learning to Teach. Terjemahan Sutjipto. 2008. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali. Bayrak, B. 2007. To Compare The Effect of Komputer Based Learning and The Laboratory Based Learning on Students’ Achievement Regarding Electric circuits.Journal of Educational Technology, 6(1): 15-22. Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. 1989. Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman. Cahyana, A. & Munandar, D. 2003. Penerapan Teknologi Informasi dalam Penddikan Masyarakat. Jurnal Teknodik Edisi No.12/VII/Oktober/2003. Jakarta: Pustekom Diknas RI. Daulay, A.H. 2012. Pengembangan Media pengajaran Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan Berbasis Multimedia. Jurnal Suara Pendidikan, 30 (1): 55-59. Etkina, E. 2010. Pedogogical Content Knowledge and Preparation of High School Physics Teachers. Journal Physics Educational Research, 6 (2): 1-26. Kuswandi, D. 2001. Validasi Media: Analisis Kelayakan Media yang Akan Dikembangkan. Bahan Kuliah tidak diterbitkan. Malang Jurusan TEP FIP UM. Mayer, R.E. & Sims, V, K. 1999. For Whom Is a Picture Worth a Thousand Words? Extention of Dual-Coding Theory of Multimedia Learning. Journal of Educational Psychology, 86(3), 389-401. Prabu, A. & Markus, I.M. 2006. Efektifitas Penggunaan Software Pesona Fisika dalam Pembelajaran Fisika di SMA. Yoyakarta: Ursula. Sadiman, A. 2011. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Penerapan-nya. Jakarta: Rajawali Pers. Serway & Jewett. 2004.Physics-for Scientists and Eingeneers with Modern Physics. Terjemahan Sungkono. 2010. Jakarta: Salemba Teknika. Sofan, A. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas: Metode, Landasan Teoritis dan Penerapannya. Jakarta: Prestasi Pustaka Sugiarti, P. 2005. Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran Fisika, Jurnal Pendidikan Penabur 5, 29-42. Sugiyono. 2010. Statistik untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
481
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VC MIN TANAH GROGOT TAHUN 2013/2014 Abd Karim dan Dzakirul Husni MIN Tanah Grogot Paser Kal-Tim
[email protected] dan
[email protected] Abstrak: Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelasi V C MIN Tanah Grogot .Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (76,19%), siklus III (90,48%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar Siswa Kelas V C MIN Tanah Grogot.serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Kata kunci: ilmu pengetahuan alam, metode demonstrasi
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1994) Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran. Sedangkan penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian in memilih judul “Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas V C MIN Tanah Grogot Tahun Pembelajaran 2013/2014”. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.Penelitian ini juga termasuk 482
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social eksperimental. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru.Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan belajar dengan metode demonstrasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan belajar dengan metode demonstrasi. A. Analisis Data Penelitian Persiklus 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2013 di Kelas V C dengan jumlah siswa 21 siswa.Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
No. Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah
Table 1. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I Keterangan Keterangan Skor No. Urut Skor T TT T TT 80 √ 12 30 √ 50 √ 13 70 √ 80 √ 14 80 √ 60 √ 15 70 √ 40 √ 16 70 √ 80 √ 17 70 √ 70 √ 18 80 √ 60 √ 19 60 √ 70 √ 20 80 √ 80 √ 21 100 √ 60 √ Jumlah 710 8 2 730 6 5 483
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Keterangan:
Jumlah Skor 1440 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2100 Rata-Rata Skor Tercapai 68,57 T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 14 Jumlah siswa yang belum tuntas :7 Klasikal : Belum tuntas
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I Uraian Hasil Siklus I Nilai rata-rata tes formatif 68,57 Jumlah siswa yang tuntas belajar 14 Persentase ketuntasan belajar 66,67 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 68,57 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau ada 14 siswa dari 21 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode demonstrasi. 2. a.
Siklus II Tahap perencanaan Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2013 di Kelas V C dengan jumlah siswa 21 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut. Table 3. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus II Keterangan Keterangan No. Urut Skor No. Urut Skor T TT T TT 1 80 √ 12 70 √ 2 70 √ 13 60 √ 3 90 √ 14 90 √ 4 60 √ 15 90 √ 5 50 √ 16 80 √ 6 60 √ 17 80 √ 7 70 √ 18 80 √ 8 80 √ 19 60 √ 9 80 √ 20 80 √ 10 70 √ 21 70 √ 11 80 √ Jumlah 760 8 2 Jumlah 790 8 3 Jumlah Skor 1550 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2100
484
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Rata-Rata Skor Tercapai 73,80 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 16 Jumlah siswa yang belum tuntas :5 Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II Uraian Hasil Siklus II Nilai rata-rata tes formatif 73,81 Jumlah siswa yang tuntas belajar 16 Persentase ketuntasan belajar 76,19 Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 73,81 dan ketuntasan belajar mencapai 76,19% atau ada 16 siswa dari 21 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode demonstrasi. 3. a.
Siklus III Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2013 di Kelas V C dengan jumlah siswa 21 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut. Table 5. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus III Keterangan Keterangan No. Urut Skor No. Urut Skor T TT T TT 1 80 √ 12 70 √ 2 90 √ 13 80 √ 3 90 √ 14 100 √ 4 60 √ 15 90 √ 5 90 √ 16 90 √ 6 90 √ 17 80 √ 7 90 √ 18 90 √ 8 80 √ 19 80 √ 9 60 √ 20 100 √ 10 80 √ 21 80 √ 11 80 √ Jumlah 860 10 Jumlah 890 9 2 Jumlah Skor 1750 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2100
485
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Rata-Rata Skor Tercapai 83,33 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 19 Jumlah siswa yang belum tuntas :2 Klasikal : Tuntas Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus III Uraian Hasil Siklus III Nilai rata-rata tes formatif 83,33 Jumlah siswa yang tuntas belajar 19 Persentase ketuntasan belajar 90,48 Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 83,33 dan dari 21 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 90,48% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaeruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar dengan metode demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. c. Refleksi Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan Penerapan metode demonstrasi. Dari datadata yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan. d. Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan belajar dengan metode demonstrasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. B. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 66,67%, 76,19%, dan 90,48%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA pada pokok bahasan tumbuhan hijau dengan metode demonstrasi yang paling dominan adalah mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif. 486
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkahlangkah belajar dengan metode demonstrasi dengan baik.Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (76,19%), siklus III (90,48%). 2. Penerapan metode demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengn metode demonstrasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan belajar dengan metode demonstrasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benarbenar bisa diterapkan dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di MIN Tanah Grogot Tahun Pelajaran 2013/2014. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar.Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineksa Cipta. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta. Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM. Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hasibuan.J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988.The Action Research Planner.Victoria Dearcin University Press. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta. Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
487
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Purwanto, N. 1988.Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran.Bandung. Remaja Rosda Karya. Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Saliwangi, B. 1988.Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.Malang: IKIP Malang. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran.Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN MENDISKRIPSIKAN KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI DI LINGKUNGAN SEKITAR PADA SISWA KELAS III SDN 1 MIDANG, KECAMATAN GUNUNGSARI, LOMBOK BARAT H. Abdul Satar Pengawas TEQIP Kabupaten Lombok Barat Abstrak: Mendeskripsikan berbagai macam kenampakan permukaan bumi di sekitanya merupakan salah satu materi pelajaran yang cukup sulit bagi siswa kelas III SDN 1 Midang, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya penerapan strategi dan metode pembelajaran yang kurang efektif sehingga hasil pembelajaran masih tergolong rendah. Dengan penggunaan media power point yang sesuai dengan materi pelajaran akan memudahkan siswa untuk mendeskripsikan berbagai macam kenampakan permukaan bumi di sekitanya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam mendeskripsikan berbagai macam kenampakan permukaan bumi di sekitanya. Penggunaan media seperti ini menuntun siswa lebih efektif dalam menuangkan pendapatnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitiannya adalah siswa kelas III SDN 1 Midang tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 19 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media power point dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mendeskripsikan berbagai macam kenampakan permukaan bumi di sekitanya bagi siswa kelas III SDN 1 Midang, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Kata kunci: mendeskripsikan berbagai macam kenampakan permukaan bumi di sekitanya, peningkatan, media power point.
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Sten (dalam Dimyati, 2006:62) berpendapat bahwa guru harus berperan dalam mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Thomas M. Risk (dalam Rohani, 2004: 6) mengemukakan tentang belajar mengajar sebagai berikut: mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni (1) informasi; (2) transpformasi; (3) evaluasi. Informasi merupakan pintu masuknya berbagai pengetahuan yang berasal dari luar ke dalam alam sadar seseorang. Prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari (Djamarah, SB :1989)
488
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Dalam belajar yang menjadi tujuan adalah perubahan tingkah laku, seperti halnya siswa belajar yang menjadi tujuannya adalah supaya prestasinya lebih baik. Untuk mencapai itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar diri siswa. Salah satu mata pelajaran yang tergolong kompleks dalam penyajiannya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mata pelajaran ini berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang sering kali terjadi di sebagian besar sekolah adalah masih dipertahankannya cara mengajar yang konvensional (ceramah) tanpa menggunakan media atau alat bantu pelajaran. Demikian pula halnya yang terjadi di kelas III SDN 1 Midang, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat dalam kegiatan pembelajaran tentang mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar. Siswa mengalami kesulitan dalam mendeskripsikan berbagai macam kenampakan permukaan bumi di sekitanya, selain karena kurangnya kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia juga karena siswa belum pernah melihat secara langsung beberapa kenampakan permukaan bumi yang akan dideskripsikan. Hasil pembelajaran yang telah berlangsung di kelas tersebut teridentifikasi bahwa prosentase siswa yang mencapai KKM 65 sebagai standar ketuntasan pada kompetensi dasar ini, sebanyak dua orang siswa atau 10,52% mendapat skor di atas 80, lima orang siswa atau 26,31% mendapat skor di atas 70, sedangkan siswa yang lain atau 63,17% memperoleh skor di bawah 70, dengan skor rata-rata kelas sebesar 63,7. Dari hasil ulangan tersebut, siswa yang termasuk kategori tuntas dalam mempelajarai kompetensi dasar ini sebanyak 52,63% atau sebanyak 10 dari 19 orang siswa. Sebanyak 47,37% atau sebanyak 9 orang siswa belum tuntas sehingga perlu diadakan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA khususnya pada materi mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar. Berdasarkan beberapa teori mengenai pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan media power point, maka penggunaan media power point dalam pembelajaran IPA diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar khususnya mata pelajaran IPA. Pemilihan dan penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran akan mampu meningkatkan kelancaran proses belajar mengajar dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Penggunaan media pembelajaran sangat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, demikian juga di pihak siswa akan semakin mudah mencapai tujuan pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas tentang penerapan media power point untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar pada siswa kelas III SD Negeri 1 Midang, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Data-data hasil penelitian akan menghasilkan data tentang perilaku siswa dan guru yang dipaparkan secara deskriptif. Rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang lazim disebut classroom action research yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diperlukan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut (Arikunto, 2006:93). Penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan model kolaborasi yang mengutamakan kerjasama antara kepala sekolah, guru, dan peneliti. Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya untuk mengkaji apa yang terjadi dan telah dihasilkan atau belum tuntas pada langkah upaya sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA kelas III SDN 1 Midang, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, dengan subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Midang dengan jumlah siswa sebanyak 19 orang. Observer dalam penelitian ini selain melibatkan kepala sekolah, peneliti dalam hal ini juga sekaligus sebagai observer penelitian. Faktor yang diteliti di antaranya adalah faktor guru dan faktor siswa. Dari sisi guru 489
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
memfokuskan penelitian dalam hal kegiatan yang dilakukan guru kelas III SDN 1 Midang pada mata pelajaran IPA khususnya pada pokok bahasan mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, di mana pada kegiatan inti, guru akan menerapkan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media power point termasuk penguasaan kelas, penguasaan materi dan pembimbingan siswa. Dari faktor siswa, pusat penelitian difokuskan pada aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan penerapaan media power point pada mata pelajaran IPA khususnya pokok bahasan mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar, termasuk di dalamnya seperti kesiapan dalam belajar, keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar yang meliputi perhatian siswa, keaktifan bertanya, keaktifan mengerjakan soal latihan. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap (Kemmis and Taggart, 1988), yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi (pengamatan), dan (4) refleksi. Plan atau perencanaan yang tidak lain adalah hipotesis tindakan akan dilaksanakan secara berulang-ulang dalam setiap siklus masing-masing sebanyak dua kali pertemuan tatap muka. Pelaksanaan tindakan diamati dan dicatat dengan seksama. Pada akhir siklus pengamatan terhadap variable harapan dilakukan dengan tes. Data hasil tes dianalisis atau direfleksi untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalannya. Refleksi diakhiri dengan merencakan tindakan alternatif yang akan diterapkan pada siklus II. Plan untuk siklus II sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus I. Adapun rincian langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a) Perencanaan : Pada tahap ini dilakukan : Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran Menyiapkan materi pembelajaran terkait dengan kenampakan permukaan bumi di daratan dan di lautan. Menyusun soal untuk tes b) Tindakan Menyampaikan materi tentang kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar dengan menggunakan Media Power Point. Guru melakukan pengamatan siswa di kelas pada saat pembelajaran berlangsung c) Pengamatan Pada tahap ini guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya : Mengamati interaksi belajar siswa saat ditayangkan materi pelajaran dalam media Power point. Menilai lembar kerja yang telah dikerjakan siswa. d) Refleksi Pada tahap ini dilakukan evalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan : Apakah materi yang disampaikan guru dengan menggunakan power point yang ditayangkan proyektor dapat dimengerti siswa. Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada lembar latihan siswa. (jika hasilnya belum mencapai 75% maka akan lakukan perbaikan pada siklus kedua). Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan- kelemahan pada yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan untuk digunakan pada siklus kedua. Sumber data dalam penelitian ini adalah penelitian yang terdiri dari siswa dan guru. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif yang terdiri dari tes hasil belajar dan lembar observasi. Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus ± 25 menit. Soal tes berbentuk isian dan essay yang terdiri dari 5 butir soal uraian dan 10 soal isian dengan skor maksimum 100. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi. Instrumen pengumpulan data berupa butir soal tes dan lembar observasi atau pengamatan. Data hasil penelitian yang dianalisis meliputi ketuntasan belajar individu dan ketuntasan belajar secara klasikal. Selain itu analisis data kualitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa dan kinerja guru pada proses pembelajaran, serta analisis data secara kuantitatif berupa hasil tes belajar siswa
490
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
yang diberikan pada akhir siklus. Hasil belajar siswa dinyatakan dengan nilai rata-rata kelas setelah pengerjaan tes. Kemudian data tersebut dianalisis secara kuantitatif. Setelah diperoleh data dari lembar observasi siswa, maka data aktivitas siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Demikian halnya setelah diperoleh data dari lembar observasi kinerja guru, maka data aktivitas guru juga dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika terpenuhinya beberapa indikator sebagai berikut: 1. Minimal sebanyak 80% siswa di kelas tersebut mendapat nilai ≥ 65 dengan KKM 65. 2. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa minimal skor baerkategori aktif. 3. Terjadi peningkatan aktivitas guru minimal skor aktivitas guru berkategori baik. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Siklus I a. Perencanaan Siklus I Siklus I ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan masing-masing 3 jam pelajaran. Dalam melakasanakan kegiatan pemebelajaran, guru menggunakan media power point dalam menyampaikan materi pembelajaran. Persiapan-persiapan yang dilakukan terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan seperti media (gambar) power point, LCD, buku-buku sumber, lembar observasi, instrument soal, serta diawali terlebih dahulu dengan studi dokumentasi hasil belajar sebelumnya. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Kegiatan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan selama 105 menit. 1) Pertemuan I Kegiatan terdiri dari tiga tahapan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran yang tertuang dalam RPP, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 2) Pertemuan II Tahapan-tahapan pada kegiatan siklus I pertemuan kedua ini masih menggunakan pola seperti pertemuan pertama yang terdiri dari tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. c. Observasi dan Evaluasi Siklus I 1) Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I a) Aktivitas Guru Pada pertemuan I, hasil observasi kinerja guru oleh observer I , terdapat 1 skor 1, 9 skor 2, 20 skor 3 dan 1 skor 4. Hasil observasi kinerja guru mengajar dalam pertemuan ini masuk kategori baik karena jumlah skor 82 di antara 6190 (Baik). Hasil observasi yang dilakukan oleh Observer II, terdapat 1 skor 1, 9 skor 2 , 19 skor 3 dan 1 skor 4. Hasil observasi kinerja guru mengajar dalam pertemuan ini masuk dalam kategori baik karena jumlah skor 80 di antara 61 -90 (Baik). Pada pertemuan II, hasil observasi kinerja guru oleh observer I , terdapat 6 skor 2, 22 skor 3 dan 2 skor 4. Hasil observasi kinerja guru mengajar dalam pertemuan ini juga masuk kategori baik karena jumlah skor 86 terdapat di antara skor 61-90 (Baik). Demikian halnya dengan hasil observasi yang dilaksanakan oleh Observer II, terdapat 4 skor 2 , 24 skor 3 dan 2 skor 4. Hasil observasi kinerja guru mengajar dalam pertemuan ini termasuk kategori baik karena skor 88 terdapat di antara skor 61 -90. b) Aktivitas Siswa Pada pertemuan I, aktivitas siswa yang diobservasi oleh Observer I , terdapat 8 skor 2 , 14 skor 3 dan 1 skor 4. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pertemuan ini masuk dalam kategori aktif karena jumlah skor mencapai 62 yaitu skor yang terdapat di antara 47 -69 dan termasuk dalam kategori aktif. Hasil observasi yang dilakukan oleh Observer II, terdapat 7 skor 2, 14 skor 3 dan 2 skor 4. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pertemuan ini masuk dalam kategori aktif karena jumlah skor 64 terdapat antara skor 47-69 dan termasuk dalam kategori aktif. Pada pertemuan II, hasil observasi aktivitas siswa 491
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
yang dilakukan oleh observer I , terdapat 5 skor 2 dan 17 skor 3, serta 1 skor 4. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pertemuan ini masuk dalam kategori aktif karena jumlah skor 66 terdapat pada skor di antara 47-69 sehingga masuk dalam kategori aktif. Hasil observasi yang dilaksanakan oleh Observer II, terdapat 6 skor 2 dan 15 skor 3, serta 2 skor 4. Hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan ini masuk dalam kategori aktif karena jumlah skor 65 yaitu terletak di antara skor 47 69 (Aktif). Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I oleh observer I diperoleh skor sebesar 62 yang berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih dalam kategori aktif, hasil analisis observasi aktivitas siswa pada pertemuan II sebesar 66 masuk dalam kategori aktif. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I yang dinilai oleh Observer II diperoleh skor sebesar 64 yang berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih dalam kategori aktif, hasil analisis observasi aktifitas siswa pada pertemuan II sebesar 65 masuk dalam kategori aktif. Dari kedua pengamatan yaitu oleh Observer I dan Observer II rata-rata yang diperoleh dari hasil aktivitas siswa sebesar 64,25 masuk dalam kategori aktif. Meskipun demikian masih ada beberapa aspek aktivitas siswa yang belum terlaksana secara optimal.Dari hasil observasi siswa dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada aspek keterampilan sosial dan sikap siswa dalam siklus I ini sudah mulai terbentuk misalnya keberanian peserta didik dalam bertanya, berpendapat dan berargumentasi secara sederhana, siswa juga sudah mulai berani menyampaikan pertanyaan, memberikan pendapat dan memberi argumentasi. Di saat guru memberikan pertanyaan ada beberapa siswa yang mulai aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan saat guru meminta siswa untuk bekerja secara berpasangan, sebagian siswa belajar dengan kompak dan aktif dalam berdiskusi. Evaluasi Hasil Pembelajaran Siklus I Setelah dilaksanakan tindakan dalam pembelajaran, peneliti memberikan evaluasi secara tertulis kepada siswa pada akhir siklus I yaitu pada masing-masing pertemuan. Hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan, dari hasil belajar IPA siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I. Hal ini dapat terlihat pada nilai hasil ulangan harian siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan hasil ulangan harian siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus I . Hasil nilai yang diperoleh siswa sebelum dilaksanakan tindakan dari jumlah 19 siswa yang mencapai ketuntasan (KKM=65) terdapat 10 siswa, sedangkan 9 siswa masih dibawah ketuntasan. Hasil nilai yang diperoleh siswa setelah melaksanakan tindakan mengalami peningkatan, dari jumlah 19 atau 100% siswa yang mencapai ketuntasan (KKM=65) terdapat 13 atau 68,42 % siswa, sedangkan 6 atau 31,58% siswa masih dibawah ketuntasan. Dengan demikian dalam pembelajaran dengan menggunakan media power point hasil nilai belajar IPA siswa dalam aspek kognitif meningkat dibandingkan nilai hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan tetapi peningkatan tersebut belum mencapai KKM yang di tentukan. d. Refleksi Berdasarkan analisis hasil tes pada siklus I terdapat 13 siswa yang tuntas dan 6 siswa belum tuntas belajar, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I, diketahui bahwa telah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yaitu pada kondisi awal yang dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian 63,68 naik menjadi 70,00 pada hasil post tes siklus I. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, ada 6 siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan, maka akan dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan cara : a. Menggunakan media power point disertai dengan foto penampakan permukaan bumi yang lebih menarik b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat tahapan pendeskripsian bagian permukaan bumi dengan terlebih dahulu meminta siswa mengidentifikasi kata-kata yang bisa diperoleh dari media power point yang disajikan untuk kemudian kata-kata tersebut 492
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
dirangkai menjadi kalimat-kalimat definitiv yang lebih sempurna. c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. 2. Deskripsi Data Siklus II a. Perencanaan siklus II Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 1) Siklus II Pertemuan I Kegiatan pada masing-masing pertemuan terdiri dari tiga tahapan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran yang tertuang dalam RPP, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 2) Siklus II Pertemuan II Kegiatan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan selama 3 jam pelajaran. Tahapantahapan pada kegiatan siklus II pertemuan kedua ini masih menggunakan pola yang sama seperti pertemuan pertama yang terdiri dari tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. c. Observasi dan Evaluasi Siklus II 1) Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II a) Aktivitas Guru Hasil pengamatan siklus II pada pertemuan I, kinerja guru yang diobservasi oleh Observer I, terdapat 10 skor 3 dan 20 skor 4. Hasil observasi kinerja guru mengajar dalam pertemuan ini termasuk kategori sangat baik karena jumlah skor 110 terdapat di antara 91-120 (Sangat Baik). Sedangkan dari Observer II, terdapat 14 skor 3 dan 16 skor 4. Hasil observasi kinerja guru mengajar dalam pertemuan ini juga termasuk kategori sangat baik karena jumlah skor 106 terdapat di antara 91-120 (Sangat Baik). Pada pertemuan II, kinerja guru yang diobservasi oleh Observer I , terdapat 13 skor 3 dan 17 skor 4. Hasil observasi kinerja guru mengajar dalam pertemuan ini termasuk kategori sangat baik karena jumlah skor 107 terletak di antara skor 91-120 (Sangat Baik). Sedangkan hasil pengamatan Observer II, terdapat 14 skor 3 dan 16 skor 4. Hasil observasi kinerja guru mengajar dalam pertemuan ini juga termasuk kategori sangat baik karena skor 106 terdapat di antara skor 91 -120. b) Aktivitas Siswa Hasil observasi terhadap aktivitas siswa yang dilakukan oleh Observer I, terdapat 1 skor 2 , 19 skor 3 dan 3 skor 4. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pertemuan ini masuk dalam kategori sangat aktif karena jumlah skor mencapai 71 yaitu skor yang terdapat di antara 70 -92 dan termasuk dalam kategori sangat aktif. Demikian juga yang dilakukan oleh Observer II, terdapat 1 skor 2, 18 skor 3 dan 4 skor 4. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pertemuan ini juga masuk dalam kategori sangat aktif karena jumlah skor 72 (terdapat antara skor 70-92). Pada pertemuan II, hasil observasi aktivitas siswa oleh observer I , terdapat 1 skor 2 , sebanyak 19 skor 3, serta 3 skor 4. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pertemuan ini masuk dalam kategori sangat aktif karena jumlah skor 71 terdapat pada skor di antara 70-92 sehingga masuk dalam kategori sangat aktif. Demikian juga yang dilakukan oleh Observer II, terdapat 1 skor 2 , sebanyak 19 skor 3, serta 3 skor 4. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pertemuan ini masuk dalam kategori sangat aktif karena jumlah skor 71 terdapat pada skor di antara 70-92 yang masuk dalam kategori sangat aktif. Dari kedua penilaian yaitu dari observer I dan Observer II rata-rata yang diperoleh dari hasil aktivitas siswa adalah 71,25 masuk dalam kategori sangat aktif, meskipun masih ada beberapa aspek observasi aktivitas siswa yang belum terlaksana secara optimal. Dari hasil observasi siswa dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada aspek ketrampilan sosial dan sikap siswa dalam siklus II ini sudah sangat 493
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
baik misalnya keberanian peserta didik dalam bertanya, berpendapat dan ber argumentasi secara sederhana, siswa juga sudah berani menyampaikan pertanyaan, memberikan pendapat dan memberi argumentasi. Di saat guru memberikan pertanyaan ada beberapa siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan saat guru meminta siswa untuk bekerja secara berpasangan, siswa belajar dengan kompak dan bekerjasama dengan pasangan masing-masing, dan aktif dalam berdiskusi. Evaluasi Hasil Pembelajaran Siklus II Setelah dilaksanakan tindakan dalam pembelajaran, peneliti memberikan evaluasi secara tertulis kepada siswa pada akhir siklus II yaitu pada masing-masing pertemuan. Hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan, dari hasil belajar IPA siswa sebelum dilaksanakan tindakan siklus II dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II. Hal ini dapat terlihat pada nilai hasil ulangan harian siswa sebelum dilaksanakan tindakan siklus II dan hasil ulangan harian siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus II. Hasil yang diperoleh siswa sebelum dilaksanakan tindakan dari jumlah 19 siswa yang mencapai ketuntasan (KKM=65) terdapat 13 siswa, sedangkan 6 siswa masih dibawah ketuntasan. Hasil nilai yang diperoleh siswa setelah melaksanakan tindakan mengalami peningkatan , sejumlah 19 atau 100% siswa telah mencapai ketuntasan (KKM=65) yang telah ditetapkan. Dengan demikian dalam pembelajaran dengan menggunakan media power point, hasil nilai belajar IPA siswa dalam aspek kognitif meningkat dibandingkan nilai hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan meskipun perolehan nilai dari masing-masing siswa sangat pariatif disebabkan karena kemampuan terutama dalam menyusun kalimat masih dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasa masing-masing siswa. d. Refleksi Berdasarkan analisis hasil tes pada siklus II sejumlah 19 siswa dalam kelas tersebut telah tuntas belajar karena telah memenuhi target KKM yang telah ditentukan, sehingga tidak perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus II, diketahui bahwa telah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yaitu pada kondisi awal yang dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian 70,00 naik menjadi 75,52 pada hasil post tes siklus II. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, seluruh siswa di kelas tersebut yakni sebanyak 19 orang telah tuntas mempelajari Kompetensi Dasar 6.1. Mendiskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar. B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar IPA siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan media power point dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian, postes dari siklus I dan siklus II selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai pada kondisi awal yang dapat dilihat dari hasil ulangan harian, nilai pada siklus I dan nilai pada siklus II. Tabel 1: Rekapitulasi Kenaikan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Persentase Jumlah Siswa yang Rata-rata hasil Kegiatan Tuntas KKM Belajar IPA Ketuntasan Prasiklus
10
63,68
52,63 %
Siklus I
13
70,00
68,42 %
Siklus II
19
75,52
100 %
494
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Tabel 2: Rekapitulasi Pengelompokan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II No
Ketuntasan
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1
Belum Tuntas
9
47,36 %
6
31,57 %
0
0%
2
Tuntas
10
52,63
13
68,42 %
19
100%
19
100
19
100
19
100
Jumlah
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas maka diperlukan tindakan sesuai dengan usia anak sekolah dasar yang masih dalam tahapan operasional konkrit (7 - 11th). Siswa akan lebih paham bila siswa dapat melihat sesuatu yang konkrit, sehingga guru harus pandai dalam memilih dan menggunakan media yang tepat saat menyampaikan materi pembelajaran dan membuat siswa lebih bersemangat dan atusias dalam belajar. Dari uraian penelitian yang telah disajikan, maka penggunaan media power point dalam pembelajaran IPA khususnya pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Kenampakan Permukaan Bumi di Lingkungan Sekitar di kelas III SDN 1 Midang selaras dengan pendapat ahli yang dikemukakan oleh Hamalik:1986 bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama dua siklus, dan berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media power point yang optimal dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas III SDN 1 Midang. Hal ini juga disampaikan oleh para siswa secara langsung pada saat pembelajaran berlangsung. Semua siswa menyatakan rasa senang dan bergairah dalam belajar dengan penggunaan media power point sehingga mereka aktif untuk belajar. 2. Penerapan pembelajaran dengan media power point yang optimal dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 1 Midang. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan skor hasil tes siswa pada siklus I rata-rata 70,00 dan siklus II rata-rata hasil tes siswa meningkat menjadi 75,52. Demikian pula dengan porsentase ketuntasan belajar meningkat dari prasiklus sebesar 52,63%, siklus I mencapai 68,42 % dan pada akhirnya di siklus II para siswa telah tuntas 100%. DAFTAR RUJUKAN Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Citriadin, Yudin. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Mataram. Dedi26. Jenis-Jenis Media Pembelajaran. (online): http://dedi26.blogspot.com, Diakses tanggal 21 Juni 2012 Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2004. Jakarta: depdiknas
495
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006 , Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: depdiknas. Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press. Muharam, Aris. dan Rositawaty,S. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. NK, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Pengertian. Pengertian Aktivitas Belajar. (online): www. pengertiandefinisi.com, Diakses tanggal 16 Mei 2011. Tasik Blog. Pengertian Power Point. (online): http://tasik-blog.blogspot.com, Diakses tanggal Juli 2012 Wardhani, I Gak. Wihardit, Kuswaya. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA SEDERHANA PADA POKOK BAHASANALAT PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS V SD NEGERI 200201 PADANGSIDIMPUAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Alihot Suhaimi Harahap Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan di SD 200201 Ujungpadang Kota Padangsidimpuan, penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan menggunakan alat peraga sederhana sebagai sasaran utama dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan alat peraga sederhana terhadap hasil belajar siswa kelas V pada pokok bahasan alat pernapasan manusia di SD Negeri 200201 Ujungpadang Tahun Pelajaran 2013/2014. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA di SD Negeri 200201 Ujungpadang. Penentuan subjek ini diperoleh berdasarkan hasil observasi terhadap kelas yang akan diteliti dan saran dari kepala Sekolah. Pelaksanaan PTK dilakukan selama dua siklus. Hasil penelitian pada saat tes awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 39,23 dan meningkat menjadi 59,74 pada siklus I dan kembali meningkat menjadi 83,33 pada saat tes siklus II. Sebelum diberikan tindakan, pengetahuan awal tingkat ketuntasan yang dicapai siswa secara klasikal adalah sebesar 20,51% (belum tuntas), setelah dilakukan tindakan pada pada siklus I diperoleh tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 64,10% yang berarti secara klasikal belum mencapai tingkat ketuntasan belajar. Selanjutnya, dari hasil tes pada siklus II sebagai bentuk perbaikan dari siklus I diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 94,87% yang berarti telah mencapai keberhasilan atau dengan kata lain setelah siklus II siswa secara klasikal sudah mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga sederhana efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA pada pokok bahasan alat pernapasan manusia di SD Negeri 200201 UjungpadangTahunAjaran2013/2014. Kata Kunci : Hasil Belajar, Alat Peraga Sederhana, Alat Pernapasan Manusia
Peningkatan sumber daya manusia memegang peranan penting dalam menghadapi kemajuan teknologi dan informasi yang sudah menjalar hampir disegala aspek kehidupan. Pcndidikan disekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan adanya upayaupaya penyempurnaan dalam segala aspek kehidupan, dan salah satunya adalah aspek pendidikan. Aspek pendidikan memegang peranan penting karena bersifat strategis yang menentukan masa depan bangsa. Faktor dominan yang perlu di perhatikan dalam 496
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
keberhasilan pendidikan adalah proses pembelajaran, karena pembelajaran merupakan salah satu tugas utama pendidikan di sekolah. Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk membelajarkan peserta didik. Pelaksanaan belajar mengajar terdiri dari tiga komponen yaitu pendidik, peserta didik dan bahan ajar. Ketiga komponen ini merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Apabila satu komponen mendukung komponen lainnya maka proses belajar mengajar tersebut dapat berlangsung secara efektif serta menyenangkan bagi siswa dan hasilnya akan menjadi optimal. Dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien, peranan pendidik (guru) sangatlah penting, karena guru memegang tugas dalam mengatur dan mengelola suasana dikelas. Suasana kelas yang hidup dapat membuat siswa belajar tekun dan penuh semangat, sebaliknya suasana kelas yang suram, menegangkan serta aktivitas yang monoton menjadikan siswa kurang bersemangat dalam belajar. Untuk itu strategi dalam kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang penting dalam mencapai keefektifan pembelajaran siswa, karena dengan strategi tersebut guru dapat menciptakan kondisi belajar yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Pemakaian strategi pembelajaran harus dilandaskan pada pertimbangan untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar yang tidak hanya menerima apa saja yang disampaikan guru. Namun guru harus menempatkan siswa sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman, pengetahuan, keinginan dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Menurut Husman Samatoa (2006:147) mengatakan bahwa "pengalamanpengalaman keberhasilan siswa dalam pelajaran Sains dapat menumbuhkan motivasi berprestasi lebih baik dan kemauan keras belajar lebih lanjut" oleh karena itu soyogiyanyalah guru mampu memilih strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa mempunyai keyakinan bahwa dirinya adalah orang yang mampu belajar. Berbagai strategi yang dapat diterapkan guru dalam upaya memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif. Salah satu strategi pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan alat peraga sederhana seefektif mungkin, karena alat peraga sederhana dapat mempermudah proses pembelajaran, khususnya sekolah dasar (SD). Penggunaan alat peraga sederhana secara efektif di SD harus sesuai dengan kaidahkaidah atau tahap-tahap pelaksanaan. Alat peraga sederhana dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan kreatifitas dan menambah efektifitas belajar siswa. Semakin sering guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, cenderung semakin tinggi tingkat keefektifan dan kreatifitas belajar siswa. Semakin tinggi kreatifitas belajar siswa cendrung hasil belajar anak akan semakin baik karena efektifitas pembelajaran tergantung pada teknik atau cara guru melaksanakan tugasnya. Pada kenyataannya menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga sederhana pada saat pembelajaran belum dilaksanakan seefektif mungkin, hal ini terbukti bahwa guru hanya menyampaikan pesan atau isi pelajaran hanya dengan kata-kata semata (verbalime). Situasi seperti ini dengan mudah dapat mengganggu kosentrasi belajar siswa, apabila kata yang digunakan banyak yang terasa asing atau diluar pengetahuan siswa. Sifat pengalaman, tingkat kemahiran bahasa dan kosa kata yang ada mungkin tidak sama bagi semua siswa. Penyampaian isi pelajaran yang bersifat verbalisme, terutama siswa SD akan merasa kesulitan untuk memahami makna dari pesan tersebut, karena siswa SD dalam menyerap suatu pesan harus disajikan dalam bentuk yang nyata. Menurut Syaiful Bahri (2002 : 165) bahwa “penjelasan yang guru berikan ditambah dengan menghadirkan alat bantu lebih mendukung untuk menguraikan fakta, konsep atau prinsip karena efektivitas pemahaman anak didik lebih terjamin”. Sejalan dengan itu pedoman pembuatan alat peraga sederhana Depdiknas (2006:2) “diharapkan guru-guru disekolah-sekolah yang sulit terjangkau dengan alat atau sumber belajar buatan pabrik yang standar, sangat perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan 497
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
untuk mengembangkan sumber belajar agar dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi” Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah dengan memanfaatkan alat peraga sederhana yang ada dilingkungan sekitar. Memang pada kenyataannya dilapangan menunjukkan kurang tersedianya peralatan yang dapat digunakan. Tetapi itu bukan merupakan suatu alasan, sebab dengan berkreasi guru dapat membuat alat peraga sederhana, yang dapat dilihat secara nyata oleh siswa dan dapat memaknai secara langsung pesan atau isi pelajaran yang disampaikan. Pengguanaan alat peraga sederhana pada alat pernapasan manusia akan sangat terkesan terhadap siswa karena dengan adanya alat peraga sederhana diperkirakan siswa melihat langsung bagaimana proses pernapasan berlangsung. Secara terperinci dengan adanya alat peraga sederhana akan lebih terkesan dan memaknai isi pelajaran tersebut, bila dibandingkan guru menyampaikan isi materi hanya dengan verbalisme. Penggunaan alat peraga sederhana bisa menunjukkan kepada siswa tentang materi pelajaran yang berkaitan dengan organ tubuh manusia.Dengan demikian diduga hasil belajar siswa akan meningkat apabila guru menggunakan alat peraga sederhana secara efektif. TINJAUAN PUSTAKA Hasil Belajar Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “Hasil” dan “Belajar”. Hasil merupakan akibat dari yang ditimbulkan karena berlangsungnya suatu proses kegiatan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik (2007:157) mengatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan. Sejalan dengan itu Menurut Sudjana (2005:90), hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2005:23) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Hasil belajar seseorang sering tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Menurut Syah (2003:256), hasil belajar siswa dapat juga dilihat dari tiga aspek, yakni secara kuantitatif, institusional dan kualitatif. Aspek kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang berarti. Aspek institusional atau kelembagaan, menekankan pada ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka. Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan penafsiran siswa terhadap lingkungan disekitarnya sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa. Tujuan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh sebab itu hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar Sains tentu saja harus dikait dengan tujuan pendidikan Sains
498
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
yang telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran Sains di Sekolah dengan tidak melupakan hakikat Sains itu sendiri. Hasil belajar Sains dikelompokkan berdasarkan hakikat Sains itu sendiri yaitu sebagai produk dan proses. Hal ini didasarkan pada pendapat Hungerford (dalam Bundu, 2006 : 56), yang menyatakan bahwa Sains terbagi atas 2 bagian yaitu (1) the investigation (proses) seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan dan menyimpulkan, (2) the knowledge (produk) seperti fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori Sains. Dengan demikian, sebagai produk hasil belajar Sains berupa pemahaman terhadap fakta, konsep, prinsip dan hukum Sains, serta sebagai proses hasil belajar Sains berupa sikap, nilai dan keterampilan ilmiah. Sedangkan Sumaji (dalam Bundu 2006 : 87) memandang hasil belajar dari dua aspek yakni aspek kognitif dan aspek non kognitif. Aspek kognitif adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan intelektual lainnya, sedangkan aspek nonkognitif erat kaitannya dengan sikap emosi (afektif), serta keterampilan fisik atau kerja otot (psikomotor). Berdasarkan uraian-uraian di atas maka hasil belajar Sains SD adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam bidang Sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran Sains. Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari satu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai mengikuti suatu program pembelajaran. Hal ini sesuai dengan dimensi hasil belajar yang terdiri atas dimensi tipe isi (produk), dimensi tipe kinerja (proses) dan dimensi tipe sikap (sikap ilmiah). Pengertian Alat Peraga Sederhana Alat peraga dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu. Alat bantu adalah alat yang merupakan dari alat peraga sebagai pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Menurut Ruseffendi (1993:141) bahwa “alat peraga adalah alat untuk menerangkan atau menerangkan suatu konsep pembelajaran”. Sejalan dengan itu, (http://www.handono.eksak. blogspot.com.) menjelaskan “alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari”. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah sarana pengajaran yang fungsinya dapat dipergunakan untuk membantu tercapainya suatu tujuan dengan menerangkan atau mewujudkan suatu konsep pengajaran. Dalam www.kabarIndonesia.com. bahwa “alat peraga dalam pengajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif”. Dan menurut Bruner (dalam Ruseffendi 1993:109) dalam teorinya mengungkapkan bahwa “dalam proses belajar siswa sebaiknya diberikan kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga) dengan alat peraga tersebut siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya”. Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga lebih baik dari pada tidak menggunakan alat peraga. Dengan demikian alat peraga mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, siswa akan termotivasi dalam belajar sehingga minatnya untuk belajar akan tumbuh. Selain itu, akan membuka wawasan siswa bahwa ilmu yang dipelajarinya memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud dengan alat sederhana adalah alat-alat yang dapat dibuat sendiri oleh guru atau siswa yang bersumber dari bahan-bahan murah dan mudah diperoleh. Alat-alat sederhana yang mudah didapat itu seperti gelas, kertas, gunting, penggaris, sendok, pipet, kawat, balon dan lain sebagainya.
499
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Hendro (1993:72) menyaranka agar siswa belajar mulai dari yang sederhana dahulu menuju kearah yang lebih kompleks. Selanjutnya, Piaget (dalam Hendro 1993:72) menyatakan bahwa “pada usia SD, yang sebagian besar masih dalam taraf operasi kongkrit itu hendaknya diberikan kegiatan belajar melalui kegiatan dengan menyentuh benda-benda yang nyata”. Jadi, alat peraga sederhana tidak saja dapat mengembangkan intelektual siswa tetapi juga sikap, minat dan keterampilannya. Pemilihan alat peraga sederhana untuk proses pembelajaran siswa bukanlah semata-mata karena harganya murah, akan tetapi semata-mata didasarkan atas kepentingan perkembangan belajar siswa. Dengan alat peraga sederhana yang telah mereka kenal dalam kehidupan sehari-hari, perhatian siswa akan lebih terpusat pada objek yang diselidiki bukan terpesona pada alat pabrik yang ia gunakan. Alat peraga sederhana setidaknya menghindari siswa dari rasa takut, misalnya takut dimarahi guru kalau sudah menggunakan alat atau takut rusak karena alat itu mahal. Manfaat Alat Peraga Sederhana Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan bahwa manfaat alat peraga pembelajaran adalah : (1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa Dan memungkinkannya menguasai materi dan mencapai tujuan pembelajaran, (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui peraturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apabila guru mengajar pada setiap jam pelajaran, (4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemostrasikan, memerankan dan lain-lain. Menurut http://www.gbi-bethel.org. menyatakan bahwa manfaat alat peraga dalam proses belajar mengajar, adalah : (1) Menarik perhatian dan minat anak, agar anak terdorong mengikuti materi yang disampaikan guru, (2) Mempertahankan konsentrasi anak apabila materinya panjang, (3) Mengatasi masalah keterbatasan waktu, tempat dan bahasa yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, (4) Memperjelas dan meningkatkan pengertian atau konsep yang baru bagi anak, (5) Mempercepat dan menambah kesegaran dalam proses belajar mengajar, (6) Menimbulkan daya ingat yang kuat bagi anak, (7) Memotivasi anak untuk bertindak, (8) Merangsang daya cipta anak, (9) Menjadikan pelajaran tersebut suatu kesatuan, (10) Membuat guru tampak lebih siap. Berdasarkan penjelasan manfaat alat peraga di atas, terlihat bahwa alat peraga sederhana memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata. Fungsi Alat Peraga Sederhana Fungsi dari alat peraga adalah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam www.kabarIndonesia.com. mengemukakan bahwa lima fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar, yaitu : (1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, (2) Penggunaan alat peraga bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar, (3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajarannya, (4) Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap, (5) Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu pembelajaran.
500
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Disamping lima fungsi di atas, penggunaan alat peraga juga mempunyai nilainilai. Dengan peragaan, dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme. Dengan peragaan dapat memperbesar motivasi perhatian siswa untuk belajar dan meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap, memberikan pengalaman yang nyata, dan dapat menumbuhkan kegiatan sendiri pada setiap siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan dan memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu perkembangan efektivitas dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. Alat Peraga Sederhana Dalam Pengajaran Sains Pada dasarnya secara individu manusia berbeda-beda, demikian pula dalam memahami konsep abstrak. Akan dicapai melalui tingkat belajar yang berbeda-beda. Namun, suatu keyakinan bahwa anak belajar untuk memahami konsep abstrak tersebut memerlukan alat peraga sebagai perantara. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Sains, sangat besar pengaruhnya untuk memperlancar proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran Sains, menurut Nana Sudjana (2002:99) menjelaskan bahwa “keberadaan alat peraga jelas mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar”. Selanjutnya, dalam situs www.kabarIndonesia.com, menjelaskan bahwa “apabila dalam proses belajar mengajar Sains, guru tidak menggunakan alat peraga, maka sulit bagi siswa untuk menyerap konsep-konsep pelajaran yang disampaikan guru”. Dari pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa keberadaan alat peraga dalam pembelajaran Sains, sangat membantu kegiatan proses belajar mengajar. Supaya materi yang diajarkan tidak hanya hafalan saja akan tetapi materi itu melekat dan tahan lama dalam pola pikir maupun pola tindakan siswa. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan alat peraga sederhana sebagai sasaran utama. Dimana penelitian ini berupaya memaparkan efektifitas penggunaan alat peraga sederhana terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran sains di kelas VA SD Negeri 200201 Ujungpadang. Penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan melalui penelitian tindakan kelas. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2006:16) mengemukakan secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut : Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pengamatan 501
Pelaksanaan
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas Prosedur penelitian meliputi kegiatan pelaksanaan PTK berupa refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan pelaksanaan PTK selama dua siklus. SIKLUS I 1) Tahap Perencanaan Tahap perencanaan tindakan dilakukan setelah tes awal diberikan. Tes awal diberikan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tentang menyebutkan alat pernapasan manusia. Hasil tes ini kemudian digunakan untuk identifikasi awal terhadap tindakan yang akan dilakukan. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Setelah perencanaan disusun, maka dilakukan tindakan terhadap permasalahan siswa. Tindakan yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat peraga dalam menjelaskan materi alat pernapasan manusia 3) Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan saat tindakan dilakukan. Tahap pelaksanaan tindakan diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana. Pelaksanaan observasi ini dilakukan pada akhir tindakan yaitu pemberian tes kepada siswa yang berguna untuk melihat hasil yang dicapai siswa serta mengetahui perubahan yang dialami siswa. 4) Tahap Refleksi Tahap refleksi ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Jika masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, maka peneliti harus merencanakan tahap tindakan kedua pada siklus II. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Sebelum perencanaan tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberi tes awal yang bertujuan selain untuk mengetahui kemampuan awal siswa juga untuk mengetahui gambaran-gambaran kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi alat pernapasan manusia. Dapat dilihat pada tabel 1. hasil belajar siswa pada test awal.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Tabel 1. Hasil belajar siswa pada test awal Tingkat Hasil No.Responden Nilai Belajar 001 10 Rendah 002 20 Rendah 003 40 Rendah 004 30 Rendah 005 40 Rendah 006 60 Sedang 007 50 Rendah 008 20 Rendah 009 30 Rendah 010 70 Sedang 011 60 Sedang 012 30 Rendah 013 70 Sedang 014 20 Rendah 015 30 Rendah 016 70 Sedang 017 60 Sedang 018 40 Rendah 019 30 Rendah
502
Keterangan Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
012 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 Jumlah Rata-rata Tingkat Ketuntasan
50 40 30 50 30 20 40 30 40 20 40 60 60 30 20 40 30 40 30 50 1530 39,23
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas 20,51% Belum Tuntas
Dari hasil Pre test pada tabel diatas, hasil belajar siswa masih rendah dimana 31 siswa (79,48%) tingkat penguasaannya masih rendah dan 8 siswa (20,51%) tingkat penguasaannya sedang dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes awal ini sebesar 39,23%. Secara terperinci dapat dilihat tingkat keberhasilan siswa melalui distribusi bergolong nilai tes awal. Dengan Rumus : Banyak kelas = 1 + (3,3) x log n = 1 + (3,3+log 39) = 1 + (3,3x1,5911) = 1 + 5.2506 =6 Tabel 2. Distribusi Bergolong Nilai Interval Hasil Belajar Tes Awal Nilai Interval Frekuensi Persentase 70 – 75 3 7,70% 64 – 69 58 – 63 5 12,82% 52 – 57 46 – 51 4 10,25% 40 – 45 9 23,07% 34 – 39 28 – 33 11 28,20% 22 – 27 16 – 21 6 15,40% 10 – 15 1 2,56% Jumlah 39 100%
Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat dilihat bahwa nilai interval siswa terendah adalah 10 dan nilai interval tertinggi adalah 70. sedangkan frekwensi terbanyak adalah 11(28,20%) dengan nilai interval 30. Dilihat dari nilai interval yang diperoleh siswa secara klasikal masih tergolong rendah, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil tes awal belum tuntas pada materi alat pernapasan manusia. Berdasarkan temuan diatas masalah yang dihadapi pada siklus I adalah: 1. Siswa masih tergolong rendah penguasaannya dalam materi alat pernapasan manusia. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam materi alat pernapasan manusia. Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan) 503
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Berdasarkan kesulitan-kesulitan di atas maka peneliti membuat alternatif pecahan masalah terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, yaitu dengan menggunakan alat peraga sederhana dengan perancanaan tindakan sebagai berikut: 1. Merancang alat-alat, bahan dan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sederhana. 2. Sebelum memasuki materi alat pernapasan manusia guru terlebih dahulu meminta siswa untuk menghirup udara. 3. Guru menjelaskan materi alat pernapasan manusia dengan menyebutkan bagian-bagian alat pernapasan manusia. 4. Guru menunjukan cara kerja paru-paru melalui alat peraga sederhana. 5. Guru meminta siswa memperhatikan proses pernapasan pada manusia melalui alat peraga sederhana dan meminta beberapa orang siswa untuk memperagakan kedepan kelas. 6. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi alat pernapasan manusia. 7. Pada akhir pelajaran siklus I guru memberikan soal-soal kepada siswa untuk dikerjakan dikelas. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model alat peraga sederhana yang telah dirancang dan disediakan guru sebelumnya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan pengembangan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah disusun. Sebelum memulai pelajaran guru memotivasi siswa agar bersemangat untuk mengikuti proses belajar mengajar, dan terlihat siswa sangat serius memperhatikan apa yang disampaikan guru. Kemudian, guru menjelaskan struktur dan proses pernapasan pada manusia dengan menggunakan model alat peraga sederhana. Setelah selesai menjelaskan materi alat pernapasan manusia, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Setelah materi mulai dipahami, guru bersama dengan siswa menyimpulkan isi materi yang sudah dijelaskan. Setelah pelaksaan siklus I selesai, siswa diberikan pos tes I untuk melihat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dan untuk melihat kesulitan yang masih dialami oleh siswa dalam mempelajari pokok bahasan alat pernapasan manusia.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Pada Tes Siklus I Tingkat Hasil NO responden Nilai Belajar 001 30 Rendah 002 60 Sedang 003 60 Sedang 004 50 Rendah 005 60 Sedang 006 60 Sedang 007 70 Sedang 008 30 Rendah 009 40 Rendah 010 80 Tinggi 011 70 Sedang 012 40 Rendah 013 90 Tinggi 014 40 Rendah 015 60 Sedang 016 90 Tinggi 017 80 Tinggi 018 40 Rendah 019 50 Rendah 012 70 Sedang 021 50 Rendah 022 40 Rendah 023 60 Sedang 024 50 Rendah 025 50 Rendah 026 70 Sedang
504
Keterangan Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 Jumlah Rata-rata Tingkat Ketuntasan
60 50 60 60 80 90 60 50 60 70 70 60 70 2330 59,74
Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas BelumTuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 64,10% Belum Tuntas
Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa kemampuan siswa pada penguasaan materi alat pernapasan manusia meningkat dari sebelumnya dengan nilai rata-rata secara klasikal pada test siklus I sebesar 59.74. Dari 39 siswa, terdapat 14 orang (35,89%) mendapat tingkat penguasaan rendah, 19 orang (48,71%) siswa mendapatkan tingkat penguasaan sedang dan 6 siswa (15,38%) mendapatkan tingkat penguasaan tinggi. Dilihat dari tingkat ketuntasan belajar secara klasikal terdapat 25 orang (64,8%) yang mencapai syarat ketuntasan belajar, sedangkan 14 orang (35,89%) tidak mencapai ketuntasan belajar. Berikut ini dapat dilihat tingkat keberhasilan siswa melalui distribusi bergolong nilai interval hasil belajar siswa pada siklus I. Tabel 4. Distribusi Bergolong Nilai Interval Hasil Belajar Siswa Siklus I Nilai Interval Frekuensi Persentase 90– 95 3 7,70% 84 – 89 78 – 83 3 7,70% 72 – 77 66 – 71 7 17,95% 60 – 65 12 30,71% 54 – 59 48 – 53 7 17,95% 42 – 47 38 – 41 5 12,82% 30 – 35 2 5,14% Jumlah 39 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat peningkatan nilai siswa secara klasikal, dimana nilai interval terendah pada tes awal 10 menjadi 30 pada tes siklus I dan nilai interval tertinggi pada tes awal 70 menjadi 90 pada tes siklus I, sedangkan frekwensi terbanyak disiklus I adalah 12(30,71%) dengan nilai interval 60. Peningkatan nilai interval pada siklus I ini belum mencapai tingkat ketuntasan karena nilai yang di peroleh siswa masih tergolong sedang. Observasi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Negeri 200201 Ujungpadang, diperoleh bahwa hasil pembelajaran mulai baik dibanding pada proses pembelajaran pada tes awal (dapat dilihat pada lembar observasi halaman 68), akan tetapi belum mencapai tingkat ketuntasan. Pada saat proses pembelajan siklus I, guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semangat dalam belajar, untuk mendapatkan motivasi belajar siswa guru menunjukkan alat pernapasan pada manusia yang terbuat dari alat peraga sederhana. Siswa sangat tertarik dengan alat peraga sederhana yang dibawa oleh guru kedalam kelas, banyak siswa yang ingin mencoba mempraktekkan akan tetapi guru hanya menunjuk beberapa siswa saja kedepan kelas untuk memperagakan langsung cara kerja alat pernapasan manusia melalui alat peraga sederhana. 505
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Refleksi Berdasarkan ketuntasan belajar siswa tersebut diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar 25 siswa (64,10%). Pada siklus I ini terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 20,51 dari hasil pre test sebelumnya. Akan tetapi, hasil post test ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai, Karena ketuntasan yang diharapkan peneliti adalah 80%. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan alat pernapasan pada manusia yang akan dilanjutkan dengan pelaksaan siklus II. Pelaksanaan dan hasil penelitian siklus ii Permasalahan Berdasarkan hasil observasi dan post test siklus I, diperoleh bahwa masih ada siswa yang belum aktif dalam belajar dan hasil yang diperoleh siswa belum mencapai tingkat ketuntasan. Permasalahan yang dialami siswa dari segi materi pelajaran berdasarkan analisa tiap-tiap soal pada test siklus I adalah siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk pertanyaan pada pokok bahasan alat pernapasan manusia. Alternatif Pemecahan I ( Perencanaan Tindakan ) Rencana tindakan II disusun untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa dalam penguasaan konsep alat pernapasan manusia, Pemecahan masalah yang dilakukan adalah upaya mengatasi permasalan siswa dengan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan tindakan pada siklus II yaitu sebagai berikut: 1. Guru membahas kembali materi yang dianggap sulit oleh siswa sehingga siswa yang kurang memahami konsep materi alat pernapasan manusia semakin mengerti. 2. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok dibagikan alat peraga sederhana yang disediakan guru. 3. Menjelaskan langkah kerja cara membuat alat pernapasan pada manusia melalui alat peraga sederhana. 4. Memberikan bimbingan sesuai dengan tahap-tahap penggunaan alat peraga sederhana. 5. Memantau aktivitas siswa selama pembuatan alat pernapasan manusia dengan menggunakan alat peraga sederhana. 6. Siswa mendemonstrasikan dan menunjukkan bagian-bagian alat pernafasan manusia melalui alat peraga sederhana yang dibuat sendiri oleh siswa. 7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang bagian-bagian yang belum dipahami mengenai alat pernapasan manusia. 8. Memberikan pengarahan kepada siswa untuk memperjelas materi alat pernapasan manusia dengan alat peraga sederhana. Pelaksanaan Tindakan Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan rencana kegiatan dengan menggunakan model alat peraga sederhana yang dipadukan dengan kerja kelompok dan latihan soal-soal. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan pengembangan dari rencana pembelajaran yang telah disusun. Dimana setelah selesai kerja kelompok siswa mendemonstrasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Dan guru membimbing siswa agar termotivasi untuk belajar agar hasil yang diharapkan tercapai. Setelah tindakan pada siklus II selesai, kemudian diberikan post tes II yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan alat pernapasan manusia.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Pada Tes Siklus II Tingkat Hasil N0 responden Nilai Belajar 001 50 Rendah 002 80 Tinggi 003 70 Sedang 004 80 Tinggi 005 90 Tinggi 006 100 Tinggi 007 100 Tinggi 008 70 Sedang 009 70 Sedang 010 80 Tinggi
506
Keterangan BelumTuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
011 012 013 014 015 016 017 018 019 012 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 Jumlah Rata-rata Tingkat Ketuntasan
90 70 100 50 80 100 90 80 80 80 90 90 90 70 90 100 80 70 80 70 90 100 80 90 100 90 90 80 90 3250 83,33%
Tinggi Sedang Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tuntas Tuntas Tuntas BelumTuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 94,87% Tuntas
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa ada peningkatan nilai rata-rata kelas dari 59,74 pada test siklus I menjadi 83,33 pada test siklus II. Dari 14 siswa (35,89%) yang mendapat tingkat penguasaan rendah pada test siklus I menjadi 2 siswa (5,12%) pada siklus II, dari 19 siswa (48,71%) yang mendapat tingkat penguasaan sedang pada test siklus I menjadi 7 siswa (17,94%) pada test siklus II, dan dari 6 siswa (15,38%) yang mendapatkan tingkat penguasaan tinggi menjadi 30 siswa (76,92%) pada test siklus II. Dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus II secara klasikal sebesar 94,87%. Dilihat dari tingkat ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai, karena kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar maka upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tercapai. Dengan tercapainya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa, maka dapat dilihat di tabel distribusi bergolong nilai interval dibawah ini: Tabel 6. Distribusi Bergolong Nilai Interval Hasil Belajar Siswa Siklus II Nilai Interval Frekuensi Persentase 98– 103 7 17,95% 92 – 97 12 30,71% 86 – 91 80 – 85 11 28,24% 73 – 79 68 – 72 7 17,94% 62 – 67 56 – 61 50 – 55 2 5,15% jumlah 39 100%
507
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat dilihat peningkatan nilai interval dimana nilai interval terendah 50 dan nilai interval tertinggi 100 sedangkan frekwensi terbanyak 12 (30,71%) dengan nilai Interval 90. Peningkatan nilai interval dan frekwensi pada siklus II ini dinyatakan telah mencapai hasil ketuntasan karena tingkat hasil belajar siswa sudah tinggi. Observasi II Observasi yang dilakukan peneliti mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai akhir pelaksanaan tindakan. Dari hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran Sains dengan menggunakan model alat peraga sederhana sudah baik (dapat dilihat pada lembar observasi halaman 70). Siswa semakin aktif, antusias, dan berpartisipasi dalam belajar baik secara individu maupan kerja kelompok. Karena proses pembelajaran pada siklus I berbeda dengan proses pembelajaran pada siklus II. Disiklus II ini, guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan pada saat proses pembelajaran, siswa merasa senang ketika dilibatkan langsung untuk membuat model alat pernapasan manusia dengan menggunakan alat peraga sederhana. Berdasarkan hasil tes pada siklus II hasil pembelajaran sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar. Refleksi II Upaya-upaya yang telah dilakukan pada pembelajaran Sains pada siklus II semakin baik sewaktu proses belajar mengajar. Kemudian dilihat hasil belajar siswa secara klasikal sebanyak 37 siswa (94,87%) mencapai tuntas belajar. Hal ini berarti tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada penguasaan materi alat pernapasan manusia dengan menggunakan alat peraga sederhan telah tercapai sehingga penelitian tidak dilanjutkan kesiklus berikutnya. Temuan Penelitian Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dalam penelitian ini ditemukan halhal sebagai berikut: 1. Sebelum pemberian tindakan, siswa diberi tes awal dan diperoleh 8 siswa (20,51%) yang mencapai syarat ketuntasan belajar, dan 31 siswa (79,48%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar yang diharapkan. Dari pre test diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 20,51% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 39,23. Dari hasil observasi pada tes awal, kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari materi alat pernapasan manusia adalah: a. siswa masih tergolong rendah penguasaannya dalam materi alat pernapasan manusia. b. Siswa mengalami kesulitan dalam meyelesaikan soal alat pernapasan manusia. 2. Berdasarkan tes awal tersebut maka upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut adalah dengan menggunakan alat peraga sederhana. Setelah siklus I ini, guru memberi post tes I. Dari post tes I, nilai rata-rata siswa sebesar 59,74 dengan tingkat ketuntasan belajar secara klasikal 25 siswa (64,10%) 3. Berdasarkan hasil post tes I, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar tersebut adalah dengan menggunakan alat peraga sederhana yang dipadukan dengan kerja kelompok dan latihan soal-soal. Setelah pemberian tindakan pada siklus II, diperoleh 37 siswa (94,87%) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar dan 2 siswa (5,15%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dari hasil post tes II diperoleh tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 94,87% 4. Berdasarkan tes awal I, post tes I dan post tes II diperoleh bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sederhana dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan alat pernapasan manusia. Hasil ini ditunjukan dengan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 30,77%, dari post tes I ke post tes II atau dari siklus I ke siklus II. Pembahasan Hasil Penelitian Secara umum keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Sains pada pokok bahasan alat pernapasan manusia dikelas V SD Negeri 200201 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
NO 1 2 3
Tabel 7.Pengamatan Proses Keterlibatan Siswa Pada Proses I Pembelajaran Partisivasi 70% Persiapat Alat 70% Penggunaan Alat 70%
508
Siklus II 90% 90% 90%
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
4 5 6 7
Sikap Antusias Kerjasama Ketepatan Waktu Kerapian Hasil Kerja
80% 70% 80% 70%
90% 90% 80% 80%
Dari tabel di atas, dapat dilihat pengamatan proses menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterlibatan siswa pada pokok bahasan alat pernapasan manusia, hal ini menunjukkan meningkatnya keaktifan, keseriusan dan semangat belajar siswa. Penggunaan alat peraga sederhana yang dibuat guru bersama dengan siswa memberikan pengaruh yang positif terhadap proses pembelajaran Sains pada materi alat pernapasan manusia karena proses pembelajaran ini lebih menyenangkan, rileks dan tidak membosankan siswa, dan yang terpenting siswa belajar tanpa ada rasa terbebani oleh konsep-konsep yang sulit sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan alat peraga sederhana maka hasil belajar siswa mengalami peningkatan seperti terlihat pada tabel. berikut ini: Tabel 8.Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Siklus No 1 2 3
Pencapaian Hasil Belajar Nilai rata-rata Jumlah siswa Persentase ketuntasan
Sebelum Siklus 39,23 8 20,51%
Siklus I 59,74 25 64,10%
II 83,33 37 94,87%
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas belajar sebelum siklus sebanyak 8 siswa (20,51%) yang tuntas dengan nilai rata-rata kelas sebesar 39,23. Siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 25 siswa (64,10%) dengan nilai rata-rata kelas sebesar 59,74 sedangkan yang tuntas pada siklus II sebanyak 37 siswa (94,87%) dengan nilai rata-rata kelas 83,33. Ternyata setelah melakukan tindakan dengan menggunakan alat peraga sederhana di kelas VA SD Negeri 200201 Ujungpadangpada pokok bahasan alat pernapasan manusia hasil belajar siswa meningkat, sebab siswa lebih termotivasi belajar karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pemahaman siswa akan konsep Sains melekat lebih lama karena apa yang dipelajarinya dapat dilihat dan diraba. Dengan demikian, efektivitas penggunaan alat peraga sederhana dapat meningkatkan hasil belajar siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga sederhana dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum perencanaan tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberi tes awal. Dari nilai tes awal siswa diperoleh tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 20,51%. 2. Setelah pelaksanaan siklus I dengan menggunakan alat peraga sederhana diperoleh tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebasar 64,10%. Terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 43,59% dari hasil pre tes. 3. Setelah pelaksanaan siklus II dengan menggunakan alat peraga sederhana yang dipadukan dengan kerja kelompok dan soal-soal latihan diperoleh tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 94,87%. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 30,77% dari hasil post tes I atau dari siklus I. 4. Efektivitas Penggunaan alat peraga sederhana dalam pembelajaran Sains pada pokok bahasan alat pernapasan manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Saran 1. Agar setiap guru SD tidak hanya menguasai materi pelajaran, tetapi juga dapat menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan masing-masing topik pelajaran khususnya Sains. 2. Dalam pengajaran materi alat pernapasan manusia diharapkan guru menggunakan sistem pengajaran dengan menggunakan alat peraga sederhana. 3. Pentingnya penggunaan alat peraga sederhana dalam pembelajaran Sains guna mengefektifkan peningkatan hasil belajar siswa.
509
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
4. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga sederhana adalah salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Sains, untuk itu disarankan kepada guru-guru agar melakukan pembelajaran sains dengan menggunakan alat peraga sederhana pada pokok bahasan alat peraga sederhana apabila permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa memiliki kesamaan dengan permasalahan diatas DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Darmojo, Hendro. (1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta : Depdikbud. Daryanto. (1997). Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : Apollo. Dimyanti dan Mujiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rhineka Cipta. Direktorat Pendidikan Menengah Atas. (2006). Panduan Pembuatan Alat Peraga Sederhana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Hamdono. (2007). http://www.handono.eksak.blogspot.com Haryanto. (2006). Buku Pelajaran Sains Untuk Kelas V SD. Jakarta : Erlangga http://www.gbi-bethel.org. http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ http://www.geocities.com/klinikikm/pendidikan -perilaku/alat-bantu.htm Mulyasa, E. (2005). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pidarta, Made. (2005). Landasan Pendidikan. Jakarta : Aneka Cipta. Ruseffendi, E. T., dkk. (1993). Pendidikam Matematika 3. Jakarta : Depdikbud. Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas. Sudjana, N.(1992), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Transito. Sudjana, N dan Rivai, A. (1992). Media Pengajaran. Jakarta : Rajawali Pers. Suharto dan Tata Iryanto. (2003). Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya : Indah
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM DAN KEGIATAN MANUSIA YANG DAPAT MENGUBAH PERMUKAAN BUMI MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SD YPPK SANTO JOHANIS DON BOSCO ONGGARI DISTRIK MALIND Andi Yudianto SD YPPK Santo Johanis Don Bosco Onggari Kabupaten Merauke
[email protected] Abstrak : Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui metode Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi peristiwa alam dan kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi pada siswa kelas V SD YPPK Santo Johanis Don Bosco Onggari Distrik Malind?.Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui sejauh mana keberhasilan metode pembelajaran examples non exmples dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi peristiwa alam dan kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi pada siswa kelas V SD YPPK St. Johanis Don Bosco Onggari Distrik Malind; Meningkatkan pemahaman materi pembelajaran terhadap siswa kelas V SD YPPK St. Johanis Don Bosco Onggari, sehingga hasil belajar siswa tercapai secara efektif dan optimal; Melakukan refleksi diri, sehingga guru dapat berkembang dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran secara professional; Menerapkan metode pembelajaran examples non examples agar pembelajaran lebih menarik, efektif, dan menyenangkan sehingga terjadi peningkatan hasil belajar IPA. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (60%), siklus II (90%).
510
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Simpulan dari penelitian ini adalah Pembelajaran dengan metode examples non examples memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar IPA materi peristiwa alam dan kegiatan manusia yang dapat mengubah bentuk permukaan bumi pada siswa kelas V SD YPPK St. Johanis Don Bosco Onggari yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (60%), meningkat menjadi 90 % pada siklus II, sehingga ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan sebesar 30 %. Kemudian nilai ratarata juga mengalami kenaikan dari rata-rata 60 menjadi 71. Jadi ada kenaikan rata-rata sebesar 11; Penerapan metode pembelajaran examples non examples mempunyai pengaruh positif, baik itu untuk guru maupun siswa. Dimana guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengolah kegiatan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat dan memenuhi standar KKM IPA. Selain itu pembelajaran dalam kelas juga mengalami perubahan menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Kata kunci : Hasil Belajar, Peristiwa Alam Dan Kegiatan Manusia Yang Dapat Mengubah Permukaan Bumi, Metode Examples Non Examples.
Dewasa ini dunia pendidikan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan juga ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang semakin tahun sangat pesat perkembanganya. Sehingga banyak pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru dalam mengajar agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK tersebut. Guru harus mempunyai wawasan pengetahuan yang lebih luas sehingga dapat diterapkan dalam proses belajar di kelas. Apalagi guru tersebut bertindak sebagai guru kelas, yang mana harus mengajar seluruh pelajaran kecuali agama dan olahraga. Agar mampu melaksanakan tugas tersebut, guru harus menguasai kompetensi keguruan yang mencakup penguasaan bidang ilmu, pemahaman tentang peserta didik dan keprofesionalan. Kondisi yang seperti ini harus segera dicari jalan keluarnya agar tercipta proses pebelajaran yang aktif, kreatif, evektif, dan menyenangkan. Sehingga permasalahan – permasalahan yang menyebabkan pembalajaran menjadi kurang menarik perhatian siswa untuk mengikutinya segera diatasi. Belum tepatnya penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran serta kurangnya pemanfaatan media alat peraga juga dapat menyebabkan hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi kurang efektif. Oleh karena itu guru diharapkan harus sabar, aktif dan kreatif untuk mencari jalan keluarnya, agar murid benar-benar memahami materi yang disajikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dibuat oleh guru adalah dengan meningkatkan keprofesionalan dan mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang tingkat pemahaman siswa. Kreatifitas guru dalam menuangkan materi sangat mempengaruhi minat belajar siswa. Sehingga ketika guru kurang kreatif dalam penggunaan metode belajar siswa pun menjadi tidak semangat, lesu bahkan ada beberapa siswa yang merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Keadaan pembelajaran yang demikan ini juga terjadi pada SD YPPK St. Johanis Don Bosco Onggari Distrik Malind, Kabupaten merauke. Sebagai contoh pada saat guru melakukan evaluasi mata pelajaran IPA di kelas lima, dari jumlah sepuluh siswa, hanya tiga anak yang berhasil menjawab soal, sedangkan tujuh anak lainnya tidak dapat mengerjakan soal atau mendapat nilai di bawah KKM yang ditentukan. Keadaan yang seperti ini menjadikan guru sulit untuk mengembangkan dan menuntaskan materi, sehingga guru harus melakukan remedial. Bukan hanya materi yang dirugikan dalam keadaan seperti ini, waktupun akan menghambat tercapinya program semester dan program tahunan yang telah di buat oleh guru. Bahkan siswa akan merasa lebih jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran yang di ulang-ulang setiap hari. Oleh karena itu harus dicarikan jalan keluar yang tepat agar semua harapan pembelajaran dapat tercapi dengan memuskan. Banyak cara yang dapat dijadikan jalan keluar bagi seorang guru untuk meningkatkan pembelajaran, baik dengan mencari model pembelajaran yang praktis tetapi cocok dan lebih cepat diterima oleh siswa di dalam kelas lima. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam topik peristiwa alam dan kegiatan manusia yang dapat mengubah bentuk permukaan bumi yaitu metode pembelajaran Examples Non Examples, dimana dengan metode ini anak dirangsang untuk dapat secara jeli melihat gambar dan mengaitkanya dengan pembelajaran.
511
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Untuk mencapai tingkat penguasaan materi pembelajaran yang tinggi, penulis melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas Lima Sekolah Dasar YPPK Santo Johanis Don Bosco Onggari Distrik Malind dengan judul : “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Peristiwa Alam dan Kegiatan Manusia Yang Dapat Mengubah Permukaan Bumi Melalui Metode Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD YPPK Santo Johanis Don Bosco Onggari Distrik Malind”. Menurut Buehl (1996) dalam Apariani dkk, (2010:20) dalam http://hildasridewitase.blogspot.com/2013/07/strategi-pembelajaran-example-non.html, menjelaskan bahwa examples non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari examples non examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Menurut (Agus Suprijono, 2009 : 125) dalam http://hildasridewitase.blogspot.com /2013/07/strategi-pembelajaran-example-non.html. Langkah – langkah model pembelajaran examples non examples diantaranya : a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar. b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus pembentukan kelompok siswa. c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat difahami oleh siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa. d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika disediakan oleh guru. e) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing. f) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisa yang dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. g) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD YPPK Santo Johanis Don Bosco Onggari, Distrik Malind, Kabupaten Merauke. Jumlah siswa kelas V SD YPPK Santo Johanis Don Bosco Onggari adalah 10 orang, yang terdiri atas 4 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Tahap – tahap dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Guru melakukan refleksi setelah dilaksanakan siklus ke satu guna melakukan perencanaan ulang atau revisi terhadap implementasi perbaikan pembelajaran sebelumnya. Langkah selanjutnya berdasarkan perencanaan ulang tersebut guru memperbaiki pembelajaran pada siklus ke dua. Data dikumpulkan melalui pengamatan dan hasil evaluasi/tes, dimulai dari awal penelitian sampai dengan pertemuan akhir siklus kedua. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, ada 2 macam data yang dikumpulkan oleh peneliti, yaitu : 1. Data Kuantitatif (Nilai hasil belajar siswa) Data nilai hasil belajar siswa oleh guru peneliti dianalisis dengan menggunakan dua teknik analisis data yaitu : a. Analisis statistik deskriptif : yaitu untuk mencari nilai rata-rata, dan prosentase tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. 512
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
b. Analisis deskriptif komparatif : yaitu untuk membandingkan nilai hasil tes siswa antar siklus. 2. Data Kualitatif (Hasil observasi) Data kualitatif yang berupa informasi dalam bentuk kalimat yang diperoleh dari hasil observasi, dan refleksi terhadap guru maupun siswa dapat dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Catatan observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan ketrampilan kooperatif yang mereka miliki. Data yang terkumpul pada setiap setiap pertemuan dikaji dan dianalisis, dan disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian peneliti melakukan refleksi, Dimana dari hasil analisis data dan refleksi peneliti mengkaji kelebihan dan kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran kemudian dideskripsikan sebagai bahan penyusunan perencanaan tindakan pada proses pembelajaran siklus selanjutnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses Pembelajaran Siklus I Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut: 1. Pendahuluan - Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan. - Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan - Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan. 2. Kegiatan Inti - Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. - Guru menempelkan gambar di papan. - Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar. - Guru membagi kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.. - Melalui diskusi kelompok 5 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. - Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya - Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 3. Penutup - Guru bersama murid membuat kesimpulan. - Memberikan evaluasi. Adapun hasil pengamatan yang dicatat oleh observator dan hasil refleksi guru adalah : - Penggunaan konsep sudah sesuai dengan materi pembelajaran. - Penggunaan alat peraga sudah ada tetapi kurang maksimal karena alat peraga yang digunakan terlalu kecil sehingga kurang jelas dari belakang. - Langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai dengan model pembelajaran yang di pakai. - Penggunaan model pembelajaran sudah bagus hanya pembagian siswa dalam kelompok terlalu banyak sehingga masih ada siswa yang pasif tidak aktif dalam kelompok. - Hasil belajar siswa belum maksimal karena masih ada siswa yang belum mencapai nilai KKM untuk IPA. Peneliti melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan, mengolah nilai hasil evaluasi pembelajaran, dan menganalisa tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan. Hasil dari refleksi ini akan digunakan oleh guru peneliti untuk merancang dan menentukan rencana tindakan siklus berikutnya, apabila pada pelaksanaan siklus pertama ini ternyata belum berhasil. Dimana pada siklus I hanya 6 siswa yang telah mencapai nilai sesuai KKM atau sekitar 60 %. Sedangkan 4 siswa nilainya dibawah KKM atau sekitar 40%. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Guru kurang memotivasi siswa dalam menyampaikan pembelajaran. 2) Guru kurang dalam pengelolaan waktu. 3) Guru dalam Pembagian kelompok masih belum maksimal, diman masih terlalu banyak anggota dalam setiap kelompok. 4) Siswa cukup antusias selama pembelajaran berlangsung. 513
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Prose Pembelajaran Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran I, Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Guru perlu lebih memaksimalkan alat peraga dalam penyampaian pembelajaran. 2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik sesuai rancangan. 3) Guru harus menambah alat peraga agar siswa lebih aktif dan antusias. 4) Guru harus membagi kelompok dengan anggota yang lebih sedikit dari pembelajran sebelumnya agar semua anggota kelompok dapat berpartisipasi secara aktif. Pada siklus II ini guru mengubah dan menambah kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut : a. Pendahuluan - Guru memberikan motivasi kepada siswa. - Mengadakan tanya jawab untuk mengaitkan konsep sebelumnya dengan konsep yang akan dipelajari. - Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi yang ingin dicapai. - Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan - Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan. b. Kegiatan Inti - Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. - Guru menempelkan gambar di papan. - Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar. - Guru membagi kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 3 – 4 orang siswa. - Melalui diskusi kelompok 3 – 4 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. - Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya - Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. c. Penutup - Guru bersama murid membuat kesimpulan. - Memberikan evaluasi. Hasil pengamatan yang dicatat oleh observator dan hasil refleksi guru pada siklus ke II adalah : 1. Penggunaan konsep sudah sesuai dengan materi pembelajaran. 2. Penggunaan alat peraga sudah ada dan digunakan secara efektif. 3. Hasil belajar siswa sudah maksimal karena siswa sudah mencapai nilai KKM untuk IPA. Dari hasil refleksi yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran memperoleh hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan pada RPP II dengan perubahan perolehan nilai yang lebih baik. Siswa sudah mencapai presentase hingga 90 % meningkat dari RPP I yang hanya 60 %. Dari uraian kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran, melalui dua siklus, terlihat adanya perubahan yang menuju kesempurnaan. Dari segi guru, siswa dan perangkat pembelajaran, sehingga hasil yang diperoleh memuaskan. KESIMPULAN Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan metode examples non examples memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar IPA materi peristiwa alam dan kegiatan manusia yang dapat mengubah bentuk permukaan bumi pada siswa kelas V SD YPPK St. Johanis Don Bosco Onggari yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (60%), meningkat menjadi 90 % pada siklus II, sehingga ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan sebesar 30 %. Kemudian nilai rata-rata juga mengalami kenaikan dari rata-rata 60 menjadi 71. Jadi ada kenaikan rata-rata sebesar 11. 514
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
2. Penerapan metode pembelajaran examples non examples mempunyai pengaruh positif, baik itu untuk guru maupun siswa. Dimana guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengolah kegiatan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat dan memenuhi standar KKM IPA. Selain itu pembelajaran dalam kelas juga mengalami perubahan menjadi lebih efektif dan menyenangkan. DAFTAR RUJUKAN Azmiyawati Choiril dkk. (2008). IPA 5 Saling Temas. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Andayani dkk. (2009). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka. Apariani dkk, (2010:20). Model Pembelajaran Example non Example. Diunduh tanggal 11 April 2014 dari http://hildasridewitase.blogspot.com/2013/07/strategipembelajaran-example-non.html. Agus Suprijono, (2009 : 125). Model Pembelajaran Example non Example. Diunduh tanggal 11 April 2014 dari http://hildasridewitase.blogspot.com/2013/07/strategi-pembelajaranexample-non.html. Buehel (1996). Model Pembelajaran Example non Example. Diunduh Tanggal 11 April 2014 dari http://zonainfosemua.blogspot.com/2011/01/pengertiandan-manfaat-metode-example.html. Wardani, I.G.A.K., dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Penggunaan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievment Division (STAD) Untuk Meningkatkan hasil Belajar Mata Pelajara IPA Siswa Kelas VI SD Kristen Nazaret Makatara Aniky Ayub Guru SDK Nazaret Makatar Abstrak. Pada pembelajaran IPA yang terjadi selama ini di SD Kristen Nazaret Makatara khususnya di kelas VI, lebih ditekankan pada metode cerama dan pemberian tugas sedangkan aktifitas siswa sering diabaikan dalam hal pembelajaran dengan teman sebaya.Tujuan penelitian adalah, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI SDK Nazaret Makatara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Clssroom Action Researc). yang mengacu pada model yang di kembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010:67) pada setiap siklus mencakup empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), refleksi (reflection). Hasil belajar siswa kelas VI SDK Nazaret Makatara tentang ciri-ciri khusus hewanmata pelajaran IPA dengan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievement Division (STAD) pada siklusI adalah 20% dan meningkat pada siklus II mencapai 80% berarti diatas Kriteria Ketuntasan Minimal 60. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan, refleksi atas pengembaangan pembelajaran IPA dapat disimpulkan bahwa penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Studen-Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas VI SDK Nazaret Makatara. Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan selanjutnya, dan peningkatan untuk pembelajaran IPA di sekolah dasar, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : (1). Untuk guru diharapkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievement Division (STAD) sebagai salah satu alternatif yang layak untuk dikembangkan dalam rangka mengatasi masalah rendahnya hasil belajar pada pembelajaran IPA, (2). Untuk siswa, diharapkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievement Division (STAD) siswa terbiasa berkerja sama dalam kelompok
515
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Team Achievement Division (STAD), hasil belajar, mata pelajaran IPA.
Pembukaan UUD 1945 tercantum tujuan bangsa Indonesia diantaranya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Menuju bangsa yang cerdas dapat dilakukan melalui pendidikan, karena itu pendidikan merupakan hak asasi yang dimiliki oleh semua orang. Secara umum peningkatan kualitas pendidikan di sekolah telah menjadi perhatian semua pihak yang peduli akan pendidikan. Pendidikan menjadi perhatian penting, bukan saja dari pihak pemerintah tetapi juga dari masyarakat. Upaya untuk mengatasi permasalahan disekitar peningkatan kualitas pembelajaran disekolah, antara lain peningkatan kualitas guru, sehingga berbagai penataran dan pelatihan bagi guru, peningkatan standar kelulusan siswa, perubahan kurikulum dan pengadaan sarana dan prasarana. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional sejak 2004 telah mulai melaksanakan pembaharuan kurikulum pendidikan, dari jenjang pendidikan dasar sampai pada pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan disekolah dasar akan berjalan dengan baik apabila metode atau medel pembelajaran yang digunakan gurudapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar sebagai salah satu lembaga pendidikan formal dapat ditentukan oleh berbagai unsur, seperti kurikulum, guru,lingkungan sekolah, masyarakat, orang tua siswa dan metode atau model pembelajaran serta dari diri siswaitu sendiri. Diantara unsurunsur tersebut diatas, guru, siswa dan metode atau medel pembelajaran merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan keberhasilan siswa. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, namun oleh para siswa menganggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami, karena materinya syarat dengan konsep-konsep yang abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA guru perlu menggunakan pendekatan/metode pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran IPA yang terjadi selama ini di SDK Nazaret Makatara khususnya di kelas VI, lebih ditekankan pada metode cerama dan pemberian tugas sedangkan aktifitas siswa sering diabaikan dalam hal pembelajaran dengan teman sebaya. Untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran di SDK Nazaret Makataradiperlukan metode atau model-model pembelajaran yang sesuai sehingga guru diharapkan kreatif dalam memiliki serta menggunakan metode atau model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Masalah yang dikemukakan oleh peneliti merupakan hasil observasi langsung di SDK Nazaret Makatarapada mata pelajaran IPA, siswa hanya diberikan materi dan dijelaskan kepada siswa tanpa menggali kemampuan siswa dalam kegiatan kerja sama teman sebaya atau teman sejawat, yang artinya guru hanya menjelaskan dalam bentuk ceramah. Akibatnya hasil pembelajaran rendah, dari 10 orang siswa terdapat 6 orang siswa mendapat nilai rendah. Berdasarkan masalah tersebut diatas maka peneliti mengangkat penelitian tindakan kelas dengan judul, Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA SiswaKelas VI SDK Nazaret Makatara. Pujiati dkk.(dalam Anita Lie 2004;3) mengemukakan bahwa paradigma lama guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sudah tidak bisah dipertahankan lagi. Untuk itu maka guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran, yaitu: (1) Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa, (2) Siswa membangun pengetahuan secara aktif, (3) Guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, (4) Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Menurut Slavin (dalan Ibrahim, 2006:16) salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah rendahnya partisipasi siswa adalah dengan model sebab dengan model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas VI. Konsep Teori yang penulis gunakan Menurut Sudjana (1989), “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan
516
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
tingkah laku, keterampilan kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum (Joyce, 1992:4). Menurut Soekanto, (dalam Nurulwati, 2010:10) mengemukakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. Pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. Belajar adalah proses aktif siswa dalam membangun/memproduksi pengetahuan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dan yang akan dipelajari. Menurut Cory (dalam Sagala, 2005:61), menyebutkan “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja di kelola untuk memungkinkan Ia turut serta dalam tingka laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. “Menurut Royce-Joyce (dalam Mayor, 2006:13), mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu deskripsi pembelajaran yang didalamnya mengandung sintak/langkah-langkah. Purwanto.1990, mengemukkan.“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulangulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingka laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, dan keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).” Dalam Winaputra 2008, mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas, jelas bahwa belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku pada diri individu, perubahan ini menyangkut aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Perubahan ini terjadi melalui latihan atau pengalaman yang dilakukan secara berulang-ulang oleh individu, dalam arti perubahanperubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak sebagai hasil belajar (seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada seoarang bayi). Perubahan yang dialami oleh individu harus relatif tetap, harus merupakan akhir dari suatu periode yang cukup panjang, ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingka laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya hanya berlansung semetara. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai model pembelajaran di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang tersusun secara sistematis sehingga tercipta perubahan perilaku individu yang baik dan menciptakan pembelajaran yang aktif di dalam kelas yaitu antara guru dan siswa terjadi umpan balik sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu atau memfasilitasi siswa dalam mempelajari atau mengalami suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Apabila guru dapat berperan sebagai pelaku tindakan perbaikan pembelajaran di sekolah, maka guru diharuskan memiliki kemampuan dalam hal strategi atau model pembelajaran. Model-model pembelajaran yang perlu dipahami dan perlu diterapkan dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran atau peningkatan hasil belajar siswa di sekolah tentu haruslah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan paradigma pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan berdasarkanparadigma pembelajaran yang berpusat kepada siswa di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif. Salah satu pembelajaran kooperatif yang telah digunakan secara luas adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) (Sanjaya, 2006:240; Trianto, 2007:51; Isjoni, 2007:52). 517
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberikan LKS kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lannya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti 4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu 5. Memberi evaluasi 6. Guru dan siswa bersama menarik kesimpula Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang telah digunakan secara luas ialah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD). Tipe Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) ini dikembangkan oleh Slavin (Trianto, 2007:52; Isjoni, 2007:51). Ibrahim (Trianto, 2007:54) mengemukakan enam tahapan pembelajaran kooperatif tipe STAD seperti dalam tabel 1. Tabel 1. Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD (Trianto,2007:54) Tahap Kegiatan Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang memotivasi siswa ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase 2 Menyajikan/menyampaikan Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan informasi mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya kelompok-kelompok belajar membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Fase 4 Membimbing kelompok bekerja Membimbing kelompok-kelompok belajar pada dan belajar saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Clssroom Action Researc) yang memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut (Arikunto, 2010: 58) “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Dalam penelitian ini, menggunakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010:67) yang menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) yang tersaji dalam bagan berikut ini.
518
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Gambar 3.1 Gambar 1. Model PTK Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto 2010: 16)
HASIL PENELITIAN Kegiatan yang dilakukan pada siklus I dilakukan satu kali pertemuan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Perencanaan Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) b. Menetapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) pada mata pelajaran IPA tentang ciri-ciri makhluk hidup “ ciri hewan kelelawar” c. Guru membagi siswa dalam dua kelompok d. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) e. Menyiapkan instrumen tes berupa soal uraian f. Menyiapkan lembar penilaian 2. Tindakan Siklus tindakan pertama diadakan hari Selasa, tanggal 05 Agustus 2014, pada pukul. 08.05 – 09.15 atau 2 x 35 menit (1x pertemuan). Materi yang diajarkan adalah “ Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup”. Pada tindakan ini penelitian memulai proses pembelajaran dengan mengemukakan tentang ciri khusus pada hewan kelelawar, setelah dijelaskan secara klasikal peneliti, mengadakan observasi hasil yang di dapat adalah sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I
No
Aktivitas
Siklus I Jumlah Siswa
1. 2. 3. 4. 5.
Memperhatikan penjelasan guru Mengerjakan tugas secara individu Berdiskusi dalam kelompok Bertanya dan menjawab pertanyaan Memperhatikan siswa presentasi
3 6 2 2 4
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
Persentase (%) 30 % 60 % 20 % 20 % 40 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣 𝑋 100 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Berdasarkan pada tabel 2 diatas, ternyata siklus I ini menunjukkan bahwa : siswa mengerjakan tugas secara individu cukup baik namun, pada poin yang lain masih sangat memerlukan perbaikan dan motivasi guru agar pembelajaran mendapat hasil yang lebih baik. Sarya (dalam Wibawa, 2010:148) berpendapat setiap proses belajar mengajar menuntut upaya penyampaian suatu tujuan tertentu. Melihat presentasi dari observasi kegiatan belajar siswa, yang mana menunjukkan hasil belajar tentang Ciri Khusus Pada Hewan di depan kelas. Hanya 2 orang siswa dari 10 siswa 519
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
yang ada, berarti baru 20 % siswa yang berani tampil ke depan kelas dan 4 orang siswa yang mau mendemonstrasikan hasil belajar yang dibuatnya, berarti baru 40 % dari jumlah semua siswa. Kiranawati (dalam Subratayasa, 2012:14). menyatakan bahwa suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Kurangnya keberanian siswa tersebut karena siswa belum terbiasa dengan cara belajar bersama tim (kelompok). Tabel 3. Observasi Kegiatan Praktek Siklus I
No 1 2 3 4
Pelaksanaan Mengamati alat peraga gambar Menangapi gambar yang di buat dengan gambar alat peraga Mendemonstrasikan hasil gambar yang di buat oleh masing-masing siswa Menunjukkan hasil gambar siswa di depan kelas 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
Jumlah 3
Persentase (%) 30 %
2
20 %
3
30 %
3
30 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣 𝑋 100 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Setelah pembelajaran pada siklus I selesai, selanjutnya pada akhir pertemuan di adakan tes formatif untuk mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam menyerap materi yang di berikan dari tes formatif tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Hal ini sejalan dengan teori Piaget (dalam Trianto, 2009) yang menyatakan, “anak yang berada pada usia 7 sampai 11 tahun berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret” Tabel 4. Hasil tes formatif pada siklus I
No
Nilai
1. 2. 3. 4. 5
1.00 – 2,00 3,00 – 4,00 5,00 – 6,00 7,00 – 8,00 9,00 – 10,00 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
Siklus I Jumlah Siswa Persentas (%) 0 0% 5 50 % 3 30 % 1 10 % 1 10 % 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣 𝑋 100 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Melihat hasil tes formatif pada siklus I ini masih sangat memprihatinkan yang mana nilai dibawah KKM (60) masih 80 %. Hal ini menunjukkan keberhasilan yang belum memuaskan, dikarenakan belum maksimalnya model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA di kelas VI masi banyak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) Dari hasil observasi siswa dan tes formatif masih perlu perbaikan lagi dan melihat hasil observasi dari observasi terhadap guru dan refleksi dari siklus I di dapat hasil sebagai berikut: 1. Guru kurang menggali pengetahuan awal siswa. 2. Guru tidak memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan tenang materi yang diajarkan. 3. Guru tidak menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. 4. Guru tidak mengaitkan pembelajaran dengan pelajaran lain. 5. Tindak lanjut pembelajaran tidak disampaikan oleh guru. 3. Refleksi Dalam pelajaran dengan menggunakan ceramah atau pembelajaran satu arah maka hasil observasi dan tes formatif yang dijadikan bahan pertimbangan dalam merencanakan dan menentukan tindakan selanjutnya. Kondisi yang ditemukan pada siklus I yang lalu, selanjutnya di diskusikan bersama observer sebagai mitra dalam penelitian. Hasil diskusi tersebut di peroleh 520
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
kesepakatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam siklus II, yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Sebelum menyampaikan tujuan pembelajaran sebaiknya terlebih dahulu menggali pengetahuan awal siswa agar siswa termotivasi untuk belajar. 2. Dalam pembelajaran guru harus menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD)yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa atau meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar 3. Alat peraga yang digunakan guru hendaknya dapat menimbulkan siswa bertanya karena sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, serta mengaitkan pembelajaran dengan pelajaran lain. 4. Dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang menarik agar semua anggota aktif. Hasil diskusi dengan guru mitra sebagai observer diperoleh kesepakatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam siklus II dengan materi ciri khusus pada hewan yang mana mengulang materi siklus I dan di tambah dengan materi yang belum di ajarkan. Siklus II ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 12 Agustus 2014. Siklus II Kegiatan pada siklus II dilakukan satu kali pertemuan dengan melihat perbaikan dari siklus I yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Perencanaan 1. Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a.Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA b. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) mata pelajaran IPA c. Menyiapkan lembar penilaian 2. Tindakan Siklus tindakan II diadakan hari Selasa, tanggal 12 Agustus 2014, pada pukul. 08.05 – 09.15 atau 2 x 35 menit (1x pertemuan). Materi yang diajarkan adalah “ ciri khusus pada hewan”. Pada tindakan ini penelitian di mulai proses pembelajaran dengan mengemukakan tentang ciri khusus pada hewan, setelah dijelaskan secara klasikal peneliti, mengadakan observasi hasil yang di dapat adalah sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II
Siklus II No Aktivitas 1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah Siswa
Memperhatikan penjelasan guru Mengerjakan tugas secara individu Berdiskusi dalam kelompok Bertanya dan menjawab pertanyaan Memperhatikan siswa presentasi 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
7 8 8 8
Persentase (%) 70 % 80 % 80 % 80 %
8
80 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣 𝑋 100 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Berdasarkan pada tabel 5 diatas, ternyata siklus II ini menunjukkan bahwa : siswa dalam memperhatikan penjelajasan guru, mengerjakan tugas secara individu ,berdiskusi dalam kelompok, bertanya dan menjawab pertanyaan, dan memperhatikan siswa presentasi sudah cukup baik. Melihat presentasi dari observasi kegiatan belajar siswa, yang mana menunjukkan hasil belajar tentang ciri khusus pada hewan di depan kelas dianggap berhasil.
521
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Tabel 6. Observasi Kegiatan Praktek Siklus II
No 1 2 3 4
Pelaksanaan Mengamati alat peraga Menangapi gambar yang di buat dengan gambar alat peraga Mendemonstrasikan hasil gambar yang di buat oleh masing-masing kelompok Menunjukkan hasil gambar siswa di depan kelas 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
Jumlah
Persentase (%)
8 8
80 % 80 %
8
80 %
8
80 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣 𝑋 100 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Setelah pembelajaran pada siklus II selesai, selanjutnya pada akhir pertemuan di adakan tes formatif untuk mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam menyerap materi yang di berikan dari tes formatif tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Hasil tes formatif pada siklus II
No
Nilai
1. 2. 3. 4.
1.00 – 2,00 3,00 – 4,00 5,00 – 6,00 7,00 – 8,00 9,00 – 10,00 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
Siklus II Jumlah Siswa Persentas (%) 0 0% 0 0% 2 20 % 5 50 % 3 30 % 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣 𝑋 100 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Melihat hasil tes formatif pada siklus II ini sudah sangat baik yang mana nilai dibawah KKM (60) tinngal 20 %. Hal ini menunjukkan bagwa dalam menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) berhasil. 4. Refleksi Siklus II Dalam pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams Achievemen Division (STAD). Observasi dan tes formatif yang diperloleh maka pembelajaran pada siklus II dianggap berhasil. Tabel 8. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDK Nazaret Makatara
No Nama Siswa 1. AB AP 2. ET 3. MB 4. MM 5. MT 6. RN 7. RT 8. SC 9. SZS 10. Jumlah Rata-Rata
Silus I 3 3 4 9 6 4 6 4 8 5
Siklus II 6 6 7 9 8 7 9 8 9 8 52
5,2
77
7,7
Berdasarkan perbandingan antara hasil tes formatif yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II serta tampak dari hasil tes tersebut dengan menggunakan model pembelajaran 522
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
kooperatif tipe Student-Teams Achievement Division (STAD). Pada pembelajaran IPA dengan kompetensi Memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya. Pada standar kompetensi Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya. Data yang disajikan pada tabel 8 menunjukkan bahwa dari 10 siswa kelas VI nilainya mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II yang rata-rata 5,2 mennjadi 7,7 (mengalami kenaikan 2,5), PEMBAHASAN Dari hasil tets formatif siklus I sampai dengan tes formatif siklus II, penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD). Besar rata-rata tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di nyatakan berhasil. Hal ini sejalan dengan teori Piaget (dalam Trianto, 2009) yang menyatakan, “anak yang berada pada usia 7 sampai 11 tahun berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret”. Berdasarkan analisis data dan lembar observasi dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe -Teams Achievemen. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan, refleksi atas pengembaangan pembelajaran IPA dapat disimpulkan bahwa penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas VI SDK Nazaret Makatara SARAN Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan selanjutnya, dan peningkatan untuk pembelajaran IPA di sekolah dasar, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Untuk guru, diharapkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) sebagai salah satu alternatif yang layak untuk dikembangkan dalam rangka mengatasi masalah rendahnya hasil belajar pada pembelajaran IPA 2. Untuk siswa, diharapkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams Achievemen Division (STAD) siswa terbiasa berkerja sama dalam kelompok DAFTAR PUSTAKA Hernawan, A.H. 2006. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta Isjoni. 2007.Cooperativie Learning, 2007. Bandung Alfabeta. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Biro Hukum Lie, A. 2007. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Madya, S. 2007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta Ngalim Purwanto, 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Rosda Karya Purwanto ,2009. Evaluasi Hasil Belajar, Yoyakarta: Pustaka Pelajar Qadriyah.2003. Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif (Tipe STAD).Jurnal Pendidikan Humaniora dan Sains. (9)1:30-37 Rahayu Sitikurnia dan Ely Suhayati, 2010. Perpajakan: Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu Rosdiana, Y. 2006. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka Sudjana, N. 1989.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Offset 523
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Sagala Syaiful, 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Taniredja, T. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: AlfabetaWahyudin, D. 2007. Lingkungan Pendidikan. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
PENINGKATAN PEMBELAJARAN SAINS MATERI DAUR HIDUP MAKHLUK HIDUP DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING DI KELAS III SDN 017 TANAH GROGOT KABUPATEN PASER TAHUN 2013 Asiah SDN 017 Tanah Grogot Abstrak: Berdasarkan pengamatan hasil belajar yang telah dilakukan di SDN 017 Tanah Grogot, Pembelajaran sains yang telah penulis laksanakan dari 35 siswa hanya 11 siswa yang mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan hasil nilai rata-rata 60. Untuk meningkatkan penguasaan materi pembelajaran tersebut, maka penulis sebagai guru kelas melakukan penelitian dengan model pembelajaran cooperatif learning. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif learning dapat meningkatkan kemampuan prestasi hasil belajar siswa kelas IV SDN 017 Tanah grogot dalam memahami mata pelajaran Sains materi daur hidup makhluk hidup.Metode penelitian terdiri dari penelitian tindakan kelas yang mencakup empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 017 Tanah Grogot yang berjumlah 35 orang. Hasil penelitian terdapat kenaikan rata-rata tiap siklus. Pada kondisi awal nilai rata-rata 60, siklus I 69,14 dan siklus 2 adalah 84,86. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif learning dapat meningkatkan prestasi hasil belajar IPA materi daur hidup makhluk hidup siswa kelas III SDN 017 Tanah Grogot. Kata Kunci : Cooperatif learning, Prestasi Hasil Belajar, Sains.
Pembelajaran Sains (Ilmu Pengetahuan Alam) yang berhasil ditunjukan dengan tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan, biasanya dinyatakan dengan nilai. Peran guru sangat penting dalam pencapaian keberhasilan proses pembelajaran, karena para guru yang lebih mengetahui kondisi perkembangan siswa dikelas. Rustaman, dkk, (2003) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Fogarty,R. (1991) Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Supriyadi (1995:56), untuk mencapai tujuan pengajaran diperlukan penggunaan metode pembelajaran yang optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi, setiap mata pelajaran khususnya fisika harus diorganisasikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan metode yang tepat pula. Metode pembelajaran yang membuat siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun sosial tanpa ada pembedaan kemauan antar siswa dan 524
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
menanggapi berbagai permasalahan hendaknya terus dikembangkan dan diarahkan oleh guru dengan sedemikian rupa, sehingga siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan pengamatan hasil belajar yang telah dilakukan di kelas III SDN 017 Tanah Grogot, prestasi belajar siswa masih rendah. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus P3B, 2001). Selain itu menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Pada pembelajaran IPA yang telah penulis laksanakan dari 35 siswa hanya 11 siswa yang mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan hasil nilai rata-rata 60. Untuk meningkatkan penguasaan materi pembelajaran tersebut, maka penulis sebagai guru kelas melakukan penelitian dengan model pembelajaran cooperatif learning. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda (Cohen, 1986; Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992; Sharan & Sharan, 1992). Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagi langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan,dan refleksi (Kemmis & Mc Taggart, 1982). Perencanaan Tindakan Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah : Menyusun rencana pembelajaran pembelajaran (RPP). Membuat alat peraga yang dibutuhkan dalam pembelajaran Menyiapkan instrument penelitian Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dibuat yaitu materi daur hidup makhluk hidup Pengamatan (Observasi) Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan dan menjaring data-data atau informasi tindakan pembelajaran yang dilakukan guru. Observasi dilakukan secara terus menerus sejak pelaksanaan tindakan siklus I sampai siklus berikutnya. Selama pembelajaran berlangsung observer melakukan pengamatan terhadap semua kegiatan siswa, bagaimana kesiapan siswa dalam pembelajaran, bagaimana konsentrasi siswa selama pembelajaran, kualitas kegiatan pembelajaran serta bagaimana kegiatan yang dilakukan siswa, serta tindakan yang dilakukan guru. Kegiatan pengamatan yang dilakukan observer mengacu pada lembar pengamatan kegiatan guru dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Refleksi Setelah kegiatan inti, berdasarkan data hasil observasi peneliti melakukan refleksi untuk menilai sejauh mana keberhasilan penggunaan metode demonstrasi dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu juga mencari solusi atas hambatan-hambatan yang muncul untuk perbaikan pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. Apabila pada siklus kedua hasil belajar sudah nampak adanya peningkatan yang signifikan, maka sesuai dengan rencana tindakan hanya 2 siklus.
525
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
HASIL PENELITIAN Deskripsi Kondisi Awal Pada Bab ini penulis akan membahas tentang hasil penelitian sesuai dengan pelaksanaan perbaikan pembeajaran yang berbeda guna menghasilkan nilai dan keberhasilan dalam pembelajaran. Perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan dengan dua siklus penulis tampilkan dalam bentuk table dan grafik disertai dengan penjelasan yang kongkrit di bawah ini.
Nilai
Tabel 4.1 Nilai mata pelajaran IPA Kondisi Awal 40 50 60 70 80 Jumlah Siswa
Siswa
4
6
14
8
3
35
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kondisi awal hasil belajar siswa sangat rendah pada mata pelajaran IPA kelas IV materi daur hidup makhluk hidup di SDN 017 Tanah grogot. Dan dari 35 siswa hanya 11 siswa yang tuntas dalam pembelajaran yang memperoleh nilai ≤ 65. Deskripsi Hasil Siklus 1 Perencanaan Tindakan Perencanaan siklus I sudah matang semua perangkat yang diperlukan sudah tersedia. Yang akan melaksanakan tindakan pada Siklus I adalah peneliti . Guru teman sejawat dan guru bertindak sebagai pengamat/observer. Pelaksanaan Tindakan Tindakan I berupa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode diskusi. Pembelajarannya dilakukan pada saat jadwal pelajaran IPA sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar yang sudah direncanakan sesuai dengan kalender pendidikan. Hasil Pengamatan Pelaksanaan tindakan secara umum sudah sesuai rencana yang dibuat. Metode yang digunakan dapat menarik minat siswa. Hanya saja konsentrasi siswa agak terganggu karena ada orang lain dalam kelas, yaitu observer. Siswa merasa diamati. Selama proses pembelajaran, terutama saat pembelajaran IPA dari 35 siswa, 25 siswa telah tuntas dalam pembelajaran, masih ada 10 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran (ketuntasan 71%). Pada siklus I mulai nampak peningkatan hasil belajar siswa. Refleksi Hasil refleksi siklus 1 ditemukan beberapa hambatan. Peneliti perlu memberikan motivasi dan variasi yang lebih banyak pada kegiatan berikutnya. Hal yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan memperbanyak pemberian pertanyaan terutama yang dapat memandu demonstrasi. Dengan pemberian pertanyaan pemandu diharapkan siswa akan lebih tertarik dan giat dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru. Menyikapi reaksi siswa pada siklus I, yaitu siswa merasa diamati sehingga ada perasaan terganggu, maka pada kegiatan observasi berikutnya kegiatan pengamatan/observasi dilakukan dari luar sehingga dapat memberikan kebebasan/keleluasaan pada siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Deskripsi Hasil Siklus 2 Perencanaan Tindakan Perencanaan siklus 2 sudah matang semua perangkat yang diperlukan sudah tersedia. Pelaksanan tindakan sama dengan siklus 2 yaitu guru sebagai peneliti. Guru teman sejawat bertindak sebagai observer. Sebagai usaha memperbaiki kekurangan yang muncul pada tindakan I peneliti berusaha memberikan motivasi yang lebih banyak dan pertanyaan-pertanyaan pemandu sebagai penuntun dalam berdemonstrasi sedangkan pengamatan dilakukan dari luar kelas.
526
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Pelaksanaan Tindakan Tindakan II berupa pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi. Sebagaimana pada tindakan siklus I, pembelajarannya dilakukan pada jadwal pelajaran IPA sehingga tidak menggangu kegiatan belajar mengajar yang sudah direncanakan sesuai dengan kalender pendidikan. Guru teman sejawat menjadi observer di luar kelas. Hasil Pengamatan Setelah peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar, ternyata selama proses pembelajaran terutama saat kerja kelompok dari 35 siswa terdapat 32 siswa tuntas dalam pembelajaran ( ketuntasan belajar mencapai 91%) Refleksi Hasil refleksi siklus II beberapa hambatan yang muncul pada tindakan sebelumnya sudah tidak muncul lagi. Kegiatan pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi cukup lancar, kualitas hasil kerja kelompok dan individu lebih baik daripada sebelumnya. Kegiatan kerja kelompok berjalan cukup antusius dan kompak serta peran dalam kelompok sangat baik. Pembahasan Setelah dilakukan tindakan, yaitu peneliti menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran dapat dilihat hasilnya. Hasil belajar siswa terlihat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja siswa bila dibandingkan dengan kondisi awal. Aktivitas siswa dalam kelas ternyata memerlukan kebebasan/keleluasaan. Apabila kegiatan yang sudah dilaksanakan sehari-hari diubah, siswa merasa kurang nyaman. Kehadiran guru atau orang lain dalam kelas menyebabkan gangguan psikis pada siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif learning dalam pembelajaran IPA materi daur hidup makhluk hidup membantu siswa dalam pemahaman. Tabel 4.2. Refleksi Kondisi Awal ke Kondisi Akhir pada Proses Pembelajaran Refleksi kondisi No Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2 awal ke kondisi akhir 1. Masih banyak Siswa yang pasif Siswa aktif Dari kondisi awal siswa yang dalam dalam ke kondisi akhir kurang pembelajaran pembelajaran, terdapat bersemangat dan berkurang, ada 11 tidak ada yang peningkatan tidak aktif dalam siswa yang tidak mengantuk. keaktifan siswa pembelajaran. aktif mengikuti. Anak terlihat dalam proses Keaktifan siswa antusias dalam pembelajaran. mulai nampak. pembelajaran.
Tabel 4.3 Nilai Persiklus Kondisi Awal Nilai
40
50
60
70
80
Jumlah Siswa
Siswa
4
6
14
8
3
35
160
300
560
240
Jumlah
840
2100
60
Rata-rata Siklus I Nilai
50
60
70
80
90
Jumlah Siswa
Siswa
4
7
15
6
3
35
200
420
1050
480
270
Jumlah
2420
69.14
Rata-rata Siklus II Nilai
60
70
80
90 527
100
Jumlah Siswa
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Siswa Jumlah Rata-rata
2
8
6
9
120
560
480
810
10
35
1000 84.86
2970
Berdasarkan tabel 4.3 perolehan nilai persiklus sangat memuaskan terdapat peningkatan yang sangat signifikan. Rata-rata pada kondisi awal adalah 60, siklus 1 69,14 dan siklus 2 adalah 84,86. Kenaikan rata-rata persiklus dapat dilihat pada grafik berikut: 84,86
90,00 80,00 70,00
69,14
60,00
60,00 50,00 40,00
Series1
30,00 20,00 10,00
0,00 1
2
3
Grafik 1. Kenaikan rata-rata persiklus Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tersebut, maka penelitian dapat dihentikan karena telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif learning dapat meningkatkan prestasi hasil belajar IPA materi daur hidup makhluk hidup siswa kelas III SDN 017 Tanah Grogot berdasarkan kenaikan rata-rata tiap siklus. Pada kondisi awal nilai rata-rata 60, siklus I 69,14 dan siklus 2 adalah 84,86. Saran Berdasakan kesimpulan tersebut di atas, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran seorang guru diharapkan : Guru seharusnya mengunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan pada setiap pelajaran.Sehingga guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN Haryanto, 2004. Sains, Jakarta: Penerbit Erlangga. Nono Sutarno, 2005. Materi Dan Pembelajran IPA SD, Jakarta: Universitas terbuka. . Susilo, 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Yogjakarta. Udin S Winataputra, 2006. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas terbuka Udin S Winataputra, 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas terbuka. Wardani, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka. Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.
528
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 023 LONG IKIS PADA TOPIK ENERGI LISTRIK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI Genru UPTD-PSPD Long Ikis Kab.Paser Kal-Tim Abstrak . Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA di kelas VI pada topik energi listrik di Sekolah Dasar Negeri 023 Long Ikis. Metode penelitian ini adalah Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas). Tindakan yang dilakukan terdiri dari dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, Planning, Acting, Observing, dan Reflecting. Adapun kelas yang diteliti adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 023 Long Ikis dengan jumlah siswa 20 orang. Setelah dilaksanakan siklus pertama yaitu guru melaksanakan praktik pembelajaran langsung diperoleh hasil pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 64,67. Pada siklus II nilai rata-rata 80,00. Jadi kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari rata-rata 55,87 menjadi 80,00.Berdasarkan penelitian tindakan yang dilaksanakan melalui dua siklus, diperoleh peningkatan yang sangat berarti, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran simulasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas VI SDN 023 Long Ikis pada topik energi listrik. Kata kunci : model pembelajaran simulasi, hasil belajar, enegri listrik.
Rahardjo dalam Mustolih (2007) menguraikan dengan berangkat dari teori belajar diketahui bahwa hakekat belajar adalah interaksi antara peserta didik yang belajar dengan sumber-sumber belajar di sekitarnya yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku belajardari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak jelas menjadi jelas,dan sebagainya. Sumber belejar tersebut dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, teknik dan lingkungan proses belajar tersebut dipengaruhi oleh factor-faktor internal dan eksternal faktok internal seperti sikap,pandangan hidup,perasaan senang dan tidak senang, kebiasaan dan pengalaman pada diri peserta didik. Bila peserta didik apatis,tidak senang,atau menganggap buang waktu maka sulit untuk mengalami proses mengajar. Dalam upaya meningkatkan kemampuan dalam memahami materi pembelajaran IPA seperti yang diharapkan,Guru perlu mempersiapkan dan mengatur strategi penyampaian materi IPA kepada siswa. Hal ini dilakukan selain untuk mempersiapkan pedoman bagi guru dalam menyampaikan materi, juga agar setiap langkah kegiatan pencapaian kompentensi untuk siswa dapat dilakukan secara bertahap, sehingga di peroleh hasil pembelajaran IPA yang optimal. Untuk melaksanakan pembelajaran IPA seperti di atas, diperlukan beberapa kecakapan guru untuk memilihkan suatu model pembelajaran yang tepat, baik untuk materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran saat itu. Sehinga pembelajaran tersebut dapat meransang siswa untu memperoleh kompentensi yang diharapkan. Dengan demikian siswa mampu menyelesaikan berbagai permasalahan baik dalam pembelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Konon dalam pelaksanaan pembelajaran IPA sekarang ini pada umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih, dan lupa). Guru memberitahukan konsep, menerima bahan jadi. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ketahun soal yang di berikan adalah soal yang itu-itu juga tidak bervariasi, hanya berkisar pada pertanyaan apa, berapa, tentukan, selesaikan jarang sekali bertanya dengan menggunakan kata mengapa, bagaimana, darimana, atau kapan. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan (minimal ) membaca bahan yang akan di pelajari, siswa datang tanpa bekal pengatahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih pernah lagi, mereka tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat belajar bagi masa depan nya nanti. Mereka memandang belajar adalah suatu kewajiban yang di pikul atas perintah orang tua,guru,atau lingkunganya. Belum memandang belajar sebagai suatu kebutuhan. Dampak dari kedua hal di atas, bagi siswa adalah tidak merasakan nikmatnya(enjoy) belajar, belajar sekedar melaksanakan kewajiban malahan seringkali terlihat karena
529
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
keterpaksaan. Ditambah lagi materi IPA susah (abstrak) dan seringkali dibuat susah, suasana pembelajaran IPA yang menonton, penuh ketengangan, banyak tugas, nilainya jelek lagi. Begitu pula, dengan kondisi diluar kelas, suasana rumah tidak nyaman. Fasilitas belajar kurang, lingkungan kehidupannya tidak konduktif. Langkah penunjang kegagalan belajar. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA, merupakan usaha untuk mengubah kondosi di atas, yaitu dengan membuat sekenario pembelajaran yang dimulai dari konteks kehidupan nyata siswa (daily life ).Selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk mengangkat objek dalam kehidupan nyata itu kedalam konsep pembelajaran IPA, melalui Tanya jawab, diskusi, inkuiri, sehinga siswa dapat mengkontruksi konsep tersebut dalam pikirannya. Dengan demikian siswa belajar melalui “doing math, hands on – activity” Penerapan pendekatan konteksual sejalan dengan tumbuh-kembangnya IPA itu sendiri dan ilmu pengetahuan secara umum. Dengan menggunakan pendekatan konteksual diharapkan guru dapat menggunakan dan mengoptimalkan pengalaman hidup sehari-hari siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bernalar sehingga meningkatkan kreatifitas, mengembangkan bakat dan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: guru belum terampil mengemas sebuah pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), guru belum terampil memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran,siswa cenderung merasa jauh karena proses beljar dan pembelajaran tidak memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif ,dan hasil belajar siwa pada materi energi listrik masih cukup rendah di mana ketuntasan belajar hanya 55% dengan nilai rata-rata 65,hal ini di pengaruhi oleh tidak termotifasinya siswa pada saat belajar mengajar di kelas. Menurut Winputra (1993:123) mengemukakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan tentang benda atau makhluk hidup, tetepi merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah. Jadi,IPA atau sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek serta menggunakan metode ilmiah. Berdasarkan fakta yang telah penulis uraikan, penulis telah menemukan beberapa faktor benyebab siswa kurang memahami mata pelajaran IPA yang telah di ajarkan sebagai berikut: kurangnya media alat peraga, kurangnya latihan-latihan yang di berikan, model pembelajaran yang di gunakan oleh guru yang kurang berfariasi, bahasa yang di gunakan dalam pembelajaran kurang sederhana, dan keterampilan guru dalam mengajarkan IPA masih kurang. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negri 023 Long Ikis pada mata pelajaran IPA dengan topik energi listrik, peneliti mencoba beberapa model pembelajaran yang salah satunya adalah model pembelajaran simulasi. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 023 Long Ikis pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada topik energi listrik melalui penerapan model pembelajaran simulasi. Berdasarkan permasalahan yang telah penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi tujuan perbaikan pembelajaran ini adalah mendeskripsikan cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 023 Long Ikis tahun pembelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA pada topik energi listrik melalui penerapan model pembelajaran simulasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: (1) bagi siswa untuk lebih aktif dan menerapkan model pembelajaran simulasi dalam pembelajaran, (2) bagi guru untuk menvariasi metode pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan metode yang tepat salah satunya adalah metode pemecahan masalah, (3) bagi sekolah sebagai masukan dalam rangka pembaikan pembelajaran dan peningkatan hasil belajar IPA secara keseluruhan di sekolah itu sendiri pada khususnya dan sekolah lain pada umumnya, (4) bagi instansi pendidikan secara umum : . Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi instansi pendidikan secara umum dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan lebih lanjut, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Belajar Menurut pengertian secara psikologis,belejar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang 530
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Gagne dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) mengungkapkan bahwa belajar didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Hamalik (2003), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Sardiman (2003), belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dari pendapat ini juga menekankan suatu indikator belajar dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar sebagai suatu usaha seseorang untuk mengubah tingkah lakunya melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang dilakukan secara sadar, terarah dan bertujuan. Jadi belajar adalah suatu proses prubahan tingkah laku yang menyeluruh dari pengalamannya sendiri, dan sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Pengajaran Pengajaran adalah suatu proses belajar mengajar.Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik.Tugas dan tangung jawab utama seorang guru atau pengajar adalah mengelola pengajaran serta lebih epektif,dinamis,efisien dan positif sehinga peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk mermperoleh perubahan diri dalam pengajaran.Adapun yang harus dimiliki oleh seorang guru agar pengajaran berjalan lebih epektif,dinamis,efisien dan positif( A.Rohani,1995) adalah : (1) penguasaan bahan pengajaran, (2) penggunaan bahasa, (3) penggunaan metode pengajaran, (4) penggunaan alat-alat atau media pengajaran, (5) memahami peserta didik, (6) menaruh minat terhadap peserta didik, (7) tidak membeda-bedakan peserta didik, (8) memberikan tugas-tugas yang sesuai, (9) adil dalam memberikan angka, (10) memiliki rasa humor, 11) kerapian berpakaian, (12) menguasai keterlibatan kelas, dan (13) keefektifitasan mengajar Hasil Belajar Pengertian Hasil Belajar Sumadi S (1991),Mengemukakan hal-hal pokok dalam belajar adalah membawa perubahan,yang pada pokoknya didapat kecakapan baru sehinga menghasilkan sesuatu karena usaha.Menurut Selameto(1998),tes hasil adalah sekelompok pertanyaan berbentuk lisan maupun tulisan yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan mengukur kemajuan belajar siswa.Jadi dari kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang di maksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pelajaran IPS yang menimbulkan nilai tertentu yang didapat dari hasil belajar dan di ukur dengan rata-rata dari hasil tes yang di berikan. Prinsip Penilaian Dalam melaksanakan penilaian mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut. : (1) memandang penilaian dan kegiatan pembelajaran secara terpadu, (2) mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri, (3) melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik, (4) mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik, (4) mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik, (5) menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamatan tingkah laku, (6) melakukan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil, dalam bentuk: ulangan harian, ulangan tengah 531
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Ulangan harian dapat dilakukan bila sudah menyelesaikan satu atau beberapa indikator atau satu kompetensi dasar (KD), ulangan tengah semester dilakukan bila telah menyelesaikan beberapa KD atau satu stándar kompetensi (SK), ulangan akhir semester dilakukan setelah menyelesaikan semua KD atau SK semester bersangkutan, sedangkan ulangan kenaikan kelas dilakukan pada akhir semester genap dengan menilai semua SK semester ganjil dan genap, dengan penekanan pada semester genap, dan (7) Penilaian kompetensi pada uji kompetensi melibatkan pihak sekolah dan Institusi Pasangan/Asosiasi Profesi, dan pihak lain terutama DU/DI. Idealnya, lembaga yang menyelenggarakan uji kompetensi ini independen; yakni lembaga yang tidak dapat diintervensi oleh unsur atau lembaga lain. Agar penilaian objektif, pendidik harus berupaya secara optimal untuk (1) memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah penilaian, (2) membuat keputusan yang adil tentang penguasaan kompetensi peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja (karya). Peningkatan Hasil Belajar Peningkatan adalah proses, cara meningkatkan dalam suatu usaha ,kegiatan dan sebagainya. Maksud dari pendapat di atas adalah suatu proses penambahan yang di lakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil usaha atau kegiatan sehingga terjadi peninggkatan. Sedangkan menurut hamalik ( 2002 ),Pningkatan mengambarkan perubahan kualitas danablitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi dan efesien.dari pengertian yang di ungkapkan hamalik, berarti proses perubahan pada diri seseorang secara universal.dari pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa peningkatan merupakan usaha yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk mengandalkan perubahan suatu kondisi ke arah yang lebih baik dari hasil yang di peroleh sebelum di adakan kegiatan. Peningkatan hasil belajar pada suatu mata pelajaran atau suatu pokok bahasan dalam mata pelajaran tertentu dapat dilihat dari hasil belajar selamah pembelajaran berlangsung. Begiut pula halnya dalam mata pelajaran sains / IPA peningkatan hasil belajar siswa juga dapat dilihat dengan memperhatikan indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Model Pembelajaran Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu aktivitas tertentu. Dalam pengertian lain, model diartikan sebagai barang tiruan , metafor ,atau kiasan yang dirumuskan. Pouwer menerangkan tentang model dengan anggapan seperti kiasan yang dirumuskan secara eksplisit mengandung sejumlah unsur yang saling tergantung. Sebagai metafora model tidak pernah dipandang sebagai bagian dari data yang di wakili. Ia menjelaskan fenomena dalam bentuk yang tidak seperti biasanya dirasakan .setiap model diperlukan untuk menjelaskan sesuatu yang lebih atau berbeda dari data . Sarat ini bisa dipenuhi dengan penyajian data dalam bentuk : ringkasan(type,diagram), konfigurasi (structure), korelasi(pola), idealisasi,dan kombinasi dari keempatnya .Jadi model merupakan kiasan yang padat yang bermanfaat bagi pembanding hubungan antara data terpilih dengan hubungan antara unsur terpilih dari suatu konstruksi logis. (pouwer 1974:243). Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Soekamto dan winata putra,1997:78-79). Model kemandirian aktif merupakan sebuah model yang dirancang berdasarkan sistem belajar mandiri dan belajar aktif .Belajar mandiri diartian sebagai usaha individu siswa yang otonomi untuk mencapai suatu kompetensi akademis . Belajar mandiri memiliki ciri utama bahwa siswa tidak tergantung pada pengarahan pengajar yang terus – menerus tetapi mereka mempunyai kreativitas dan inisiatif serta mampu untuk bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya ,(pannen dan sekarwinahnya,1994:5:4-5). Belajar mandiri memiliki dampak positip bagi siswa ,karena mereka akan merasakan tingkat kepuasan yang tinggi , mempunyai minat dan perhatian yang tidak terputu-putus ,dan memiliki kepercayaan diri yang lebih kuat dibandingkan dengan siswa yang hanya belajar
532
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
secara pasif dan menerima saja (Kozma,Belle,William,dalam pannen dan Sekarwinahnya ,1994:5:9). Belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri. Dengan belajar aktif berarti menumbuhkan kemampuan belajar secara aktif menuju pada pola kemandirian bagi siswa dan guru. Disini mereka akan mampu mengembangkan potensi diri secara optimal. Pembelajaran IPA IPA atau ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang pokok bembebasannya adalah alam dangan segala isinya.Hal dipelajari dalam IPA adalah sebab- akibat hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam . Menurut powler( dalam winataputra 1993), IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan dengan mengamati gejala-gejala kebendaan, dan didasarkan ini terutama atas pengamatan induksi.Carin dan Sund (1993)mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur,berlaku umum,dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.Aktivitas dalam IPA selalu berhubungan dengan percobaan –percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana,IPA dapat juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli IPA dengan demikian,IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau mahluk hidup,tetapi menyangkut cara kerja,cara bepikir,dan cara memecahkan masalah.Ilmuwan IPA selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam,selalu ingin mengetahui apa,bagaimana,dan mengapa tentang suatu gejala alam dan hubungan kausalnya.Dalam IPA , terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia, proses atau metodologi dan hasil, yang satu sama lain tidak dapat di pisahkan .Sikap manusia yang selalu ingin tahu tentang benda-benda , makhluk hidup,dan hubungan sebabakibatnya akan menimbulkan permasalahan – permasalahan yang selalu ingin dipecahkan dengan prosedur yang benar.Prosedur tersebut meliputi metode ilmiah.Metode ilmiah mencakup perumusan hipotensis. Energi listrik Listrik telah menjadi kebutuhan pokok manusia dizaman ini.Hampirsetiap rumah menggunakan listrik. Listrik digunakan untuk memudahkan kegiatan manusia sehari-hari. Mencuci,memasak,dan menyetrika menjadi lebih mudah. Di malam hari,rumah kalian menjadi terang. Kalian dapat menonton televise ataupun membaca buku dengan nyaman. Semua itu karena adanya listrik. Listrik banyak digunakan di kantor. Ruangan kantor menjadi terang karena lampu listrik. Komputer,mesin faks,dan AC juga di nyalakan dengan listrik. Kegiatan industry juga membutuhkan listrik.Mesin-mesin dijalankan dengan listrik. Kegiatan produksi berjalan lancar karena listrik. METODE Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Rencana Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis tindakan yang dilakukan sebagai berikut: (1) hasil belajar meningkat jika guru menggunakan bahasa yang mudah di mengerti dan di pahami oleh siswa, (2) hasil belajar meningkat jika guru menggunakan alat peraga secara optimal,(3) hasil belajar meningkat jika terjadi interaksi antara guru dan siswa, dan (4) hasil belajar meningkat jika guru selalu memberikan motivasi pada awal dan akhir pembelajaran. Dari hipotesis diatas rencana pembelajaran IPA selanjutnya adalah melaksanakan perbaikan penbelajaran berdasarkan siklus, yaitu terdiri dari siklus I dan siklus II
533
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Siklus 1
Refleksi
Observasi dan evaluasi
Pelaksanaan Tindakan Rencana Tindakan
Siklus 2
Refleksi
Observasi dan evaluasi
Pelaksanaan Tindakan Rencana Tindakan
Siklus 2
Refleksi
Observasi dan evaluasi
Pelaksanaan Tindakan Rencana Tindakan
Gambar 1. Siklus perbaikan pembelajaran energi listik pada kelas VI SD Negeri 023 Long Ikis. Rencana Tindakan
Pelaksanaan Prosedur pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan cara berdiskusi dengan supervisor/pengamat untuk mengidentifikasi, menganalisa dan merumuskan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Melalui bimbingan pengamat/supervisor peneliti banyak menemukan pengalaman dan solusi yang tepat dalam pelaksanaan perbaikan yang sedang diteliti dalam pembelajaran IPA. Hasil diskusi dengan supervisor/pengamat ditemukan pemecahan masalah yang perlu dilakukan untuk perbaikan pembelajaran yang sesui dengan langkah-langkah penelitian tindakan kelas seperti : (1) memposisikan suasana pembelajaran yang lebih kondusif, (2) melakukan apersepsi untuk menarik perhatian siswa dengan cara memberikan pertanyaan yang berbobot,(3) memotivasi siswa untuk mau bertanya, (4) menggunakan media atau alat peraga yang cocok dengan materi pembelajaran, (5) menghindari kesan ,yang dapat memojokkan siswa, (6) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan (7) memberikan tes yang berkaitan dengan pembelajaran Degan demikian perlu di susun kegiatan siklus 1 dan siklus 2 yang terdiri dari perencanaan,Pelaksanaan, observasi dan refleksi.
534
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Adapun prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran mengenai kedudukan dan peran Anggota keluarga pada kelas VI SD Negeri 002 Long kali adalah sebagai berikut Kegiatan pelaksanaan Siklus I : Konsep : Fokus :
IPA Memahami sistem perubahan energi listrik Bagaimana Meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran IPA
Tabel 1. Pelaksaan perbaikan pembelajaran sistem energi listrik .
No
Kegiatan
1
Rencana Tindakan
2
Pelaksaan Tindakan
3
Opsepasi
4
Refleksi
Pelaksanaan -Menyusun rencana perbaikan pembelajaran -Menyiapkan materi -Menyiapkan alat peraga -Menyusun pertanyaan - Melaksanakan pembelajaran dengan memajang alat peraga - Mengmati proses pembelajaran - Mengdakan evaluasi - Melakukan obsevasi terhadap pembelajaran -Melakukan refleksi terhadap pembelajaran -Melakukanrefleksi terhadap hasil belajar siswa
Kegiatan pelaksanan Siklus II : IPA Konsep : Memahami sistem perubahan energi listrik Fokus : Bagaimana meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran IPA Tabel 2. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran sistem perubahan energi listrik
No
Kegiatan
1
Rencana Tindakan
2
Pelaksaan Tindakan
3
Opsepasi
4
Refleksi
No
Tahap Kegiatan
1
Awal
Pelaksanaan -Menyusun rencana perbaikan pembelajaran di dasarkan pada hasil siklus I -Menyiapkan materi -Menyiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran -Menyusun pertanyaan -Menyiapkan Tes - Melaksanakan pembelajaran dengan megunakan alat Peraga secara maksimal - Mengamati proses pembelajaran dengan metode Tanya jawab - Mengdakan evaluasi - Melakukan obsevasi terhadap pembelajaran pembelajaran sesuai dengan kesepakatan ke berbagai pihak -Melakukan refleksi terhadap pembelajaran -Melakukanrefleksi terhadap hasil belajar siswa
Tabel 3. Tahapan kegiatan perbaikan sistem perubahan energi listrik siklus I
Tujuan
Hasil yang dicapai
Mengidentifikasi masalah
535
Kewajiban Memperbaiki pembelajaran
Waktu
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
2
Rencana tindakan
3
Pelaksanaan tindakan
4
Observasi
-Menyusun rencana perbaikan - Menyiapkan materi alat peraga, tes dan pedoman observasi
Melasanakan pembelajaran seefektif mungkin dengan memaksimalkan penggunaan alat peraga metode tanya jawab Mengobservasi kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan guru di antaranya : -Penggunaan waktu yang efektif - Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP Penggunaan alat peraga yang sesuai dalam pembelajaran Mengawasi semua aktivitas dan mencatat hasil pengamatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa
5
Refleksi
No
Tahap Kegiatan
1
Awal
Mengidentifikasi masalah dari pelaksanaan
2
Rencana tindakan
-Menyusun rencana pelaksanaan, alat peraga , tes dan pedoman observasi
3
Pelaksanaan tindakan
4
Observasi
5
Refleksi
Guru dapat membuat RPP,menyediakan materi ,alat peraga, membuat tes, tugas dan pedoman alat peraga Pembelajaran berjalan sesuai dengan tahap
Hasil observasi dapat di peroleh dengan bantuan teman sejawat
Hasil refleksi ada pada lembar refleksi observasi siklus II
Tabel 4. Tahapan kegiatan perbaikan sistem perubahan energi listrik siklus II
Tujuan
Hasil yang dicapai
Melasanakan pembelajaran sesuai rencana dengan meletakkan alat peraga diatas meja Mengobservasi kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan guru di antaranya : -Penggunaan waktu yang efektif - Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP -Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Mengawasi semua aktivitas dan mencatat hasil pengamatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa
Waktu
Kewajiban Memperbaiki Pembelajaran I Guru dapat membuat RPP,menyediakan materi ,alat peraga, membuat tes,dan tugas Pembelajaran berjalan sesuai dengan tahap Hasil observasi dapat di peroleh dengan bantuan teman sejawat dan hasilnya terlampir pada lembar observasi IPA
Hasil refleksi ada pada lembar refleksi siklus I
Teknik Analisis Data Data yang diperoleh berasal dari hasil observasi dan tes hasil belajar siswa,sehingga data di peroleh untuk setiap siklus dianalisis dalam dua tahap yaitu: Rata-rata Rata-rata digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu kelas dan untuk mengetahui poin peningkatan hasil belajar dengan membandingkan rata-rata nilai hasil belajar masing-masing siklus dengan mengunakan rumus :
536
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
(Pramujono 2000) X = Nilai rata-rata hasil belajar suswa pada setiap siklus N = Banyaknya siswa Persentase Persentase digunakan untuk mengambarkan peningkatan hasil belajar disetiap siklus dengan mengunakan rumus :
a = Selisih poin skor rata-rata persentase siswa pada dua siklus b = Skor rata-rata persentase siswa pada siklus sebelumnya(Sudjana,2002 Grafik Grafik digunakan untuk memvisualisasikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar garis bilangan pada masing-masing siklus. HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 023 Long Ikis tahun pembelajaran 2013/2014. Siswa yang dikenakan tindakan adalah siswa kelas VI yang berjumlah 20 siswa. Penelitian terdiri dari dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Dan pada setiap akhir siklus dilakukan tes akhir hasil belaiar. Pada pertamuan 1 dan 2 dilakukan pembelajaran mengunakan model pembelajaran simulasi dan pada pertemuan 3 digunakan untuk memberikan tes untuk melihat hasil belajar siswa pada setiap siklus. Dimana nilai dasar diperoleh dari nilai tes yang dimiliki oleh guru pada meteri pokok sebelumnya. Niai dasar digunakan sebagai pedoman dasar peningkatan untuk siklus-siklus yang akan dilaksnakan. Pada pertemuan pertama dan kedua pertama-tama guru menjelaskan materi kemudian menggunakan model pembelajaran simulasi dalam pembelajaran dan pada setiap pertemuan ketiga atau akhir siklus dilakukan pemberian tes untuk mengetahui kemampuan siswa yang kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana penigkatan hasil belajar IPA siswa per siklus. Jika permasalahan belum terselesakan, maka permasalah tersebut akan diselesaikan pada siklus berikutnya. Nilai hasil belajar IPA diperoleh dari nilai rata-rata tugas (LKS dan PR) dan nilai tes akhir siklus. Penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran simulasi telah dapat membantu siswa kelas VI SDN 023 Long Ikis untuk dapat meningkatkan hasil belajarnya maupun pemahaman pada materi pelajaran energi listrik. Adapun peningkatan hasil belajar siswa diuraikan sebagai berikut : Hasil Obsevasi Siklus I Hasil pengamatan/observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru pada siklus I diperoleh dari lampiran 10. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat dibuat tabel hasil pengamatan secara keseluruhan seperti table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil Obsevai Siklus I
No. 1. a. b. c. d.
Aspek Pengamatan Aktifitas Siswa Perhatian Siswa Partisipasi Siswa Pemahaman Siswa Kerjasama Siswa
Skor 2 2 2 2 537
Ket. 1 : Sangat Kurang 2 : Kurang 3 : Cukup 4 : Baik
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
2. a. b. c. d.
Aktifitas Guru Penyajian Materi Kemampuan memotivasi siswa Pengelolaan kelas Pembimbingan guru terhadap siswa
5 : Sangat Baik 3 2 2 3
Hasil observasi yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus pertama adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa. Aktivitas guru dinilai cukup dengan modus nilai aktivitas guru adalah 2.5 sedangkan aktivitas siswa dinilai kurang karena modus aktivitas siswa bernilai 2. Siklus II Hasil pengamatan/observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru pada siklus II diperoleh dari lampiran 11. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat dibuat tabel hasil pengamatan secara keseluruhan seperti tabel berikut ini. Tabel 4.2 Hasil Obsevai Siklus II
No. 1. e. f. g. h. 2. e. f. g. h.
Aspek Pengamatan Aktifitas Siswa Perhatian siswa Partisifasi siswa Pemahaman siswa Kerjasama siswa Aktivitas Guru Penyajian Materi Kemampuan Memotitifasi siswa Pengelolaan Siswa Pembimbingan guru terhadap siswa
Skor 4 4 4 4
Ket. 1 : Sangat Kurang 2 : Kurang 3 : Cukup 4 : baik 5 : Sangat Baik
4 4 4 5
Hasil observasi yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus pertama adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa. Aktivitas guru dinilai Baik dengan modus nilai aktivitas guru adalah 3.5 sedangkan aktivitas siswa dinilai cukup karena modus aktivitas siswa bernilai 2.75. Hasil Evaluasi Nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus diperoleh dari nilai rata-rata tugas dan nilai rata-rata tes setiap pertemuan. Hasil belajar siswa pada setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut. Siklus I Nilai hasil belajar siklus I secara terperinci dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel .4.3 Hasil Siswa Siklus I
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama Andre Saputra Mery Astuti Sir Evi Fania Sirkal Alan Arianto Laa Ull Veronika Ledina Jendo Rosalina Kolly Ichsan Bagata Jefri Hanus Kay Tulang Monika Herlis Iravanti Matheus Ferdinand B. Melly Rahmawati
Awal 50 55 60 60 45 40 60 55 55 50 45 538
TG 65 60 65 65 50 45 70 70 65 55 50
UH 65 60 70 70 60 50 75 70 65 60 60
NK 65,00 60,00 67,50 67,50 55,00 47,50 72,50 70,00 65,00 57,50 55,00
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Billy Cristiadi Yonatan Eko Bayu Pangestu Mari Kristina Wende Fina Dea Taflina Alhamdi Herlambang Marta Dollu Budiansyah Rolina Rosita Febi Simson Holympit Jumlah Rata-rata Ketuntasan
60 55 60 60 75 60 50 60 55 1.110 55,50
70 70 65 65 80 65 65 70 60 1.270 63,50
70 75 70 70 80 60 65 65 60 1.320 66,00
70.00 72,50 67,50 67,50 80,00 62,50 65,00 67,50 60,00 1.295 64,75 75%
Siswa yang memiliki nilai hasil belajar IPA dikatakan mencapai ketuntasan apabila telah mencapai nilai sebesar 65. Dengan ketuntasan seluruh siswa adalah 85%, dari tabel 4.3, diperoleh jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 orang, dan tidak tuntas sebanyak 5 orang. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa pada siklus I ini adalah 64,75. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara keseluruhan pada siklus I dapat dihitung sebagai berikut : 15 x 100% = 75%. Jadi dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar 20 yang dicapai pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran simulasi dalam pembelajaran adalah 65 %. Sedangkan persentase peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan dari nilai dasar ke siklus I dihitung sebagai berikut : 64,75−55,50 x 100% = 14,23%. 64,75 Siklus II Nilai hasil belajar siklus II secara terperinci dapat dilihat pada table di bawah ini : Tabel 4.4. Hasil Siswa Siklus II
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Nama
TG 85 70 85 75 75 60 70 70 70 75 80 75 80 75 85 75 80 85 75 80 1.525 76,25
Andre Saputra Mery Astuti Sir Evi Fania Sirkal Alan Arianto Laa Ull Veronika Ledina Jendo Rosalina Kolly Ichsan Bagata Jefri Hanus Kay Tulang Monika Herlis Iravanti Matheus Ferdinand B. Melly Rahmawati Billy Cristiadi Yonatan Eko Bayu Pangestu Mari Kristina Wende Fina Dea Taflina Alhamdi Herlambang Marta Dollu Budiansyah Rolina Rosita Febi Simson Holympit Jumlah Rata-rata Ketuntasan
UH 90 75 90 80 80 65 80 75 75 85 90 80 90 80 90 80 85 90 80 85 1.645 82,25
NK 87,50 72,50 87,50 77,50 77,50 62,50 75,00 72,50 72,50 80,00 85,00 77,50 85,00 77,50 87,50 77,50 82,50 87,50 77,50 82,50 1.585 79,25 95,65%
Siswa yang memiliki nilai hasil belajar IPA dikatakan mencapai ketuntasan apabila telah mencapai nilai sebesar 65. Dengan ketuntasan seluruh siswa adalah 85%, dari tabel 4.4,
539
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
diperoleh jumlah siswa yang tuntas sebanyak 19 orang, dan tidak tuntas sebanyak 1 orang. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa pada siklus II ini adalah 79,25 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara keseluruhan pada siklus I dapat dihitung sebagai berikut : 19 x 100% = 95%. Jadi dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar yang dicapai 20 pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran simulasi dalam pembelajaran adalah 95%. Sedangkan persentase peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan dari nilai siklus 79,25−64,75 I ke siklus II dihitung sebagai berikut : x 100% = 18,30% 79,25 Rata-Rata
79,25 64,75 55,5
Sebelum perbaikan
Siklus I
Siklus II
Grafik 4.1. Nilai Rata-rata Siswa Topik Energi Listrik
Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I Perencanaan Penelitian membuat skenario pembelajaran disertai soal – soal IPA pada topik energi listrik, penelitian juga menyiapkan lembar observasi untuk mengamati jalannya proses pembelajaran. Pelaksanaan Dalam melaksanakan penelitian, penelitian sebagai guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran. Adapun pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) muru memberi apersepsi tentang materi sebelumnya, (2) guru menjelaskan materi energi listrik, (3) guru membagi siswa menjadi 6 kelompok,(4) guru membagikan worksheet atau lembar kerja siswa (LKS), (5) siswa berpikir bersama menyatukan pendapat dan ide dalam menyelesaikan soal yang diberikan, (6) setiap kelompok meyakinkan bahwa anggota kelompoknya mengetahui dan mengerti tugas dan jawaban dari tiap soal, (7) guru mengawasi jalannya kerjasama siswa sambil memberikan bimbingan pada kelompok yang menalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan soal, (8) guru membimbing diskusi dan pembahasan jawaban, (9) guru mengadakan penilaian individu dengan memberikani kuis, (10) guru memberikan penghargaan kepada tim yang terbaik, (11) guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal, (12) pada saat siswa mengerjakan soal peneliti melakukan observasi tentang keadaan siswa dan kelas sambil melihat pekerjaan siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang memerlukan, (12) siswa diberikan kesempatan bertanya dari latihan soal yang diberikan, dan (13) siswa diberikan pekerjaan rumah.
Observasi 1. Aktivitas Siswa. Perhatian siswa, partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, dan pemahaman siswa terhadap pengerjaan dengan diskusi dinilai cukup. Hal ini dapat dilihat dari perhatian siswa yang aktif bertanya apabila mengalami kesulitan dalam diskusi, merespon balik pertanyaan pertanyaan yang guru berikan. Partisipasi siswa dilihat pada saat siswa diberikan latihan soal siswa mengerjakan langkah-langkah sesuai dengan yang diintruksikan guru. Sedangkan untuk
540
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
pemahaman siswa dapat dilihat dalam menerima materi yang diajarkan, mampu mengerjakan soal –soal latihan, dan pemahaman siswa terhadap pengguna modelpembelajaran simulasi dalam pembelajaran sehingga nilai siswa pengalami peningkatan. 2. Aktivitas guru Aktifitas guru dinilai cukup baik, hal ini dilihat dari kemampuan guru menyampaikan materi dengan menggunakan model pembelajaran simulasi, kemampuan membimbin siswa dan kemampuan guru dalam menelola kelas. Hasil latihan soal yang diberikan, dari 20 siswa yang ada dan mengerjakan latihan soal dengan nilai rata-rata kelas 66,00 dan nilai rata-rata pekerjaan rumah atau tugas sebesar 63,50. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan kemajuan, hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang dapat menjawab soal-soal yang disajikan oleh guru. Sehingga hasil perolehan nilai siswa yang dilaksanakan melalui evaluasi meningkat menjadi 15 orang siswa dari 20 orang siswa yang mendapat nilai 65 ke atas atau rata-rata kelas menjadi 64,75. Hal ini disebabkan oleh guru sudah menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif dan contoh-contoh yang diberikan bukan hanya satu atau dua soal saja namun sudah lebih banyak lagi. Namun masih dirasakan ada sebagian siswa yang masih kebingungan memahami tentang topik energi listrik. Sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya. Refleksi Refleksi dari hasil observasi dan hasil tes akhir, disarankan untuk pertemuan berikutnya : (1) pemberian bimbingan kepada siswa diusahakan merata kepada semua kelompok, (2) guru sebaiknya menghimbau kepada siswa untuk bisa memiliki buku paket masing-masing agar proses belajar mengajar lancar, (3) memfokuskan perhatian siswa agar tidak menggangu kegiatan belajar mengajar, dan (4) guru sebaiknya mengontrol siswa yang tidak bisa mengerjakan latihan soal. Siklus II Pada siklus II, hasil observasi menunjukkan kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan, beberapa kendala maupun hambatan yang terdapat pada siklus I, telah diperbaiki pada siklus II ini. Hasil observasi dapat dilihat sebagai berikut : Perencanaan Pada tahap perencanaan kedua ini hampir sama pada siklus sebelumnya, peneliti pembuatan skenario pembelajaran disertai soal-soal IPA pada topik energi listrik. Pelaksanaan Dalam melaksanakan penelitian, penelitian sebagai guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran. Adapun pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) muru memberi apersepsi tentang materi sebelumnya, (2) guru menjelaskan materi energi listrik, (3) guru membagi siswa menjadi 6 kelompok,(4) guru membagikan worksheet atau lembar kerja siswa (LKS), (5) siswa berpikir bersama menyatukan pendapat dan ide dalam menyelesaikan soal yang diberikan, (6) setiap kelompok meyakinkan bahwa anggota kelompoknya mengetahui dan mengerti tugas dan jawaban dari tiap soal, (7) guru mengawasi jalannya kerjasama siswa sambil memberikan bimbingan pada kelompok yang menalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan soal, (8) guru membimbing diskusi dan pembahasan jawaban, (9) guru mengadakan penilaian individu dengan memberikani kuis, (10) guru memberikan penghargaan kepada tim yang terbaik, (11) guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal, (12) pada saat siswa mengerjakan soal peneliti melakukan observasi tentang keadaan siswa dan kelas sambil melihat pekerjaan siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang memerlukan, (12) siswa diberikan kesempatan bertanya dari latihan soal yang diberikan, dan (13) siswa diberikan pekerjaan rumah.
Observasi 1. Aktivitas siswa Kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan berjalan dengan lancar dan semakin baik. Perhatian siswa dan partisipasi siswa dinilai cukup baik. Perhatian siswa selama pembelajaran langsung dilihat dari siswa mau membuat catatan dan mau menayakan hal – hal yan belum dimengerti. Partisipasi siswa dilihat dari semangat siswa dalam menyelesaikan latihan soal yang diberikan. Pemahaman siswa terhadap penerapan model pembelajaran dalam 541
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
pembelajaran dinilai cukup baik, karena di dalam pembelajaran siswa telah mengikuti lankahlankah dari model pembelajaran simulasi. Sehingga minat siswa untuk belajar lebih meningkat hal ini dibuktikan dengan siswa dapat menyelesaikan soal dengan baik sehingga nilai yan diperoleh juga lebih baik dan meningkat. 2. Aktivitas guru Aktivitas guru secara keseluruhan dinilai baik. Guru mampu menyampaikan materi dengan menggunakan model pembelajaran simulasi. Selain itu kemampuan guru dalam membimbing siswa dinilai sangat baik karena guru aktif dalam membimbing siswa. Kemampuan guru mengelola kelas dinilai cukup karena guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan agar siswa aktif dalam pembelajaran walaupun guru kadang kurang tegas terhadap siswa yang kurang fokus terhadap pelajaran. Hasil latihan soal yang diberikan dari 20 siswa yang hadir dan mengerjakan soal, diperoleh nilai rata-rata kelas 82,25 dan nilai rata-rata pekerjaan rumah 76,25. Refleksi Berdasarkan hasil tes kognitif dari setiap siklus yang mengalami peningkatan maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Adapun perbandingan nilai setiap siklus : nilai latihan soal meningkat dari 64,75 pada siklus I menjadi 79,25 pada siklus II. Sedangkan nilai pekerjaan rumah meningkat dari 63,50 menjadi 76,25. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Pada siklus pertama diperoleh nilai dasar dari tes kemampuan awal yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai dengan rata-rata nilai dasar 55,50 dengan kriteria kurang sekali yang akan dijadikan sebagai nilai dasar bagi siklus pertama. Aktivitas guru pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran simulasi dinilai observer tidak baik, gurur sudah sangat maksimal dalam memberikan bimbingan kepada siswa baik secara individu maupun kelompok. Hal yang sedikit masih kurang menurut observer adalah kemampuan guru untuk memancing pikiran siswa untuk membuat kesimpulan. Pada siklus pertama, hasil pengamaran ovserver terlihat bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran belum mencapai target yang diharapkan. Sebagian besar siswa masih menunggu pembelajaran yang rinci dari guru sebelum mengerjakan sola-soal ynag disiapkan untuk menuju kepda kesimpulan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kebiasaan kelas selama ini yang menerapkan model pembelajaran langsung. Masih banayak siswa yang pasif, tidak ikut berpartisipasi dengan teman kelompoknya untuk menjawab soal-soal LKS. Pada pertemuan pertama, masih banyak siswa yang pasif selama pembelajaran, tidak berani dalam mengemukakan jawaban dari pertanyan guru, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menemukan kesimpulan dari jawaban soal – soal yang diberikan guru. Namun, pada pertemuan selanjutnya, siswa mulai aktif dan mulai berani dalam mempresentasikan jawaban. Pemahaman mengenai materi yang diajarkan juga cukup baik. Beberapa siswa sydah bias menemukan jawaban sendiri atas bimbingan yang insentif dari guru. Nilai rata – rata siswa pada siklus I sebesar 64,75 dengan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 75%. Kendala – kendala yang dihadapi pada siklus I antara: (i) Sebagian siswa masih pasif dan cenderung untuk bermain – main dalam kegiatan belaj mengajar, (ii) ada beberapa siswa yang belum dapat memahami mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru, (iii) Bentuk kerjasama kelompok masih kurang, masih terdapat beberapa siswa yang bersifat individualis, (v) siswa masih ragu – ragu untuk mengemukakan kesimpulan dari jawaban – jawaban mereka. Berdasarkan beberapa kendala yang terjadi pada siklus ini, maka penelitian (guru pelajar) dan observer menentukan beberapa tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua, diantaranya yaitu : (i) memusatkan perhatian siswa pada meteri yang disampaikan oleh guru, (ii) memotivasi siswa untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran, ( iii) memberikan bimbingan yang menyeluruh kepada siswa baik secara individu maupun kelompok, (iv) menekankan kepada siswa pentingnya kerjasama dengan kelompoknya masing-masing, (v) memotivasi siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti, (vi) membuat siswa agar lebih nyaman dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan, (vii) meminta siswa untuk lebih berani lagi dalam mengemukakan pendapatnya.
542
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Peningkatan keaktipan dan hasil belajar siswa mulai tampak pada siklus kedua, hal ini disebabkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran simulasi sudah cukup menarik perhatian siswa, baik terhadap pelajaran yang diberikan maupun tugas kelompok. Setelah dilakukan tindakan perbaikan, maka pada siklus kedua ini siswa tampak memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Guru terus mendorong siswa untuk lebih aktif baik pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus kedua ini, adalah aktivitas siswa semakin meningkat. Dimana pada siklus ini perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran termasuk kategori baik. Sebagian besar siswa sudah mulai berani bertanya tanpa ragu-ragu saat pelajaran berlangsung, maupun dalam mengemukakan jawaban secara lisan. Solidaritas siswa dalam tiap – tiap kelompok meningkat, hal ini tampak dalam bentuk kerjasama mereka yang aktif selama diskusi berlangsung. Siswa dapat mengerjakan tugas – tugas yang diberikan dengan tepat dan benar. Nilai rata- rata siswa pada siklus II sebesar 79,25, dengan ketuntasan belajar pada siklus II 95%. Dari hasil yang telah diperoleh sangat maksimal maka guru pengajar dan observer sepakat untuk menghentikan pemberian tindakan pada siklus II Dinyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran simulasi sangat efektif dilaksanakan di sekolah karena terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari tindakan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I, dan II yaitu berturut-turut sebesar 64,75 dan 79,25 atau pada siklus I 75 % dinyatakan tuntas dan pada siklus II 95% siswa dinyatakan tuntas secara klaisikal. Saran-saran yang perlu penulis sebagai guru kelas ajukan sehubungan dengan manfat hasil penelitian yang diharapkan, yaitu (1) dalam menerapkan model pembelajaran melalui model pembelajaran simulasi setiap siswa sebaiknya memiliki memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran agar konsep yang akan diajarkan dapat dipelajari dengan lancar oleh siswa, (2) disarankan kepada guru agar dapat berupaya secara mandiri untuk selalu meningkatkan kinerjanya sebagai guru propesional dengan melakukan penelitian dengan tindakan kelas dan dapat menerapkan model pembelajaran yang efektif untuk memperlancar proses pembelajaran sehingga nilai hasil belajar siswa dapat memuaskandan (3) disarankan kepada kepala sekolah agara melakukan pemantapan kegiatan guru untuk melihat kemungkinan kesulitan di kelas, dan mendiskusikanya sehingga dapat ditangani secara bersama serta diharapkan kepada para kepala sekolah agar mengajak dan menganjurkan para kolega guru di sekolahnya masing-masing untuk melakukan penelitian tindakan kelas. DAFTAR PUSTAKA Darwis, ., 2008.Jurnal Pembelajaran Sains. Vol.II No.2.146-156 Nurhadi dan Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran kontekstual dan Penerapan Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang : Universitas Negeri Malang Pramudjono, 2001. Statistik Dasar Aplikasi Untuk Penelitian. Samarinda : FIKIP Universitas Mulawarman Sanjaya,W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Sudjana, N. 2002. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : Remaja Rosdakarya Suhartanti, D. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas VI SD/MI. Jakarta : Pusat Perbukuan
543
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENDESKRIPSIKAN SIKLUS AIR DAN DAMPAKNYATERHADAPPERISTIWADIBUMI DENGAN GAMBAR KOMIK MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS V SDN 1 SINGKAWANG TENGAH Halid SDN 1 Singkawang Tengah
[email protected] Abstrak: Pembelajaran dalam kurikulum 2013 pada jenjang sekolah dasar dilaksanakan dengan pendekatatan tematik terpadu. Siklus air dan dampaknya terhadap peristiwa di bumi pada muatan IPA dipadukan dengan kemampuan mendeskripsikan pada muatan Bahasa Indonesia dan menggambar komik pada muatan SBdP dalam pembelajaran tema 2 di kelas V. Pengelolaan pembelajaran diatas menjadi lebih menarik dengan pemanfaatan gambar komik untuk mendeskripsikan siklus air dan dampaknya terhadap peristiwa di bumi.Pendekatan saintifik yang diterapkan dalam pembelajaran di kelas V SDN 1 Singkawang Tengah ternyata dapat mengembangan kemampuan siswa mendeskripsikan siklus air dan pengaruhnya terhadap peristiwa dibumi ternyatacerita. Selain itu pemanfaatan komik untuk mendeskripsikan siklus air dan pengaruhnya terhadap peristiwa di bumi mampu mewujudkan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, meningkatkan aktivitas belajar serta menumbuhkan kreatifitas siswa. Kata kunci : mendeskripsikan, siklus air, gambar komik, pendekatan saintifik
Pembelajaran di kelas V SD kurikulum 2013 pada tema 2 (Peristiwa Dalam Kehidupan) subtema 2 (Peristiwa-Peristiwa Penting) pembelajaran duameliputi muatan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Seni Budaya dan Prakaryadan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan diampu oleh guru bidang studi. “Menguraikan isi teks penjelasan tentang proses daur air, rangkaian listrik, sifat magnet, anggota tubuh (manusia, hewan, tumbuhan) dan fungsinya, serta sistem pernapasan dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku” merupakan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam muatan Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran tersebut dikembangkan kemampuan siswa sesuai indikator yang ditetapkan yaitu“menguraikan isi teks tentang proses daur air”. Sedangkan pada muatan mata pelajaran IPAdikembangkan kompetensi dasar “mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan mahluk hidup.” Kompetensi tersebut diukur dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran yaitu “menjelaskan daur air dengan menggunakan gambar atau diagram”. Sementara, pada muatan pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya dikembangkan kemampuan siswa dengan kompetensi“menggambar komik dengan menerapkan proporsi, komposisi, dan unsur penceritaan berdasarkan hasil pengamatan” dengan indikator “menjelaskan makna gambar komik.” Berdasarkan keterpaduan dari kompetensi antar muatan mata pelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran kedua tema 2 (Peristiwa Dalam Kehidupan) subtema 2 (Peristiwa-Peristiwa Penting)di kelas V, penulis berkeyakinan bahwa pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna jika gambar komik dijadikan media untuk mendeskripsikan siklus air dan pengaruhnya terhadap peristiwa dibumi. Hal itu didasarkan pada pertimbangan bahwa gambar komik pasti disenangi anak-anak, karena itu melalui deskripsi siklus air dan pengaruhnya terhadap peristiwa dibumi selain akan menyenangkan akan mampu mengembangkan kemampuan siswa menggambar ilustrasi komik sekaligus mengembangkan pula kemampuan siswa mendeskripsikan sesuatu proses daur serta peningkatan keterampilan siswa menguraikan proses siklus daur air dengan bantuan gambar. Deskripsi berasal dari kata descibere yaitu menggambarkan atau memberikan suatu hal. Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata atas suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi melalui tulisannya mengharapkan pembaca dapat melihat, mendengar, mencium bau, mencicipi dan merasakan hal yang sama dengan penulis. Deskripsi pada dasarnya merupakan hasil dari pengamatan melalui panca indera yang 544
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
disampaikan dengan kata-kata.Menurut Tarigan (2008:3) menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatapmuka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.Kemampuan mendiskripsikan adalah kemampuan menggambarkan tentang suatu objek dengan memperhatikankeruntutan kalimat, penggunaan kata baku. Air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Secara umum banyaknya air yang ada di planet ini adalah sama walaupun manusia, binatang dan tumbuhan banyak menggunakan air untuk kebutuhan hidupnya. Jumlah air bersih sepertinya tidak terbatas, namun sebenarnya air mengalami siklus hidrologi di mana air yang kotor dan bercampur dengan banyak zat dibersihkan kembali melalui proses alam. Karena itu, proses daur air harus dipahami siswa agar mampu berperan dalam menjaga kelestarian air. Proses siklus hidrologi berlangsung terus-menerus yang membuat air menjadi sumber daya alam yang terbaharui. Jumlah air di bumi sangat banyak baik dalam bentuk cairan, gas / uap, maupun padat / es.Jumlah air seakan terlihat semakin banyak karena es di kutub utara dan kutub selatan mengalami pencairan terus-meners akibat pemanasan global bumi sehingga mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi.Daur air merupakan sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke Bumi. Daur air ini terjadi melalui proses evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan), dan kondensasi (pengembunan).
Gambar 1. Bagan proses daur air
Proses daur air seperti pada bagan di atas, akan lebih menarik jika dideskripsikan dengan menggunakan gambar komik. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Komik dapat digunakan untuk mendeskripsikan proses siklus air agar lebih menarik karena menggunakan gambar-gambar ilustrasi yang dapat menarik perhatian siswa untuk membacanya. Selain itu, dengan menggambar komik yang isinya memuat siklus air dan pengaruhnya terhadap peristiwa di bumi dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya kreatif dan imajinasinya. Dengan komik memungkinkan mengembangkan imajinasi siswa berkaitan dengan pristiwa-peritiwa di bumi yang merupakan siklus air. Dengan gambar komik yang dibuatnya siswa dapat menjelaskan proses siklus air dengan bahasa yang singkat dan mudah dimengerti. Artinya komik yang dibuat siswa mampu meningkatkan pemahaman mengenai proses siklus air yang menentukan peristiwa-peristwa di bumi. Pengembangan kemampuan siswa mendeskripsikan siklus air dan dampaknya terhadap peristiwa di bumi memerlukan tahapan kegiatan pembelajaran yang relevan. Kegiatan diawali dengan pengamatan atau observasi.Hasil observasi siswa mendapatkan informasi melalui kegiatan membaca sumber, wawancara dan lain-lain.Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan informasi dari bacaan, gambar dan video.Hasil pengumpulan informasi diolah menjadi gambar komik dan kemudian dikomunikasikan untuk memperoleh masukan dari siswaatau kelompok lain.Tahapan pengembangan kemampuan mendeskripsikan seperti di atas sangat tepat jika menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran yang dikembangkan melalui proses ilmiah dapat melatih keterampilan berpikir siswa yang diawali dengan melakukan pengamatan kemudian dikembangkan dengan kegiatan untuk memperkuat informasi yang diperoleh dari hasil mengamati.Apalagi dalamkurikulum 2013 diamanatkan pendekatan saintifik dalam setiap 545
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
pembelajaran sebagai jembatan untuk membentuk keterampilan ilmiah siswa. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.Seperti dikemukakan dalam Permendikbud Nomor 81 ATahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: (a) mengamati; (b) menanya; (c) mengumpulkan informasi/ eksperimen; (d) mengasosiasikan / mengolah informasi; dan(e) mengkomunikasikan. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN Tahap awal pembelajaran guru menyusun perangkat pembelajaran, satu hari sebelum pelaksanaan yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegitan siswa (LKPD), menyiapkan video dan gambar-gambar. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 Oktober 2014 dari jam pertama sampai terakhir. Skenario pembelajaran pada RPP mengikuti sintak pendekatan saintifik. Berikut langkahlangkah pembelajaran pendekatan saintifik yang dilaksanakan : Ketua kelas memimpin do’a. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan kembali pembelajaran tentang pentingnya air. Berikut tanya jawab siswa dengan guru. Pertanyaan Guru : Siapa yang masih ingat apa kegunaan air ? Jawaban siswa : “untuk keperluan sehari-hari pak seperi mencuci, mandi, minum memasak dan menyiram bunga.” Jawaban siswa lain :“masih ada lagi pak, untuk mengairi sawah, PLTA, PDAM, dan sumber pencarian pak untuk melihara ikan dan indusrti”. “Saya pak, untuk olahraga dan transportasi”, demikian jawab siswa berikutnya. Pertanyaan Guru : bagus, ternyata kalian sudah memahaminya semua. Sekarang bapak akan melihatkan gambar, apakah kalian mau ? Jawaban siswa : mau pak Selanjutnya guru menampilkan gambar prakiraan cuaca, pandangan siswa tertuju pada gambar tersebut (mengamati) dan ada siswa bertanya tentang gambar yang belum mereka ketahui (menanya). Setelah menayangkan gambar tersebut guru menyampaikan tujuan pembelajarankemudian membagi kelompok, setiap kelompok ada yang terdiri dari tiga dan empat siswa. Masing-masing kelompok mendapat empat potongan kertas, yang ditugaskan membuat gambar komik. Tugas urutan nomor diserahkan dengan masing-masing kelompok.
Gambar 2. Prakiraan cuaca
Pada kegiatan inti, siswa secara kelompok mengamati video siklus air yang ditayangkan oleh guru berdurasi 00.02.45 sebanyak dua kali.Tampak pada gambar perhatian siswa terpusat pada video da nada yang bertanya tentang gambar maupun tulisan yang belum mereka ketahui.Setelah penanyangan siswa menggambar komik tentang siklus air sesuai dengan kesepakatan urutan mereka masing-masing(mengolah informasi) .
546
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Gambar 3. Siswa mengamati video dan pada saat kerja kelompok
Guru mengingatkan siswa untuk menggunakan buku siswa dan buku penunjang yang lain untuk mendapatkan informasi sehingga dapat tersusun urutan yang benar (mencari informasi). Bila ada kelompok yang salah urutannya, dan penjelasannya maka didiskusikan sehingga ditemukan urutan dan penjelasan yang benar (mencari informasi). Berikut hasil kerja kelompok siswa :
Kelompok 1 : 1. Novia novi 2. Nuraini 3. Atila Rexi 4. Daulika.S
Deskripsi gambar : 1. Air akan menguap karena panas matahari, menjadi uap air dan disebut evaporasi 2. Uap air berkumpul di udara dan tidak dapat ditampung lagi disebut presipitasi 3. Titik-titik itu menjadi awan dan lama kelamaan awan menjadi hitam yang disebut kondensasi. 4. Hujan terjadi karena dari kumpulan awan hitam.
Kelompok 2 : 1. Marisa 2. M.Fattah 3. Risky.A
Deskripsi gambar : 1. Air akan menguap karena panas matahari menjadi uap air dan disebut evaporasi 2. Uap air berkumpul di udara dan tidak dapat ditampung lagi disebut presipitasi 3. Saya berperan sebagai udara jenuh uap air menjadi awan hitam disebut kondensasi. 4. Saya bisa membentuk butiran-butiran air yang amat lembut, dan jumlahnya sangat banyak. Jika butiran-butiran itu cukup besar, maka saya jatuh sebagai hujan
547
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Kelompok 3 : 1. Septia VR 2. Wara Sri AS 3. M.Irvan C 4. Erik Eka A
Deskripsi gambar : 1. Evaporasi adalah nama proses daur air seperti air menjadi uap air. 2. Uap air berkumpul di udara dan tidak dapat ditampung lagi disebut presipitasi 3. udara jenuh uap air menjadi awan hitam disebut kondensasi. 4. Hujan adalah air dari awan jatuh ke bumi, air tersebut diserap oleh tanah dan tersimpan di laut, danau, waduk dan sungai.
Kelompok 4 : 1. Nazwa 2. Affile.O 3. Kelvin.T 4. M.Aldi Deskripsi gambar : 1. Saya adalah evaporasi, yaitu air uyang menguap dan saya proses yang ke satu 2. Saya adalah uap air disebut presipitasi 3. Aku naik ke udara membentuk awan, lama-kelamaan menjadi hitam. 4. Hujan adalah air dari awan jatuh ke bumi, proses daur air yang ke empat.
Kelompok 5 : 1. Dera 2. Fira 3. Adila
Deskripsi gambar : 1. Air yang berada di dalam tanah dan di sumber air, contohnya laut, sungai, pantai dan sumur akan menguap menjadi uap air. Perubahan tersebut disebabkan oleh panas matahari yang disebut evaporasi 2. Setelah air menguap maka akan menjadi awan 3. Udara jenuh uap air akan menjadi awan hitam 4. Hujan turun, air hujan turun ke laut tempat mulanya. 548
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Kelompok 6 : 1. Jun Heng 2. Siau Fui 3. Vallen 4. M.Aji.S Deskripsi gambar : 1. Air yang terkena panas matahari akan menguap yang disebut evaporasi 2. Setelah air menguap maka akan menjadi awan 3. Udara jenuh uap air akan menjadi awan hitam 4. Awan hitam menurunkan tetesan air yang disebut hujan Setelah selesai siswa diminta ke depan kelas untuk menempelkan, memberi keterangan dan mensimulasikan hasil kelompoknya(mengkomunikasikan). Selanjutnya guru mengambil dan menilai hasil kerja masing-masing kelompok dan disimpan sebagai portofolio.
Gambar 4. Siswa maju ke depan kelas, menyusun dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Pada kegiatan akhir bersama-sama merangkum hasil belajar, dan memberikan pujian kepada kelompok yang terbaik dan menutup pembelajaran dengan bernyanyi tik-tik bunyi hujan serta nasihat-nasihat dan diakhiri dengan doa. Dalam pembelajaran di atas, penilaian mengacu pada setiap indikator muatan pelajaran, berikut rubric setiap muatan pelajaran : a.
Bahasa Indonesia“menguraikan isi teks tentang proses daur air”. Aspek Skor
Ratarata
16,2
3,24
1
SATU
3,4
3,2
3,2
3,2
Ejaan / Tata Tulis 3,2
2
DUA
3,7
3,3
3,3
3,3
3,3
16, 9
3,38
3
TIGA
3,5
3,3
3,3
3,3
3,3
16,7
3,34
4
EMPAT
3,3
3,2
3,2
3,2
3,2
16,1
3,22
5
LIMA
3,6
3,3
3,3
3,3
3,3
16,8
3,36
No
Kelompok
Isi
Organisasi Isi
Tata Bahasa
Kosa kata
549
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
6
b.
ENAM
3,3
3,5
3,3
3,3
3,3
16,7
3,34
IPA“menjelaskan daur air dengan menggunakan gambar atau diagram”. Kriteria No
Kelompok 4
1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
3
1
2
4 = Keseluruhan cerita menggambarkan seluruh proses daur air yang sangat sesuai dengan alur cerita. 3 = Sebagian besar cerita menggambarkan proses daur air yang sesuai dengan alur cerita 2 = Sebagian kecil menggambarkan beberapa proses daur air yang hampir sesuai dengan alur cerita 1 = Tidak cerita menggambarkan proses daur air yang kurang sesuai dengan alur cerita c.
Seni Budaya dan Prakarya“menjelaskan makna gambar komik.” Aspek No
Kelompok
Kesesuaian dengan tema
Teknik Gambar
Pewarnaan
Skor
Ratarata
1
SATU
3,4
3,2
3,2
16,2
3,24
2
DUA
3,7
3,3
3,3
16, 9
3,38
3
TIGA
3,5
3,3
3,3
16,7
3,34
4
EMPAT
3,3
3,2
3,2
16,1
3,22
5
LIMA
3,6
3,3
3,3
16,8
3,36
6
ENAM
3,5
3,3
3,3
16,7
3,34
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada di kelas V SDN 1 Singkawang Tengah menunjukkan hal-hal berikut. (1) Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan antusiasnya siswa dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir pembelajaran. (2) Terjadi interaksi siswa dan siswa yang ditandai dengan kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. (3) Keberanian peserta didik untuk menyampaikan pendapat pada waktu diskusi kelas serta menjawab pertanyaan dari guru. (4) Hasil siswa sangat bervariasi. Peningkatan tersebut disebabkan penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
550
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Pembelajaran yang berlangsung sangat interaktif baik sesama siswa, guru, dan media. Pertanyaan guru cepat direspon oleh siswa, demikian juga tugas-tugas yang diberikan guru untuk menggambar urutan siklus air dan mendeskripsikan dengan bahasa sendiri segera dilaksanakan. Pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah dibuat. Perolehan nilai yang didapat kelompok untuk semua muatan pelajaran di atas rata-rata standar nilai yang ditentukan. Untuk muatan pelajaran Bahasa Indonesia yang memperoleh nilai tertinggi adalah kelompok dua dengan perolehan nilai 3,38 sedangkan yang memperoleh nilai terrendah adalah kelompok empat dengan perolehan nilai 3,22. Untuk muatan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam semua kelompok mendapatkan nilai yang sama, hanya yang membedakan adalah saat tampil di depan mereka lebih kompak dan percaya diri yaitu kelompok 6 (gambar siswa maju ke depan kelas, menyusun dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sedangkan untuk muatan pelajaran Seni Budaya dan Prakarya yang memperoleh nilai tertinggi adalah kelompok dua dengan perolehan nilai 3,38 sedangkan yang memperoleh nilai terrendah adalah kelompok empat dengan perolehan nilai 3,22 sama seperti muatan pelajaran Bahasa Indonesia. PENUTUP Simpulan Pembelajaran mendeskripsikan siklus air dengan menggunakan gambar komik dengan pendekatan saintifikmemang memberikan pengalaman yang sangat luar biasa jika diterapkan dengan benar dan hasil yang diperoleh sangat memuaskan.Tahap demi tahap dilakukan sehingga siswa benar-benar belajar. Saran Berdasarkan amanat kurikulum 2013 dan pengalaman pembelajaran dengan pendekatan saintifik disarankan sebagai berikut .(1) Bagi guru disarankan untuk tidak meninggalkan atau melupakan langkah-langkah pembelajaran yaitu : (a) mengamati; (b) menanya; (c) mengumpulkan informasi/eksperimen; (d) mengasosiasikan/mengolah informasi; dan (e) mengkomunikasikan. (2) mengamati karakteristik siswa masing-masing DAFTAR RUJUKAN Azmiyawati, Choiril dkk, 2008.IPA Salingtemas 5 untuk kelas V SD/MI. Jakarta BPSDMPK-PMP. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SD KELAS V. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air7 November 2014 http://januarmalinbandaro.blogspot.com/2013/05/menulis-deskripsi-dengan-kontextual.html tgl 7 November 2014 http://ohanhandiyanto.blogspot.com/2012/12/v behaviorurldefaultvmlo_12.html 8 November 2014 http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/26/pendalaman-materi-menulis-di-sd/ 8 November 2014 Permendikbud Nomor 81 ATahun 2013 lampiran IV
551
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 023 LONG IKIS MATA PELAJARAN IPA PADA TOPIK CIRI-CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP I Wayan Adnyana dan Genru SDN 023 Long Ikis Kab.Paser Kal-Tim UPTD-PSPD Long Ikis Kab.Paser Kal-Tim
[email protected] Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA di kelas VI pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup di Sekolah Dasar Negeri 023 Long Ikis. Metode penelitian ini adalah Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas). Tindakan yang dilakukan terdiri dari dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, Planning, Acting, Observing, dan Reflecting. Adapun kelas yang diteliti adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 023 Long Ikis dengan jumlah siswa 20 orang. Setelah dilaksanakan siklus pertama yaitu guru melaksanakan praktik pembelajaran langsung diperoleh hasil pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 66,50. Pada siklus II nilai rata-rata 84,50. Jadi kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari rata-rata 54,50 menjadi 84,50. Berdasarkan penelitian tindakan yang dilaksanakan melalui dua siklus, diperoleh peningkatan yang sangat berarti, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas VI SDN 023 Long Ikis pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup. Kata kunci : metode problem solving, hasil relajar, ciri-ciri khusus makhluk hidup
Proses pembelajaran di sekolah dasar mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar dalam membangun konstruksi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Semua kegiatan pembelajaran di jenjang pendidikan sekolah dasar hendaknya dikelola dengan baik, berdaya guna, dan berhasil guna dengan bimbingan yang cermat, pendekatan yang tepat, dan pemahaman yang memadai sesuai kondisi psikologis siswa di sekolah dasar yang memang pada dasarnya memerlukan perhatian dan wawasan yang luas. Dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), kemampuan pemahaman dan penguasaan materi menjadi acuan utama tolak ukur keberhasilan kegiatan pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan, termasuk di tingkat dasar. Bentuk kemampuan memahami dan menguasai materi pembelajaran secara teori maupun aplikasi IPA merupakan format tampilan nyata yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat prestasi belajar IPA pada siswa. Dalam kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar sering kali muncul kendala serta hambatan yang bersifat sangat kompleks yang dapat menimbulkan dampak yang mengkhawatirkan yakni penurunan prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dengan hasil belajar IPA akhir-akhir ini mengalami penurunan dari 20 siswa kelas VI SDN 023 Long Ikis hanya 8 siswa yang mendapatkan nilai di atas 68 dari jumlah seluruh siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM ( Kriteria ketutasan minimal ) sedangkan KKM yang di tentukan dalam mata pelajaran IPA di SDN 023 Long Ikis di kelas IV adalah 68 sedangkan 12 siswa lainnya mendapatkan nilai di bawa 68. Mengingat akan pentingnya pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran IPA sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan pembelajaran yang berdampak langsung pada prestasi belajar siswa dalam IPA, maka dirasa sangat penting untuk segera menuntaskan kendala dan hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran guna memenuhi target kurikulum dan harapan semua pihak yang berkompeten dengan dunia pendidikan. Berbagai permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran IPA perlu segera diupayakan pemecahannya. Berdasarkan data nilai siswa kelas VI SDN 023 Long Ikis peneliti meminta bantuan supervisor 2 untuk mengidentifikasi masalah siswa dari proses pembelajaran yang telah peneliti laksanakan. Dari hasil diskusi dengan supervisor 2 menemukan beberapa pokok masalah yang terjadi dalam proses pembelajaraan di antaranya : rendahnya keterampilan dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran IPA secara praktis, dalam kegiatan belajar tidak semua siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran IPA, banyak siswa tidak mendengarkan penjelasan dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, pada saat diberikan soal-soal
552
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
latihan, terkadang di antara siswa ada yang hanya menyalin jawaban temannya bahkan ada yang tidak mengerjakan sama sekali,dan hasil belajar rendah yang pada akhirnya KKM yang direncanakan oleh sekolah tidak tercapai. Menurut Musno (2004) secara prinsip pengajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh siswa karena berhubungan yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh siswa karena berhubungan langsung dengan salah satu aspek kecerdasan individu dalam pengertian yang luas. Di samping itu, menurut Permendiknas 22 Tahun 2005 menyatakan bahwa pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Berdasarkan data dan fakta yang telah penulis uraikan,telah menemukan beberapa beberapa faktor penyebab siswa kurang memahami mata pelajaran IPA yang telah di ajarkan adalah sebagai berikut: metode yang digunakan guru kurang variatif, kurangnya latihan-latihan yang di berikan, materi pembelajaran yang disajikan tidak sesuai dengan kondisi lingkungan siswa, bahasa yang digunakan dalam pembelajaran kurang sederhana, dan keterampilan guru dalam mengajarkan IPA masih kurang. Dari sejumlah metode pembelajaran yang ada, metode problem solving sangat cocok untuk pembelajaran IPA pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup. Menurut N.Sudirman (1987) metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana menerapkan metode problem solving dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 023 Long Ikis dalam mata pelajaran IPA tentang topik ciri-ciri khusus makhluk hidup? Berdasarkan permasalahan yang telah penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi tujuan perbaikan pembelajaran ini adalah mendeskripsikan penerapan metode problem solving dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 023 Long Ikis dalam mata pelajaran topik ciriciri khusus makhluk hidup. Sesuai dengan rincian masalah di atas, tujuan penelitian tersebut dapat dijabarkan menjadi : (1) Mendeskripsikan proses penerapan metode problem solving yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan (2) Menganalisis peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode problem solving. Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat yang berarti bagi : (1) siswa sebagai motivator agar lebih aktif, bersemangat, dan percaya diri dalam proses belajar guna perningkatan hasil belajar, (2) guru sebagai motivator dalam menambah pengetahuan tentang metode problem solving sebagai alternatif pilihan dalam pendekatan pembelajaran, (3) Sekolah sebagai bahan informasi dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran khususnya pelajaran IPA, dan (4) instansi pendidikan secara umum penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi instansi pendidikan secara umum dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan lebih lanjut, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Metode Problem Solving Pengertian Metode Problem Solving Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 ) bahwa: Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
553
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Menurut N.Sudirman (1987) metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006) menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa – peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ada beberapa kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk metode pemecahan masalah yaitu: (1) Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias dari berita, rekaman video dan lain – lain, (2) Bersifat familiar dengan siswa, (3) Berhubungan dengan kepentingan orang banyak, (4) Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai kurikulum yang berlaku, dan (5) Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk mempelajari Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri. Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalahmasalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan. Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu : Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
Tahap – Tahap 1) Merumuskan masalah 2) Menelaah masalah 3) Merumuskan hipotesis 4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis 5) Pembuktian hipotesis
6) Menentukan pilihan penyelesaian
Kemampuan yang diperlukan Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas Menggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab – akibat dan alternative penyelesaian Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan table Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung Ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan metode pembelajaran problem solving yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
554
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja. Sementara kelemahan metode pembelajaran problem solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. Hasil Belajar Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar menurut ( Sudjana, 2006 ) adalah kemampuan yang di miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang mengalami perubahan kemampuan yang di capai oleh siswa yaitu perubahan yang mengacu pada asfek kognitif dalam memecahkan atau menyelesaikan soal-soal tes materi yang di nyatakan dalam bentuk nilai. Di Indonesia, hasil belajar dinyatakan dalam klasifikasi yang dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawannya. Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif Ranah ini berhubungan dengan kemampuan berfikir. Dalam taksonomi Bloom dikenal ada 6 jenjang ranah kognitif yaitu: Pengetahuan Pengetahuan adalah kemampuan manusia dalam mengingat semua jenis informasi yang diterimanya. Informasi ini berbentuk data, istilah, definisi, fakta, teori, pendapat, prosedur kerja, tata tertib, metodologi, dan sebagainya. Pemahaman Pemahaman adalah jenjang kognitif kedua. Pada jenjang ini dan jenjang-jenjang lainnya informasi yang diterima tidak disimpan begitu saja, melainkan diolah lebih lanjut menjadi sesuatu yang lebih tinggi kedudukannya. Dalam tingkat pemahaman ini ada tiga kemampuan pokok yaitu: kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kemampuan menerjemahkan adalah kemampuan pemahaman yang paling rendah. Dalam kemampuan ini seseorang dapat menunjukkan bahwa ia dapat mengubah bentuk komunikasi, mencari kata, kalimat atau contoh lain yang sesuai, ataupun menarik kesimpulan mengenai arti pokok suatu informasi. Kemampuan menafsirkan lebih tinggi dari pada menafsirkan. Untuk dapat menafsirkan yang bersangkutan memerlukan pengetahuan lain yang lebih mendalam. Kemampuan ekstrapolasi adalah kemampuan menarik konsekuensi atau kecenderungan yang memberikan kesempatan pada orang untuk membuat prediksi bedasarkan data atau fakta yang dimiliki. Aplikasi Aplikasi adalah kemampuan menggunakan sesuatu dalam situasi tertentu yang bukan merupakan pengulangan. Analisis Analisis adalah kemampuan untuk melakukan pengolahan informasi lebih lanjut. Misalnya, apakah hipotesis yang dikemukakan teruji dengan data yang ada? Sintesis Secara umum kemampuan ini baru terjadi apabila kita menghadapi informasi yang berbedabeda. Dalam bentuk ini ada kesamaan yang menarik kesimpulan pada jenjang pemahaman tapi hasil dan kompleksitas kemampuan berbeda. Hasil yang diperoleh dari kemampuan ini adalah generalisasi. Evaluasi Evaluasi adalah kemampuan tertinggi dalam ranah kognitif Bloom. Menurut Bloom, untuk sampai kepada kemampuan evaluasi semua kemampuan yang ada di bawahnya harus dikuasai. Artinya, orang tak mungkin melakukan evaluasi apabila tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang akan dievaluasi serta bagaimana melakukan evaluasi, tentang prosedur yang harus dilakukan, melihat keunggulan dan kelemahan suatu program berdasarkan informasi yang ada, serta melihat orisinalitas sesuatu yang akan dievaluasi. Ranah afektif
555
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Ranah afektif ini berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan, proses internalisasi dan pembentukan karakteristik diri. Krathwohl, Bloom dan Masia (1964) membagi ranah afektif dalam 5 jenjang, yaitu: (1) Penerimaan (Receiving), (2) Penanggapan (Responding), (3) Penghargaan (Valuing), (4) Pengorganisasian (Organization), dan (5) Penjatidirian (Characterization) Ranah psikomotor Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis. Kematangan biologis ini dikendalikan oleh kematangan psikologis. Yang pertama mengembangkan ranah ini adalah Simpson (1966). Ia memberikan 7 jenjang psikomotor yang bersifat hirarkis yaitu persepsi, kesiapan, penanggapan, terpimpin, mekanistik, penanggapan yang bersifat kompleks, adaptasi dan originalitas.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Caroll dalam R. Angkowo & A. Kosasih (2007), bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu (1) bakat belajar, (2) waktu yang tersedia untuk belajar, (3) kemampuan individu, (4) kualitas pengajaran, (5) lingkungan. Clark dalam Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2001) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan menurut Sardiman (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Thomas F. Staton dalam Sardiman (2007) menguraikan enam macam faktor psikologis yaitu (1) motivasi, (2) konsentrasi, (3) reaksi, (4) organisasi, (5) pemahaman, (6) ulangan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan dalam suatu usaha, kegiatan dan sebagainya. Sedangkan menurut Oemar Hamalik, peningkatan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi dan efisiensi. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan merupakan usaha yang dilakukan sesorang dengan tujuan untuk mengadakan perubahan suatu kondisi ke arah yang lebih baik dari hasil yang diperoleh sebelum diadakan kegiatan. Peningkatan hasil belajar pada suatu mata pelajaran tertentu dapat dilihat dari hasil belajarnya selama pembelajaran berlangsung. Begitu pula halnya dalam mata pelajaran kimia peningkatan hasil belajar siswa juga dapat dilihat dengan memperhatikan indikator yang dijadikan tolok ukur keberhasilan pembelajaran setelah diterapkan suatu metode pembelajaran. Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan maka peningkatan hasil belajar m siswa dapat dilihat dengan memperhatikan angka rata-rata hasil belajar siswa setiap siklus berdasarkan penerapan metode pemberian tugas individual yang diperoleh dengan menganalisis data nilai tugas kelompok dan nilai tes setiap akhir siklus. Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup Ciri-ciri Khusus pada Hewan Setiap hewan memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan hewan lain.Ciri khusus ini berhubungan dengan kemampuannya untuk bertahan hidup. Dengan ciri khusus yang dimilikinya, hewan dapat tetap bertahan hidup. Cecak 556
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Cecak sering kita lihat di dinding dan langit-langit rumah. Cecak sangat jarang berada di lantai. Cecak bergerak dengan cara merayap. Saat merayap di dinding, cecak tidak terjatuh. Ternyata, cecak memiliki perekat pada setiap ujung jari kakinya. Dengan perekat inilah kaki cecak dapat menempel di dinding. Bagaimana bila kakinya tidak bisadiangkat dari dinding karena perekat tersebut? Hal ini tidak akan terjadi. Cecak dapat mengatur banyaknyaperekat yang dikeluarkan. Dengan demikian, cecak dapat tetap bergerak merayap tanpa terjatuh. Cecak dapat mendaki pohon, dinding, atau atap bangunan dengan mudah. Selain itu, cecak mempunyai kemampuan autotomi. Cecak dapat memutuskan ekornya secara tiba-tiba. Cecak melakukan autotomi saat ditangkap mangsa. Dengan begitu, cecak dapat melarikan diri. Ekor cecak yang putus dapat tumbuh kembali. Bebek Bebek termasuk salah satu jenis unggas. Ia hidup serta mencari makan di daratan dan perairan. Bebek menggunakan kakinya untuk berjalan. Coba bandingkan kaki bebek dengan kaki ayam. Tentu berbeda, bukan? Pada kaki bebek, setiap jarinya dihubungkan dengan selaput. Dengan kaki berselaput, bebek dapat berenang. Selain bebek, kaki berselaput juga dimiliki angsa. Sementara, ayam tidak memiliki jari berselaput. Ayam hidup dan mencari makan di darat saja. Kelelawar Kelelawar keluar dan mencari makan pada malam hari. Sebaliknya, pada siang hari, kelelawar hanya berdiam di sarangnya. Oleh karena itu, kelelawar dijuluki hewan malam. Bagaimana kelelawar bisa menemukan makanan di kegelapanmalam? Apakah kelelawar tidak tersesat atau menabrak benda-benda yang dilaluinya? Bukankah malam hari gelap gulita? Dalam keadaan gelap, kelelawar tidak pernah menabrak benda yang dilaluinya. Kelelawar juga tidak kesulitan menemukan makanan. Hal ini dikarenakankelelawar memiliki keistimewaan. Kelelawar memiliki indra pembau dan pendengar yang tajam. Dengan penggabungan keduanya, kelelawar dapat menemukan makanan. Kelelawar dapat menentukan arah terbang dan menghindari tabrakan. Unta Unta dapat hidup di gurun karena unta memiliki bulu mata yang panjang berguna untuk menghalangi cahaya matahari dan untuk menghalangi pasir agar tidak masuk ke mata. Selain itu, unta mampu menutup lubang hidungnya untuk menghindari pasir yang tertiup angin. Kakinya pun panjang supaya badannya jauh dari permukaan tanah yang panas. Pada punggungnya terdapat bagian menggembung berisi lemak yang disebut punuk. Lemak merupakan cadangan makanan sehingga unta dapat bertahan hidup beberapa hari tanpa makan dan minum. Gajah Gajah mempunyai belalai untuk mencari makan. Gajah mempunyai daun telinga yang besar, serta kulit yang tebal dan berkerut. Daun telinga yang besar sering dikibas-kibaskan untuk mengusir hewan kecil yang mengganggunya. Kulitnya yang berkerut berguna untuk memperluas permukaan tubuh, sehingga mudah menghilangkan panas tubuh. Bulu yang tumbuh pada tubuhnya pendek dan tipis, jadi gajah tidak kepanasan. Ciri-ciri Khusus pada Tumbuhan Teratai Daun teratai lebar dan tipis, sehingga mempermudah penguapan air dari tanaman tersebut dan penyerapancahaya matahari. Batang dan akar teratai memiliki rongga-rongga udara. Rongga-rongga ini berfungsi membawa oksigen ke batang dan akar sehingga teratai dapat bernapas walaupun batang dan daun akar terendam dalam air. Kaktus Tumbuhan kaktus merupakan jenis tumbuhan yang hidup di daerah kering atau kurang air. Oleh karena itu, kaktus memiliki batang yang banyak mengandung air. Air tersebut berguna untuk cadangan di musim kering. Di samping itu, bentuk daun kaktus pun kecil, seringkali berbentuk duri. Dengan bentuk seperti itu, kaktus dapat mengurangi penguapan air dari dalam tubuh.
557
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Kantong semar dan Venus Ada beberapa tumbuhan di alam yang tidak dapat memenuhi semua kebutuhan unsur makanan yang diperlukan melalui akar. Tumbuhan seperti apakah itu? Dengan cara apa tumbuhan tersebut mendapatkan makanan selain melalui akar? Tumbuhan yang mengalami hal tersebut adalah tumbuhan kantong semar dan tumbuhan kejora (Venus). Kedua tumbuhan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan nitrogen. Keadaan tanah tempat tinggalnya sangat kekurangan unsur nitrogen. Untuk memenuhinya, kantong semar dan kejora menangkap serangga. Serangga mengandung banyak nitrogen. Cara yang dilakukan, yaitu dengan menghasilkan cairan pada bagian daun untuk menarik perhatian serangga. Pada kantong semar, serangga akan masuk ke dalam kantong dan terperangkap di dalamnya. Bagian dalam daun mengandung lapisan mirip lilin sehingga serangga terpeleset. Adapun pada tumbuhan kejora, serangga yang hinggap dan menyentuh ''lengan daun'' akan terperangkap karena daun akan menutup dengan cepat. Kemudian, serangga tersebut akan dicerna oleh cairan yang dihasilkan daun. Bunga Raflesia Tumbuhan ini bernama Rafflesia arnoldi yang merupakan tanaman langka. Bunganya berbau bangkai. Bau bunga ini untuk menarik perhatian lalat. Lalat diperlukan oleh bunga Rafflesia untuk membantu terjadinya penyerbukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif, dimana penulis selaku peneliti melakukan tindakan dan teman sejawat bertindak sebagai observer dan pembimbing 2 PTK. Penelitian ini terdiri atas empat komponen utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dilakukan tes akhir hasil belajar pada setiap siklus.
Gambar 1. Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Menurut Kemmis dan MC Taggart
Secara rinci desain prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) untuk setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut : Siklus I Perencanaan Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah : (a) Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran problem solving, (b) Membuat LKS (Lembar kegiatan siswa), (c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi 558
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
belajar mengajar di kelas dengan metode pembelajaran problem solving, dan (d) Membuat alat penilaian ayau evaluasi. Pelaksanaan Tindakan Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterap- kan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar.adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut : Kegaiatan Awal Kegiatan awal meliputi : guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diharpkan akan tercapai oleh siswa, guru menyampaikan metode pembelajaran menggunakan problem solving, guru mengecek kemampuan prasyarat siswa dengan cara tanya jawab, guru menginformasikan pengempokkan siswa. Setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Kegiatan Inti Kegiatan inti meliputi : setiap kelompok menyelesaikan soal-soal berupa permasalahan secara umum pada lembar kerja (LKS) yang sudah disediakan oleh guru secara kelompok. guru mengamati kerja setiap kelompok dan memberikan bantuan kepada kelompok siswa yang mengalami kesulitan seperlunya, selanjutnya guru menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional pada lembar kerja siswa (LKS), setiap kelompok menentukan strategi penyelesaian permasalahan yang ada pada lembar kerja siswa (LKS), siswa mendiskusikan cara menyelesaikan permasalahan, guru mengamati kerja setiap kelompok dan memberikan bantuan kepada kelompok siswa yang mengalami kesulitan seperlunya, setiap kelompok mempresentasikan penyelesaian masalah yang sudah dibahas sedangkan guru memfasilitasi siswa dan merangkum, untuk mengecek pemahaman siswa guru memberikan soal kuis yang dikerjakan oleh setiap siswa secara individual, dan hasil pekerjaan siswa dikumpulkan sebagai nilai individual. Kegiatan Akhir Kegiatan akhir meliputi : siswa membuat kesimpulan dan dibantu dengan guru, mengadakan post-test (tes akhir), dan memberikan tugas di rumah (PR). Pengamatan/Observasi Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain. Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi. Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a) skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa. Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan. Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan
559
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan. Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi. Siklus II Siklus kedua dilaksanakan dengan berpijak dari hasil analisis kegiatan siklus pertama, yaitu bagaimana hasil, kekurangan langkah dari siklus pertama tersebut dan apa akibatnya serta perubahan apa yang harus dilakukan pada tahap berikutnya. Tahap-tahap tindakan pada siklus kedua juga sama dengan tahap pada siklus pertama hanya saja pokok bahasan yang diberikan adalah besaran dan satuan dan pada kegiatan inti pembelajaran terdapat perbedaan dari siklus I. TEKNIK ANALISIS DATA Penyajian data Analisis data difokuskan pada sasaran/variabel/objek yang akan diperbaiki/ ditingkatkan, misalnya tentang kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran, frekuensi dan kualitas pertanyaan, cara menjawab dan penalarannya, kualitas kerjasama kelompok, aktivitas, partisipasi, motivasi, minat, konsep diri, berpikir kritis, kreativitas, kemandirian, dan lain-lain. Data dapat berupa angka maupun non-angka (kalimat atau kata-kata), yang dapat dianalisis deskriptif dan sajian visual yang menggambarkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya. Pada umumnya analisis kualitatif terhadap data PTK dapat dilakukan dengan tahap-tahap: menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis), membuat abstraksi atas kesim-pulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif yang terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992) yang meliputi : reduksi data (memilah data penting, relevan, dan bermakna dari data yang tidak berguna), sajian deskriptif (narasi, visual gambar, tabel) dengan alur sajian yang sistematis dan logis, penyimpulan dari hasil yg disajikan (dampak PTK dan efektivitasnya). Model analisis ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pengumpulan Data
Penyajian Data
Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
Reduksi Data
Persentase Data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar dipaparkan secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif yaitu dijelaskan dan disajikan dalam bentuk tabel dan kalimat sederhana. Analisis data kuantitatif menggunakan statistik deskriptif (persentase). Persentase digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar dari nilai dasar ke siklus I, dari siklus I ke siklus II, dengan menggunakan rumus :
Persentase
a x 100% b
(Sudjana, 2002)
Keterangan : a = jumlah siswa yang tuntas b = jumlah siswa seluruhnya Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa dapat mengetahui dengan menganalisa data berupa nilai tugas kelompok dan nilai tes pada setiap siklus dengan menggunakan rumus :
560
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
NK
tg 2UH 3
Keterangan : NK = Nilai hasil belajar siswa dalam tiap siklus UH = nilai tes siswa setiap siklus tg = nilai tugas (lembar kerja) (Sumber : Depdiknas, 2005) HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 023 Long Ikis semester I tahun pembelajaran 2013/2014. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VI yang berjumlah 20 siswa. Pengamat dalam proses pembelajaran atau sebagai observer adalah salah satu guru di SDN 023 Long Ikis untuk mengamati aktivitas peneliti dalam menyampaikan materi dan untuk mengamati aktivitas seluruh siswa dalam proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti bersama observer. Secara garis besar, hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil observasi dan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh dari rata-rata nilai tugas dan nilai tes pada tiap akhir siklus. Hasil yang diperoleh siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut: Tabel 2. Perbaikan Nilai yang dicapai Siswa Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa
Nilai Sebelum
Andre Saputra Mery Astuti Sir Evi Fania Sirkal Alan Arianto Laa Ull Veronika Ledina Jendo Rosalina Kolly Ichsan Bagata Jefri Hanus Kay Tulang Monika Herlis Iravanti Mude Matheus Ferdinand Baber Melly Rahmawati Billy Cristiadi Yonatan Eko Bayu Pangestu Mari Kristina Wende Fina Dea Taflina Alhamdi Herlambang Marta Dollu Budiansyah Rolina Rosita Febi Simson Holympit Lem Sir Jumlah Nilai Rata-rata kelas
40 50 60 40 40 60 60 60 60 60 50 50 60 60 50 60 50 60 60 60 1.110 55,50
Sumber : Hasil Penilaian Data yang di peroleh dari hasil penilaian Kualitatif
561
Nilai Setelah Siklus I 40 60 70 60 60 70 70 70 70 80 60 60 70 70 60 70 60 70 70 70 1.330 66,50
Nilai Setelah Siklus II 60 80 90 80 80 90 90 90 90 100 80 90 80 80 90 80 90 80 90 80 1.690 84,50
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Tabel 3. Keaktifan dan interaksi siswa Siklus I
No
Indikator Pengamatan
1 2 3
Interaksi siswa Kerjasama Keaktifan siswa
Skor 1 10 8 7
2 12 12 13
3 -
4 -
Jumlah 20 20 20
Tabel 4. Keaktifan dan interaksi siswa siklus II
Skor 1 2 3 4 1 Interaksi siswa 0 8 7 5 2 Kerjasama 0 8 8 4 3 Keaktifan siswa 0 10 5 5 Keterangan Skor : 1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik, 4 = Sangat baik No
Indikator Pengamatan
Jumlah 20 20 20
Diagram Batang. Rekapitulasi hasil belajar siswa sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran IPA pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup di kelas VI SDN 023 Long Ikis.
90 80 70 60 50 40
Rata-Rata
30 20 10 0 Sebelum perbaikan
Siklus I
Siklus II
Grafik 1. Nilai Rata-rata Siswa pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup
Deskripsi Hasil Penelitian Dari data nilai IPA siswa sebelum pembelajaran dengan menerapkan metode problem solving dapat diperoleh hasil nilai minimum 40; nilai maksimum 60; dan rata-rata 54,50. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel perbaikan nilai yang dicapai siswa sebelum dan setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tiap siklusnya diperoleh gambaran bahwa pada siklus I dengan menerapkan metode problem solving nilai minimum 40; dan nilai maksimum 80; dan rata-rata 66,50. Pada siklus I dijumpai 12 dari 20 siswa dinyatakan telah mencapai ketuntasan hasil belajar secara individual dengan KKM 70. Hal ini menunjukkan bahwa siklus I belum dikatan tuntas secara klasikal sehingga harus dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus II). Pada siklus ke II di jumpai 19 orang siswa dari 20 siswa dinyatakan telah mencapai hasil ketuntasan hasil belajar secara individual. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa setelah siklus ke II ketuntasan siswa telah mencapai kesempurnaan. Hasil Pelaksaan Tindakan Perencanaan Peneliti sebagai guru kelas mempersiapkan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dalam penelitian ini peneliti menyiapkan lembar observasi, menyiapkan materi pelajaran serta 562
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
mempersiapkan media belajar, latihan setiap akhir pelajaran dan alat-alat yang diperlukan selama pembelajaran berlangsung. Adapun kegiatan perencanaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) dalam pembelajaran ini menerapkan metode problem solving pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup, (2) mempersiapkan materi pelajaran dan latihan setiap akhir pelajaran yaitu pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup, (3) mengembangkan materi dan tujuan pembelajaran dalam bentuk teks dan latihan soal, (4) menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan dengan baik, dan (5) merencanakan waktu. Pelaksanaan Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran. Adapun pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran, (2) guru menjelaskan dan mengenalkan kepada siswa tentang pembelajaran menerapkan metode problem solving dengan media belajar, sehingga siswa memahami tujuan dari pembelajaran, (3) guru menjelaskan secara garis besar materi ciri-ciri khusus makhluk hidup, (4) siswa diberi latihan dalam bentuk lisan maupun teks tertulis, dimana secara lisan guru menyampaikan ciri-ciri khusus makhluk hidup dan siswa menjawab dengan menuliskan jawabannya di papan tulis, (5) elama siswa mengerjakan latihan soal, guru mengarahkan dan membantu jika ada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan soal, (6) guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara bergiliran satu persatu menuliskan jawabannya di papan tulis, (7) guru mengarahkan siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang belum dipahami, dan (8) guru memberikan tugas per individu untuk dikerjakan di rumah. Observasi Selama melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan.rekan peneliti yang sudah ditunjuk sebagai pengamat yang mengamati selama pembelajaran berlangsung. Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada siklus I dapat diketahui bahwa selama kegiatan belajar mengajar perlu perbaikan pada aktivitas guru.Disebabkan antusias siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan sehingga kelas menjadi lebih ribut karena siswa bersuara semua. Dalam hal ini guru masih merasa kewalahan dalam menghadapi siswa. Adapun kendala yang terjadi selama pembelajaran pada siklus I adalah: (1) beberapa siswa masih ada yang tidak hadir, sehingga nantinya ada beberapa siswa yang ketinggalan pelajaran, (2) karena antusiasnya siswa belajar menggunakan metode problem solving sehingga kelas menjadi ribut, sedangkan guru belum bisa mengatasinya, (3) beberapa siswa masih belum paham tentang peristiwa alam. Cara mengatasi kendala-kendala yang terjadi pada siklus I agar tidak terjadi lagi pada siklus II adalah: (1) guru harus dapat mengatasi apabila terjadi keributan dalam kelas, (2) perlunya bimbingan ke masing-masing siswa agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan, dan (3) pelaksanakan pembelajaran remedial terhadap siswa yang tidak hadir pada siklus I. Hasil belajar Siklus I Dari hasil pengamatan teman sejawat pada siklus I terdapat 12 siswa yang dapat menuntaskan materi pokok bahasan peristiwa alam dengan nilai ≥ 70, rata-rata kelas 66,50. Hasil belajar siklus I belum berhasil karena nilai rata-rata siswa minimal 70. Dari hasil tes akhir siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan dokumen nilai yang diperoleh dari ulangan sebelumnya.Dilihat dari nilai rata-rata sudah dikatakan baik karena soal tes akhir siklus I materinya masih mudah tetapi peneliti dan observator belum merasa puas dengan hasil yang dicapai sehingga peneliti dan observator sepakat untuk melanjutkan ke siklus II. Siklus II Perencanaan Peneliti sebagai guru kelas mempersiapkan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dalam penelitian ini peneliti menyiapkan lembar observasi, menyiapkan materi pelajaran serta mempersiapkan media belajar, latihan setiap akhir pelajaran dan alat-alat yang diperlukan 563
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
selama pembelajaran berlangsung. Adapun kegiatan perencanaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) dalam pembelajaran ini menerapkan metode problem solving pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup Mempersiapkan materi pelajaran dan latihan setiap akhir pelajaran yaitu ciri-ciri khusus makhluk hidup, (2) mengembangkan materi dan tujuan pembelajaran dalam bentuk teks dan latihan soal, (3) menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan dengan baik, (4) merencanakan waktu. Pelaksanaan Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran. Adapun pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran, (2) guru menjelaskan dan mengenalkan kepada siswa tentang metode problem solving dengan media belajar, sehingga siswa memahami tujuan dari pembelajaran, (3) guru menjelaskan secara garis besar materi pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup, (4) siswa diberi latihan dalam bentuk lisan maupun teks tertulis, dimana secara lisan guru menggambarkan topik ciri-ciri khusus makhluk hidup kemudian siswa menjawab dengan menuliskan jawabannya di papan tulis, (5) selama siswa mengerjakan latihan soal, guru mengarahkan dan membantu jika ada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan soal, (6) guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara bergiliran satu per satu menuliskan jawabannya di papan tulis, (7) guru mengarahkan siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang belum dipahami, dan (8) guru memberikan tugas per individu untuk dikerjakan di rumah. Observasi Selama melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan.rekan peneliti yang sudah ditunjuk sebagai pengamat yang mengamati selama pembelajaran berlangsung. Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada siklus II dapat diketahui bahwa selama kegiatan belajar mengajar telah mengalami perbaikan pada aktivitas siswa maupun guru. Tes akhir pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Hasil belajar Siklus II Dari hasil pengamatan teman sejawat pada siklus II terdapat 19 orang siswa yang dapat menuntaskan materi pokok bahasan peristiwa alam dengan nilai ≥ 70, rata-rata kelas 84,50. Dari hasil tes akhir siklus II peneliti dan observator berkesimpulan bahwa tidak perlu lagi melaksanakan tindakan selanjutnya karena keberhasilan yang diperoleh melebihi 85% dari jumlah siswa. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Dalam penelitian ini, guru menerapkan metode problem solving berdasarkan solusi yang ditawarkan peneliti untuk memperbaiki ketuntasan belajar siswa dan membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar. Berdasarkan data-data yang diperoleh pada siklus I, baik kegagalan maupun kelemahankelemahan yang ditemukan selama pelaksanaan pembelajaran, menjadi bahan acuan pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi terhadap fasilitas siswa dan hasil belajar yang belum mencapai kriteria yang ditetapkan maka dilanjutkan pada siklus II dengan menetapkan langkah-langkah membantu siswa melalui memperbanyak metode-metode pembelajaran, guru memaksimalkan memantau dan membimbing siswa secara keseluruhan, meningkatkan pengelolaan kelas, meningkatkan manajemen waktu dan penyempurnaan fase pelatihan lanjutan. Dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran IPA dengan topik ciri-ciri khusus makhluk hidup nilai yang diperoleh siswa pada siklus I sangat tidak memuaskan yang nilai rataratanya hanya 66,50 dan dinyatakan belum tuntas. Dinyatakan sudah tuntas apabila hasil penguasaan siswa pada materi pada materi pembelajaran siswa mencapai ≥ 85%. Peneliti sebagai pendidik merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang tidak begitu memuaskan. Pada pertemuan siklus II peneliti menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi khususnya metode problem solving. Ternyata hasil yang diperoleh siswa jadi meningkat dengan nilai rata-rata 84,50. Oleh sebab itu tidak perlu 564
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dari gambaran hasil belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya, memberikan keyakinan kuat bahwa metode problem solving cocok digunakan dalam pembelajaran IPA terutama pada topik ciri-ciri khusus makhluk hidup. . Dengan demikian metode problem solving dapat meningkatkan ketuntasan belajar IPA siswa kelas VI SDN 023 Long Ikis. KESIMPULAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Problem Solving untuk Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN 023 Long Ikis pada Mata Pelajaran IPA pada Topik Ciri-ciri Khusus Makhluk” telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Dari tindakan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I, dan II yaitu berturut-turut sebesar 66,50 dan 84,50. DAFTAR PUSTAKA Euis, T. 2001. Upaya Peningkatan Aktvitas Belajar Melalui Pendekatan Diskusi. Jakarta : Buletin Pelangi pendidikan VOL.4 Harminingsih.2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasils Belajar . http://harminingsih.blogspot.com/2008/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html .http://yanuarachmad321.wordpress.com/2013/01/20/karakteristik-anak-usia-sekolah-dasar/ Kasihani dan Rofi’uddin. 1998. Rancangan Penelitian Tindakan. Malang : DepDikBud IKP Leksono, S.M, dkk. 2007. Sains Modern untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Widya Utama Made, P. 1977. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta Melly, M. 2005. Perkembangan Ilmu dan Teknologi. www.Universitaspalangkaraya.ac.id S.Rositawaty-Aris Muharam. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Pusat Perbukukan Departemen Pendidikan Nasional Sudjana, N. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo Suroso, M, dkk. 2007. Sains Modern Jakarta : Widya Utama Zainal, A. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Cendekia Roestiyah. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Sardiman, A.M. 1994. Interaksi dan Belajar Mengajar. Bumi Aksara : Jakarta. Saukah, A., dkk. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. _______. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 011 KUARO PADA MATA PELAJARAN IPA PADA TOPIK ALAT PERNAPASAN PADA MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Itun Delima Mira dan HJ. Risliana SDN 011 Kuaro Kab.Paser Kal-Tim
[email protected] Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA di kelas V pada pada topik alat pernapasan pada manusia di Sekolah Dasar Negeri 011 Kuaro. Metode penelitian ini adalah Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas). Tindakan yang dilakukan terdiri dari dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, Planning, Acting, Observing, dan Reflecting. Adapun kelas yang diteliti adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 011 Kuaro dengan jumlah siswa 27 orang. Setelah dilaksanakan siklus pertama yaitu guru melaksanakan praktik pembelajaran
565
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
langsung diperoleh hasil pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 61,85. Pada siklus II nilai rata-rata 82,22. Jadi kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari rata-rata 49,63 menjadi 82,22. Berdasarkan penelitian tindakan yang dilaksanakan melalui dua siklus, diperoleh peningkatan yang sangat berarti, sehingga dapat disimpulkan bahwa modelpembelajaran quantum learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas V SDN 011 Kuaro pada topik alat pernapasan pada manusia. Kata kunci : model pembelajaran quantum learning, hasil belajar, alat pernapasan pada manusia.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi belajar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan, dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problematika (permasalahan) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu dari mana mesti harus diawali. Kesadaran terhadap hal ini telah mendorong berbagai kalangan pendidikan untuk melakukan berbagai upaya, baik peningkatan sarana dan prasarana, perubahan kurikulum, pelatihan guru-guru, peningkatan kualitas guru, dan pelaksanaan perlombaan seperti Olimpiade Sain Nasional untuk menyeleksi putra-putri terbaik bangsa dalam ajang menyeleksi bidang sain dan matematika pada skala nasional maupun internasional. Karena IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai beberapa karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Prawirohartono, (1989) “IPA adalah disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi. Sedangkan karakteristik khusus IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan mengguna kan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya, IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, IPA merupakan pengetahuan teoritis, PA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan, IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap Semua upaya tersebut merupakan bukti nyata kesungguhan berbagai kalangan untuk mengangkat derajat bangsa melalui pendidikan. Walau demikian, harus disadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar sehingga tantangan dan hambatan yang dihadapi untuk mewujudkan cita-cita tersebut juga tidak sedikit. Hal ini dirasakan oleh seluruh komponen pendidikan khususnya guru yang menjadi tulang punggung pelaksana pendidikan di sekolahsekolah. Sekolah Dasar Negeri 011 Kuaro yang berlokasi di Kabupaten Paser Kecamatan Kuaro merupakan salah satu SD yang guru-gurunya juga mengalami hal yang sama sebagaimana diuraikan di atas. SDN 011 Kuaro tepatnya berada di pelosok desa yaitu daerah transmigrasi, sehingga guru merupakan sumber utama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Menghadapi kendisi yang demikian menyebabkan hasil pembelajaran dari siswa sangat jauh dari apa yang diharapkan. Dari 27 siswa kelas V SDN 011 Kuaro, satu pun yang tidak mampu mencapai ketuntasan sesuai dengan KKM yang telah ditentukan untuk pelajaran IPA kelas V, yaitu 65. Berdasarkan data nilai siswa kelas IV SDN 011 Kuaro peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi masalah siswa dari proses pembelajaran yang telah peneliti laksanakan. Dari hasil diskusi dengan supervisor dan teman sejawat menemukan beberapa pokok masalah yang terjadi dalam proses pembelajaraan di antaranya : Minat dan motivasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA masih sangat kurang, siswa tidak mampu menyelesaikan 566
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
tugas-tugas yang diberikan oleh guru, siswa mengalami kesulitan dalam belajar IPA teruatama alat pernapasan pada manusia, dan hasil belajar siswa sangat rendah. Menurut Nasution, 1982) belajar memberikan hasil yang sebaik-baiknya bila berdasarkan pada pengalaman pribadi atau interaksi, artinya aksi dan reaksi antara individualis dengan lingkungannya. Jadi melalui pengalaman, anak dapat menerima rangsangan-rangsangan dari luar yang beraksi terhadap perangsang yaitu ia mengamati, memikirkan, mengelolanya dan menentukan sikap dan kelakuannya terhadap pengaruh dari lingkungan itu. Berdasarkan data dan fakta yang telah penulis uraikan,telah menemukan beberapa beberapa faktor penyebab siswa kurang memahami mata pelajaran IPA yang telah di ajarkan adalah sebagai berikut: kurangnya media alat peraga, kurangnya latihan-latihan yang di berikan, model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi, dan cara guru menyampaikan pembelajaran masih monoton dengan metode ceramah, padahal IPA tidak bisa hanya diajarkan dengan ceramah saja. Dari permasalahan yang telah penulis uraikan di atas tergerak itu mencoba penerapkan model pembelajaran yang lebih bervariatif, yaitu model pembelajaran Quantum Learning. Karena menurut penulis model pembelajaran quantum learning sangat cocok untuk pembelajaran IPA pada topik alat pernapasan pada manusia. Menurut Bobby DePorter & Hernacki (2004) pembelajaran quantum learning adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Quantum learning merupakan salah satu pengajaran yang menuntut adanya kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan. Karakteristik dalam model pembelajaran quantum learning yaitu penataan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan serta menggunakan iringan musik yang disesuaikan dengan suasana hati serta menggunakan berbagai jenis musik merupakan kunci menuju quantum learning seperti musik pop, dangdut, klasik, jazz dan lain – lain. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah : “Bagaimanakah upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 011 Kuaro tahun pembelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA pada topik alat pernapasan pada manusia melalui penerapan model pembelajaran quantum learning. Berdasarkan permasalahan yang telah penulis kemukakan diatas, maka yang menjadi tujuan perbaikan pembelajaran ini adalah mendeskripsikan upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 011 Kuaro tahun pembelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA pada topik alat pernapasan pada manusia melalui penerapan model pembelajaran quantum learning. Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat yang berarti bagi : bagi Siswa : Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat apabila siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep alat pernapasan pada manusia serta dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, hal ini disebabkan dalam tindakan kelas ini guru mencobakan berbagai pola dan strategi mengajar yang tepat sehingga dapat menolong siswa untuk memperbaiki hasil belajarnya, bagi Guru : Dapat mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar IPA pada topik alat pernapasan pada manusia di kelas V SDN 011 Kuaro, sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik dan lebih meningkat, bagi Sekolah : Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka memperbaiki pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat, khususnya topik alat pernapasan pada manuasia pada mata pelajaran IPA, dan bagi instansi pendidikan secara umum : . Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi instansi pendidikan secara umum dalam rangka menyusun program pendidikan. KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar Pengertian Hasil Belajar Menurut Purwanto (2011) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspekkognitif, afektif dan psikomotorik. Sudjana (2003) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
567
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Hamalik (2003) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri seseorang akibat tindak belajar yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik yang diperoleh siswa setelah merima pengalaman belajar. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Suryabrata (1988) mengemukakan bahwa ada dua factor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang, yaitu: (1) faktor yang berasal dari luar diri si pelajar, yaitu faktor social dan faktor non sosial, (2) faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, yaitu faktor psikologis dan fisiologis. Hal ini sejalan dengan pendapat hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari dalam siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi belajar, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari luar atau lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pembelajaran ( Angkowo dan Kosasih, 2007). Menurut Rusyan (1989) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dapat digolongkan dalam empat kelompok, yaitu: (1) bahan atau hal yang harus dipelajari, yaitu banyaknya bahan dan tingkat kesulitan bahan akan mempengaruhi hasil belajar siswa, (2) faktor lingkugan, baik lingkungan alam maupun sosial, (3) sarana dan prasarana belajar, wujudnya berupa perangkat keras seperti gedung, perlengkapan dan sebagainya dan perangkat lunak seperti kurikulum, pedoman belajar, program belajar dan sebagainya, (4) kondisi individu siswa, yang meliputi kondisi fisikologis berupa keadaan jasmani dan kondisi psikologis yang berupa perhatian, intelegensi, bakat dan sebagainya. 1. Cara Meningkatkan Hasil Belajar Prestasi meningkat bukan hanya dambaan setiap siswa maupun orang tua murid, seorang guru pun memiliki harapan akan peningkatan prestasi belajar siswa yang dibinanya. Akan tetapi tidak banyak guru memiliki ilmu atau kemapuan tentang strategi peningkatan prestasi belajar siswa. Berikut ini akan saya jelaskan empat cara meningkatkan prestasi belajar siswa yang dapat anda aplikasikan pada sekolah Anda masing-masing: 2. Bimbingan belajar secara intensif Ada berbagai macam model bimbingan belajar bisa dijadikan sebagai alternatif dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa. Ada dua macam model bimbingan belajar, yaitu: pertama: bimbingan siswa berprestasi, dan kedua: bimbingan bagi anak dengan kemampuan dibawah rata-rata. Bagi siswa yang memiliki kemamuan di atas rata-rata mereka hanya dapat diberikan program pengayaan, sedangkan bagi mereka yang hanya memiliki kemampuan dibawah rata-rata diberi program remedial, adapun teknik pemberian bantuan atau bimbingan belajar tersebut dapat dilakukan dengan face to face relationship 3. Pembelajaran siswa secara individu Bimbingan belajar secara individu bisa diperluas kepada kelompok walaupun metode ini juga digunakan untuk membantu individu-individu yang mempunyai masalah gangguan emosional yang serius. Pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masingmasing pribadi, sedangkan pada pembelajaran kelompok, guru memberikan bantuan secara umum 4. Penggunaan metode pembelajaran bervariasi Upaya selanjutnya yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran bervariasi. Akan tetapi dalam hal ini saya menganjurkan untuk menggunakan metode problem solving yang mana bertujuan untuk membantu anak-anak dalam menyelesaikan masalah dan memecahkannya, disamping itu metode problem solving juga merupakan cara untuk memberikan pengertian dengan menstimulasi siswa untuk memperhatikan, menelaah, dan berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalahnya tersebut sebagai upaya memecahkan masalah.
568
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
5. Program home visit Penggunaan home visit sebagai salah satu bentuk peningkatan prestasi belajar siswa merupakan suatu cara yang ditunjukan untuk lebih mengakrabkan antar guru dengan siswa dan orang tua. Teknik home visit dapat dilakukan melalui kunjungan rumah agar guru dapat mengetahui masalah anak dirumahnya. Disamping itu, agar orang tua dapat memberikan perhatian dan motivasi yang lebih terhadap belajar anak. Teknik ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan prestasi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan dan mencari jalan keluar atas persoalan yang dihadapi siswa dalam belajar agar memperlancar mencapai tujuan program pendidikan di sekolah tersebut. Model Pembelajaran Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu aktivitas tertentu. Dalam pengertian lain, model diartikan sebagai barang tiruan, metafor, atau kiasan yang dirumuskan. Pouwer menerangkan tentang model dengan anggapan seperti kiasan yang dirumuskan secara eksplisit yang mengandung sejumlah unsur yang saling tergantung. Sebagai metafora model tidak pernah dipandang sebagai bagian dari data yang diwakili. Ia menjelaskan fenomena dalam bentuk yang tidak seperti biasanya dirasakan. Setiap model diperlukan untuk menjelaskan sesuatu yang lebih atau berbeda dari data. Syarat ini bisa dipenuhi dengan menyajikan data dalam bentuk: ringkasan (type, diagram), konfigurasi (structure), korelasi (pola), idealisasi, dan kombinasi dari keempatnya. Jadi model merupakan kiasan yang padat yang bermanfaat bagi pembanding hubungan antara data terpilih dengan hubungan antara unsur terpilih dari suatu konstruksi logis. (Pouwer 1974:243). Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Soekamto dan Winataputra, 1997:78-79). Model kemandirian aktif merupakan sebuah model yang dirancang berdasarkan sistem belajar mandiri dan belajar aktif. Belajar mandiri diartikan sebagai usaha individu siswa yang otonomi untuk mencapai suatu kompetensi akademis. Belajar mandiri memiliki ciri utama bahwa siswa tidah tergantung pada pengarahan pengajar yang terus-menerus, tetapi mereka mempunyai kreativitas dan inisiatif sendiri serta mampu untuk bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya. (Pannen dan Sekarwinahya, 1994:5:4-5). Belajar mandiri memiliki dampak positip bagi siswa, karena mereka akan merasakan tingkat kepuasan yang tinggi, mempunyai minat dan perhatian yang tidak terputus-putus, dan memiliki kepercayaan diri yang lebih kuat dibandingkan dengan siswa yang hanya belajar secara pasif dan menerima saja (Kozma, Belle, William, dalam Pannen dan Sekarwinahya, 1994:5:9). Belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri. Dengan belajar aktif berarti menumbuhkan kemampuan belajar secara aktif menuju pada pola kemandirian bagi siswa dan guru. Di sini mereka akan mampu mengembangkan potensi diri secara optimal. Model Pembelajaran Quantum Learning Pengertian Model Pembelajaran Quantum Learning Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning ini berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Tokoh utama di balik Quantum Learning adalah Bobbi DePorter. Dia perintis, pencetus dan pengembang utama Quantum Learning. Sejak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan Quantum Learning di SuperCamp. Dengan dibantu oleh temantemannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon dan Sarah Singer Nouric, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicoba gagasan-gagasan Quantum Learning kepada para remaja di SuperCamp salama tahuan awal 1980-an. DePorter 569
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
menjelaskan bahwa metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 2.500 siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SupeCamp. Prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning ini dibentuk di SuperCamp. Pada tahap awal perkembangannya, Quantum Learning dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja dirumah tetapi lama kelamaan orang menginginkan DePorter untuk mengadakan program-program Quantum Learning bagi orang tua siswa. Hal ini menunjukkan bahwa falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah. Menurut Bobby DePorter & Hernacki (2004) pembelajaran quantum learning adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Quantum learning merupakan salah satu pengajaran yang menuntut adanya kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan. Karakteristik dalam model pembelajaran quatum learning yaitu penataan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan serta menggunakan iringan musik yang disesuaikan dengan suasana hati serta menggunakan berbagai jenis musik merupakan kunci menuju quantum learning seperti musik pop, dangdut, klasik, jazz dan lain – lain Karakteristik Model Pembelajaran Quantum Learning Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:30) mengungkapkan mengenai karakterisitik dari pembelajaran kuantum (quantum learning) yaitu sebagai berikut: (1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai, (2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis, (3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis, (4) Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran, (5) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna, (6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi, (7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat, (8) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran, (9) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis, (10) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material, (11) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran, (12) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban, dan (13) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Langkah-langkan Model Pembelajaran Quantum Learning Langkah-langkah model pembelajaran kuantum (quantum learning) yang dikenal dengan sebutan TANDUR Bobbi DePorter,et al.,(2004:10) adalah sebagai berikut : 1. Tumbuhkan. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan belajar. 2. Alami. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. 3. Namai. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”. 4. Demonstrasikan. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. 5. Ulangi. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. 6. Rayakan. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan dalam pembelajaran kuantum sangat diutamakan atau sangat penting. Perayaan dapat membangun keinginan untuk sukses dalam pembelajaran. Menurut Bobbi DePorter,et al., (2004), terdapat beberapa bentuk perayaan menyenangkan yang biasa 570
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
digunakan yaitu: Tepuk Tangan. Teknik ini terbukti tidak pernahh gagal memberikan inspirasi. Hore! Hore! Hore! Cara ini sangat mengasyikkan jika dilakukan “bergelombang” ke seluruh ruangan. Caranya adalah guru memberikan aba-aba, semua orang atau siswa melompat berdiri dan berteriak senyaring mungkin, “Hore, Hore, Hore!” sambil mengayunkan tangan ke depan dan ke atas. Wussss. Jika diberi aba-aba, semua orang bertepuk tangan tiga kali secara serentak, lalu mengirimkan segenap energi positif mereka kepada orang yang dituju. Cara melakukannya adalah setelah bertepuk, tangan mendorong kea rah orang tersebut sambil berteriak “Wusssss”. Jentikan Jari. Jika guru atau pengajar memerlukan pengakuan yang tenang, daripada tepuk tangan, gunakan jentikan jari berkesiinambungan. Poster Umum. Mengakui individu atau seluruh kelas, misalnya “Kelas Enam The Best!. Catatan Pribadi. Sampaikan kepada siswa secara perseorangan untuk mengakui usaha keras, sumbangan pada kelas, perilaku atau tindakan yang baik hati. Persekongkolan. Mengakui seseorang secara tak terduga. Misalnya seluruh kelas dapat bersekongkol untuk mengakui kelas lain dengan cara memasang poster positif (atau surat) misterius yang bertuliskan hal-hal seperti “Kelas VI hebat lho!” atau “Selsangat Menempuh Ujian hari Ini!”. Kejutan. Kejutan harus terjadi secara acak. Kejutan bukan merupakan hadiah yang diharapkan oleh siswa. Jadikan kejutan tetap sebagai kejutan! Pengakuan Kekuatan. Lakukan jika menginginkan orang mendapatkan pengakuan, setelah mereka saling mengenal dengan baik. Cara melakukan adalah atur siswa untuk duduk membentuk tapak kuda, dengan satu kursi (kursi jempol) di bagian terbuka tapal. Setiap orang bergiliran menduduki kursi jempol. Siswa pada kursi jempol tersebut duduk diam sambil mendengarkan dan memperhatikan. Setiap siswa dalam tapal mengakui kekuatan istimewa atau sifat-sifat baik dari siswa yang duduk di kursi jempol. Guru dapat memberikan contoh hingga murid-murid tahu cara melanjutkannya. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum Learning Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:18-19) dalam bukunya yang berjudul ”Quantum Learning” juga menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran kauntum (quantum learning) yaitu sebagai berikut. Keunggulan, antara lain, Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai, Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis, Pembelajaran kuantum lebih konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis, Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna, Pembelajaran quantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi, Pembelajaran quantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat, Pembelajaran quantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran, Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran, Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material, Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran, Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban, Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Kelemahan, antara lain, Membutuhkan pengalaman yang nyata, Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar, dan Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa Konsep Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain “penyelidikan, penyusunan dan pengajuan gagasan-gagasan”. Proses pembelajaran IPA di SD mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar dalam membangun kontruksi kognitif dan psikomotorik siswa. Siswa di SD pada umumnya banyak mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran bidang studi IPA.
571
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Kenyataan tersebut diatas pada umumnya seringkali dilatar belakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa untuk bidang studi IPA. Apabila permasalahan ini tidak segera diambil tindakan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan erat yaitu guru maka niscaya siswa akan menemui kesukaran dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Menurut Musno (2004) secara prinsip pengajaran sains merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh siswa karena berhubungan yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh siswa karena berhubungan langsung dengan salah satu aspek kecerdasan individu dalam pengertian yang luas. Sejalan dengan kerangka berfikir seperti di atas, guru hendaknya mampu secara reflektif memberikan penyadaran kepada siswa bahwa pada dasarnya bidang studi IPA yang dalam proses pembelajarannya dengan angka-angka sebagai obyek pembelajarannya tidaklah jaih beda dengan bidang studi dan disiplin ilmu lain. Hakikat IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, sedangkan proses IPA merupakan proses yang dilakukan oleh para ahli dalam menemukan produk IPA. Proses IPA di dalamnya terkandung cara kerja dan cara berpikir. Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah yang antara lain terdiri atas obyektif, berhati terbuka, tidak mencampur adukkan fakta dan pendapat, bersifat hati-hati dan ingin tahu. Proses pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA sebagai produk, proses, dan pengembangan sikap. Di samping itu, menurut permen 22 tahun 2005 menyatakan bahwa pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD di samping untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Tujuan tersebut dicapai dengan cara mengajarkan IPA yang mengacu pada hakikat IPA dan menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Pembelajaran IPA harus berpusat pada siswa serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan, mendiskusikan ide atau gagasan dengan siswa lain serta membandingkan ide mereka dengan konsep ilmiah dan hasil pengamatan atau percobaan untuk merekontruksi ide atau gagasan yang akhirnya siswa menemukan sendiri apa yang dipelajari. Selain melakukan kegiatan reflektif kepada siswa, guru juga bisa memilah-milah metode yang tepat yang kiranya dapat diterapkan pada siswa. Alat Pernapasan pada Manusia Bernapas adalah kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan udara. Udara mengandung berbagai komponen gas, salah satunya adalah oksigen (O2). Oksigen inilah yang diperlukan oleh tubuh. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Selanjutnya, pernapasan menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Bernapas menggunakan alat-alat pernapasan. Apa saja alat-alat pernapasan itu?
572
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Alat Pernapasan Alat pernapasan manusia terdiri atas hidung, tenggorokan, dan paru-paru. 1. Hidung Hidung merupakan tempat keluar masuknya udara pernapasan. Udara masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung. Di dalam rongga hidung terdapat rambut hidung dan selaput lendir. Rambut hidung dan selaput lendir berfungsi menyaring udara yang masuk agar bebas dari debu dan kuman. Dengan demikian, udara yang kita hirup bersih dari kotoran, debu, maupun kuman penyakit. Di dalam hidung udara juga mengalami penyesuaian suhu dan kelembapan. 2. Tenggorakan dan paru-paru Paru-paru manusia terletak di dalam rongga dada. Paruparu terdiri atas paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan berukuran lebih besar dibandingkan dengan paru-paru kiri. Hal itu disebabkan paru-paru kanan terdiri atas 3 buah gelambir, sedangkan paru-paru kiri terdiri atas 2 buah gelambir. Udara yang masuk melalui hidung, kemudian melewati pangkal tenggorokan. Dari pangkal tenggorokan udara masuk ke tenggorokan (trakea). Di dalam dada, trakea bercabang menjadi dua yang disebut bronkus. Setiap bronkus menuju ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Bronkus tersusun dari pipa-pipa kecil yang disebut bronkiolus. Pada ujung bronkioli terdapat kantong udara yang disebut alveolus. Alveolus berfungsi sebagai tempat pertukaran gas karbon dioksida (CO2) dan uap air dengan gas oksigen (O2). Setiap kamu bernapas, udara segar yang mengandung oksigen masuk ke paru-paru. Oksigen kemudian diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Pada waktu yang bersamaan, karbon dioksida dikeluarkan dari dalam tubuh melalui paru-paru. Tubuh manusia memerlukan asupan oksigen. Oksigen digunakan untuk melepaskan energi dari makanan. Energi tersebut dimanfaatkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan. METODE PENELITIAN Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian Subjek penelitian adalah 27 orang siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas V SDN 011 Kuaro Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser. Penelitian dilaksanakan tanggal 17 Oktober 2013 (siklus I) dan tanggal 24 Oktober 2013 (siklus II). Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif, dimana penulis selaku peneliti melakukan tindakan dan teman sejawat bertindak sebagai observer. Penelitian ini terdiri atas empat komponen utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dilakukan tes akhir hasil belajar pada setiap siklus.
Gambar 1. Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Siklus I Siklus I ini secara terperinci akan dipaparkan sebagai berikut ini : Adapun model ini terdiri dari 4 komponen penelitian yang perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, observasi, dan refleksi. 573
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
1. Perencanaan Pada tahap observasi dan wawancara di sekolah, peneliti dapat menyimpulkan beberapa perencanaan tindakan yang akan dilakukan dalam menangani kendala yang ada di sekolah tersebut terutama permasalahan di kelas V. Oleh karena itu, peneliti telah merencankan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Berikut ini merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu : (1) penyusunan rencana pembelajarn ( RPP ) yang sesuai dengan model pembelajaran Quantum Learning melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar, dan (2) penyusunan dan penyiapan soal test, persiapan sarana belajar. Penyusunan dan penyiapan lembar observasi kegiayan proses belajar mengajar di kelas V. 2. Pelaksanaan Tindakan ( action) Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Learning seperti yang telah direncanakan sebelumnya di dalam RPP. Tindakan ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Adapun rincian pelaksanaan tindakanya adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Pendahuluan. Guru melakukan apersepsi dengan pertanyaan pada materi model-model pembelajaran. Memberi pertanyaan kepada siswa tentang cakupan materi dari model-model pembelajaran b. Kegiatan Inti Mentraasfer jawaban siswa dalam bentuk peta konsep. Memperbaiki peta konsep yang belum terstruktur menjadi terstuktur. Setelah peta konsep jadi, membeti tugas kepada siswa untuk membuat peta konsep secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi. Menjadi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa kerja kelompok untuk membuat peta konsep. Guru keliling untuk memberi penjelasan jika ada kelompok yang bertanya selama siswa menyusun peta konsep. Wakil-wakil kelompok maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Sementara itu kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dan masukan. Menjelaskan tentang materi yang belum dipahami siswa c. Kegiatan akhir Memberikan masukan tentang hasil pekerjaan siswa. Postest. Memberi kesempatan siswa untuk memberi masukan tentang cara pmbelajaran yang dilakukan guru sebagai evaluasi pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Observasi Pengamatan atau popular dengan sebutan observasi ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar berlangsung di kelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati jalanya proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dari pengamatan ini peneliti mampu menyimpulkan kendala yang dialami oleh siswa tentang tingkat pemahaman mereka pada pelajaran IPA yang disampaikan oleh guru. Sedangkan penampilan guru ketika sedang mengajar atau melaksanakan pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan pengamatan kinerja guru dengan menggunakan lembar supervisi guru yang dilakukan oleh supervisor 2, sehingga segala hal yang menyangkut materi dapat terekam secara optimal. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Pada refleksi I kegiatan penelitian membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah dan sebelum guru menggunakan model pembelajaran Quantum Learning dalam menentukan bentuk-bentuk keragaman di Indonesia. Bila hasil kurang memuaskan, penulis akan menyempurnakan rancangan pembelajaran secara optimal. Hal ini dijadikan sebagai dasar perbaikan dalam perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus II.
574
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Siklus II Siklus II dapat dilakukan setelah pemahaman siswa dari siklus I terdeteksi dan siklus II ini digunakan guna memperbaiki Siklus I. Siklus II ini juga memiliki beberapa tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. 1. Perencanaan Pada tahap observasi dan wawancara di sekolah, peneliti dapat menyimpulkan beberapa perencanaan tindakan yang akan dilakukan dalam menangani kendala yang ada di sekolah tersebut terutama permasalahan di kelas V. Oleh karena itu, peneliti telah merencankan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Berikut ini merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu : (1) Penyusunan rencana pembelajarn ( RPP ) yang sesuai dengan model pembelajaran Quantum Learning melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar, dan (2) Penyusunan dan penyiapan soal test, LKS, persiapan sarana belajar. Penyusunan dan penyiapan lembar observasi kegiayan proses belajar mengajar di kelas V. 2.
Pelaksanaan Tindakan ( action) Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Learning seperti yang telah direncanakan sebelumnya di dalam RPP. Tindakan ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Adapun rician pelaksanaan tindakanya adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Pendahuluan Guru melakukan apersepsi dengan pertanyaan pada materi model-model pembelajaran. Memberi pertanyaan kepada siswa tentang cakupan materi dari model-model pembelajaran 2. Kegiatan Inti Mentraasfer jawaban siswa dalam bentuk peta konsep. Memperbaiki peta konsep yang belum terstruktur menjadi terstuktur. Setelah peta konsep jadi, membeti tugas kepada siswa untuk membuat peta konsep secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi. Menjadi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa kerja kelompok untuk membuat peta konsep. Guru keliling untuk memberi penjelasan jika ada kelompok yang bertanya selama siswa menyusun peta konsep. Wakil-wakil kelompok maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Sementara itu kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dan masukan. Menjelaskan tentang materi yang belum dipahami siswa 3. Kegiatan akhir Memberikan masukan tentang hasil pekerjaan siswa. Postest. Memberi kesempatan siswa untuk memberi masukan tentang cara pmbelajaran yang dilakukan guru sebagai evaluasi pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Observasi Pengamatan atau popular dengan sebutan observasi ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar berlangsung di kelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati jalanya proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dari pengamatan ini peneliti mampu menyimpulkan kendala yang dialami oleh siswa tentang tingkat pemahaman mereka pada pelajaran IPA yang disampaikan oleh guru. Sedangkan penampilan guru ketika sedang mengajar atau melaksanakan pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan pengamatan kinerja guru dengan menggunakan lembar supervisi guru yang dilakukan oleh supervisor 2, sehingga segala hal yang menyangkut materi dapat terekam secara optimal. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.
575
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Pada refleksi II kegiatan penelitian membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah dan sebelum guru menggunakan model pembelajaran Quantum Learning dalam menentukan bentuk-bentuk keragaman di Indonesia. Bila hasil kurang memuaskan, penulis akan menyempurnakan rancangan pembelajaran secara optimal. Hal ini dijadikan sebagai dasar perbaikan dalam perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Teknik Analisis Data Sesuai dengan jenis rancangan penelitian yang dipakai di sini, yaitu penelitian tindakan kelas (classroom action research), maka teknik analisis data yang relevan dan yang diterapkan adalah teknik analisis deskriptif-kualitatif. Dengan teknik ini maka data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian akan disortir, dikelompokkan dan disederhanakan untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk prosentase atau tabel distribusi. Dari situ kemudian dilakukan penafsiran dan pemaknaan secara kualitatif dalam bentuk seperti, tinggi-rendah, tuntas-tidak tuntas, aktiftidak aktif, baik-kurang baik, dan lain sebagainya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara rinci analisis data dilakukan dalam tahap-tahap berikut, yaitu : Penyajian data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. (Milles & Huberman, 1997). Data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar dipaparkan secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif yaitu dijelaskan dan disajikan dalam bentuk tabel dan kalimat sederhana. Analisis data kuantitatif menggunakan statistik deskriptif (persentase). Persentase Persentase digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar dari nilai dasar ke siklus I, dari siklus I ke siklus II, dengan menggunakan rumus :
Persentase
a x 100% b
(Sudjana, 2002)
Keterangan : a = jumlah siswa yang tuntas b = jumlah siswa seluruhnya Untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa dapat mengetahui dengan menganalisa data berupa nilai tugas kelompok dan nilai tes pada setiap siklus dengan menggunakan rumus :
NK
tg 2UH 3
HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Penelitian ini dilaksanakan di SDN 011 Kuaro semester I tahun pembelajaran 2013/2014. Siswa yang dikenakan tindakan adalah siswa kelas V yang berjumlah 27 siswa. Dari 27 siswa tersebut kemudian dibagi menjadi 5 kelompok dimana setiap kelompok beranggotakan sebanyak 4 siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada pertemuan I dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum learning sedangkan pertemuan II digunakan untuk pemberian tes untuk melihat hasil berlajar di setiap siklus. Hasil Observasi Hasil observasi diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer (teman sejawat). Hasil observasi yang tercatat selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus pertama terdiri dari aktivitas siswa dan aktivitas guru. Aktivitas siswa dinilai cukup, karena ratarata skor aktivitas siswa bernilai 3. dan aktivitas guru dinilai cukup karena rata-rata skor aktivitas guru bernilai 3. Hasil observasi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil observasi siklus I
No
Aspek Pengamatan 1
1
Aktifitas Siswa 1. Perhatian siswa
Skor 2 3
576
3
Ratarata 3
Keterangan 1: Sangat Kurang 2: Kurang
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
2
2. Partisipasi siswa 3. Pemahaman siswa 4. Kerjasama siswa Aktifitas Guru 1. Penyajian Materi 2. Kemampuan memotivasi siswa 3. Pengelolaan kelas 4. Pembimbingan guru terhadap siswa
3 2 3
2 2 3
3 3
3 3 2 5
3 5
3: Cukup 4: Baik 5: Sangat Baik 3
Sumber : Hasil Penilaian Hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus kedua didapatkan aktivitas siswa dinilai cukup, karena rata-rata skor aktivitas siswa bernilai 3 dan aktivitas guru dinilai baik karena rata-rata skor guru bernilai 4. Hasil observasi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Hasil Observasi siklus II
No 1 1. 2. 3. 4. 2 1. 2. 3. 4.
Aspek Pengamatan Aktifitas Siswa Perhatian siswa Partisipasi siswa Pemahaman siswa Kerjasama siswa Aktifitas Guru Penyajian Materi Kemampuan memotivasi siswa Pengelolaan kelas Pembimbingan guru terhadap siswa
1
Skor 2
Ratarata
4 4 4 4
4 3 5 4
4
4 4
4 3
4
3 5
4 4
Keterangan 1: 2: 3: 4: 5:
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Sumber : Hasil Penilaian Hasil Evaluasi Pada akhir pembelajaran pertemuan ke dua setiap siklus yaitu sekitar 20 menit siswa diberikan evaluasi tes tertulis yang terdiri dari 5 soal. Rata – rata skor siswa pada setiap siklus disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Pada Setiap Siklus
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nilai Sebelum 40 40 60 40 40 60 40 40 60 40 60 60 20 40 60 60 60
Nama Siswa Ady supyandi Amanda MUthia Febrianty Ananda Radinal Ari Assydatina Fatimah Danang Bagus Saputra Della Adhyanti Agustin Doni Setiawan Muhammad Bobby Purwanto M. Muchlis Sarif Allzuhro Muhammad Yunus Ari M. Rizal Hakiky Raden Bagus Bimo Oktavianto Ratna Nursanty Rangga Setiawan Rosita Dewi R. Muhammad Hasvito H. W Satria Arya Pratama
577
Nilai Setelah Siklus I 60 60 80 60 60 60 60 60 60 60 60 60 40 60 60 60 60
Nilai Setelah Siklus II 80 80 100 80 80 80 80 80 80 80 80 80 60 80 80 80 80
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Sigit Sugiono Saputra Sundari Safnas Nurintan Thio Naufal Hardianto Umar Said Sherly Anji Novitasari Rahmawati Vina septiana Selvi Yolanda M. Amirudin Alfaruq Jumlah Nilai Rata-rata kelas Sumber : Hasil Penilaian
40 60 40 50 40 60 60 50 60 60 1.340 49,63
60 60 60 70 60 70 70 60 70 70 1.670 61,85
80 80 80 90 80 90 100 80 90 90 2.220 82,22
Rata-Rata
82,22 61,85 49,63
Sebelum perbaikan
Siklus I
Siklus II
Grafik 1. Nilai Rata-rata Siswa pada topik alat pernapasan pada manusia
Deskripsi Persiklus Dari data nilai IPA siswa sebelum pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran quantum learning dapat diperoleh hasil nilai minimum 20; nilai maksimum 60; dan rata-rata 49,63. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel perbaikan nilai yang dicapai siswa sebelum dan setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tiap siklusnya diperoleh gambaran bahwa pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran quantum learning nilai minimum 40; dan nilai maksimum 80; dan rata-rata 61,85 dan pada siklus II dengen menerapkan metode demonstrasi nilai minimum 60; dan nilai maksimum 100; dan rata-rata 82,22 Pada siklus I dijumpai 6 dari 27 siswa dinyatakan telah mencapai ketuntasan hasil belajar secara individual dengan KKM 70. Hal ini menunjukkan bahwa siklus I belum dikatan tuntas secara klasikal sehingga harus dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus II). Pada siklus ke II di jumpai 26 orang siswa dari 27 siswa dinyatakan telah mencapai hasil ketuntasan hasil belajar secara individual. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa setelah siklus ke II ketuntasan siswa telah mencapai kesempurnaan.
Hasil Pelaksaan Tindakan Siklus I 1. Perencanaan Peneliti sebagai guru kelas mempersiapkan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dalam penelitian ini peneliti menyiapkan lembar observasi, menyiapkan materi pelajaran serta mempersiapkan media belajar, latihan setiap akhir pelajaran dan alat-alat yang diperlukan 578
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
selama pembelajaran berlangsung. Adapun kegiatan perencanaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: (a) Dalam pembelajaran ini menerapkan model pembelajaran quantum learning pada topik alat pernapasan pada manusia, (b) Mempersiapkan materi pelajaran dan latihan setiap akhir pelajaran yaitu pada topik alat pernapasan pada manusia, (c) Mengembangkan materi dan tujuan pembelajaran dalam bentuk teks dan latihan soal, (d) Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan dengan baik, dan (e) Merencanakan waktu. 2. Pelaksanaan Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran. Adapun pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a) Guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran, (b) Guru menjelaskan dan mengenalkan kepada siswa tentang pembelajaran menerapkan model pembalajaran quantum learning dengan media belajar, sehingga siswa memahami tujuan dari pembelajaran, (c) Guru menjelaskan secara garis besar materi pada topik alat pernapasan pada manusia, (d) Siswa diberi latihan dalam bentuk lisan maupun teks tertulis, dimana secara lisan guru menyampaikan topik alat pernapasan pada manusia dan siswa menjawab dengan menuliskan jawabannya di papan tulis, (e) Selama siswa mengerjakan latihan soal, guru mengarahkan dan membantu jika ada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan soal, (f) Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara bergiliran satu persatu menuliskan jawabannya di papan tulis, (g) Guru mengarahkan siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang belum dipahami, dan (h) Guru memberikan tugas per individu untuk dikerjakan di rumah. 3. Observasi Selama melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan.rekan peneliti yang sudah ditunjuk sebagai pengamat yang mengamati selama pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada siklus I dapat diketahui bahwa selama kegiatan belajar mengajar perlu perbaikan pada aktivitas guru.Disebabkan antusias siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan sehingga kelas menjadi lebih ribut karena siswa bersuara semua. Dalam hal ini guru masih merasa kewalahan dalam menghadapi siswa. Adapun kendala yang terjadi selama pembelajaran pada siklus I adalah: (a) Beberapa siswa yang belum memiliki buku paket, (b) Beberapa siswa masih ada yang tidak hadir, sehingga nantinya ada beberapa siswa yang ketinggalan pelajaran, (c) Karena antusiasnya siswa belajar menerapkan model pembelajaran quantum learning sehingga kelas menjadi ribut, sedangkan guru belum bisa mengatasinya, dan (d) Beberapa siswa masih belum paham topik alat pernapasan pada manusia. Cara mengatasi kendala-kendala yang terjadi pada siklus I agar tidak terjadi lagi pada siklus II adalah: (a) Guru harus dapat mengatasi apabila terjadi keributan dalam kelas, (b) Perlunya bimbingan ke masing-masing siswa agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan, (c) Melaksanakan pembelajaran remedial terhadap siswa yang tidak hadir pada siklus I, dan (d) Memberi pinjaman buku paket pada siswa yang tidak memiliki buku paket. 5. Hasil belajar Siklus I Dari hasil pengamatan teman sejawat pada siklus I terdapat 6 siswa yang dapat menuntaskan materi pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda dengan nilai ≥ 70, rata-rata kelas 61,85. Hasil belajar siklus I belum berhasil karena nilai rata-rata siswa minimal 70. Dari hasil tes akhir siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan dokumen nilai yang diperoleh dari ulangan sebelumnya.Dilihat dari nilai rata-rata sudah dikatakan baik karena soal tes akhir siklus I materinya masih mudah tetapi peneliti dan observator belum merasa puas dengan hasil yang dicapai sehingga peneliti dan observator sepakat untuk melanjutkan ke siklus II. 579
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Siklus II 1. Perencanaan Peneliti sebagai guru kelas mempersiapkan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dalam penelitian ini peneliti menyiapkan lembar observasi, menyiapkan materi pelajaran serta mempersiapkan media belajar, latihan setiap akhir pelajaran dan alat-alat yang diperlukan selama pembelajaran berlangsung. Adapun kegiatan perencanaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: (a) Dalam pembelajaran ini menggunakan metode demonstrasi pada topik alat pernapasan pada manusia, (b) Mempersiapkan materi pelajaran dan latihan setiap akhir pelajaran yaitu alat pernapasan pada manusia, (c) Mengembangkan materi dan tujuan pembelajaran dalam bentuk teks dan latihan soal, (d) Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan dengan baik, dan (e) Merencanakan waktu. 2. Pelaksanaan Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran. Adapun pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a) Guru melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran, (b) Guru menjelaskan dan mengenalkan kepada siswa tentang pembelajaran dengan model pembelajaran quantum learning dengan media belajar, sehingga siswa memahami tujuan dari pembelajaran, (c) Guru menjelaskan secara garis besar materi alat pernapasan pada manusia, (d) Siswa diberi latihan dalam bentuk lisan maupun teks tertulis, dimana secara lisan guru menggambarkan alat pernapasan pada manusia kemudian siswa menjawab dengan menuliskan jawabannya di papan tulis, (e) Selama siswa mengerjakan latihan soal, guru mengarahkan dan membantu jika ada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan soal, (f) Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara bergiliran satu per satu menuliskan jawabannya di papan tulis, (g) Guru mengarahkan siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang belum dipahami, dan (h) Guru memberikan tugas per individu untuk dikerjakan di rumah. 3. Observasi Selama melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan.rekan peneliti yang sudah ditunjuk sebagai pengamat yang mengamati selama pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada siklus II dapat diketahui bahwa selama kegiatan belajar mengajar telah mengalami perbaikan pada aktivitas siswa maupun guru. Tes akhir pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. 5. Hasil belajar Siklus II Dari hasil pengamatan teman sejawat pada siklus II terdapat 26 orang siswa dari 27 siswa yang dapat menuntaskan materi alat pernapasan pada manusia dengan nilai ≥ 70, rata-rata kelas 82,22. Dari hasil tes akhir siklus II peneliti dan observator berkesimpulan bahwa tidak perlu lagi melaksanakan tindakan selanjutnya karena keberhasilan yang diperoleh melebihi 85% dari jumlah siswa. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Dalam penelitian ini, guru menerapkan model pembelajaran quantum learning berdasarkan solusi yang ditawarkan peneliti untuk memperbaiki ketuntasan belajar siswa dan membangkitkan aktifitas siswa dalam belajar. Berdasarkan data-data yang diperoleh pada siklus I, baik kegagalan maupun kelemahankelemahan yang ditemukan selama pelaksanaan pembelajaran, menjadi bahan acuan pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi terhadap fasilitas siswa dan hasil belajar yang belum mencapai kriteria yang ditetapkan maka dilanjutkan pada siklus II dengan menetapkan langkah-langkah membantu siswa melalui memperbanyak model-model pembelajaran, guru memaksimalkan memantau dan membimbing siswa secara keseluruhan, meningkatkan pengelolaan kelas, 580
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
meningkatkan manajemen waktu dan penyempurnaan fase pelatihan lanjutan. Dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran IPA dengan topik alat pernapasan pada manusia nilai yang diperoleh siswa pada siklus I sangat tidak memuaskan yang nilai rataratanya hanya 61,85 dan dinyatakan belum tuntas. Dinyatakan sudah tuntas apabila hasil penguasaan siswa pada materi pada materi pembelajaran siswa mencapai ≥ 85%. Peneliti sebagai pendidik merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang tidak begitu memuaskan. Pada pertemuan siklus II peneliti menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi khususnya model pembelajaran quantum learning. Ternyata hasil yang diperoleh siswa jadi meningkat dengan nilai rata-rata 82,22. Oleh sebab itu tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dari gambaran hasil belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya, memberikan keyakinan kuat bahwa model pembelajaran quantum learning cocok digunakan dalam pembelajaran IPA terutama pada topik alat pernapasan pada manusia. . Dengan demikian model pembelajaran quantum learning dapat meningkatkan ketuntasan belajar IPA pada topik alat pernapasan pada manusia siswa kelas V SDN 011 Kuaro. KESIMPULAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 011 Kuaro pada Mata Pelajaran IPA pada Topik Alat Pernapasan pada Manusia melalui Model Pembelajaran Quantum Learning telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Dari tindakan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I, dan II yaitu berturut-turut sebesar 61,85 dan 82,22. Adapun saran-saran yang dapat peniliti berikan setelah melaksanakan penelitian, antara lain: (1) Disarankan kepada guru IPA bahwa dalam menerapkan Model Pembelajaran quantum learning dengan persiapan matang, (2) Bagi siswa supaya lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran, dan (3) Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, diperlukan penelitian lebih lanjut dan cermat dari pihak sekolah DAFTAR PUSTAKA Anni, Catharina, Tri, dkk, Dra, M.Pd. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press. Bambang Sudibyo, http: //educationesia.blogspot.com /2012/11/ cara-meningkatkan-prestasibelajar.html http://tetap-belajar.blogspot.com/2013/06/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html Joyce, B. dan Well, M. 1986. Models of Teaching. Englewood, N.J, Prentice-Hall. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. _______. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugandi, Achmad, Drs, M.Pd. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT UNNES Press. Suharyono, dkk. 1991. Strategi Mengajar I. Semarang : IKIP Semarang. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia. Sumanto. 2002. Pembahasan Terpadu Statistika dan Metode Riset. Yogyakarta: Andi Yogjakarta. S.Rositawaty-Aris Muharam. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas V Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Pusat Perbukukan Departemen Pendidikan Nasional. Wardani, IGK, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Isjoni. 2007. Cooperative Learning : Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Ismail. 2003a. Media Pembelajaran (Tipe-Tipe Pembelajaran). Jakarta: Direktorat Pendidikan lanjutan Pertama. Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Masidjo, I. 2004. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Nasution, S. 2002. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara. Prayitno, E. 2003. Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Lanjutan Pertama. 581
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Roestiyah. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Sardiman, A.M. 1994. Interaksi dan Belajar Mengajar. Bumi Aksara : Jakarta. Saukah, A., dkk. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. _______. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN INPRES AMBIA. Royen Hard Rumegang dan Opsan Makaheming Guru SDN Inpres Ambia dan Kepala SDN Inpres Ambia Abstrak: Dalam meningkatan hasil belajar guru harus menentukan strategi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga guru harus melakukan seuatu kajian penelitian sebagai perbaikan penyelesaian masalah pada proses pembelajaran.Salah satu upaya adalah melakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas dengan prinsip dasarnya yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi (Kemis dan Mc Taggart, 1988 dalam Taniredja, Pujiati, 2010:24).Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division pada mata pelajaran IPA yang di fokuskan pada masalah pemahaman dan peningkatan hasil belajar siswa pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup sehingga keberhasilan pembelajaran itu dapat dicapai dengan baik.Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VI SDN Inpres Ambia dengan jumlah 12 siswa.Dari tindakan yang dilaksanakan pra siklus ke siklus I ke siklus II ternya hasil belajar siswa semakin meningkat. Pada pra siklus siswa yang tuntas 41,7 %, yang belum tuntas 58,3 %. Pada siklus I siswa yang tuntas 83,3 %, yang belum tuntas 16,7 %. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas mengalami kenaikan 91,7 %, siswa yang belum tuntas menjadi 8,3 %. Ketuntasan belajar pada siklus I dan siklus II mengalami kenaikan 8,3 %, dimana pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 83,3 % dan pada siklus II menjadi 91,3 % dan masih ada 1 siswa yang belum tuntas atau 8,3 % dari seluruh siswa.Berdasarkan pada hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Kata Kunci: STAD, IPA, Hasil Belajar
Upaya peningkatan mutu pendidikan senantiasa dicari, diteliti dan diupayakan melalui kajian berbagai komponen pendidikan, seperti perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, bahanbahan instruksional, system penilaian, manajemen instruksional, seminar pendidikan, proses belajar mengajar termasuk sarana atau fasilitas belajar lainnya. Kualitas pembelajaran harus lebih ditingkatkan khususnya pada strategi dan metode pembelajaran yang efektif lebih memberdayakan potensi siswa. Salah satu upaya dalam perbaikan mutu pendidikan adalah adanya figur guru yang memiliki empat kompetensi dasar dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Mulyasa, 2009 (dalam Taniredja, Dkk, 2010:11) mengemukakan empat kompetensi tersebut adalah Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian Guru dituntut mampu memberikan bekal kemampuan dasar kepada muridnya sehingga mereka mampun mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan umat manusia yang memiliki bekal, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Salah satu upaya yang ditempuh oleh seorang guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran secara efaktif akan membantu proses belajar
582
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
mengajar pada hakekatnya dapat meningkatkan efektifittas dan efisiensi proses belajar mengajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas, guru perlu menentukan menggunakan model pembelajaran khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memungkinkan timbulnya interaksi edukatif yang efektif antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Hal ini dapat mempengaruhi proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dalam segala aktivitas belajar. Melalui penggunaan model pembelajaran anak dapat belajar lebih aktif. Aktivitas belajar anak akan bergantung pada model pembelajaran bervariasi yang digunakan oleh guru. Dengan demikian proses pembelajaran yang berlangsung aktif dan menyenangkan dan bukan sebaliknya yang menyebapkan motivasi belajar siswa makin menurun. Seperti pada SDN Inpres Ambia sesuai dengan pengalaman peneliti selama mengajar disekolah tersebut bahwa nilai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diperoleh siswa kelas VI masih sangat memprihatinkan. Dari 12 siwa hanya terdapat 5 orang siswa yang memenuhi standar yang ditetapkan dalam Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan 7 siswa lainnya masih kurang atau belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan oleh rendahnya minat belajar siswa tidak memperhatikan materi, suka bercakap-cakap, suka bermain saat pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru monoton bercerama samapi selesai pembelajaran, siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran misalnya diskusi kelompok jarang dilaksanakan. Artinya pembelajaran yang dilaksanakan bersifat konvensional yakni ceramah dan pemberian tugas. Beberapa masalah inilah yang menjadi kendala dalam meningkatkan hasil belajar pada proses pembelajaran IPA di Kelas VI SDN Inpres Ambia. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti akan melaksanakan suatu kajian penelitian untuk mengungkapkan permasalahan tersebut dan mencari solusinya. Maksudnya peneliti memilih kelas VI SDN Inpres Ambia sebagai wahana penelitian juga sebagai wali dikelas tersebut. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas untuk memahami materi yang akan diajarkan sebagai peningkatan hasil belajar siswa. Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti mengkhususkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, maka model yang dimaksud adalah model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Dengan demikian, dari penjelasan di atas dapat diyakini bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat diharapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup.Berpijak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division pada Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Inpres Ambia”.Yang menjadi bahan kajian penelitian adalah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VI SDN Inpres Ambia. Berdasarkan uraian latar belakang fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahannya sebagai berikut ; “Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas VI SDN Inpres Ambia?”. Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk Melaksanakan suatu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Inpres Ambia di sementer 1 tahun ajaran 2014-2015. KAJIAN TEORITIK Model pembelajaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembelajaran agar pembelajaran itu berjalan dengan efektif dan efisien. Dibawah ini beberapa pandangan ahli tentang model pembelajaran : 583
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Menurut Nana Sudjana (1989), “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah pada diri seseorang”. Ngalim Purwanto. 1990, mengemukkan.“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingka laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, dan keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).” Dalam Udin S. Winaputra (2008), mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai model pembelajaran di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang tersusun secara sistematis sehingga tercipta perubahan perilaku individu yang baik dan menciptakan pembelajaran yang aktif di dalam kelas yaitu antara guru dan siswa terjadi umpan balik sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu atau memfasilitasi siswa dalam mempelajari atau mengalami suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks. Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997: 21) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu ; (a) Penyajian Kelas, (b)Menetapkan siswa dalam kelompok, (c) Tes dan Kuis, (d) Skor peningkatan individual (e) Pengakuan kelompok. Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21)cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan.Kelebihan sebagai berikut ; (a) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes bak, (b) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya, (c) Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis. Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut; (a) Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet, (b) Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas, (c) Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif. Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahankelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik. 584
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Cece Rahmat, 2001) hasil belajar dalam rangkah studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu : rana kognitif (intelektual), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan) Menurut Gagne (Sumantri, 2001:14) hasil belajar adalah (a) ketrampilan intelektual (b) stategi kognitif untuk berpikir dan memecahkan masalah (c) informasi verbal atau nyata (d) ketrampilan untuk menulis, membaca, mengetik, dll (e) Sikap dan nilai yang dimiliki seseorang. Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Dalyana.S. 2011), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat Individu yang sedang belajar pada akhirnya akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar. Sebagai contoh individu yang sebelumnya tidak tahu, menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, hasil yang diperoleh ini yang disebut hasil belajar.Hasil belajar ini digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan di atas, jelas bahwa dalam proses belajar yang dilakukan oleh individu pada akhirnya akan memperoleh hasil. Hasil yang diperoleh siswa berupa perubahan kearah yang lebih baik seperti dari sebelumnya ia tidak tahu menjadi tahu setelah individu tersebut mengalami proses belajar. Perubahan yang diperoleh individu setelah belajar berupa perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Menurut peneliti hasil belajar adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukannya merupakan perubahan tingkah laku yang telah diperoleh melalui kegiatan secara aktif.Pembelajaran yang memungkinkan adanya perolehan hasil belajar yang baik yaitu dengan pembelajaran yang dirancang agar siswa dengan sendirinya atau secara mandiri menemukan konsep dan hubungan antar konsep, membangun konsep-konsep yang berhubungan dengan materi sehingga setelah pembelajaran selesai siswa dengan mudah menyelesaikan masalah yang sesuai dengan materi yang telah diajarkan. Pembelajaran IPA bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara konseptual saja, bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses pemahaman dan pembinaan konsep. Melalui kurikulum KTSP diharapkan pola pembelajaran yang disampaikan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.Menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dan melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah (Subianto, 1990:28). Pada gilirannya siswa aktif dalam belajar karena pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari dengan bantuan media sebagai sumber belajar siswa. Konsep Kegiatan manusia yang dapat membedakan ciri-ciri khusus makhluk hidup dalam KTSP 2006 Standar Kompetensi: Memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya. (1) Kompetesi Dasar : Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek, dll) dan lingkungan tempat hidupnya. (2) Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus,tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan tempat hidupnya. Di dalam KTSP IPA SD tahun 2006 indikator adalah acuan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Acuan ini bukan sesuatu yang mutlak dilaksanakan, hal ini disebabkan pembelajaran lebih menekankan pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya belajar siswa”, bukan “apa yang akan dipelajari” Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain. Sejalan dengan hasil belajar, maka dapat diartikan bahwa hasil belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA. METODE Menurut Mulyasa, 2009 : 89-90 (dalam Taniredja, 2010 : 20-21) secara umum tujuan penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar serta kualitas 585
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dan model yang digunakan adalah model proses Kemis dan Mc Taggart, 1988 (dalam Arikunto, 2010 : 16). Purwadi (dalam Sodikin, dkk. 2002: 10) menyatakan bahwa : “penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu mengelolah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar”. Dalam penelitian ini, prinsip dasar penelitian yang digunakan dimulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observing) dan refleksi (reflection).Adapun alur pelaksanaan tindakan mulai dari awal sampai dengan penelitian berakhir dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 1. Alur PTK menurut Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2010: 16)
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tesebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus. Jadi satu siklus adalah tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. (Arikunto, 2009: 17-21); Dengan demikian Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan untuk memperbaiki/meningkatkan mutu suatu pembelajaran. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes. 1. Teknik Observasi Pelaksanaan observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk melihat tahapan-tahapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh guru dan siswa.Pada pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk melaksanakan obsevasi tersebut. 2. Teknik Tes Tes merupakan metode pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang (Mulyatyningsi, 2011: 55).Teknik tes pada penelitian ini yaitu tes awal dan tes akhir pembelajaran.Teknik tes awal dilaksanakan pada awal pembelajaran dan teknik tes akhir dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar soal. 3. Angket Angket merupakan alat pengumpulan data yang memuat sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh subjek penelitian (Mulyatyningsi, 2011: 60).Kuesioner atau angket dapat mengungkap banyak hal sehingga dengan waktu singkat diperoleh banyak data/keterangan. Kisi-kisi instrument pengumpulan data modelpembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA dapat dilihat pada tabel berikut ini :
586
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Mata Pelajaran IPA
Indikator
Aktivitas siswa selama pembelajaran IPA dalam bab Ciriciri Khusus Makhluk Hidup menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a. Kesiapan siswa b. Menanggapi apersepsi c. Memperhatikan dan mencatat informasi dari guru. d. Kerjasama siswa e. Bersemanagat dalam kerja kelomook f. Melaporkan hasil diskusi g. Disiplin dalam mengikuti pelajaran h. Ketepatan dalam mengerjakan tugas
Siswa Catatan Lapangan Foto
Lembar obsevasi, dan catatan lapangan.
Aktifitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a. Menyiapkan pra pembelajaran. b. Pelaksanaan kegiatan awal c. Menyajikan materi d. Penggunaan media e. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok. f. Memberikan LKS. g. Pelaksanaan kegiatan akhir a. Kemampuan siswa memahami pembelajaran IPA b. Kemampuan anak mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari
Foto Catatan lapangan
Lembar observasi, catatan lapangan
Siswa
Tes, angket, skala sikap, dan lembar observasi
Kemampuan siswa dalam memahami materi
Sumber Data
Instrumen
Variable
Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.Data yang diperoleh dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian. Selanjutnya untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan penulis disajikan secara bertahap sesuai urutan siklus yang telah dilaksanakan, adapun prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut. 587
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
1. Seleksi Data Data yang telah terkumpul dari hasil observasi selama kegiatan penelitian maka diadakan penyeleksian data yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian. 2. Klasifikasi Data Data yang terkumpul berdasarkan penyeleksian, diklasifikasikan berdasarkan urutan logis untuk disajikan secara sistematis berdasarkan urutan siklus. 3. Prosentase Data Tahap akhir dari teknik analisis data, dilakukan prosentase data bagi data yang telah terkumpul beradasarkan klasifikasi melalui analisis berikut : a. Hasil Tes Analisis hasil tes pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan beberapa teknik, diantaranya : 1) Penskoran Pedoman penskoran yang dilakukan sesuai dengan standar nilai untuk setiap soal. Soal yang diberikan, masing-masing diberi bobot sama atau berbeda tergantung pada tingkat kesulitan soal. 2) Menghitung rata-rata Untuk menghitung nilai rata-rata awal dan akhir tes dihitung dengan menggunakan 𝑥 rumus :𝑥 = dimana x = rata-rata hitung, 𝑥 = jumlah skor keseluruhan dan N 𝑁 = jumlah siswa atau banyaknya data (Rahayu 2011). 3) Menghitung presentase Menghitung presentase jumlah siswa yang tuntas (KKM) pada mata pelajaran IPA yaitu 70 diformulasikan sebagai berikut :𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 = 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢 𝑖 𝐾𝐾𝑀 x 100% 𝑁 b. Hasil Observasi Hasil observasi dianalisis dan dihitung presentase pencapaiannya sebagai berikut : 1) Menghitung keterlaksanaan pembelajaran Adapun cara menghitung presentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus % 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛 =
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
Kemudian untuk menginterpretasikan berdasarkan kategori pada tabel 2.
x 100%(Yuliati, 2011).
keterlaksanaanya
dapat
ditentukan
Tabel 2. Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Presentase (%)
Interpretasi
80 – 100
Sangat baik
60 – 79
Baik
40 – 59
Cukup
21 – 39
Kurang
0 – 29
Sangat kurang
(Syah, dalam Yuliati, 2011) 2) Menghitung kemampuan efektif siswa Data hasil belajar efektif siswa diolah dengan menghitung skor total hasil belajar efektif setiap jenjangnyadan menhitung presentasi ketercapaian belajar efektif siswa dengan rumus : % 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙 x 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
588
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Tabel 3.Interpretasi Hasil Belajar Efektif Siswa
Presentase (%)
Interpretasi
80 – 100
Sangat baik
60 – 79
Baik
40 – 59
Cukup
21 – 39
Kurang
0 – 29
Sangat kurang
(Ridwan, s. 2013: 13 dalam Kristiana, 2012) 3) Menghitung kemampuan psikomotor siswa Data ini dihitung dengan rumus : % 𝑝𝑠𝑖𝑘𝑜𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑝𝑠𝑖𝑘𝑜𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙 x 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑝𝑠𝑖𝑘𝑜𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
Tabel 4.Interpretasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa
Presentase (%)
Interpretasi
80 – 100
Sangat baik
60 – 79
Baik
40 – 59
Cukup
21 – 39
Kurang
0 – 29
Sangat kurang
(Ridwan, s. 2013: 13 dalam Kristiana, 2012) c. Angket Pengisian angket dilakukan setelah mereka mengerjakan pos tes.Hasil angket dijadikan sebagai bahan refleksi pada pembelajaran yang dijabarkan secara deskriptif. SEBELUM PERBAIKAN Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti menemukan permasalahan bahwa hasil belajar 60% siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA khususnya materi ciri-ciri khusus pada hewan dibawah KKM.Hal ini ditunjukan oleh rekapitulasi ulangan harian siswa. Sebagian siswa masih mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti mengadakan Pra siklus dengan data sebagai berikut : 1. Nilai rata-rata yang diperoleh sebelum perbaikan sebagai berikut:
=
589
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang 730
= 12 = 60,83 Keterangan : 𝑥 : rata-rata hitung 𝑥 : jumlah skor keseluruhan N : jumlah siswa atau banyaknya data 2. Hasil perhitungan ketuntasan klasikal sebagai berikut: Ketuntasan belajar Klasikal =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒 𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
X 100%
730
= X 100% 12 = 60,83 %
3. Hasil perhitungan ketuntasan individu sebagai berikut: Ketuntasan belajar individu = =
5 12
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
X 100%
X 100%
= 41,7 % Tabel 5. Aktivitas Belajar Antar Siswa Pra Siklus
Jumlah Skor Pengamatan
Persentase (%)
76
41,7
Nilai ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas VI dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Ketuntasan Belajar Pra Siklus Mata Pelajaran IPA Kelas VI SDN Inpres Ambia Semester I Tahun Pelajaran 2014-2015
No.
Skor Ketuntasan
Jumlah Siswa
Persent ase
1.
≥ 70 (Tuntas)
5
41,7
2.
< 70 (Belum Tuntas)
7
58,3
Jumlah
12
100%
Dari tabel 6 dapat diketahui siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau KKM ≥ 70 hanya 5 siswa (41,7%), dan siswa yang belum tuntas atau < 70 sebanyak 7 siswa (58,3%). Dari data di atas, menunjukan rendahnya skor rata-rata kelas hanya mencapai 58,3 % dan masih di bawah KKM 70. Hal ini di tunjukan pada diagram 2.
590
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
15 10 5 0
12 orang 7 orang 5 orang
Diagram 2. Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Inpres Ambia Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015
Dari ketuntasan belajar yang masih rendah, maka penelitiakan melakukan sebuah penelitian tindakan kelas sesuai dengan prosedur penelitian yang telah diuraikan sebelumnya. HASIL SIKLUS I Hasil tes yang telah dilaksanakan pada hari selasa tanggal 12 Agustus 2014 dengan jumlah soal 5 (soal uraian) dipresentasikan sebagai berikut : Rata-Rata Aktivitas
=
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
100
= 12 = 8,33 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 8,33 x 100 % = 69,42 % 12
Prosentase = =
x 100 %
Tabel 7. Aktivitas Belajar Antar Siswa Siklus I
Jumlah Skor Pengamatan
Persentase (%)
106
69,42
Hasil persentase aktivitas belajar siswa dengan guru adalah 8,83dengan persentasenya 73,58 % sehingga menurut skala persentasenya baik. Namun masih ada yang perluh dibenahi seperti kurang respon siswa terhadap pertanyaan yang diberikan dan mungkin takut untuk menjawab karena takut salah. Hasil persentasi aktifitar belajar siswa dengan guru dapat diuraikan berikut ini : Rata-Rata Aktivitas =
106 12
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
= 8,83
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 8,83 x 100 % = 73,58 % 12
Prosentase = =
=
x 100 %
Tabel 8. Aktivitas Belajar Siswa Dengan Guru Siklus I
Jumlah Skor Pengamatan
Persentase (%)
591
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
69,42
106
Untuk skor ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 9 berikut. Tabel 9.Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I Model Pembelajaran Kooperatis Tipe STAD Kelas VI SDN Inpres Ambia Semester I tahun Pelajaran 2014/2015
Skor Ketuntasan
Jumlah Siswa
Presentase (%)
≥ 70 (Tuntas)
10
83,3
< 70 (Belum Tuntas)
2
16,7
Jumlah
12
100%
Dari data diatas, pembelajaran yang dilakukan dikelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukan perubahan yang signifikan. Buktinya pada pelaksanaan pra-siklus nilai ketuntasan mencapai 41,7 % setelah diadakan perbaikan pada siklus I ketuntasan belajar meningkat. Hal ini dapat ditunjukan dengan diagram 3.
15 10 5 0
12 Orang 2 Orang 10 Orang
Diagram 3. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I Model Pembelajaran Tipe STAD Siswa Kelas VI SDN Inpres Ambia Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015
Pada diagram 3 dapat dilihat hasil pembelajaran pada siklus I mengalamai peningkatan, namun pembelajaran pada siklus I masih perlu diadakan perbaikan. Karena masih ada 2 (16,7) siswa yang nilainya masih dibawah KKM (< 70). Hal ini belum memuaskan peneliti.Oleh karena itu, masih diperlukan perbaikan pembelajaran siklus II. HASIL SIKLUS II Pada pelaksanaan siklus II merupakan perbaikan pembelajaran siklus I. Pada dasarnya pelaksanaan siklus II memiliki prinsip kerja yang sama juga langkah-langkah pembelajaran yang sama dengan pelaksanaan tindakan siklus I. Peneliti memperbaiki semaksimal mungkin pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan materi Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Tumbuhan agar hasil belajar siswa kelas VI lebih baik lagi pada mata pelajaran IPA. Hasil pengamatan tentang siswa antara lain hampir semua siswa memahami konsep Ciri-ciri Khusus Pada Tumbuhan melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Dari pembelajaran siklus II ini, dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah maksimal dilaksanakan ini dapat diketahui melalui keberhasilan yang telah dicapai menurut skala persentase termasuk baik. Rata-Rata Aktivitas =
109 12
=
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
= 9,08
592
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 9,08 x 100 % = 75,67 % 12
Persentase = =
x 100 %
Tabel 10.Aktivitas Belajar Antar Siswa Siklus I
Jumlah Skor Pengamatan
Persentase (%)
109
75,67
Hasil persentasi aktifitar belajar siswa dengan guru adalah 9,50 dengan persentase 79,17 dapat diuraikan berikut ini : Rata-Rata Aktivitas =
106 12
Persentase = =
=
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
= 9,50
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
9,50 12
x 100 %
x 100 % = 79,17 % Tabel 11.Aktivitas Belajar Siswa Dengan Guru Siklus I
Jumlah Skor Pengamatan
Persentase (%)
114
79,17
Dari pembelajaran siklus II diuraikan antara lain, pelajaran diikuti siswa dengan baik, keseluruhan siswa memahami penjelasan bersama dengan contoh dari guru, kegiatan belajar kelompok juga berjalan dengan baik, siswa saling berkolaborasi mencari dan menentukan informasi tentang Ciri-ciri Beberapa Jenis Tumbuhan. Hal ini dibuktikan oleh sebagian besar siswa dapat menyelesaikan soal evaluasi materi Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Tumbuhan dan mendapat nilai diatas KKM.Hal ini dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas VI SDN Inpres Ambia Semester I Tahun Pelajaran 2014/205
Skor Ketuntasan
Jumlah Siswa
Presentase (%)
≥ 70 (Tuntas)
11
91,7
< 70 (Belum Tuntas)
1
8,3
Jumlah
12
100%
Dari data diatas, skor ketuntasan belajar siswa pada siklus I hanya mencapai 83 % dan stelah dilaksanakan siklus II mencapai 91,7 %. Hal ini dapat dilihat pada diagram 4.3. Berikut ini adalah diagram 3 yang menjelaskan gambaran ketuntasan belajar siswa pada siklus II.
593
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
15 10 5 0
12 Orang 1 Orang 11 Orang
Diagram 4. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas VI SDN Inpres Ambia Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015
PEMBAHASAN Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus ke siklus I ke siklus II ternya semakin meningkat. Pada pra siklus siswa yang tuntas 41,7 %, yang belum tuntas 58,3 %. Pada siklus I siswa yang tuntas 83,3 %, yang belum tuntas 16,7 %. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas mengalami kenaikan 91,7 %, siswa yang belum tuntas menjadi 8,3 %. Ketuntasan belajar pada siklus I dan siklus II mengalami kenaikan 8,3 %, dimana pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 83,3 % dan pada siklus II menjadi 91,3 % dan masih ada 1 siswa yang belum tuntas atau 8,3 % dari seluruh siswa. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan STAD memiliki gagasan utama yaitu memotivasi siswa untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain dan menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru, dengan tujuan mempercepat pemahaman materi yang diajarkan yaitu Ciri-ciri KhususMahkluk Hidup. Memang benar apa yang dikatakan oleh Soekanto, (dalam Nurulwati, 2010:10) bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. KESIMPULAN Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa : (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Inpres Ambia, (2) Siswa menjadi aktif saat menyapaikan dan menanggapi pendapat teman dan berani bertanya apabila dia belum paham, (3) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa bekerja sama dalam kelompok belajar di kelas. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam upaya perbaikan Proses Belajar Mengajar (PBM), serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, ada beberapa hal yang perlu disampaikan antara lain: (1) Guru hendaknya membina dan mengembangkan penggunaan model-model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat melibatkan siswa secara utuh, artinya terlibat dari awal sampai akhir pembelajaran, (3) Disamping langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran yang harus dikuasai, juga alat peraga yang diperlukan perlu dipersiapkan, karena alat peraga mampu menjembatani pemahaman siswa. DAFTAR PUSTAKA Ahmat Sabri. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Ciputat: PT. Ciputat Press Ari Widodo, Sri Wuryastuti. Dkk. 2007.Pendidikan IPA di SD. Bandung: Upi Press BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi. Djamarah, SB, Dkk. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Reneka Cipta. Etin Solihatiin. 2006. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara 594
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Harun R, Mansyur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima http://.comsearchq/menghitungrata-rata/rahayu 2011&oq.html, 2 Juli 2014 Cooperativie Learning, 2007.Bandung Alfabeta. Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta Lie, A. 2007. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Madya, S. 2007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta Purwanto ,2009. Evaluasi Hasil Belajar, Yoyakarta: Pustaka Pelajar Sudjana, N. 1989.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Offset Sagala Syaiful, 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta Tukiran Taniredja, Dkk, 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru.Bandung: Alfabeta Usman, Moh. Zuber. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
PENERAPAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS POKOK BAHASAN ALAT PERNAPASAN MANUSIA PADA SISWA KELAS V SDK RINTULU AWIT Wisken Sangkong dan Jhon Magenda Guru SDK Rintulu Awit dan Guru SDN Niampak Abstrak. Dalam mencapai Standar Kompetensi pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar, khususnya di SDK Rintulu Awit masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran IPA dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran lainnya. Dari 18 siswa yang tuntas belajar 6 siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran IPA di kelas V SDK Rintulu Awit. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kemmis dan Taggart (dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2009). Hasil persentasi yang di capai pada materi ini adalah 76,6%, karena hasil belum mencapai hasil yang memuaskan maka akan diperbaiki pada siklus yang kedua. Hasil persentasi yang di capai pada materi ini adalah 89,9% dengan hasil yang memuaskan. Pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa. Kata Kunci : Metode Praktikum, Hasil Belajar, Sains
Untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran tersebut maka pada setiap akhir program pengajaran dilakukan evaluasi. Indikator keberhasilan dari pencapaian tujuan pengajaran tersebut adalah kemampuan belajar siswa yang diwujudkan dalam bentuk nilai laporan hasil belajar (rapor) Nilai rapor IPA yang diperoleh siswa dari tahun ke tahun sangat tidak menggembirakan dibandingkan dengan mata pelajaran lain.Hal ini menandakan kualitas pendidikan IPA masih rendah. Penyebab universal masih rendahnya mutu pendidikan IPA yang secara umum dialami oleh siswa adalah kurangnya melakukan praktikumdalam melakukan proses pembelajaran. Penyebabnya diduga karena para guru IPA mengajar berdasarkan asumsi tersembunyi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi tersebut mereka memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala para siswanya (Sadia, 1997:1). Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematika dan pengetahuan sosial. Tidak semua pengetahuan dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dari contoh yang dikemukakan oleh Piaget yaitu pengetahuan sosial seperti nama hari, tanda atom, dan lambang matematika dapat 595
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
dipelajari secara langsung. Tetapi pengetahuan fisik dan logika matematika tidak dapat ditransfer secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa tetapi harus dibangun di dalam pikiran siswa sendiri sebagai usaha keras siswa untuk mengorganisasi pengalaman-pengalamannya dalam hubungannya dengan skema atau struktur mental yang telah ada sebelumnya Dalam mencapai Standar Kompetensi pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar, khususnya di SDK Rintulu Awit masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran IPA dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran lainnya. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar siswa dalam mempelajari konsep-konsep IPA tidak mengalami kesulitan, sehingga standar kompetensi mata pelajaran IPA dapat tercapai dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu penggunaan metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep IPA. Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti mencoba menerapkan metode Praktikumyang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep sistem pernapasan yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran IPA di kelas V SDK Rintulu Awit. KAJIAN TEORITIS IPA (Ilmu Pendidikan Alam) atau sering disebut Sains, dalam bahasa Inggris “Science” mempunyai berbagai macam pengertian. sains merupakan suatu rangkaian konsep-konsep yang berkaitan dan berkembang dari hasil eksperimen dan observasi. Robert B. Sund mengemukakan bahwa sains adalah suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan pengetahuan. Dengan demikian pada hakekatnya sains adalah suatu produk dan proses. Produk sains merupakan fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Proses sains merupakan cara-cara memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berpikir, cara memecahkan masalah dan cara bersikap. Sains dirumuskan secara sistematis, terutama atas pengamatan eksperimen dan induksi. (Reviandri Widyatiningtyas. 2010). Metode praktikum menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 133) yaitu: Metode praktikum diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Pada metode praktikumguru memperlihatkan suatu proses atau kejadian kepada murid atau memperlihatkan cara kerja suatu alat kepada siswa. Pernyataan ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Bahri dan Zain(2006: 91); Metode praktikum memiliki kelebihan dalam proses pemebelajaran yaitu: dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konhkrit, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. Proses pengajaran lebih menarik siswa dirangsang untuk aktif mengamati menyesuaikan antara teori dan kenyataan dan coba untuk melakukannya sendiri. Di sini usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002). Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman (Morgan dkk, 1986). H.C.Witherington, mengemukakan bahwa belajar suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian (dalam Educational Psychology) Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono dkk adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis. Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman 596
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
dalam belajar merupakan pengalaman yang ditujukan pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. METODE Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model spiral. Kemmis dan Taggart (Rochiati Wiriaatmadja, 2009) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan itu serta situasi dimana pekerjaan yang diiakukan oleh guru atau peneliti di dalam situasi sosial dalam rangka meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan serta sosial di dalam pendidikan. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDK Rintulu Awit yang berjumlah 18 orang, laki-laki 11 orang dan perempuan 7 orang, tahun ajaran 2013/12014. Data di analisis dengan perhitungan persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa. Peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan pembelajaran serta hasil belajar ini, dilakukan dengan membandingkan hasil pencapaian belajar pada setiap siklus dengan menggunakan rumus KB = TTtx100% Keterangan : KB = ketuntasan belajar T = jumlah skor yang diperoleh siswa Tt = jumlah skor total Setelah dilakukan perhitungan terhadap persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa, maka selanjutnya dilihat apabila ketuntasan belajar secara klasikal > 85% maka, suatu kelas dapat dikatakan tuntas belajarnya, HASIL SIKLUS I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2014 di kelas V SDK Rintulu Awit dengan jumlah siswa 18 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Table 1. Hasil pembelajaran siswa pada siklus 1
No 1. 2. 3. 4.
Butir Soal
Nama Siswa RP DS IN MT
1 X √ √ √
2 √ √ √ X 597
3 X X √ √
Nilai 4 √ √ √ X
5 X √ √ X
40 80 100 40
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
√ √ √ √ √ √ √ X √ X √ √ √ √
√ √ √ X X √ √ √ X √ X X X √
81,2%
68,8%
MA AB WS JT HT RM JS AS AL YS VS YW SP PL
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16 17 18. Daya serap
X X √ √ √ √ X √ √ X √ √ √ X
√ √ √ X √ X √ √ √ √ √ √ √ √
50% 81,2%
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X
80 80 100 60 80 80 80 80 80 60 80 80 80 60
81,2%
72,5% Dari table di atas dapat diperoleh informasi 1. Dalam soal yang pertama siswa yang berjumlah 18 orang, yang menjawab benar 14 dan yang menjawab salah 4 orang dengan persentasi soal 81,2% (418 x 100 % = 81,2 %) 2. Dalam soal yang kedua siswa yang berjumlah 18 orang, yang menjawab benar 12 dan yang menjawab salah 6 orang dengan persentasi soal 68,8% (1218x 100 % = 68,8 %) 3. Dalam soal yang ketiga siswa yang berjumlah 18 orang, yang menjawab benar 9 dan yang menjawab salah 9 orang dengan persentasi soal 50% (818x 100 % = 50 %) 4. Dalam soal yang keempat siswa yang berjumlah 18 orang, yang menjawab benar 14 dan yang menjawab salah 4 orang dengan persentasi soal 81,2% (1418x 100 % = 81,2 %) 5. Dalam soal yang kelima siswa yang berjumlah 18 orang, yang menjawab benar 14 dan yang menjawab salah 4 orang dengan persentasi soal 81,2% (1418x 100 % = 81,2 %) Jadi hasil persentasi yang di capai pada materi ini adalah 76,6%, karena hasil belum mencapai hasil yang memuaskan maka akan diperbaiki pada siklus yang kedua. 81,2%+68,8%+50%+81,2%5 = 72,5% Hasil Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2013 dikelas V SDK Rintulu Awit dengan jumlah siswa 18 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut. Table 2. Hasil pembelajaran siswa pada siklus II
No 1. 2.
Butir Soal
Nama Siswa RP DS
1 X √
2 √ √
598
3 √ √
Nilai 4 √ √
5 √ √
80 100
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18 DAYA SERAP
IN MT MA AB WS JT HT RM JS AS AL YS VS YW SP PL
√ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ X √ √ √ X 81,2%
√ X √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √
√ √ X √ √ √ √ √ X √ √ X √ √ √ X
87,5% 81,2%
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
100 80 80 100 100 100 100 100 80 80 80 60 100 100 100 60
100% 100%
89,9% Dari table di atas dapat diperoleh informasi 1. Dalam soal yang pertama siswa yang berjumlah 18 orang, yang menjawab benar 14 dan yang menjawab salah 4 orang dengan persentasi soal 81,2% (1418x 100 % = 81,2 %) 2. Dalam soal yang kedua siswa yang berjumlah 18 orang, yang menjawab benar 15 dan yang menjawab salah 3 orang dengan persentasi soal 68,8% (1518x 100 % = 87,5 %) 3. Dalam soal yang ketiga siswa yang berjumlah 18 orang, yang menjawab benar 14 dan yang menjawab salah 4 orang dengan persentasi soal 81,2% (1418x 100 % = 81,2 %) 4. Dalam soal yang keempat siswa yang berjumlah 18 orang, semua menjawab benar dengan persentasi soal 100% (1818x 100 % = 100 %) 5. Dalam soal yang keliama siswa yang berjumlah 18 orang, semua menjawab benar dengan persentasi soal 100% (1818x 100 % = 100 %) Jadi hasil persentasi yang di capai pada materi ini adalah 89,9% dengan hasil yang memuaskan. (81,2%+87,5°10+81,2%+100%+100%) / 5= 89,9%. KESIMPULAN Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut(1) Pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa. (2) Penerapan metode demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan antusiasnya siswa dalam kegiatan pembelajaran dan berminat dengan metode demonstrasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
SARAN Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: (1)Untuk melaksanakan belajar dengan metode demonstrasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. (2) Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh
599
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. DAFTAR RUJUKAN Bahri, dan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta Depdiknas. 2001. KBK. Kurikulum dan Hasil Belajar, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA SD dan Ml. Jakrta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Darmodjo dan Jenny. Kaligis, 1991 Fudyanto, 292: Teori Belajar dan Pembelajaran. HC. Witherington: Educatioal Psychology. Morgan. Dkk, 1986 Piaget.J, 1963, Fsycology of Intellegence. Paterson NJ: Lifflefield dan Adams Sadia. 1997, Pengembangan Model Belajar Konstruktifisme dalam Pembelajaran IPA. Disertasi yang tidak dipublikasikan. Soekanto dan Winataputra. 1997, Teori Belajar dan Pembelajaran. Sumantri dan Permana. 2000, Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud. UU No. 20 Thn 2005. Sistem Pendidikan Nasional. Wiriatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tlndakan Kelas. Bandung PT. Remaja Rosdakarya
PEMANFAATAN WINDOWS MOVIE MAKER DALAM MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MOTIVASI BELAJAR SISWA SMPN 5 MUARO JAMBI Febri Yanti Guru SMPN 5 Muaro Jambi Provinsi Jambi
[email protected] Abstrak : Pendidikan sebagai faktor kunci dalam pembangunan bangsa dan negara. Hal ini berarti bahwa peningkatan mutu pendidikan adalah tantangan paling penting didalam pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia. Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut. Dalam hal peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Guru dituntut lebih kreatif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara mermbuat media pembelajaran sendiri yang lebih kreatif melalui pemanfaatan Windows Movie Maker software yang ada di komputer. Dari hasil angket motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Muaro Jambi pada kelas 7E dapat dilihat bahwa siswa lebih termotivasi belajarnya jika guru memberikan variasi cara penyampaian pembelajaran. 59% siswa lebih menyenangi belajaran menggunakan media pembelajaran khususnya disini adalah menggunakan media video sederhana, 23% motivasi siswa dengan menggunakan buku diktat/LKS, 10% Belajar kelompok/diskusi, 8% belajar sendiri sambil mengerjakan latihan. Sehingga guru tidak hanya memanfaatkan fasilitas yang sudah ada disekolah tetapi juga dituntut berkreasi menciptakan atau membuat sendiri media pembelajaran yang lebih bisa menarik motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. . Kata Kunci : Windows Movie Maker, Pembelajaran IPA, Movasi Belajar
Dalam dunia pendidikan guru sangat berperan aktif dalam peningkatan mutu, salah satunya adalah guru harus kreatif dan inovatif membuat media pembelajaran sendiri dengan 600
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
memanfaatkan teknologi yang berkembang pesat saat ini salah satunya adalah memanfaatkan program yang ada di komputer atau laptop yaitu movie maker. Kita dapat merancang media pembelajaran yang akan kita sampaikan agar lebih menarik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah kita selesai membuat media pembelajaran dengan memanfaatkan program windows movie make yang ada di komputer kemudian kita belajarkan kepada siswa SMP khususnya siswa SMP Negeri 5 Muaro Jambi. Dari pengamatan yang berujuk pada hasil ulangan harian dampak dari penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh signifikan dibandingkan dengan tidak menggunakan media pembelajaran kemudian siswa lebih termotivasi dan tidak bosan dibandingkan dengan tidak menggunakan media dan hanya mengandalkan buku dan lembar kerja siswa saja. Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran (Napitupulu, 2005). Dari berbagai uraian mengenai media dalam hubungannya dengan pendidikan dan pengajaran sebagaimana telah di uraikan diatas nampak jelas peran media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efesien. Media pembelajaran adalah alat atau metode dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan siswa dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam peroses pembelajaran di sekolah, sangat bermanfaat untuk di masyarakatkan. Manfaat lain dari media pembelajaran adalah dapat mempertinggi proses belajar siswa yang pada gilirannya akan mempertinggi prestasi belajarnya. Hamzah (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa alasan berkenaan dapatnya mempertinggi prestasi belajar siswa sebagai berikut. a) Menumbuhkan motivasi belajar. b) Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami dan di kuasai siswa. c) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga punya aktifitas lain seperti mengamati, merumuskan, melakukan, dan mendemonstrasikan. Fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah. 2) Mengamati benda/peristiwa yang sukar di kunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya. 3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar di amati secara langsung karena ukurangnya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantara paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembanngkit listrik, dengan slide dan film, siswa dapat memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebagainya 4) Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya rekaman suara denyut jantung dan sebagainya 5) Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar di amati secara langsung karena sukar di tangkap. Dengan bantuan gambar, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam seranggga, burung hantu, kelelawar dan sebagainya 6) Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. 7) Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar di awetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya 8) Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model, atau photo. Siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya
601
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
9)
Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat di amati hanya dalam waktu beberapa menit 10) Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan video kita dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan 11) Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar di amati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan sebagainya 12) Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat. Dengan diagram, bagan, model. Siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar di amati secara langsung 13) Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat hasil proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video 14) Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu objek secara serempak. Dengan siaran radio atau televis ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan yang disajikan oleh seorang professor dalam waktu yang sama 15) Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai banyak manfaat di antaranya adalah dapat mempertinggikan motivasi dan hasil belajar. WINDOWS MOVIE MAKER Windows movie maker adalah software video editing gratis yang dibuat oleh Microsoft. Program ini telah terintegrasi dengan system operasi windows XP. Terdapat konsep dasar windows movie maker yang harus dipahami sebelum mengedit video. Hal ini bertujuan agar terjadi persamaan persepsi dan pengertian atas istilah-istilah yang nantinya dipergunakan dalam pembahasan. Berikut ini merupakan pengertian dari collection, projects dan movie menu yang terdapat di movie maker. Collections, berisikan clip audio, video clip aau gambar yang kita imfort atau capture dalam windows movie maker. Sebuah collection berpesan sebagai container clip-clip yang akan dimiliki Projects, berisi susunan dan informasi waktu dari video clip,dan audio. Tranasisi video, efek video dan title yang telah ditambahkan ke dalam storyboard maupun timeline. Movie, adalah project final yang disimpan menggunakan movie ke dalam web. Movie yang telah tersimpan dapat dimainkan dalam windows media player serta browser web. Jika diinginkan maka movie dapat pula disimpan dalam DV camera menggunakan koneksi yang tesedia Perangkat capture video dan audio Dalam windows movie maker kita dapat menggunakan berbagai perangkat capture untuk memudahkan rekaman video dan audio kedalam computer. Terdapat dua kategori dasar perangkat capture yaitu perangkat capture video dan perangkat capture audio. Perangkat capture video memiliki fungsi memindahkan rekaman video ke dalam komputer, dalam windows movie maker kita dapat menggunakan berbagai perangkat capture. Menyimpan Movie Ketika telah selesai melakukan wediting pada project dalam windows movie maker maka kita dapat menyimpannya sebagai movie Beberapa Keistimewaan Windows Movie Maker Menurut Suyanto (2003) Jika aplikasi sudah mendukung fasilitas impor maka sudah dipastikan sangat bermanfaat dan akan disukiasi banyak orang. Dalam hal ini Microsoft Windows XP bisa digunakan untuk mengimpor klip video dari camcorder analog atau VCR dengan menggunakan adapter yang murah. Sebagai gambaran fasilitas yang didukung oleh proses ini adalah : 1) Mengimpor video klip dari video kamera digital 2) Menyimpan seluruh koleksi video rumah di kompuer PC 3) Mengatur klip-klip sesuai dengan urutan yang kita inginkan 4) Menggunakan efek fade atau dissolve antar klip 602
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
5) Menangkap gambar diam dari video klip 6) Memberi judul, musik latar belakang, efek suara, dan narasi suara kedalam klip video narasi sudah masuk kedalam Cara Pembuatan Video Pembelajaran Menggunakan Windows Movie Maker Cara membuat video pembelajaran menggunakan windows mavie maker yaitu; Tahap Pertama yaitu mencari gambar, kalau mencari bahan gambar salah satu solusinya bisa memanfaatkan google yang tentunya memilih gambar yang sesuai dengan video pembelajaran yang akan dibuat. Tahap kedua yaitu mencari bahan lagu yang digunakan dalam video, tahap selanjutnya mengimpor lagu ke dalam windows movie maker, tahap selanjutnya gambar dimasukkan kedalam timeline video, tahap selanjutnya edit teks. Jika telah selesai langsung menyimpannya. Langkah pembuatannya adalah sebagai berikut : 1) Bukalah aplikasi Microsoft Windows Movie Maker. Perhatikan gambar di bawah ini, 2) Lalu, impor video yang dibutuhkan. Caranya dengan mengklik tombol Import video yang berada pada section Capture Video di sisi sebelah kiri aplikasi. Pada kotak dialog yang muncul, pilihlah video yang Anda inginkan. Perhatikan gambar di bawah ini!
3) Setelah itu, drag and drop video tersebut ke dalam storyboard yang terletak di bagian bawah aplikasi. Perhatikan gambar di bawah ini! 4) Lakukan langkah ke 2 dan ke 3 untuk video - video yang dibutuhkan selanjutnya
5) Setelah itu, saatnya untuk menambahkan judul dan kredit untuk video yang dibuat kali ini. Caranya klik tombol Make titles or credits pada section Edit Movie . Perhatikanlah gambar di bawah ini!. 6) Karena kita akan membuat judul video terlebih dahulu, maka klik tombol Add title at the beginning of the movie pada pilihan yang muncul.
603
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
7) Lalu tulislah sebuah kalimat pada kotak yang disediakan. Bila sudah, klik tombol Done, add title to movie Perhatikan gambar berikut ini!, 8) dan Maka secara otomatis, judul tersebut akan ditaruh di awal permulaan video yang akan dibuat pada storyboard.
9) Lakukan hal serupa dengan langkah ke- 5 sampai ke-8 untuk menambahkan judul- judul untuk video selanjutnya. 10) Setelah semua judul disisipkan, sekarang saatnya untuk membuat kredit. Caranya yaitu klik tombol Make titles or credits pada section Edit Movie . Lalu, pilih klik tombol Add credits at the end of the movie pada pilihan yang muncul. Setelah itu, tulislah teks pada kotak kotak yang telah disediakan di sana. Perhatikan gambar di bawah ini!
11) Setelah itu, klik tombol Done, add title to movie untuk menambahkan kredit ke dalam video yang akan dibuat ini. Maka secara otomatis, kredit tersebut akan disisipkan ke dalam video tersebut. 12) Setelah semua judul dan kredit telah disisipkan, selanjutnya kita bisa menambahkan video transisi untuk mempercantik video yang akan dibuat ini. Caranya mudah yaitu cukup klik
604
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
tombol View video transitions pada section Edit Movie. Selanjutnya, pilih video transisi yang Anda inginkan. Lalu, drag and drop pada kotak kecil di antara video yang ada pada storyboard. Perhatikan gambar di bawah ini
13) Setelah semua dirasa cukup, maka sekarang saatnya untuk menyimpan video ini.Caranya klik menu File »» Save Movie File... (Ctrl+P). 14) Setelah itu, pilih lokasi tempat untuk video tersebut disimpan. Pada contoh ini, kita akan menyimpannya pada My Computer. klik tombol Next untuk melanjutkan.
15) Setelah itu, tentukan nama dan direktori untuk video ini. Bila sudah, klik tombol Next utuk melanjutkan. Perhatikanlah gambar di bawah ini! 16) Lalu, pilihlah setting untuk video ini. Pada contoh ini, kita akan memakai setting defaultnya saja yaitu test quality for playback on my computer (recommended). Klik tombol Next untuk melanjutkan.
17) Maka seketika itu pula, file video yang dibuat tersebut akan segera disimpan. Perhatikan gambar di bawah ini!.
605
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
18) Bila sudah, klik tombol Finish untuk mengakhiri pembuatan video tersebut. Dengan demikian, berakhirlah sudah seluruh proses pembuatan video menggunakan aplikasi Microsoft Windows Movie Maker. Selanjutnya, Anda bisa mengunggah file video hasilnya ke situs YouTube atau hanya menyimpannya dikomputer.
PEMBELAJARAN IPA Dalam ilmu pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains. Ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Sosial yang menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat. Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sound dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. IPA berupaya membangkitkan motivasi manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan IPA semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan " IPA hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology). Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari IPA. Mendefinisikan IPA secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain. Berdasarkan pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya IPA terdiri atas tiga komponen, 606
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam. MOTIVASI BELAJAR Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berwujud sesuatu yang kongkret atau yang non kongkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Motivasi belajar dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Dimyati, 2006). Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, (iii) tujuan. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru, bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut; (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia diketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut: (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tidak bersemangat; semangat belajarnya timbulnya tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan semangat. (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping yang bersemangat untuk belajar. (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. (4) Memberi peluang guru untuk ’unjuk kerja’ rekayasa pedagogis. PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya. Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan merujuk pada pemikiran Prayitno (1989), di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa 1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. 607
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya. 2)
Membangkitkan minat siswa Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya : o Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu enjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa. o Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelaaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar. o Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain. 3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu. 4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa. Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan. 5. Berikan penilaian. Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. 6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa. Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. PENUTUP HASIL PENGAMATAN Setelah selesai video pembelajaran di buat dan disampaikan kepada siswa di kelas maka siswa diminta mengisi angket terhadap motivasi belajar. Hasil angket yang disebarkan kepada siswa SMP Negeri 5 Muaro Jambi pada kelas 7E didapat data sebagai berikut:
608
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Motivasi Belajar Mengguna Media Pembelajaran (video pembelajaran)
9% 10%
Menggunakan Buku Diktat/LKS belaja
23%
58%
Belajar Kelompok mengerjakan latihan Belajar Sendiri Sambil Mengerjakan Latihan
Dari hasil angket motivasi belajar dapat dilihat bahwa siswa lebih termotivasi belajarnya jika guru memberikan variasi cara penyampaian pembelajaran. 59% siswa lebih menyenangi belajaran menggunakan media pembelajaran khususnya disini adalah menggunakan media video sederhana, 23% motivasi siswa dengan menggunakan buku diktat/LKS, 10% Belajar kelompok/diskusi, 8% belajar sendiri sambil mengerjakan latihan. Motivasi sebagai faktor utama dalam belajar yakni berfungsi menimbulkan, mendasari, dan menggerakan perbuatan belajar. Menurut hasil pengamatan melalui observasi langsung,bahwa kebanyakan siswa yang besar motivasinya akan giat berusaha,tampak gagah,tidak mau menyerah, serta giat membaca untuk meningkatkan hasil belajar serta memecahkan masalah yang dihadapinya. Sebaliknya mereka yang memiliki motivasi rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pembelajaran yang akibatnya siswa akan mengalami kesulitan belajar. Motivasi menggerakan siswa, mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan siswa. Mempelajari motivasi maka akan ditemukan mengapa siswa berbuat sesuatu karaena motivasi siswa tidak dapat diamati secara langsung, sedangkan yang dapat diamati adalah manifestasi dari motivasi itu dalam bentuk tingkah laku yang nampak pada siswa setidaknya akan menjadi mendekati kebenaran apa yang menjadi motivasi siswa bersangkutan. Mengingat pentingnya motivasi dalam hal peningkatan hasil belajar maka banyak yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi dalam belajar, di SMPN 5 Muaro Jambi, guru selalu ingat betapa pentingnya memberikan alasan-alasan kepada siswa mengapa siswa-siswa itu harus belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk berprestasi dengan sebaikbaiknya serta sering menjelaskan kepada siswa-siswanya tentang apa yang diharapakan dari mereka selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Seorang guru juga mengusahakan agar siswa-siswanya mengetahui tentang jangka pendek dan jangka panjang dari pelajaran yang sedang diikutinya dengan adanya memberikan pengetahuan secara umum dari penerapan pelajaran tersebut.Di SMPN 5 Muaro Jambi juga tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai, misalnya tentang fasilitas perpustakaan, media-madia pembelajaran, dan alat peraga yang memadai.tidak hanya itu saja guru juga dituntut berkreasi menciptakan atau membuat sendiri media pembelajaran yang lebih bisa menarik motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. .
609
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Gambar 1. Siswa Memperhatikan Video Pembelajaran dengan seksama
Gambar 2. Antusias Siswa saat pembelajaran berlangsung
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan wndows movie maker dalam membuat pembelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SMPN 5 Muaro Jambi SARAN Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka penulis memberikan beberapa saran bagi pembaca sebagai berikut: 1) Bagi Guru diharapkan dapat menggunakan, memanfaatkan, atau membuat sendiri media pembelajaran dalam mengajarkan materi pelajaran IPA. Namun demikian, guru juga dapat menggunakan model-model pembelajaran lainnya untuk mengajarkan pelajaran IPA agar suasana pembelajaran lebih bervariasi dan menyenangkan agar siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2) Bagi Kepala Sekolah diharapkan agar dapat terus mendukung dengan baik mengenai proses pembelajaran yang berlangsung dengan cara menyediakan fasilitas belajar yang memadai khususnya media pembelajaran untuk melakukan percobaan atau uji coba dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lain pada umumnya. 3) Bagi Penulis diharapkan untuk dapat lebih mempersiapkan diri dalam melakukan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan sampai pada penarikkan kesimpulan agar tujuan penelitian dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. DAFTAR RUJUKAN Dimyati, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Hamzah 2007. Model Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara Napitupulu, 2005. Pemanfaatan Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran Berbasis ELearning. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 7 : 1 – 19. UNJ Prayitno, E. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta : PPLPTK Depdikbud Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Andi. Yogyakarta
610
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
KURIKULUM 2013 DENGANPENDEKATAN SAINTIFIK PADA PELAJARAN IPA DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII C SMP NEGERI 3 SANGGAU Ida Fitriyati SMP Negeri 3 Sanggau
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada peserta didik di kelas VIII C SMP Negeri 3 Sanggau Kabupaten Sanggau. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Taggard yang terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Di dalam tindakan yang dilakukan adalah dengan penerapan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik yang baru berlaku di tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 3 Sanggau.Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus.Pengambilan data dengan melakukan pengamatan dan tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I nilai rata – rata pengetahuan sebesar 2,9, keterampilan 3,5, perubahan sikap peserta didik 44% baik (B), 56% baik sekali (BS) dan siklus II pengetahuan sebesar 3,4, keterampilan 3,7, perubahan sikap peserta didik 38% baik (B), 62% baik sekali (BS). Penerapan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas VIII C SMP Negeri 3 Sanggau Kabupaten Sanggau. Kata kunci: Kurikukulum 2013 dengan pendekatan saintifik, peningkatan hasil belajar IPA
SMP Negeri 3 Sanggau adalah salah satu sekolah yang merupakan sekolah menengah pertama yang terdapat di kota Kabupaten sanggau yang terletak di kecamatan kapuas. Secara geografis SMP Negeri 3 Sanggau terletak di pinggiran kota Kabupaten Sanggau. Berdasarkan data yang terdapat di tata usaha serta observasi ke masyarakat bahwa anak – anak yang sekolah di SMP Negeri 3 Sanggau berasal dari anak – anak yang tinggal di desa sekitarnya, termasuk desa yang terdapat di seberang sungai Kapuas. SMP Negeri 3 Sanggau bertujuan mendidik peserta didiknya untuk dapat dibanggakan baik dalam bidang akademik sampai dengan bidang ekstrakulikuler, akan tetapi kenyataan dilapangan hampir 80% anak – anak SMP Negeri 3 Sanggau dalam bidang akademik masih kurang, termasuk dalam pelajaran IPA. Hal ini dapat di lihat dari ketercapaian hasil belajarnya masih ada yang di bawah KKM yaitu dengan nilai 2,5 predikat B - . Berdasarkan hasil pre test yang dilakukan sebelum melakukan penelitian tindakan kelas rata – rata nilai kelas anak VIII C sebesar 2,4 dimana hasilnya dibawah dari nilai KKM yaitu sebesar 2,5. Kelas VIII C terdiri dari anak – anak yang yang berasal dari berbagai Sekolah dasar yang ada di desa yang ada di sekitar SMP Negeri 3 Sanggau, sehingga di dalam kelas ada berbagai tipe sifat anak dan berbagai macam kemampuan belajar siswa ditambah ada 1 peserta didik yang tinggal kelas. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 3 Sanggau, hampir 80% pembelajaran IPA pada kurikulum KTSP dilakukan metode ceramah dimana yang menyebabkan peserta didik tidak banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga anak menjadi pasif dan sangat kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berpartisipasi secara total, materi pelajaran lebih cenderung pada aspek ingatan sehingga bagi anak yang mempunyai kemampuan ingatan yang kurang akan kesulitan untuk mengikuti pembelajaran serta proses pelajaran ada dalam otoritas guru. Seiring dengan perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pihak pemerintah Indonesia pada tahun ajaran 2013/2014 dengan menyebutkan sebagai “Pengembangan Kurikulum” yaitu kurikulum 2013 yang merupakan penyempurnaan terhadap kurikulum yang dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Perubahan kurikulum 2013 berwujud pada: a) kompetensi kelulusan adalah konstruksi holistic, didukung oleh semua materi atau mapel, teintegrasi secara vertical maupun horizontal, b) materi
611
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
pembelajaran dikembangkan berbasis kompetensi sehingga memenuhi aspek ketersesuaian dan kecukupan, kemudian mengakomodasi conten local, nasional dan internasional, c) proses pembelajaran mencakup:1) berorientasi pada karakteristik kompetensi yaitu sikap: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan ; keterampilan: mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyajikan, dan mencipta ; pengetahuan: mengetahui, memahami, menerapkan, menanalisis, mengevaluasi dan mencipta; 2) menggunakan pendekatan saitifik, karakteristik sesuai jenjang, dimana SMP tematik terpadu khusus pelajaran IPA dan IPS ; 3) mengutamakan discovery Learning dan projeck Based Learning.d) Penilaian mencakup: berbasis tes dan non tes (Portofolio), menilai proses dan output dengan menggunakan authentic assessment, rapor memuat penilaian kuantitatif tentang pengetahuan dan diskripsi tentang sikap dan keterampilan kecukupan. Dalam rekonstruksi penilaian kurikulum 2013 mencakup: kompetensi sikap yaitu sikap spiritual (KI-1) untuk mencapai insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sikap social (KI-2) untuk mencapai insan yang berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis, bertanggungjawab; kompetensi pengetahuan (KI-3) untuk mencapai insan yang berilmu; kompetensi keterampilan (KI-4) untuk mencapai insan yang cakap dan kreatif. Kurikulum 2013 mengusung adanya keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangun soft skills dan hard skills peserta didik. Pembelajaran IPA di kurikulum 2013 menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Adapun tujuan pelajaran IPA di SMP agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) meningkatkan keyakinan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan Nya; 2) mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari ; 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat ; 4) melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta komunikasi; 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam; 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Pada tahun ajaran 2014/2015 di SMP Negeri 3 Sanggau juga diberlakukanlah kurikulum 2013 pada kelas VII dan kelas VII, sehingga guru IPA di SMP negeri 3 Sanggau juga melaksanakan kurikulum 2013 yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dimana dalam proses pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik. Dalam pendekatan saintifik atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (induktif reasoning) dibanding dengan penalaran deduktif (deductivereasoning). Metode ilmiah merujuk pada teknik – teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengkoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Menurut Permendikbud no. 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas 5 pengalaman belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirincikan sebagaimana berikut: a. Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning) yang bermanfaat memenuhi rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Adapun langkah – langkah mengamati dalam pembelajarannya sebagai berikut: - menentukan objek apa yang akan diobservasi - membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi - menentukan secara jelas data – data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder - menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi
612
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
-
menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan lain – lain.
b. Menanya Kegiatan menanya dalam kurikulum 2013 diharapkan akan muncul dari peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan untuk mendapatakan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Kegiatan menanya juga tidak diungkapkan, tetapi dapat saja ada dalam pikiran peserta didik dan guru harus memberikan kesempatan mereka mengungkapkan pertanyaan. Pertanyaan yang baik adalah: singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki focus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi. c. Mengumpulkan data / eksperimen (mencoba) Kegiatan pembelajaran dalam mengumpulkan data/eksperimen antara lain: - melakukan eksperimen - membaca sumber lain selain buku teks - mengamati objek/ kejadian/ aktivitas - wawancara dengan narasumber untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substantik yang sesuai. Peserta didik harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah untuk memecahkan masalah – masalah yang dihadapi sehari – hari. d. Mengasosiasi/ Mengolah Informasi Dalam kegiatan ini terdapat kegiatan penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta – fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah asosiasi dalam pembelajaran ini merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. e. Mengkomunikasikan Dalam kegiatan ini dapat dilakukan pembelajaran kolaboratif yang esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, peserta didik yang harus aktif berinterkasi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing – masing. Kurikulum 2013 mempunyai keunggulan, menurut ( Imas Kurinasih, S.Pd & Berlin Sani, 2013) diantaranya: 1. siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif 2. adanya penilaian dari semua aspek ( nilai kesopanan, religi, praktek, sikap, pengetahuan dan lain – lain ) 3. munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. 4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. 5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan dan pengetahuan. 6. Banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodelogi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan. 7. Sangat tanggap dengan fenomena dan perubahan sosial.
613
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
8. Standar penilaian mengarah pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan secara proposional. 9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala. 10. Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pembahasan sudah tersedia. 11. Sifat pembelajaran sangat kontekstual 12. Meningkatkan motivasi mengajar dengan kompetensi profesi, pedagogi, social dan personal. 13. Buku, dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk mebaca dan menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar. Selain keunggulan, kurikulum 2013 juga mempunyai kekurangan , menurut ( Imas Kurinasih, S.Pd & Berlin Sani, 2013) diantaranya: 1. guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa dikelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru. 2. Banyak sekali guru – guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific 4. Kurangnya keterampilan guru merancang RPP 5. Guru tidak banyak menguasai penilaian authentic 6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru dan banyak guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini. 7. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013. 8. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjasi factor penghambat. 9. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik. 10. Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar disekolah terlalu lama. Kekurangan pada kurikulum 2013 ini masih bisa diatasi atau diminimalkan dengan kerja keras guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 ini sesuai dengan tahapannya dengan banyak – banyak berlatih lagi. Keunggulan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dan kewajiban untuk menerapan kurikulum 2013 di tahun ajaran 2014/2015 inilah yang menjadi inspirasi untuk diterapkkan di Kelas VIII C SMP Negeri 3 Sanggau melalui penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar IPA di kelas VIII C SMP Negeri 3 Sanggau dan diharapkan dapat melaksanakan kurikulum 2013 dengan baik serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Negeri 3 Sanggau. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.Dalam Dasna, (2013), penelitian tindakan kelas sebagai bentuk kajian kelas yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan (guru atau pendidik) untuk meningkatkan kemantapan rasional dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan – tindakan yang dilakukannya dan memperbaiki praktik – praktik pembelajaran yang dilakukan (guru atau pendidik). Penelitian ini menggunakan 2 siklus.Model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model dari Kemmis dan Taggard yang terdiri dari tahapan – tahapan:(1)perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) refleksi. Dasna (2013) mengemukakan pada tahap perencanaan sudah menyiapkan hal – hal: 1) menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan tindakan yang dipilih; 2) bahan ajar yang diperlukan dalam pembelajaran termasuk lembar kerja siswa (LKS); 3) alat evaluasi seperti quis dan tes; 4) media pembelajaran yang diperlukan; 5) lembar observasi untuk 614
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
mengamati keterlaksanaan RPP dan perubahan yang terjadi pada siswa ketika belajar (keaktifan, rekaman pertanyaan, dll). Dasna (2013) juga mengemukakan, Pada tahap tindakan (pelaksanaan) guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Sebagaimana umumnya, guru akan mulai dengan kegiatan membuka pelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada tahap inilah partisipasi guru dalam peneliti diterapkan. Guru sebagai pengajar juga melakukan pengumpulan data dengan mencatat kejadian – kejadian penting yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat tindakan ini jugalah di lakukan pengumpulan data yang berupa quiz. Pada tahapan refleksi inilah dilakukan evaluasi atas pelaksanaan tindakan yang telah dijalankan serta mencari pemecahan atas kendala yang dihadapi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah yang pertama penemuan masalah yang terjadi di kelas, setelah itu perencanaan tindakan I untuk siklus I, selanjutnya pelaksanaan tindakan I dan pengumpulan data tindakan I. Setelah didapat data tindakan I dilanjutkan dengan refleksi tindakan I. Dari hasil siklus I direncanakan tindakan II pada siklus II, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan II dan pengumpulan data II. Hasil dari pelaksanaan tindakan II dan pengumpulan data II di lakukan refleksi tindakan II. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII C SMP Negeri 3 Sanggau Kabupaten Sanggau.Penelitian ini dilakukan pada bulan juli – Oktober 2014 pada semester 1 tahun ajaran 2014/2015.Materi IPA yang digunakan dalam pembelajaran adalah sistem gerak pada makhluk hidup dan benda, serta rangka, otot dan pesawat sederhana. Pengumpulan data penelitian di lakukan menggunakan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik.Analisis data dilakukan dengan metode deskripsi analisis sederhana berupa rata – rata dan persentase yang menggunakan data yang sudah didapat pada saat penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian didapat dari pengamatan pada saat pembelajaran yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik dengan pengambilan nilai sikap, keterampilan dan pengetahuan dilaksanakan pada saat pembelajaran. Siklus I Pada saat perencanaan peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 1, lembar kerja siswa (LKS) 1, instrument penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan, media pembelajaran yang akan digunakan pada siklus 1. Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan pada bulan agustus sampai petengahan September 2014 di kelas VIII C SMP Negeri 3 Sanggau dengan jumlah peserta didik 32 orang. Peneliti merupakan guru di kelas tersebut.Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat pada saat perencanaan tindakan I dimana pengumpulan data penelitian di lakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I. Pada tahap refleksi dilakukan analis data yang didapat pada saat pelaksanaan tindakan I dengan tujuan supaya peneliti dapat mengetahui keberhasilan pembelajaran IPA yang dilakukan pada siswa kelas VIII C. Hasil dari analisis data yang didapat pada siklus pertama siswa yang tuntas pada penilaian pengetahuan sebanyak 91 % dengan nilai rata – rata kelasnya sebesar 2,9,penilaian keterampilan sebesar 3,5 , penilaian sikap semua peserta didiknya 44% baik (B), 56% sangat baik (SB).
Gambar I. Peserta didik melakukan pengamatan putri malu pada kegiatan siklus I
615
Gambar 2. Peserta didik sedang berdiskusi tentang Hukum I Newton
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Pada saat refleksi juga didapat data masih ada peserta didik yang belum tuntas pada penilaian pengetahuan sebanyak 3 orang. Hal ini disebabkan karena peserta didik belum terbiasa dengan kurikulum 2013, pembagian anggota kelompok belum merata sesuai kemampuan serta belum tersedianya buku siswa pada masing – masing peserta didik sehingga sumber belajar siswa jadi terbatas.Dari kekurangan inilah dijadikan panduan untuk merencanakan pembalajaran siklus ke II. Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus ke I, peneliti merencanakan pembelajaran siklus II dengan menyiapkan perangkat pembelajaran diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) lengkap dengan instrumen – instrumen penilaian sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan, lembar kerja siswa (LKS) yang diperlukan, media – media pembelajaran yang diperlukan dalam setiap pembelajaran serta fotocopyan buku siswa dibagikan kepeserta didik. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam kurun waktu pertengahan bulan September sampai bulan oktober 2014 di kelas VIII C SMP Negeri 3 Sanggau.Dengan jumlah peserta didik sebanyak 32 orang.Pelaksanaan pembelajaran dan penilaian dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan. Pengumpulan data dilaksanakan pada saat pelaksanaan tindakan II berlangsung dan pelaksanaan penilaian sikap juga dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah direncanakan pada siklus II dimana dalam kurikulum 2013, penilaian sikap peserta didik diluar sekolah juga termasuk didalam penilaian. Setelah tindakan II dilaksanakan, diperolah data penelitian yang digunakan sebagai bahan refleksi untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil dari analis data yang didapat dari pembelajaran siklus II peserta didik yang tuntas pada penilaian pengetahuan sebanyak 100% dengan rata – rata kelas 3,4, penilaian keterampilan sebesar 3,7, penilaian sikap sebanyak 38% Baik (B), 62% peserta didik sangan baik (SB). Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran dengan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik peserta didik kelas VIII C SMP Negeri 3 Sanggau Kabupaten Sanggau menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, semangat belajar peserta didik menjadi lebih tinggi karena lebih banyak melakukan praktek, memberikan perubahan sikap yang lebih baik pada beberapa peserta didik yang diwaktu kelas VII bermasalah, serta hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari KKM yang telah ditentukan yaitu dengan nilai 2,5 predikat B-. Gambar 3. Salah satu peserta didik melakukan praktikum pembuatan sekrup sederhana pada pembelajaran siklus II
Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran dengan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik peserta didik kelas VIII C SMP Negeri 3 Sanggau Kabupaten Sanggau menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, semangat belajar peserta didik menjadi lebih tinggi karena lebih banyak melakukan praktek, memberikan perubahan sikap yang lebih baik pada beberapa peserta didik yang diwaktu kelas VII bermasalah, serta hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari KKM yang telah ditentukan yaitu dengan nilai 2,5 predikat B-. Pembelajaran dengan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik pada materi gerak pada makhluk hidup dan benda serta rangka, otot dan pesawat sederhana mengalami peningkatan nilai rata – rata kelas pada penilaian pengetahuan sebesar 0,5, penilaian
616
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
keterampilan sebesar 0,2 serta perubahaan pada penilaian sikap peserta didik menjadi 62% menjadi sangat baik (SB). Rata – rata hasil belajar IPA pada peserta didik pada siklus pertama dan siklus ke dua penelitian ditunjukan pada grafik dibawah ini:
4 3
Pengetahuan
2
Keterampilan
1
Sikap
0 Siklus I
Siklus II
Penerapan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dalam pengetahuan dan keterampilan serta adanya perubahan sikap peserta didik dalam pembelajaran karena peserta didik mengetahui bahwa kurikulum 2013 penilaian sikap juga di masukkan dalam raport. Hal ini sudah sesuai dengan salah satu karakteristik kurikulum 2013 yaitu adanya keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangun soft skills dan hard skills peserta didik di jenjang SD, SMP, SMA/SMK dan perguruan tinggi seperti yang diungkapkan Marzano (1985) dan Bruner (1960) dalam modul pelatihan implementasi kurikulum 2013. Aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA yaitu gerak pada makhluk hidup dan benda serta rangka, otot dan pesawat sederhana menggunakan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik menunjukan peserta didik lebih aktif dalam melaksanakan pengumpulan data melalui pengamatan atau percobaan, berani dalam mengemukan pendapat dalam masing – masing kelompok, lebih terbiasa dalam mempresentasikan hasil pengamatan atau diskusi kedepan kelas dan dalam pembuatan laporan, menghargai pendapat teman – teman dalam satu kelompok, serta yang paling penting juga adanya perubahan sikap peserta didik dalam proses pembelajaran. Kurikulum 2013 juga membuat guru lebih terbiasa dalam merencanakan penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan lengkap dengan instrumen – instrumen penilaiannya.Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru juga membimbing siswa untuk melaksanakan percobaan dan diskusi.Guru juga membimbing peserta didik dalam menarik kesimpulan setiap akhir pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain kelebihan, kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik pada penelitian ini juga ada kekurangan yaitu banyaknya materi yang harus dipahami peserta didik, belum terbiasanya peserta didik dalam menghubungkan materi Fisika ke materi biologi. PENUTUP Pembelajaran IPA dengan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dengan memperbanyak pengamatan dan percobaan dalam pembelajarannya serta ketersediaan sumber belajar yang banyak dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.Peningkatan tersebut ditunjukkan pada hasil belajar IPA yang tuntas pada siklus I pada penilaian pengetahuan sebesar 91%, nilai rata – rata kelas 2,9 , nilai terendah 2,3 dan tertinggi 4, penilaian keterampilan sebesar 100%, nilai rata – rata kelas 3,5, nilai terendah 3,1 dan tertinggi 3,9 serta penilaian sikap 44% baik (B) dan 56% baik sekali (SB). Siklus II nilai yang tuntas pada penilaian pengetahuan sebesar 100%, nilai rata – rata kelas 3,4, nilai terendah 2,7 dan tertinggi 3,9 ,penilaian keterampilan sebesar 100%, nilai rata – rata kelas 3,7, nilai terendah 2,8 dan tertinggi 4serta penilaian sikap 38% baik (B) dan 62% baik sekali (SB). Penerapan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam melaksanakan pengumpulan data melalui pengamatan atau percobaan, berani dalam mengemukan pendapat dalam masing – masing kelompok, lebih terbiasa dalam mempresentasikan hasil pengamatan atau diskusi kedepan kelas dan dalam pembuatan laporan,
617
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
menghargai pendapat teman – teman dalam satu kelompok, serta yang paling penting juga adanya perubahan sikap peserta didik dalam proses pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Dasna, I W. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: Kerjasama PT.Pertamina (Persero) dengan Universitas Negeri Malang Kurinasih, I., Sani, B. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan.Surabaya ; Kata pena Zubaidah, S., Mahanal, S., Yuliati, L. Sigit, D. 2013.Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII.Jakarta: Pusat kurikulum dan pembukuan,litbang, kemdikbud Zubaidah, S., Mahanal, S., Yuliati, L. Sigit, D. 2013.Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII.Jakarta: Pusat kurikulum dan pembukuan,litbang, kemdikbud Tim Pengembang. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 tahun ajaran 2014/2015 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs. Jakarta: Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembanagan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
MEDIA HUTAN SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN IPA TERPADUDI SMP NEGERI 6 SATU ATAP MANGANITU Lambaris Kareho Abstrak. SMP Negeri 6 Satu Atap (SATAP) Manganitu merupakan sekolah negeri yang diresmikan pada 2 Mei 2013 di bawah naungan pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe khususnya di bawah pengawasan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Negeri 6 SATAP Manganitu sangat terbatas terlihat dari sarana pembelajaran yang terdapat di dalam kelas hanya terdapat papan tulis, meja dan kursi. Konsep-konsep ilmu pengetahuan Alam disampaikan secara lisan sesuai yang tertera dibuku pelajaran. Siswa kurang dikenalkan dengan lingkungan hutan sekitar yang kaya dengan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran dan membantu pemahaman terhadap konsep-konsep materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.Materi pembelajaran IPA Terpadu lebih banyak mempelajari dan memanfaatkan alam, sehingga dengan memanfaatkan hutan sekitar sekolah dalam proses pembelajaran IPA Terpadu dapat mencapai proses pembelajaran yang aktif. Berdasarkan hal tersebut dalam artikel ini, penulis akan membahas media hutan sebagai alternatif pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri 6 SATAP Manganitu, dalam upaya meningkatkan aktifitas belajar siswa. Kata Kunci : Media Hutan, pembelajaran IPA Terpadu
SMP Negeri 6 Satu Atap (SATAP) Manganitu merupakan sekolah negeri yang diresmikan pada 2 Mei 2013 di bawah naungan pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe khususnya di bawah pengawasan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pembangunannya merupakan dana hibah dari pemerintah Australia yang dibangun dengan partisipasi masyarakat melalui program pengembangan SD-SMP SATAP bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan Australia-Indonesia. Terletak di desa Bengka kecamatan Manganitu kepulauan Sangihe provinsi Sulawesi Utara. Letak SMP Negeri 6 SATAP Manganitu berada pada lembah yang diapit dengan Perbukitan Tahuna pada bagian Barat dan Kampung Gunung pada bagian Timur. SMP Negeri 6 SATAP Manganitu baru beroperasi selama delapan bulan oleh karena itu struktur organisasi yang ada di SMP Negeri 6 SATAP Manganitu hanya terdiri dari Kepala Sekolah yang merangkap sebagai guru olah raga, Wakil Kepala Sekolah yang merangkap sebagai guru IPA Terpadu, Guru tetap Matematika, Guru tetap Bahasa Inggris, Guru bantuan dari Dinas Pendidikan dan Olah Raga dalam program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T). Tenaga pengajar di SMP Negeri 6 SATAP kurang memadai karena hanya terdapat guru honorer yang datang ke 618
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
sekolah apabila guru tersebut mempunyai jam mengajar, apabila guru tersebut tidak mempunyai jam mengajar maka guru tersebut tidak hadir ke sekolah, dikarenakan guru honorer tidak mendapatkan upah dari sekolah maupun pemerintah. Guru honorer yang terdapat di SMP Negeri 6 SATAP antara lain guru IPS Terpadu, guru Kewarganegaraan, guru TIK dan guru Bahasa Inggris. Kurikulum yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Negeri 6 SATAP Manganitu sangat terbatas terlihat dari sarana pembelajaran yang terdapat di dalam kelas hanya terdapat papan tulis, meja dan kursi.Konsep-konsep ilmu pengetahuan Alam disampaikan secara lisan sesuai yang tertera dibuku pelajaran. Siswa kurang dikenalkan dengan lingkungan hutan sekitar yang kaya dengan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran dan membantu pemahaman terhadap konsep-konsep materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Selain itu, keterbatasan media pembelajaran menyulitkan siswa untuk mengerti pembelajaran yang diberikan oleh guru, karena dalam proses pembelajaran siswa seharusnya didukung oleh pengalaman bereksperimen langsung Salah satu alternatif pemecahan masalah pendidikan tersebut melalui penerapan teknologi pembelajaran yaitu dengan memberdayakan media hutan yang ada, dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan pembelajaran. Untuk memperbaiki proses pembelajaran ini sebagai tujuan dari tindakan yang akan dilakukan oleh penulis, maka perlu dikembangkan beberapa upaya yang secara terus-menerus oleh guru dan sekolah, sehingga kegiatan pembelajaran lebih menarik dan meningkatkan aktifitas belajar siswa untuk mempelajari IPA Terpadu. Materi pembelajaran IPA Terpadu lebih banyak mempelajari dan memanfaatkan alam, sehingga dengan memanfaatkan hutan sekitar sekolahdalam proses pembelajaran IPA Terpadu dapat mencapai proses pembelajaran yang aktif. Berdasarkan hal tersebut dalam artikel ini, penulis akan membahas media hutan sebagai alternatif pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri 6 SATAP Manganitu, dalam upaya meningkatkan aktifitas belajar siswa. PEMBAHASAN A. Media Hutan Sebagai Alternatif Pembelajaran pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Arti kata “media” adalah perantara1. Dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kata media sering disebut medium artinya zat perantara2. Kata media dalam pendidikan adalah perantara pesan atau informasi dari sumber informasi ke penerima3. Jadi media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara pesan atau informasi dari pengirim ke penerima untuk merangsang siswa belajar. Jenis media dibedakan menjadi dua yaitu media jadi atau media rancangan. Media jadi yaitu media yang telah ada di sekitar tanpa dibuat atau diadakan. Media jadi memiliki sifat lebih kontekstual yaitu dapat menampilkan benda aslinya tanpa ada manipulasi atau rekayasa. Sedangkan media rancangan adalah media yang dibuat dan dirancang oleh guru atau pabrik yang membuat media4. Media alam yang dimaksud dalam artikel ini merupakan hutan yang ada di sekitar sekolah, media tersebut termasuk kedalam jenis media jadi. Penggunaan media yang ada di alam bertujuan untuk mempermudah siswa mengerti pelajaran yang diajarkan, karena sifatnya yang kontekstual atau tidak abstrak sehingga mudah dimengerti siswa. Pembelajaran berasal dari kata belajar. Banyak definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli tentang belajar, diantaranya belajar menurut Sardiman adalah usaha mengubah tingkah laku5. Definisi lain seperti yang dikemukakan James O. Wittarker yang dikutip oleh Soemanto, “belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”6. Lain dengan Sardiman, belajar menurut E.L Thorndike yang dikutip oleh Djiwandono, “adalah suatu proses stamping in (diingat), forming, hubungan antara stimulus dan respons”7.Jadi belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang akan membawa suatu
619
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
perubahan dengan penambahan ilmu pengetahuan dan perubahan kearah positif pada individuindividu yang belajar. IPA Terpadu merupakan Ilmu Pengetahuan Alam yang disajikan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, artinya siswa tidak belajar ilmu fisika, biologi, dan kimia secara terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan semua dirangkum dalam kesatuan. Tujuanpembelajaran IPA terpadu yaitu meningkatkan efisiensi dan efektivitaspembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi peserta didik, serta beberapakompetensi dapat dicapai sekaligus. SMP Negeri 6 SATAP Manganitu merupakan sekolah yang terletak di tengah hutan. Dikarenakan letaknya dekat dengan hutan maka dalam pembelajaran IPA Terpadu penulis memanfaatkan alam sekitar dalam proses pembelajarannya.
Penulis memberikan pelajaran yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa. Kiat penulis dalam penggunaan media hutan sebagai alternatif pembelajaran IPA Terpadu untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Guru harus memiliki kiat yang tepat agar pemanfaatan alam sekitar sebagai media pembelajaran dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Pilih lingkungan alam yang mampu melatih kemampuan dan ketrampilan fisik siswa, ciptakan permainan dan suasana belajar yang dapat meningkatkan kerja sama kelompok dan kemampuan kepemimpinan, melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Seperti pelajaran IPA Terpadu di kelas VII dengan Standar Kompetensi Memahami Keanekaragaman Makhluk Hidup, Kompetensi Dasar Mengklasifikasikan Makhluk Hidup berdsasarkan Ciri-ciri yang Dimiliki, Indikator Mengamati Secara Langsung Ciri-ciri Berbagai Macam Tumbuhan Paku dan materi Klasifikasi Tumbuhan Paku. Adapun tahapan proses pembelajaran yang dilakukan penulis dalam pembelajaran IPA Terpadu ini yaitu, tahap pertama siswa dibagi menjadi dua kelompok, dimana satu kelompok terdiri dari dua siswa dengan menggunakan teknik random dalam pembagian kelompoknya. Tahap kedua, setiap kelompok diberikan lembar kerja siswa yang berisikan tabel ciri-ciri tumbuhan paku yang harus mereka isi. Pada tahap ini penulis membuat sendiri lembar kerja siswa, untuk mempermudah siswa mengamati berbagai jenis tumbuhan paku. Berikut dibawah ini contoh lembar kerja siswa : LEMBAR KERJA SISWA Nama Anggota Kelompok : Topik : Klasifikasi Tumbuhan Paku Tujuan : Siswa Dapat Mengidentifikasi Secara Langsung Ciri-ciri dari Macam-macam Tumbuhan Paku
Ciri-Ciri
Nephrolepis (Semanggi)
Platycerium (Paku Sarang Burung)
Tempat Hidup Bentuk Daun Bentuk Batang Bentuk Akar
Manfaat 620
Alsophila (Paku Tiang)
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Tahap ketiga, siswa diminta mengamati ciri-ciri tumbuhan paku di hutan sekitar sekolah dengan di dampingi penulis. Penulis menunjukkan jenis tanaman paku semanggi, paku sarang burung, dan paku tiang. Siswa diminta untuk mengamati tumbuhan paku tersebut dengan mencari ciri-cirinya seperti : tempat hidup, bentuk daun, bentuk batang, bentuk akar dan manfaatnya. Berikut ini gambar tumbuhan paku dan foto siswa saat pengamatan berlangsung:
Jenis Tumbuhan Paku Semanggi
Proses Pengamatan Tumbuhan Paku Semanggi yang ada di hutan sekitar sekolah
Proses Pengamatan Tumbuhan Paku Sarang Burung yang ada di hutan sekitar sekolah
Jenis Tumbuhan Paku Sarang Burung
Proses Pengamatan Tumbuhan Paku Tiang yang ada di hutan sekitar sekolah
Jenis Tumbuhan Paku Tiang
621
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Adapun tumbuhan paku yang telah diamati siswa selama proses pembelajaran, yaitu : 1. Tumbuhan paku Alsophila memiliki batang tegak, tidak bercabang dan ermukaannya kasar, dengan tinggi antara 5 sampai dengan 15 meter. Susunan daun majemuk ganda, dengan panjang dapat mencapai 3 m dan lebar antara 1 sampai dengan 1,5 meter, duduk daun memeluk batang, bentuk daun muda menggulung. Susunan sporangia mambentuk sorus di bawah permukaan daun, sori terletak di pinggir daun. Memiliki akar serabut berwarna coklat tua sampai hitam. Tumbuh pada tanah lembab hutan hujan tropis. Alsophila glauca dikenal dengan sebutan pakis haji. 2. Tumbuhan paku Nephrolepis sp. umumnya hidup di tanah, mudah beradaptasi karena bersifat epifit dan memiliki rimpang yang tahan kering. Pada bagian akar terkadang terdapat umbi yang berfungsi seagai cadangan makanan. Dikenal sebagai tanaman hias, disebut juga paku pedang. Batang berbentuk bulat berwarna kecoklatan, terdapat seperti lekukan dipermukaan sepanjang batang. 3. Tumbuhan paku Platycerium bifurcatum sering ditemukan di pepohonan besar terutama di sekitar aliran sungai di ppinggiran hutan. Merupakan epifit sejati dengan akar melekat pada batang pohon lain atau bebatuan, akar rimpang tertutup daun penyangga. Memiliki bentuk daun yang menyerupai tanduksehingga disebut paku tanduk rusa. Berlekuk dalam, membengkok ke arah belakang. Daun fertil dari Platycerium bifurcatum ini menjuntai panjang sampai 125 cm atau lebih, bercabang menggarpu 3-7 kali. Pada cabang pertama daun fertil terdapat helaian daun berbentuk seperti ginjal atau cawan terbalik dengan lebar 5-10 cm. Bentuk daun seperti cawan terbalik ini merupakan bagian berspora, spora taerdapat pada permukaan bawah daun. Tahap keempat, siswa berdiskusi tentang ciri-ciri tumbuhan paku yang mereka temukan. Tahap kelima, siswa diminta membuat kesimpulan tentang ciri-ciri tumbuhan paku yang telah ditemukan di hutan sekitar sekolah.Di tahap terakhir setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. PENUTUP DAN KESIMPULAN Dari serangkaian uraian yang dibahas pada bab sebelumnya maka dalam bab ini akan diambil kesimpulan sebagai berikut : Media hutan sebagai alternatif pembelajaran adalah suatu bentuk pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar sekolah berupa hutan sebagai media pembelajaran oleh siswa kelas VII. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa, sehingga motivasi belajar siswa lebih tinggi. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, sehingga membentuk pribadi yang cinta lingkungan. Dengan demikian tingkat pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan lebih baik, dikarenakan pembelajaran yang dilakukan bersifat nyata dan menggunakan pengamatan langsung. Dalam konteks ini bahan ajar yang sering kali bersifat abstrak kini divisualisasikan dalam bentuk yang sebenarnya. DAFTAR RUJUKAN Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006. Sri Esti Wuryani Djiwandono.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2006. Sutarman dan Endanf. Media Pembelajaran Sains SMP. Malang: Universitas Negeri Malang, 2003.
622
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP ELEKTROMAGNET (MEDAN MAGNET DISEKITAR SOLENOIDA BERARUS LISTRIK) SISWA KELAS IX MELALUI PENERAPAN MEDIA SEDERHANA ELEKTROMAGNET PADA SMP NEGERI 3 ENTIKONG Nurhadi Guru IPA SMP N 3 Entikong Sanggau, Kalimantan Barat
[email protected] Abstrak. Telah dilaksanakan kegiatan pembelajaran tentang konsep electromagnet (medan magnet disekitar solenoid berarus listrik) dengan penerapan media sederhana electromagnet di SMP Negeri 3 Entikong Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Setelah dilakukan pelaksanaan eksperimen dan proses pembelajaran yang telah terjadi dikelas, maka dapat disimpulkan bahwa:(1)Media pembelajaran yang dibuat dan dirancang guru sendiri berupa alat-alat eksperimen “ medan magnet pada solenoida berarus listrik “ dapat digunakan dengan baik dan sempurna sesuai prosedur percobaan yang diinginkan demikian juga dengan tujuan eksperimen dapat dicapai.(2)Siswa lebih mudah memahami materi melalui pembelajaran eksperimen dimana siswa dapat melakukan sendiri dan mengobservasi sendiri tentang eksperimen yang dilakukannya sehingga menumbuhkan karakter keilmuan (scientific attitude), begitu juga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. (3)Melalui eksperimen dan bekerja sama dalam kelompok, pembelajaran dapat diraih dari aspek kognitif, afektif serta motorik siswa. (4)Dengan media pembelajaran ini, guru dapat memotivasi siswa begitu juga timbal balik antusiasme keaktifan siswa mendorong terciptanya keasyikan dan kecintaan belajar IPA. Kata kunci : media pembelajaran, Konsep Elektromagnet, media sederhana elektromagnet
Pendidikan di Indonesianampaknya belum terjadi pemerataaan pendidikanbaik dari aspek kualitas maupun sarana dan prasarana.Pemerintah sepertinya belum mampu memfasilitasi pemerataan pendidikan yang berkeadilan.Kondisi seperti ini menyebabkan kualitas pendidikan menjadi kesenjangan yang cukup tajam.Sekolah – sekolah di kota memiliki fasilitas belajar, media pembelajaran yang memadai dan akses komunikasi yang cukup baik. Sebaliknya, kondisi sekolah di desa jauh dari sarana dan prasarana yang layak untuk proses pembelajaran. Sekolah sekolah di desa menghadapi situasi yang serba terbatas dari segi jumlah guru, fasilitas belajar, media pembelajaran yang sangat kurang dan akses komunikasi yang sulit dijangkau.Sungguhpun demikian, guru di pedesaan harus mempersiapkan diri mengejar ketertinggalannya dan harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga siswa berkesan dalam belajarnya. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Entikong yang bertempat di Dusun Sontas, Desa Entikong, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat keberadaanya belum dapat memanfaatkan laboratorium IPA yang ada karena dijadikan ruang kelas , ruang kelas yang masih terbatas, sarana dan prasarana yang dimiliknya terbatas. SMP Negeri 3 mempunyai jumlah siswa sekitar 300 orang. Siswa – siswa jarang melakukan eksperimen dalam pelajaran IPA dan biasanya dilakukan di dalam kelas. Proses belajar mengajar adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan, (Arif S :2007) dalam Sutarman dan Endang K (2013). Dengan demikian proses komunikasi mengandung beberapa komponen yaitu pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan merupakan bahan ajar atau materi yang ada dalam kurikulum sekolah. Sebagai sumber pesan adalah guru, siswa, orang lain atau penulis buku dan pembuat media. Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam upaya untuk mengatasi masalah ketidakberhasilan proses komunikasi. Menurut Arief S (2007) dalam Sutarman dan Endang K (2013) media pembelajaran memiliki kegunaan yaitu memperjelas sajian pesan agar tidak terlalu verbalistik, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, setiap siswa memiliki kemampuan , minat dan pengalaman yang berbeda sehingga kehadiran media dapat digunakan
623
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
untuk : memberikan rangsangan belajar yang sama pada setiap siswa, mempersamakan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan yang sama, menimbulkan persepsi yang sama diantara siswa terhadap pesan yang diberikan. IPA atau sains (science) berkembang berdasarkan observasi dan proses ilmiah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA disekolah disarankan menggunakan pendekatan proses. Siswa dikondisikan agar berproses menemukan konsep. Pembelajaran yang menekankan proses memerlukan media pembelajaran yang dapat digunakan siswa untuk belajar menemukan konsep. Media diperlukan guru untuk menyampaikan pesan atau informasi yang berupa gejala, konsep, teori atau hukum-hukum IPA. Menggunakan media siswa tidak hanya mendengar dan atau melihat tetapi siswa melakukan. Cara belajar seperti ini akan mendapat pemahaman konsep yang lebih kokoh dan paham dengan apa yang mereka pelajari. Media merupakan sarana bagi siswa untuk melakukan penemuan (inquiry).Seperti yang disarankan kurikulum bahwa pendekatan pembelajaran sains adalah inkuiri. Joyce dan Weil (2000) dalamZubaidah (2012), mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran inkuiri adalah melibatkan siswa dalam masalah penyelidikan ( investigasi ), membantu mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam wilayah investigasi dan meminta mereka merancang cara mengatasi masalah. Melalui inkuiri, siswa belajar menjadi seorang ilmuwan dalam menyusun pengetahuan.Dalam hal ini, karakter keilmuan sebagai perilaku sikap sebagai seorang sains dapat ditumbuhkan.Selaian itu, siswa belajar menghargai ilmu dan mengetahui keterbatasan pengetahuan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.Melalui eksperimen, pembelajaran dengan model inkuiri akan mengkonstruksi pengetahuan siswa. Siswa melakukan kegiatan eksperimen timbulnya medan magnet di sekitar solenoida berarus listrik dengan model pembelajaran inkuiri terstruktur dan metode pembelajaran eksperimen.Siswa diharapkan menghasilkan penjelasan yang didukung oleh bukti yang telah mereka kumpulkan. Medan magnet dihasilkan dari kumparan kawat tembaga yang panjang dan terdiri atas banyak lilitan disebut solenoida yang dialiri arus listrik menggunakan catu daya (power supply).. Siswa menghubungkan hasil observasinya menentukan ada tidaknya medan magnet melalui gerakan jarum . Alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen ini adalah : 1 gulung kawat tembaga, 1 buah tabung reaksi, 1 buah peniti yang diluruskan menjadi jarum, 2 buah kaki statif, 1 buah dasar statif, 1 buah batang statif panjang, 2 buah batang statif pendek, 1 buah klem universal, 1 buah catu daya (tersedia hanya 3 buah), 2 buah kabel penghubung hitam dan merah, styrofoam secukupnya dan air secukupnya yang dicampur dengan pewarna. LANGKAH KEGIATAN Kegiatan pembelajaran eksperimen dengan menggunakan peralatan hasil rancangan sendiri ini dilakukan di sekolah SMP Negeri3Entikong di Desa Entikong, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Guru Menyusun dan Merakit Media Pembelajaran Guru memberikan contoh cara menyusun dan merakit media pembelajaran kemudian dilakukan oleh setiap kelompok.
Guru Membuat LKS ( Lembar Kerja Siswa ) LKS sebagai panduan siswa dalam melakukan eksperimen.Pada eksperimen ini pertanyaan dan prosedur ditetapkan oleh guru.
624
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
Guru Membuat RPP RPP sebagai pedoman dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas. Pelaksanaan Pembelajaran di kelas Rancangan pembelajaran yang disusun dalam RPP mempunyai tujuan pertama, siswa dapat menerangkan munculnya medan magnet di sekitar solenoide berarus listrik.. Guru masuk kelas memberi salam lalu mengabsen siswa. Guru memberi apersepsi siswa.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah itu, guru menyampaikan materi dan demonstrasi mengenalkan alat-alat eksperimen yang akan digunakan.Siswa yang berjumlah 30 anak dibagi dalam 5 kelompok.Setiap anggota kelompok mendapat LKS. Setiap kelompok mendapat 1 set alat eksperimen khusus untuk catu daya dipakai bergantian untuk 2 kelompok yang tidak mendapatkan karena jumlahnya terbatas. Guru mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mengambil alat-alat eksperimen yang sudah disediakan di meja depan kelas.Guru membimbing siswa dalam kelompok jika masih ada yang kesulitan.Dengan membaca langkah – langkah percobaan di LKS, siswa mulai memahami urutan kerja eksperimen.Melalui pengamatan yang didapat, siswa mulai mengisi LKS.Anggota kelompok bergantian mencoba melakukan eksperimen.Setelah semua kelompok selesai mengamati dan menulis hasil pengamatan, guru meminta siswa untuk duduk di kursi. Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil kelompok di depan kelas. Guru menawarkan kelompok mana yang mau maju pertama kali. Kelompok yang mempresentasikan hasil eksperimennya ditanggapi oleh kelompok lain dengan hasil yang sama. Setelah presentasi tiap kelompok selesai, guru memberikan penguatan kesimpulan dari tujuan eksperimen yang dikerjakan.Kegiatan penutup pembelajaran, guru memberikan evaluasi berupa soal untuk dikerjakan semua siswa. HASIL Sebelum eksperimen, guru memberikan arahan pada seluruh siswa alat–alat apa saja yang digunakan dalam eksperimen. Perwakilan anggota kelompok mengambil alat–alat eksperimen di meja depan kelas. Antusiasme dan semangat kinerja siswadalam kelompok dapat dilihatdari awal eksperimen yang dilakukannya.Pada langkah awal eksperimen ada beberapa siswa yang belum paham tentang cara melakukan eksperimen.Setelah membaca langkah– langkah percobaan dan dengan bimbingan guru, siswa sudah bisa melakukan eksprerimen sesuai dengan urutan langkah-langkah eksperimen.Semua kelompok serius, aktif dan penasaran pada alat eksperimen yang dihadapi demikian juga pada tujuan eksperimen.Dalam kelompok terjadi saling interaksi ada yang merangkai alat, ada yang memberi pendapat, ada yang bertanya dan menjawab.Kerjasama dalam kelompok terlihat bagus saling mendukung, tidak ada yang mengganggu.Menyusun dan merakit media dapat dilakukan siswa melalui prosedur yang benar.Aktivitas belajar melalui pengamatan kejadian–kejadian dalam eksperimen seperti bergeraknya jarum, membuat siswa tertarik.Siswa tidak ragu–ragu atau pun canggung dalam menggunakan alat – alat percobaan.Jika ada yang belum jelas, siswa bertanya pada guru dan guru memberikan pengarahan penjelasan sehingga siswa lebih paham dan mengerti.Hampir semua anggota kelompok sudah bisa melakukan ekperimen dengan lancar dan baik.Setelah melakukan pengamatan, siswa mengisi data yang ada di LKS.Guru mendatangi kelompok dan mengarahkan saat siswa bertanya tentang isian data LKS.Hasil diskusi dalam kelompok mempermudah siswa mengisi data pada LKS.Semua siswa selesai mengisi data dilanjutkan dengan presentasi masing - masing kelompok di depan kelas. Presentasi tiap – tiap kelompok ditanggapi kelompok lain dengan hasil eksperimen yang sama. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil eksperimennya, guru memberikan penguatan simpulan tentang tujuan eksperimen.Evaluasi soal pada LKS diberikan guru sebagai penutup pembelajaran.
625
Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Bermakna TEQIP” pada 1 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang
PEMBAHASAN Selama proses pembelajaran eksperimen dapat diamati perilaku siswa bahwa semangat belajar, antusiasme serta motivasi mempelajari IPA telah tumbuh. Indikasi keberhasilan terlihat signifikan pada pembelajaran menggunakan media sederhana alat-alat eksperimen rancangan sendiri.Siswa sungguh termotivasi dan terlibat aktif saat menggunakan alat – alat eksperimen, dalam diskusi kelompok maupun pada saat mengisi data pada LKS.Kerja sama di dalam kelompok mampu memecahkan masalah yang dihadapi, misalnya saat menyusun dan merakit alat secara bersama – sama dansaling membantu. Semua siswa tidak ada yang bermalas – malasan.Model pembelajaran yang digunakan inkuiri terstruktur sangat cocok dipakai dalam eksperimen. Siswa terlibat dalam masalah penyelidikan nyata dengan menghadapkan mereka melalui cara penyelidikan serta siswa mengidentifikasi masalah konseptual. Eksperimen yang dilakukan mengarahkan siswa belajar melalui pencarian informasi dan memperoleh pengetahuan melalui pengajuan pertanyaan sehingga penguasaan materi dapat diserap siswa dengan maksimal. Melalui eksperimen mewujudkan secara aktif siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja mandiri mengkonstruksi belajar mereka sendiri.Pembelajaran seperti ini juga dapat meningkatkan keterampilan siswa khususnya kinerja ilmiah sertamembangun dan menumbuhkan karakter keilmuan. Karakter ini sangat ditentukan oleh keingintahuan (kuriositas) intelektual. Sebagai suatu sikap, sains terdiri dari berbagai scientific attitude yang secara umum mengajarkan kepada siswa tentang berbagai sikap positif yang akan muncul manakala seseorang bekerja di dunia sains (Nurrohman, 2012 ). Pembelajaran eksperimen ini selain membangun karakter juga melatih kecakapan hidup siswa dalam menggali informasi, mengolah informasi, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan bekerja sama. Kepercayaan diri pun dapat dilatih melalui presentasi hasil kelompok di depan kelas. Walaupun presentasi masih sebatas membaca hasil eksperimen tetapi sudah membekali keberanian siswa menyatakan hasil kelompoknya.Tanggapan siswa yang antusias dan semangat menjadi modal awal kesukaan mereka mempelajari IPA.Guru merasa puas dengan hasil proses belajar siswa melalui metode eksperimen dan model pembelajaran inkuiri terstruktur ini.Dengan demikian, walaupun menggunakan alat-alat sederhana dan seadanya dapat dibuat sebagai media pembelajaran yang bermakna bagi siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan terhadappelaksanakan eksperimen dan melihat proses pembelajaran yang terjadi di kelas dapat dihasilkan kesimpulan bahwa : 1. Media pembelajaran yang dibuat dan dirancang guru sendiri berupa alat-alat eksperimen “ medan magnet pada solenoida berarus listrik “ dapat digunakan dengan baik dan sempurna sesuai prosedur percobaan yang diinginkan demikian juga dengan tujuan eksperimen dapat dicapai. 2. Siswa lebih mudah memahami materi melalui pembelajaran eksperimen dimana siswa dapat melakukan sendiri dan mengobservasi sendiri tentang eksperimen yang dilakukannya sehingga menumbuhkan karakter keilmuan ( scientific attitude), begitu juga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. 3. Melalui eksperimen dan bekerja sama dalam kelompok, pembelajaran dapat diraih dari aspek kognitif, afektif serta motorik siswa. 4. Dengan media pembelajaran ini, guru dapat memotivasi siswa begitu juga timbal balik antusiasme keaktifan siswa mendorong terciptanya keasyikan dan kecintaan belajar IPA. DAFTAR PUSTAKA Lilik, H.S. 2004. Kamus Fisika Bergambar.Purwokerto:Pakaraya Pustaka Nurrohman, S. 2012. Internalisasi Scientific Attitude : Upaya Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Sains.Makalah pada seminar Pendidikan Karakter di Saintek UIN Sunan Kalijaga 26 Mei 2012. Sutarman, Endang. 2013. Media Pembelajaran Sains SMP. Malang: Kerjasama PT Pertamina ( Persero ) dengan Universitas Negeri Malang. Zubaidah, S., Mahanal, S., Yuliati, L. 2012.Model dan Metode Pembelajaran SMP IPA. Malang: Kerjasama PT Pertamina ( Persero ) dengan Universitas Negeri Malang.
626